Faktor - Faktor Yang Memengaruhi Pelaksanaan Ronde
Faktor - Faktor Yang Memengaruhi Pelaksanaan Ronde
Faktor - Faktor Yang Memengaruhi Pelaksanaan Ronde
net/publication/342651156
CITATION READS
1 1,180
3 authors, including:
All content following this page was uploaded by Candra Panji Asmoro on 21 July 2020.
Original Research
ABSTRACT
ARTICLE HISTORY
Received: April 15, 2019 Introduction: Introduction: Nursing rounds aimed to solve patient nursing problems
Accepted: May 13, 2019 performed by nurses and patients to discuss and implement of nursing care. The
implementation of the nursing round can be influenced by knowledge, attitudes,
subjective norms, and intentions. The purpose of this study was to determine the
KEYWORDS
factors that influence the nursing round in the Inpatient Room of Bajawa Hospital.
nursing round; knowledge;
attitudes; intentions; subjective
Method: The design of this study was cross-sectional. The total population were 108
norms and obtainned 98 respondents by total sampling. Independent variables were
knowledge, attitudes, subjective norms, and intentions. The dependent variable was the
CORRESPONDING AUTHOR implementation of the nursing round. The instrument used a questionnaire. Data was
Maria Florentina Moi analyzed by Spearmen's Rho.
maria.florentina.moi-
[email protected]
Result: Dominant factor on implementation of nursing round was intention (p=0.007).
Fakultas Keperawatan, There was a relationship between knowledge and attitude (p=0.000), knowledge with
Universitas Airlangga, Surabaya, subjective norms (p=0.000), attitudes with intentions (p=0.004), subjective norms with
Indonesia intentions (p=0.002), intention with nursing rounds (p=0.030).
Conclussion: The implementation of the nursing round will run well with good
knowledge, positive attitude, good subjective norms, and good intentions from the
nurse to carry out the nursing round. So that training in nursing rounds is needed and
the implementation of nursing rounds should be regular and continuous.
Cite this as: Moi, M. F., Nursalam. N., & Asmoro, C. P. (2019). Faktor – Faktor yang Memengaruhi
Pelaksanaan Ronde Keperawatan. Fundam Manaj. Nurs. J., 2(1), 35-44.
http://e-journal.unair.ac.id/FMNJ | 35
M. F. MOI ET AL.
memang belum dilakukan di ruang rawat inap. evidence-based care, dan pemahaman pasien
Kemudian wawancara dilakukan kepada 4 perawat terhadap kondisi yang dialami. Ronde keperawatan
pelaksana yang sedang shift pagi di Ruang Rawat dapat meningkatkan otonomi perawat, sehingga
inap mengatakan bahwa mereka belum mengetahui kepuasan kerja perawat akan meningkat (Weiss and
tentang ronde keperawatan serta belum mengetahui Tappen, 2015). Ronde keperawatan dirancang untuk
cara dan prosedur untuk melakukan ronde meningkatkan otonomi perawat, ikut terlibat dalam
keperawatan. pengambilan keputusan, hubungan professional
Pelayanan keperawatan sebagai salah satu dengan pelayanan kesehatan lainnya, dan
faktor penentu peningkatan pelayanan kesehatan penggunaan evidence-based care untuk
senantiasa berusaha meningkatkan mutu meningkatkan persepsi perawat terhadap
layanannya (Siahaan, Albiner and Bukit, 2018). lingkungan praktik sebagai pengaturan bagi praktik
Pelayanan keperawatan sering dijadikan tolak ukur keperawatan professional (Shin and Park, 2018).
citra sebuah rumah sakit di mata masyarakt. Salah Ronde keperawatan yang tidak dilaksanakan
satu indikator kualitas pelayanan kesehatan di secara teratur oleh perawat di Ruang Rawat Inap
rumah sakit adalah pelayanan keperawatan yang RSUD Bajawa dapat dipengaruhi oleh faktor
berkualitas (Abela-Dimech and Vuksic, 2018). Ronde perilaku. Salah satu teori tentang perilaku manusia
keperawatan merupakan salah satu metode pada adalah Theory Planned Behaviour (TPB) yang
manajemen keperawatan primer yang dapat dicetuskan (Ajzen, 2005). Teori ini menyatakan,
meningkatkan kualitas pelayanan perawat. Ronde Attitude (sikap), Subjective Norm (norma subjektif),
keperawatan akan menjadi media bagi perawat perceived behavioral control (PBC/PBC), merupakan
untuk meningkatkan kemampuan kognitif, afektif faktor yang menentukan intensi untuk
dan psikomotor, kepekaan dan cara berpikir kritis mempengaruhi perilaku seseorang. Perkembangan
terhadap pengaplikasian konsep teori ke dalam selanjutnya, terdapat latar belakang yang
praktik keperawatan dan pelayanan kepada pasien. mempengaruhi termasuk diantaranya adalah faktor
Pengetahuan dan sikap perawat sangat diperlukan pengetahuan (Ajzen, 2005). Sehingga apabila
dalam pelaksanaan ronde keperawatan pengetahuan dari perawat tentang ronde
(Negarandeh, Hooshmand Bahabadi and Aliheydari keperawatan meningkat, diharapkan ronde
Mamaghani, 2014). Ronde keperawatan dapat keperawatan dapat dilaksanakan di Ruang Rawat
bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan Inap RSUD Bajawa. Tujuan dari penelitian ini adalah
klien yang dilaksanakan oleh perawat dengan pasien untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
atau keluarga terlibat aktif dalam diskusi dengan ronde keperawatan di Ruang Rawat Inap Rumah
membahas masalah keperawatan serta Sakit Bajawa.
mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan
(Mahanes, Quatrara and Shaw, 2013). 2. METODE
Penelitian yang dilakukan oleh (Jennings and
2.1 Desain
Mitchell, 2017) tentang persepsi perawat Intensive
Care dengan metode ronde keperawatan terhadap Penelitian yang dilakukan merupakan jenis
perawatan pada pasien trauma dapat melakukan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan
perubahan terhadap manajemen keperawatan, cross-sectional.
manajemen medis dan perawatan luka. Staf
2.2 Populasi, sampel, dan sampling
keperawatan melaporkan peningkatan perawatan
yang menyeluruh pada pasien trauma dan Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat
kolaborasi dengan rekan kerja. Pengetahuan dan di Ruang Rawat inap RSUD Bajawa sebanyak 108
sikap perawat merupakan peranan yang penting perawat. Sampel dari penelitian ini adalah 98
dalam pelaksanan ronde keperawatan (Agustina, perawat di Ruang Rawat inap RSUD Bajawa.
Agustian and Ibrahim, 2016). Penelitian yang Penelitian ini menggunakan simple random
dilakukan oleh (Siahaan, Albiner and Bukit, 2018) sampling, yaitu suatu tehnik pengambilan setiap
menunjukkan bahwa ronde keperwatan memiliki sampel/elemen diseleksi secara acak. Kriteria inklusi
pengaruh terhadap kinerja perawat dalam dalam penelitian ini adalah seluruh perawat di
melakukan asuhan keperawatan. Pelatihan ronde Ruang Rawat inap baik PNS ataupun Tenaga
keperawatan telah memberi implikasi terhadap Kontrak, sedangkan kriteria eksklusi dalam
peningkatan kemampuan perawat baik dari aspek penelitian ini adalah perawat yang sedang mengikuti
pengetahuan maupun keterampilan perawat dalam pelatihan dalam waktu lebih dari 1 bulan dan sedang
pemberian asuhan keperawatan sehingga kinerja cuti.
perawat dalam pemberian asuhan keperawatan
2.3 Variabel
semakin optimal.
Ronde keperawatan merupakan strategi yang Variabel independen dalam penelitian ini adalah
efektif dalam memulai banyak perubahan dalam pengetahuan, sikap, norma subjektif, dan intensi.
aspek keperawatan, terutama dalam meningkatkan Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
komunikasi di antara anggota tim terkait interaksi pelaksanaan ronde keperawatan.
antar perawat (Fabry, 2015). Ronde keperawatan
juga berguna dalam pengembangan praktek klinik,
http://e-journal.unair.ac.id/FMNJ | 37
M. F. MOI ET AL.
Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Karakteristik Demografi di Ruang Rawat Inap RSUD Bajawa, Nusa
Tenggara Timur pada Desember 2018 – Januari 2019
Karakteristik n %
Usia
21-30 tahun 26 26,5
31-40 tahun 69 70,4
41-50 tahun 1 1
>50 tahun 2 2
Total 98 100
Jenis Kelamin
Perempuan 98 100
Total 98 100
Pendidikan Terakhir
D3 Keperawatan 60 61,2
D4 Keperawatan 10 10,2
S1 Keperawatan 28 28,6
Total 98 100
Lama Kerja
1-10 tahun 35 30,2
11-20 tahun 61 52,6
21-30 tahun 2 1,7
Total 98 100
Tabel 2. Distribusi Hasil Kategori Pengetahuan dan Kategori Sikap di Ruang Rawat Inap RSUD Bajawa,
Nusa Tenggara Timur pada Desember 2018 – Januari 2019
Sikap
Total
Pengetahuan Positif Negatif
n % n % n %
Baik 15 15,3 6 6,1 21 21,4
Cukup 38 38,3 9 9,2 47 48
Kurang 1 1 29 29,6 30 30,6
Total 54 55,1 44 44,9 98 100
(p): 0,000
(r): 0,535
Tabel 3 Distribusi Hasil Kategori Pengetahuan dan Kategori Norma Subjektif di Ruang Rawat Inap RSUD
Bajawa, Nusa Tenggara Timur pada Desember 2018 – Januari 2019
Norma Subjektif
Total
Pengetahuan Baik Cukup Kurang
n % n % n % n %
Baik 12 12,2 9 9,2 0 0 21 21,4
Cukup 5 5,1 42 42,9 0 0 47 48
Kurang 0 0 29 29,6 1 1 30 30,6
Total 17 17,3 80 81,6 1 1 98 100
(p): 0,000
(r): 0,479
Mayoritas responden dengan norma subjektif Mayoritas responden dengan intensi baik
cukup diikuti dengan intensi yang baik pada tabel 4. yang diikuti dengan pelaksaan ronde keperawatan
Namun pada data di atas juga terlihat bahwa yang kurang pada tabel 5. Namun, sebagiaan besar
responden dengan norma subjektif yang kurang responden dengan intensi baik juga yang diikuti
ternyata juga memiliki intensi yang baik dan dengan pelaksaan ronde keperawatan yang baik.
terdapat responden dengan norma subjektif yang Hasil uji statistik menggunakan spearmen’s rho
baik tetapi memiliki intensi kurang pada ronde menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan
keperawatan. Hasil uji statistik menggunakan (p=0,030) antara intensi dengan pelaksanaan ronde
spearmen’s rho menunjukkan terdapat hubungan keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Bajawa,
yang sangat signifikan (p=0,002) antara norma Nusa Tenggara Timur dengan tingkat korelasi lemah
subjektif dengan intensi pada ronde keperawatan di (r=0,219).
Ruang Rawat Inap RSUD Bajawa, Nusa Tenggara Hasil uji regresi logistik pada tabel 6
Timur dengan tingkat korelasi cukup (r=0,310). menunjukkan bahwa intensi menjadi faktor yang
Tabel 4 Distribusi Hasil Kategori Sikap dan Norma Subjektif dengan Kategori Intensi di Ruang Rawat Inap
RSUD Bajawa, Nusa Tenggara Timur pada Desember 2018 – Januari 2019
Intensi
∑
Sikap Baik Cukup Kurang
f(x) % f(x) % f(x) % f(x) %
Postif 42 42,9 9 9,2 3 3,1 54 55,1
Negatif 35 37,7 6 6,1 3 3,1 44 44,9
∑ 77 78,6 15 15,3 6 6,1 98 100
(p): 0,004
(r): 0,288
Norma Subjektif
Baik 13 13,3 3 3,1 1 1 17 17,3
Cukup 63 64,3 12 12,2 5 5,1 80 81,6
Kurang 1 1 0 0 0 0 1 1
Total 77 78,6 15 15,3 6 6,1 98 100
(p): 0,002
(r): 0,310
Tabel 5 Distribusi Hasil Kategori Intensi dan Kategori Pelaksanaan Ronde Keperawatan di Ruang Rawat
Inap RSUD Bajawa, Nusa Tenggara Timur pada Desember 2018 – Januari 2019
Pelaksanaan Ronde Keperawatan
Total
Intensi Baik Kurang
n % n % n %
Baik 37 37,8 40 40,8 77 78,6
Cukup 4 4,1 11 11,2 15 15,3
Kurang 1 1 5 5,1 6 6,1
Total 42 42,9 56 57,1 98 100
(p): 0,030
(r): 0,0,219
Tabel 6 Faktor Dominan yang Berhubungan dengan Pelaksanaan Ronde Keperawatan di RSUD Bajawa,
Nusa Tenggara Timur pada Desember 2018 – Januari 2019
95% C.I.for EXP(B)
Kategori Wald p Exp(B)
Lower Upper
Pengetahuan 0,207 0,064 0,843 0,403 1,762
Sikap 0,026 0,087 0,921 0,343 2,476
Norma Subjektif 1,172 0,027 0,445 0,569 7,091
Intensi 3,287 0,007 2,008 0,186 1,068
paling berhubungan dengan pelaksanaan ronde dan atau konselor, kepala ruangan, perawat
keperawatan dengan (p=0,007) dan Odd Ratio/Exp. pelaksana yang perlu juga melibatkan seluruh
(B) yaitu 2,008 yang berarti bahwa intensi memiliki anggota tim kesehatan (Nursalam, 2015). Sehingga
hubungan sebanyak 2,008 kali lipat dengan diperlukan yang baik dari perawat mengenai ronde
pelaksanaan ronde keperawatan di RSUD Bajawa, keperawatan untuk mendapatkan sikap yang positif
Nusa Tenggara Timur. terhadap pelaksanan ronde kepererawatan di Ruang
Rawat Inap RSUD Bajawa.
4. PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti
menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian
4.1 Pengetahuan dengan Sikap yang dilakukan oleh (Agustina, Agustian and
Data pada distribusi penelitian menunjukkan bahwa Ibrahim, 2016) yang dalam penelitiannya
mayoritas pengetahuan responden dalam kategori menyebutkan bahwa pengetahuan memiliki
cukup dan diikuti dengan sikap pengetahuan yang hubungan yang sangat signifkan dengan dengan
positif. Dari hasil penelitian juga menunjukkan sikap dalam pelaksanaan ronde keperawatan.
bahwa sebagian besar responden dengan (Agustina, Agustian and Ibrahim, 2016) juga
pengetahuan kurang juga diikuti dengan sikap menjelaskan bahwa pengetahuan merupakan dasar
negatif. Hal tersebut seiring dengan pengetahuan dalam pelaksaan ronde keperawatan yang baik.
yang baik akan diikuti dengan sikap yang baik pula. Perawat yang dalam pekerjaannya selalu
Ronde keperawatan merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pasien dapat menemukan
bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan suatu masalah berdasarkan evidance based pratctice
pasien yang dilakukan oleh perawat selain itu yang dapat diselesaikan dengan ronde keperawatan
melibatkan pasien untuk membahas dan dengan bekerja sama antar tim medis.
melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus Sikap merupakan suatu keadaan internal
tertentu harus dilaksanakan oleh perawat primer (internal state) yang mempengaruhi pilihan tindakan
http://e-journal.unair.ac.id/FMNJ | 39
M. F. MOI ET AL.
responden atau perawat terhadap pelaksanaan ronden keperawatan. Pengetahuan yang baik
ronde keperawatan. Sikap memiliki kecenderungan tentang ronde keperawatan dapat berhubungan
kognitif, afektif, dan tingkah laku yang dipelajari dengan norma subjektif, sehingga diperlukan
untuk berespons secara positif atau dalam tingkah pegetahuan yang baik untuk mendapatkan norma
laku yang menghindari, melawan, atau menghalangi subjektif yang baik pada pelaksanaan ronde
objek. (Ajzen, 2005) dalam (Nursalam, 2015) keperawatan.
menjelaskan bahwa sikap merupakan besarnya Norma respondentif adalah persepsi
perasaan positif atau negatif terhadap suatu obyek, seseorang atau asumsi tentang harapan orang lain
orang, institusi, atau kegiatan. dari perilaku tertentu yang akan atau tidak akan
Berdasarkan teori di atas, sikap individu dilakukan. Persepsi ini sangat subjektif secara
terhadap suatu perilaku diperoleh dari keyakinan alamiah, maka dimensi ini disebut sebagai norma
terhadap konsekuensi yang ditimbulkan oleh subjektif. Bersesuaian dengan sikap terhadap
perilaku tersebut, yang diistilahkan dengan perilaku, norma subjektif juga dipengaruhi oleh
behavioral beliefs (keyakinan terhadap perilaku). keyakinan (Haigh et al., 2016) Subjective norms
Keyakinan terhadap perilaku menghubungkan merupakan faktor dari luar individu yang berisi
perilaku dengan hasil tertentu, atau beberapa atribut persepsi seseorang tentang apakah orang lain akan
lainnya seperti biaya atau kerugian yang terjadi saat menyetujui atau tidak menyetujui suatu tingkah laku
melakukan suatu perilaku. Seseorang yang yakin yang ditampilkan. Norma subjektif ditentukan oleh
bahwa sebuah tingkah laku dapat menghasilkan adanya keyakinan normatif (normative belief) dan
outcome yang positif, maka individu tersebut akan keinginan untuk mengikuti (motivation to comply)
memiliki sikap yang positif, begitu juga sebaliknya. (Ajzen, 2005). Keyakinan normatif berkenaan
Berdasarkan Theory of Planned Behavior, seseorang dengan harapan-harapan yang berasal dari refent
yang percaya bahwa menampilkan perilaku tertentu atau orang dan kelompok yang berpengaruh bagi
akan mengarahkan pada hasil yang positif akan individu seperti orang tua, pasangan, teman dekat
memiliki sikap favorable terhadap ditampilkannya rekan kerja, atau yang lainnya tergantung pada
perilaku, sedangkan orang yang percaya bahwa perilaku yang terlibat. Subjective norms didefinisikan
menampilkan tingkah laku tertentu akan sebagai adanya persepsi individu terhadap tekanan
mengarahkan pada hasil yang negatif, maka ia akan sosial yang ada untuk mewujudkan atau tidak suatu
memiliki sikap unfavorable Sikap diklasifikasikan ke perilaku. Individu memiliki keyakinan bahwa
dalam 3 domain, yaitu kognitif, afektif dan konatif individu atau kelompok tertentu akan menerima
(Ajzen, 1991). atau tidak menerima tindakan yang dilakukannya.
Pengetahuan yang dimiliki oleh perawat Apabila individu meyakini apa yang menjadi norma
tentang ronde keperawatan dapat mempengaruhi kelompok, maka individu akan mematuhi dan
sikap perawat dalam pelaksanaan ronde membentuk perilaku yang sesuai dengan
keperawatan. Pengetahuan yang baik tentang ronde kelompoknya.
keperawatan akan diikuti dengan sikap yang positif Theory of Planned Behavior menyatakan
dalam pelaksanaan ronde keperawatan. Peneliti bahwa subjective norms juga di identikkan oleh dua
berpendapat bahwa diperlukan peningkatan hal, yaitu: belief, dari seseorang tentang reaksi atau
pengetahuan yang baik oleh perawat tentang ronde pendapat orang lain atau kelompok lain tentang
keperawatan. Walaupun mayoritas materi ronde apakah individu perlu, harus, atau tidak boleh
keperawatan didapatkan pada pendidikan Ners dan melakukan suatu perilaku, dan motivasi individu
mayoritas perawat adalah pendidikan Diploma, untuk mengikuti pendapat orang lain. Norma
perlu diadakannya sosialisi terkait pelaksanaan subjektif merupakan tekanan sosial untuk
ronde keperawatan sehingga semua perawat dapat melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu.
terpapar informasi tentang ronde keperawatan. Kombinasi dari keyakinan normatif dan motivasi
Sikap positif dalam pelaksanaan ronde untuk mematuhi merupakan norma subjektif (Binka
keperawatan yaitu perawat terbuka, mau dan et al., 2018). Seperti halnya sikap di atas, norma
bersedia untuk melaksanaan ronde keperwatan. subjektif yang dipegang seseorang juga
Peneliti berpendapat bahwa sikap seseorang dapat dilatarbelakangi oleh belief.
berubah dengan beberapa faktor, salah satunya Data distribusi juga menunjukkan terdapat
adalah pengetahuan. Sehingga diperlukan responden dengan pengetahuan yang kurang dan
pengetahuan yang baik untuk terlaksananya ronde diikuti dengan norma subjektif yang kurang. Dari
keperawatan yang baik. data tersebut diketahuai bahwa responden tersebut
adalah responden No. 42. Responden tersebut
4.2 Pengetahuan degan norma subjektif berpendidikan S1 Keperawatan dengan rentang usia
31-40 tahun. Responden tersebut sudah bekerja
Hasil pada distribusi penelitian juga menunjukkan
sebagai perawat selama 6 tahun. Dari data sikap
bahwa pengetahuan yang baik akan diikuti dengan
diketahui bahwa sikap responden dalam kategori
norma subjektif yang baik. Pada distribusi penelitian
negatif. Namun responden tersebut memiliki intensi
juga menunjukkan bahwa mayoritas norma subjektif
yang baik dan pelaksanaan ronde keperawatan yang
responden dalam kategori cukup yang dikarenakan
dalam kategori baik. Dari data tersebut diketahui
pengehathuan responden yang juga cukup tentang
bahwa norma subjektif tidak hanya ditentukan oleh
referent (individu atau kelompok yang cukup meningkatkan kolaborasi antar kesehatan. Ha
berpengaruh terhadapnya), tetapi juga ditentukan tersebut merupakan contoh sikap yang positif yang
oleh motivation to comply. Individu yang yakin dilandasi dengan niat yang baik.
bahwa kebanyakan referent akan menyetujui dirinya Hasil penelian ini sesuai dengan penelitian
menampilkan perilaku tertentu dan adanya motivasi yang dilakukan oleh (Haigh et al., 2016) yang
untuk mengikuti perilaku tertentu akan merasakan menyebutkan bahwa sikap dalam pelaksanan ronde
tekanan sosial untuk melakukannya. Individu yang keperawatan sangat dipengarhi oleh niat atau
yakin bahwa kebanyakan referent akan tidak intensi dari perawat dalam memberikan asuhan
menyetujui dirinya menampilkan perilaku tertentu, keperawatan kepada pasien. Intensi yang dimiki oleh
dan tidak adanya motivasi untuk mengikuti perilaku perawat akan membawa kepada kemauan dalam
tertentu, maka hal ini akan menyebabkan dirinya melakukan ronde keperawatan. Peneliti
memiliki subjective norms yang menempatkan berpendapat bahwa ronde keperawatan jarang
tekanan pada dirinya untuk menghindari melakukan dilakukan disemua ruanga karena dalam
perilaku tersebut (Ajzen, 2005). pelaksanaannya membutuhkan waktu dan persiapan
Pemberian pendidikan ronde keperawatan yang cukup banyak, sebab harus bekerja salam
juga dapat efektif mulai pada mahasiswa dengan tenaga medis lain yang diperlukan untuk
keperawatan yang sedang menjali praktik asuhan menyelesaian masalah yang dihadapi oleh pasien.
keperawatan di Rumah Sakit. Penelitian yang Komponen afektif menjelaskan evaluasi dan
dilakukan oleh (Sherrill, 2012) yang menyebutkan perasaan seseorang terhadap obyek sikap. Apabila
bahwa pengajaran kreatif sangat penting untuk diaplikasikan pada contoh sikap terhadap
melibatkan siswa. Ronde keperawatan muncul pelaksanaan ronde keperawatan di atas, perawat
sebagai kegiatan pengajaran utama di sekolah yang memiliki perasaan tidak suka terhadap
kedokteran Amerika Serikat selama paruh pertama pelaksanaan ronde keperawatan yang hanya akan
abad lalu tetapi telah memudar ketika pendidikan menambah pekerjaan tambahan, maka apa yang
telah pindah ke ruang kelas dan ruang perawatan di dikerjakannya akan melahirkan sikap yang negatif
rumah sakit. Menggabungkan metode pengajaran pada orang tersebut, demikian sebaliknya jika ia
Socrates yang kuno ini dengan manikin laboratorium memiliki perasaan positif, maka ia juga akan
modern yang berkualitas tinggi membuat peluang memiliki sikap positif pada pelaksanaan ronde
pembelajaran yang optimal bagi mahasiswa keperawatan.
keperawatan. Pengembangan kegiatan dengan Komponen konatif, merupakan
struktur Kualitas dan Keselamatan Pendidikan untuk kecenderungan tingkah laku, intensi, komitmen dan
kompetensi perawat mendukung praktik berbasis tindakan yang berkaitan obyek sikap. Jika
bukti dan keterampilan penalaran kritis. diaplikasikan pada contoh sebelumnya, seseorang
Peneliti berpendapat bahwa dengan memiliki sikap yang positif pada pelaksanaan ronde
pengetahuan yang baik, norma subjektif perawat keperawatan jika orang tersebut menyatakan
dalam pelaksanaan ronde keperawatan juga akan kesediaannya untuk melaksanakan ronde
baik. Hal tersebut dikarenakan norma subjektif keperawatan. Niat sering dilihat sebagai komponen
merupakan persepsi dari seorang perawat terhadap konatif dari sikap dan diasumsikan bahwa
suatu hal. Perawat dengan pengetahuan yang baik komponen konatif ini berhubungan dengan
tentang ronde keperawatan, akan membuat persepsi komponen afektif dari sikap (Ajzen, 2005).
perawat bahwa ronde keperawatan penting untuk Peneliti berpendapat bahwa sikap positif
dilakukan demi meningkatakan kualitas asuhan dalam pelaksaaan ronde keperawatan dikarenakan
keperawatan yang baik. Saat hal tersebut tercapai, oleh intensi yang baik. Intensi atau niat yang baik
maka pelaksaan ronde keperawatan dapat yang dimiliki oleh perawat dalam pelaksanaan ronde
dilaksanaan dengan baik. keperawatan menyebabkan perawat dapat bersikap
dan melaksanakan ronde keperawatan. Menurut
4.3 Sikap dengan intensi peneliti yang paling penting adalah bagaimana
meningkatkan atau membuat perawat memiliki niat
Data distribusi menunjukkan bahwa mayoritas sikap
yang baik dalam pelaksaaan ronde keperawatan. Hal
responden adalah positif yang diikuti dengan intensi
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hal
yang baik pula. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh
tersebut adalah dengan peningkatan pengetahuan.
beberapa faktor yaitu afektif, kognitif, dan konatif.
Sehingga dapat diikuti sengan niat atau intensi yang
Komponen kognitif berkaitan dengan pikiran atau
baik dan dapat diimplementasikan dengan sikap
rasio individu yang dihubungkan dengan
yang positif dalam pelaksanaan ronde keperawatan.
konsekuensi yang dihasilkan tingkah laku tertentu.
Hal ini berhubungan dengan belief/kepercayaan
4.4 Norma subjektif dengan intensi
seseorang mengenai segala sesuatu, baik negatif
maupun positif tentang obyek sikap (Ajzen, 1991). Data distribusi menunjukkan bahwa mayoritas
Contohnya adalah sikap terhadap pelaksanaan ronde norma subjektif responden adalah cukup dan diikuti
keperawatan. Kepercayaan bahwa pelaksanaan dengan intensi yang baik. Hal tersebut dikarenakan
ronde keperawatan daapt meningkatkan kualitas Norma subjektif (SN) didapatkan dari hasil
asuhan pelayanan asuhan keperawatan serta penjumlahan hasil kali dari normative beliefs tentang
http://e-journal.unair.ac.id/FMNJ | 41
M. F. MOI ET AL.
tingkah laku dengan motivation to comply / motivasi faktor keinginan, kesengajaan atau karena memang
untuk mengikutinya. Artinya individu yang percaya sudah direncanakan. Niat berperilaku (behavior
bahwa individu atau kelompok yang cukup intention) masih merupakan suatu keinginan atau
berpengaruh terhadapnya (referent) akan rencana, sehingga niat belum merupakan perilaku,
mendukung ia untuk melakukan tingkah laku sedangkan perilaku (behavior) adalah tindakan
tersebut dalam hal ini adalah pelaksanaan ronde nyata yang dilakukan (Ajzen, 2005).
keperawatan, maka hal ini akan menjadi tekanan Menurut (Nursalam, 2013) intensi merupakan
sosial bagi individu tersebut untuk melakukannya. faktor motivasional yang memiliki pengaruh pada
Sebaliknya jika ia percaya orang lain yang perilaku, sehingga dapat mengharapkan orang lain
berpengaruh padanya tidak mendukung tingkah laku berbuat sesuatu berdasarkan intensinya. Pada
tersebut, maka hal ini menyebabkan ia memiliki umumnya, intensi memiliki korelasi yang tinggi
subjective norm untuk tidak melakukannya. dengan perilaku, oleh karena itu dapat digunakan
Normative belief berhubungan dengan untuk meramalkan perilaku. Intensi diukur dengan
persepsi responden terhadap sikap referent tentang sebuah prosedur yang menempatkan suatu subjek
tingkah laku yang dimaksud. Sedangkan motivation didimensi probabilitas subjektif yang libatkan suatu
to comply berhubungan dengan kekuatan/kekuasaan hubungan antara dirinya dengan tindakan.
yang dimiliki referent terhadap responden yang Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
bersangkutan. Sesuai dengan informasi mengenai yang dilakukan oleh (Negarandeh, Hooshmand
antesedennya, norma subjektif didasarkan pada 2 Bahabadi and Aliheydari Mamaghani, 2014) yang
hal, yaitu normative belief dan motivation to comply. menyebutkan bahwa intensi merupakan suatu dasar
Maka pengukuran norma subjektif juga diperoleh yang harus dimiliki oleh perawat untuk melakukan
dari hasil perkalian keduanya. Sama halnya dengan ronde keperawatan. Apabila ronde keperawatan
sikap, Belief tentang pihak-pihak yang mendukung dapat dilakukan dengan baik dan dapat
atau tidak didapatkan dari hasil elisitasi untuk menyelesaikan masalah yang dialami oleh pasien,
menentukan belief utamanya. tentu hal tersebut akan membuat pasien menjadi
Data distribusi juga menunjukkan bahwa puas dengan pelayanan yang diberikan. Sebab
terdapat responden dengan norma subjektif yang kepuasan juga menjadi salah faktor dalam pelayanan
baik namun dengan intensi yang kurang. Responden asuhan keperawatan yang baik.
tersebut adalah responden dengan No. 26. Penelitian yang dilakukan oleh (Siahaan,
Responden tersebut berpendidikan D3 Keperawatan Albiner and Bukit, 2018) juga menyebutkan bahwa
dengan rentang usia 31-40 tahun. Responden perlunya dilakukan pelatihan tentang ronde
tersebut telah bekerja sebagai perawat selama 9 keperawatan untuk meningkatkan kinerja perawat
tahun. Data distribusi lain juga menunjukkan bahwa pendokumentasian asuhan keperawatan yang
responden tersebut memiliki pengetahuan yang lengkap dan terintegrasi. (Siahaan, Albiner and
baik, sikap yang positif, serta pelaksanaan ronde Bukit, 2018) dalam penelitiannya menyebutkan
keperawatan yang kurang. (Ajzen, 2005) dalam bahwa menunjukkan bahwa ada pengaruh pelatihan
(Nursalam, 2015) menjelaskan intensi merupakan ronde keperawatan terhadap kinerja perawat dalam
indikasi seberapa kuat keyakinan seseorang akan asuhan keperawatan di RS. Royal Prima Medan. Hal
mencoba suatu perilaku. Niat berperilaku ini menunjukkan bahwa pelatihan ronde
(behavioral intention) masih merupakan keinginan keperawatan telah memberi implikasi terhadap
atau rencana. Niat bukan merupakan perilaku, peningkatan kemampuan perawat baik dari aspek
perilaku (behavior) adalah tindakan nyata yang pengetahuan maupun keterampilan perawat dalam
dilakukan. Intensi sebagai disposisi tingkah laku pemberian asuhan keperawatan sehingga kinerja
yang akan diwujudkan dalam bentuk tindakan pada perawat dalam pemberian asuhan keperawatan
waktu dan kesempatan yang tepat (Ajzen, 2005). semakin optimal.
Data distribusi juga menunjukkan bahwa
4.5 Intensi dengan ronde keperawatan terdapat responden denan intensi yang baik, namun
dengan pelaksanaan ronde keperawaan yang kurang.
Hasil analisis dengan uji statistik korelasi Spearman’s
Responden tersebut adalah No. 49. Responden
R’ho didapatkan bahwa terdapat hubungan yang
tersebut berpendidikan S1 Keperawatan dan berusia
cukup signifikan antara intensi dengan pelaksanaan
21-30 tahun. Responden tersebut telah bekerja
ronde keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD
sebagai perawat selama 3 tahun. Dari data distribusi
Bajawa. Koefisien korelasi menunjukkan adanya
dapat dilihat bahwa pengetahuan responden
hubungan pada tingkat yang yang sangat lemah.
tersebut dalam kategori kurang, memiliki sikap yang
Data distribusi menunjukkan bahwa
positif, norma subjektif yang cukup.
mayoritas responden memiliki intensi yang baik dan
Hal tersebut dapat pengaruhi oleh faktor usia
diikuti dengan pelaksanaan ronde keperawatan yang
responden. Secara fisiologis pertumbuhan dan
cukup. Intensi merupakan dasar bagi perawat dalam
perkembangan seseorang dapat digambarkan
pelaksanaan ronde keperawatan. Intensi merupakan
dengan pertambahan usia. Pertambahan usia
indikasi seberapa kuat keyakinan seseorang akan
diharapkan terjadi pertambahan kemampuan
mencoba suatu perilaku. Dengan kata lain dapat
motorik sesuai dengan tumbuh kembangnya. Akan
dikatakan bahwa, seseorang berperilaku karena
tetapi pertumbuhan dan perkembangan seseorang
http://e-journal.unair.ac.id/FMNJ | 43
M. F. MOI ET AL.
Sherrill, K. J. (2012) ‘Using nursing grand rounds to terhadap Kinerja Perawat dalam Asuhan
enforce Quality and Safety Education for Keperawatan di RS Royal Prima Medan’,
Nurses competencies’, Teaching and Learning Jumantik, 3(1), pp. 1–15.
in Nursing. National Organization for Associate Wahyuni, E. D. (2012) Pengembangan Model
Degree Nursing, 7(3), pp. 118–120. doi: Perilaku Perawat dalam Pendokumentasian
10.1016/j.teln.2011.11.007. Asuhan Keperawatan Berbasis Theory of
Shin, N. and Park, J. (2018) ‘The Effect of Intentional Planned Behavior di RSD Mardi Waluyo Kota
Nursing Rounds Based on the Care Model on Blitar. Universitas Airlangga.
Patients’ Perceived Nursing Quality and their Weiss, S. A. and Tappen, R. M. (2015) Nursing
Satisfaction with Nursing Services’, Asian Leadership and Management Nursing
Nursing Research J. Korean Society of Nursing Leadership.
Science, 12(3), pp. 203–208. doi:
10.1016/j.anr.2018.08.003.
Siahaan, J. V., Albiner, S. and Bukit, E. C. (2018)
‘Pengaruh Pelatihan ronde Keperawatan