LP FRAKTUR DISTAL RADIUS SINTAWS

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR DISTAL RADIUS

DI RUANG MPU TANTULAR


RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

disusun oleh:
Sinta Wulansari
PB202405069

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KLATEN

TAHUN 2024/2025
A. DEFINISI FRAKTUR
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Mansjoer, 2016). Fraktur
adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur
dapat disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak, dan
bahkan kontraksi otot ekstrem (Bruner &Sudarth, 2016).
Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang
berlebihan pada tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung
(Sjamsuhidajat & Jong, 2016).

B. KLASIFIKASI
Klasifikasi fraktur secara umum :
1. Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, ulna, radius dan cruris
dst).
2. Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur:
a. Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui
kedua kortek stulang).
b. Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis penampang
tulang).
3. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah
a. Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan
b. Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan.
c. Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada
tulang yang sama.

4. Berdasarkan posisi fragmen


a. Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap tetapi kedua
fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh.
b. Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga
disebut lokasi fragmen
5. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).
a. Fraktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa
komplikasi. Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan
keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
1) Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak
sekitarnya.
2) Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan
subkutan.
3) Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian
dalam dan pembengkakan.
4) Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak dan ancaman
sindroma kompartement.
b. Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.
Fraktur terbuka dibedakan menjadi beberapa grade yaitu :
1) Grade I :lukabersih, panjangnya kurangdari 1 cm.
2) Grade II :luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.
3) Grade III : sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan
lunak ekstensif.
6. Berdasar bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma
a. Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan
merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.
b. Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap
sumbu tulang dan merupakan akibat trauma angulasi juga.
c. Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang
disebabkan trauma rotasi.
d. Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang
mendorong tulang ke arah permukaan lain.
e. Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot
pada insersinya pada tulang..
7. Berdasarkan kedudukan tulangnya :
a. Tidak adanya dislokasi.
b. Adanya dislokasi
1) At axim :membentuk sudut.
2) At lotus :fragmen tulang berjauhan.
3) At longitudinal :berjauhan memanjang.
4) At lotus cum contractiosnum :berjauhan dan memendek.
8. Berdasarkan posisi frakur
Tulang terbagi menjadi tiga bagi anantara lain : 1/3 proksimal, 1/3 medial, dan 1/3
distal
9. Fraktur Kelelahan : Fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.
10. Fraktur Patologis : Fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang.

C. ANATOMI FISIOLOGI TULANG LENGAN


Lengan atas tersusun dari tulang lengan atas, tulang lengan bawah, dan tulang
tangan (Sloane 2015). Fungsi tulang adalah sebagai kerangka tubuh, yang menyokong
dan member bentuk tubuh,untuk memberikan suatu system pengungkit, yang digerakan
oleh kerja otot-otot yang melekat pada tulang tersebut, sebagai reservoir kalsium,
fosfor, natrium dan elemen-elemen lain, untuk menghasilkan sel sel darah merah dan
putih dan trombosit dalam sumsum merah tulang tertentu.(Watson,2015)
Gambar 1

Tulang Humerus

1. Tulang – tulang lengan bawah

Adalah ulna sisi medial dan tulang radius disisi lateral (sisi ibujari) yang di
hubungkan dengan suatu jaringan ikat fleksibel, membrane interoseus.
a. Ulna
Ulna atau tulang hasta adalah tulang panjang berbentuk prisma yang
terletak sebelah medial lengan bawah, sejajar dengan jari kelingking arah ke
siku mempunyai taju yang disebut prosesus olekrani, gunanya ialah tempat
melekatnya otot dan menjaga agar siku tidak membengkok ke belakang.
Terdapat dua ekstremitas.
Ekstremitas proksima ulnaris, mempunyai insisura semilunaris,
persendian dengan trokhlea humeri, dibelakang ujung terdapat benjolan yang
disebut olekranon. Pada tepi distal dari insisura semilunaris ulna terdapat
prosesus koroideus ulna, bagian distal terdapat tuberositas ulna tempat
melekatnya M. brakialis, bagian lateral terdapat insisura radialis ulna yang
berhubungan dengan karpi ulnaris.
Ekstremitas distalis ulna, yaitu kapitulum ulna yang mempunyai
prosessus stiloideus ulnae. Pada permukaan dorsalis tempat melekatnya tendo
M. Ekstensor karpiulnaris yaitus ulkus M. ekstensorkarpiulnaris.
b. Radius
Radius atau tulang pengumpil, letaknya bagian lateral, sejajar dengan
ibu jari. Di bagian yang berhubungan humerus dataran sendinya berbentuk
bundar yang memungkinkan lengan bawah dapat berputar atau telungkup.
Terdapat dua ujung (ekstremitas).
Ekstremitas proksilis, yang lebih kecil, terdapat pada kaput radii yang
terletak melintang sebelah atas dan mempunyai persendian dengan humeri.
Sirkum ferensia artikularis yang merupakan lingkaran yang menjadi tepi
kapitulum radii dipisahkan dengan insisura radialis ulna. Kapitulum radii
dipisahkan oleh kolumna radii darikorpus radii, bagian medial kolumna radii
terdapat tuberositas radii tempat melekatnya M. bisepsbrakhii. Korpus radii
berbentuk prisma mempunyai tiga permukaan (fasies).
Ekstremitas distalis radii, yang lebih besar dan agak rata daripada
bagian dorsalis, terdapat alur (sulkus) M. Ekstensorkarpi radialis. Disebelah
lateral sulkus M. ekstensorkommunis dan diantara kedua sulkusini terdapat
sulkus M. Ekstensorpolisis longus. Sebelah lateralis ekstremitas lateralis radii
terdapat tonjolan yang disebut prosesus stiloideus radii, bagian medial
ditemukan insisura ulnaris radii untuk persendian dengan kapitulum.
D. Definisi Fraktur Radius Dan Fraktur Ulna
Fraktur Radius adalah fraktur yang terjadi pada tulang radius akibat jatuh dan
tangan menyangga dengan siku ekstensi. (Brunner & Suddarth, Buku Ajar Medikal
Bedah, 2016).

Fraktur antebrachii adalah terputusnya kontinuitas tulang radius ulna, pada anak
biasanya tampak angulasi anterior dan kedua ujung tulang yang patah masih
berhubungan satu sama lain. Gambaran klinis fraktur antebrachii pada orang dewasa
biasanya tampak jelas karena fraktur radius ulna sering berupa fraktur yang disertai
dislokasi fragmen tulang (Manjoer 2016).

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan
atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa( Sjamsuhidajat& Dee
Jong, 2015).
Fraktur radius dan ulna dapat terjadi pada 1/3 proksimal, 1/3 tengah, atau 1/3
distal. Fraktur dapat terjadi pada salah satu tulang ulna atau radius saja dengan atau
tanpa dislokasi sendi. Fraktur radius ulna biasanya terjadi pada anak-anak (Muttaqin,
2016).
Fraktur radius ulna biasanya terjadi karena trauma langsung sewaktu jatuh
dengan posisi tangan hiperekstensi. Hal ini dikarenakan adanya mekanisme reflex
jatuh di mana lengan akan menahan badan dengan posisi siku agak menekuk
(Busiasmita, Heryati & Attamimi,2016).
Kekhasan dari fraktur radius ulna dapat dipengaruhi oleh otot antar tulang, yaitu
otot supinator, pronator teres, pronator kuadratus yang memuat gerakan pronasi-
supinasi yang berinsersi pada radius dan ulna.
E. Etiologi
Penyebab yang paling sering adalah trauma misalnya jatuh, cidera,
penganiayaan; terdapat riwayat fraktur sebelumnya atau memiliki riwayat fraktur saat
yang tidak meyakinkan; atau diakibatkan oleh beberapa fraktur ringan karena
kelemahan tulang, osteoporosis, individu yang mengalami tumor tulang bagian
antebrachii, infeksi atau penyakit lainnya, hal ini dinamakan fraktur patologis; atau
bisa juga diakibatkan oleh fraktur stress yaitu terjadi pada tulang yang normal akibat
stress tingkat rendah yang berkepanjangan atau berulang misalnya pada atlet-atlet
olahraga, karena kekuatan otot meningkat lebih cepat daripada kekuatan tulang,
individu mampu melakukan aktifitas melebihi tingkat sebelumnya walaupun mungkin
tulang tidak mampu menunjang peningkatan tekanan (Corwin, 2016).
Dari factor penyebab diatas, berpengaruh ketika terjadi tekanan dari luar ke
tulang. Tulang itu bersifat rapuh hanya memiliki sedikit kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan. Suatu keadaan ketika apabila ada tekanan eksternal yang dating lebih
besar dari kemampuan tahanan tulang dan resistensi tulang untuk melawan tekanan
berpindah mengikuti gaya tekanan tersebut (Muscari, 2016). Disaat demikian itu,
terjadilah trauma yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang.
Setelah fraktur terjadi, peritoneum, pembuluh darah, saraf dalam korteks marrow dan
jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Kemudian timbul pendarahan pada
sekitar patahan dan dalam jaringan lunak yang ada di dalamnya sehingga terbentuk
hematoma pada rongga medulla tulang, edema, dan nekrokrik sehingga terjadi
gangguan hantaran kebagian distal tubuh (Suratun, 2015).
Etiologi patah tulang menurut (Suratun, 2015) adalah :
1. Fraktur akibat peristiwa trauma
Jika kekuatan langsung mengenai tulang maka dapat terjadi patah pada
tempat yang terkena, halini juga mengakibatkan kerusakan pada jaringan lunak
disekitarnya. Jika kekuatan tidak langsung mengenai tulang maka dapat terjadi
fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang terkena dan kerusakan jaringan
lunak di tempat fraktur mungkin tidak ada.
Fraktur dapatdisebabkan oleh trauma, antara lain :
a. Trauma langsung
Bila fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut terdapat rudapaksa,
misalnya :benturan atau pukulan pada tulang yang mengakibatkan fraktur.
b. Trauma tidak langsung
Misalnya pasien jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi, dapat terjadi
fraktur pada pergelangan tangan, suprakondiskuler, clavicula.
c. Trauma ringan
Dapat menyebabkan fraktur bila tulang itu sendiri sudah rapuh. Selain itu
fraktur juga disebabkan oleh karena metastase dari tumor, infeksi,
osteoporosis, atau karena tarikan spontan otot yang kuat.
2. Fraktur akibat kecelakaan atau tekanan
Tulang jika bisa mengalami otot-otot yang berada disekitar tulang tersebut
tidak mampu mengabsobsi energy atau kekuatan yang menimpanya.
3. Fraktur Patologis
Adalah suatu fraktur yang secara primer terjadi karen aadanya proses
pelemahan tulang akibat suatu proses penyakit atau kanker yang bermetastase atau
ostepororsis.

F. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala dari fraktur antara lain (Smeltzer & Bare, 2016):
1. Nyeri hebat di tempat fraktur
Nyeri akan timbul selama fragmen tulang belum diimobilisasi. Nyeri ini timbul
karena ketika tulang tersebut patah, otot akan mengalami spasme.
2. Adanya pemendekan tulang
Hal ini diakibatkan oleh kontraksi otot yang melekat di atas dan di bawah fraktur.
3. Pembengkakan dan Perubahan Warna
Hal ini terjadi karena adanya respon inflamasi. Saat terjadi fraktur, fragmen tulang
yang patah akan turut melukai jaringan sekitarnya sehingga terjadi respon inflamasi
yang diawali dengan vasodilatasi pembuluh darah dan pelepasan mediator-mediator.
4. Hilangnya fungsi radius-ulna
5. Deformitas
6. Krepitasi
Pada anamnesis selalu ditemukannya deformitas pada daerahs ekitar radius-
ulna pada tangan klien(helmi,2015).
1. Look : pada fase awal trauma, klien akan meringis kesakitan. Terlihat adanya
deformitas pada lengan bawah klien. Apabila didapatkan nyeri dan deformitas
pada lengan bawah maka perlu dikaji adanya perubahan nadi, perfusi yang tidak
baik (akral dingin pada lesi), dan CRT >3 detik dimana hal ini merupakan tanda-
tanda peringatan tentang terjadinya kompartemen sindrom. Sering didapatkan
kasus fraktur radius-ulna dengan komplikasi lebih lanjut.
2. Feel :adanya keluhan nyeri misal skala 6, nyeritekan dan krepitasi, sensesi masih
terasa di area distal.
3. Move :gerak fleksi ekstensi elbow terbatas, pronasi supinasi terbatas .
G. PemeriksaanDiagnostik
1. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi menggunakan sinar rongen (x-ray) digunakan untuk
mendapatkan gambaran spesifik terkait keadaan dan kedudukantulang, maka
digunakan kedudukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral. Dalam keadaan
tertentu diperlukan proyeksi tambahan karena adanya patologi yang dicari berupa
super posisi. Permintaan x-ray harus didasari pada adanya permintaan pemeriksaan
penunjang. Pada pemeriksan ini didapatkan adanya garis patah pada tulangbatang
humerus pada foto polos.
Hal yang harus dibaca pada x-ray harus meliputi 6 A yaitu:
a. Anatomi
b. Articular
c. Alignment
d. Angulation
e. Apeks
f. Apposition
Selain foto polos x-ray ada kemungkinan perlu teknik khusus seperti
Computed tomografi-scanning (CT-scan) :menggambarkan potongan secara
transfersal dari tulang dimana didapatkan suatu struktur tulang yang rusak.
2. Pemeriksaan laboraturium
a. Kalsium serum dan fosfor serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang.
b. Alkalin fosfat meningkat pada kerusakan tulang karena menunjukan bahwa
kegiatan osteoblast dalam membentuk tulang.
c. Enzyme otot seperti keratin kinase, laktat dehydrogenase (LDH-5) aspartate
amino transferase (AST), aldolase yang meningkat pada tahap penyembuhan
tulang.
3. Pemeriksaan lain yang mungkin dilakukan
a. Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitifitas yang mungkin
mengindikasikan terjadinya infeksi oleh mikroorganisme.
b. Biopsy tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan
pemeriksaan di atas tapi lebih diindikasikan oleh dugaan terjadinya infeksi.
c. Arthroscopy: didapatkan trauma jaringan ikat yang rusak atau sobel karena
trauma yang berlebihan.
d. Indium imaging: pada pemeriksaan ini akan diadapatkan infeksi pada tulang.
e. MRI: menggambarkan kerusakan pada semua jaringan akibat oleh fraktur,
termasuk jaringan lunak, dan tulang.

H. Penatalaksanaan
Fraktur dari distal radius adalah jenis fraktur yang paling sering terjadi.Fraktur
radius dan ulna biasanya selalu berupa perubahan posisi dan tidak stabil sehingga
umumnya membutuhkan terapi operatif. Fraktur yang tidak disertai perubahan posisi
ekstra artikular dari distal radius dan fraktur tertutup dari ulna dapat diatasi secara
efektif dengan primary care provider. Fraktur distal radius umumnya terjadi pada
anak-anak dan remaja, serta mudah sembuh pada kebanyakan kasus.
Terapi fraktur diperlukan konsep ”empat R” yaitu : rekognisi, reduksi/reposisi,
terensi/fiksasi, dan rehabilitasi.
1. Rekognisis atau pengenalan adalah dengan melakukan berbagai diagnosa yang
benar sehingga akan membantu dalam penanganan fraktur karena perencanaan
terapinya dapat dipersiapkan lebih sempurna.
2. Reduksi atau reposisi adalah tindakan mengembalikan fragmen-fragmen fraktur
semirip mungkin dengan keadaan atau kedudukan semula atau keadaan letak
normal.
3. Retensi atau fiksasi atau imobilisasi adalah tindakan mempertahankan atau
menahan fragmen fraktur tersebut selama penyembuhan.
4. Rehabilitasi adalah tindakan dengan maksud agar bagian yang menderita fraktur
tersebutdapatkembali normal.

I. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Mitra :Membangun hubungan dengan klien, serupa dengan teman .memenuhi
kebutuhan klien untuk memperolehin formasi tentang kondisi, pembedahan, dan
penatalaksanaan yang akan dilakukan sehingga pasien dapat berbagi rasa takut dan
member kepercayaan pada perawat
2. Pembimbing :Perawat berperan sebagaiin struktur selama fase awal remobilisasi
dan rehabilitasi klien
3. Peningkat rasa nyaman dengan cara pemeliharaan asupan cairan dan diet yang
sesuai, pemeliharaan standar hygiene personal dan berpakaian.
4. Manajer Resiko :perawat mencegah terjadinya komplikasi tersering pada fraktur
radius ulna yaitu emboli lemak ataupun sindrom kompartemen
5. Teknisi :Perawat melakukan strategi yang digunakan untuk menstabilkan fraktur
radius ulna yang meliputi pemasangan dan asuhan gips dan alat bantu, pemasangan
dan penatalaksanaan traksi.
Secara rinci proses penyembuhan fraktur dapat dibagi dalam beberapa tahap sebagai
berikut:
1. Fase hematoma
Pada mulanya terjadi hematoma dan disertai pembengkakan jaringan lunak,
kemudian terjadi organisasi (proliferasi jaringan penyambung muda dalam daerah
radang) dan hematoma akan mengempis. Tiap fraktur biasanya disertai putusnya
pembuluh darah sehingga terdapat penimbunan darah di sekitarfraktur. Pada ujung
tulang yang patah terjadi ischemia sampai beberapa mili meter dari garis patahan
yang mengakibatkan matinya osteocyt pada daerah fraktur tersebut.
2. Fase proliferative
Proliferasi sel-sel periosteal dan endoosteal, yang menonjol adalah
proliferasi sel-sel lapisan dalam periosteal dekat daerah fraktur. Hematoma
terdesak oleh proliferasi ini dan diabsorbsi oleh tubuh. Bersamaan dengan aktivitas
sel-sel sub periosteal maka terjadi aktifitas sel-sel dari kanalis medularis dari
lapisan endosteum dan dari bone marrow masing-masing fragmen. Prosesdari
periosteum dan kanalis medularis dari masing masing fragmen bertemu dalam satu
proses yang sama, proses terus berlangsung ke dalam dan keluar dari tulang
tersebut sehingga menjembatani permukaan fraktur satusama lain. Pada saat ini
mungkin tampak di beberapa tempat pulau-pulau kartilago, yang mungkin banyak
sekali, walaupun adanya kartilago ini tidak mutlak dalam penyembuhan tulang.
Pada fase ini sudah terjadi pengendapan kalsium.
3. Fase pembentukan callus
Pada fase ini terbentuk fibrous callus dan disini tulang menjadi osteoporotik
akibat resorbsi kalsium untuk penyembuhan. Sel-sel osteoblas mengeluarkan
matriks intra selluler yang terdiri dari kolagen dan polisakarida,yang segera bersatu
dengan garam-garam kalsium, membentuk tulang immature atau young callus,
karena proses pembauran tersebut, maka pada akhir stadium terdapat dua macam
callus yaitu didalam disebut internal callus dan diluar disebut external callus.
4. Fase konsolidasi
Pada fase ini callus yang terbentuk mengalam imaturisasi lebih lanjut oleh
aktivitas osteoblas, callus menjadi tulang yang lebih dewasa (mature) dengan
pembentukan lamela-lamela). Pada stadium ini sebenarnya proses penyembuhan
sedah lengkap. Pada fase ini terjadi pergantian fibrous callus menjadi primary
callus. Pada saat ini sudah mulai diletakkan sehingga sudah tampak jaringan yang
radioopaque. Fase ini terjadi sesudah 4 (empat) minggu, namun pada umur-umur
lebih mudah lebih cepat. Secara berangsur-angsur primary bone callus diresorbsi
dan diganti dengan second bone callus yang sudah mirip dengan jaringan tulang
yang normal.
5. Fase remodeling
Pada fase ini secondary bone callus sudah ditimbuni dengan kalsium yang
banyak dan tulang sedah terbentuk dengan baik, serta terjadi pembentukan kembali
dari medulla tulang. Apabila union sudah lengkap, tulang baru yang terbentuk pada
umumnya berlebihan, mengelilingi daerah fraktur di luar maupun di dalam kanal,
sehingga dapat membentuk kanal medularis. Dengan mengikuti stress/tekanan dan
tarik mekanis, misalnya gerakan, kontraksiotot dan sebagainya, maka callus yang
sudah mature secara pelan-pelan terhisap kembali dengan kecepatan yang konstan
sehingga terbentuk tulang yang sesuai dengan aslinya.
Ilizarov, Bone lengthening, Bone distraction osteogenesis atau Callotaxis
adalah suatu istilah yang sama dalam program pemanjangan tulang. Ilizarov
dikembangkan pertama kali oleh seorang dari Siberia Rusia yang bernama
Gabriel Abramovich Ilizarov. Ilizarov adalah suatu alat eksternal fiksasi yang
berfungsi untuk menjaga agar tidak terjadi pergeseran tulang dan untuk
membantu dalam proses pemanjangan tulang.
J. Komplikasi
Komplikasi fraktur radius ulna diklasifikasikan sebagai komplikasi cepat (saat
cedera), awal (dalam beberapa jam atau hari), dan lambat (dalam beberapa minggu
atau bulan).
1. Komplikasi Cepat Fraktur Radius Ulna, meliputi:
a) Perdarahan, kehilangan darah dari tulang yang mengalami fraktur, termasuk
juga kehilangan darah dari kerusakan pada jaringan sekitar tulang yang
mengalami fraktur.
b) Kerusakan arteri saraf brachialis yang terletak di dekat radius ulna
2. Komplikasi Awal Radius Ulna, meliputi:
a) Emboli lemak yang terjadi terutama pada bagian yang mengalami fraktur
radius ulna
b) Masalah imobilisasi lokal (misalnya ulkus dekubitus, trombosis vena
profunda, infeksi dada).
c) Sindrom kompartemen.

3. Komplikasi Lambat, meliputi:


a) Deformitas.
b) Osteoarthritis sekunder (sendi).
c) Nekrosis asepsis dan atau avaskular dapat terjadi terutama setelah fraktur pada
tulang seperti radius ulna Terjadi akibat gangguan suplai darah ketulang
tersebut setelah fraktur (Brooker, 2015).
K. PATHWAYS
DAFTAR PUSTAKA

Brokker, 2015 Medical Surgical Nursing Clinical Management for Positive Outcomes.2014
Brunner and Suddarth , 2016. Buku Ajar Bedah, Ed. 6, EGC, Jakarta.
Carwin, 2015. PerawatanMedikal Bedah : SuatuPendekatan Proses Keperawatan. Jakarta,
PenerbitBukuKedokteran EGC.

Mansjoer, A. dkk .2016 .Kapita SelektaKedokteran. Jilid 3. Edisi 4. Jakarta: Media


Aesculopius
PPNI (2016) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018a) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Ist edn. Jakarta: DPP
PPNI
PPNI (2018b) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Ist edn. Jakarta: DPP PPNI
Smeltze. 2016. Buku Ajar KeperawatanMedikal – Bedah. EGC: Jakarta.

Suratun. 2015. AnatomiMuskuloskeletal, Program StudiAnatomiFakultasKedokteran


Universitas Airlangga / RSUD. dr.Soetomo

Watson. 2016. Buku Ajar KeperawatanMedikal Bedah. Volume 4. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai