Menolong Persalinan (Apn) Asuhan Persalinan Normal: Oleh: Nofika Sari 20613352

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

MENOLONG PERSALINAN (APN)

ASUHAN PERSALINAN NORMAL

Oleh :

Nofika sari

20613352

Praktikum Laboratorium Keperawatan Dasar

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Ponorogo

2021/2022
Lembar Pengesahan Pembimbing

Nama : Nofika sari

Judul : Menolong Persalinan (APN)

Tanggal : Rabu, 13 April 2022

Disusun untuk memenuhi tugas praktikum laboratorium Keperawatan Dasar di Laboratorium


Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Pembimbing Penyusun

Resume
1. Pengertian
Persalinan adalah Proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup
bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan
bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri)
Menurut Saifuddin (10), persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komunikasi baik
pada ibu maupun pada janin.
Definisi persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang dimulai secara
spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses
persalinan. Bayi dilahirkan secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada usia
kehamilan antara 37 hingga 42 minggu lengkap. Setelah Persalinan ibu maupun bayi
berada dalam kondisi sehat.
2. Tujuan
Tujuan Asuhan Persalinan Normal adalah tercapainya kelangsungan hidup dan
kesehatan yang tinggi bagi ibu serta bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan
lengkap namun menggunakan intervensi seminimal mungkin sehingga prinsip
keamanan dan kualitas layanan dapat terjaga pada tingkat yang seoptimal mungkin.
Pendekatan seperti ini berarti bahwa dalam Asuhan Persalinan Normal harus ada
alasan yang kuat dan bukti yang manfaat apabila akan melakukan intervensi terhadap
jalannya proses persalinan yang fisiologis/alamiah.
3. Klasifikasi
Persalinan normal (Spontan)
Adalah proses lahirnya bayi pada Letak Belakang Kepala (LBK) dengan tenaga ibu
sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya
berlangsung kurang dari 24 jam.
4. Indikasi
Indikasi asuhan persalinan normal adalah untuk hampir semua kehamilan tanpa
kondisi penyulit, dengan tanda–tanda persalinan spontan. Persalinan merupakan
proses fisiologis pada wanita hamil, sehingga hampir semua wanita hamil akan
mengalami proses persalinan secara spontan
Asuhan persalinan normal terjadi pada kehamilan dengan rentang usia kehamilan
37−42 minggu. Tanda persalinan spontan yang muncul adalah kontraksi uterus yang
semakin sering dan lama, disertai dilatasi serviks dan keluar lendir darah dari jalan
lahir
5. Kontraindikasi
Kontraindikasi asuhan persalinan normal adalah bila terdapat penyulit pada ibu hamil.
Selain itu, kondisi janin yang tidak normal juga dapat menjadi penyebab
kontraindikasi.
Kontraindikasi Ibu
Kontraindikasi Asuhan Persalinan Normal karena faktor Ibu adalah sebagai berikut :
- Cephalopelvic disproportion atau ukuran kepala janin tidak sesuai dengan ukuran
panggul ibu, di mana kondisi ini merupakan kontraindikasi absolut untuk
melahirkan normal melalui vagina
- Plasenta abnormal, misalnya plasenta previa baik komplit maupun parsial dan
plasenta akreta, di mana kondisi ini adalah kontraindikasi relatif sehingga dengan
beberapa pertimbangan dapat dilakukan persalinan pervaginam dengan risiko
perdarahan postpartum
- Prolaps tali pusat, pada kondisi ini hindari manipulasi pada tali pusat dan segera
dilakukan persalinan secara sectio caesarea
- Vaginal birth after cesarean section (VBAC) karena meningkatkan risiko ruptur
uteri, tetapi kondisi ini masih kontroversial sehingga terdapat beberapa kriteria
pasien untuk melakukan VBAC
- Penyakit infeksi menular seksual, seperti herpes genital pada trimester akhir
kehamilan, karena dapat terjadi transmisi infeksi ke bayi yang dilahirkan
pervagina
- Ibu hamil dengan HIV memiliki risiko penularan pervaginam ke bayi jika viral
load pasien >1000 kopi/mL, tetapi jika ibu hamil mendapat terapi antiretroviral
dengan viral load <1000 kopi/mL maka dapat melahirkan pervagina
- Wanita hamil dengan miopia tinggi yang disertai kondisi makula dan retina yang
abnormal sebaiknya menghindari persalinan normal, karena risiko komplikasi
ablatio retinal

Kontraindikasi Janin

Beberapa kontraindikasi dari faktor janin untuk melakukan persalinan normal adalah :
- Malpresentasi janin, seperti presentasi dahi, wajah, bokong /sungsang, atau lintang
sebaiknya tidak dilahirkan pervaginam untuk menurunkan risiko mortalitas bayi
dan komplikasi distosia\
- Makrosomia atau bayi besar, yaitu bayi dengan berat lahir lebih dari 4000 gram
biasanya disarankan untuk melakukan persalinan secara sectio caesarea untuk
mencegah komplikasi distosia
- Janin kembar merupakan kontraindikasi relatif untuk melakukan persalinan
normal, di mana dapat dilahirkan pervaginam tergantung dari jumlah janin,
presentasi janin, perkiraan berat badan janin, kondisi janin di dalam rahim, kondisi
ibu, dan tenaga ahli saat melakukan pertolongan persalinan
6. SOP Asuhan Persalinan Normal

MENOLONG PERSALINAN
(ASUHAN PERSALINAN NORMAL / APN)

Pengertian Pertolongan persalinan adalah suatu bentuk pelayanan terhadap


persalinan ibu melahirkan yang dilakukan oleh penolong persalinan
baik oleh tenaga kesehatan seperti dokter dan bidan
Tujuan Tujuan Asuhan Persalinan adalah memberikan asuhan yang
memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan
persalinan yang bersih dana man, dengan memperhatikan aspek
yang ibu dan sayang bayi.
Persiapan 1. Sarung tangan yang terdiri dari sarung tangan bersih,
Alat / Bahan sarung tangan steril, dan sarung tangan panjang steril
untuk manual plasenta
2. Apron panjang dan sepatu boot
3. Kateter urin
4. Spuit, intravenous catheter, benang jahit
5. Cairan antiseptik (iodophors atau chlorhexidine)
6. Partus set, terdiri dari klem arteri, gunting, gunting
episiotomi, gunting tali pusat, klem tali pusat, spekulum,
forsep
7. Kain bersih untuk bayi
8. Sanitary pads
9. Obat-obatan seperti oxytocin, ergometrin, misoprostol,
magnesium sulfat, tetrasiklin 1% salep mata, cairan
normal salin lengkap dengan infus set
Prosedur I. MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA DUA
Tindakan 1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala
Dua
- Ibu Merasa ada dorongan kuat dan meneran
- Ibu Merasakan tekanan yang semakin meningkat
pada rectum dan vagina
- Perineum tampak menonjol
- Vulva dan sfingter ani membuka
II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-
obatan esensial untuk menolong persalinan dan
menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir.
Untuk tempat datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk
bersih dan asfiksia kering, lampu sorot 60 watt
dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi
- Menggelar kain diatas perut ibu da tempat resusitasi serta
ganjal bahu bayi
- Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali
pakai di dalam partus set
3. Pakai celemek plastic
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai,
cuci tangan dengan sabun dan air brsih mengalir kemudian
keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang
bersih dan kering
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan
untuk periksa dalam
6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan
yang memakai sarung tangan DTT da steril, pastikan tidak
terjadi kontaminasi pada alat suntik)
III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN
KEADAAN JANIN BAIK
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya
dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan
menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT
- Jika introitus vagina, perineum atau anus
terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama
dari arah depan ke belakang
- Buang kapas atau kasa pembersih
(terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia
- Langkah #9 ganti sarung tangan jika
terkontaminasi (dekontaminasi) lepaskan dan
rendam dalam larutan klorin 0,5%
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan
lengkap
- Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah
lengkap maka lakukan amniotomi
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan
tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5% kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan
terbalik dalam larutan 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua
tangan setelah sarung tangan dilepaskan
10. Periksa denyut janin (DJJ) setelah kontraksi/saat relaksasi
uterus untuk memastikan bahwaDJJ dalam batas normal
(120-160x/menit)
IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK
MEMBANTU PROSES BIMBINGAN MENERAN
11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang
nyaman dan sesuai keinginannya
- Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu da janin (ikuti
pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan
dokumentasikan semua temuan yang ada
- Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran
mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada
ibu untuk meneran secara benar
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (Bila
ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu
ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan
dan pastikan ibu merasa nyaman)
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada
dorongan kuat untuk merean
- Bimbingan ibu agar dapat meneran secara benar dan
efektif
- Dukungan dan beri semangat pada saat meneran dan
perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai
- Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai
pilihannya (kecuali posisi berbaring telentang dalam
waktu yang lama)
- Ajurkan ibu untuk beristirahat di antara kontrasi
- Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat
untuk ibu
- Berikan cukup asupancairan per-oral (minum)
- Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
- Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan lahir setelah
120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit
(1 jam) meneran (multigravida)
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil
posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan
untuk meneran dalam 60 menit
V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi)
di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva
dengan diameter 5-6 cm
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di
bawah bokong ibu
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali
kelengkapan alat dan bahan
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
VI. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
Lahirnya Kepala
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm
membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu
tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering.
Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk
menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya
kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau
bernapas cepat dan dangkal
20. Periksakemungkinan adanya lilitan tali pusat dan
ambil tindakan yang sesua jika hal itu terjadi, dan
segera lanjutkan proses kelahiran bayi
- Jika tali pusat melilit lehersecara longgar,
lepaskan lewat bagian atas kepala bayi
- Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali
pusat di dua tempat dan potong di antara dua
klem tersebut
21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar
secara spontan
Lahirnya Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang
secara biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat
kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah
bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah
akus pubis da kemudian gerakkan arah atas dan distal
untuk melahirkan bahu belakang
Lahirnya Badan dan Tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah
perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan da
siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk
menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah
atas
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan
atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan
kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk di
antara kaki dan pegang masing-masing mata kaki
dengan ibu jari dan jari-jari lainnya)
VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
25. Lakukan penilaian (selintas):
- Apakah bayi menagis kuat dan/atau bernapas
tanpa kesulitan?
- Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Jika bayi tidak menagis, tidak bernapas atau megap-
megap lakukan langkah resusitasi (lanjut ke langkah
resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir)
26. Keringkan tubuh bayi
- Keringkan bayi mulai dari muka, kepala da
bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa
membersihkan verniks. Ganti handuk basah
dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi
diatas perut ibu.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tida ada
lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal)
28. Beritahu ibu bahwa dia akan disuntik oksitosin agar
uterus berkontraksi baik
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan
okstitosin 10 unit IM (intramuskuler) di 1/3 paha atas
bagian distal lateral (lakukan aspirasi seblum
menyuntikkan oksitosin)
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat
dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) da jepit
kembali tali pusat pada 2 cm distal dari kelm pertama
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
- Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah
dijepit (lindungi perut bayi) dan lakukan
pengguntingan tali pusat diantar 2 klem tersebut
- Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril
pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali
benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul
kunci pada sisi lainnya
- Lepaskan klem dimasukan dalam wadah yang
telah dosediakan
32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu
bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu.
Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu
dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat da pasang
topi di kepala bayi
VIII. PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN
KALA TIGA
34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10
cm dari vulva
35. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di
tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain
menegangkan tali pusat
36. Setelah uetrus berkontraksi, tegagkan tali pusat ke
arah bawah sambil tangan yang lain mendorong
uterus ke arah belakang atas (dorso-kranial) secara
hati-hati (untuk mencegah inversio uteri).
Jikaplasenta tida lahir setelah 30-40 detik, hentikan
penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul
kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas
- Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu,
suami atau anggota keluarga untuk melakukan
stimulasi puting susu
Mengeluarkan Plasenta
37. Lakukan penegangan da dorongan dorso-kranial
hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil
penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai
dan kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir
(tetap lakukan dorongan dorso-kranial)
- Jika tali pusat bertambahkan panjang, pindahkan
klem hingga berjarak 5-10 cm dari vulva dan
lahirkan plasenta
- Jika plasenta tidalepas setelah 15 menit
menegangkan tali pusat:
1. Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
2. Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung
kemih penuh
3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit
berikutnya
5. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit
setelah bayi lahir atau bila terjadi perdarahan,
segera lakukan plasenta manual
38. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan
plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar
plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudia
lahirkan da tempatkan plasenta pada wadah yang
telah disediakan
- Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan
DTT atau steril untuk melaukan eksplorasi sisa
selaput kemudian gunakan jari- jari tangan atau
klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian
selaput yang tertinggal
Rangsangan Taktil (Masase) Uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,
lakukan masase uterus, letakkan telapak tangan di
fundus dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi
(fundus teraba keras)
- Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus
tida berkontraksi setelah 15 detik masase
IX. MENILAI PERDARAHAN
40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun
bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh.
Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau
tempat khusus
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan
perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi
menyebakan perdaraha. Bila ada robekan yang
menimbulkan perdarahan atif, segera lakukan
penjahitan.
X. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA
PERSALINAN
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan bak dan tida
terjadi perdarahan pervagina
43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di
dada ibu paling sedikit 1 jam
- Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan
inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60 menit.
Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar
10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu
payudara
- Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam
walaupun bayi sudah berhasil menyusu
44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran
bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan
vitamin K1 1mg intramuskular di paha kiri
anterolateral
45. Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan
imunisasi hepatitis B di paha kanan anterolateral
- Letakkan bayi di dala jagkauan ibu agar sewaktu-
waktu bisa disusukan
- Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi
belum berhasil menyusu di dalam satu jam
pertama dan biarkan sampai bayi berhasil
menyusui
- Evaluasi
46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah
perdarahan pervaginam
- 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
- Setiap 15 menit pada 1 ja pertama
pascapersalinan
- Setiap 20-30 menit pada jam kedua
pascapersalinan
- Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik,
melaukan asuhan yang sesuai untuk
menatalaksana uteri
47. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus
dan menilai kontraksi
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih
setiap 15 menit selama 1 jam pertama
pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam
kedua pascapersalinan
- Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap
jam selama 2 jam pertama pascapersalinan
- Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan
yang tidak normal
50. Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi
bernapas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu
tubuh normal (36,5-37,5)
Kebersihan dan Keamanan
51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam
larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit).
Cuci dan bilas peralatan setelah dekontaminasi
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat
sampah yang sesuai
53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT.
Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah.
Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering
54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberika
ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman
dan makanan yang diinginkannya
55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin
0,5%
56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan kloin
0,5%, balikkan bagian dalam ke luar dan rendam
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
57. Cuci kedua tangan dengan sabun da air mengalir

Dokumentasi
1. Mencatat hasil tindakan
2. Menyampaikan hasil pemeriksaan pada klien
3. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya

Anda mungkin juga menyukai