Makalah Sistem Pencernaan Manusia Dan Hewan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

SISTEM PENCERNAAN MANUSIA DAN HEWAN

DISUSUN OLEH

NAMA : FILOMENA RATNA MULIA

NIM : 2019280197

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS FLORES

ENDE

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya saya diberikan kesehatan dan kesempatan sehingga bisa meyelesaikan makalah
fosiologi hewan yang berjudul “SISTEM PENCERNAAN MANUSIA DAN HEWA” ini tepat
pada waktunya.

Tak lupa saya mengucapkan banyak terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
dalam penulisan makalah ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu sehingga makalah ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Di dalam makalah ini saya menyadari banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun sangat saya harapkan agar menjadikan makalah ini lebih baik lagi. Saya
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Ende. 12 Juni 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C.  Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Sistem Pencernaan Pada Manusia


B. Sistem Penceernaan Pada Hewan

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Struktur alat pencernaan berbeda-beda dalam berbagai jenis hewan, tergantung pada tinggi
rendahnya tingkat organisasi sel hewan tersebut serta jenis makanannya. pada hewan
invertebrata alat pencernaan makanan umumnya masih sederhana, dilakukan secara fagositosis
dan secara intrasel, sedangkan pada hewan-hewan vertebrata sudah memiliki alat pencernaan
yang sempurna yang dilakukan secara ekstrasel.
Oleh sebab itu di dalam makalah ini kami akan berusaha untuk menjelaskan secara detail
tentang sistem pencernaan hewan secara umum, insya Allah.
Namun sebelum kami kami membahas tentang sistem pencernaan pada kedua hewan
tersebut, kami akan bahas terlebih dahulu tentang sistem pencernaan pada manusia berikut
organ-organ percernaan besrserta fungsinya.
B. Rumusan Masalah
1. Sistem Pencernaan pada Manusia.
2. Sistem Pencernaan pada Hewan .
C. Tujuan
1. Menjelaskan Secara detail Tentang SistemPencernaan pada manusia.
2. Menjelaskan Secara Detail Tentang Sistem Pencernaan pada Hewan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem Pencernaan Pada Manusia


Proses pencernaan merupakan suatu proses yang melibatkan organ-organ pencernaan dan
kelenjar-kelenjar pencernaan. Antara proses dan organ-organ serta kelenjarnya merupakan
kesatuan sistem pencernaan. Sistem pencernaan berfungsi memecah bahan-bahan makanan
menjadi sari-sari makanan yang siap diserap dalam tubuh.
Berdasarkan prosesnya, pencernaan makanan dapat dibedakan menjadi dua macam seperti
berikut.
1. Proses mekanis, yaitu pengunyahan oleh gigi dengan dibantu lidah serta peremasan yang
terjadi di lambung.
2. Proses kimiawi, yaitu pelarutan dan pemecahan makanan oleh enzim-enzim pencernaan
dengan mengubah makanan yang ber- molekul besar menjadi molekul yang berukuran
kecil.
Makanan mengalami proses pencernaan sejak makanan berada di dalam mulut hingga
proses pengeluaran sisa-sisa makanan hasi pencernaan. Adapun proses pencernaan makanan
meliputi hal-hal berikut.
1. Ingesti: pemasukan makanan ke dalam tubuh melalui mulut.
2. Mastikasi: proses mengunyah makanan oleh gigi.
3. Deglutisi: proses menelan makanan di kerongkongan.
4. Digesti: pengubahan makanan menjadi molekul yang lebih sederhana dengan bantuan
enzim, terdapat di lambung.
5. Absorpsi: proses penyerapan, terjadi di usus halus.
6. Defekasi: pengeluaran sisa makanan yang sudah tidak berguna untuk tubuh melalui anus.
Saat melakukan proses-proses pencernaan tersebut diperlukan serangkaian alat-alat pencernaan
sebagai berikut.
1. Mulut
Makanan pertama kali masuk ke dalam tubuh melalui mulut. Makanan ini mulai
dicerna secara mekanis dan kimiawi. Di dalam mulut seperti terdapat beberapa alat yang
berperan dalam proses pencernaan yaitu gigi, lidah, dan kelenjar ludah (glandula
salivales).
a. Gigi
Pada manusia, gigi berfungsi sebagai alat pencernaan mekanis. Di sini, gigi membantu
memecah makanan menjadi potongan-potongan yang lebih kecil. Hal ini akan membantu
enzim-enzim pencernaan agar dapat mencerna makanan lebih efisien dan cepat. Selama
pertumbuhan dan perkembangan, gigi manusia mengalami perubahan, mulai dari gigi
susu dan gigi tetap (permanen). Gigi pertama pada bayi dimulai saat usia 6 bulan. Gigi
pertama ini disebut gigi susu (dens lakteus). Pada anak berusia 6 tahun, gigi berjumlah
20, dengan susunan sebagai berikut.
1. Gigi seri (dens insisivus), berjumlah 8 buah, berfungsi memotong makanan.
2. Gigi taring (dens caninus), berjumlah 4 buah, berfungsi merobek makanan.
3. Gigi geraham kecil (dens premolare), berjumlah 8 buah, berfungsi mengunyah
makanan.
Struktur luar gigi terdiri atas bagian-bagian berikut.
1) Mahkota gigi (corona) merupakan bagian yang tampak dari luar.
2) Akar gigi (radix) merupakan bagian gigi yang tertanam di dalam rahang.
3) Leher gigi (colum) merupakan bagian yang terlindung oleh gusi.
Adapun penampang gigi dapat diperlihatkan bagian- bagiannya sebagai berikut.
1) Email (glazur atau enamel) merupakan bagian terluar gigi. Email merupakan struktur
terkeras dari tubuh, mengandung 97% kalsium dan 3% bahan organik.
2) Tulang gigi (dentin), berada di sebelah dalam email, tersusun atas zat dentin.
3) Sumsum gigi (pulpa), merupakan bagian yang paling dalam. Di pulpa terdapat
kapiler, arteri, ena, dan saraf.
4) Semen merupakan pelapis bagian dentin yang masuk ke rahang.
b. Lidah
Lidah dalam sistem pencernaan berfungsi untuk membantu mencampur dan menelan
makanan, mempertahankan makanan agar berada di antara gigi-gigi atas dan bawah saat
makanan dikunyah serta sebagai alat perasa makanan. Lidah dapat berfungsi sebagai alat
perasa makanan karena mengandung banyak reseptor pengecap atau perasa. Lidah
tersusun atas otot lurik dan permukaannya dilapisi dengan lapisan epitelium yang banyak
mengandung kelenjar lendir (mukosa).
c. Kelenjar ludah
Terdapat tiga pasang kelenjar ludah di dalam rongga mulut, yaitu glandula parotis,
glandula submaksilaris, dan glandula sublingualis atau glandula submandibularis.
Air ludah berperan penting dalam proses perubahan zat makanan secara kimiawi yang
terjadi di dalam mulut. Setelah makanan dilumatkan secara mekanis oleh gigi, air ludah
ber- peran secara kimiawi dalam proses membasahi dan membuat makanan menjadi
lembek agar mudah ditelan. Ludah terdiri atas air (99%) dan enzim amilase. Enzim ini
menguraikan pati dalam makanan menjadi gula sederhana (glukosa dan maltosa).
Makanan yang telah dilumatkan dengan dikunyah dan dilunakkan di dalam mulut oleh air
liur disebut bolus. Bolus ini diteruskan ke sistem pencernaan selanjutnya.

2. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan merupakan saluran panjang (± 25 cm) yang tipis sebagai jalan
bolus dari mulut menuju ke lambung. Bagian dalam kerongkongan senantiasa basah oleh
cairan yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar yang terdapat pada dinding kerongkongan
untuk menjaga agar bolus menjadi basah dan licin. Keadaan ini akan mempermudah
bolus bergerak melalui kerongkongan menuju ke lambung.
Bergeraknya bolus dari mulut ke lambung melalui kerongkongan disebabkan
adanya gerak peristaltik pada otot dinding kerongkongan. Gerak peristaltik dapat terjadi
karena adanya kontraksi otot secara bergantian pada lapisan otot yang tersusun secara
memanjang dan melingkar.
Proses gerak bolus di dalam kerongkongan menuju lambung Sebelum seseorang
mulai makan, bagian belakang mulut (atas) terbuka sebagai jalannya udara dari hidung.
Di kerongkongan, epiglotis yang seperti gelambir mengendur sehingga udara masuk ke
paru-paru. Ketika makan, makanan dikunyah dan ditelan masuk ke dalam kerongkongan.
Sewaktu makanan bergerak menuju kerongkongan, langit-langit lunak beserta jaringan
mirip gelambir di bagian belakang mulut (uvula) terangkat ke atas dan menutup saluran
hidung. Sementara itu, sewaktu makanan bergerak ke arah tutup trakea, epiglotis akan
menutup sehingga makanan tidak masuk ke trakea dan paru-paru tetapi makanan tetap
masuk ke kerongkongan.

3. Lambung
Lambung merupakan saluran pencernaan yang berbentuk seperti kantung, terletak di
bawah sekat rongga badan.
Lambung terdiri atas tiga bagian sebagai berikut.
a. Bagian atas disebut kardiak, merupakan bagian yang berbatasan dengan esofagus.
b. Bagian tengah disebut fundus, merupakan bagian badan atau tengah lambung.
c. Bagian bawah disebut pilorus, yang berbatasan dengan usus halus. Daerah perbatasan
antara lambung dan kerongkongan terdapat otot sfinkter kardiak yang secara refleks
akan terbuka bila ada bolus masuk. Sementara itu, di bagian pilorus terdapat otot yang
disebut sfinkter pilorus. Otot-otot lambung ini dapat berkontraksi seperti halnya otot-
otot kerongkongan. Apabila otot-otot ini berkontraksi, otot-otot tersebut menekan,
meremas, dan mencampur bolus-bolus tersebut menjadi kimus (chyme).
Sementara itu, pencernaan secara kimiawi dibantu oleh getah lambung. Getah ini
dihasilkan oleh kelenjar yang terletak pada dinding lambung di bawah fundus, sedangkan
bagian dalam dinding lambung menghasilkan lendir yang berfungsi melindungi dinding
lambung dari abrasi asam lambung, dan dapat beregenerasi bila cidera. Getah lambung
ini dapat dihasilkan akibat rangsangan bolus saat masuk ke lambung. Getah lambung
mengandung bermacam-macam zat kimia, yang sebagian besar terdiri atas air. Getah
lambung juga mengandung HCl/asam lambung dan enzim-enzim pencernaan seperti
renin, pepsinogen, dan lipase.
Asam lambung memiliki beberapa fungsi berikut.
a. Mengaktifkan beberapa enzim yang terdapat dalam getah lambung, misalnya
pepsinogen diubah menjadi pepsin. Enzim ini aktif memecah protein dalam bolus
menjadi proteosa dan pepton yang mempunyai ukuran molekul lebih kecil.
b. Menetralkan sifat alkali bolus yang datang dari rongga mulut.
c. Mengubah kelarutan garam mineral.
d. Mengasamkan lambung (pH turun 1–3), sehingga dapat membunuh kuman yang
ikut masuk ke lambung bersama bolus.
e. Mengatur membuka dan menutupnya katup antara lambung dan usus dua belas
jari.
f. Merangsang sekresi getah usus.
Enzim renin dalam getah lambung berfungsi mengendapkan kasein atau protein susu
dari air susu. Lambung dalam suasana asam dapat merangsang pepsinogen menjadi
pepsin. Pepsin ini berfungsi memecah molekul-molekul protein menjadi molekul- olekul
peptida. Sementara itu, lipase berfungsi mengubah lemak menjadi asam lemak dan
gliserol. Selanjutnya, kimus akan masuk ke usus halus melalui suatu sfinkter pilorus yang
berukuran kecil. Apabila otot-otot ini berkontraksi, maka kimus didorong masuk ke usus
halus sedikit demi sedikit.

4. Usus halus
Usus halus merupakan saluran berkelok-kelok yang panjangnya sekitar 6–8 meter,
lebar 25 mm dengan banyak lipatan yang disebut vili atau jonjot-jonjot usus. Vili ini
berfungsi memperluas permukaan usus halus yang berpengaruh terhadap proses
penyerapan makanan. Lakukan eksperimen berikut untuk mengetahui pengaruh lipatan
terhadap proses penyerapan.
Usus halus terbagi menjadi tiga bagian seperti berikut.
a. duodenum (usus 12 jari), panjangnya ± 25 cm,
b. jejunum (usus kosong), panjangnya ± 7 m,
c. ileum (usus penyerapan), panjangnya ± 1 m.
Kimus yang berasal dari lambung mengandung molekul-molekul pati yang telah
dicernakan di mulut dan lambung, molekul-molekul protein yang telah dicernakan di
lambung, molekul-molekul lemak yang belum dicernakan serta zat-zat lain. Selama di
usus halus, semua molekul pati dicernakan lebih sempurna menjadi molekul-molekul
glukosa. Sementara itu molekul-molekul protein dicerna menjadi molekul-molekul asam
amino, dan semua molekul lemak dicerna menjadi molekul gliserol dan asam lemak.
Pencernaan makanan yang terjadi di usus halus lebih banyak bersifat kimiawi.
Berbagai macam enzim diperlukan untuk membantu proses pencernaan kimiawi ini. Hati,
pankreas, dan kelenjar-kelenjar yang terdapat di dalam dinding usus halus mampu
menghasilkan getah pencernaan. Getah ini bercampur dengan kimus di dalam usus halus.
Getah pencernaan yang berperan di usus halus ini berupa cairan empedu, getah pankreas,
dan getah usus.
a. Cairan Empedu Cairan empedu berwarna kuning kehijauan, 86% berupa air, dan
tidak mengandung enzim. Akan tetapi, mengandung mucin dan garam empedu yang
berperan dalam pencernaan makanan. Cairan empedu tersusun atas bahan-bahan
berikut.
1. Air, berguna sebagai pelarut utama.
2. Mucin, berguna untuk membasahi dan melicinkan duodenum agar tidak terjadi
iritasi pada dinding usus.
3. Garam empedu, mengandung natrium karbonat yang mengakibatkan empedu
bersifat alkali. Garam empedu juga berfungsi menurunkan tegangan permukaan
lemak dan air (mengemulsikan lemak). Cairan ini dihasilkan oleh hati. Hati
merupakan kelenjar pencernaan terbesar dalam tubuh yang beratnya ± 2 kg.
Dalam sistem pencernaan, hati berfungsi sebagai pembentuk empedu, tempat
penimbunan zat-zat makanan dari darah dan penyerapan unsur besi dari darah
yang telah rusak. Selain itu, hati juga berfungsi membentuk darah pada janin atau
pada keadaan darurat, pembentukan fibrinogen dan heparin untuk disalurkan ke
peredaran darah serta pengaturan suhu tubuh.
Empedu mengalir dari hati melalui saluran empedu dan masuk ke usus halus. Dalam
proses pencernaan ini, empedu berperan dalam proses pencernaan lemak, yaitu
sebelum lemak dicernakan, lemak harus bereaksi dengan empedu terlebih dahulu.
Selain itu, cairan empedu berfungsi menetralkan asam klorida dalam kimus,
menghentikan aktivitas pepsin pada protein, dan merangsang gerak peristaltik usus.

5. Getah Pankreas
Getah pankreas dihasilkan di dalam organ pankreas. Pankreas ini berperan
sebagai kelenjar eksokrin yang menghasilkan getah pankreas ke dalam saluran
pencernaan dan sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon insulin. Hormon
ini dikeluarkan oleh sel-sel berbentuk pulau-pulau yang disebut pulau-pulau langerhans.
Insulin ini berfungsi menjaga gula darah agar tetap normal danmencegah diabetes
melitus.
Getah pankreas ini dari pankreas mengalir melaluisaluran pankreas masuk ke usus
halus. Dalam pankreas terdapat tiga macam enzim, yaitu lipase yang membantu dalam
pemecahan lemak, tripsin membantu dalam pemecahan protein, dan amilase membantu
dalam pemecahan pati.
6. Getah Usus
Pada dinding usus halus banyak terdapat kelenjar yang mampu menghasilkan
getah usus. Getah usus mengandung enzim-enzim seperti berikut.
1. Sukrase, berfungsi membantu mempercepat proses pemecahan sukrosa menjadi
glukosa dan fruktosa.
2. Maltase, berfungsi membantu mempercepat proses pemecahan maltosa menjadi dua
molekul glukosa.
3. Laktase, berfungsi membantu mempercepat proses pemecahan laktosa menjadi
glukosa dan galaktosa.
4. Enzim peptidase, berfungsi membantu mempercepat proses pemecahan peptida
menjadi asam amino.
Monosakarida, asam amino, asam lemak, dan gliserol hasil pencernaan terakhir di
usus halus mulai diabsorpsi atau diserap melalui dinding usus halus terutama di bagian
jejunum dan ileum. Selain itu vitamin dan mineral juga diserap. Vitamin-vitamin yang
larut dalam lemak, penyerapannya bersama dengan pelarutnya, sedangkan vitamin yang
larut dalam air penyerapannya dilakukan oleh jonjot usus.
Penyerapan mineral sangat beragam berkaitan dengan sifat kimia tiap-tiap mineral
dan perbedaan struktur bagian-bagian usus. Sepanjang usus halus sangat efisien dalam
penyerapan Na+, tetapi tidak untuk Cl–, HCO3–, dan ion-ion bivalen. Ion K+
penyerapannya terbatas di jejunum.
Penyerapan Fe++ terjadi di duodenum dan jejunum. Proses penyerapan di usus
halus ini dilakukan oleh villi (jonjot-jonjot usus). Di dalam villi ini terdapat pembuluh
darah, pembuluh kil (limfa), dan sel goblet. Di sini asam amino dan glukosa diserap dan
diangkut oleh darah menuju hati melalui sistem vena porta hepatikus, sedangkan asam
lemak bereaksi terlebih dahulu dengan garam empedu membentuk emulsi lemak. Emulsi
lemak bersama gliserol diserap ke dalam villi. Selanjutnya di dalam villi, asam lemak
dilepaskan, kemudian asam lemak mengikat gliserin dan membentuk lemak kembali.
Lemak yang terbentuk masuk ke tengah villi, yaitu ke dalam pembuluh kil (limfa).
Melalui pembuluh kil, emulsi lemak menuju vena sedangkan garam empedu
masuk ke dalam darah menuju hati dan dibentuk lagi menjadi empedu. Bahan-bahan
yang tidak dapat diserap di usus halus akan didorong menuju usus besar (kolon).

7. Usus besar
Usus besar atau kolon memiliki panjang ± 1 meter dan terdiri atas kolon
ascendens, kolon transversum, dan kolon descendens. Di antara intestinum tenue (usus
halus) dan intestinum crassum (usus besar) terdapat sekum (usus buntu). Pada ujung
sekum terdapat tonjolan kecil yang disebut appendiks (umbai cacing) yang berisi massa
sel darah putih yang berperan dalam imunitas.
Zat-zat sisa di dalam usus besar ini didorong ke bagian belakang dengan gerakan
peristaltik. Zat-zat sisa ini masih mengandung banyak air dan garam mineral yang
diperlukan oleh tubuh. Air dan garam mineral kemudian diabsorpsi kembali oleh dinding
kolon, yaitu kolon ascendens. Zat-zat sisa berada dalam usus besar selama 1 sampai 4
hari. Pada saat itu terjadi proses pembusukan terhadap zat-zat sisa dengan dibantu bakteri
Escherichia coli, yang mampu membentuk vitamin K dan B12. Selanjutnya dengan
gerakan peristaltik, zat-zat sisa ini terdorong sedikit demi sedikit ke saluran akhir dari
pencernaan yaitu rektum dan akhirnya keluar dengan proses defekasi melewati anus.
Defekasi diawali dengan terjadinya penggelembungan bagian rektum akibat suatu
rangsang yang disebut refleks gastrokolik. Kemudian akibat adanya aktivitas kontraksi
rektum dan otot sfinkter yang berhubungan mengakibatkan terjadinya defekasi. Di dalam
usus besar ini semua proses pencernaan telah selesai dengan sempurna.
8. Anus
Berfungsi sebagai tempat pembuangan zat sisa makanan atau feses. 

Gangguan pada system Pencernaan Manusia


Gangguan ini bisa disebabkan oleh berbagai hal seperti bakteri pada makanan, stress, atau
infeksi. Seperti:
1) Sariawan : disebabkan oleh luka tergigit, kekurangan vitamin C, dll.
2) Konstipasi (sembelit) : kesukaran dalam proses defekasi (buang air besar)
3) Diare : feses yang sangat cair akibat peristaltik terlalu cepat
4) Apendisitis : radang usus buntu
5) Peritonitis : infeksi pada rongga perut
6) Sirosis hati : radang pada hati

B. Sistem Pencernaan Pada Hewan


Struktur alat pencernaan berbeda-beda dalam berbagai jenis hewan, tergantung pada tinggi
rendahnya tingkat organisasi sel hewan tersebut serta jenis makanannya. pada hewan invertebrata
alat pencernaan makanan umumnya masih sederhana, dilakukan secara fagositosis dan secara
intrasel, sedangkan pada hewan-hewan vertebrata sudah memiliki alat pencernaan yang
sempurna yang dilakukan secara ekstrasel.
1. Sistem Pencernaan Pada Hewan Invertebrata
Sistem pencernaan pada hewan invertebrata umumnya dilakukan secara intrasel,
seperti pada protozoa, porifera, dan Coelenterata. Pencernaan dilakukan dalam alat
khusus berupa vakuola makanan, sel koanosit dan rongga gastrovaskuler. Selanjutnya,
pada cacing parasit seperti pada cacing pita, alat pencernaannya belum sempurna dan
tidak memiliki mulut dan anus. pencernaan dilakukan dengan cara absorbs langsung
melalui kulit.
a. Sistem Pencernaan Makanan Pada Cacing Tanah
Makanan cacing tanah berupa daun-daunan serta sampah organik yang sudah lapuk.
Cacing tanah dapat mencerna senyawa organik tersebut menjadi molekul yang
sederhana yang dapat diserap oleh tubuhnya. Sisa pencernaan makanan dikeluarkan
melalui anus.

b. Sistem Pencernaan Pada Serangga Sebagaimana pada cacing tanah, serangga


memiliki sistem pencernaan makanan yang sudah sempurna, mulai dari mulut,
kerongkongan, lambung, usus sampai anus.Pencernaan pada serangga dilakukan
secara ekstrasel.

2. Sistem Pencernaan Pada Hewan vertebrata


Organ pencernaan pada hewan vertebrata meliputi saluran pencernaan (tractus
digestivus) dan kelenjar pencernaan (glandula digestoria)
a. Sistem Pencernaan Pada Ikan
Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari rongga mulut (cavum oris). Di dalam
rongga mulut terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah
dan lidah pada dasar mulut yang tidak dapat digerakan serta banyak menghasilkan
lendir, tetapi tidak menghasilkan ludah (enzim).
Dari rongga mulut makanan masuk ke esophagus melalui faring yang terdapat di
daerah sekitar insang. Esofagus berbentuk kerucut, pendek, terdapat di belakang
insang, dan bila tidak dilalui makanan lumennya menyempit. Dari kerongkongan
makanan di dorong masuk ke lambung, lambung pada umumnya membesar, tidak
jelas batasnya dengan usus.
Pada beberapa jenis ikan, terdapat tonjolan buntu untuk memperluas bidang
penyerapan makanan. Dari lambung, makanan masuk ke usus yang berupa pipa
panjang berkelok-kelok dan sama besarnya. Usus bermuara pada anus.
Kelenjar pencernaan pada ikan, meliputi hati dan pankreas. Hati merupakan
kelenjar yang berukuran besal, berwarna merah kecoklatan, terletak di bagian depan
rongga badan dan mengelilingi usus, bentuknya tidak tegas, terbagi atas lobus kanan
dan lobus kiri, serta bagian yang menuju ke arah punggung. Fungsi hati
menghasilkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu untuk membanfu
proses pencernaan lemak. Kantung empedu berbentuk bulat, berwarna kehijauary
terletak di sebelah kanan hati, dan salurannya bermuara pada lambung. Kantung
empedu berfungsi untuk menyimpan empedu dan disalurkan ke usus bila diperlukan.
Pankreas merupakan organ yang berukuran mikroskopik sehingga sukar dikenali,
fungsi pankreas, antara lain menghasilkan enzim – enzim pencernaan dan hormon
insulin.

b. Sistem Pencernaan Pada Amfibi


Sistem pencernaan makanan pada amfibi, hampir sama dengan ikan, meliputi
saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. salah satu binatang amphibi adalah
katak. Makanan katak berupa hewan-hewan kecil (serangga). Secara berturut-turut
saluran pencernaan pada katak meliputi:
1) rongga mulut: terdapat gigi berbentuk kerucut untuk memegang mangsa dan
lidah untuk menangkap mangsa,
2) esofagus; berupa saluran pendek,
3) ventrikulus (lambung), berbentuk kantung yang bila terisi makanan menjadi
lebar. Lambung katak dapat dibedakan menjadi 2, yaitu tempat masuknya
esofagus dan lubang keluar menuju usus,
4) intestinum (usus): dapat dibedakan atas usus halus dan usus tebal. Usus halus
meliputi: duodenum. jejenum, dan ileum, tetapi belum jelas batas-batasnya.
5) Usus tebal berakhir pada rektum dan menuju kloata, dan
6) kloaka: merupakan muara bersama antara saluran pencernaan makanan,
saluran reproduksi, dan urine. Kelenjar pencernaan pada amfibi, terdiri atas
hati dan pankreas. Hati berwarna merah kecoklatan, terdiri atas lobus kanan
yang terbagi lagi menjadi dua lobulus. Hati berfungsi mengeluarkan empedu
yang disimpan dalam kantung empedu yang berwarna kehijauan. pankreas
berwarna
Kekuningan, melekat diantara lambung dan usus dua belas jari (duadenum).
pankreas berfungsi menghasilkan enzim dan hormon yang bermuara pada
duodenum.

c. Sistem Pencernaan Pada Reptil


Sebagaimana pada ikan dan amfibi, sistem pencernaan makanan pada reptil
meliputi saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Reptil umumnya karnivora
(pemakan daging). Secara berturut-turut saluran pencernaan pada reptil meliputi:
1. rongga mulut: bagian rongga mulut disokong oleh rahang atas dan bawah, asing-
masing memiliki deretan gigi yang berbentuk kerucut, gigimenempel pada gusi
dan sedikit melengkung ke arah rongga mulut. Pada rongga mulut juga terdapat
lidah yang melekat pada tulang lidah dengan ujung bercabang dua,
2. esofagus (kerongkongan),
3. ventrikulus(lambung),
4. intestinum: terdiri atas usus halus dan usus tebal yang bermuara pada anus.

Kelenjar pencernaan pada reptil meliputi hati, kantung empedu, dan pankreas.
Hati pada reptilia memiliki dua lobus (gelambirf dan berwarna kemerahan. Kantung
empedu terletak pada tepi sebelah kanan hati. Pankreas berada di antara lambung dan
duodenum, berbentuk pipih kekuning-kuningan.

d. Sistem Pencernaan Pada Burung


Organ pencernaan pada burung terbagi atas saluran pencernaan dan kelenjar
pencernaan. Makanan burung bervariasi berupa biji-bijian, hewan kecil, dan buah-
buahan.
Saluran pencernaan pada burung terdiri atas:
1) paruh: merupakan modifikasi dari gigi,
2) rongga mulut: terdiri atas rahang atas yang merupakan penghubung antara rongga
mulut dan tanduk,
3) faring: berupa saluran pendek, esofagus: pada burung terdapat pelebaran pada
bagian ini disebut tembolok, berperan sebagai tempat penyimpanan makanan
yang dapat diisi dengan cepat,
4) lambung terdiri atas: Proventrikulus (lambung kelenjar): banyak menghasilkan
enzim pencernaan, dinding ototnya tipis. Ventrikulus (lambung
pengunyah/empedal): ototnya berdinding tebal. Pada burung pemakan biji-bijian
terdapat kerikil dan pasir yang tertelan bersama makanan vang berguna untuk
membantu pencernaan dan disebut sebagai ” hen’s teeth”,
5) intestinum: terdiri atas usus halus dan usus tebal yang bermuara pada kloaka.
Usus halus pada burung terdiri dari duodenum, jejunum dan ileum.
Kelenjar pencernaan burung meliputi: hati, kantung empedu, dan pankreas. Pada
burung merpati tidak terdapat kantung empedu.

e. Sistem Pencernaan pada Hewan Mamah Biak (Ruminansia)


Hewan-hewan herbivora (pemakan rumput) seperti domba, sapi, kerbau disebut
sebagai hewan memamah biak (ruminansia). Sistem pencernaan makanan pada
hewan ini lebih panjang dan kompleks. Makanan hewan ini banyak mengandung
selulosa yang sulit dicerna oleh hewan pada umumnya sehingga sistem
pencernaannya berbeda dengan sistem pencernaan hewan lain.
Perbedaan sistem pencernaan makanan pada hewan ruminansia, tampak pada
struktur gigi, yaitu terdapat geraham belakang (molar) yang besar, berfungsi untuk
mengunyah rerumputan yang sulit dicerna. Di samping itu, pada hewan ruminansia
terdapat modifikasi lambung yang dibedakan menjadi 4 bagian, yaitu: rumen (perut
besar), retikulum (perut jala), omasum (perut kitab), dan abomasum (perut masam).
Dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya.
Kapasitas rumen 80%, retlkulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasums
7-8′/o.Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat otot spingter
berkontraksi. Abomasum merupakan lambung yang sesungguhnya pada hewan
ruminansia.
Hewan herbivora, seperti kuda, kelinci, dan marmut tidak mempunyai struktur
lambung seperti halnya pada sapi untuk fermentasi selulosa. Proses fermentasi atau
pembusukan yang dilakukan oleh bakteri terjadi pada sekum yang banvak
mengandung bakteri. proses fermentasi pada sekum tidak seefektif fermentasi yang
terjadi dilambung. Akibatnya, kotoran kuda, kelinci, dan marmut lebih kasar karena
pencernaan selulosa hanya terjadi satu kali, yaitu pada sekum. Sedangkan pada sapi,
proses pencernaan terjadi dua kali, yaitu pada lambung dan sekum keduanya
dilakukan oleh bakteri dan protozoa tertentu. Adanya bakteri selulotik pada lambung
hewan memamah biak merupakan bentuk simbiosis mutualisme yang dapat
menghasilkan vitamin B serta asam amino. Di samping itu, bakteri ini
dapat ,menghasilkan gas metan (CH4), sehingga dapat dipakai dalam pembuatan
biogas sebagai sumber energi altematif.

Gangguan pada system Pencernaan Hewan


1. Penyakit Brucellosis (Keluron Menular)
Brucellosis adalah penyakit ternak menular yang secara primer menyerang sapi, kambing,
babi dan sekunder berbagai jenis ternak lainnya serta manusia. Pada sapi penyakit ini
dikenal sebagai penyakit Kluron atau pemyakit Bang. Sedangkan pada manusia
menyebabkan demam yang bersifat undulans dan disevut Demam Malta.
2. Radang Ambing ( Mastitis)
Mastitis adalah istilah yang digunakan untuk radang yang terjadi pada ambing, baik
bersifat akut, subakut ataupun kronis, dengan kenaikan sel di dalam air susu dan 
perubahan fisik maupun susunan air susu, disertai atau tanpa adanya perubahan patologis
pada kelenjar.
Faktor Penyebab Mastitis
Saat periode kering adalah saat awal  bakteri penyebab mastitis menginfeksi, karena pada
saat itu terjadi hambatan aksi fagositosis dari neutrofil pada ambing. Berbagai jenis
bakteri telah diketahui sebagai agen penyebab penyakit mastitis, antara lain
Streptococcus agalactiae, Str. Disgalactiae, Str. Uberis, Str.zooepedermicus,
Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Enterobacter aerogenees dan Pseudomonas
aeroginosa.
3. Penyakit Pink Eye.
Pink Eye merupakan penyakit mata akut yang menular pada sapi, domba maupun
kambing, biasanya bersifat epizootik dan ditandai dengan memerahnya conjunctiva dan
kekeruhan mata.
Penyakit ini tidak sampai menimbulkan kematian, akan tetapi dapat menyebabkan
kerugian yang cukup besar bagi peternak, karena akan menyebabkan kebutaan,
penurunan berat badan dan biaya pengobatan yang mahal.
4. Bloat (Kembung Perut/Timpani Ruminal)
Kembung sering dijumpai pada ruminansia, baik pada sapi, kambing maupun domba.
Pada dasarnya kembung disebabkan karena ketidak-mampuan ternak menghilangkan gas
yang dihasilkan oleh rumen. Keadaan tersebut bisa menyebabkan kematian kalau tidak
segera ditangani. Kematian disebabkan oleh tertekannya diafragma dan paru-paru oleh
rumen yang mebesar akibat gas yang berlebihan.
5. Penyakit Parasit Cacing pada Ruminansia
Walaupun penyakit cacingan tidak langsung menyebabkan kematian, akan tetapi
kerugian dari segi  ekonomi dikatakan sangat besar, sehingga penyakit parasit cacing
disebut sebagai penyakit ekonomi. Kerugian-kerugian akibat penyakit cacing, antara
lain : penurunan berat badan, penurunan kualitas daging, kulit, dan jerohan, penurunan
produktivitas ternak sebagai tenaga kerja pada ternak potong dan kerja, penurunan
produksi susu pada ternak perah dan bahaya penularan pada manusia.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Proses pencernaan merupakan suatu proses yang melibatkan organ-organ


pencernaan dan kelenjar-kelenjar pencernaan. Antara proses dan organ-organ serta
kelenjarnya merupakan kesatuan sistem pencernaan. Sistem pencernaan berfungsi
memecah bahan-bahan makanan menjadi sari-sari makanan yang siap diserap dalam
tubuh.

Struktur alat pencernaan berbeda-beda dalam berbagai jenis hewan, tergantung


pada tinggi rendahnya tingkat organisasi sel hewan tersebut serta jenis makanannya. pada
hewan invertebrata alat pencernaan makanan umumnya masih sederhana, dilakukan
secara fagositosis dan secara intrasel, sedangkan pada hewan-hewan vertebrata sudah
memiliki alat pencernaan yang sempurna yang dilakukan secara ekstrasel. 

B. Saran  
Bagi siapapun yang sempat membaca makalah ini dan menemukan sesuatu yang kurang
benar mohon untuk diperbaiki.
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 2000. Sistem pencernaan makanan hewan bermamah biak,


(http://bebas.vlsm.org). Diakses tanggal 12 Maret 2009
Anonymous, 2008. Sistem pencernaan. (http://biologistaincrb.
web.id/keyword/pencernaan). Diakses tanggal 12 Maret 2009
Anonymous, 2008. Sistem digesti anakan ruminasia.
http://triakoso.wordpress.com/2008/10/29/sistem-digesti-anakan-ruminansia/.
Diakses tanggal 12 Maret 2009.
Campbell, N.A., Reece, J. B., Mitchell, L. G. 2002. Biologi , edisi Kelima, Jilid 3,
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Djuhanda, Tatang.1984.Analisa Struktur Vertebrata Jilid 2. Bandung : Armico.
Johson, Raven, 2001. Biology, sixth edition
Ville. 1988. Zoology umum Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
http://staff.unila.ac.id

Anda mungkin juga menyukai