Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan supervisi kepala ruang terhadap perilaku perawat pelaksana dalam pelaksanaan keselamatan pasien.
2. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif analitis dengan responden seluruh perawat pelaksana di rumah sakit.
3. Hasil analisis menunjukkan ada hubungan antara supervisi kepala ruang dengan perilaku per
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
59 tayangan9 halaman
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan supervisi kepala ruang terhadap perilaku perawat pelaksana dalam pelaksanaan keselamatan pasien.
2. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif analitis dengan responden seluruh perawat pelaksana di rumah sakit.
3. Hasil analisis menunjukkan ada hubungan antara supervisi kepala ruang dengan perilaku per
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan supervisi kepala ruang terhadap perilaku perawat pelaksana dalam pelaksanaan keselamatan pasien.
2. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif analitis dengan responden seluruh perawat pelaksana di rumah sakit.
3. Hasil analisis menunjukkan ada hubungan antara supervisi kepala ruang dengan perilaku per
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan supervisi kepala ruang terhadap perilaku perawat pelaksana dalam pelaksanaan keselamatan pasien.
2. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif analitis dengan responden seluruh perawat pelaksana di rumah sakit.
3. Hasil analisis menunjukkan ada hubungan antara supervisi kepala ruang dengan perilaku per
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9
HUBUNGAN SUPERVISI KEPALA RUANG TERHADAP PERILAKU
PERAWAT PELAKSANA DALAM PELAKSANAAN
KESELAMATAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT BAYUKARTA KARAWANG 2019
Astuti Wahyuningsih, Nim 0433131420117149
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKes KHARISMA Karawang Skripsi, April 2019
Abstrak: Keselamatan pasien merupakan komponen dasar dalam memberikan
pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, pelayanan keperawatan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas dan keselamatan pasien yang baik di rumah sakit. Tujun penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan supervisi terhadap perilaku perawat pelaksana dalam pelaksanaan keselamatan pasien di ruang rawat inap rumah sakit Bayukarta Karawang. Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriftif analitik menggunakan pendekatan cross sectional dengan responden seluruh perawat pelaksana yang bertugas di ruang rawat inap rumah sakit Bayukarta Karawang yang berjumlah 113 orang. Analisis chi-square menunjukan pada taraf signifikani p=0,05 diperoleh nilai p=0,000 sehingga p< 0,05 yang berarti ada hubungan antara supervisi kepala ruang dengan terhadap perilaku perawat pelaksana dalam pelaksanaan keselamatan pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Bayukarta Karawang. Kata Kunci : Supervisi Kepala Ruang, Perilaku Perawat Pelaksana PENDAHULUAN melakukan komunikasi efektif perawat dapat menampilkan perilaku baik Pelaksanaa keselamatan pasien sesuai dalam pelaksanaan keselamatan dengan permenkes ( KEMENKES, pasien(Depkes RI,2011 ). 2011 ) No.1691/MENKES/PER/VII/2011 Keberhasilan pelaksanaan program tentang keselamatan pasien rumah keselamatan pasien mendukung sakit Permenkes tersebut menjelaskan terpenuhinya mutu rumah sakit. bahwa setiap rumah sakit baik tingkat Undang- undang no. 44 tahun 2009 pusat, provinsi maupun daerah wajib tentang rumah sakit menyebutkan membentuk Tim Keselamatan Pasien bahwa memberikan pelayanan yang Rumah Sakit (TKPRS ). Keterlibatan sesuai dengan standar pelayanan para pemimpin dalam hal keselamatan rumah sakit yang aman, bermutu, pasien sangat diperlukan untuk antidiskriminasi dan efektif serta mendidik perawat pelaksana serta menguntungkan kepentingan pasien. Pelayanan yang tidak memperhatikan Perawat pelaksana merupakan sumber kualitas dapat menyebabkan terjadinya daya yang kompeten yang harus kejadian yang tidak diharapkan disediakan rumah sakit. Peningkatan ( Lucero, Lake & Aiken, 2015 ). kualitas keselamatan pasien, perawat merupakan sumber daya yang sangat Kejadian yang tidak diharapkan ( KTD penting mereka bekerja di barisan ) merupakan kejadian yang kadang paling depan dalam meningkatkan masih terjadi di setiap rumah sakit, kualitas layanan kesehatan. Perlunya satu dari 10 pasien di negara maju peningkatan pendidikan, pengetahuan dirugikan saat menerima perawatan di dan keterampilan mereka agar mereka rumah sakit ( WHO, 2014 ) . Laporan mampu memberikan asuhan tahun 2011 pada januari sampai april keselamatan pasien dengan baik, provinsi jawa barat menempati urutan bekerja sama dengan multi disipliner pertama mengenai kejadian tidak dalam memberikan asuhan diharapkan ( KTD ) sebesar 23,6 %, keselamatan pasien ( Karen S, 2008 ). Banten dan jawa tengah 20 %, DKI jakarta 5,15%, Bali 6,6%, jawa timur Perawat pelaksana dengan 1,33%. Berdasarkan penyebab pengetahuan baik dapat menunjukan kejadian lebih dari 70 % diakibatkan perilaku baik dalam melaksanakan oleh tiga hal yaitu prosedur, keselamatan pasien. Perilaku dokumentasi, dan medikasi ( KKP- RS merupakan tindakan, aktifitas dan , 2011 ) data tersebut menunjukan berbagai pengalaman serta interaksi bahwa banyaknya masalah manusia dengan lingkungannnya. Hal keselamatan pasien yang seharusnya tersebut terwujud dalam bentuk dapat dicegah dengan standar pengetahuan, sikap dan tindakan International Patient Safety Goal kegiatan pada kehidupan sehari- hari ( IPSG ) dalam akreditasi JCI. ( Notoatmojo,2002; Choo, Hutchinson & buknal, 2010 ). Perawat harus Pasien menjadi rentan terhadap melibatkan pengetahuan dan pelayanan yang tidak aman terutama keterampilan serta tindakan yang adalah dari perawat yang bertugas mengutamakan keselamatan pasien. selama 24 jam. Sebagaimana Perilaku perawat yang dapat menjaga tercantum dalam Permenkes no. 791 keselamatan pasien sangat berperan ( 2009 ) bahwa pengangkatan dan dalam pencegahan, pengendalian dan penempatan Sumber Daya Manusia peningkatan keselamatan pasien. dalam bidang kesehatan dilaksanakan berdasarkan prinsip profesionalisme Perilaku perawat pelaksana yang baik sesuai dengan standar kompetensi tidak terlepas dari pengaruh peran yang jelas. Menurut Tappen (2011 ) kepala ruang. Kepala ruang merupakan perawat yang memiliki pendididikan tenaga perawat profesional yang diberi yang tinggi dapat mempengaruhi daya tanggung jawab dan wewenang dalam nalar perawat dalam menyelesaikan mengelola kegiatan pelayanan masalah yang ditemui. keperawatan disatu ruang rawat ( Marquis & Huston, 2014 ). Kepala tidak cukup untuk mengubah ruang sebagai manajer paling bawah keyakinan akan tetapi kepercayaan mempunyai kewenangan mengatur atasan dapat memperkuat perilaku staf. agar organisasi berjalan sesuai dengan harapan dan tujuan. Masing – masing tingkatan manajer mempunyai peran Berdasarkan wawancara yang telah yang menjadi tanggung jawabnya. dilakukan, perawat mengatakan bahwa Peran menurut Mintzberg ( 1960 ) supervisi yang dilakukan kepala ruang dalam Robbin & Judge ( 2015 ) peran bersamaan dengan kegiatan operan dan manajer terdiri dari sepuluh peran hanya dalam bentuk pengawasan dan yang harus diperankan dan saling pengarahan saja tidak memberikan berkaitan, kemudian dikelompokan evaluasi. Perawat mengatakan jika menjadi tiga kelompok yang meliputi tidak menerapkan sasaran keselamatan peran anatr pribadi ( interpersonal ) pasien, kepala ruangan tidak memberi peran informasional ( informational ) sanksi cuma menegur saja secara dan peran pengambil keputusan langsung dan mengingatkan lagi disaat ( decision making ) menurut ( Gillies, operan shift. Belum optimalnya peran 1994; Miri.Naha.Mansor.Alkali kepala ruang dalam mensupervisi &Chikaji, 2015; Robbins, 2015; perilaku perawat pelaksana terhadap Winardi, 2012 ). pelaksanaan keselamatan pasien, Peran kepala ruang sangat penting karena kepala ruang masih dalam mencapai kualitas pelayanan mengerjakan tugas fungsional, yang baik. Kepala ruang yang kurang supervisi untuk keselamatan pasien memberi saran, masukan, motivasi dibantu pelaksanaannya oleh tim PPI dapat mengakibatkan pelayanan RS dan tim mutu yang berkeliling keselamatan pasien kurang berjalan untuk pengawasan penerapan dengan baik. Sebaliknya peran kepala keselamatan pasien. ruang yang dijalankan dengan baik Berdasarkan uraian diatas perlu dapat menghasilkan keselamatan dilakukan penelitian lebih lanjut pasien yang baik. Peran interpersonal, tentang pengaruh supervisi terhadap informational dan decision making perilaku perawat dalam menerapkan yang optimal kepala ruang dapat keselamatan pasien di rawat inap meningkatkan perilaku yang baik Rumah Sakit Bayukarta Karawang. perawat pelaksana. Kedekatan antara kepala ruang dan perawat pelaksana TUJUAN PENELITIAN akan mendekatkan mereka untuk Untuk mengetahui hubungan supervisi terjadinya proses mengajar dan belajar terhadap perilaku perawat pelaksana antara atasan dan staf sebagai formula dalam pelaksanaan keselamatan pasien yang dapat meningkatkan di ruang rawat inap rumah sakit pengetahuan, perilaku dan Bayukarta Karawang mendisiplinkan perawat ( Darawad & Al- Hussami, 2013 ). Pengetahuan MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat Perawat pelaksana yang bertugas di memberi informasi dan wawasan baru ruang rawat inap rumah sakit dan dapat dijadikan bahan evaluasi bayukarta untuk meningkatkan kualitas pelayanan terkait dengan supervisi dan Kriteria eksklusi perilaku perawat dalam pelaksanaan Perawat yang sedang cuti, mengikuti keselamatan pasien. pelatihan atau izin belajar selama METODE waktu penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini HASIL PENELITIAN
adalah penelitian kuantitatif. Desain Analisa univariat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriftif analitik. Dalam analisa univariat ini Deskriftif analitik berfungsi untuk menjelaskan secara deskriftif mendeskripsikan atau memberi mengenai variabel- variabel penelitian gambaran terhadap objek yang diteliti yang terdiri dari variabel indenpenden melalui data atau sampel yang telah dalam hal ini supervisi , dibawah ini terkumpul sebagaimana adanya tanpa merupakan hasil analisa univariat: melakukan analisis dan membuat 1. Distribusi frekuensi responden kesimpulan yang berlaku umum. berdasarkan usia Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan cross usia Jumlah presentas sectional, artinya faktor risiko dan efek e dilakukan pengukuran dengan cara 20-30 tahun 41 77% pendekatan, observasi atau 31-45 tahun 9 9% pengumpulan data sekaligus pada satu 46-55 tahun 3 5,5% saat point time approach Berdasarkan tabel diatas karakteristik ( Notoatmodjo, 2012 ) responden berdasarkan usia dengan prosentase tertinggi yaitu 20-30 tahun POPULASI DAN SAMPEL mencapai 41 (77,4%), sedangkan usia Populasi 31-45 tahun mencapai 9 (17%) dan untuk 46-55 tahun terdapat 3 (5,5%) Populasi pada penelitian ini adalah responden. seluruh perawat pelaksana yang 2. Distribusi frekuensi responden bertugas di ruang rawat inap rumah berdasarkan pendidikan sakit Bayukarta Karawang yang Pendidikan Jumlah Presentas berjumlah 113 orang. e Sampel D3 38 71,7% S1 15 28,3% Perawat pelaksana yang memenuhi Total 53 100% kriteria sebagai berikut: Berdasarkan tabel diatas menunjukan Kriteria inklusi karakteristik responden berdasarkan pendidikan dengan nilai tertinggi yaitu Hasil penelitian menunjukan bahwa pendidikan D3 mencapai 38 (71,7%) usia perawat yang paling dominan di sedangkan pendidikan S1 mencapai 15 ruang rawat inap rumah sakit (28,3%) respondenen Bayukarta Karawang adalah antara 20- 30 tahun mencapai 41 (77,4%), 3. Distribusi responden berdasarkan sedangkan usia 31-45 tahun mencapai jenis kelamin 9 (17%) dan untuk 46-55 tahun Jenis Jumlah presentase terdapat 3 (5,5%) responden, artinya kelamin perawat yang berusia antara 20-30 Laki- laki 9 17% tahun berpeluang untuk melakukan perempuan 44 83% penerapan keselamatan pasien. Total 53 100% Adapun pendidikan terakhir rata- rata Berdasarkan tabel diatas menunjukan hasil yaitu pendidikan D3 mencapai 38 karakeristik responden berdasarkan (71,7%) sedangkan pendidikan S1 jenis kelamin dengan nilai tertinggi 44 mencapai 15 (28,3%) responden SKP sementara jenis kelamin perawat lebih N O R P.val dominan perempuan dengan nilai ue tertinggi 44 (83%) sedangkan 9 (17%) Spv.b 8 27 35 27,0 aik (22,9) (77,1) 0 adalah responden laki-laki. total 24 29 53 0,000 (45,3) (54,7) Setiap individu memiliki karakteristik (83%) pada responden perempuan, tertentu yang mempengaruhi kinerja sedangkan 9 (17%) adalah responden individu tersebut. Karakteristik yang laki-laki. dimiliki seseorang berbeda antar individu dan kadang- kadang 2. Analisa Bivariat perbedaan tersebut sangat bervariasi. 1. pengaruh supervisi kepala ruang Karakteristik tersebut melekat dalam terhadap SKP diri seorang individu sehingga menjadi ciri khas tertentu . Karakteristik Berdasarkan tabel diatas menunjukan perawat yang dibahas dalam penelitian supervisi kurang dengan SKP kurang ini meliputi umur, jenis kelamin, mencapai 16 (88,9%) sedangkan pendidikan dan tentang keselamatan supervisi kurang dengan SKP baik pasien. mencapai 2 (11,1%). Untuk supervisi baik dengan SKP kurang mencapai 8 Dalam penelitian Aprilia S ( 2011 ) (22,9%) dan supervisi baik dengan faktor- faktor yang mempengaruhi SKP baik mencapai 27 (77,1%) perawat dalam penerapan IPSG di dengan nilai OR 27,00 dan P.value instalasi rawat inap Rs Swasta X, 0,000 < 0,05 yang berarti ada penelitian ini dilakukan dengan jumlah hubungan antara supervisi kepala responden 73 sebagian besar perawat ruang dengan SKP. berusia < 30 tahun dengan jumlah 53, 4% dan sisanya lebih dari 30 tahun. PEMBAHASAN Pendidikan yang lulusan D3 61,6% sedangkan lulusan S1 26%. Dengan kesalahan perawat kepala ruang tidak usia yang semakin tinggi diharapkan memberikan sanksi hanya sebatas memiliki perilaku penerapan patient teguran saja. safety yang tinggi pula karena telah memiliki pengetahuan yang luas, Gambaran perilaku perawat dalam pengalaman yang banyak dan pelaksanaan keselamatan pasien di pemahaman yang tinggi akan ruang rawat inap rumah sakit pentingnya menjaga mutu pelayanan. Bayukarta Karawang Dan dengan semakin tinggi pendidikan Berdasarkan hasil penelitian perilaku perawat maka penerapan keselamatan perawat dalam penerapan keselamatan pasien akan semakin tinggi pula, pasien di bagi 2 kategori baik dalam karena perawat tersebut mampu arti mau melaksanakan penerapan melaksanakan asuhan keperawatan keselamatan pasien dan kurang dalam dengan menggunakan proses arti kurang respon terhadap keperawatan. pelaksanaan keselamatan pasien yaitu : Gambaran supervisi terkait Perilaku perawat dalam penerapan pelaksanaan keselamatan pasien di keselamatan pasien dengan nilai ruang rawat inap rumah sakit tertinggi dengan penerapan Bayukarta Karawang. keselamatan pasien kurang 24 (45,3%) Hasil penelitian gambaran supervisi responden. Sedangkan nilai tertinggi terkait pelaksanaan keselamatan pasien dengan penerapan keselamatan pasien di ruang rawat inap rumah sakit yang baik 29 (54,7%). bayukarta dibagi 2 kategori yaitu baik dari hasil analisa tingkat perilaku dan kurang terdapat proporsi yang pelaksanaan keselamatan pasien cenderung merata dalam tingkat perawat bayukarta cenderung mau supervisi pada perawat, sebagian besar melakukan penerapan keselamatan perawat mendapatkan supervisi yang pasien di ruang rawat inap baik 29 (54,7%) dibandingkan perawat yang mendapat supervisi kurang 24 Hubungan supervisi terhadap perilaku (45,3%) jadi ada perbedaan proporsi perawat dalam pelaksanaan tingkat penerapan keselamatan pasien keselamatan pasien diruang rawat inap pada tingkat supervisi perawat. rumah sakit Bayukarta Karawang. Pelaksanaannya supervisi kepala ruang Hasil penelitian didapatkan Supervisi di rumah sakit Bayukarta masih di kurang dengan SKP kurang mencapai bantu oleh Tim PPI-RS dan tim mutu 16 (88,9%) sedangkan supervisi karena perawat lebih terpengaruh kurang dengan SKP baik mencapai 2 dengan pihak ketiga dalam hal ini (11,1%). Untuk supervisi baik dengan petugas PPI dan Mutu selain itu SKP kurang mencapai 8 (22,9%) dan supervisi yang dilakukan kepala ruang supervisi baik dengan SKP baik di masing- masing ruangan belum mencapai 27 (77,1%) dengan nilai OR rutin dilakukan kemudian bila ada 27,00 dan P.value 0,000 < 0,05 yang berarti ada pengaruh antara supervisi Adanya pengaruh yang bermakna kepala ruang dengan SKP. antara supervisi kepala ruang terhadap perilaku perawat dalam pelaksanaan KESIMPULAN keselamatan pasien. Sesuai tujuan pada bab sebelumnya DAFTAR PUSTAKA dan hasil penelitian dari 53 responden maka dapat disimpulkan pengaruh ( Marquis & Huston). (2014). supervisi kepala ruangan terhadap Leadership Roles And perilaku perawat pelaksana dalam Managemen Fungtion Nursing. pelaksanaan keselamatan pasien diruang rawat inap rumah sakit Aiken, L. lake &. (2015). Nursing Bayukarta Karawang 2019 sebagai Care Quality And Adverse Event berikut: in Us Hospital.
Gambaran karakteristik perawat yang Anwar, K. (2013). Manajemen
jadi responden berdasarkan usia Keperawatan dan Prospektifnya. dengan prosentase tertinggi yaitu 20- jakarta : Universitas Indonesia. 30 tahun ada 41 ( 77,4% ) sedangkan Aprilia, S. (2011). Faktor- faktor yang berdasarkan pendidikan dengan nilai mempengaruhi perawat dalam tertinggi yaitu D3 mencapai 38 penerapan IPSG di Instalasi rawat ( 71,1% ) responden. Sedangkan inap Rs Swasta X tahun 2011. responden berdasarkan jenis kelamin dengan nilai tertinggi adalah Azwar. (1996). Menjaga Mutu perempuan dengan nilai 44 Pelayanan kesehatan. jakarta : ( 83% )perempuan dan 9 ( 17% ) laki- Pustaka Sinar. laki. Departemen Kesehatan RI. (2006). Gambaran supervisi kepala ruang di Panduan Nasional Keselamatan ruang rawat inap rumah sakit Rumah Sakit. Jakarta: bhakti Bayukarta sebagian besar mempunyai Husada. pengaruh terhadap pelaksanaan Depkes. (2008). Panduan Nasional keselamatan pasien terhadap perilaku keselamatan Pasien Rumah Sakit. perawat pelaksana. Jakarta: depkes RI. Gambaran perilaku perawat pelaksana Depkes. (2011). Panduan Nasional dalam pelaksanaan keselamatan pasien keselamatan Pasien Rumah Sakit. di ruang rawat inap rumah sakit Jakarta: depkes RI. Bayukarta sebagian besar responden perawat melakukan perilaku Dharma, K. K. (2017). Metodologi pelaksanaan keselamatan pasien. Penelitian Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media. Gibson, J. I. (2003). Organisasi: perilaku, struktur, proses, jilid I. Jakarta: Binarupa Aksara Nursalam. (2008). Konsep dan Publisher. Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Gumilar. (2007). Metode Riset Untuk Salemba Medika. Bisnis dan Manajemen. Bandung : Utama Universitas Nursalam. (2014). Aplikasi Dalam Widiatama. Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Hanafiah, Jusuf & Amir, A. (2009). Medika. Kedokteran Dan hukum Kesehatan. Jakarta: EGC. Ramadan. (2015). Pengaruh Persepsi. Hastono, L. S. dan S. P. (2014). Saptorini, M. (2010). Pengaruh Statistik Kesehatan. Jakarta : Persepsi Tentang Profesionalitas. Rajawali Pers. Setyajati. (2014). Pengaruh Hidayat, A. . (2010). Metode pengetahuan dan sikap perawat Penelitian Kesehatan : terhadap penerapan keselamatan Padardigma kuantitatif. pasien di instalasi perawatan Surabaya: Health Books intensif RSUD Dr Moewardi. Publishing. Universitas Sebelas Maret. Hussami, D. & A.-. (2013). Nurse Suarli S & Bahtiar. (2009). Education Today. Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan praktis. jakarta : Karen. (2010). Improfing Patient Erlangga. Safety By Retraining Nursing Expertise. Sugiyono. (2010). Metode Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Makhfudi. (2009). Proses Kualitatif, dan R&D. Pembentukan Perilaku. Bandung:Alfabeta. Bandung: Notoatmodjo. (2003). Prinsip-Prinsip Alfabeta. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Suharjo, J.B & Cahyono, B. (2008). Jakarta. PT Rineka Cipta. Membangun Budaya Notoatmodjo. (2010). Metodologi Keselamatan Pasien Dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Praktik Kedokteran. Yogyakarta: Rineka Cipta. Kanisius.
Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi Suyanto. (2008). Mengenal
Penelitian Kesehatan. Jakarta: kepemimpinan dan manajemen Rineka Cipta. keperawatan di rumah sakit. Jogjakarta: Mitra Cendikia. Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Wardhani, V. (2017). Manajemen Rineka Cipta. Keselamatan Pasien. Malang: UB Pres. permotivasian dalam manajemen. Jakarta: PT Raja Grafindo Wijayanto, W. (2015). Pengantar Persada. Manajemen. Jakarta : Bumi Medika. Winardi. (2012). Motivasi dan
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu