Kelompok 1 Ulkus Peptikum
Kelompok 1 Ulkus Peptikum
Kelompok 1 Ulkus Peptikum
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I
JUMRIANA (105111102019)
ASRUL
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar belakang........................................................................................................4
B. Rumusan masalah...................................................................................................4
c. Tujuan penulisan....................................................................................................5
d. Manfaat penulisan..................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN................................................................................................................6
A. Anatomi Lambung..................................................................................................6
B. Fisiologi Lambung.................................................................................................6
C. Defenisi Ulkus Peptikum......................................................................................10
D. Penyebab Ulkus Peptikum....................................................................................10
E. Patofisiologi Ulkus Peptikum...............................................................................11
F. Manifestasi Klinis Ulkus Peptikum......................................................................12
G. Komplikasi Ulkus Peptikum.................................................................................14
Komplikasi utama yang berkenaan dengan penyakit ulkus peptikum, pada umumnya
adalah :.........................................................................................................................14
1. Hemoragi : dibuktikan oleh hematemesis dan guaiak feses positif.......................14
2. Perforasi : dibuktikan oleh awitan tiba-tiba dari nyeri hebat disertai dengan
abdomen kaku seperti papan dan gejala syok...............................................................14
3. Obstruksi : komplikasi ini lebih umum pada usus duodenal yang terletak dekat
pilorus, di sebabkan oleh kontriksi jalan keluar gastrik sebagai akibat dari edema dan
jaringan parut dari ulkus yang berulang.......................................................................14
H. Pemeriksaan Penunjang........................................................................................14
I. Terapi dan Penatalaksanaan.................................................................................14
J. Konsep Asuhan Keperawatan Ulkus Peptikum....................................................15
BAB III............................................................................................................................18
PENUTUP.......................................................................................................................18
a. Simpulan..............................................................................................................18
b. Saran....................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Lambung sebagai reservoir makanan berfungsi menerima
makanan/minuman, menggiling, mencampur, dan mengosongkan makanan ke
dalam duodenum. Lambung yang selalu berhubungan dengan semua jenis
makanan, minuman dan obat-obatan akan mengalami iritasi kronik. Lambung
sebenarnya terlindungi oleh lapisan mucus, tetapi oleh karena beberapa faktor
iritan seperti makanan, minuman, dan obat-obatan anti inflamasi non-steroid
(NSAID),alcohol dan empedu, yang dapat menimbulkan defek lapisan mukosa
dan terjadi difusi balik ion H+.sehingga timbul gastritis akut/kronik atau ulkus
gaster. Dengan ditemukannya kuman H. pylori pada kelainan saluran cerna,
saat ini dianggap H. Pylori merupakan penyebab utama ulkusgaster, di samping
NSAID, alcohol dan sindrom Zollinger Ellison yang menyebabkan terjadinya
peningkatan produksi dari hormone gastrin sehingga produksi HCl pun turut
meningkat.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang, adapun rumusan masalah makalah ini sebagai
berikut :
c. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui anatomi lambung
2. Untuk mengetahui fisiologi lambung
3. Untuk mengetahui defenisi dari Ulkus Peptikum
4. Untuk mengetahui etiologi dari Ulkus Peptikum
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari Ulkus Peptikum
6. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari Ulkus Peptikum
7. Untuk mengetahui komplikasi dari Ulkus Peptikum
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Ulkus Peptikum
9. Untuk mengetahui terapi dan penatalaksanaan dari Ulkus Peptikum
10. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan dari Ulkus Peptikum
d. Manfaat penulisan
Mahasiswa di Jurusan Keperawatan maupun pembaca mendapat
informasi dan menambah wawasan tentang konsep dasar terkait “Gangguan
Kebutuhan Nutrisi Patologis Sistem Percernaan dan Metabolik Endokrin
(Penyakit Ulkus Peptikus).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi Lambung
Lambung terletak di bawah diafrgama, di depan pankreas dan limpa
menempel pada sebelah kiri fundus. Lambung mempunyai dua buah
lengkungan atau kurvatura yaitu kurvatura minor yang membentuk batas kanan
lambung dan kurvatura mayor yang membentuk batas kiri lambung. Lambung
terdiri dari bagian atas, yaitu fundus, batang utama, dan bagian bawah yang
horizontal, yaitu antrum pilorik. Lambung berhubungan dengan esofagus
melalui orifilisium atau kardia, dan dengan duodenum melalui orisium pilorik.
B. Fisiologi Lambung
Lambung (ventrikulus), merupakan kantung besar dibawah kiri rusuk
terakhir, terdiri atas tiga bagian, bagian atas yang berdekatan dengan hati
disebut kardiak, di tengah membulat disebut fundus, dan bagian bawah dekat
usus disebut pilorus. Seluruh bagian dalam lambung menghasilkan asam
chlorida. Akibat gerak peristaltik makanan diubah menjadi seperti bubur getah
lambung dinamakan chym.Asam dalam lambung dapat membunuh kuman-
kuman yang turut masuk ke dalam, sehingga menggiatkan kerja getah
lambung. Getah lambung mengandung pepsinongen yang belum aktif bekerja,
oleh asam cholrida pepsinogen tersebut diaktifkan menjadi pepsin. Selain itu
berfungsi mengatur pengeluaran makanan dari lambung masuk ke dalam usus.
Pengaturan dimungkinkan oleh kedua bagian otot pilorus.
Lambung terdiri atas empat lapisan, yaitu lapisan peritoneal luar yang
merupakan lapisan serosa. Lapisan berotot yang terdiri atas tiga lapis, yaitu (a)
serabut longitunal, yang tidak dalam dan bersambung dengan otot esofagus, (b)
serabut sirkuler yang paling tebal dan terletak di pilorus serta membentuk otot
sfinkter dan berada dibawah lapisan pertama, dan (c) serabut oblik yang
terutama dijumpai pada fundus lambung dan berjalan dari orifisium kardiak,
kemudian membelok kebawah melalui kurvatura minor (lengkung kecil).
1. Mukosa
Dalam keadaan hidup mukosa lambung berwarna pucat, merah-
keabuan dan dibatasi oleh epitel selapis kolumnar. Mukosa lambung tebal
(0,5 sampai 1,5 mm) karena adanya massa kelenjar lambung, yang
bermuara ke permukaan melalui sumur-sumur . Membran mukosa
lambung berbentuk irreguler seperti tiang, membentuk lipatan longitudinal
yang disebut rugae dan jumlahnya tergantung pada tinggi rendahnya
rentangan organnya. Membran mukosa terdiri dari tiga komponen yaitu
epitelium, lamina propia, dan muskularis mukosa. Epitel permukaan
mukosa ditandai oleh adanya lubang sumuran yang terletak rapat satu
dengan yang lain dan dilapisi epitel sejenis. Bentuk dan kedalaman dari
sumuran ini serta sifat kelenjarnya berbeda pada tiap bagian lambung.
Kelenjar lambung bentuknya tubular simpleks atau tubular bercabang,
masuk jauh ke dalam mukosa, hingga mendekati muskularis mukosa, dan
di antara kelenjar terdapat lamina propria, yang sukar dilihat karena
tepisah-pisah menempati ruangan di antara sumur-sumur dan kelenjar-
kelenjar. Kelenjar lambung dibagi menjadi tiga daerah yaitu kelenjar
kardia, kelenjar lambung (kelenjar fundus atau kelenjar utama), dan
kelenjar pilorus. Kelenjar kardia hanya terdapat pada daerah yang terletak
2 sampai 4 cm dari muara kardia. Sel-sel yang menyusun kelenjar terutama
terdiri atas sel-sel penghasil mukus dan mirip dengan sel-sel kardia
esofagus tetapi juga terdapat sedikit sel-sel parietal penghasil asam dan
beberapa sel enteroendokrin. Kelenjar lambung letaknya di daerah fundus
dan badan lambung, sebagian besar enzim dan asam yang disekresikan
oleh mukosa lambung dihasilkan olehnya. Pada daerah ini sumur-
sumurnya relatif pendek, menempati kurang lebih seperempat tebal
mukosa. Kelenjar pilorus terletak di bagian distal lambung mengandung
sumur-sumur yang dalam. Tiap kelenjar lambung terbentuk dari empat
jenis sel, yaitu: sel-sel lendir leher, sel-sel utama (Chief cell/peptic cells),
sel-sel parietal (sel oksintik), dan sel-sel enteroendokrin. Sel-sel lendir
leher berukuran lebih kecil dari permukaan, bersifat basofil, jumlahnya
relatif lebih sedikit, mempunyai dasar yang lebar dan menyempit di bagian
daerah puncaknya. Sel lendir leher berfungsi mensekresikan mukus asam,
berbeda dengan mukus netral yang dibentuk oleh sel mukus permukaan.
Sel-sel ini terletak di daerah leher kelenjar lambung, dalam kelompok kecil
atau satu-satu. Bentuknya cenderung tidak teratur seakan akan terdesak
oleh sel-sel di sekitarnya (terutama sel parietal), biasanya mempunyai
dasar sempit dan puncak melebar
Sel-sel utama (Chief cell) terletak di dasar kelenjar lambung dan
menunjukkan ciri-ciri sel yang mensekresi protein (zimogen). Sel-sel
utama mengeluarkan pepsinogen, yang dalam suasana asam di lambung
diubah menjadi enzim pepsin aktif, dan berfungsi menghidrolisis protein
menjadi peptida lebih kecil. Sel-sel parietal (sel oksintik) tersebar satu-satu
dalam kelompokan kecil di antara jenis sel lainnya mulai dari ismus
sampai dasar kelenjar lambung, tetapi paling banyak di daerah leher dan
ismus. Sel parietal terdapat juga di dalam kelenjar pilorus dan kelenjar
kardia walaupun hanya sedikit. Pada sel parietal yang berada dalam
keadaan istirahat terdapat banyak gelembung tubulosa, dan kanalikuli
melebar dengan relatif sedikit mikrovili. Sewaktu mensekresi asam,
mikrovili bertambah banyak dan gelembung tubulosa berkurang, yang
menunjukkan adanya pertukaran membran di antara gelembung tubulosa
di dalam sitoplasma dan mikrovili pada permukaan. Sel-sel enteroendokrin
ditemukan dalam kelenjar lambung. Sel-sel enteroendokrin serupa dengan
sel endokrin yang mensekresi peptida. Sel enteroendokrin tidak hanya
ditemukan di mukosa lambung, tetapi juga di dalam epitel usus halus dan
usus besar, kelenjar esophagus bagian bawah (kardia) dan dalam jumlah
terbatas pada duktus utama hati dan pankreas. Pada umumnya sel-selnya
kecil berbentuk piramid dengan sitoplasma jernih tak berwarna. Sel-sel ini
berjumlah banyak terutama di daerah antrum pilorik dan umumnya
ditemukan pada dasar kelenjar. Sel enteroendokrin menghasilkan beberapa
hormon peptida murni yaitu sekretin, gastrin, dan kolesistokinin,
semuanya melalui peredaran darah untuk mencapai organ sasaran
pankreas, lambung, dan kandung empedu.
2. Submukosa
Lapisan submukosa terdapat di bawah lapisan mukosa. Tunika
submukosa meluas ke dalam rugae atau lipatan memanjang lambung, dan
terdiri atas jaringan ikat jarang, dengan serat-serat kolagen dan elastin.
Selain fibroblast, terdapat pula kumpulan limfosit dan sel plasma, terutama
dekat kardia dan pilorus, serta sel mast dan biasanya terdapat beberapa
lemak. Tunika submukosa mengandung pembuluh darah, pembuluh limf
dan saraf perifer dari pleksus submukosa
3. Tunika muskularis
Tunika muskularis dibentuk oleh tiga lapisan otot polos, yaitu: (1)
Lapisan luar longitudinal dan (2) Lapisan tengah sirkular yang merupakan
lanjutan dari kedua lapisan otot esofagus dan ditambah dengan (3) Lapisan
serong (oblik) berbentuk lengkungan otot yang berjalan dari kardia
mengitari fundus dan korpus. Pada pilorus lapisan sirkular tengah menebal
sebagai sfingter pylorus.
4. Serosa
Tunika serosa pada kurvatura mayor dan kurvatura minor bersatu
dengan mesenterium (omenta) mayor dan minor. Omentum mayor
bergantung pada lambung seperti tirai (apron) dan biasanya mengandung
lebih banyak lemak bila umur bertambah. Pembuluh darah besar, keluar
masuk lambung melewati omenta.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Endoskopi (gastroskopi) dengan biopsi dan sitologi)
2. Pemeriksaan dengan barium
3. Pemeriksaan radiologi pada abdomen
4. Analisis lambung
5. Pemeriksaan laboratorium kadar Hb, Ht, dan pepsinogen.
PENUTUP
a. Simpulan
1. Ulkus peptikum mengacu pada rusaknya lapisan mukosa dibagian mana
saja di saluran gastrointestinal, tetapi biasanya di lambung atau
duodenum.2.
2. Gejala yang sering muncul pada ulkus peptikum yaitu nyeri, muntah,
konstipasi dan perdarahan.
b. Saran
1. Untuk mencapai asuhan keparawatan dalam merawat klien, pendekatan
dalam proseskeperawatan harus dilaksanakan sedacara sistematis.2.
2. Pelayanan keperawatan hendaknya dilaksanakan sesuai dengan prosedur
tetap dan tetapmemperhatikan dan menjaga privacy klien.3.
3. Perawat hendaknya selalu menjalin hubungan kerjasama yang baik/
kolaborasi baik kepadateman sejawat, dokter atau para medis lainnya
dalam hal pelaksanaan Asuhan Keperawatanmaupun dalam hal
pengobatan kepada klien agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/9817948/TUGAS_MAKALAH_SISTEM_PENCERNAAN_I
_GANGGUAN_ULKUS_PEPTIKUM_
https://www.halodoc.com/artikel/ini-yang-dimaksud-ulkus-peptikum
https://www.alomedika.com/penyakit/gastroentero-hepatologi/ulkus-
peptikum/patofisiologi
https://slideplayer.info/slide/13902062/
https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/0914028201-3-BAB%20II.pdf