ASKEP FRAKTUR RUANGAN IGD 1-Dikonversi-Dikonversi
ASKEP FRAKTUR RUANGAN IGD 1-Dikonversi-Dikonversi
ASKEP FRAKTUR RUANGAN IGD 1-Dikonversi-Dikonversi
RUANGAN IGD
Disusun Oleh :
SYAMSUL BACHRI
19193082
Ci Lahan Ci Institusi
(………………………) (………………………)
A. Pengertian
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapkasa.
Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma
langsung, misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabakan patah
tulang radius dan ulna, dan dapat berupa tidak langsung, misalnya jatuh
bertumpu pada lengan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal
patah.
Akibat trauma pada tulang tergantung pada jenis trauma, kekuatan
dan arahnya. Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat
dapat menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka. Patah tulang di dekat
sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi
sendi yang disebut fraktur dislokasi. Di antara jenis patah tulang, patah tulang
cruris adalah menduduki peringkat pertama dari keseluruhan angka kejadian
patah tulang yang terjadi. Penderita kebanyakan adalah pengendara sepeda
motor. Komplikasi akibat patah tulang cukup banyak mulai dari ringan sampai
berat bahkan sampai menimbulkan kecacatan, di samping itu patah tulang
membutuhkan biaya perawatan dan pengobatan yang cukup tinggi.
Diskontinuitas dari jaringan tulang (patah tulang) yang biasanya
disebabkan oleh adanya kekerasan yang timbul secara mendadak. (Aswin, dkk,;
1986).
proksimal b.
1/3 medial
c. 1/3 distal
C. Etiologi
Pada dasarnya tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai
kekuatan dan daya pegas untuk menahan tekanan. Penyebab fraktur batang
femur antara lain (Muttaqin,
2011):
✓ Fraktur femur terbuka
Fraktur femur terbuka disebabkan oleh trauma langsung
pada paha.
✓ Fraktur femur tertutup
Fraktur femur tertutup disebabkan oleh trauma langsung atau kondisi
tertentu, seperti degenerasi tulang (osteoporosis) dan tumor atau
keganasan tulang paha yang menyebabkan fraktur patologis.
D. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala fraktur femur (Brunner & Suddarth, 2001) terdiri atas:
a. Nyeri
Nyeri yang terjadi terus menerus dan bertambah beratnya sampai
fragmen tulang dimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur
merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan
gerakan antar fragmen tulang.
b. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan
cenderung bergerak secara tidak alamiah. Pergeseran fragmen pada
fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas ekstremitas,
yang bisa diketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas yang
normal. Ektremitas tak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi
normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melekatnya
otot..
c. Pemendekan tulang
Terjadi pada fraktur panjang karena kontraksi otot yang melekat di atas
dan dibawah tempat fraktur.
d. Krepitus tulang (derik tulang)
Krepitasi tulang terjadi akibat gerakan fragmen satu
dengan yang lainnya. e. Pembengkakan dan perubahan warna
tulang
Pembengkakan dan perubahan warna tulang terjadi akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini terjadi setelah beberapa
jam atau hari.
E. Patofisiologi
Pada dasarnya penyebab fraktur itu sama yaitu trauma, tergantung
dimana fraktur tersebut mengalami trauma, begitu juga dengan fraktur
femur ada dua faktor penyebab fraktur femur, faktor-faktor tersebut
diantaranya, fraktur fisiologis merupakan suatu kerusakan jaringan tulang
yang diakibatkan dari kecelakaan, tenaga fisik, olahraga, dan trauma dan
fraktur patologis merupakan kerusakan tulang terjadi akibat proses
penyakit dimana dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur (Rasjad,
2007).
Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma
gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan
fisik, gangguan metabolik dan patologik. Kemampuan otot mendukung tulang
turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah
akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun. COP
atau
curah jantung menurun maka terjadi perubahan perfusi jaringan.
Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edema lokal
maka terjadi penumpukan didalam tubuh. Disamping itu fraktur terbuka
dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi
terkontaminasi dengan udara luar dan kerusakan jaringan lunak yang akan
mengakibatkan kerusakan integritas kulit.
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma
gangguan metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik
fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut syaraf yang dapat
menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang
sehingga akan terjadi masalah neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri
gerak sehingga mobilitas fisik terganggu. Pada umumnya pada pasien fraktur
terbuka maupun tertutup akan dilakukan immobilitas yang bertujuan untuk
mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya
sampai sembuh.
Tahapan
Bone Healing
Setiap tulang yang mengalami cedera, misalnya fraktur karena kecelakaan, akan
mengalami proses penyembuhan. Fraktur tulang dapat mengalami proses
penyembuhan dalam 5 tahap yaitu:
a) Fase
hematoma
Apabila tejadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh darah kecil yang
melewati kanalikuli dalam system haversian mengalami robekan dalam
daerah fraktur dan akan membentuk hematoma diantara kedua sisi fraktur.
Hematoma yang besar diliputi oleh periosteum. Periosteum akan terdorong
dan mengalami robekan akibat tekanan hematoma yang terjadi sehingga
dapat terjadi ekstravasasi darah kedalam jaringan lunak.
Osteosit dengan lakunannya yang terletak beberapa millimeter dari daerah
fraktur akan kehilangan darah dan mati, yang akan menimbulkan suatu
daerah cincin avaskular tulang yang mati pada sisi – sisi fraktur segera
setelah trauma.
Waktu terjadinya proses ini dimulai saat fraktur terjadi sampai 2
– 3 minggu. b) Fase proliferasi seluler subperiosteal dan
endosteal
Pada saat ini terjadi reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu
reaksi penyembuhan. Penyembuhan fraktur terjadi karena adanya sel – sel
osteogenik yang berproliferasi dari periosteum untuk membentuk kalus
eksterna serta pada daerah endosteum membentuk kalus interna sebagi
aktivitas seluler dalam kanalis medularis. Apabila terjadi robekan yang
hebat pada periosteum, maka penyembuhan sel berasal dari diferansiasi
sel – sel mesenkimal yang berdiferensiasi kedalam jaringan lunak. Pada
tahap awal dari penyembuhan fraktur ini terjadi penambahan jumlah dari
sel – sel osteogenik yang memberi penyembuhan yang cepat pada jaringan
osteogenik yangsifatnya lebih cepat dari tumor ganas. Jaringan seluler tidak
terbentuk dari organisasi pembekuan hematoma suatu daerah fraktur.
Setelah beberapa minggu, kalus dari fraktur akan membentuk suatu
massa yang meliputi jaringan osteogenik. Pada pemeriksaan radiologist
kalus belum mengandung tulang sehingga merupakan suatu daerah
radioluscen.
Pada fase ini dimulai pada minggu ke 2 – 3 setelah terjadinya fraktur dan
berakhir pada minggu ke 4 – 8.
c) Fase pembentukan kalus (Fase union secara klinis)
Setelah pembentukan jaringan seluler yang tumbuh dari setiap fragmen sel
dasar yang berasal dari osteoblast dan kemudian pada kondroblast
membentuk tulang rawan. Tempat osteoblas diduduki oleh matriks
interseluler kolagen dan perlekatan polisakarida oleh garam – garam
kalsium pembentuk suatu tulang yang imatur. Bentuk tulang ini disebut
moven bone. Pada pemeriksaan radiolgis kalus atau woven bone sudah
terlihat dan merupakan indikasi radiologik pertama terjadinya
penyembuhan fraktur.
d) Fase konsolidasi (Fase union secara radiology)
Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan – lahan
diubah menjadi tulang yang lebih matang oleh aktivitas osteoblas yang
menjadi struktur lamellar dan kelebihan kalus akan di resorpsi secara
bertahap. Pada fase 3 dan 4 dimulai pada minggu ke 4 – 8 dan berakhir pada
minggu ke 8 – 12 setelah terjadinya fraktur.
e) Fase remodeling
Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru akan membentuk
bagian yang meyerupai bulbus yang meliputi tulang tetapi tanpa kanalis
medularis. Pada fase remodeling ini perlahan – lahan terjadi resorpsi
secara osteoklastik dan tetapi terjadi osteoblastik pada tulang dan kalus
eksterna secara perlahan – lahan menghilang. Kalus intermediet berubah
menjadi tulang yang kompak dan berisi system haversian dan kalus bagian
dalam akan mengalami peronggaan untuk membentuk susmsum. Pada fase
terakhir ini, dimulai dari minggu ke 8 – 12 dan berakhir sampai beberapa
tahun dari terjadinya fraktur.
F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien yang mengalami fraktur femur
(Muttaqin,
2008), antara lain:
1) Fraktur leher femur
Komplikasi yang bersifat umum adalah trombosis vena, emboli paru,
pneumonias, dan dekubitus. Nekrosis avaskular terjadi pada 30% klien
fraktur femur yang disertai pergeseran dan 10% fraktur tanpa pergeseran.
Apabila lokasi fraktur lebih ke proksimal, kemungkinan terjadi nekrosis
avaskular lebih besar.
2) Fraktur diafisis femur
Komplikasi dini yang biasanya terjadi pada fraktur diafisis femur adalah
sebagai berikut:
a) Syok terjadi perdarahan sebanyak 1-2 liter walapun fraktur
bersifat tertutup. b) Emboli lemak sering didapatkan pada
penderita muda dengan fraktur femur.
c) Trauma pembuluh darah besar. Ujung fragmen tulang menembus
jaringan lunak dan merusak arteri femoralis sehingga menmyebakan
kontusi dan oklusi atau terpotong sama sekali.
d) Trauma saraf pada pembuluh darah akibat tusukan fragmen dapat
disertai kerusakan saraf yang bervariasi dari neuropraksia sampai ke
aksonotemesis. Trauma saraf dapat terjadi pada nervus iskiadikus atau
pada cabangnya, yaitu nervus tibialis dan nervus peroneus komunis.
e) Trombo emboli. Klien yag mengalami tirah baring lama, misalnya
distraksi di tempat tidur dapat mengalami komplikasi trombo-emboli.
f) Infeksi terjadi pada fraktur terbuka akibat luka yang terkontaminasi.
Infeklsi dapat pula terjadi setelah dilakukan operasi.
Komplikasi lanjut pada fraktur diafisis femur yang sering terjadi adalah
sebagai berikut:
a) Delayed Union, yaitu fraktur femur pada orang dewasa mengalami
union dalam empat bulan.
G. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan rontgen : menetukan lokasi, luasnya fraktur, trauma, dan
jenis fraktur.
H. Penatalaksanaan
1. Fraktur femur terbuka
Fraktur femur terbuka harus dinilai dengan cermat untuk mengetahui ada
tidaknya kehilangan kulit, kontaminasi luka, iskemia otot, cedera pada
pembuluh darah dan saraf. Intervensi tersebut meliputi:
a) Profilaksi
s antibiotik
b)
Debridemen
1. Pengkajian
Pada tahap pengkajian dapat dilakukan anamnesa/wawancara terhadap pasien
dengan fraktur femur terdiri dari
1) Identitas pasien meliputi : nama, umur, suku, alamat.
2) Riwayat keperawatan
1. Riwayat perjalanan
penyakit
- Kehilangan fungsi
2. Riwayat pengobatan
sebelumnya
fraktur a) Inspeksi
- Laserasi
- Krepitasi
- Nadi, dingin
3. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto Rontgen
4. Diagnosa keperawatan
I. Pr
e
operasi
a) Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot dan kerusakan
sekunder pada fraktur
b) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera
jaringan sekitar/fraktur
c) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka
dan kerusakan jaringan lunak
II. Intr
a
operasi
✓ Resiko syok hipovolomik berhubungan dengan
perdarahan akibat pembedahan
III. Post operasi
a) Nyeri berhubungan dengan proses pembedahan
b) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma jaringan
post pembedahan
c) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka operasi
5. Intervensi
dan
rasional
1. Nyeri akut sehubungan dengan spasme otot/imobilisasi
Tujuan: Nyeri hilang dengan kriteria: Rilek; mampu berpartisipasi
dalam aktivitas/tidur/ istirahat dengan tepat.
Intervensi dan rasional
No Tindakan Keperawatan Rasional
.
1. Pertahankan bagian yang Menghilangkan nyeri dan mencegah
sakit kesalahan
dengan tirah baring posisi tulang/jaringan yang cedera
2. Tinggikan dan Meningkatkan aliran balik vena,
dukung menurunkan
ekstremitas yang terluka edema dan menurunkan nyeri
3. Hindari penggunaan Dapat meningkatkan ketidaknyamanan
sprei/bantal karena
plastik di bawah peningkatan produksi panas dalam gips
ekstremitas dalam yang kering
gips
4. Tinggikan penutup tempat Mempertahankan kehangatan tubuh
tidur, tanpa
pertahankan linen terbuka ketidaknyamanan karena tekanan selimut
pada ibu jari kaki pada bagian yang sakit
5. Evaluasi keluhan Mempengaruhi pilihan atau pengawasan
nyeri/ketidaknyaman, keefektifan intervensi. Tingkat ansietas dapa
perhatikan lokasi mempengaruhi persepsi atau reaksi terhadap
dan nyeri
karakteristik,
termasuk
intensitas (skala 0 –
10). Perhatikan petunjuk nyer
6. Dorong pasien Membantu untuk menghilangkan ansietas.
untuk Pasien
mendiskusikan dapat merasakan kebutuhan
masalah untuk menghilangkan
sehubungan dengan cedera pengalaman kecelakaan
7 Jelaskan Memungkinkan pasien untuk mulai secara
. mental
prosedur sebelum
untuk aktivitas juga berpartisipasi
memulai
dalam mengontrol tingkat
ketidaknyamanan.
8 Beri obat sebelum Meningkatkan relaksasi otot dan
. perawatan meningkatkan
aktivitas partisipasi.
9 Lakukan dan awasi Mempertahanakan kekuatan atau mobilitas
. latihan otot
rentang gerak pasif/aktif yang sakit dan memudahkan resolusi
implamasi pada jaringan yang
cedera
10 Berikan alternati Meningkatkan sirkulasi umum: menurunkan
. tindakan area
kenyamanan, contoh pijatantekanan lokal dan kelelahan otot.
pijatan punggung, perubahan
posisi
11 Dorong/ajari Memfokuskan kembali
perhatian
.
teknik meningkatkan
manajemen
rasa kontrol, dan dapat meningkatkan
nyeri, latihan nafas dalam
kemampuan koping dalam manajemen nyer
sentuhan teraupeti selidik
yang mungkin menetap untuk periode lebih
keluhan nyeri yang tidak
lama
biasa/tiba-tiba
dan
memperhatikan perseps untuk meningkatkan kemajuan kesehatan
pasien terhadap immobilisasi
2. Dorong partisipasi pada Memberikan kesempatan untuk
aktivitas mengeluarkan
terapiotik atau energi, menfokuskan kembali
A. pengkajian
Tanggal pengkajian : 15 – 04 - 2020 jam : pkl. 10.00
Sumber data : keluarga pasien
Kesadaran : composmentis
1. Biodata
Nama : Tn. A
Umur : 28
thn. Jenis kelamin : L
Alamat : jl. Serigala
2. Pengkajian primer
Sirkulasi : frekwensi nadi klien 100 x/menit regulerdan kuat, CRT < 2
detik,akral teraba hangat, tekanan darah klien 130/90 mmHg.
3. Pengkajian sekunder
a. Riwayat keperawatan
1) Keluhan utama : sulit bergerak karena fraktur pada paha kanan
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : composmentis
2) Tanda – tanda vital : TD :130/90 MmHg ,S : 37 C ,N:100 x/mnt ,P :
24 x/mnt
3) Kepala : tampak kulit kepala bersih dan tidak berketombe,
rambut klien tampak bersih.
4) Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
5) Dada : tampak simetris, tidak ada benjolan dan nyeri tekan
6) Abdome n : tidak ada masa, tidak ada nyeri tekan, terdengar
bising usus
7) Genitalia dan perineum : -
8) Ektermitas :
Atas : tampak terpasang infus pada tangan kiri, kulit tampak
elastis Bawah : tampak fraktur pada 1/3 distal kaki kanan,
terpasang gips
9) Status neurologis :
c. Pemeriksaan penunjang :
Foto rontgen ditemukan fraktur cominutif pada 1/3 distal os Femur
dextra.
d. Terapi
➢ Infus RL 20 TPM
➢
ANALISA DATA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
Do :
- Klien menderita
fraktur cominutif
pada 1/3 distal os
Femur dekstra
- Klien tampak
kesulitan
saat
bergerak
atau
berpindah
- Tampak terpasang
gips pada kaki
kanan klien
traksi digunakan
fraktur tungkai bawah
6. Berikan/bantu Mobilisasi dini menurunkan komplikas
tirah
dalam mobilisasi
dengan kursi roda, kruk, baring (contoh; flebitis) dan meningkatkan
tingkat
sesegera mungkin. Instruksikan penyembuhan dan normalisasi fungs
keamanan organ. Belajar memperbaiki
cara
dalam
7. Konsul dengan Berguna dalam membua
ahli terapi aktivitas
fisik/okupasi dan/atau individual/program latihan. Pasien dapa
rehabilitasi spesialis memerlukan bantuan jangka panjang dengan
gerakan kekuatan, dan aktivitas yang
mengandalkan berat badan, juga penggunaan
alat, contoh, walker, tingkat,
meninggikan tempat duduk
di toilet, tingka
pengambil/penggapai, khususnya alat makan
8. Lakukan program Dilakukan untuk meningkatkan evakuasi usus
defekasi
(pelunak feses,
edem, lakstif)
9. Rujuk ke perawat spesialis Pasien/orang terdekat memerlukan tindakan
psikiatrik klinikal/ahli terap intesif lebih untuk menerima kenyataan
sesuai indikasi kondisi prognosis, immobilisasi lama
mengalami kehilangan kontrol
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
CATATAN PERKEMBANGAN
No Dx. Kep Implementasi Evaluasi Ttd
tgl/
j
am
1) mengkaji deraja d
immobilitas yang e
dihasilkan oleh cedera n
atau pengobatan g
dan a
memperhatikan n
persepsi pasien k
terhadap immobilisasi e
H : klien tidak bisa a
bergerak karena fraktu d
yang dialaminya a
dan klien a
merasa stres n
nya sekarang S:
- Klien
mengatakan
dirinya
dilakukan
pemasangan
gips
- Klien
mengatakan
sulit bergerak
karena
keadaan
kakinya yang
patah
- Klien
mengataka
n tidakbisa
beraktifitas
seperti
biasanya
2) mengajarkan pasien
O:
untuk bantu dalam - Klien
menderita
rentang gerak akti
fraktur
pada ekstremitas yang cominutif
pada 1/3
sakit dan yang
distal os
tidak sakit Femur dekstra
- Klien
H : klien belum tampak
mampu kesulitan
saat
3) mememasang gips A:
pada - masalah
kaki kanan klien belum
teratasi
H : klien terpasang P:
gips pada kaki - Interfensi lanjut
kanan
4) menempatkan
klien dalam posisi
telentang H : klien
tidur dengan posisi
telentang
5) kolaborasi
dalam pembuatan
program defekas
(pelunak feses, edem
lakstif)