Pembelajaran Tafsir Di Pesantren Persis-Tugas Penelitian

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

PEMBELAJARAN TAFSIR DI PESANTREN PERSATUAN ISLAM

Tugas Mata Kuliah

Disusun untuk memenuhi Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah Pemikiran Tafsir
Persatuan Islam

Dosen Pengampu :

Abdurrohim, S. Pd., M. Ag.

Oleh :

Fajar Fathi Sabili [NIM. 201905006]

Irvana Nurbaehakki [NIM. 201905017]

PROGRAM STUDI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PERSATUAN ISLAM

GARUT

Jl. Aruji Kartawinata Ciawitali Tarogong Kidul Garut Kode Pos 44151 Telp
(0262) 232413
KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur mari kita haturkan kehadirat Allah Swt. yang dengan
kuasa-Nya kita masih diberikan kenikmatan sehingga bisa menjalani kehidupan
sebagaimana mestinya. Shalawat beserta salam semoga selalu tercurah limpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai tauladan abadi bagi seluruh manusia. Dan
semoga kita selalu bisa mengikuti apa yang telah diajarkan dan dicontohkan
olehnya. Amiin ya Allah ya Rabbal Alamin.

Penulis menyajikan tugas mata kuliah Pemikiran Tafsir Persis dengan judul
“PEMBELAJARAN TAFSIR DI PESANTREN PERSATUAN ISLAM”
dengan penuh semangat dan perjuangan, sehingga banyak waktu dan tenaga yang
terkuras agar tugas ini bisa selesai dan sesuai dengan harapan. Oleh karena itu,
Penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
dalam penulisan makalah ini. Terutama kepada Al-Ustadz Abdurrohim, S.Pd.,
M.Ag, yang telah memberikan bimbingannya kepada penulis selaku dosen
pengampu dari mata kuliah ini.

Kemudian, penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah
ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya. Kami ucapkan Jazaakumullahu Khairan Katsira.

Garut, 13 Juli 2022

Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.........................................................................4

B. Perumusan Masalah...............................................................................5

C. Tujuan Penulisan....................................................................................6

D. Metode Penulisan...................................................................................6

E. Sistematika Penulisan............................................................................6

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembelajaran........................................................................8

B. Pengertian Tafsir....................................................................................9

C. Pembelajaran Tafsir di Pesantren Persatuan Islam..............................11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................20

B. Saran-saran............................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA 21
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pesantren adalah sistem pendidikan yang unik yang berasal asli (indigenous)
dari nusantara, di mana mulai ada dan dikenal sejak abad 13-17 M. 1 Pesantren
adalah lembaga pendidikan keagamaan yang mempunyai kekhasan tersendiri dan
berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya pendidikan di pesantren meliputi
pendidikan Islam, dakwah, pengembangan kemasyarakatan, ekonomi dan
pendidikan lainnya yang sejenis. Pesantren juga memiliki lima unsur penting yang
masing-masing saling berkaitan, seperti kyai sebagai pemimpin dan pengatur
pesantren sekaligus sebagai pengajar, santri sebagai objek pendidikan pesantren,
kitab yang dikaji sebagai sumber ilmu, masjid sebagai tempat beribadah dan
tempat digelarnya pengajaran, dan juga asrama untuk ditinggali oleh Santri
(Dhofier, 2009: 79).

Bagian dari pada unsur penting itu adalah pembelajaran, pembelajaran


merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. pembelajaran dirancang dengan
mempertimbangkan tahap perkembangan dan tingkat pencapaian peserta didik
saat ini, sesuai dengan kebutuhan belajar, serta mencerminkan karakteristik dan
perkembangan peserta didik yang beragam sehingga pembelajaran menjadi
bermakna dan menyenangkan;pembelajaran dirancang dan dilaksanakan untuk
membangun kapasitas untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat

Kemudian bagian dari sumber yang dikaji ialah Al-Qur’an dengan posisinya
sebagai sumber hukum pertama bagi umat Islam menempatkan tafsir sebagai ilmu
yang harus dipelajari oleh pengkaji agama Islam. Hal ini disebabkan karena
mustahil seseorang mampu menggali persoalan-persoalan agama seperti akidah,
akhlak, ibadah, muamalah dan lain sebagainya tanpa mempelajari tafsir Al-

1
Nasori, A., "Manajemen Pondok Pesantren”. Tasikmalaya: Penerbit Ma’rifa, 2020. Hlm 19
Qur’an.2

Pengertian tafsir itu sendiri ialah sebuah usaha untuk memehami kandungan
Alquran, sesuai dengan bekal keilmuan yang dimiliki dan konteks yang
meligkupinya. Dalam bentuknya, ada dua model tafsir secara umum, yakni tafsir
yang secara eksplisit berbentuk sebuah karya “tafsir” dan tafsir yang secara
implisit masuk ke dalam berbagai ranah, semisal dalam dakwah, analisa karya
kutipan dan lain sebagainya.3

Tafsir adalah buah pemahaman Al-Quran yang diungkapkan, baik secara


lisan, tulisan, maupun tindakan. Pada hakikatnya tafsir adalah jembatan antara
teks Al-Quran yang sudah baku dengan kehidupan yang terus berkembang.
Penafsiran Al-Quran adalah upaya mendialogkan idealitas Al-Quran dengan
realitas historis kehidupan dalam rangka menghilangkan kesenjangan antara
keduanya.

Pembelajaran tafsir Al-Quran adalah kelanjutan dari pembelajaran Al-Quran


yang diselenggarakan melalui pendidikan formal maupun non-formal, baik pada
pendidikan tingkat dasar, menengah, maupun tinggi. Pembelajaran tafsir Al-
Quran akan efektif apabila dilaksanakan dalam suasana menyenangkan, didukung
penguasaan materi dan metode pembelajaran yang optimal.

Berangkat dari hal-hal diatas, maka kami menemukan diskursus yang menarik
yakni bagaimanakah pembelajaran tafsir di pesantren, terlebih pesantren yang
akan di kaji adalah pesantren jamíyyah persatuan islam, dengan latar belakang di
atas, maka penulis berkeinginan untuk membahas mengenai pembelajaran tafsir di
pesantren persatuan Islam. Maka dengan demikian, penulis mengambil judul
“PEMBELAJARAN TAFSIR DI PESANTREN PERSATUAN ISLAM”.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Pembelajaran?

2
Saifuddin Herlambang, “Pengantar Ilmu Tafsir”, (Yogyakarta: Penerbit Samudra Biru, 2020), hlm.
121
3
Muhammad Saleh, Historis Media Penafsiran di Indonesia, Jurnal Studi Al-Qur’an dan Keislaman
Vol.5, No.01,2021, hlm 18
2. Apa pengertian surat Tafsir?

3. Bagaimana pembelajaran tafsir di Pesantren Persatuan Islam?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian pembelajaran

2. Untuk mengetahui pengertian Tafsir

3. Untuk mengetahui model pembelajaran tafsir di pesantren Persatuan


Islam

D. Metode Penulisan

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah


kualitatif. Objek penelitian yang diambil adalah PPI Rancabango Garut, PPI
67 benda Tasikmalaya, PPI 31 Banjaran, dan PPI 3 pameungpeuk. Teknik
Pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah:
wawancara dan observasi. Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan
metode studi kepustakaan, yaitu dengan mempelajari dan menelaah berbagai
sumber buku-buku atau pun jurnal-jurnal yang bersangkutan dengan judul
penulisan serta pengambilan referensi dari internet yang berhubungan dengan
judul yang akan dibahas oleh penulis.

E. Sistematika Penulisan

Dalam rangka memenuhi tugas penyusunan makalah ini, penulis akan


mengemukakan berbagai sistematika pembahasannya agar di dalam bentuk
pemaparannya teratur. Dan dalam makalah ini, penulis membagi menjadi tiga bab
dan masing-masing bab, diantaranya adalah sebagai berikut:

BAB I merupakan bab PENDAHULUAN yang di dalamnya dijelaskan


mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode
penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II merupakan bab yang membahas PEMBAHASAN yang di


dalamnya akan dijelaskan pengertian pembelajaran, pengertian tafsir, dan model
pembelajaran tafsir di Pesantren Persatuan Islam.
BAB III merupakan bab PENUTUP yang meliputi, kesimpulan dan saran-
saran.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata


dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui
(diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”,
yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak
didik mau belajar.4

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan


sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan
yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses
untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.5

Miarso (dalam Yamin: 2013: 15) bahwa pembelajaran adalah usaha yang
disengaja, bertujuan, dan terkendali, agar orang lain belajar atau terjadi perubahan
yang relatif menetap pada diri orang lain. Usaha tersebut dapat dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang yang memiliki kemampuan atau kompetensi
dalam merancang dan atau mengembangkan sumber belajar yang diperlukan.

Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi


sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru
mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga
mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat
memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek
psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan
hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan

4
Ahdar Djamaluddin, Wardana, 2019, BELAJAR DAN PEMBELAJARAN 4 Pilar Peningkatan
Kompetensi Pedagogis, Penerbit CV Kaaffah Learning Center, Sulawesi Selatan, hal.12.
5
Ibid. hal.12.
pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.6

Kemudian dikemukakan oleh Perceival dan Ellington, pembelajaran


terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:

1. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa


(Student Centered Approach)

Student-centered approach adalah sebuah pendekatan untuk


pendidikan berfokus pada kebutuhan siswa, bukan orang lain yang terlibat
dalam pendidikan proses, seperti guru. Student-centered approach
difokuskan pada kebutuhan siswa, kemampuan, minat, dan gaya belajar
dengan guru sebagai fasilitator pembelajaran. Studentcentered approach
menuntut siswa untuk aktif, peserta bertanggung jawab dalam pembelajaran
mereka sendiri.

2. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru


(teacher centered approach).

Dalam pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru, Guru


berfungsi sebagai pusat pengetahuan, guru adalah sumber utama untuk
pengetahuan, mengarahkan proses pembelajaran dan mengendalikan akses
siswa terhadap informasi. Fokusnya adalah hampir secara eksklusif pada
apa yang dipelajari. Teacher-centered approach memiliki guru di pusat
dalam peran aktif dan siswa dalam peran pasif.7

Sedangkan, pembelajaran di pesantren pun tidak jauh dari dua


pendekatan diatas, ada yang guru atau ustadz yang memiliki peran aktif dan
siswa atau santri yang memliki peran aktif, hanya yang membeedakan dari
pendekatan diatas biasanya adalah tingkatan siswa.
B. Pengertian Tafsir

Tafsir secara etimologi mengikuti wazan taf’il, berasal dari kata fasr yang
berarti al-idah, al-sharh dan al-bayan (penjelasan atau keterangan). Ia juga berarti
6
Muhammad Aman Ma’mun, Kajian Pembelajaran …, Annaba: Jurnal Pendidikan Islam. Volume 4
No. 1. Maret 2018, hal.55.
7
Herliana, “Teori belajar dan pembelajaran”, Lakeisha, Klaten 2021. H 45
al-ibanah (menerangkan), al-kashf (menyingkap) dan izhar al-ma’na al-ma’qul
(menampakkan makna yang rasional). (M. Ali Ashabuni, 2003: 65). Ada yang
mengatakan bahwa tafsir berasal dari safru (dengan menukar tempatnya sin
dengan fa’) seperti kata orang Arab, “asfara al-subh idha ada’a” artinya apabila
shubuh itu telah bersinar. Ada pula yang mengatakan ia berasal dari kata tafsirah,
yaitu nama dari alat yang digunakan oleh dokter untuk mengetahui keluhan
pasien. Ibn Manzur dalam Lisan al-‘Arab menjelaskan bahwa “fasr” adalah
menyingkap sesuatu yang tertutup dan tafsir adalah menyingkap makna yang
dikehendaki dari lafadz yang musykil.8

Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa tafsir secara etimologis
dapat dipakai untuk menyingkap sesuatu yang bersifat indrawi dan dapat pula
digunakan untuk menyingkap sesuatu yang bersifat maknawi (makna rasional dari
suatu teks). Namun demikian pemakaian tafsir untuk yang kedua lebih banyak
dari pada pemakaiannya untuk yang pertama.

Maka jika kita kemas pengertian tafsir Alqur’an Sebagaimana telah


dikemukakan diatas, Pengertian tafsir ialah sebuah usaha untuk memehami
kandungan Alquran, sesuai dengan bekal keilmuan yang dimiliki dan konteks
yang meligkupinya. Dalam bentuknya, ada dua model tafsir secara umum, yakni
tafsir yang secara eksplisit berbentuk sebuah karya “tafsir” dan tafsir yang secara
implisit masuk ke dalam berbagai ranah, semisal dalam dakwah, analisa karya
kutipan dan lain sebagainya.9

Tafsir adalah buah pemahaman Al-Quran yang diungkapkan, baik secara


lisan, tulisan, maupun tindakan. Pada hakikatnya tafsir adalah jembatan antara
teks Al-Quran yang sudah baku dengan kehidupan yang terus berkembang.
Penafsiran Al-Quran adalah upaya mendialogkan idealitas Al-Quran dengan
realitas historis kehidupan dalam rangka menghilangkan kesenjangan antara
keduanya.

Pembelajaran tafsir Al-Quran adalah kelanjutan dari pembelajaran Al-


8
Ibnu Manzur, Lisan al-‘Arab, Vol. 5 (Beirut: Dar Sadir, t.th), hlm 55.
9
Muhammad Saleh, Historis Media Penafsiran di Indonesia, Jurnal Studi Al-Qur’an dan Keislaman
Vol.5, No.01,2021, hlm 18.
Quran yang diselenggarakan melalui pendidikan formal maupun non-formal, baik
pada pendidikan tingkat dasar, menengah, maupun tinggi. Pembelajaran tafsir Al-
Quran akan efektif apabila dilaksanakan dalam suasana menyenangkan, didukung
penguasaan materi dan metode pembelajaran yang optimal.

Sebagaimana pembelajaran ilmu-ilmu pengetahuan yang lain, pembelajaran


tafsir Al-Quran pada lembaga pendidikan formal niscaya dilakukan secara
bertahap dan berjenjang dengan prioritas materi ajar tertentu. Secara garis besar,
prioritas bahan ajar tafsir Al-Quran adalah pesan-pesan Al-Quran tentang pokok-
pokok ajaran Islam, yakni akidah, ibadah, mu’amalah dan akhlak. Alternatif
materi ajar tafsir Al-Quran untuk pendidikan dasar tentang pokok-pokok ajaran
Islam tersebut adalah surat-surat pendek dalam Al-Quran. Pembelajaran tafsir Al-
Quran ini disertai dengan menghafal surat-surat pendek Juz ‘Amma sebagai modal
dan bekal untuk melaksanakan shalat, baik sebagai imam maupun sebagai
makmum.

Pembelajaran Tafsir Al-Quran pada pendidikan menengah pertama dengan


materi pokok-pokok ajaran Islam, yakni akidah, ibadah, mu’amalah dan akhlak
secara tematik. Setiap pokok bahasan meliputi dua atau tiga ayat mengenai tema-
tema tersebut, meliputi penjelasan arti kosakata, pembahasan kandungan ayat dan
kesimpulan. Target pembelajaran disesuaikan dengan jam tatap muka di kelas
yang tersedia. Pembelajaran Tafsir Al-Quran pada pendidikan menengah atas
dengan materi tema-tema pokok Al-Quran secara tematik, yakni tentang
pendidikan, kebajikan, keadilan, persaudaraan, tolong-menolong, kerjasama,
kejujuran, ketakwaan, kepemimpinan, toleransi, patriotisme. Setiap pokok
bahasan meliputi empat atau lima ayat mengenai tema-tema tersebut, meliputi
penjelasan arti kosakata, pembahasan kandungan ayat dan kesimpulan. Target
pembelajaran disesuaikan dengan jam tatap muka di kelas yang tersedia.

C. Pembelajaran Tafsir di Pesantren Persatuan Islam

Pesantren Persatuan Islam memiliki Visi “Terwujudnya manusia sebagai


khalifah dimuka bumi ini”, dengan Misi “Pemanusiaan Insan Ulul Albab sebagai
muslim kaffah yang bertafaqquh fiddien”, dengan tujuan “terwujudnya
kepribadian muslim yang bertafaqquh fiddien”.10 Pesantren didirikan sebagai
salah satu upaya mencetak kader-kader dakwah yang ber-tafaqquh fiddien, artinya
pesantren Persatuan Islam didirikan untuk dapat mencetak kader-kader Persatuan
Islam yang paham dalam bidang ilmu agama dan kemudian dapat menjadi
mubaligh/da’i yang sanggup menyiarkan, mengajarkan, membela, dan
mempertahankan agama Islam.11

Pesantren yang ada dibawah naungan ormas Persatuan Islam yang digarap
oleh bidang garapan Tarbiyah telah banyak tersebar di seluruh kabupaten dan kota
di Indonesia. Dengan corak dan kekhasan pesantren khas persis, dari mulai
penomoran pesantren yang sampai hari ini tercatat berjumlah lebih dari 300 dan
akan terus berkembang seiring dengan terus berkembangnya dakwah Persatuan
Islam. Kemudian pembahasan ini dibatasi 4 pesantren yaitu PPI 99 Rancabango,
PPI 31 Banjaran, PPI 67 Benda Tasikmalaya dan PPI 3 Pamengpeuk Bandung.

1. Pesantren Persatuan Islam 99 Rancabango Garut

Pesantren Persatuan Islam 99 Rancabango didirikan oleh H.U.


Djamaluddin Ma’mun (allah yarham). Beliau memulai pembangunan awal
lokasi pesantren pada tahun 1987 di atas tanah milik beliau yang kala itu
masih digunakan lahan kebun jeruk. Pembangunan sarana Pesantren
dilakukan secara bertahap, mengingat keterbatasan dana yang dimiliki.
Berbarengan dengan momen Tahun Baru Hijriyyah, pada tanggal 1
Muharram 1409 H bertepatan dengan tanggal 3 Agustus 1989 M secara
resmi Pesantren Rancabango diresmikan oleh Bupati Garut Bapak H.
Momon Ganda Sasmita di atas tanah seluas 630 tumbak (8820m2).

Sarana awal yang tersedia pada waktu itu ruang belajar 6 lokal berikut
musholla, asrama putera 2 lokal, perumahan asatidzah 6 lokal berikut
asrama puteri. Adapun untuk memulai Kegiatan Belajar Mengajar
didatangkan tenaga pengajar (asatidz) dan santri sebanyak 50 orang dari
Pesantren Persatuan Islam No. 19 Bentar Garut secara sukarela untuk
10
Buku Pedoman Kerja Jamiyah dan Penyempurnaan Kurikulum 2006
11
Syafiq Mughni, Hasan Bandung:Pemikir Islam Radikal, (Surabaya: Bina Ilmu, 1980), 25
belajar di Pesantren Rancabango.

Cikal bakal pendirian Pesantren Rancabango tak bisa dilepaskan dari


keberadaan Pesantren Persatuan Islam No. 19 Bentar Garut selaku induk
Pesantren Persatuan Islam di Garut. Mengingat keterbatasan tempat yang
dimiliki untuk perluasan dan pe-ngembangan Pesantren pada waktu itu.
Maka atas inisiatif H. U. Djamaluddin Ma’mun selaku Pimpinan Pesantren
Persatuan Islam No. 19 Bentar setelah bermusyawarah dengan beberapa
tokoh/ulama Persatuan Islam di Garut dianta-ranya KH. Aceng Zakaria,
Drs. H. Entang Muhtar, ZA., dan Drs. Ayat Hidayat disepakati untuk
mencari tempat baru sebagai proyek pengembangan Pesantren. Maka
dipilihlah lokasi yang berada di Desa Rancabango Kecamatan Tarogong
tepat di bawah kaki Gunung Guntur. Karena masyarakat Rancabango asing
terhadap Pesantren Persatuan Islam, sebagai batu loncatan, maka dibuatlah
Yayasan Ihyaus Sunnah yang diketuai langsung oleh H. U. Djamaluddin
Ma’mun sendiri. Pada tahun 1994 telah terjadi serah terima wakaf
kepemilikan tanah dari pihak Yayasan Ihyaus Sunnah yang diwakili oleh H.
U. Djamaluddin Ma’mun kepada PP. Persatuan Islam yang diwakili oleh
Ketua Umum PP. Persatuan Islam KH. A. Latief Muhtar MA. Semenjak
saat itu, resmi sudah Pesantren Rancabango berada di bawah binaan Bidang
Tarbiyyah Pimpinan Pusat Persatuan Islam dengan nama Pesantren
Persatuan Islam Nomor 99 Rancabango.12

Pesantren yang dipimpin oleh K.H. Aceng Zakariya selaku Mudir


‘Am, memiliki tujuan “Mewujudkan kepribadian muslim taqwa yang
Tafaqquh Fiddien sesuai dengan jenjang satuan pendidikan yang
diselenggarakan.” Sejalan dengan tujuan tersebut, maka wajar kiranya PPI
Rancabango ini memiliki kurikulum keilmuan, termasuk didalamnya adalah
Tafsir Al-Qurán. Di Rancabango Tafsir yang dikaji adalah Tafsir Jalalain.
adalah sebuah kitab tafsir al-Qur'an terkenal, yang awalnya disusun oleh

12
https://persis99rancabango.ponpes.id/halaman/detail/sejarah. Di Akses pada: 12 Juli 2022
pukul 12.02 WIB.
Jalaluddin al-Mahalli pada tahun 1459, dan kemudian dilanjutkan oleh
muridnya Jalaluddin as-Suyuthi pada tahun 1505. Kitab tafsir ini umumnya
dianggap sebagai kitab tafsir klasik Sunni yang banyak dijadikan rujukan,
sebab dianggap mudah dipahami dan terdiri dari hanya satu jilid saja.
Jalaludin al-Mahalli mengawali penulisan tafsir sejak dari awal surah
Al-Kahfi sampai dengan akhir surah An-Naas13, setelah itu ia menafsirkan
surah Al-Fatihah sampai selesai. Al-Mahalli kemudian wafat sebelum
sempat melanjutkannya. Jalaluddin as-Suyuthi kemudian melanjutkannya,
dan memulai dari surah Al-Baqarah sampai dengan surah Al-Isra'.
Kemudian ia meletakkan tafsir surah Al-Fatihah pada bagian akhir
urutan tafsir dari Al-Mahalli yang sebelumnya. Namun, masih terdapat
perbedaan pendapat mengenai kadar kerja masing-masing penafsir
tersebut.14

Menurut penulis, yang juga alumni PPI 99 Rancabango, menjelaskan


bahwa kajian Tafsir Jalalain ini dibawakan dengan metode klasikal,
pembahasan tafsir Jalalain ini dimulai dari kelas 10 Muallimin, dengan
metode pengajaran teacher centered approach, atau ustadz yang banyak
menerangkan, mulai dari menerjemahkan kata perkata, sampai kepada
pembahasan makna ayat.

2. Pesantren Persatuan Islam 31 Banjaran.

Pesantren Persatuan Islam 31 Banjaran tidak terlepas dari


perkembangan lembaga pendidikan di bawah naungan Persatuan Islam
(disingkat PERSIS) sebagai salah satu organisasi Islam di Indonesia. Persis
didirikan pada 12 September 1923 di Bandung oleh sekelompok Islam yang
berminat dalam pendidikan dan aktivitas keagamaan yang dipimpin oleh
Haji Zamzam dan Haji Muhammad Yunus. Persis didirikan dengan tujuan

13
Abdul Aziz bin Ibrahim bin Qasim . Ad-Dalil ila Mutu’n al-‘Ilmiyyah. Riyadh: Dar ash-Shumai'i.
1420 H. hlm. 99.
14
Al-Qaththan, Syaikh Manna'. Pengantar Studi Ilmu1 Al-Qur'an (Mabahits fi Ulum al-
Qur'an). Penerjemah: H. Aunur Rafiq El-Mazni, Lc. MA. Editor: Abduh Zulfidar Akaha, Lc. &
Muhammad Ihsan, Lc. (edisi ke-1). Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. 2006, hlm. 457.
untuk memberikan pemahaman Islam yang sesuai dengan aslinya yang
dibawa oleh Rasulullah Saw dan memberikan pandangan berbeda dari
pemahaman Islam tradisional yang dianggap sudah tidak orisinil karena
bercampur dengan budaya lokal, sikap taklid buta, sikap tidak kritis, dan
tidak mau menggali Islam lebih dalam dengan membuka Kitab-kitab Hadits
yang shahih. Oleh karena itu, lewat para ulamanya seperti Ahmad Hassan
yang juga dikenal dengan Hassan Bandung atau Hassan Bangil, Persis
mengenalkan Islam yang hanya bersumber dari Al-Quran dan Hadits (sabda
Nabi). Organisasi Persatuan Islam telah tersebar di banyak provinsi antara
lain Jawa Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta, Banten, Lampung, Bengkulu,
Riau, Jambi, Gorontalo, dan masih banyak provinsi lain yang sedang dalam
proses perintisan. Persis bukan organisasi keagamaan yang berorientasi
politik namun lebih fokus terhadap Pendidikan Islam dan Dakwah dan
berusaha menegakkan ajaran Islam secara utuh tanpa dicampuri khurafat,
syirik, dan bid’ah yang telah banyak menyebar di kalangan awwam orang
Islam.15

Pesantren Persatuan Islam 31 Banjaran hadir awal mulanya di sekolah


agama non formal madrasah ibtidaiyyah dibawah bidang garapan
pendidikan Pimpinan Cabang PERSIS Banjaran yang pelaksanaanya
diadakan selepas pulang sekolah dasar seiring dengan kebutuhan masyarakat
dan tantangan zaman, maka disepakati tahun 1994 mendirikan lembaga
pendidikan formal di tingkat Madrasah Tsanawiyah Banjaran.

Sementara itu MA Persis 31 Banjaran sebagai bagian dari dunia


pendidikan yang berada di Indonesia umumnya dan khususnya di desa
Banjaran Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung mempunyai peranan
yang sangat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia.
Sebagai salah satu bentuk dan wujud kepedulian Persatuan Islam (PERSIS)
terhadap dunia pendidikan. Khususnya madrasah Aliyah maka dibentuklah
MA Persis 31 Banjaran pada tahun 2008.
15
https://mapersis31banjaran.sch.id/read/18/sejarah. Di Akses pada: 12 Juli 2022 pukul 12.27
WIB.
Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin cenderung
membuat orang semakin sibuk dalam mengupayakan urusan duniawi.
Mereka seolah-olah melupakan kebutuhan manusia yang paling utama yaitu
kebutuhan akan pendidikan agama yang akan menjamin kebahagiaan dunia
maupun akhirat. Hal ini tidak hanya terjadi di kota-kota besar saja, bahkan
dampaknya ke daerah-daerah pedesaan sudah semakin terasa. Oleh karena
itu, madrasah ALIYAH khususnya MA PERSIS 31 Banjaran merupakan
alternatif/pilihan bagi masyarakat untuk menyekolahkan putra-putrinya
setelah tamat SMP/MTS, yang dapat memberikan Ilmu Pengetahuan baik
yang berkaitan dengan urusan duniawi maupun Ukhrowi dimana
keberadaannya sejajar dengan SLTA.

 MA PERSIS 31 Banjaran, keberadaannya sangat diperlukan oleh


masyarakat di lingkungan Kecamatan Banjaran khususnya dan umumnya
oleh masyarakat sekitar. Mereka berharap dengan menyekolahkan anaknya
di MA, sedikit banyak dapat membantu peran orang tua dalam mendidik
Putra Putrinya.

Kegiatan Belajar Mengajar yang diselenggarakan oleh MA PERSIS


31 Banjaran keberadaanya sangat membantu masyarakat dalam memenuhi
tuntutan pengetahuan melalui jalur bidang pendidikan terutama pendidikan
agama Islam, sehingga segenggam harapan terlahir dari hati nurani yang
sangat dalam yang di motivasi oleh semangat belajar siswa/i serta simpati
masyarakat sekitar, walau dalam kondisi ekonomi yang tak menentu, namun
mereka tetap berupaya untuk dapat bersaing dalam dunia yang penuh
tantangan.

Kurikulum pembelajaran di Madrasah Aliyah Persis 31 Banjaran


menggunakan Kurtilas untuk kelas X dan kelas XI serta KTSP untuk dan
XII dipadukan dengan Kurikulum Pesantren yang dikeluarkan oleh Bidang
Garapan Pendidikan Pimpinan Pusat Persatuan Islam. Pembelajaran
dilaksanakan satu shif pada pagi hari dengan menggunakan sistem dan
metode pembelajaran yang bervariatif pada setiap mata pelajaran dengan
mengacu kepada kedua kurikulum di atas. Proses Belajar Mengajar
dilaksanakan dengan prinsip Student Centre.16

Kajian tafsir di PPI 31 Banjaran ini lebih kepada tafsir tematik yaitu,
menjelaskan tafsir dengan tema-tema tertentu, baik tema maudhui atau tema
ayat maupun satu surat sekalipun. Sumber kitab tafsir yang diambil, yaitu
dari beberapa kitab tafsir klasik maupun kontemporer, seperti kitab tafsir,
Ibnu katsir, Tafsir Munir, tafsir Al-Maraghi, dari komposisi kitab-kitab
tersebut diambil kesimpulan sesuai dengan pemahaman asatidz. Contoh
kajiannya adalah, Tafsir Surah Al- Lahab, Tafsir Surah Al-Zalzalah, Tafsir
Surah Al-Kahfi, dan lain sebagainya.

3. Pesantren Persatuan Islam 67 Benda Tasikmalaya

Pondok Pesantren Persatuan Islam 67 Benda hadir dari keyakinan dan


rasa tanggung jawab akan tuntunan ummat terhadap amanat nubuwwat
(warasatul anbiya). Lembaga kaderisasi ini memikul amanat yang berat dan
begitu mulia. Menghadirkan kaum penyeru yang keberadaannya kini
semakin langka, terlebih tengah gencarnya sekularisasi pendidikan dan tidak
menentunya nilai-nilai luhur keilmuan. Pesantren Persatuan Islam 67 Benda
Kota Tasikmalaya tampil sebagai salah satu benteng terakhir yang terus
mencoba dan melakukan konsistensi dalam menghadang ekses negative
polarisasi " Kemajuan " dunia Pendidikan. Pesantren 67 Benda sejak
didirikan terus berkembang melaksanakan funsinya sebagai Lembaga
Pendidikan Pencetak kader-kader Pemimpin Umat dan pejuang Agama.

Pesantren Persatuan Islam 67 Benda Kota Tasikmalaya sejak


dirintis oleh KH. U. Aminullah memiliki Spirit untuk membentengi
masyarakat dari Bid'ah, Khurafat dan Tahayul, kemudian Misi awal tersebut
dilanjutkan oleh KH. Drs. Shiddiq Amien, MBA kemudian Dilanjutkan oleh
KH. Muhtarom Amien Pesantren Persatuan Islam 67 Benda trus berupaya
untuk meraih visi, misi dan tujuannya dengan pendidikan yang sistematik

16
https://mapersis31banjaran.sch.id/read/18/sejarah. Di Akses pada: 12 Juli 2022 pukul 12.30
WIB.
dan terpadu lewat "Boarding and Fullday School System" yang sekarang
dipimpin oleh Asep Abdul Hamid Amien, S.Pd, M.Ag sejak tahun 2017.17
PPI 67 Benda memiliki unggulan program Bahasa Arab-Inggris, dan
Tahfidzul Qurán.

Sedangkan dalam kajian tafsir tersendiri, Tafsir masuk sebagai mata


pelajaran kurikulum, sehingga masuk dalam jam KBM muallimin, metode
yang disajikan yaitu maudhui, atau tematik. Dengan sumber rujukan LKS
(lembar kerja santri) yang telah di siapkan oleh pesantren. Cara
penyampaiannya tidak jauh berbeda dengan di PPI 99 Rancabango. Kajian
tafsir diberikan sejak kelas 1 muallimin, sampai kelas 3, dengan tema yang
berbeda.

4. Pesantren Persatuan Islam 3 Pameungpeuk Bandung

Pesantren Persatuan Islam 3 Bandung, memiliki 3 jenjang pendidikan


yaitu MD (Madrasah Diniyyah), MTs (Madrasah Tsanawiyah, dan
Muallimin, KH. Aminudin Husain selaku mudir Am menuturkan bahwa,
tekad pesantren ialah menghantarkan seluruh santri agar optimal dalam
belajar ilmu keislaman, mampu mengembangkan diri secara mandiri dan
memiliki attitude yang luhur.

Karakteristik kajian tafsirnya dibagi menjadi 2, pertama kajian dalam


pembelajaran rutin yang diajarkan setiap pekan dalam bentuk pelajaran
Tafsir ‘am dan Tafsir ahkam dengan menggunakan kitab tafsir Shafwatu
tafasir dan Ibn Katsir, dan Tafsir Ahkam menggunakan kitab Rawaiyul
Bayan dengan metode klasikal seorang guru memerintahkan murid untuk
membaca tulisan arab gundul, kemudian diterjemahkan, kalau ada kesalahan
guru membenarkan, demikian seperti itu berulang. Kedua, kajian dalam
bentuk sorogan, K.H. Amienudin Husein sebagai pimpinan pesantren
menjadi sumber rujukan jama’ah, dan khusus tafsir dijadwalkan setiap
pekannya 1 kali setiap hari Ahad pagi, jamaah dari luar pesantren hadir
untuk belajar tafsir, kitab yang digunakannya Ibn Katsir, dengan metode
17
https://www.persis67benda.com/profil-pesantren.
pengajaran dibacakan ayat kemudian penafsiran sesuai dengan teks tafsir
dalam kitab, dan membahasnya dengan memberi contoh-contoh yang
kontekstual sehingga Al-Qur’an, tafsir hadir sebagai sumber pencerahan
bagi umat.18

18
Purwati Puji. Karakteristik Kajian Tafsir di Tingkat Muallimin, 2019. hlm 5.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaran di atas, maka penulis dapat menarik beberapa


kesimpulan sebagai berikut:

Bahwa dari pembahasan pesantren Persatuan Islam yang kami sampaikan,


terlihat beberapa perbedaan dalam kajian tafsirnya, ada yang mengkaji satu kitab
khusus yaitu jalalain seperti di rancabango, ada yang beberapa tafsir dikaji, tapi
dengan menggunakan metode tematik, seperti PPI 67. Ada pula, yang memiliki
kajian tafsir rutinan untuk santri dengan metode klasikal, dan juga yang bersifat
umum dengan kitab tafsir beragam seperti di PPI 3.

Dan pendekatan yang digunakanpun ada yang dominan guru, seperti di PPI
99 Rancabango, PPI 31 Banjaran, PPI 67 Benda, dan ada pula yang dominan
santri seperti di PPI 3 Pamengpeuk Bandung. Sehingga mengindikasikan
pembelajaran tafsir di Pesantren Persatuan islam memiliki tujuan yang terintegrasi
dengan tujuan pesantren yaitu untuk mencetak santri yang tafaquh fiddin, hanya
saja teknis dan cara yang berbeda sesuai dengan sistem setiap pesantren telah
dibuat.

B. Saran

Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali


kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus
memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.
DAFTAR PUSTAKA

2006. Buku Pedoman Kerja Jamiyah dan Penyempurnaan Kurikulum.

Abdul Aziz bin Ibrahim bin Qasim 1420 H, Ad-Dalil ila Mutun al-'Ilmiyyah.
Riyadh: Dar ash-Shumai'i.

Ahdar Djamaluddin, Wardana. 2019. BELAJAR DAN PEMBELAJARAN 4


Pilar Peningkatan Kompetensi Pedagogis. Penerbit CV Kaaffah Learning Center.
Sulawesi Selatan.

Al-Qaththan, Syaikh Manna'. 2006, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur'an


(Mabahits fi Ulum al-Qur'an). Penerjemah: H. Aunur Rafiq El-Mazni, Lc. MA.
Editor: Abduh Zulfidar Akaha, Lc. & Muhammad Ihsan, Lc. (edisi ke-1). Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar.

Herlambang, Saifuddin. 2020. Pengantar Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Penerbit


Samudra Biru.

Herliana, 2021. Teori Belajar Dan Pembelajaran. Lakeisha: Klaten.

https://mapersis31banjaran.sch.id/read/18/sejarah. Di Akses pada: 12 Juli


2022 pukul 12.30 WIB.

https://persis99rancabango.ponpes.id/halaman/detail/sejarah. Di Akses
pada: 12 Juli 2022 pukul 12.02 WIB.

https://www.persis67benda.com/profil-pesantren. Di Akses pada: 12 Juli


2022 pukul 12.27 WIB.

Ibnu Manzur, Lisan al-‘Arab, Vol. 5 (Beirut: Dar Sadir, t.th),

Mughni, Syafiq. 1980. Hasan Bandung: Pemikir Islam Radikal. Surabaya:


Bina Ilmu.

Nasori, A. 2020. Manajemen Pondok Pesantren. Tasikmalaya: Penerbit


Ma’rifa.

Saleh, Muhammad. 2021. Historis Media Penafsiran di Indonesia, Jurnal


Studi Al-Qur’an dan Keislaman Vol. 5, No. 01.

Anda mungkin juga menyukai