Makalah Sistem Pencernaan Manusia Dan Hewan
Makalah Sistem Pencernaan Manusia Dan Hewan
Makalah Sistem Pencernaan Manusia Dan Hewan
DISUSUN OLEH
NIM : 2019280197
UNIVERSITAS FLORES
ENDE
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya saya diberikan kesehatan dan kesempatan sehingga bisa meyelesaikan makalah
fosiologi hewan yang berjudul “SISTEM PENCERNAAN MANUSIA DAN HEWA” ini tepat
pada waktunya.
Tak lupa saya mengucapkan banyak terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
dalam penulisan makalah ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu sehingga makalah ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Di dalam makalah ini saya menyadari banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun sangat saya harapkan agar menjadikan makalah ini lebih baik lagi. Saya
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Struktur alat pencernaan berbeda-beda dalam berbagai jenis hewan, tergantung pada tinggi
rendahnya tingkat organisasi sel hewan tersebut serta jenis makanannya. pada hewan
invertebrata alat pencernaan makanan umumnya masih sederhana, dilakukan secara fagositosis
dan secara intrasel, sedangkan pada hewan-hewan vertebrata sudah memiliki alat pencernaan
yang sempurna yang dilakukan secara ekstrasel.
Oleh sebab itu di dalam makalah ini kami akan berusaha untuk menjelaskan secara detail
tentang sistem pencernaan hewan secara umum, insya Allah.
Namun sebelum kami kami membahas tentang sistem pencernaan pada kedua hewan
tersebut, kami akan bahas terlebih dahulu tentang sistem pencernaan pada manusia berikut
organ-organ percernaan besrserta fungsinya.
B. Rumusan Masalah
1. Sistem Pencernaan pada Manusia.
2. Sistem Pencernaan pada Hewan .
C. Tujuan
1. Menjelaskan Secara detail Tentang SistemPencernaan pada manusia.
2. Menjelaskan Secara Detail Tentang Sistem Pencernaan pada Hewan.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan merupakan saluran panjang (± 25 cm) yang tipis sebagai jalan
bolus dari mulut menuju ke lambung. Bagian dalam kerongkongan senantiasa basah oleh
cairan yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar yang terdapat pada dinding kerongkongan
untuk menjaga agar bolus menjadi basah dan licin. Keadaan ini akan mempermudah
bolus bergerak melalui kerongkongan menuju ke lambung.
Bergeraknya bolus dari mulut ke lambung melalui kerongkongan disebabkan
adanya gerak peristaltik pada otot dinding kerongkongan. Gerak peristaltik dapat terjadi
karena adanya kontraksi otot secara bergantian pada lapisan otot yang tersusun secara
memanjang dan melingkar.
Proses gerak bolus di dalam kerongkongan menuju lambung Sebelum seseorang
mulai makan, bagian belakang mulut (atas) terbuka sebagai jalannya udara dari hidung.
Di kerongkongan, epiglotis yang seperti gelambir mengendur sehingga udara masuk ke
paru-paru. Ketika makan, makanan dikunyah dan ditelan masuk ke dalam kerongkongan.
Sewaktu makanan bergerak menuju kerongkongan, langit-langit lunak beserta jaringan
mirip gelambir di bagian belakang mulut (uvula) terangkat ke atas dan menutup saluran
hidung. Sementara itu, sewaktu makanan bergerak ke arah tutup trakea, epiglotis akan
menutup sehingga makanan tidak masuk ke trakea dan paru-paru tetapi makanan tetap
masuk ke kerongkongan.
3. Lambung
Lambung merupakan saluran pencernaan yang berbentuk seperti kantung, terletak di
bawah sekat rongga badan.
Lambung terdiri atas tiga bagian sebagai berikut.
a. Bagian atas disebut kardiak, merupakan bagian yang berbatasan dengan esofagus.
b. Bagian tengah disebut fundus, merupakan bagian badan atau tengah lambung.
c. Bagian bawah disebut pilorus, yang berbatasan dengan usus halus. Daerah perbatasan
antara lambung dan kerongkongan terdapat otot sfinkter kardiak yang secara refleks
akan terbuka bila ada bolus masuk. Sementara itu, di bagian pilorus terdapat otot yang
disebut sfinkter pilorus. Otot-otot lambung ini dapat berkontraksi seperti halnya otot-
otot kerongkongan. Apabila otot-otot ini berkontraksi, otot-otot tersebut menekan,
meremas, dan mencampur bolus-bolus tersebut menjadi kimus (chyme).
Sementara itu, pencernaan secara kimiawi dibantu oleh getah lambung. Getah ini
dihasilkan oleh kelenjar yang terletak pada dinding lambung di bawah fundus, sedangkan
bagian dalam dinding lambung menghasilkan lendir yang berfungsi melindungi dinding
lambung dari abrasi asam lambung, dan dapat beregenerasi bila cidera. Getah lambung
ini dapat dihasilkan akibat rangsangan bolus saat masuk ke lambung. Getah lambung
mengandung bermacam-macam zat kimia, yang sebagian besar terdiri atas air. Getah
lambung juga mengandung HCl/asam lambung dan enzim-enzim pencernaan seperti
renin, pepsinogen, dan lipase.
Asam lambung memiliki beberapa fungsi berikut.
a. Mengaktifkan beberapa enzim yang terdapat dalam getah lambung, misalnya
pepsinogen diubah menjadi pepsin. Enzim ini aktif memecah protein dalam bolus
menjadi proteosa dan pepton yang mempunyai ukuran molekul lebih kecil.
b. Menetralkan sifat alkali bolus yang datang dari rongga mulut.
c. Mengubah kelarutan garam mineral.
d. Mengasamkan lambung (pH turun 1–3), sehingga dapat membunuh kuman yang
ikut masuk ke lambung bersama bolus.
e. Mengatur membuka dan menutupnya katup antara lambung dan usus dua belas
jari.
f. Merangsang sekresi getah usus.
Enzim renin dalam getah lambung berfungsi mengendapkan kasein atau protein susu
dari air susu. Lambung dalam suasana asam dapat merangsang pepsinogen menjadi
pepsin. Pepsin ini berfungsi memecah molekul-molekul protein menjadi molekul- olekul
peptida. Sementara itu, lipase berfungsi mengubah lemak menjadi asam lemak dan
gliserol. Selanjutnya, kimus akan masuk ke usus halus melalui suatu sfinkter pilorus yang
berukuran kecil. Apabila otot-otot ini berkontraksi, maka kimus didorong masuk ke usus
halus sedikit demi sedikit.
4. Usus halus
Usus halus merupakan saluran berkelok-kelok yang panjangnya sekitar 6–8 meter,
lebar 25 mm dengan banyak lipatan yang disebut vili atau jonjot-jonjot usus. Vili ini
berfungsi memperluas permukaan usus halus yang berpengaruh terhadap proses
penyerapan makanan. Lakukan eksperimen berikut untuk mengetahui pengaruh lipatan
terhadap proses penyerapan.
Usus halus terbagi menjadi tiga bagian seperti berikut.
a. duodenum (usus 12 jari), panjangnya ± 25 cm,
b. jejunum (usus kosong), panjangnya ± 7 m,
c. ileum (usus penyerapan), panjangnya ± 1 m.
Kimus yang berasal dari lambung mengandung molekul-molekul pati yang telah
dicernakan di mulut dan lambung, molekul-molekul protein yang telah dicernakan di
lambung, molekul-molekul lemak yang belum dicernakan serta zat-zat lain. Selama di
usus halus, semua molekul pati dicernakan lebih sempurna menjadi molekul-molekul
glukosa. Sementara itu molekul-molekul protein dicerna menjadi molekul-molekul asam
amino, dan semua molekul lemak dicerna menjadi molekul gliserol dan asam lemak.
Pencernaan makanan yang terjadi di usus halus lebih banyak bersifat kimiawi.
Berbagai macam enzim diperlukan untuk membantu proses pencernaan kimiawi ini. Hati,
pankreas, dan kelenjar-kelenjar yang terdapat di dalam dinding usus halus mampu
menghasilkan getah pencernaan. Getah ini bercampur dengan kimus di dalam usus halus.
Getah pencernaan yang berperan di usus halus ini berupa cairan empedu, getah pankreas,
dan getah usus.
a. Cairan Empedu Cairan empedu berwarna kuning kehijauan, 86% berupa air, dan
tidak mengandung enzim. Akan tetapi, mengandung mucin dan garam empedu yang
berperan dalam pencernaan makanan. Cairan empedu tersusun atas bahan-bahan
berikut.
1. Air, berguna sebagai pelarut utama.
2. Mucin, berguna untuk membasahi dan melicinkan duodenum agar tidak terjadi
iritasi pada dinding usus.
3. Garam empedu, mengandung natrium karbonat yang mengakibatkan empedu
bersifat alkali. Garam empedu juga berfungsi menurunkan tegangan permukaan
lemak dan air (mengemulsikan lemak). Cairan ini dihasilkan oleh hati. Hati
merupakan kelenjar pencernaan terbesar dalam tubuh yang beratnya ± 2 kg.
Dalam sistem pencernaan, hati berfungsi sebagai pembentuk empedu, tempat
penimbunan zat-zat makanan dari darah dan penyerapan unsur besi dari darah
yang telah rusak. Selain itu, hati juga berfungsi membentuk darah pada janin atau
pada keadaan darurat, pembentukan fibrinogen dan heparin untuk disalurkan ke
peredaran darah serta pengaturan suhu tubuh.
Empedu mengalir dari hati melalui saluran empedu dan masuk ke usus halus. Dalam
proses pencernaan ini, empedu berperan dalam proses pencernaan lemak, yaitu
sebelum lemak dicernakan, lemak harus bereaksi dengan empedu terlebih dahulu.
Selain itu, cairan empedu berfungsi menetralkan asam klorida dalam kimus,
menghentikan aktivitas pepsin pada protein, dan merangsang gerak peristaltik usus.
5. Getah Pankreas
Getah pankreas dihasilkan di dalam organ pankreas. Pankreas ini berperan
sebagai kelenjar eksokrin yang menghasilkan getah pankreas ke dalam saluran
pencernaan dan sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon insulin. Hormon
ini dikeluarkan oleh sel-sel berbentuk pulau-pulau yang disebut pulau-pulau langerhans.
Insulin ini berfungsi menjaga gula darah agar tetap normal danmencegah diabetes
melitus.
Getah pankreas ini dari pankreas mengalir melaluisaluran pankreas masuk ke usus
halus. Dalam pankreas terdapat tiga macam enzim, yaitu lipase yang membantu dalam
pemecahan lemak, tripsin membantu dalam pemecahan protein, dan amilase membantu
dalam pemecahan pati.
6. Getah Usus
Pada dinding usus halus banyak terdapat kelenjar yang mampu menghasilkan
getah usus. Getah usus mengandung enzim-enzim seperti berikut.
1. Sukrase, berfungsi membantu mempercepat proses pemecahan sukrosa menjadi
glukosa dan fruktosa.
2. Maltase, berfungsi membantu mempercepat proses pemecahan maltosa menjadi dua
molekul glukosa.
3. Laktase, berfungsi membantu mempercepat proses pemecahan laktosa menjadi
glukosa dan galaktosa.
4. Enzim peptidase, berfungsi membantu mempercepat proses pemecahan peptida
menjadi asam amino.
Monosakarida, asam amino, asam lemak, dan gliserol hasil pencernaan terakhir di
usus halus mulai diabsorpsi atau diserap melalui dinding usus halus terutama di bagian
jejunum dan ileum. Selain itu vitamin dan mineral juga diserap. Vitamin-vitamin yang
larut dalam lemak, penyerapannya bersama dengan pelarutnya, sedangkan vitamin yang
larut dalam air penyerapannya dilakukan oleh jonjot usus.
Penyerapan mineral sangat beragam berkaitan dengan sifat kimia tiap-tiap mineral
dan perbedaan struktur bagian-bagian usus. Sepanjang usus halus sangat efisien dalam
penyerapan Na+, tetapi tidak untuk Cl–, HCO3–, dan ion-ion bivalen. Ion K+
penyerapannya terbatas di jejunum.
Penyerapan Fe++ terjadi di duodenum dan jejunum. Proses penyerapan di usus
halus ini dilakukan oleh villi (jonjot-jonjot usus). Di dalam villi ini terdapat pembuluh
darah, pembuluh kil (limfa), dan sel goblet. Di sini asam amino dan glukosa diserap dan
diangkut oleh darah menuju hati melalui sistem vena porta hepatikus, sedangkan asam
lemak bereaksi terlebih dahulu dengan garam empedu membentuk emulsi lemak. Emulsi
lemak bersama gliserol diserap ke dalam villi. Selanjutnya di dalam villi, asam lemak
dilepaskan, kemudian asam lemak mengikat gliserin dan membentuk lemak kembali.
Lemak yang terbentuk masuk ke tengah villi, yaitu ke dalam pembuluh kil (limfa).
Melalui pembuluh kil, emulsi lemak menuju vena sedangkan garam empedu
masuk ke dalam darah menuju hati dan dibentuk lagi menjadi empedu. Bahan-bahan
yang tidak dapat diserap di usus halus akan didorong menuju usus besar (kolon).
7. Usus besar
Usus besar atau kolon memiliki panjang ± 1 meter dan terdiri atas kolon
ascendens, kolon transversum, dan kolon descendens. Di antara intestinum tenue (usus
halus) dan intestinum crassum (usus besar) terdapat sekum (usus buntu). Pada ujung
sekum terdapat tonjolan kecil yang disebut appendiks (umbai cacing) yang berisi massa
sel darah putih yang berperan dalam imunitas.
Zat-zat sisa di dalam usus besar ini didorong ke bagian belakang dengan gerakan
peristaltik. Zat-zat sisa ini masih mengandung banyak air dan garam mineral yang
diperlukan oleh tubuh. Air dan garam mineral kemudian diabsorpsi kembali oleh dinding
kolon, yaitu kolon ascendens. Zat-zat sisa berada dalam usus besar selama 1 sampai 4
hari. Pada saat itu terjadi proses pembusukan terhadap zat-zat sisa dengan dibantu bakteri
Escherichia coli, yang mampu membentuk vitamin K dan B12. Selanjutnya dengan
gerakan peristaltik, zat-zat sisa ini terdorong sedikit demi sedikit ke saluran akhir dari
pencernaan yaitu rektum dan akhirnya keluar dengan proses defekasi melewati anus.
Defekasi diawali dengan terjadinya penggelembungan bagian rektum akibat suatu
rangsang yang disebut refleks gastrokolik. Kemudian akibat adanya aktivitas kontraksi
rektum dan otot sfinkter yang berhubungan mengakibatkan terjadinya defekasi. Di dalam
usus besar ini semua proses pencernaan telah selesai dengan sempurna.
8. Anus
Berfungsi sebagai tempat pembuangan zat sisa makanan atau feses.
Kelenjar pencernaan pada reptil meliputi hati, kantung empedu, dan pankreas.
Hati pada reptilia memiliki dua lobus (gelambirf dan berwarna kemerahan. Kantung
empedu terletak pada tepi sebelah kanan hati. Pankreas berada di antara lambung dan
duodenum, berbentuk pipih kekuning-kuningan.
A. Kesimpulan
B. Saran
Bagi siapapun yang sempat membaca makalah ini dan menemukan sesuatu yang kurang
benar mohon untuk diperbaiki.
DAFTAR PUSTAKA