Contoh MANUSKRIP

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN SUPERVISI KEPALA RUANG TERHADAP PERILAKU

PERAWAT PELAKSANA DALAM PELAKSANAAN


KESELAMATAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP
RUMAH SAKIT BAYUKARTA
KARAWANG
2019

Astuti Wahyuningsih, Nim 0433131420117149


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
STIKes KHARISMA Karawang Skripsi, April 2019

Abstrak: Keselamatan pasien merupakan komponen dasar dalam memberikan


pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, pelayanan keperawatan memiliki
peranan penting dalam meningkatkan kualitas dan keselamatan pasien yang baik di
rumah sakit. Tujun penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan supervisi
terhadap perilaku perawat pelaksana dalam pelaksanaan keselamatan pasien di ruang
rawat inap rumah sakit Bayukarta Karawang. Jenis penelitian dalam penelitian ini
adalah penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu deskriftif analitik menggunakan pendekatan cross sectional dengan responden
seluruh perawat pelaksana yang bertugas di ruang rawat inap rumah sakit Bayukarta
Karawang yang berjumlah 113 orang. Analisis chi-square menunjukan pada taraf
signifikani p=0,05 diperoleh nilai p=0,000 sehingga p< 0,05 yang berarti ada
hubungan antara supervisi kepala ruang dengan terhadap perilaku perawat pelaksana
dalam pelaksanaan keselamatan pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Bayukarta
Karawang.
Kata Kunci : Supervisi Kepala Ruang, Perilaku Perawat Pelaksana
PENDAHULUAN melakukan komunikasi efektif perawat
dapat menampilkan perilaku baik
Pelaksanaa keselamatan pasien sesuai dalam pelaksanaan keselamatan
dengan permenkes ( KEMENKES, pasien(Depkes RI,2011 ).
2011 )
No.1691/MENKES/PER/VII/2011 Keberhasilan pelaksanaan program
tentang keselamatan pasien rumah keselamatan pasien mendukung
sakit Permenkes tersebut menjelaskan terpenuhinya mutu rumah sakit.
bahwa setiap rumah sakit baik tingkat Undang- undang no. 44 tahun 2009
pusat, provinsi maupun daerah wajib tentang rumah sakit menyebutkan
membentuk Tim Keselamatan Pasien bahwa memberikan pelayanan yang
Rumah Sakit (TKPRS ). Keterlibatan sesuai dengan standar pelayanan
para pemimpin dalam hal keselamatan rumah sakit yang aman, bermutu,
pasien sangat diperlukan untuk antidiskriminasi dan efektif serta
mendidik perawat pelaksana serta menguntungkan kepentingan pasien.
Pelayanan yang tidak memperhatikan Perawat pelaksana merupakan sumber
kualitas dapat menyebabkan terjadinya daya yang kompeten yang harus
kejadian yang tidak diharapkan disediakan rumah sakit. Peningkatan
( Lucero, Lake & Aiken, 2015 ). kualitas keselamatan pasien, perawat
merupakan sumber daya yang sangat
Kejadian yang tidak diharapkan ( KTD penting mereka bekerja di barisan
) merupakan kejadian yang kadang paling depan dalam meningkatkan
masih terjadi di setiap rumah sakit, kualitas layanan kesehatan. Perlunya
satu dari 10 pasien di negara maju peningkatan pendidikan, pengetahuan
dirugikan saat menerima perawatan di dan keterampilan mereka agar mereka
rumah sakit ( WHO, 2014 ) . Laporan mampu memberikan asuhan
tahun 2011 pada januari sampai april keselamatan pasien dengan baik,
provinsi jawa barat menempati urutan bekerja sama dengan multi disipliner
pertama mengenai kejadian tidak dalam memberikan asuhan
diharapkan ( KTD ) sebesar 23,6 %, keselamatan pasien ( Karen S, 2008 ).
Banten dan jawa tengah 20 %, DKI
jakarta 5,15%, Bali 6,6%, jawa timur Perawat pelaksana dengan
1,33%. Berdasarkan penyebab pengetahuan baik dapat menunjukan
kejadian lebih dari 70 % diakibatkan perilaku baik dalam melaksanakan
oleh tiga hal yaitu prosedur, keselamatan pasien. Perilaku
dokumentasi, dan medikasi ( KKP- RS merupakan tindakan, aktifitas dan
, 2011 ) data tersebut menunjukan berbagai pengalaman serta interaksi
bahwa banyaknya masalah manusia dengan lingkungannnya. Hal
keselamatan pasien yang seharusnya tersebut terwujud dalam bentuk
dapat dicegah dengan standar pengetahuan, sikap dan tindakan
International Patient Safety Goal kegiatan pada kehidupan sehari- hari
( IPSG ) dalam akreditasi JCI. ( Notoatmojo,2002; Choo, Hutchinson
& buknal, 2010 ). Perawat harus
Pasien menjadi rentan terhadap melibatkan pengetahuan dan
pelayanan yang tidak aman terutama keterampilan serta tindakan yang
adalah dari perawat yang bertugas mengutamakan keselamatan pasien.
selama 24 jam. Sebagaimana Perilaku perawat yang dapat menjaga
tercantum dalam Permenkes no. 791 keselamatan pasien sangat berperan
( 2009 ) bahwa pengangkatan dan dalam pencegahan, pengendalian dan
penempatan Sumber Daya Manusia peningkatan keselamatan pasien.
dalam bidang kesehatan dilaksanakan
berdasarkan prinsip profesionalisme Perilaku perawat pelaksana yang baik
sesuai dengan standar kompetensi tidak terlepas dari pengaruh peran
yang jelas. Menurut Tappen (2011 ) kepala ruang. Kepala ruang merupakan
perawat yang memiliki pendididikan tenaga perawat profesional yang diberi
yang tinggi dapat mempengaruhi daya tanggung jawab dan wewenang dalam
nalar perawat dalam menyelesaikan mengelola kegiatan pelayanan
masalah yang ditemui. keperawatan disatu ruang rawat
( Marquis & Huston, 2014 ). Kepala tidak cukup untuk mengubah
ruang sebagai manajer paling bawah keyakinan akan tetapi kepercayaan
mempunyai kewenangan mengatur atasan dapat memperkuat perilaku staf.
agar organisasi berjalan sesuai dengan
harapan dan tujuan. Masing – masing
tingkatan manajer mempunyai peran Berdasarkan wawancara yang telah
yang menjadi tanggung jawabnya. dilakukan, perawat mengatakan bahwa
Peran menurut Mintzberg ( 1960 ) supervisi yang dilakukan kepala ruang
dalam Robbin & Judge ( 2015 ) peran bersamaan dengan kegiatan operan dan
manajer terdiri dari sepuluh peran hanya dalam bentuk pengawasan dan
yang harus diperankan dan saling pengarahan saja tidak memberikan
berkaitan, kemudian dikelompokan evaluasi. Perawat mengatakan jika
menjadi tiga kelompok yang meliputi tidak menerapkan sasaran keselamatan
peran anatr pribadi ( interpersonal ) pasien, kepala ruangan tidak memberi
peran informasional ( informational ) sanksi cuma menegur saja secara
dan peran pengambil keputusan langsung dan mengingatkan lagi disaat
( decision making ) menurut ( Gillies, operan shift. Belum optimalnya peran
1994; Miri.Naha.Mansor.Alkali kepala ruang dalam mensupervisi
&Chikaji, 2015; Robbins, 2015; perilaku perawat pelaksana terhadap
Winardi, 2012 ). pelaksanaan keselamatan pasien,
Peran kepala ruang sangat penting karena kepala ruang masih
dalam mencapai kualitas pelayanan mengerjakan tugas fungsional,
yang baik. Kepala ruang yang kurang supervisi untuk keselamatan pasien
memberi saran, masukan, motivasi dibantu pelaksanaannya oleh tim PPI
dapat mengakibatkan pelayanan RS dan tim mutu yang berkeliling
keselamatan pasien kurang berjalan untuk pengawasan penerapan
dengan baik. Sebaliknya peran kepala keselamatan pasien.
ruang yang dijalankan dengan baik Berdasarkan uraian diatas perlu
dapat menghasilkan keselamatan dilakukan penelitian lebih lanjut
pasien yang baik. Peran interpersonal, tentang pengaruh supervisi terhadap
informational dan decision making perilaku perawat dalam menerapkan
yang optimal kepala ruang dapat keselamatan pasien di rawat inap
meningkatkan perilaku yang baik Rumah Sakit Bayukarta Karawang.
perawat pelaksana. Kedekatan antara
kepala ruang dan perawat pelaksana TUJUAN PENELITIAN
akan mendekatkan mereka untuk
Untuk mengetahui hubungan supervisi
terjadinya proses mengajar dan belajar
terhadap perilaku perawat pelaksana
antara atasan dan staf sebagai formula
dalam pelaksanaan keselamatan pasien
yang dapat meningkatkan
di ruang rawat inap rumah sakit
pengetahuan, perilaku dan
Bayukarta Karawang
mendisiplinkan perawat ( Darawad &
Al- Hussami, 2013 ). Pengetahuan MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat Perawat pelaksana yang bertugas di
memberi informasi dan wawasan baru ruang rawat inap rumah sakit
dan dapat dijadikan bahan evaluasi bayukarta
untuk meningkatkan kualitas
pelayanan terkait dengan supervisi dan Kriteria eksklusi
perilaku perawat dalam pelaksanaan Perawat yang sedang cuti, mengikuti
keselamatan pasien. pelatihan atau izin belajar selama
METODE waktu penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini HASIL PENELITIAN


adalah penelitian kuantitatif. Desain Analisa univariat
penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu deskriftif analitik. Dalam analisa univariat ini
Deskriftif analitik berfungsi untuk menjelaskan secara deskriftif
mendeskripsikan atau memberi mengenai variabel- variabel penelitian
gambaran terhadap objek yang diteliti yang terdiri dari variabel indenpenden
melalui data atau sampel yang telah dalam hal ini supervisi , dibawah ini
terkumpul sebagaimana adanya tanpa merupakan hasil analisa univariat:
melakukan analisis dan membuat 1. Distribusi frekuensi responden
kesimpulan yang berlaku umum. berdasarkan usia
Rancangan penelitian ini
menggunakan pendekatan cross usia Jumlah presentas
sectional, artinya faktor risiko dan efek e
dilakukan pengukuran dengan cara 20-30 tahun 41 77%
pendekatan, observasi atau 31-45 tahun 9 9%
pengumpulan data sekaligus pada satu 46-55 tahun 3 5,5%
saat point time approach Berdasarkan tabel diatas karakteristik
( Notoatmodjo, 2012 ) responden berdasarkan usia dengan
prosentase tertinggi yaitu 20-30 tahun
POPULASI DAN SAMPEL
mencapai 41 (77,4%), sedangkan usia
Populasi 31-45 tahun mencapai 9 (17%) dan
untuk 46-55 tahun terdapat 3 (5,5%)
Populasi pada penelitian ini adalah responden.
seluruh perawat pelaksana yang 2. Distribusi frekuensi responden
bertugas di ruang rawat inap rumah berdasarkan pendidikan
sakit Bayukarta Karawang yang Pendidikan Jumlah Presentas
berjumlah 113 orang. e
Sampel D3 38 71,7%
S1 15 28,3%
Perawat pelaksana yang memenuhi Total 53 100%
kriteria sebagai berikut: Berdasarkan tabel diatas menunjukan
Kriteria inklusi karakteristik responden berdasarkan
pendidikan dengan nilai tertinggi yaitu Hasil penelitian menunjukan bahwa
pendidikan D3 mencapai 38 (71,7%) usia perawat yang paling dominan di
sedangkan pendidikan S1 mencapai 15 ruang rawat inap rumah sakit
(28,3%) respondenen Bayukarta Karawang adalah antara 20-
30 tahun mencapai 41 (77,4%),
3. Distribusi responden berdasarkan sedangkan usia 31-45 tahun mencapai
jenis kelamin 9 (17%) dan untuk 46-55 tahun
Jenis Jumlah presentase terdapat 3 (5,5%) responden, artinya
kelamin perawat yang berusia antara 20-30
Laki- laki 9 17% tahun berpeluang untuk melakukan
perempuan 44 83% penerapan keselamatan pasien.
Total 53 100% Adapun pendidikan terakhir rata- rata
Berdasarkan tabel diatas menunjukan hasil yaitu pendidikan D3 mencapai 38
karakeristik responden berdasarkan (71,7%) sedangkan pendidikan S1
jenis kelamin dengan nilai tertinggi 44 mencapai 15 (28,3%) responden
SKP
sementara jenis kelamin perawat lebih
N
O
R P.val dominan perempuan dengan nilai
ue tertinggi 44 (83%) sedangkan 9 (17%)
Spv.b 8 27 35 27,0
aik (22,9) (77,1) 0 adalah responden laki-laki.
total 24 29 53 0,000
(45,3) (54,7) Setiap individu memiliki karakteristik
(83%) pada responden perempuan, tertentu yang mempengaruhi kinerja
sedangkan 9 (17%) adalah responden individu tersebut. Karakteristik yang
laki-laki. dimiliki seseorang berbeda antar
individu dan kadang- kadang
2. Analisa Bivariat perbedaan tersebut sangat bervariasi.
1. pengaruh supervisi kepala ruang Karakteristik tersebut melekat dalam
terhadap SKP diri seorang individu sehingga menjadi
ciri khas tertentu . Karakteristik
Berdasarkan tabel diatas menunjukan perawat yang dibahas dalam penelitian
supervisi kurang dengan SKP kurang ini meliputi umur, jenis kelamin,
mencapai 16 (88,9%) sedangkan pendidikan dan tentang keselamatan
supervisi kurang dengan SKP baik pasien.
mencapai 2 (11,1%). Untuk supervisi
baik dengan SKP kurang mencapai 8 Dalam penelitian Aprilia S ( 2011 )
(22,9%) dan supervisi baik dengan faktor- faktor yang mempengaruhi
SKP baik mencapai 27 (77,1%) perawat dalam penerapan IPSG di
dengan nilai OR 27,00 dan P.value instalasi rawat inap Rs Swasta X,
0,000 < 0,05 yang berarti ada penelitian ini dilakukan dengan jumlah
hubungan antara supervisi kepala responden 73 sebagian besar perawat
ruang dengan SKP. berusia < 30 tahun dengan jumlah 53,
4% dan sisanya lebih dari 30 tahun.
PEMBAHASAN Pendidikan yang lulusan D3 61,6%
sedangkan lulusan S1 26%. Dengan kesalahan perawat kepala ruang tidak
usia yang semakin tinggi diharapkan memberikan sanksi hanya sebatas
memiliki perilaku penerapan patient teguran saja.
safety yang tinggi pula karena telah
memiliki pengetahuan yang luas, Gambaran perilaku perawat dalam
pengalaman yang banyak dan pelaksanaan keselamatan pasien di
pemahaman yang tinggi akan ruang rawat inap rumah sakit
pentingnya menjaga mutu pelayanan. Bayukarta Karawang
Dan dengan semakin tinggi pendidikan Berdasarkan hasil penelitian perilaku
perawat maka penerapan keselamatan perawat dalam penerapan keselamatan
pasien akan semakin tinggi pula, pasien di bagi 2 kategori baik dalam
karena perawat tersebut mampu arti mau melaksanakan penerapan
melaksanakan asuhan keperawatan keselamatan pasien dan kurang dalam
dengan menggunakan proses arti kurang respon terhadap
keperawatan. pelaksanaan keselamatan pasien yaitu :
Gambaran supervisi terkait Perilaku perawat dalam penerapan
pelaksanaan keselamatan pasien di keselamatan pasien dengan nilai
ruang rawat inap rumah sakit tertinggi dengan penerapan
Bayukarta Karawang. keselamatan pasien kurang 24 (45,3%)
Hasil penelitian gambaran supervisi responden. Sedangkan nilai tertinggi
terkait pelaksanaan keselamatan pasien dengan penerapan keselamatan pasien
di ruang rawat inap rumah sakit yang baik 29 (54,7%).
bayukarta dibagi 2 kategori yaitu baik dari hasil analisa tingkat perilaku
dan kurang terdapat proporsi yang pelaksanaan keselamatan pasien
cenderung merata dalam tingkat perawat bayukarta cenderung mau
supervisi pada perawat, sebagian besar melakukan penerapan keselamatan
perawat mendapatkan supervisi yang pasien di ruang rawat inap
baik 29 (54,7%) dibandingkan perawat
yang mendapat supervisi kurang 24 Hubungan supervisi terhadap perilaku
(45,3%) jadi ada perbedaan proporsi perawat dalam pelaksanaan
tingkat penerapan keselamatan pasien keselamatan pasien diruang rawat inap
pada tingkat supervisi perawat. rumah sakit Bayukarta Karawang.
Pelaksanaannya supervisi kepala ruang Hasil penelitian didapatkan Supervisi
di rumah sakit Bayukarta masih di kurang dengan SKP kurang mencapai
bantu oleh Tim PPI-RS dan tim mutu 16 (88,9%) sedangkan supervisi
karena perawat lebih terpengaruh kurang dengan SKP baik mencapai 2
dengan pihak ketiga dalam hal ini (11,1%). Untuk supervisi baik dengan
petugas PPI dan Mutu selain itu SKP kurang mencapai 8 (22,9%) dan
supervisi yang dilakukan kepala ruang supervisi baik dengan SKP baik
di masing- masing ruangan belum mencapai 27 (77,1%) dengan nilai OR
rutin dilakukan kemudian bila ada 27,00 dan P.value 0,000 < 0,05 yang
berarti ada pengaruh antara supervisi Adanya pengaruh yang bermakna
kepala ruang dengan SKP. antara supervisi kepala ruang terhadap
perilaku perawat dalam pelaksanaan
KESIMPULAN keselamatan pasien.
Sesuai tujuan pada bab sebelumnya DAFTAR PUSTAKA
dan hasil penelitian dari 53 responden
maka dapat disimpulkan pengaruh ( Marquis & Huston). (2014).
supervisi kepala ruangan terhadap Leadership Roles And
perilaku perawat pelaksana dalam Managemen Fungtion Nursing.
pelaksanaan keselamatan pasien
diruang rawat inap rumah sakit Aiken, L. lake &. (2015). Nursing
Bayukarta Karawang 2019 sebagai Care Quality And Adverse Event
berikut: in Us Hospital.

Gambaran karakteristik perawat yang Anwar, K. (2013). Manajemen


jadi responden berdasarkan usia Keperawatan dan Prospektifnya.
dengan prosentase tertinggi yaitu 20- jakarta : Universitas Indonesia.
30 tahun ada 41 ( 77,4% ) sedangkan Aprilia, S. (2011). Faktor- faktor yang
berdasarkan pendidikan dengan nilai mempengaruhi perawat dalam
tertinggi yaitu D3 mencapai 38 penerapan IPSG di Instalasi rawat
( 71,1% ) responden. Sedangkan inap Rs Swasta X tahun 2011.
responden berdasarkan jenis kelamin
dengan nilai tertinggi adalah Azwar. (1996). Menjaga Mutu
perempuan dengan nilai 44 Pelayanan kesehatan. jakarta :
( 83% )perempuan dan 9 ( 17% ) laki- Pustaka Sinar.
laki. Departemen Kesehatan RI. (2006).
Gambaran supervisi kepala ruang di Panduan Nasional Keselamatan
ruang rawat inap rumah sakit Rumah Sakit. Jakarta: bhakti
Bayukarta sebagian besar mempunyai Husada.
pengaruh terhadap pelaksanaan Depkes. (2008). Panduan Nasional
keselamatan pasien terhadap perilaku keselamatan Pasien Rumah Sakit.
perawat pelaksana. Jakarta: depkes RI.
Gambaran perilaku perawat pelaksana Depkes. (2011). Panduan Nasional
dalam pelaksanaan keselamatan pasien keselamatan Pasien Rumah Sakit.
di ruang rawat inap rumah sakit Jakarta: depkes RI.
Bayukarta sebagian besar responden
perawat melakukan perilaku Dharma, K. K. (2017). Metodologi
pelaksanaan keselamatan pasien. Penelitian Keperawatan. Jakarta:
Trans Info Media.
Gibson, J. I. (2003). Organisasi:
perilaku, struktur, proses, jilid I.
Jakarta: Binarupa Aksara Nursalam. (2008). Konsep dan
Publisher. Penerapan Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Gumilar. (2007). Metode Riset Untuk Salemba Medika.
Bisnis dan Manajemen.
Bandung : Utama Universitas Nursalam. (2014). Aplikasi Dalam
Widiatama. Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta: Salemba
Hanafiah, Jusuf & Amir, A. (2009). Medika.
Kedokteran Dan hukum
Kesehatan. Jakarta: EGC. Ramadan. (2015). Pengaruh Persepsi.
Hastono, L. S. dan S. P. (2014). Saptorini, M. (2010). Pengaruh
Statistik Kesehatan. Jakarta : Persepsi Tentang Profesionalitas.
Rajawali Pers.
Setyajati. (2014). Pengaruh
Hidayat, A. . (2010). Metode pengetahuan dan sikap perawat
Penelitian Kesehatan : terhadap penerapan keselamatan
Padardigma kuantitatif. pasien di instalasi perawatan
Surabaya: Health Books intensif RSUD Dr Moewardi.
Publishing. Universitas Sebelas Maret.
Hussami, D. & A.-. (2013). Nurse Suarli S & Bahtiar. (2009).
Education Today. Manajemen Keperawatan dengan
Pendekatan praktis. jakarta :
Karen. (2010). Improfing Patient Erlangga.
Safety By Retraining Nursing
Expertise. Sugiyono. (2010). Metode Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif,
Makhfudi. (2009). Proses Kualitatif, dan R&D.
Pembentukan Perilaku. Bandung:Alfabeta. Bandung:
Notoatmodjo. (2003). Prinsip-Prinsip Alfabeta.
Ilmu Kesehatan Masyarakat. Suharjo, J.B & Cahyono, B. (2008).
Jakarta. PT Rineka Cipta. Membangun Budaya
Notoatmodjo. (2010). Metodologi Keselamatan Pasien Dalam
Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Praktik Kedokteran. Yogyakarta:
Rineka Cipta. Kanisius.

Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi Suyanto. (2008). Mengenal


Penelitian Kesehatan. Jakarta: kepemimpinan dan manajemen
Rineka Cipta. keperawatan di rumah sakit.
Jogjakarta: Mitra Cendikia.
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Wardhani, V. (2017). Manajemen
Rineka Cipta. Keselamatan Pasien. Malang: UB
Pres. permotivasian dalam manajemen.
Jakarta: PT Raja Grafindo
Wijayanto, W. (2015). Pengantar Persada.
Manajemen. Jakarta : Bumi
Medika.
Winardi. (2012). Motivasi dan

Anda mungkin juga menyukai