Mahabrata 1

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 2

Apabila dirunut secara kronologis, kisah diawali dengan riwayat Raja Pururawa, leluhur trah

Candrawangsa yang diturunkan oleh Candra sang dewa bulan. Setelah ditaklukkan, wilayah
kekuasaanya disebut Bharatawarsha yang berarti «wilayah kekuasaan Maharaja Bharata»,
meliputi Asia Selatan. Bharata menurunkan Hasti, yang kemudian mendirikan sebuah pusat
pemerintahan bernama Hastinapura. Dari keluarga tersebut, lahirlah Kuru, yang menguasai dan
menyucikan sebuah daerah luas yang disebut Kurukshetra .

Dalam Dinasti tersebut, lahirlah Pratipa, yang menjadi ayah Prabu Santanu, kakek buyut
Pandawa dan Korawa. Kerabat Wangsa Kaurawa adalah Yadawa, karena kedua wangsa tersebut
berasal dari leluhur yang sama, yakni Yayati. Dalam silsilah Wangsa Yadawa, lahirlah Basudewa,
raja di Kerajaan Surasena, yang kemudian berputra Kresna, yang mendirikan Kerajaan Dwaraka.
Dalam Mahabharata dikisahkan bahwa Santanu adalah seorang raja mahsyur dari kalangan
Dinasti Kuru, yang memerintah kerajaan Kuru dengan ibukota Hastinapura.

Hubungan Santanu dengan Dewi Gangga membuahkan anak yang diberi nama Dewabrata atau
Bisma. Atas bantuan seorang petapa sakti bernama Byasa, kedua istri Wicitrawirya yaitu Ambika
dan Ambalika dapat memperoleh keturunan, masing-masing seorang putra yang diberi nama
Dretarastra dan Pandu . Selain mereka, ada seorang anak lagi bernama Widura, terlahir dari
seorang pelayan yang diberi keturunan oleh Resi Byasa. Karena memanah seorang pendeta
yang sedang bersenggama, Pandu dikutuk agar mati apabila melakukan hubungan seksual.

Di dalam hutan, Kunti teringat akan kemampuannya untuk memanggil dewa-dewa, lalu
memperoleh keturunan dari dewa yang dipanggil. Dari Dewa Aswin yang dipanggil Madri,
lahirlah Nakula dan Sadewa. Sementara itu, Dretarastra yang buta menikahi Gandari. Selain
keturunan dari Gandari, Dretaratra masih memiliki seorang putra lagi, hasil hubungannya
dengan seorang wanita waisya yang menjadi dayang gandari.

Dalam Mahabharata diceritakan bahwa pada suatu ketika, Pandu lupa akan kutukan yang
menimpa dirinya, sehingga ia pun berhubungan badan dengan Madri. Sebagai pangeran Dinasti
Kuru yang tertua, Yudistira hendak dicalonkan sebagai pewaris takhta. Namun, terjadi hubungan
yang tidak baik antara kelima putra Pandu dengan seratus putra Dretarastra. Menurut kitab
Mahabharata, para Korawa bersifat licik dan selalu iri hati dengan kelebihan Pandawa,
sedangkan Pandawa bersifat tenang dan bersabar ketika ditindas, kecuali Bima, Pandawa yang
bertenaga paling kuat.

Meskipun demikian, di antara para putra Dretarastra, hanya Yuyutsu yang tidak memusuhi
Pandawa. Karena Dretarastra sangat memanjakan putra-putranya, ia sering dihasut oleh iparnya
yaitu Sangkuni , dan kerap tidak menghentikan ambisi Duryodana yang berniat melakukan
rencana jahat untuk menyingkirkan para Pandawa. Di sana mereka menginap di sebuah istana
Laksagreha yang sudah disediakan oleh Duryodana, dibangun oleh arsitek bernama Purocana.
Pada waktu yang telah ditentukan, Pandawa melumpuhkan Purocana, lalu Bima membakar
Laksagreha dari dalam.

Secara diam-diam, para Pandawa berhasil selamat berkat terowongan yang digali oleh para
penambang, yang telah diutus oleh Widura. Lalu ia menikahi adik raksasa tersebut yang
bernama Hidimbi. Dari pernikahan itu, Bima memiliki putra yang diberi nama Gatotkaca.
Pandawa yang diwakili oleh Arjuna mengikuti sayembara dan berhasil memenangkannya.

Karena ilusinya, Duryodana tercebur ke dalam kolam yang ia kira sebagai lantai, sehingga
dirinya menjadi bahan ejekan bagi para Pandawa, kecuali Yudistira. Pada saat permainan dadu,
Duryodana diwakili oleh Sangkuni sebagai bandar dadu, yang memiliki kesaktian untuk
mengatur angka dadu yang ia inginkan. Setelah mengucapkan sumpah tersebut, pertanda alam
yang buruk muncul di Hastinapura. Dretarastra mendapat firasat bahwa malapetaka akan
menimpa keturunannya, sehingga ia mengembalikan segala harta Yudistira yang dijadikan
taruhan.

Duryodana merasa kecewa karena Dretarastra telah mengembalikan semua harta yang
sebenarnya akan menjadi miliknya. Atas desakan Duryodana, permainan dadu diselenggarakan
untuk yang kedua kali. Kali ini pihak yang kalah harus mengasingkan diri ke hutan selama 12
tahun, setelah itu hidup dalam masa penyamaran selama setahun, dan setelah itu berhak
kembali lagi ke kerajaannya. Apabila penyamaran terbongkar sebelum genap setahun, maka
pihak yang kalah harus mengulang kembali masa pengasingan selama 12 tahun.

Untuk yang kedua kalinya, Yudistira mengikuti permainan tersebut dan tetap kalah. Selama
menjalani masa pengasingan di hutan, ada banyak hal yang ditemui oleh para Pandawa dan
Dropadi. Akhir masa pengasingan para Pandawa ditutup dengan cerita pertemuan Yudistira
dengan yaksa yang membunuh keempat Pandawa dengan cara meracuni air yang mereka
minum. Dikisahkan bahwa mereka memilih kerajaan Matsya yang dipimpin Wirata sebagai
tempat penyamaran.

Menjelang masa penyamaran tersebut berakhir, pasukan Kuru yang dipimpin Duryodana
menginvasi kerajaan Matsya setelah Susarma dari Trigarta memprediksi kehadiran para
Pandawa di kerajaan tersebut. Setelah masa pengasingan habis dan sesuai dengan perjanjian
yang sah, para Pandawa kembali ke Hastinapura dan berusaha mengambil alih Indraprastha
yang dikuasai sementara oleh Duryodana selama 13 tahun. Misi damai dilakukan oleh Kresna,
yang mengusulkan agar Pandawa diberikan lima desa saja sebagai pengganti Indraprastha.
Pandawa juga memperoleh bantuan berupa pasukan raksasa yang dipimpin Gatotkaca, serta
pasukan naga yang dipimpin Irawan.

Pandawa memilih Drestadyumna sebagai panglima, sementara Kresna sebagai ahli strategi
yang tidak terlibat langsung dalam pertempuran. Di pihak Korawa, Duryodana memohon Bisma
untuk memimpin pasukannya, sementara Sangkuni ditunjuk sebagai ahli strategi yang terlibat
langsung dalam pertempuran. Dalam pertempuran itu, banyak kesatria yang gugur di kedua
belah pihak. Perang diakhiri dengan duel antara Duryodana melawan Bima, yang dimenangkan
oleh Bima.

Pada malam hari setelah perang berakhir, Aswatama menyusup ke perkemahan Pandawa
untuk membunuh para kesatria yang masih hidup. Setelah serangan malam tersebut, hanya
sepuluh kesatria yang bertahan hidup di kedua belah pihak.

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Anda mungkin juga menyukai