Sayyidina Umar

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

SAYYIDINA UMAR

Menjadi seorang pemimpin haruslah rela bertahan dan menderita


bersama rakyatnya dalam masa sulit. Definisi ini cocok disematkan
pada salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yaitu Umar bin
Khattab.
Terkenal dengan keteguhan prinsip, ketegasan, keadilan, dan
keberanian sebagai pemimpin, Umar dianggap menjadi pemimpin
ideal kaum Muslim karna beliau adalah tipe yang serba bisa. Kisah
hidupnya begitu penuh makna dan disegani serta dihargai oleh rakyat
kala itu karena sikapnya yang sangat berani menegakkan kebenaran
dan hak-hak rakyat.
Sebelum memeluk ajaran Islam, Umar sangat memusuhi Islam
dengan gencar menghalangi dakwah Nabi Muhammad SAW, bahkan
sampai berniat untuk membunuhnya, tak terkecuali para pengikutnya.
Nabi Muhammad SAW pernah berdoa dan meminta kepada Allah
SWT agar salah satu dari dua orang yang sangat berpengaruh di
Makkah untuk memeluk Islam.hg
"Ya Allah, perkuatlah Islam dengan Abul-Hakam bin Hisyam atau
dengan Umar bin Khattab."
Hingga tiba pada waktunya, terketuklah hati Umar dengan
mengurungkan niat untuk menghentikan dakwah Nabi Muhammad
SAW, lalu memeluk agama Islam.
Ketika sudah masuk Islam, ayat yang pertama dibacakan oleh Umar
adalah surat Thaha. Hatinya terenyuh tatkala membacanya seraya
berucap sungguh indah sekali kata-katanya.
Masuknya Umar bin Khattab sebagai kaum Muslim, membuat
kehebohan penduduk Makkah, terutama kaum musyrikin yang
semakin merasa ketakutan. Bagaimana bisa orang yang pernah
melukai adik (Fatimah bin Khattab) dan iparnya (Sa'id bin Zaid)
karena mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW kini juga ikut masuk
Islam?
Keislaman Umar bin Khattab memberikan pengaruh besar bagi
penduduk Makkah. Dia hadir menjadi salah satu penguat dan
semangat untuk memperjuangan pergerakan Islam bersama Nabi
Muhammad SAW.
Umar bin Khattab menjadi khalifah dan dijuluki sebagai Al-Faruq,
yakni orang yang bisa memisahkan antara kebenaran dan kebatilan.
Julukan ini didapat langsung dari Nabi Muhammad SAW.
Prioritas Umar terhadap rakyat terlihat saat negara dalam kondisi
krisis melanda. Salah satu kisah keteladanan pada masa khalifah
Umar bin Khattab yang patut ditiru adalah ketika bencana kelaparan
melanda Madinah yang menyebabkan wabah penyakit dan kematian.
Saat itu, banyak sekali rakyatnya yang merasa kelaparan dan
penderitaan. Ini juga dirasakan oleh Umar sebagai pemimpin kala
bencana itu terjadi. Beliau pun bersumpah untuk tidak memakan
daging dan minyak samin di saat semua rakyatnya menderita.
"Bagaimana saya dapat mementingkan keadaan rakyat, kalau saya
sendiri tiada merasakan apa yang mereka derita." Begitulah kata yang
diucapkan Umar serta menunjukkan kualitas sebagai pemimpin sejati.
Umar sangat mencintai rakyatnya dan selalu berperilaku sederhana.
Sosoknya yang berani dan tegas, juga tidak ingin melihat rakyatnya
sedih dan menderita menimbulkan keadilan bagi seluruh rakyatnya.
Faktor kedekatan tanpa mengenal kasta, inilah sosok Umar bin
Khatab.
Dia pun pernah berkata, "Kalau negara makmur, biar saya yang
terakhir menikmatinya, tapi kalau negara dalam kesulitan biar saya
yang pertama kali merasakannya."
Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya
tentang kepemimpinannya. Pemimpin negara yang berkuasa atas
manusia adalah pemimpin dan ia akan ditanya tentang
kepemimpinannya. Seorang lelaki/suami adalah pemimpin bagi
keluarganya dan ia akan ditanya tentang kepemimpinannya.
Wanita/istri adalah pemimpin terhadap keluarga suaminya dan
anak suaminya dan ia akan ditanya tentang mereka. Budak
seseorang adalah pemimpin terhadap harta tuannya dan ia akan
ditanya tentang harta tersebut. Ketahuilah setiap kalian adalah
pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang
kepemimpinannya.” (HR Bukhari dan Muslim).
SAYYIDINA UMAR MASUK ISLAM

Dikisahkan, suatu malam Umar datang ke Masjidil Haram secara sembunyi-


sembunyi untuk mendengarkan bacaan salat Rasulullah SAW. Waktu itu
Rasulullah membaca surat Al Haqqah. Umar bin Khattab kagum dengan
susunan kalimatnya lantas berkata pada dirinya sendiri. “Demi Allah, ini
adalah syair sebagaimana yang dikatakan kaum Quraisy.” Kemudian beliau
mendengar Rasulullah membaca ayat 40-41 (yang menyatakan bahwa
Alquran bukan syair). Lantas beliau berkata, “Kalau begitu berarti dia itu
dukun.” Kemudian beliau mendengar bacaan Rasulullah ayat 42, (Yang
menyatakan bahwa Alquran bukanlah perkataan dukun) akhirnya beliau
berkata, “Telah terbetik lslam di dalam hatiku.” Akan tetapi karena kuatnya
adat jahiliyah, fanatik buta, pengagungan terhadap agama nenek moyang,
maka beliau tetap memusuhi Islam.

Kemudian pada suatu hari, beliau keluar dengan menghunus pedangnya


bermaksud membunuh Rasulullah SAW. Dalam perjalanan, beliau bertemu
dengan Nu’aim bin Abdullah al ‘Adawi, seorang laki-laki dari Bani Zuhrah.
Lekaki itu berkata kepada Umar bin Khattab, “Mau kemana wahai Umar?”
Umar bin Khattab menjawab, “Aku ingin membunuh Muhammad.”

Lelaki tadi berkata, “Bagaimana kamu akan aman dari Bani Hasyim dan Bani
Zuhrah kalau kamu membunuh Muhammad?” Maka Umar menjawab,
“Tidaklah aku melihatmu melainkan kamu telah meninggalkan agama nenek
moyangmu.” Tetapi lelaki tadi menimpali, “Maukah aku tunjukkan yang lebih
mencengangkanmu, hai Umar? Sesungguhnya adik perampuanmu dan
iparmu telah meninggalkan agama yang kamu yakini.”

KESIMPULANNYA

Semua pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat kelak

Baik pemimpin yang dholim, ataupun yang baik jadi hati hati jika jadi
pemimpin

Smoga pemimpin kita ditaqdirkan menjadi pemimpin yang bisa dibanggakan


bangsa dan Negara serta rakyatnya

SAYYIDINA USTMAN

Masa pemerintahan Usman bin Affan Di masa pemerintahan Usman, ekspansi


terus dilakukan. Atas usul Muawiyah, Usman juga membentuk armada angkatan
laut. Wilayah yang dikuasai yakni Afrika: Barqah, Tripoli Barat, bagian selatan
negeri Nubah Asia: Armenia, Tabaristan, Amu Daria, negeri-negeri Balkha, Harah,
Kabul, dan Haznah di Turkistan Eropa: Cyprus Ia membagi kekuasaan Islam
menjadi 10 provinsi dengan masing-masing amir atau gubernur. Di bawah Usman,
umat Islam mengalami era paling makmur dan sejahtera. Konon, rakyatnya mampu
naik haji berkali-kali. Bahkan budak dijual berdasarkan berat timbangannya. Ia
membangun polisi keamanan dan pengadilan. Sebelumnya, pengadilan digelar di
masjid. Di masa Usman, khitbah Idul Fitri dan Idul Adha didahulukan sebelum
shalat. Begitu juga azan pertama pada shalat Jumat. Ia memerintahkan tanah yang
kosong untuk digarap sebagai sawah.
Ia berjasa membangun bendungan untuk mencegah banjir dan mengairi sawah.
Banyak juga jalan dan jembatan yang dibangun. Usman juga dikenang sebagai
khalifah pertama yang memperbaiki dan memperluas Masjidil Haram di Mekkah
dan Masjid Nabawi di Madinah. Ini seiring banyaknya umat Islam yang
melaksanakan ibadah haji sebagai rukun Islam kelima. Prestasi Usman yang paling
gemilang yakni membukukan Al-Quran. Pembukuan dilakukan karena Islam
semakin luas. Ada perbedaan bacaan dan dialek dalam melafalkan Qur'an. Orang
yang pertama memperhatikan ini adalah Huzaifah bin Yaman. Huzaifah
menyampaikannya kepada Usman. Menanggapi ini, Usman membentuk panitia
pembukuan Al-Quran. Al-Quran kemudian digandakan dan dikirim ke Mekkah,
Suriah, Basrah, Kufah, dan Madinah

SAYYIDINA USMAN WAFAT

Pemerintahan Usman berlangsung selama dua periode, masing-masing enam


tahun. Kejayaannya di periode pertama membuatnya dipilih lagi memimpin di
periode kedua. Namun di periode kedua, terjadi perpecahan dan pemberontakan.
Usman diprotes karena jabatan-jabatan strategis di pemerintahan diberikan kepada
keluarganya dari Bani Umayyah. Ini menyebabkan Usman lemah di pemerintahan.
Ia tak dapat berbuat banyak terhadap keluarganya. Pada tahun 35 H atau 655 M,
sekitar 1.500 orang datang ke Madinah untuk memprotes kebijakan Usman ini.
Karena tak ditanggapi, protes berubah menjadi pemberontakan. Sebagian juga
dihasut oleh Abdullah bin Saba', seorang Yahudi yang disebut pura-pura masuk
Islam dan kerap menyebar fitnah. Akibatnya, rumah Usman dikepung dan ia
didesak mundur sebagai khalifah. Seorang pemberontak bernama Al-Gafiqi
berhasil masuk lewat atap dan membunuh Usman. Usman wafat di usia 82 tahun
pada 20 Mei 656 M.

SAYYIDINA ALI

Ali diwarisi berbagai pergolakan. Masa pemerintahannya penuh dengan cobaan. Ia


berusaha mengatasinya dengan menarik para amir yang sebelumnya diangkat oleh
Usman bin Affan. Ia juga mengambil alih tanah yang dihadiahkan Usman kepada
penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatan kepada negara. Ali
mengembalikan sistem distribusi pajak tahunan di antara orang Islam yang pernah
diterapkan pendahulunya Umar bin Khattab. Pemberontakan yang dihadapi Ali bin
Abi Talib di antaranya datang dari Talhah, Zubair, dan Aisyah. Mereka mengecam
Ali yang tak mau menghukum pembunuh Usman. Mereka minta agar ada
pembalasan. Ali yang ingin menghindari perang, mengirim surat ke Talhah dan
Zubair agar keduanya mau berunding untuk menyelesaikan perakara itu secara
damai. Baca juga: Masa Kekhalifahan Abu Bakar As SiddiqNamun keduanya
menolak. Maka pertempuran hebat pun meletus. Pertempuran itu dikenal dengan
nama Perang Jamal (unta) karena Aisyah menunggang unta. Zubair dan Talhah
terbunuh. Aisyah ditawan dan dikirim kembali ke Madinah. Setelah
pemberontakan itu padam, Ali begerak dari Kufah ke Damaskus. Pasukannya
bertemu dengan pasukan Muawiyah di Siffin. Keduanya bertempur dan dikenal
dengan nama Perang Siffin. Perang ini berakhir dengan takhim atau arbitrase. Tapi
takhim tak menyelesaikan masalah. Bahkan, takhim menyebabkan munculnya
golongan ketiga, yakni Al Khawarij atau orang-orang yang keluar dari barisan Ali
bin Abi Talib. Masa kepemimpinan yang penuh gejolak ini membuat tak banyak
warisan yang ditinggalkan Ali.

Ali memerintahkan Abul Aswad Ad Duali untuk memberi tanda baca dan menulis
kitab-kitab Nahwu (tata bahasa). Harapannya, muslim dari luar Arab dapat
mempelajari Al-Quran dan Al-Hadis dengan benar. Ali juga membangun kota
Kufah di Irak sebagai pusat pemerintahan dan pusat pengembangan ilmu
pengetahuan
BERAKHIRNYA MASA JABATAN SAYYIDINA ALI

Di akhir masa pemerintahan Ali bin Abi Talib, umat terpecah menjadi tiga golongan, yakni:
Muawiyah Syiah, pengikut Abdullah bin Saba' al-Yahudi yang menyusup barisan tentara
Ali bin Abi Talib Al Khawarij, orang-orang yang keluar dari barisan Ali bin Abi Talib Ini
menyebabkan tentara makin lemah. Hingga pada 20 Ramadan 40 H atau 660 M, Ali bin Abi
Talib dibunuh oleh Abdullah bin Muljam, anggota Khawarij.

Anda mungkin juga menyukai