Tasawuf Di Masa Nabi
Tasawuf Di Masa Nabi
Tasawuf Di Masa Nabi
Disusun Oleh:
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan limpahan rahmatnya maka kami bisa menyelesaikan sebuah
makalah dengan tepat waktu.
Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul
Tasawuf Pada Masa Nabi dan Sahabat, yang menurut kami dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan
memohon permakluman bilamana isi makalah ini ada kekurangan. Dengan ini kami
mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Allah
SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat kepada kita
semua.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Departemen Agama RI, Pengantar Ilmu Tasawuf, Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi
Agama Islam Negeri Sumatera Utara, Medan, 1981/1982. hlm. 35.
2
Ris’an Rusli, Tasawuf dan Tarekat, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013). Cet. Ke-1, hlm. 9.
1
sehari-hari terkesan amat sederhana, setelah beliau diangkat sebagai Nabi
utusan Allah pun keadaan dan cara hidup beliau masih ditandai oleh jiwa
dan suasana kerakyatan.
2. Sejarah Tasawuf Masa Sahabat
Kehidupan sahabat dan Khulafaur’rasyidin sebagai sumber ketiga tasawuf,
dalam pandangan peneliti yang objektif merupakan sumber vital yang diacu
kaum zuhud dan ahli ibadah generasi awal alam membangun pilar-pilar
kehidupan spiritual mereka. para sahabat juga mencontoh kehidupan
Rasulullah yang serba sederhana, dimana hidupnya hanya semta-mata
diabdikan kepada Allah SWT.
3. Sejarah Tasawuf Masa Tabi’in
Pada abad pertama dan kedua hijriyah ulama sufi dari kalangan tabi’in,
adalah murid dari ulama-ulama sufi dari kalangan sahabat. Selanjutnya
ajaran Tasawuf tersebar berkembang dengan cepat sejalan dengan
perkembangan Islam itu sendiri.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Ahmad Bangun Haji Nasution. Akhlak Tasawuf: Pengenalan, pemahaman, dan
Pengaplikasiannya. Jakarta: Rajawali Pers, 2013, hlm. 169.
3
lalu mengirimkan sebagian susunya untuk Rasulullah. Beliau pun memberi
kami minum dengan susu itu.” (H.R. al-Bukhari dan Muslim).4
Perlu dicatat pula memngingat nilai pentingnya bahwa Rasulullah tidak
menganggap pola makan minum sebagai kekhusuan beliau yang tidak boleh
diikuti oleh umatnya, namun. Rasulullah juga ingin agar umatnya menerapkan
pola serupa karena hal itu mengandung unsur kesederhanaan dan tidak
tenggelam dalam kenikmatan hdiup. Diriwayatkan dari Al-Hasan, ia berkata:
Rasulullah berkhutbah, lalu bersabda: “Demi Allah, tidaklah keluarga
Muhammad memasuki waktu sore dengan satu sha’ pun makanan!” Padahal di
sana ada sembilan rumah. Demi Allah, beliau tidak mengatakannya karena
menganggp remeh rezeki Allah, akan tetapi beliau ingin agar umatnya
mengikuti jejaknya.”
Apa yang diriwayatkan al-Hasan dari Rasulullah ini diperkuat oleh
hadits-hadits lain yang cukup banyak dan berstatus shahih, diantaranya hadits
yang diriwayatkan al-Maqdam bin Ma’di Yarkab. Ia berkata: Aku mendengar
Rasulullah bersabda yang artinya:
“Manusia tidak memenuhi wadah yang lebih buruk dripada perut. Cukuplah
bagi manusia beberapa suapan kecil yang dapat menegakkan tulang
punggungnya. Bila tidak dapat maka usahakanlah sepertiga untuk napasnya.”
(H.R. at-Tirmidzi)
Jadi, tidak ada seorang pun yang berhak mengajukan keberatan kepada
kaum zuhud dengan protes bahwa mereka cenderung menyiksa badan dengan
menerapkan pola makan minum sebab kehidupan Rasulullah identik dengan
pola makan yang sedemikian zuhud, apalagi beliau mengajukan umatnya agar
mengikuti jejak beliau dalam hal tersebut karena beliau tahu persis ekses
negatif yang ditimbulkan perut kenyang, dan efek positif meminimalisir
konsumsi makanan yang dapat melambungkan jia dan membebaskannya dari
jerat materi dan belenggu fisik.
4
Ibid. Tasawuf dan Tarekat, hlm. 194-195.
4
3.1 Sejarah Tasawuf Masa Sahabat
Kehidupan dan ucapan para sahabat merupakan sumber tempat
menimba para sufi. Kehidupan dan ucapan mereka penuh dengan hal-hal yang
berkaitan dengan sikap zuhd, kehidupan sederhana dan kepasrahan kepada
Allah. Rasulullah sendiri telah menegaskan betapa tingginya kedudukan para
sahabat ini, seperti sabdanya: “Para sahabatku bagaikan bintang; siapapun
siantara mereka yang kalian ikuti, niscaya kalian mendapatkan petunjuk.”5
Disini penulis hanya mengemukakan secukupnya, terutama sahabat-sahabat
besar tentang amalan-amalan dan ucapan-ucapan yang menjadi salah satu
sumber ajaran tasawuf.
5
Asmaran, Pengantar Studi Tasawuf, 1996, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Cet ke-2. hlm
215.
6
Abu Bakar Aceh, Pengantar Sejarah Sufi & Tasawuf, Ramadhani, Solo, 1984, hlm. 237-8.
5
dimilikinya tidak lebih dari satu, beliau pernah berkata: “Jika seorang hamba
begitu terpesona oleh suatu pesona dunia, Allah membencinya sampai ia
meninggalkannya. Beliau pernah memegang lidahnya seraya berkata:
“Lidah inilah yang senantiasa mengancamku.” Selanjutnya dia berkata:
“Apabila seorang hamba telah dihinggapi ‘ujub, karena suatu kemegahan
didunia ini, maka tuhan akan murka kepadanya sampai kemegahan itu
diceraikannya.”
Tentang arti takwa, yakin dan rendah hati, dapat disimak dari
ungkapannya: “Kami mendapat kedermawanan dalam takwa. Kecukupan
dalam yakin dan kehormatan dalam rendah hati, “Dam tentang ma’rifah,
beliau berkata: “Barang siapa merasakan sesuatu dan pengenalan terhadap
Allah secara murni, dia akan lupa segala sesuatu selain Allah, dan
menyendiri dari semua manusia.” Al-Junaid dalam penuturannya tentang
Abu Bakar, berkata: “Ungkapan terbaik dalam penuturannya, berkata:
“Ungkapan terbaik dalam hal tauhid ialah ucapan Abu Bakar al-Siddiq:
Maha Suci Zat yang tidak menciptakan jalan bagi makhluk untuk
mengenalNya, melainkan ketidakmamuan mengenal-Nya.”
Dalam beribadah kepada Allah SWT, karena khusyu, dan tawadhun
nya, sampai dapat dicium dari mulutnya bau limpahnya yang terbakar
karena takut kepada Allah. Pada malam hari, ia beribadah dengan membaca
Al-Qur’an sepanjang malam. Karena itu sewaktu di mekkah, kaum
musyirikin (polytheis) meminta kepada Rasulullah agar melarang beliau
membaca Al-Qur’an, karena suaranya membaca Al-Qur’an sambil
menangis itu menggoda hati mereka, terutama kaum wanita, mereka terus
berpengaruh apabila mendengar Abu Bakar membaca Al-Qur’an.
Kendatipun belm semua orang masuk islam karena mndengar bacaan Abu
Bakar, namun dapat dipahami bahwa mereka sudah menaruh rasa simpati
terhadap islam: dan kandungan Al-Qur’n tersebut sudah bersemi di lubuk
hati mereka: hanya tinggal menungggu saatnya lagi melakukan himbauan
ajaran islam tersebut.
Tatkala Abu Bakar dipilih menjadi khalifah pertama, ia
mengucapkan kata-kata menunjukkan kejujuran, keikhlasan, dan
6
kerendahan hatinya, dia berucap “Sekarang aku telah kamu angkat menjadi
kepala negara. Tetapi ketahuilah bahwa keangkatan ini kuterima, bukan
karena aku yang terbaik diantara kalian. Oleh karena itu, jika aku benar
dalam politik dan kebijaksanaan ku, sokong da bantulah aku, tetapi jika aku
salah dan menyimapng daripada ajaran daripada Allah dan sunnah Rasul,
perbaikilah kesalahanku itu. Benar itu adalah kejujuran dan dusta itu adalah
pengkhianatan. Yakinlah, orang yang lemah menjadi kuat padaku dengan
membela haknya yang benar, sebaliknya orang yang kuat akan menjadi
lemah padaku, jika ia dzholim. Waspadalah dan teruskanlah jihad kalian
dalam membela agama Tuhan.”
7
Umar bin Khattab diberi gear Amirul Mukminin, namanya harum
dan kesohor, karena beliau dapat mengikis secara tuntas tradisi-tradisi
mereka yang bertentangan dengan ajaran islam; dan juga karena melakukan
ijtihad, mengadakan terobosan-terobosan baru dalam memahami dan
menafsirkan nas-nas agama sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman
yang tidak keluar dari prinsip dan spirit Islam itu sendiri.
Kendatipun Umra seorang khalifah dengan kekayaan negara yang
berlimpah ruah, beliau tidak pernah tergiur oleh kekayaan uniawi itu. Dalam
hal ini, barangkali perlu dikutip ucaopan Talhah bin Abdullah, katanya:
“Umar bukanlah termasuk orang yang paling awal berhijrah. Tetapi beliau
adalah orang yang paling kurang perhatiannya terhadap maslah duniawi,
dan yang paling besar perhatiannya terhadap masalah akhirat, diantara
kami.” Dalam keterangannya tentang peneladanan para sufi terhadap Umar
bin Khattab, al-Tusi menulis:
"Dalam berbagai hal para sufi banyak meneladani Umar.
Diantaranya ialah sifatnya yang memakai pakaian bertambal, sikapnya yang
tegas, tindkannya dalam meninggalkan hawa nafsu, tindakannya dalam
meninggalkan ha-hal yang meragukan (syubhat), kekeramatan yang
dimilikinya, ketegarannya terhadap yang salah ketiak kebenaran telah
tampak, ketangguhannya dalam menegakkan kebenaran, tindakannya dalam
meyamaratakan hak-hak orang yang dekat ataupun jauh keteguhannya yang
tak tergoyahkan dalam ketaatan.”7
Salah satu contoh keteguhan Umar dalam memegang prinsip
hidupnya dalam menegakkan ajaran agama, ia tidak hanya berlaku tegas
kepada orang lain, tetapi juga terhadap keluarganya sendiri. Diriwayatkan
bahwa pada suatu peristiwa, ia pernah melihat seorang anaknya memakan
sarida dengan daging, lalu anak tersebut dipukul dengan tongkatnya yang
pendek eraya berkata kepada anaknya itu: “Makanan ini tidak saya
haramkan, tetapi saya larang untuk diri saya dan anak-anak saya karena
tempat tumbuh fitnah di dalam syahwat makanan, “Demikianlah sebagian
7
Ibid. Pengantar Tasawuf dan Tarekat. hlm. 222.
8
dari kehidupan Umar bin Khattab; disamping sebagai pelaksana dalam
pemerintahan, juga sebagai pemimpin hidup kerohanian yang sangat
bersahaja dan sederhana, sehingga kesedernahaan, keadilan, keteguhan dan
ketegaran Umar bin Khattab itu dipandang oleh kaum sufi sebagai teladan
mereka.
8
Hasan Ibrahim Hasan. Tarikh al-Islam I, Maktab al-Nahdah al-Misriyah, Cairo, 1979, hlm.
256.
9
Ibid, Al-Taftazani, hlm. 52.
9
dari yang dipertuannya, akan melalaikan surat itu. Hendaklah senantiasa
dibaca supaya segala isi surat itu dapat diamalkan.”
Diantara ucapan-ucapan Usman bin Affan yang menggambar ajaran
tasawuf, adalah: “Aku dapatkan kebajikan terhimpun dalam empat hal.
Pertama, cinta kepada Allah. Kedua, sabar dalam melaksanakan hukum-
hukum Allah. Ketiga, reda alam menerima takdir (ketentuan) Allah. Dan
keempat, malu terhadap pandangan Allah.
Maka jelas disisni, kata al-Taftazani, beliau mengemukakan empat
muqamat dari maqamat perjalanan rohaniah (suluk0, yaitu cinta, sabar, reda
dan malu kepada Allah SWT.10
10
Ibid, Al-Taftazani, hlm. 53
11
Hamka, Tasawuf Perkembangan dan Pemurniannya, Pustaka Panjimas, Jakarta, 1984,
hlm.34.
10
tauhid, ma’rifah, iman. Ilmu dan lain sebagainya sera sifat-sifat terpuji, yang
menjadi panutan dan teladan bagi para sufi.
Sikap zuhd Ali bin Abi Thalib boleh jadi merupakan dampak dari
didikan Rasulullah SAW kepada keluarganaya. Nabi pernah meminta
seorang menegur Ali yang membawa pulang belanjaan yang agak mewah
ke ruamh isternya, dengan memperingatkan bahwa orang-orang suffah
terdiri dari orang-orang miskin dan tidak cukup makan. Anaknya fatimah,
isteri Ali bin Abi Thalib itu, dibiarkan bekerja sendiri, menimba dan
menyapu, mencari kayu api dan pekerjaan-pekerjaan yang lain. Tatkala
anaknya itu meminta seorang tawanan perang untuk membantunya dirumah,
Nabi pun menjawab dengan marah, bahwa tawanan perang itu bukanlah
untuk dijadikan budak. Dengan demikian, sahabat ini sangat dekat dengan
Rasulullah SAW, karena sangat dekatnya hubungan darah dan hubungan
perkawinan dengan Nbi. Dan oleh karena itu, beliau dipandang oleh ahli
sufi sebagai orag yang banyak menerima ilmu-ilmu yang istimewa langsung
dari Nabi yang tidak diberikan kepada orang lain.
11
BAB III
PEMUTUP
4.1 Kesimpulan
Sejarah perkembangan tasawuf masa Rasul, beliau berkahalwat di Gua
Hira bersama Abu bakar, memperbanyak berdzikir dan mendekatkan diri
kepada Allah SWT. Bertujuan untuk mendekatkan manusia sedekat mungkin
dengan membersihkan jiwanya sebersih mungkin dan menghiasi diri dengan
akhlak yang terpuji. Lalu berdakwah sedikit demi sedikit dakwah itu diterima
oleh para sahabat yang tertarik dengan ajaran Rasul dan mengakui bahwa
ajaran yang dibawa oleh Rasul adalah ajaran yang benar.
Sahabat ialah mereka yang mengenal dan melihat langsung Nabi
Muhammad, membantu perjuangannya dan meninggal dalam keadaan muslim.
Beberapa sahabat yang mencontoh kehidupan sederhana Rasul dan tergolong
sufi di abad pertama, juga berfungsi maha guru bagi pendatang dari luar kota
madinah, yang tertarik pada kehidupan sufi antara lain: Abu Bakar Shiddiq,
Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.
Ajaran tasawuf pada masa Tabi’in adalah perkembangan Ilmu Tasawuf
pada masa setelah Rasullah SAW, yaitu masa-masa dimana orang-orang masih
berjumpa dengan sahabat yang tentunya telah melihat Rasulullah secara
langsung. periode Tabi’in muncul (abad ke-1 dan ke-2 H). tokoh-tokoh tabi’in
antara lain: Al-Hasan Al-Bashri, Sufyan bin Sa’id Ats-Tsuri, Rabi’ah
Adawiyah.
12
DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar Aceh. 1987. Sejarah Sufi dan Tasawuf. Solo: Ramadhani.
Abu Bakar Aceh. 1996. Pengantar Ilmu Tarekat. Solo: Ramadhani.
Ahmad Bangun Haji Nasution. 2013. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Rajawali Pers.
Departemen Agama RI. 1981/1982. Pengantar Ilmu Tasawuf. Medan: Proyek
Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam.
Hamka. 1984. Tasawuf Perkembangan dan Pemurniannya. Jakarta: Pustaka
Panjimas.
Hasan Ibrahim Hasan. 1979. Tarikh al-Islam. I. Cairo: Maktab al-Nahdah al-
Misriyah.
Ris’an Rusli. 2013. Tasawuf dan Tarekat. Jakarta: Rajawali Pers.
13