Makalah Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Makalah Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Makalah Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah simulasi dengan judul “PROSEDUR
KETRAMPILAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN ELEKTROLIT”. Kami
mengucapkan terimakasih yang sebesar - besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam menyusun makalah ini. Terlebih kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Chori Elsara,
S.Kep.,Ns.M.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Dasar. Semoga amal baik
Ibu mendapatkan balasan dari Allah SWT dengan balasan yang berlipat ganda.
Perlu disadari bahwa dengan segala keterbatasan, makalah ini masih jauh dari sempurna,
sehingga masukkan dan kritikan yang kostruktif sangat kami harapkan demi
sempurnanya makalah ini. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk semua orang
khususnya untuk para pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Tujuan................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR CAIRAN DAN ELEKTROLIT
1. Konsep cairan dan elektrolit..............................................................3
2. Keseimbangan cairan dan elekrolit....................................................7
3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit..................................7
4. Faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit......10
5. Menghitung keseimbangan cairan
6. Kegawatan dalam pemenuan kebutuhan
B. PROSEDUR KETRAMPILAN
1. Menghitung keseimbangan cairan tubuh
2. Pemasangan, perawatan dan pelepasan infuse
3. Monitor dan menghitung tetesan infuse
4. Transfusi darah (komponen dan komplikasi)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................11
B. Saran..................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sel-sel hidup dalam tubuh diselubungi cairan interstisial yangmengandungkonsentrasi
nutrien, gas dan elektrolit yang di butuhkan untukmempertahankan fungsi normal sel.
Kelangsungan hidup memerlukan lingkunganinternal yang konstan (homeostatis).
Mekanisme regulator penting untuk mengendalikankeseimbangan volume, komposisi dan
keseimbangan asam basa cairan tubuh selamafluktuasi metabolik normal atau saat terjadi
abnormalisasi seperti penyakitatau trauma.
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetapsehat.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh merupakan salah satu bagiandari fisiologi
homeostatis. Dengan kemampuannya yang sangat besar untukmenyesuaikan diri, tubuh
mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses- proses faal (fisiologis) yang
terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yangrelatif konstan tapi dinamis.
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total
dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit saling
bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada
yang lainnya.
Terapi cairan dan elektrolit adalah hal yang sangat sering terjadi dalam masa perioperatif
maupun intraoperatif. Sejumlah besar cairan intravena sering dibutuhkanuntuk mengkoreksi
kekurangan cairan dan elektrolit serta mengkompensasi hilangnyadarah selama operasi. Oleh
karena itu, ahli anestesi harus mempunyai pengetahuan yang baik tentang fisiologi normal
cairan dan elektrolit serta gangguannya. Gangguan yang besar terhadap keseimbangan cairan
dan elektrolit dapat secara cepat menimbulkan perubahan terhadap fungsi kardiovaskular,
neurologis, dan neuromuscular.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memahami tentang prosedur keterampilan pemenuhan cairan dan
elektrolit. .
iv
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu memahami konsep cairan dan elektrolit
b. Mahasiswa mampu memahami mekanisme Keseimbangan cairan dan elektrolit .
c. Mahasiswa mampu memahami pengaruh gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit.
d. Mahasiswa mampu memahami faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan
elektrolit.
e. Mahasiswa mampu mengetahui tentang cara menghitung keseimbangan cairan.
f. Mahasiswa mampu mengetahui tentang kegawatan dalam pemenuhan kebutuhan
cairan dan elektrolit.
g.
v
BAB II
PEMBAHASAN
Nutrisi adalah semua makanan yang mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh
tubuh baik untuk mempertahankan keseimbangan metabolism ataupun sebagai pembangun.
Sedangkan nutrian adalah zat kimia organik dan anorganik yang ditemukan dalam makanan
dan diperoleh untuk penggunaan fungsi tubuh.
A. Pengukuran Antropometri
Antropometri (ukuran tubuh) merupakan salah satu cara langsung menilai status gizi,
khususnya keadaan energi dan protein tubuh seseorang. Dengan demikian, antropometri
merupakan indikator status gizi yang berkaitan dengan masalah kekurangan energi dan
protein yang dikenal dengan KEP. Antropometri dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor
lingkungan. Keunggulan antropometri antara lain prosedurnya sederhana, aman, dan dapat
dilakukan dalam jumlah sampel yang besar. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli.
Kelemahan antropometri antara lain yaitu tidak sensitif, artinya tidak dapat mendeteksi status
gizi dalam waktu singkat. Keunggulan antropometri antara lain prosedurnya sederhana,
aman, dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar. Relatif tidak membutuhkan
tenaga ahli. Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di daerah
setempat. Tepat dan akurat karena dapat dibakukan, dapat mendeteksi atau menggambarkan
riwayat gizi di masa lampau, umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang dan
buruk karena sudah ada ambang batas yang jelas (Setiyawan, 2017)
1. Pengukuran Berat Badan (BB)
Berat badan merupakan salah satu parameter dalam satuan kilogram (kg) yang
digunakan untuk pengukuran tubuh (World Health Organization Expert Comittee, 1995).
Melalui berat badan dapat diketahui berbagai informasi untuk menganalisa kondisi tubuh
seseorang seperti Body Surface Area (BSA) dan Body Mass Index (BMI). Selain BSA,
kondisi tubuh seseorang dapat dilihat dari BMI. BMI berisi informasi struktur tubuh
manusia berupa index dari hasil perhitungan berat dan tinggi badan seseorang. Bipembi
dkk (2015) serta Honade (2013) melakukan penelitian tentang perhitungan BMI
seseorang dapat dilakukan dengan input berupa citra menggunakan teknik pengolahan
citra digital (image processing). (Rahman et al., 2017)
Berat badan menggambarkan tentang massa tubuh. Dalam keadaan normal, BB
berkembang mengikuti perkembangan umur (balita). Sedangkan saat dalam keadaan
tidak normal, BB berkembang lebih cepat atau lambat. Berdasarkan sifat tersebut, maka
indikator BB/U hanya dapat menggambarkan status gizi saat ini. (Setiyawan, 2017)
Tujuan penimbangan BB secara teratur
1. Mendeteksi gangguan dan penyimpangan tumbuh kembang anak sejak dini agar
mendapat tindak lanjut dengan cepat dan tepat
2. Mencegah kekurangan gizi atau gizi buruk, termasuk kwasahiorkor dan marasmus
3. Untuk mengetahui apakah tahapan pertumbuhan
vi
4. Mendapatkan penyuluhan gizi
Indikasi penimbangan BB
1. Pada setiap pasien baru
2. Pada pasien khusus DM
3. Pada pasien jantung
4. Pada pasien ginjal
5. Pada ibu hamil
6. Pada bayi dan anak.
Kontraindikasi penimbangan BB
1. Mengetahui berat dan perkembangannya
2. Membantu menentukan status nutrisi klien
3. Menentukan status cairan klien.
Hal yang perlu diperhatikan saat penimbangan BB
1. Dilakukan sebaiknya pagi hari setelah buang air atau keadaan perut kosong
supaya hasil akurat,
2. Meletakkan timbangan di tempat yang datar,
3. Sebelum dilakukan penimbangan sebaiknya timbangan dikalibrasi terlebih
dahulu,
4. Klien diminta melepas alas kaki, aksesoris yang digunakan dan menggunakan
pakaian seminimal mungkin,
5. Klien naik ke timbangaan dengan posisi menghadap kedepan, pandangan lurus,
tangan disamping kanan kiri dan posisi rileks serta tidak banyak gerakan,
6. Catat hasil pengukuran (Setiyawan, 2017)
Persiapan penimbangan BB
1. Alat timbang diklaribrasi agar menghasilkan hasil yang valid
2. Jika alat timbang menggunakan baterai, sebaiknya memastikan bahwa alat
tersebut masih mempunyai energi yang cukup untuk melakukan penimbangan
3. Meletakkan alat timbang diatas permukaan yang datar dan rata
Prosedur penimbangan BB
1. Subjek yang akan ditimbang melepas alas kaki sebelum menginjak alat timbang
injak
2. Subjek yang akan ditimbang harus berdiri tepat di tengah alat timbang
3. Petugas maupun orang yang akan ditimbang harus memastikan bahwa kaki atau
pakaian tidak menutupi kaca baca
4. Menunggu beberapa saat sampai layar menampilkan hasil penimbangan
5. Setelah layar baca menunjukkan hasil penimbangan, maka catat hasil
penimbangan
6. Subjek diperkenankan untuk turun dari timbangan injak
7. Subjek ditimbang untuk kedua kalinya
vii
8. Apabila hasil pengukuran 1 dan 2 berbeda >0,5 kg, subjek harus ditimbang untuk
ketiga kalinya, hingga memang benar-benar mendapatkan hasil yang valid
9. Sebelum melakukan pengukuran kepada subjek selanjutnya, alat timbang harus
menunjukkan angka nol
Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk menilai hasil dari
program yang dilaksanakan, karena dengan evaluasi akan diperoleh umpan balik
(feed back) terhadap program atau pelaksanaan kegiatan. Tanpa adanya evaluasi sulit
rasanya untuk mengetahui sejauh mana tujuan – tujuan yang direncanakan itu telah
mencapai tujuan atau belum (Notoatmojo, 2003). Untuk mendapatkan evaluasi yang
tepat, adekuat dan sesuai dengan tujuan evaluasi, dapat digunakan beberapa
pendekatan, salah satunya adalah dengan pendekatan sistem. Pendekatan sistem dapat
dilakukan untuk suatu program kesehatan dimana penilaian secara komprehensif
dapat dilakukan dengan menilai input, proses, dan output.
viii
Kontraindikasi mengukur TB
1. Mengukur pertumbuhan linier
Hal yang perlu diperhatikan saat mengukur TB
1. Berdiri yang benar
2. Alat ukur yang pas.
Evaluasi
Pengukuran merupakan suatu proses pengumpulan data atau informasi yang
dilakukan secara objektif. Hasil pengukuran dinyatakan dalam bentuk angka yang
dapat diolah secara statistik. Tinggi badan ini diukur dengan menggunakan alat ukur
microtoise dengan ketepatan 1 cm. Pengukuran tinggi badan hanya dibutuhkan
peralatan yang berupa lantai yang permukaannya datar untuk tempat berdiri, apabila
menggunakan dinding sebagai media bantu maka permukaan dinding tersebut tidak
bergelombang dan vertikal sehingga dapat berdiri tegak dengan tumit, pantat, panggul
ix
dan punggung menempel pada dinding. Pengukuran tersebut dilakukan tanpa
mengenakan alas kaki, berdiri tegak dengan punggung menempel ke dinding, dagu
ditekuk sedikit kebawah, kemudian microtoise ditempakan atau ditekan di atas kepala
secara mendatar. (Oliver, 2013)
B. Menghitung BMI
BMI (body mass index) adalah salah satu indikator kadar relatif lemak tubuh seseorang
yang sudah dewasa dengan usia 20 tahun ke atas. BMI digunakan untuk menentukan status
berat badan seseorang apakah seseorang memiliki badan yang terlalu kurus, ideal, atau terlalu
gemuk. Untuk menghitung angka BMI seseorang maka perlu diketahui berat badan orang
tersebut dalam satuan kilogram (kg) dan tinggi badannya dalam satuan meter (m). (Nurlette
& Wijaya, 2018)
Indeks massa tubuh alias BMI membandingkan berat badan dengan tinggi badan,
dihitung dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan tinggi badan dalam meter
kuadrat.
x
pasien.Sebagai perawat yang membantu pasien dalam makannya, kita juga perlu
memperhatikan makanan yang diperuntukkan kepada pasien yang terdiri atas :
1. Makanan pokok untuk memberi rasa kenyang, dalam hal ini adalah nasi. Makanan pokok
berperan sebagai sumber utama energi dan itu berasal dari karbohidrat.
2. Lauk yang merupakan sumber dari protein. Lauk sebaiknya terdiri atas campuran lauk
hewani dan nabati. Lauk hewani merupakan sumber protein, fosfor, tiamin, tiasin,
vitamin B6 dan vitaminB12, zat besi, seng, magnesium dan silenium.
3. Sayur untuk memberi rasa segar dan melancarkan proses menelan makanan karena
biasanya dihidangkan dalam bentuk berkuah. Sayur merupakan sumber mineral dan
vitamin. Sayur jugamerupakan sumber vitamin A, vitamin C, asam folat, magnesium,
kalium dan serat,serta tidak mengandung lemak dan kolesterol.
4. Buah untuk "mencuci mulut" dalam artian kata sebagai makanan penutup setelah
mengkonsumsi makanan utama. Buah juga merupakan sumber mineral dan vitamin.
Porsibuah yang dianjurkan sehari untuk orang dewasa adalah sebanyk 200-300 gram atau
2-3potong sehari berupa pepaya atau buah yang lain.
5. Susu mengandung protein bernilai biologi tinggi dan zat esensial lain dalam bentuk yang
mudahdicerna dan diserap, maka susu terutama dianjurkan pula sebagai unsur kelima
yang dibutuhkan oleh tubuh.
Pemberian nutrisi melalui oral merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada
pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara sendiri dengan cara membantu
memberikan makanan nutrisi melalui oral. (Pasien & Dan, n.d.)
Kontraindikasi
1. Tidak dapat diberikan pada pasien koma , CA nasofaring, CA mandibularis
Persiapan sebelum memberi makan pasien lewat NGT
2. Cuci tangan.
3. Bantu pasien setengah duduk atau sntengah berbaring atau naikkan kepala ranjang
30-60 derajat.
4. Suhu makanan sekitar 37-40 derajat (yang penting tidak terasa panas pada
tangan).
Prosedur pemberian makan pasien lewat NGT
1. Sebelum membuka penutup selang NGT, gunakan satu tangan untuk melekuk
selang untuk mencegah udara masuk ke dalam lambung
2. Periksa posisi selang NGT
3. Perban tanda tempelan terlepas
4. Periksa apakah pada mulut pasien ada selang NGT yang terlepas atau melilit
mulut
5. Gunakan jarum kosong untuk melakukan sedot balik untuk memastikan apakah
selang NGT berada dalam lambung
xi
6. Evaluasi kondisi pencernaan lambung. Amati isi, warna, dan jumlah dalam
lambung. Pemberian makan dapat dilakukan jika kurang dari 50 cc. Jika melebihi
setengah dari isi makanan yang diberikan sebelumnya, jangan diberi terlebih
dahulu. Istirahat 1 jam untuk mengevaluasi lagi, serta jangan menyuntik balik
residu tersebut ke dalam lambung untuk membantu pencernaan
7. Jika residu yang disedot berwarna hijau tua, merah tua, warna darah atau coklat,
beritahu petugas medis
8. Sebelum pemberian makan, basahkan dinding selang dengan air hangat 20-30 cc
9. Jarak ketinggian cairan dalam jarum pemberian makan dari hidung sekitar 30-45
cm. Manfaatkan gravitasi agar makanan dapat mengalir ke dalam lambung secara
perlahan. Waktu pemberian makan tidak boleh kurang dari 15 menit
10. Saat pemberian makan, cegah jangan sampai udara masuk ke dalam lambung
karena dapat mengakibatkan perut kembung
11. Selama pemberian makan, tanyakan kepada pasien apakah baik baik saja. Jika
merasa perut kembung, sakit, muntah, batuk, susah bernafas, segera hentikan
pemberian makan, dan tenangkan pasien. Jika muntah, arahkan kepala pasien ke
samping
12. Selesai pemberian makan, gunakan air hangat untuk mencuci selang 20-30 cc,
jangan sampai tersumbat atau ada sisa makanan yang tertinggal
13. Pada area pembuka selang NGT, lekuk selang NGT untuk diselip ke dalam atau
gunakan penyumbat untuk mencegah udara masuk dan menyebabkan perut
kembung dan makanan mengalir keluar.
Hal yang perlu diperhatikan
1. Selesai pemberian makan, biarkan pasien setengah duduk atau setengah berbaring
30 menit untuk mencegah terjadinya muntah
2. Jangan melakukan aktifitas ekstrim dalam waktu 1 jam setelah pemberian makan,
seperti sedot dahak, tepuk punggung, balik badan, terapi, mencairkan dahak
3. Tempelan selang NGT harus diganti setiap hari, jaga kebersihan bagian tubuh,
dan tempel pada tempat yang berbeda untuk mencegah munculnya luka borok.
Jangan merubah kedalaman selang yang terpasang
4. Bersihkan rongga mulut pasien yang diberikan selang NGT (gunakan air teh, air
jeruk nipis) dan hidung
5. Makanan harus segar dan habiskan dalam waktu 2 jam untuk mencegah makanan
rusak. Makanan yang diletakkan pada suhu ruang pada waktu yang lama harus
dibuang
6. Makanan dan obat harus diberikan terpisah
7. Selang jangan sampai tertekan, terpilin atau tertarik, terutama pada pasien yang
hiperaktif.
Evaluasi
xii
Memberi makan dan minum pada pasien-pasien yang mengalami gangguan-gangguan
tertentu bisa dibantu oleh perawat, keluarga atau berkolaborasi antara keduanya.
Sebagai perawat yang membantu pasien dalam makannya, kita juga perlu
memperhatikan makanan yang diperuntukkan kepada pasien dengan tujuan
pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien dengan memberi makan pasien tersebut yaitu
semata-mata untuk membantu memenuhi kebutuhan nutrisi pasien dengan
membangkitkan selera pasien pada pasien yang tidak mandiri serta untuk
mempercepat proses penyembuhan dan hospitalisasi yang di lakukan.
xiii
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nutrisi sangat penting bagi manusia karena nutrisi merupakan kebutuhan fitalbagi semua
makhluk hidup, mengkonsumsi nutrien (zat gizi) yang buruk bagi tubuh tigakali sehari
selama puluhan tahun akan menjadi racun yang menyebabkan penyakit di
kemudian hari. Nutrisi juga sangat bermanfaat bagi tubuh kita karena apabila tidak ada
nutrisi maka tidak ada gizi dalam tubuh kita. Sehingga bisa menyebabkan penyakit / terkena
gizi burukoleh karena itu kita harus memperbanyak nutrisi.
B. Saran
Kita sebagai perawat dapat mengetahui beberapa prosedur yang dapat dilakukan dalam
pemenuhan kebutuhan nutrisi :
1. Pengukuran Antropometri
2. Menghitung BMI
3. Membantu makan pasien
4. Penkes Germas dan Getas
xiv
DAFTAR PUSTAKA
Nurlette, D., & Wijaya, T. K. (2018). Perancangan Alat Pengukur Tinggi Dan Berat Badan Ideal
Berbasis Arduino. Sigma Teknika, 1(2), 172. https://doi.org/10.33373/sigma.v1i2.1515
Oliver, J. (2013). Pengukuran Tinggi Badan. Journal of Chemical Information and Modeling,
53(9), 1689–1699. http://repository.unimus.ac.id
Pasien, M., & Dan, M. (n.d.). Makalah membantu pasien makan dan minum.
Rahman, F., Fauzi, H., Nur Azhar, T., Dwi Atmadja, R., & Ayudina, N. (2017). Analisa Metode
Pengukuran Berat Badan Manusia Dengan Pengolahan Citra. Teknik, 38(1), 35–39.
https://doi.org/10.14710/teknik.v38n1.12663
Setiyawan. (2017). Pengukuran Antropometri. Journal of Chemical Information and Modeling,
53(9), 1689–1699.
xv