370 18052 Alyarizyapratiwi Kti
370 18052 Alyarizyapratiwi Kti
370 18052 Alyarizyapratiwi Kti
Diajukan oleh:
ALYA RIZYA PRATIWI
NIRM : 18052
i
KARYA TULIS ILMIAH
Judul
PENGEMBANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMBERIAN MADU TERHADAP PENURUNAN
FREKUENSI DIARE ANAK USIA BALITA
HALAMAN PENGESAHAN
Dipersiapkan dan disusun oleh:
ALYA RIZYA PRATIWI
DEWAN PENGUJI
ii
SURAT PERNYATAAN PLAGIARISME
menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini, Saya susun tanpa tindak plagiarisme
Keperawatan PELNI Jakarta, termasuk pencabutan gelar atas ijazah yang saya
terima.
Penulis
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
Rangkaian penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu syarat yang
kepada berbagai pihak yang telah membantu proses penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak, Ibu/Saudara
PELNI Jakarta.
5. Ns. Putri Permata Sari, M.Kep. Ketua Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
iv
7. Seluruh Dosen dan Staff Akademi Keperawatan PELNI Jakarta yang telah
8. Kedua orang tua dan adik saya yang telah memberikan semangat, doa, dan
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
banyak kekurangan, masukan dan saran diharapkan dari semua pihak. Semoga
Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat untuk kemajuan ilmu keperawatan.
v
ABSTRAK
Diare adalah suatu kondisi tinja yang tidak normal, yang ditandai dengan
peningkatan volume, pengenceran, dan frekuensi lebih dari 3 kali sehari, dan
peningkatan lebih dari 4 kali sehari pada bayi baru lahir dengan atau tanpa
perdarahan. Diare merupakan suatu penyakit endemis di Indonesia yang
berpotensi menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering disertai dengan
kematian. Salah satu intervensi yang dapat dilakukan untuk mengurangi frekuensi
diare pada anak dengan terapi komplementer adalah memberikan madu. Manfaat
madu untuk mengatasi diare karena efek antibakterinya dan kandungan nutrisinya
yang mudah dicerna. Madu juga membantu dalam penggantian cairan tubuh yang
hilang akibat diare. Penulisan ini bertujuan untuk mengembangkan Standar
Operasional Prosedur (SOP) pemberian madu terhadap penurunan frekuensi diare
pada anak. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah literature review,
yaitu dengan menggunakan lima jurnal terkait SOP pemberian madu terhadap
penurunan frekuensi diare pada anak. Kesimpulan yaitu berdasarkan literature
review yang dilakukan, diperkuat dengan teori dan jurnal lain maka didapatkan
SOP pemberian madu pada anak balita diare yang terdiri dari 11 langkah.
vi
ABSTRACT
vii
DAFTAR ISI
viii
4. Konsep Diare .............................................................................................. 11
a. Definisi Diare .............................................................................. 11
b. Etiologi Diare .............................................................................. 11
c. Klasifikasi Diare.......................................................................... 16
d. Patofisiologi Diare ...................................................................... 17
e. Manifestasi Klinis ....................................................................... 19
f. Penatalaksanaan Diare ................................................................ 20
5. Konsep Madu ..................................................................................... 24
a. Definisi Madu ............................................................................. 24
b. Komposisi Madu ......................................................................... 25
c. Manfaat Madu ............................................................................. 25
d. Dosis dan Pemberian Madu ........................................................ 26
6. Alat Ukur Observasi Frekuensi Diare ..................................................... 26
7. Peran Perawat Anak .................................................................................. 27
a. Sebagai Pendidik ......................................................................... 27
b. Sebagai Konselor ........................................................................ 27
c. Sebagai Koordinator atau Kolaborator........................................ 28
d. Sebagai Pembuat Keputusan Etik ............................................... 28
e. Sebagai Peneliti ........................................................................... 29
B. Kerangka Konsep ...................................................................................... 30
BAB III METODELOGI .................................................................................... 31
A. Metodelogi ................................................................................................ 31
B. Plan, Do, Study and Act (PDSA) .............................................................. 31
1. Plan .............................................................................................................. 31
2. Do................................................................................................................. 32
3. Study ............................................................................................................ 32
4. Act ................................................................................................................ 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 34
A. Hasil .......................................................................................................... 34
B. Pembahasan ............................................................................................... 41
ix
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 44
A. Kesimpulan................................................................................................ 44
B. Saran .......................................................................................................... 44
1. Bagi Penulis ................................................................................................ 44
2. Bagi Masyarakat ........................................................................................ 44
3. Bagi Perkembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan ....................... 45
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 46
LAMPIRAN ......................................................................................................... 52
x
DAFTAR TABEL
Halaman
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2. 1. Oralit................................................................................................ 21
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 6. Poster
xiii
DAFTAR SINGKATAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
infeksi diare. Sejak tahun 2015 hingga 2017, jumlah balita penderita diare dan
kematian akibat diare meningkat secara global. Pada tahun 2015, diare
menyebabkan sekitar 688 juta orang jatuh sakit, dan 499.000 anak balita
meninggal di seluruh dunia (Hartati & Nurazila, 2018). Menurut data World
Health Organization (WHO) tahun 2017, hampir 1,7 miliar kasus diare terjadi
pada anak setiap tahun, dan angka kematian setiap tahunnya pada balita
Kejadian ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang meliputi kurangnya
Kejadian Luar Biasa (KLB), biasanya disertai kematian. Pada tahun 2018
1
2
diharapkan <1% saat KLB angka CFR masih cukup tinggi (>1%) kecuali pada
tahun 2011 CFR pada saat KLB sebesar 0,40%, sedangkan pada tahun 2018
CFR diare saat KLB mengalami peningkatan dibanding tahun 2017 yaitu
diperkirakan jumlah diare mencapai 152.742 kasus, dan jumlah diare yang
balita yang datang ke sarana kesehatan adalah 10% dari perkiraan jumlah
penderita diare balita (insiden diare balita dikali jumlah balita di satu wilayah
kerja dalam waktu satu tahun). Pada tahun 2018 di Indonesia jumlah penderita
diare balita yang datang ke sarana kesehatan sebanyak 1.637.708 atau 40,90%
oral untuk memberikan nutrisi yang bergizi, cairan infus bila diperlukan, dan
kasus diare di rumah dan di rumah sakit untuk balita, dan disesuaikan dengan
antibiotika hanya atas indikasi, dan pemberian nasehat kepada ibu atau
pengasuh tentang cara pemberian cairan dan obat di rumah dan kapan
3
RI, 2018).
telah menjadi obat tradisional yang terkenal untuk berbagai penyakit sejak
2019).
kerja senyawa organik ini sebagai zat antibakteri adalah dengan cara meracuni
akut pada anak. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Andayani tahun 2020
terapi yang dapat digunakan oleh perawat anak di ruang rawat inap anak untuk
menurunkan frekuensi diare dan lamanya rawat inap di rumah sakit pada anak.
tahun 2019 tentang “Madu sebagai Terapi Komplementer untuk Anak dengan
pada anak dengan diare akut di bawah usia lima tahun. Hasil penelitian yang
terhadap Penurunan Frekuensi Diare pada Anak Balita di Rumah Sakit Umum
diare sebelum dan sesudah pemberian madu pada anak balita di RSUD Rokan
Hulu.
jurnal terkait terapi pemberian madu dan studi pendahuluan yang dilakukan
oleh penulis masih jarang diterapkan di Rumah Sakit, maka penulis tertarik
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Prosedur (SOP) pemberian madu pada pasien diare anak dalam upaya
2. Bagi Masyarakat
upaya penanganan masalah pada anak dengan diare. Selain itu dapat
yang membaca.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Konsep Anak
Anak merupakan individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan
balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau
(Kementerian Kesehatan RI, 2015). Anak balita adalah anak yang telah
menginjak usia di atas satu tahun atau dikenal dengan anak usia di
7
8
penduduk yang berada dalam rentan usia tertentu. Usia balita dapat
batita (2-3 tahun), dan golongan prasekolah (3-5 tahun). Para ahli
2019).
biasa diukur dalam ukuran berat, panjang, umur tulang dan jumlah sel
usia balita dibagi menjadi dua yaitu motorik kasar atau gerak kasar
lebih besar serta tenaga ekstra, seperti berjalan dan berlari dan motorik
halus atau gerak halus menggunakan otot-otot yang kecil dan tidak
bisa menyusun dua atau tiga balok, usia 2 tahun sudah menyusun enam
balok dan 3 tahun sudah bisa membuat jembatan dengan balok, bisa
ingin tahu tentang apa yang mereka lihat. Mereka mencoba mengambil
anak-anak pada masa ini mendapatkan pola asuh yang salah, mereka
Setyaningsih, 2021).
berdasarkan tingkatannya. Pada anak usia 0-2 tahun, anak masih dalam
Pada anak usia 2-5 tahun anak sudah mulai mampu berpikir tentang
10
benda, orang, dan peristiwa yang terjadi secara nyata yang dialami dan
3. Konsep Hospitalisasi
dan stress pada anak yang baru mengalami rawat inap di rumah sakit.
rumah sakit dan berbagai tindakan perawatan di rumah sakit (Sari, &
pada proses penyembuhan. Dampak lainnya yang dialami anak yaitu anak
4. Konsep Diare
a. Definisi Diare
Yunani) yang berarti mengalir terus. Diare adalah suatu kondisi tinja
lebih dari 4 kali sehari pada bayi baru lahir dengan atau tanpa
besar (BAB). Jika jumlah buang air besar meningkat, lebih dari tiga
kali dalam 24 jam, dianggap diare. Jika melebihi 200 gram/ hari maka
tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih dari 3
b. Etiologi Diare
frekuensi buang air besar lebih sering dari biasanya. Umumnya diare
(jarang terjadi pada anak usia balita, namun anak usia yang lebih
1) Faktor Anak
a) Usia
b) Jenis Kelamin
karena itu dengan adanya zat anti kekebalan dari ASI maka
bayi seperti diare, alergi dan bahaya lain yang fatal (Maharani,
2016).
d) Status Gizi
diare yang lebih lama dan sering. Risiko meninggal akibat diare
Martini, 2017).
2) Faktor Ibu
a) Tingkat Pendidikan
Utami, 2020).
b) Status Pekerjaan
balita.
c. Klasifikasi Diare
frekuensi buang air besar diatas 3 kali sehari disertai tinja yang
lunak atau cair dan berlangsung kurang dari 2 minggu. Diare akut
2) Diare kronis adalah diare yang disertai dengan tinja berwarna putih
Diare kronis biasanya lebih dari 4 minggu. Diare jenis ini dapat
17
d. Patofisiologi Diare
menyebabkan infeksi dan merusak vili usus halus. Sel-sel usus yang
rusak digantikan oleh sel-sel usus baru yang memiliki fungsi yang
abdomen, terlalu banyak frekuensi buang air besar yang keluar dapat
(Nurarif, 2015).
yaitu:
e. Manifestasi Klinis
Gejala umum atau yang khas dari diare adalah berak cair atau
10% dari berat badan, pasien dapat mengalami syok atau presyok yang
2018).
kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun, serta suara serak.
Keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi air yang isotonik (Amin,
2015).
f. Penatalaksanaan Diare
1) Pemberian Oralit
yang dianjurkan seperti oralit, makanan yang cair dan atau air
matang. Jika anak berusia kurang dari 6 bulan dan belum makan
makanan padat lebih baik diberikan oralit dan air matang daripada
Gambar 2. 1. Oralit
2) Pemberian Zink
yang biasa diberikan yaitu dengan pemberian terapi obat zink yaitu
hari tanpa putus dan apabila terjadi muntah maka diberikan terapi
Gambar 2. 2. Zink
3) Pemberian Nutrisi
Makanan pada saat anak diare tidak boleh dihentikan selama diare,
23
seperti asam dan pedas. Pada bayi yang masih konsumsi ASI harus
memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat
masih minum ASI (Air Susu Ibu) harus lebih sering di beri ASI.
Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari
biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah
mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering.
4) Pemberian Probiotik
5) Pemberian Antibiotik
5. Konsep Madu
a. Definisi Madu
yang manis. Madu dihasilkan oleh lebah dari ekstrak bunga tumbuhan
manis yang dihasilkan oleh lebah madu (Apis sp.) dari sari bunga
tanaman (floral nektar) atau bagian lain dari tanaman (ekstra nektar).
b. Komposisi Madu
fruktosa dan glukosa. Selain itu, di dalam madu terdapat banyak sekali
organik seperti asam glikolat, asam format, asam laktat, asam sitrat,
asam asetat, asam oksalat, asam malat, dan asam tartarat. Vitamin yang
c. Manfaat Madu
memberikan madu 3 kali sehari secara oral pada pukul 07.00, 15.00,
2020).
diare dalam 24 jam, lama hari rawat, dan tanda-tanda vital dengan cara
anak dan orang tuanya. Perawat dapat berperan dalam berbagai aspek
a. Sebagai Pendidik
2020).
b. Sebagai Konselor
hadir secara fisik maka perawat dapat saling bertukar pikiran dan
pendapat dengan orang tua tentang masalah anak dan keluarganya dan
mitra perawat, oleh karena itu Kerjasama dengan keluarga juga harus
e. Sebagai Peneliti
B. Kerangka Konsep
Operasional Prosedur (SOP) pemberian madu pada anak usia balita ini adalah
mengelola bahan tertulis. Literature review berisi uraian tentang teori, temuan
dan bahan penelitian lainnya yang diperoleh dari referensi yang menjadi dasar
tanpa akhir (Marini, 2020). PDSA terdiri dari empat langkah yaitu:
1. Plan
31
32
plan (Zahroti & Chalidyanto, 2018). Hal ini harus dilakukan secara
diare.
2. Do
madu pada pasien diare anak dalam upaya menurunkan frekuensi diare.
3. Study
telah ditetapkan dalam rencana. Jika solusi tersebut tidak berjalan, maka
frekuensi diare.
diare anak
4. Act
standar operasional yang baku. Standar ini akan terus dilakukan sampai
frekuensi diare agar hasil yang didapatkan menjadi jauh lebih efektif dan
efisien.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
34
35
Intervensi
Judul Terapi
No Metode Penelitian Hasil
Penelitian Pemberian
Madu
pengamatan yaitu kontrol.
panduan observasi. e. Memberikan
madu secara
oral.
f. Peneliti
mencatat
frekuensi
diare pada
lembar
pengamatan.
2 Madu sebagai Dilakukan pada 20 a. Peneliti Ada pengaruh
Terapi orang anak dengan melakukan berupa
Komplementer kriteria inklusi anak penilaian awal penurunan
Mengatasi usia 1-5 tahun frekuensi frekuensi
Diare pada dengan diare akut, diare, yaitu diare.
Anak Balita. anak dirawat tanpa adanya tanda- Diketahui rata-
dehidrasi atau anak rata frekuensi
tanda
Andayani, dengan dehidrasi diare anak saat
dehidrasi anak
R.P. (2020). ringan atau sedang, sebelum diberi
dan hari rawat dan menilai madu 8,15 kali
pertama. frekuensi dan sesudah
diare. diberi madu
Instrumen pada b. Melakukan frekuensi diare
penelitian ini adalah wawancara menjadi 3,55
kuesioner berisi terkait kali.
karakteristik responden
responden dan yang akan
lembar observasi. dipilih sebagai
subjek
penelitian
c. Melakukan
pre test
control group
design.
d. Memberikan
madu
sebanyak 5 ml
secara oral
e. Peneliti
mencatat
frekuensi
diare pada
lembar
observasi.
36
Intervensi
Judul Terapi
No Metode Penelitian Hasil
Penelitian Pemberian
Madu
3 Madu sebagai Dilakukan pada 26 a. Pertama, Ada pengaruh
Terapi anak balita dengan melakukan berupa
Komplementer diare akut yang penanda- penurunan
untuk Anak dibagi menjadi 2 tanganan frekuensi
dengan Diare kelompok. informed diare.
Akut. Kelompok consent oleh Kelompok
eksperimen orang tua/wali eksperimen
Nurmaningsih, mendapatkan terapi sebagai yang diberikan
D., dan standar dari persetujuan madu terdapat
Rokhaidah. puskesmas ditambah penelitian. penurunan
(2019) dengan terapi madu b. Kedua, frekuensi BAB
selama 5 hari dengan melakukan sebelum dan
dosis 5 cc dan wawancara setelah
diberikan 3 kali terkait intervensi
sehari pada pukul responden sebesar 6.30,
07.00, 15.00, dan yang dipilih yaitu dari 7.92
21.00 WIB. sebagai subjek turun menjadi
Sedangkan kelompok penelitian. 1.62.
kontrol mendapatkan c. Menyiapkan Kelompok
terapi standar dari alat kontrol
puskesmas. d. Memberikan menunjukkan
madu bahwa terdapat
Instrumen pada sebanyak 5 cc penurunan
penelitian ini adalah f. Mencatat frekuensi BAB
formulir informed frekuensi sebesar 3.69,
consent, formulir diare pada yaitu dari 7.69
data identitas formulir turun menjadi
responden, formulir observasi. 4.00.
observasi frekuensi
BAB.
4 Madu dengan Dilakukan pada 72 a. Pertama, Ada pengaruh
Oral orang anak yang peneliti berupa
Rehydration dibagi menjadi 2 melakukan penurunan
Salts dan kelompok. penilaian frekuensi
Larutan Madu Kelompok intervensi awal diare.
Efektif mendapatkan madu 5 frekuensi Kelompok
Terhadap ml dan pemberian diare. intervensi
Penurunan ORS (Oral b. Kedua, sebelum
Frekuensi Rehydration peneliti akan diberikan
Diare dan Solution) setiap kali membagi madu dengan
Lama Rawat anak diare. respon ORS yaitu
pada Anak. Sedangkan, menjadi dua 11,94 dan
kelompok kontrol kelompok, sesudah
Andayani, mendapatkan 10 ml yaitu diberikan
R.P. (2020). madu yang kelompok madu dengan
dilarutkan dalam 200 intervensi dan ORS yaitu
37
Intervensi
Judul Terapi
No Metode Penelitian Hasil
Penelitian Pemberian
Madu
ml ORS dan kelompok 3,61.
diberikan setiap kali kontrol. Sedangkan
anak mengalami c. Melakukan pada
diare. wawancara kelompok
Kriteria inklusi anak terkait kontrol
usia 1-5 tahun responden sebelum
dengan diare akut, yang akan diberikan
anak tanpa dehidrasi dipilih sebagai larutan madu
atau dehidrasi ringan subjek ORS yaitu
atau sedang, dan hari penelitian 11,81 dan
rawat pertama. d. Melakukan sesudah
pre test diberikan yaitu
Instrument pada control group 4,08.
penelitian ini adalah design.
lembar observasi. e. Memberikan
madu 5 ml
dan pemberian
ORS (Oral
Rehydration
Solution)
setiap kali
anak diare
pada
kelompok
intervensi.
Memberikan
10 ml madu
yang
dilarutkan
dalam 200 ml
ORS dan
diberikan
setiap kali
anak
mengalami
diare pada
kelompok
kontrol.
5 Effectiveness Dilakukan pada 30 a. Mengucapkan Ada pengaruh
of Tempe orang anak yang salam berupa
Biscuits and dibagi menjadi 2 b. Memperkenal penurunan
Honey to kelompok, yaitu kan diri frekuensi
Decrease kelompok yang c. Menjelaskan diare.
Frequency of diberikan biskuit tujuan dan Kelompok
Stools in tempe dan madu prosedur madu sebelum
Children untuk menurunkan d. Menanyakan diberikan
38
Intervensi
Judul Terapi
No Metode Penelitian Hasil
Penelitian Pemberian
Madu
Diarrhea. frekuensi diare. kesiapan intervensi
Kriteria inklusi anak pasien sebagian besar
Nurwahidah, usia 1-5 tahun, anak e. Mencuci frekuensi BAB
N., dan yang menderita tangan yaitu > 3x
Arbianingsih, diare, pasien anak f. Memposisika sehari,
A. (2019). yang masuk di ruang n pasien sedangkan
perawatan hari dengan sesudah
pertama. nyaman diberikan
g. Memberikan intervensi
Instrument pada madu secara frekuensi
penelitian ini adalah oral sejumlah BAB menjadi
kuesioner berisi 1 gr/KgBB 1-3x sehari.
karakteristik yang
responden dan dilarutkan
lembar observasi. dengan air 10
cc.
h. Mencatat atau
evaluasi
tindakan
tunggu 1 hari
untuk melihat
reaksi setelah
diberikan
terapi madu.
6 Pengaruh Dilakukan pada 70 a. Peneliti Ada pengaruh
Pemberian orang anak yang memilih berupa
Madu pada dibagi menjadi 2 responden penurunan
Diare Akut kelompok. yang akan frekuensi
Kelompok dijadikan diare.
Cholid, S., suplementasi madu subjek Kelompok
Santosa, B., diberikan madu penelitian intervensi
dan Suhartono, secara oral oleh sesuai kriteria frekuensi diare
S. (2016). seorang petugas 20 g inklusi dan sebelum
per hari, terbagi rata eklusi. diberikan
dalam 3 kali b. Peneliti madu yaitu 10
pemberian (pukul melakukan kali, setelah
07.00, 15.00, 21.00) penilaian diberikan
dengan pengenceran awal madu hanya 2
menggunakan frekuensi kali.
aquadest steril diare, yaitu Kelompok
menjadi 10 cc pada adanya tanda- kontrol rerata
masing-masing tanda frekuensi diare
pemberian dan dehidrasi akut adalah 8
kelompok kontrol anak dan kali menjadi 5
(tanpa suplementasi menilai kali.
madu). frekuensi
39
Intervensi
Judul Terapi
No Metode Penelitian Hasil
Penelitian Pemberian
Madu
Kriteria inklusi anak diare.
diare akut usia 1-5 c. Peneliti
tahun tidak ada membagi
kelainan kongenital menjadi 2
pada saluran cerna, kelompok,
tidak menderita yaitu
penyakit penyerta kelompok
yang berat atau gizi intervensi dan
buruk, tidak dalam kelompok
kondisi kontrol.
imunodefisiensi d. Memberikan
(pasien penyakit madu secara
keganasan, dalam oral.
terapi sitostatik dan e. Peneliti
pasien yang sedang mencatat
mendapat terapi frekuensi
kortikosteroid). diare pada
lembar
Instrument pada pengamatan.
penelitian ini adalah
aquadest steril 10 cc
dan lembar
pengamatan yaitu
panduan observasi.
pemberian madu.
No SOP Rasional
diterapkan akan mengganggu hubungan teraupetik
yang berdampak pada ketidakpuasan pasien (Rorie
et al, 2016; Rasyid, Lestari & Sari, 2021).
2 Menjelaskan tujuan Membantu meminimalisir kecemasan selama
dan prosedur prosedur dilakukan, membantu mendorong kerja
tindakan sama serta memperjelas informasi yang diberikan
pada klien dan memberikan kesempatan untuk
menanyakan pertanyaan tambahan (Noviestasari &
Supartini, 2015; Perry & Potter, 2015).
3 Memberikan Informed consent adalah suatu persetujuan
informed consent mengenai akan dilakukannya tindakan kedokteran
atau lembar oleh dokter terhadap pasiennya. Persetujuan ini bisa
persetujuan dalam bentuk lisan maupun tertulis. Pada
hakikatnya informed consent adalah suatu proses
komunikasi antara dokter dengan pasien mengenai
kesepakatan tindakan medis yang akan dilakukan
dokter terhadap pasien (Busro, 2018; Purnama,
2016; Eutheriana, 2016).
4 Melakukan penilaian Penilaian dilakukan untuk mengetahui derajat
derajat dehidrasi dehidrasi pada anak (Andayani, 2020).
5 Melakukan pre test Tujuan dilakukannya pre test sebelum melakukan
dengan menggunakan suatu tindakan ialah suatu kegiatan evaluasi yang
lembar observasi dilakukan untuk memperoleh suatu informasi lebih
untuk menilaidalam (Andayani, 2020).
frekuensi diare
sebelum tindakan
dilakukan.
6 Mencuci tangan. Salah satu tindakan untuk memutuskan mata rantai
kuman, untuk menjaga kebersihan, mencegah
terjadinya infeksi nosokomial dan mengurangi
transmisi mikroorganisme (Handriana, 2016;
Istichomah, 2021; Kementerian Kesehatan RI,
2018).
7 Memposisikan pasien Posisi yang nyaman akan memudahkan perawat
dengan nyaman. dan pasien dalam melakukan tindakan (Nurwahidah
& Arbianingsih, 2019).
8 Memberikan terapi Madu dapat memperbaiki saluran mukosa usus,
madu murni secara serta menghambat bakteri dan virus. Mukosa usus
oral sebanyak 1 yang baik akan berdampak pada penyerapan
gr/KgBB dengan makan, bising usus, penurunan frekuensi diare pada
pengenceran anak (Andayani, 2020).
aquadest steril 10 cc Dosis pemberian madu sebanyak 1 gr/KgBB
pada masing-masing terbukti efektif menurunkan frekuensi diare
pemberian, terbagi (Meisuri et al, 2020).
dalam dua kali Pengenceran madu dilakukan karena dapat
pemberian (pukul membantu penyerapan dalam tubuh lebih cepat jika
07.00 dan 17.00 dibandingkan mengkonsumsi madu secara langsung
WIB). (Nurwahidah & Arbianingsih, 2019).
9 Mencuci tangan. Salah satu tindakan untuk memutuskan mata rantai
41
No SOP Rasional
kuman, untuk menjaga kebersihan, mencegah
terjadinya infeksi nosokomial dan mengurangi
transmisi mikroorganisme (Handriana, 2016;
Istichomah, 2021; Kementerian Kesehatan RI,
2018).
10 Mengevaluasi Evaluasi tindakan dapat mengukur keberhasilan
tindakan (post test) dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan
tunggu 1 hari untuk yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien
melihat reaksi (Suwardianto, 2018).
setelah diberikan Tujuan evaluasi dilakukan adalah untuk mengakhiri
terapi madu, dan rencana tindakan keperawatan, memodifikasi
catat hasil evaluasi rencana keperawatan dan meneruskan rencana
frekuensi diare dan tindakan keperawatan (Tuharea et al, 2019; Perry &
konsistensi feses Potter, 2015).
setelah diberikan
madu menggunakan
lembar observasi.
11 Melakukan Pencatatan dimaksudkan untuk pendokumentasian
dokumentasi hasil keperawatan yang bertujuan untuk memberikan
tindakan. bukti untuk tujuan evaluasi asuhan keperawatan
membandingkan dengan hasil akhir setelah
diberikan intervensi (Olfah, 2016; Khairani, 2019).
B. Pembahasan
bakteri tersebut. Madu juga mempunyai tingkat keasaman yang rendah yaitu
dengan pH antara 3,2 dan 4,5 akan menghambat pertumbuhan bakteri patogen
yang berada dalam usus dan lambung (Puspitayani & Fatimah, 2016).
oral sebanyak 20 g per hari, terbagi dalam 3 kali pemberian (pada jam 07.00,
usus dan adanya efek madu sebagai prebiotik yang dapat menumbuhkan
2016).
eksperimen yang diberi madu penurunan frekuensi diare sebagian besar cepat
frekuensi diare sebagian besar lambat (40%). Ada pengaruh pemberian madu
mengatasi diare. Selain itu, madu juga mampu mengobati masalah konstipasi
antibakteri yang terdapat pada madu dipengaruhi oleh osmolaritas madu yang
menjadi lebih tinggi. Madu memiliki kandungan tinggi gula yang mampu
43
organ yang memicu pergerakan lambung serta usus. Madu mengandung zat
dan sel-sel selaput lendir yang ada didalamnya. Madu mengandung unsur-
dapat menurunkan frekuensi diare pada anak balita. Pemberian madu adalah
jalan alternatif yang baik karena madu dapat membantu terbentuknya jaringan
komensal dalam usus dengan kemampuan melekat pada enterosit mukosa usus
usus yang baik akan berdampak pada penyerapan makan, bising usus,
jurnal lain maka didapatkan hasil bahwa pemberian madu terbukti dapat
B. Saran
1. Bagi Penulis
2. Bagi Masyarakat
44
45
Andayani, R. P. (2020). Madu dengan Oral Rehydration Salts dan Larutan Madu
Efektif terhadap Penurunan Frekuensi Diare dan Lama Rawat pada Anak.
Jurnal Ilmu Kesehatan, 4(1), 57-64.
Botutihe, F., & Haslindah, H. (2021). Terapi Komplementer Madu Pada Anak
Untuk Menurunkan Frekuensi Diare. Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia,
5(1), 1-7.
Cholid, S., Santosa, B., & Suhartono, S. (2016). Pengaruh Pemberian Madu pada
Diare Akut. Sari Pediatri, 12(5), 289-95.
Damanik, S. M., & Sitorus, E. (2020). Modul Bahan Ajar Keperawatan Anak.
Jakarta: Universitas Kristen Indonesia.
46
47
Ekawati, E., & Susanti, S. (2016). Angka Kejadian Diare Pada Balita. Jurnal Ilmu
Kebidanan, 3(2), 47-54.
Fitriani. (2018). Siklus PDCA dan Filosofi Kaizen. Jurnal Manajemen Pendidikan
Islam, 7(1), 625-640.
Hartati, S., Nurazila. (2018). Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare pada
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Rejosari Pekanbaru. Jurnal Endurance,
3(2), 400-407.
Ihsan, A. A. (2017). Terapi Madu Hidup Sehat Ala Rasul. Jakarta: PT. Buku Kita.
Kasman, K., & Ishak, N. I. (2020). Kepemilikan Jamban Terhadap Kejadian Diare
pada Balita di Kota Banjarmasin. Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat
Indonesia, 7(1), 28-33.
Khaironi, M. (2018). Perkembangan Anak Usia Dini. Jurnal Golden Age, 2(1),
01-12.
Kurniawati, S., & Martini, S. (2017). Status Gizi dan Status Imunisasi Campak
Berhubungan dengan Diare Akut. Jurnal Wiyata: Penelitian Sains dan
Kesehatan, 3(2), 126-132.
Lusiana, E., Immawati, I., & Nurhayati, S. (2021). Penerapan Pemberian Madu
Untuk Mengatasi Diare pada Anak Usia Prasekolah (3–5 Tahun). Jurnal
Cendikia Muda, 1(1).
Maki, F., Umboh, A., Ismanto, A.Y. (2017). Perbedaan Pemberian ASI Eksklusif
dan Susu Formula terhadap Kejadian Diare pada Bayi Usia 6-12 Bulan di
Wilayah Kerja Puskesmas Ranotana Weru. eJournal Keperawatan, 5(1), 1-
6.
Masdiana, T. T. (2016). Persepsi, Sikap, & Perilaku Ibu dalam Merawat Balita
dengan Diare. Jurnal Ilmu Keperawatan, 4(1), 101-112.
Meisuri, N. P., Perdani, R. R. W., Mutiara, H., & Sukohar, A. (2020). Efek
Suplementasi Madu terhadap Penurunan Frekuensi Diare Akut pada Anak di
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. Jurnal Majority, 9(2), 26-
32.
Nolitriani, N., Jurnalis, Y. D., & Sayoeti, Y. (2020). Peran Selenium pada Diare
Akut. Human Care Journal. 5(4), 1009-1015.
Purbasari, D., & Puspita, S. (2019). Interaksi Ibu-Anak Dan Tingkat Kecemasan
Anak Usia Prasekolah Selama Hospitalisasi Di RS. Sumber Kasih Kota
Cirebon. Syntax Idea, 1(8). 67-78.
Rorie, P. A., Pondaag, L., & Hamel, R. (2016). Hubungan Komunikasi Terapeutik
Perawat Dengan Kepuasan Pasien Di Ruang Rawat Inap Irina a Rsup Prof.
Dr. RD Kandou Manado. Jurnal Keperawatan, 2(2). 1-8.
Sari, F. S., & Batubara, I. M. (2017). Kecemasan Anak Saat Hospitalisasi. Jurnal
Kesehatan Kusuma Husada, 8(2), 144-149.
Sari, N. K., Lukito, A., & Astria, A. (2018). Hubungan Pengetahuan Ibu tentang
Diare dengan Kejadian Diare pada Anak 1-4 Tahun di Wilayah Puskesmas
Pekan Bahorok. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, 25(4), 1-11.
Siti, M., Zulpahiyana, Z., & Indrayana, S. (2016). Komunikasi terapeutik perawat
berhubungan dengan kepuasan pasien. Jurnal Ners Dan Kebidanan
Indonesia, 4(1), 30-34.
51
Tuharea, N. A., Payung, D. S., Purnawinadi, I. G., & Rotikan, R. (2019). Sistem
komputerisasi untuk pencatatan laporan asuhan keperawatan untuk
mahasiswa ilmu keperawatan. Creative Information Technology Journal,
4(4), 245-253.
Yonata, A., & Farid, A. F. M. (2016). Penggunaan Probiotik sebagai Terapi Diare.
Jurnal Majority, 5(2), 1-5.
Nomor RM :
Tanggal ……………………..
No Observasi Bising
Jumlah Konsistensi Warna
Usus
1 Frekuensi Diare
Jam …… WIB
Jam …… WIB
Jam …… WIB
Jam …… WIB
Jam …… WIB
2 Tanda-tanda Vital
Pagi Sore Malam
(Per Shift)
Nadi
Suhu
Keluhan
Lampiran 4. Lembar Hadir Opponent
Nama
No Hari/Tanggal Mahasiswa Judul TTD KDP
Sidang
1 Selasa/ 20 Ana Yulianih Analisis Intervensi
April 2021 Peran Keluarga dalam
Merawat Pasien
Diabetes Mellitus di
RW 10 Kelurahan
Sudimara Selatan
Kecamatan Ciledug
2 Selasa/ 4 Mei Devi Pengembangan Standar
2021 Andharista Prosedur Operasional
(SPO) Pemberian
Kompres Hangat untuk
Mengatasi Hipertermi
pada Pasien Demam
Tifoid
3 Kamis, 20 Nurhasanah Pengembangan Standar
Mei 2021 Prosedur Operasional
(SPO) Pemberian
Rendam Kaki Air
Hangat Untuk
Menurunkan Tekanan
Darah pada Pasien
Hipertensi
4 Kamis, 20 Dewi Pengembangan SOP
Mei 2021 Septiyawati Pemberian Teknik
Distraksi Musik Klasik
dalam Penurunan
Intensitas Nyeri pada
Pasien Post Op Fraktur
Lampiran 5. Lembar Konsul
LEMBAR KONSUL
NIRM : 18052
Uraian
No TTD PEM
Tanggal Materi Perbaikan/saran
1. Tambahkan usia balita
di dalam judul
2. Perbaiki penulisan gelar
3. Perbaiki BAB 1 sesuai
dengan panduan
4. Tambahkan referensi
terbaru
19 Maret Konsul BAB
1 5. Perbaiki tujuan umum
2021 1, 2
dan khusus sesuai
dengan penulisan
6. Tambahkan tumbuh
kembang anak balita
7. Perbaiki tabel menjadi
tabel terbuka
8. Lanjutkan BAB 3
1. Penulisan judul
trapesium
2. Tambahkan referensi
lain dan terbaru
3. Perbaikan
perkembangan pada
balita bukan prasekolah
24 Mei Konsul BAB
2 4. Tambahkan referensi
2021 1, 2, 3
digambar
5. Tambahkan referensi di
kerangka konsep
6. Penulisan metodelogi
7. Daftar Pustaka dicek
kembali
1. Perbaiki penulisan sitasi
2. Tambahkan konsep
hospitalisasi
3. Buat tabel terbuka
4. Tambahkan referensi di
28 Mei Konsul BAB
3 gambar
2021 1, 2, 3
5. Tambahkan pemberian
prebiotik
6. Tambahkan konsep alat
ukur observasi frekuensi
diare
1. Tambahkan peran
30 Mei Konsul BAB perawat anak
4
2021 1, 2, 3 2. Daftar Pustaka dicek
Kembali
3. Perbaiki penulisan sitasi
4. Tambahkan referensi
9 Juli Konsul BAB
5 5. Lengkapi makalah
2021 4, 5
dengan abstrak
6. Lanjutkan manuskrip
Lampiran 6. Poster
Lampiran 7. Daftar Riwayat Hidup
A. Identitas
Barat 11460
No. HP : 089681918840
B. Riwayat Pendidikan