Tugas Mini Riset Dan Rekayasa Ide Evaluasi Hasil Belajar
Tugas Mini Riset Dan Rekayasa Ide Evaluasi Hasil Belajar
Tugas Mini Riset Dan Rekayasa Ide Evaluasi Hasil Belajar
Disususn oleh :
FAKULTAS TEKNIK
25 MEI 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, nikmat serta karunia -
Nya yang tak ternilai dan tak dapat dihitung. Sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan Mini Riset ini. baik bentuk dan isinya yang sederhana tepat pada
waktunya. Mini Riset ini membahas tentang analisis butir soal dari siswa SMK N 2
Medan, mini riset ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Hasil Belajar.
Mini Riset ini berisi tentang bagaimana Analisa butir soal terhadap kemampuan siswa
SMK N 2. Diharapkan Mini Riset ini dapat memberikan manfaat dan informasi kepada
siapapun yang membacanya, terlebih untuk penulis supaya penulis dapat lebih
berkembang lagi.
Tiada gading yang tak retak, saya menyadari bahwa Mini Riset ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun demi kesempurnan penulisan maupun isi dari Proposal
Penelitian ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas partisipasinya
dalam membantu proses penyusunan Proposal Penelitian ini.
penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Ketiga aspek ini saling berkaitan satu sama lain. Tujuan pendidikan menjadi
dasar dalam mendesain belajar dan menentukan alat serta prosedur evaluasi.
Pengalaman belajar merupakan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan siswa agar
dapat mencapai tujuan pendidikan, sedangkan untuk mengukur seberapa jauh tujuan
pendidikan telah dicapai dalam belajar dapat diperiksa melalui evaluasi. Dalam dunia
pendidikan kegiatan evaluasi sering dilakukan karena selama periode pendidikan
berlangsung orang perlu mengetahui hasil atau prestasi yang telah dicapai baik
pendidik maupun peserta didik.
Dalam dunia pendidikan, sangat penting untuk mengetahui kemajuan yang
dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran selama beberapa
kurun waktu. Salah satu upaya untuk mengetahui kemajuan peserta didik tersebut
adalah dengan memberikan seperangkat tes atau biasa disebut evaluasi. Hal ini yang
diharapkan akan bisa mengukur sejauh mana penguasaan peserta didik terhadap
materi yang telah disampaikan dan ketepatan metode mengajar yang digunakan oleh
pendidik. Dengan informasi yang didapat dari evaluasi tersebut, pendidik dapat
menentukan langgkah yang tepat untuk tindakan selanjutnya dan juga bisa memotivasi
peserta didik agar meningkatkan prestasi mereka. Hal tersebut selaras dengan
pengertian evaluasi seperti yang dirumuskan oleh Norman E. Gronlund dan dikutip oleh
Ngalim Purwanto ( 1992 : 3 ) yaitu suatu proses yang sistematis untuk menentukan
atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan – tujuan pengajaran telah dicapai
siswa.
Salah satu syarat dalam melakukan evaluasi hasil belajar ialah isi tes harus
mencakup aspek – aspek pencapaian yang akan dievaluasi, dalam hal ini yang
dievaluasi adalah siswa. Sehingga tujuan utama diadakannya evaluasi bisa tercapai
dan mendapat hasil yang akurat dan sesuai. Menurut Anas Sudijono ( 2007 : 31 )
evaluasi belajar yang baik adalah yang berpegang pada prinsip komprehensif yaitu
dilakukan secara bulat, utuh menyeluruh sehingga diperoleh informasi yang lengkap
mengenai keadaan dan perkembangan peserta didik. Kemudian prinsip
kesinambungan, yaitu dilakukan secara kontinyu untuk memperoleh kepastian dan
kemantapan dalam menentukan langkah selanjutnya agar tujuan pengajaran dapat
dicapai sebaik – baiknya. Terakhir adalah prinsip obyektivitas. Obyektivitas ini
berhubungan dengan evaluator. Seorang evaluator harus selalu bertindak wajar dan
menurut keadaan yang sebenarnya untuk menjaga keaslian dan kemurnian hasil
evaluasi. Oleh karena itu, untuk melakukan evaluasi perlu dilakukan bermacam –
macam cara atau bahan, berbentuk tes maupun berbentuk lainnya. Cara apapun yang
dipergunakan untuk mengumpulkan informasi atau bahan evaluasi, harus selalu
memperhitungkan reliabilitas dan validitas yang masih perlu dikaji dan diyakinkan. Hal
ini dilakukan agar evaluasi lebih cermat dan dapat dipercaya. Tindakan ini penting
mengingat dapat diketahui kemampuan siswa sebagai salah satu tolak ukur
keberhasilan proses belajar mengajar yang dilaksanakan di sekolah khususnya di
kelas. Siswa yang berkemampuan tinggi ataupun siswa yang berkemampuan rendah
akan dapat dibedakan dengan adanya evaluasi, karena itu alat untuk mengumpulkan
informasi atau bahan evaluasi ini tidak dapat dibuat asal – asalan.
Dari uraian latar belakang di atas, diketahui bahwa keberhasilan penilaian hasil
belajar dapat diukur pada baik buruknya soal yang digunakan. Soal harus memenuhi
syarat – syarat tertentu seperti valid, reliabilitas, ekonomis, objektif, dan praktis. Soal
yang baik, sulit untuk membuatnya dan memakan banyak waktu.
Soal Mata Diklat Pemeliharaan Mesin Kendaraan Ringan yang kami uji di SMK
Negeri 2 Medan belum diketahui kualitasnya, yaitu apakah sudah memenuhi criteria
sebagai soal yang baik atau belum. Untuk itu dapat didefinisikan apakah butir soal Mata
Diklat Pemeliharaan Mesin Kendaraan Ringan yang saya uji memenuhi criteria tingkat
kesukaran soal, daya pembeda, penyebaran jawaban soal, validitas, reliabilitas, dan
standard error of measurement sehinggga merupakan soal yang baik.
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian terhadap uji soal Mata
Diklat Pemeliharaan Mesin Kendaraan Ringan Kelas XI Semester 1 Paket Keahlian
Teknik Kendaraan Ringan dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut :
1. Berapakah tingkat kesukaran masing – masing butir soal Mata Diklat
Pemeliharaan Mesin Kendaraan Ringan ?
2. Berapakah daya pembeda masing – masing butir soal Mata Diklat Pemeliharaan
Mesin Kendaraan Ringan ?
3. Berapakah reliabilitas secara keseluruhan butir soal Mata Diklat Pemeliharaan
Mesin Kendaraan Ringan ?
4. Berapakah validitas masing – masing butir soal Mata Diklat Pemeliharaan Mesin
Kendaraan Ringan ?
5. Bagaimanakah penyebaran jawaban setiap butir soal Mata Diklat Pemeliharaan
Mesin Kendaraan Ringan ?
6. Berapakah standard error of measurement masing – masing buti soal Mata
Diklat Pemeliharaan Mesin Kendaraan Ringan ?
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan mini riset terhadap soal
Mata Diklat Pemeliharaan Mesin Kendaraan Ringan Kelas XI Semester 1 Paket
Keahlian Teknik Kendaraan Ringan yang saya uji di SMK Negeri 2 Medan untuk
mengetahui :
1. Tingkat kesukaran masing – masing butir soal Mata Diklat Pemeliharaan Mesin
Kendaraan Ringan.
2. Tinggi rendahnya daya pembeda masing – masing butir soal Mata Diklat
Pemeliharaan Mesin Kendaraan Ringan.
3. Tinggi rendahnya reliabilitas soal secara keseluruhan yang terdapat di soal Mata
Diklat Pemeliharaan Mesin Kendaraan Ringan.
4. Tinggi rendahnya validitas masing – masing butir soal yang terdapat dalam soal
Mata Diklat Pemeliharaan Mesin Kendaraan Ringan.
5. Penyebaran jawaban soal dalam soal Mata Diklat Pemeliharaan Mesin
Kendaraan Ringan.
6. Standar error of measurement dalam soal Mata Diklat Pemeliharaan Mesin
Kendaraan Ringan.
Manfaat mini riset sangat banyak terutama bagi mahasiswa, karena Mini Riset
tidak sembarangan diciptakan. Semuanya pasti mempunyai arti tersendiri, seperti Mini
Riset ini. Manfaatnya tidak bisa disebutkan satu persatu, kita hanya akan membahas
yang penting saja yaitu untuk memahami bahwa dalam pembuatan suatu soal evaluasi
harus sesuai dengan syarat – syarat tertentu dan criteria seperti tingkat kesukaran soal,
daya pembeda, penyebaran jawaban soal, validitas, reliabilitas, dan standard error of
measurement sehinggga merupakan soal yang baik.
BAB II
KERANGKA TEORI
Secara jelas misi dan tujuan Sekolah Menengah Kejuruan disebutkan dalam PP
No. 29 Tahun 1990, antara lain :
1. Mempersiapkan siswa untuk memasuki dunia kerja atau lapangan kerja serta
mengembangkan sikap professional.
2. Mempersiapkan siswa agar mampu memilih karir, mampu berkompetisi dan
mampu mengembangkan diri.
3. Menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan dunia kerja
atau dunia industry pada masa sekarang dan masa yang akan dating.
4. Mempersiapkan tamatan agar menjadi warga negara yang produktif, adaptif, dan
kreatif.
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang yang terjadi melalui
latihan dan pengalaman dan dapat diamati secara langsung sehingga apabila
mengalami suatu masalah dapat memahami maknanya dan menyelesaikannya dengan
sadar dan bertujuan.
1. Faktor internal ( factor dari dalam siswa ), yakni keadaan atau kondisi jasmani
dan rohani siswa.
2. Faktor eksternal ( factor dari luar siswa ), yakni kondisi di sekitar siswa, seperti
guru, lingkungan belajar, fasilitas fisik, dan lain – lain.
3. Faktor pendekatan belajar ( approach to learning ), yakni jenis upaya belajar
siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan
kegiatan pembelajaran materi – materi pelajaran.
Pengertian tes menurut Muhibbin Syah ( 1995 : 141 ) ialah alat ukur yang banyak
digunakan untuk menentukan taraf keberhasilan sebuah proses belajar – mengajar atau
untuk menentukan taraf keberhasilan sebuah program pengajaran. Sementara itu,
istilah evaluasi biasanya digunakan untuk menilai hasil pembelajaran para siswa pada
akhir jenjang pendidikan tertentu, seperti ulangan semester dan mid semester.
Ada beberapa tujuan dilakukannya evaluasi, seperti dikemukakan oleh Muhibbin
Syah ( 1995 : 142 ) yaitu :
1. Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu
kurun waktu proses belajar tertentu.
2. Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa dalam kelompok
kelasnya.
3. Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar.
4. Untuk mengetahui hingga sejauh mana siswa telah mendayagunakan kapasitas
kognitifnya ( kemampuan kecerdasan yang dimilikinya ).
5. Untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang
telah digunakan guru dalam proses belajar mengajar ( PBM ).
Di samping memiliki tujuan, evaluasi belajar juga memiliki fungsi – fungsi sebagai
berikut :
1. Fungsi administrative untuk penyusunan daftar nilai dan pengisian buku raport.
2. Fungsi promosi untuk menetapkan kenaikan atau kelulusan.
3. Fungsi diagnostic untuk mengidentifikasi kesulitan belajar siswa dan
merencanakan program remedial teaching ( pengajaran perbaikan ).
4. Sumber daya BP untuk memasok data siswa tertentu yang memerlukan
bimbingan dan penyuluhan ( BP ).
5. Bahan pertimbangan pengembangan pada masa yang akan dating yang meliputi
pengembangan kurikulum, metode, dan alat – alat PBM.
( Muhibbin Syah 1995 : 143 )
Evaluasi merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan oleh
seorang guru dalam kegiatan pembelajaran. Dengan mengadakan evaluasi, guru akan
mengetahui perkembangan hasil belajar, intelegensi, bakat khusus, minat, hubungan
social, sikap, dan kepribadian siswa atau peserta didik sehingga mereka lebih dapat
terarah menjadi lebih baik
2.5 Alat Ukur Evaluasi yang Digunakan
Pemilihan alat ukur evaluasi ini harus disesuaikan dengan metode yang
digunakan. “ Alat ukur evaluasi yang berhubungan dengan hasil belajar mengajar dan
belajar disebut achievement test atau tes hasil belajar “ ( Ngalim Purwanto 1992 : 33 ).
Tes hasil belajar ini digunakan untuk menilai hasil – hasil pelajaran yang telah diberikan
oleh guru kepada peserta didik dalam kurun waktu tertentu.
Sumadi Suryabrata ( 1997 : 2 ) dalam salah satu bukunya mengemukakan tahap
– tahap dalam merencana dan menyusun tes sehingga menjadi tes yang baik. Empat
tahap tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pengembangan spesifikasi tes
Mencakup hal – hal penting yaitu : menentukan tujuan, penyusunan kisi – kisi
soal, memilih tipe – tipe soal, merencanakan taraf kesukaran soal, merencanakan
banyak sedikitnya soal dan merencanakan jadwal penerbitan soal.
2. Penulisan soal
Soal ditulis setelah penyusunan kisi – kisi soal tes ( pengembangan spesifikasi
tes ) selesai. Ada baiknya jika dibiasakan menulis soal setelah pokok bahasan selesai
diajarkan. Ini dimaksudkan untuk menghindari penumpukan pekerjaan menulis soal
menjelang evaluasi dilaksanakan. Jumlah soal yang ditulis sebaiknya juga lebih banyak
dari jumlah yang tercantum pada kisi tes.
3. Penelaahan soal
Setelah soal – soal yang direncanakan dalam kisi tes selesai ditulis, maka soal –
soal itu perlu ditelaah untuk menimbang apakah soal – soal itu telah memenuhi syarat –
syarat yang ditentukan. Syarat – syarat yang dituntut misalnya : apakah soal tersebut
jelas mengukur jenjang kemampuan yang sesuai dengan tujuan instruksional khusus
atau tujuan evaluasi ( kesahihan isi dan susunan ).
Alat pengukuran hasil belajar yang baik mengukur sesuai dengan kemampuan
siswa yang sebenarnya, sehingga diperlukan alat ukur yang baik. Soal yang baik harus
valid, reliable, objektif, praktis, dan ekonomis. Selain itu masing – masing soal juga
harus memenuhi syarat daya beda, taraf kesukaran, dan distribusi jawaban seperti
yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto ( 1997 : 211 ).
Analisis butir soal bertujuan untuk mengetahui validitas empiris maupun validitas
isi yang berupa kebenaran konsep, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda serta
kebenaran konstruksinya yang dilakukan dengan cara memperbaiki, menyeleksi,
mengganti, atau merevisi.
Seperti yang telah dikemukakan di atas, bahwa suatu soal dikatakan baik jika
memenuhi syarat validitas, reliabilitas, obyektivitas, praktibilitas, dan ekonomis. Soal
yang baik juga memenuhi syarat daya pembeda, taraf kesukaran, distribusi jawaban,
dan kesalahan baku pengukuran. Keterangan dari masing – masing maupun butir yang
baik adalah sebagai berikut :
1. Validitas
Suatu soal disebut valid jika soal tersebut betul – betul mengukur apa yang
seharusnya diukur. Rumusnya adalah
Soal bentuk pilihan ganda :
3. Daya Pembeda
Daya pembeda butir soal merupakan kemampuan suatu butir dalam
membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan yang berkemampuan
rendah. Rumusnya adalah
Soal bentuk pilihan ganda :
4. Tingkat Kesukaran
Butir soal juga harus memenuhi taraf kesukaran tertentu. Soal yang baik adalah
soal yang tidak terlalu mudah maupun tidak terlalu sukar. Rumusnya adalah
Soal bentuk pilihan ganda :
2. Menentukan Signifikansi
BAB III
Desain pada mini riset ini menggunakan rancangan penelitian satu cuplikan
dengan 6 ( enam ) variable, yaitu validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat
kesukaran, penyebaran jawaban soal, dan standard error of measurement ( kesalahan
baku pengukuran ). Sedangkan satu cuplikan tersebut adalah soal uji Mata Diklat
Pemeliharaan Mesin Kendaraan Ringan Kelas XI Semester 1 Paket Keahlian Teknik
Kendaraan Ringan yang di ujikan di SMK Negeri 2 Medan.
Di dalam melakukan mini riset ini, identitas sekolah yang saya teliti adalah :
Metode pengumpulan data yang peneliti lakukan di dalam melakukan mini riset
ini adalah :
3.4.1 Metode Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal katanya “ dokumen “, yang artinya barang – barang
tertulis ( Arikunto 2010 : 201 ). Peneliti mengaplikasikan metode ini dalam mini riset
dengan mengumpulkan data – data seperti nama – nama siswa, RPP, Silabus, dan
beberapa hal lain yang mendukung mini riset.
3.4.2 Metode Tes
Metode tes merupakan cara perolehan data yang dilakukan dengan menguji
kemampuan individu. Diartikan tersebut karena makna dari tes adalah serentetan
pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan intelegensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu ( Arikunto
2010 : 193 ). Tes yang digunakan dalam mini riset ini berupa pilihan ganda ( multiple
choice ) dan tes uraian ( essay test ).
3.5 Instrumen Mini Riset
Instrumen dalam penelitian kuantitatif dapat berupa test, pedoman wawancara,
pedoman observasi, dan kuesioner ( Sugiyono 2010 : 305 ). Pada mini riset ini, peneliti
menggunakan soal test berbentuk pilihan ganda dan uraian yang mencakup materi
pada Mata Diklat Pemeliharaan Mesin Kendaraan Ringan Kelas.
3.6 Metode Analisis Data Mini Riset
Sebelum data yang diperoleh di analisis, semua lembar jawaban soal uji yang
diperoleh terlebih dahulu tersebut ditabulasikan dalam bentuk table. Data yang
terkumpul di analasis secara deskriptif kuantitatif. Untuk soal objektif, skor 1 ( satu )
diberikan kepada setiap jawaban yang benar, sedangkan untuk jawaban yang salah
diberi skor 0 ( nol ). Langkah selanjutnya, hasil tersebut dikelompokkan menjadi
kelompok atas dan kelompok bawah. Untuk soal uraian, skor diberikan berdasarkan
dari bobot soal, hitung persen jawaban peserta didk dari setiap soal, konfirmasikan skor
yang diperoleh peserta didik dengan bobot soal untuk mendapat nilai dari masing –
masing soal ( bila soal lebih dari satu ), gabungkan nilai peserta didik dari seluruh soal.
BAB IV
1. Azmi 5 10 10 0 0 25
2. Ari Bahrum Syah 0 0 0 0 0 0
3. Syawal Abdi Rangkuti 10 10 0 0 0 20
4. Yoga Rohan Oktori 10 15 10 20 0 55
5. Aryo Arinugroho 0 0 0 0 0 0
6. Jeki Saputra 5 10 10 0 0 25
7. Wahyu Fadillah 5 10 10 10 0 35
8. Wahyu Iqbal 10 10 10 10 0 40
9. Priagi Hidayah 5 10 10 0 0 25
10. Rizaldi 10 10 10 10 0 40
11. Rahmad Affandi 10 10 10 10 0 40
12. Zul Fakri 10 15 20 10 20 75
13. Abdi Nanang 0 0 0 0 0 0
14. Arnol Pandapotan 5 10 10 10 0 35
15. Nurhadiansyah 10 10 10 10 0 40
16. Deny Ibrahim 10 10 10 10 0 40
17. Dicky Jhon 0 10 10 10 0 30
18. Bima Satria 10 10 10 0 0 30
19 Rizky Chairuddin 0 0 0 0 0 0
1.
2.
3.
4.
5.
1. Zul Fakri ( 75 )
2. Yoga Rohan Oktori ( 55 )
3. Wahyu Iqbal ( 40 )
4. Rizaldi ( 40 )
5. Rahmad Affandi ( 40 )
6. Nurhadiansyah ( 40 )
7. Deny Ibrahim ( 40 )
8. Wahyu Fadillah ( 35 )
9. Arnol Pandapotan ( 35 )
1. Azmi ( 25 )
2. Jeki Saputra ( 25 )
3. Priagi Hidayah ( 25 )
4. Ari Bahrum Syah ( 0 )
5. Syawal Abdi Rangkuti ( 20 )
6. Aryo Arinugroho ( 0 )
7. Abdi Nanang ( 0 )
8. Rizky Chairuddin ( 0 )
Sedangkan untuk siswa yang bernama Dicky Jhon ( 30 ) dan Bima Satria ( 30 )
tidak termasuk dalam kelompok atas maupun kelompok bawah, karena jumlah skor
mereka mendekati atau dekat dengan nilai rata – rata dari keseluruhan siswa ( 29,21 ).
Rumus untuk mencari daya pembeda dari tiap soal adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
4.1.3 Validitas
1. Azmi 5 10 10 0 0 25
2. Ari Bahrum Syah 0 0 0 0 0 0
3. Syawal Abdi Rangkuti 10 10 0 0 0 20
4. Yoga Rohan Oktori 10 15 10 20 0 55
². Aryo Arinugroho 0 0 0 0 0 0
6. Jeki Saputra 5 10 10 0 0 25
7. Wahyu Fadillah 5 10 10 10 0 35
8. Wahyu Iqbal 10 10 10 10 0 40
9. Priagi Hidayah 5 10 10 0 0 25
10. Rizaldi 10 10 10 10 0 40
11. Rahmad Affandi 10 10 10 10 0 40
12. Zul Fakri 10 15 20 10 20 75
13. Abdi Nanang 0 0 0 0 0 0
14. Arnol Pandapotan 5 10 10 10 0 35
15. Nurhadiansyah 10 10 10 10 0 40
16. Deny Ibrahim 10 10 10 10 0 40
17. Dicky Jhon 0 10 10 10 0 30
18. Bima Satria 10 10 10 0 0 30
19 Rizky Chairuddin 0 0 0 0 0 0
1. 5 25 25 625 125
2. 0 0 0 0 0
3. 10 100 20 400 200
4. 10 100 55 3025 550
5. 0 0 0 0 0
6. 5 25 25 625 125
7. 5 25 35 1225 175
8. 10 100 40 1600 400
9. 5 25 25 625 125
10. 10 100 40 1600 400
11. 10 100 40 1600 400
12. 10 100 75 5625 750
13. 0 0 0 0 0
14. 5 25 35 1225 175
15. 10 100 40 1600 400
16. 10 100 40 1600 400
17. 0 0 30 900 0
18. 10 100 30 900 300
19. 0 0 0 0 0
2. Untuk Butir Soal Nomor 2
No.
No.
No.
1. 0 0 25 625 0
2. 0 0 0 0 0
3. 0 0 20 400 0
4. 20 400 55 3025 1100
5. 0 0 0 0 0
6. 0 0 25 625 0
7. 10 100 35 1225 350
8. 10 100 40 1600 400
9. 0 0 25 625 0
10. 10 100 40 1600 400
11. 10 100 40 1600 400
12. 10 100 75 5625 750
13. 0 0 0 0 0
14. 10 100 35 1225 350
15. 10 100 40 1600 400
16. 10 100 40 1600 400
17. 10 100 30 900 300
18. 0 0 30 900 0
19. 0 0 0 0 0
No.
1. 0 0 25 625 0
2. 0 0 0 0 0
3. 0 0 20 400 0
4. 0 0 55 3025 0
5. 0 0 0 0 0
6. 0 0 25 625 0
7. 0 35 1225 0
8. 0 0 40 1600 0
9. 0 0 25 625 0
10. 0 0 40 1600 0
11. 0 0 40 1600 0
12. 20 400 75 5625 1500
13. 0 0 0 0 0
14. 0 0 35 1225 0
15. 0 0 40 1600 0
16. 0 0 40 1600 0
17. 0 0 30 900 0
18. 0 0 30 900 0
19. 0 0 0 0 0
Sedangkan untuk mencari signifikansinya kita menggunakan rumus :
1.
2.
3.
4.
5.
4.1.4 Reliabilitas
Di mana :
1.
2.
3.
4.
5.
Setelah di dapat maka kita langsung menghitung nya memakai rumus
seperti yang disebutkan pertama yaitu :
4.2 TELAAH BUTIR SOAL PILIHAN GANDA SECARA KUANTITATIF
1. 11. 21.
2. 12. 22.
3. 13. 23.
4. 14. 24.
5. 15. 25.
6. 16. 26.
7. 17. 27.
8. 18. 28.
9. 19. 29.
Berdasarkan nilai rata – rata dari seluruh jumlah siswa ( 57,54 ), maka dapat
ditentukan siapa saja siswa yang termasuk dalam kelompok atas maupun kelompok
bawah.
1. Rahmad ( 83,33 )
2. Priagi ( 83,33 )
3. Rizaldi ( 80 )
4. Yoga ( 76,66)
5. Aryo ( 70 )
6. Syawal ( 66,66 )
7. Zul Fakri ( 63,33 )
1. Nurhadiansyah ( 53,33 )
2. Arnol ( 53,33 )
3. Wahyu Fadillah (53,33 )
4. Ari Bahrum ( 53,33 )
5. Deny ( 50 )
6. Rizky ( 46,66 )
7. Wahyu Iqbal ( 46,66 )
8. Jeki ( 46,66 )
9. Azmi ( 43,33 )
10. Bima ( 40 )
11. Abdi ( 26,66 )
Sedangkan untuk siswa yang bernama Dicky Jhon ( 56,66 ) tidak termasuk
dalam kelompok atas maupun kelompok bawah, karena jumlah skornya mendekati
atau dekat dengan nilai rata – rata dari keseluruhan siswa ( 57,54 ).
1. 6. 11.
2. 7. 12.
3. 8. 13.
4. 9. 14.
5. 10. 15.
1. 11.
2. 12.
3. 13.
4. 14.
5. 15.
6. 16.
7. 17.
8. 18.
9. 19.
Di mana :
Karena jumlah siswa yang saya uji < 30, maka untuk menentukan signifikansinya
saya menggunakan rumus :
Di mana :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
4.2.4 Reliabilitas
No. Siswa
Nomor Nomor
Soal Soal
1. 0,94 0,06 0,056 16. 0,94 0,06 0,056
2. 0,57 0,43 0,245 17. 0,36 0,64 0,230
3. 0,94 0,06 0,056 18. 0,21 0,79 0,165
4. 0,47 0,53 0,249 19. 0,26 0,,74 0,192
5. 0,31 0,69 0,213 20. 1 0 0
6. 0,78 0,22 0,171 21. 0,84 0,16 0,134
7. 0,52 0,48 0,249 22. 0,94 0,06 0,056
8. 0,73 0,27 0,197 23. 0,10 0,90 0,090
9. 0,84 0,16 0,134 24. 0,63 0,37 0,233
10. 0,68 0,32 0,217 25. 0,73 0,27 0,197
11. 0,21 0,79 0,165 26. 0,10 0,90 0,090
12. 0,84 0,16 0,134 27. 0,21 0,79 0,165
13. 0,36 0,64 0,230 28. 0,84 0,16 0,134
14. 0,52 0,48 0,249 29. 0,15 0,85 0,127
15. 0,63 0,37 0,233 30. 0,21 0,79 0,165
Indeks Pengecoh bekerja dengan baik jika dipilih oleh 5 % dari jumlah peserta.
1. Alternatif Jawaban A B C D E
Distribusi Jawaban 1 0 18 0 0
IP Indeks Pengecoh Tidak Bekerja Dengan Baik
2. Alternatif Jawaban A B C D E
Distribusi Jawaban 0 11 1 3 4
IP Indeks Pengecoh Tidak Bekerja Dengan Baik
3. Alternatif Jawaban A B C D E
Distribusi Jawaban 1 18 0 0 0
IP Indeks Pengecoh Tidak Bekerja Dengan Baik
4. Alternatif Jawaban A B C D E
Distribusi Jawaban 4 9 5 1 0
IP Indeks Pengecoh Tidak Bekerja Dengan Baik
5. Alternatif Jawaban A B C D E
Distribusi Jawaban 6 0 5 2 6
IP Indeks Pengecoh Tidak Bekerja Dengan Baik
6. Alternatif Jawaban A B C D E
Distribusi Jawaban 1 16 2 0 0
IP Indeks Pengecoh Tidak Bekerja Dengan Baik
7. Alternatif Jawaban A B C D E
Distribusi Jawaban 13 2 3 1 0
IP Indeks Pengecoh Tidak Bekerja Dengan Baik
8. Alternatif Jawaban A B C D E
Distribusi Jawaban 14 2 3 0 0
IP Indeks Pengecoh Tidak Bekerja Dengan Baik
9. Alternatif Jawaban A B C D E
Distribusi Jawaban 0 15 0 0 4
IP Indeks Pengecoh Tidak Bekerja Dengan Baik
10. Alternatif Jawaban A B C D E
Distribusi Jawaban 6 4 6 0 5
IP Indeks Pengecoh Tidak Bekerja Dengan Baik
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis butir soal dan pembahasan, maka dalam soal Mata
Diklat Pemeliharaan Mesin Kendaraan Ringan yang saya uji di Kelas XII KR
( Kendaraan Ringan ) 4 SMK Negeri 2 Medan diketahui bahwa :
Butir soal yang saya uji sudah baik, karena proporsi untuk tingkat
kesukarannya sudah baik, yaitu 40 % ( soal yang mudah ) : 30 % ( soal yang sedang
) : 30 % ( soal yang sukar ). Sedangkan untuk daya pembedanya, soal yang saya uji
masih banyak masuk kategori “ dibuang “ dan juga “ diperbaiki “ sehingga diperlukan
adanya perbaikan. Hal ini diharapkan agar setiap butir soal dapat berfungsi
sebagaimana yang diharapkan. Sehingga soal dapat digunakan untuk mengukur
kemampuan peserta didik dengan baik.
Butir soal yang uji masih kurang baik, karena di antara 5 soal uraian yang
saya uji tidak ada yang masuk kategori “ mudah “, sebagian besar masuk kategori “
sedang “ dan sisanya “ masuk kategori “ sukar “. Sedangkan untuk daya
pembedanya, soal yang saya uji sudah cukup baik karena hanya 1 soal saja yang
masuk kategori “ dibuang “. Akan tetapi bagaimanapun, soal tersebut masih harus
diperbaiki agar setiap soal dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan. Sehingga
soal dapat digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik dengan baik.
5.2 Saran
FAKULTAS TEKNIK
25 MEI 2022
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah proses yang bersifat terencana dan sistematik, karena itu
perencanaannya disusun secara lengkap, dengan pengertian dapat dipahami dan dilakukan
oleh orang lain dan tidak menimbulkan penafsiran ganda. Sistem pembelajaran yang baik
akan menghasilkan kualitas belajar yang baik. Kualitas pembelajaran ini dapat dilihat dari
hasil penilaiannya. Antara pengukuran, penilaian, evaluasi saling berkaitan dalam pencapaian
kualitas pembelajaran. Oleh karena itu perlu pembahasan lebih lanjut mengenai konsep dasar
pengukuran dan penilaian.
Pengukuran dalam bidang pendidikan erat kaitannya dengan tes. Hal ini dikarenakan
salah satu cara yang sering dipakai untuk mengukur hasil yang telah dicapai siswa adalah
dengan tes. Penilaian merupakan bagian penting dan tak terpisahkan dalam sistem pendidikan
saat ini. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilihat dari nilai-nilai yang diperoleh siswa.
Tentu saja untuk itu diperlukan sistem penilaian yang baik dan tidak bias. Sistem penilaian
yang baik akan mampu memberikan gambaran tentang kualitas pembelajaran sehingga pada
gilirannya akan mampu membantu guru merencanakan strategi pembelajaran. Bagi siswa
sendiri, sistem penilaian yang baik akan mampu memberikan motivasi untuk selalu
meningkatkan kemampuannya.
Pengolahan hasil tes merupakan kegiatan lanjutan dalam sebuah administrasi evaluasi
program pendidikan, kegiatan yang dilakukan yaitu memeriksa hasil ujian dan mencocokkan
jawaban peserta dengan kunci jawaban untuk tes kognitif dan tes keterampilan. Pendekatan
dalam acuan penilaian untuk membandingkan hasil pengukuran evaluasi sebuah program
pendidikan atau kegiatan pembelajaran terbagi atas pendekatan penilaiaan hasil belajar
dengan penilaian acuan normal (PAN) dan penilaian acuan Patokan (PAP/PAK). Oleh karena
itu, penulis membahas dalam makalah ini mengenai konsep pengukuran, pengujian, penilaian
dan evaluasi, prinsip dan alat evaluasi serta pengukuran acuan norma dan acuan patokan.
PEMBAHASAN
2.1.1 Pengukuran
Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi
numeric dari suatu tingkatan dimana seseorang peserta didik telah mencapai karakteristik
tertentu. Pengukuran berkaitan erat dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif.
Pengukuran diartikan sebagai pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik
tertentu yang dimiliki oleh orang, hal ataupun obyek tertentu menurut aturan atau formulasi
yang jelas. Pengukuran berkaitan erat dengan proses pencarian atau penentuan nilai
kuantitatif.
Berikut ini beberapa definisi pengukuran yang dirumuskan oleh beberapa ahli pengukuran
pendidikan dan psikologi yang acap kali dijadikan acuan beberapa penulis yaitu sebagai
berikut :
Pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan tes maupun non tes. Tes adalah
seperangkat pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau salah. Sedangkan non tes adalah
pertanyaan maupun pernyataan yang tidak memiliki jawaban benar atau salah. Instrumen non
tes bias berbentuk kuesioner atau inventori. Kuesioner sejumlah pertanyaan atau pernyataan
sedangkan peserta didik diminta untuk menjawab atau memberikan pendapatnya terhadap
pernyataan yang diajukan. Inventori merupakan instrument yang berisi tentang laporan diri
dari keadaan peserta didik, misalnya potensi peserta didik. Pengukuran dalam kegiatan
belajar bisa bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Kuantatif hasilnya berupa angka,
sedangkan kualitatif hasilnya berupa pernyataan yaitu berupa pernyataan sangat baik, baik,
cukup, kurang, sangat kurang, dan lain sebagainya.
Kriteria Pengukuran
Karakteristik dari pengukuran adalah penggunaan angka atau skala tertentu dan penggunaan
aturan atau formula tertentu. Misalnya, untuk mengukur berat atau tinggi badan seseorang
akan mudah melakukannya karena alat ukur dan formulasinya telah diketahui secara umum.
Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui ada dua karakter pengukuran, yakni pemakaian
angka atau skala tertentu, dan pemakaian atauran atau formula tertentu. Beberapa kriteria
pengukuran adalah sebagai berikut :
2.1.2 Pengujian
Proses pengujian merupakan bagian dari pengukuran yang dilanjutkan dengan kegiatan
penilaian. Menurut Guilford (1982) pengukuran adalah proses penepatan angka terhadap
suatu gejala menurut aturan tertentu. Pengujian dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) berdasarkan pada klasifikasi observasi unjuk kerja atau kemampuan peserta didik
dengan menggunakan suatu standar. Pengujian dapat menggunakan tes dan non tes. Tes
adalah seperangkat pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau salah sedangkan non tes
adalah pertanyaan maupun pernyataan yang tidak memiliki jawaban benar atau salah.
Instrumen non tes bisa berbentuk kuesioner atau inventori. Kuesioner sejumlah pertanyaan
atau pernyataan sedangkan peserta didik diminta untuk menjawab atau memberikan
pendapatnya terhadap pernyataan yang diajukan. Inventori merupakan instrumen yang berisi
tentang laporan diri dari keadaan peserta didik, misalnya potensi peserta didik. Pengujian
dalam kegiatan belajar bisa bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Kuantatif hasilnya berupa
angka, sedangkan kualitatif hasilnya berupa pernyataan yaitu berupa pernyataan sangat baik,
baik, cukup, kurang, sangat kurang, dan lain sebagainya.
Kriteria Pengujian
Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui kriteria pengujian yang dikatagorikan tes yang
baik, beberapa kriteria tes tersebut adalah sebagai berikut :
a. Validitas (Ketepatan); Suatu alat pengukur dapat dikatakan alat pengukur yang valid
apabila alat pengukur tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur secara tepat.
b. Reliabilitas merujuk pada konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang sama ketika
diuji ulang dengan tes yang sama pada kesepatan yang berbeda, atau dengan
seperangkat butir-butir ekuivalen yang berbeda, atau pada kondisi pengujian yang
berbeda.
c. Objektivitas; Suatu tes dikatakan obyektif jika tes tersebut diajukan kepada beberapa
penilai, tetapi memberikan skor yang sama, untuk disiapkan kunci jawaban (scorring
key).
d. Memiliki daya pembeda (discrimination power), tes yang dikatakan baik apabila
mampu membedakan anak yang pandai dan anak yang bodoh.
e. Mencakup ruang lingkup (scope) yang sangat luas dan menyeluruh; Tes yang baik
harus memiliki komphrehensi veenes, ini akan menyisihkan siswa yang berspekulasi
dalam menempuh tes.
2.1.1. Penilaian
Menurut Bonnie Campbell Hill & Cynthia Ruptic (1994). “Assessment is the process
of gathering evidence and documenting a child’s lerning and growth”. Penilaian adalah
proses mengumpulkan peristiwa dan mendokumentasikan pertumbuhan dan pembelajaran
anak. Penilaian adalah proses mengumpulkan informasi tentang siswa dan kelas untuk
maksud-maksud pengambilan keputusan instruksional (Richard I. Arends, 2008: 217).
Penilaian adalah proses pengumpulan informasi dengan mempergunakan alat dan teknik yang
sesuai, untuk membuat keputusan pendidikan berkenaan dengan penempatan dan program
pendidikan bagi siswa tertentu (Djadja Rahardja). Assesment atau penilaian diartikan sebagai
kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran berdasarkan kriteria maupun aturan-aturan
tertentu (S. Eko Putro Widoyoko, 2012: 3).
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah proses
pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa,
menjelaskan dan menafsirkan hasil pengukuran (kuantifikasi suatu objek, sifat, perlaku dll),
menggambarkan informasi tentang sejauh mana hasil belajar siswa atau ketercapaian
kompetensi (rangkaian kemampuan) siswa. Penilaian memberikan informasi lebih
konprehensif dan lengkap dari pada pengukuran, sebab tidak hanya mengunakan instrument
tes saja, tetapi juga mengunakan tekhnik non tes lainya. Penilaian adalah kegiatan mengambil
keputusan untuk menentukan sesuatu berdasarkan kriteria baik buruk dan bersifat kualitatif.
Hasil penilaian sendiri walaupun bersifat kualitatif, dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan
naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka).
Penilaian (assessment) merupakan istilah yang umum dan mencakup semua metode
yang biasa dipakai untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa dengan cara menilai unjuk
kerja individu peserta didik atau kelompok. Maka penilaian (assessment) adalah penerapan
berbagai cara dan penggunaan beragam alat, penilaian digunakan untuk memperoleh berbagai
ragam informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau informasi tentang
ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Proses penilaian ini
bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang
peserta didik. Adapun tujuan dari penilaian (assessment) secara umum dan mencakup semua
metode yang biasa dipakai untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa dengan cara menilai
unjuk kerja individu peserta didik atau kelompok.
Kriteria Penilaian
Berdasarkan pengertian diatas tersebut dapat diketahui kriteria dari penilaian tersebut adalah
sebagai berikut :
Fungsi Penilaian
Fungsi dari penilaian menurut Nana Sudjana, (1995: 4) adalah sebagai berikut :
Penilaian di sini berfungsi sebagai alat untuk mengetahui seberapa berhasilkah proses belajar
mengajar yang terjadi. Selain itu juga sebagai perbaikan dalam melakukan proses belajar
mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa. Dan juga sebagai laporan kemauan belajar
siswa yang diberikan kepada orang tua agar orang tuanya mengetahui hasil belajar anaknya
dalam bentuk raport yang biasanya diberikan pada akhir semester.
Fungsi penilaian yang lainnya di sini bukan hanya untuk menentukan kemajuan belajar siswa,
tetapi sangat luas. Fungsi penilaian adalah sebagai berikut:
Fungsi penilaian sebagai alat untuk membantu siswa dalam mewujudkan dan
mengubah perilakunya sesuai dengan tata tertib yang ada. Disisi yang lain siswa juga
mendapat kepuasan atas apa yang dikerjakannya yang berupa nilai. Penilaian juga membantu
guru dalam menetapkan apakah metode yang digunakan telah tepat diterapkan.
2.1.1 Evaluasi
Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang aberarti
penilaian atau penaksiran. Maka Evaluasi merupakan kegiatan identifikasi untuk melihat
apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak
berharga, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi juga dapat
diartikan sebagai suatu proses penilaian untuk mengambil keputusan yang menggunakan
seperangkat hasil pengukuran dan berpatokan kepada tujuan yang telah dirumuskan. Pada
hakikatnya evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan
kualitas (nilai dan arti) dari sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam
rangka pembuatan keputusan. Penentuan evaluasi bisa dilakukan salah satunya dengan cara
pemberian tes kepada pembelajar. Terlihat disana bahwa acuan tes adalah tujuan
pembelajaran. menilai manfaat program dan mengambil keputusan.
Untuk memperjelas pengertian evaluasi tersebut ada baiknya bila dikutip beberapa
perumusan sebagai berikut :
Dari pendapat di atas, ada beberapa hal yang menjadi ciri khas dari evaluasi yaitu:
Kegiatan evaluasi dalam pendidikan tidak pernah terlepas dari tujuan-tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena itulah pendekatan goal oriented merupakan
pendekatan yang paling sesuai untuk evaluasi pembelajaran
Secara garis besar berdasarkan tujuannya, pengertian evaluasi dapat dibagi menjadi
dua, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif (istilah ini pertama kali digunakan oleh
Scriven (1967) dalam artikelnya berjudul “The Methodology of evaluation”). Evaluasi
formatif dilakukan dengan maksud memantau sejauh manakah suatu proses pendidikan telah
berjalan sebagaimana yang direncanakan. Evaluasi formatif ini dinyatakan sebagai upaya
untuk memperoleh feedback perbaikan program. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan untuk
mengetahui sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit pengajaran ke unit
berikutnya.
Berdasarkan tujuannya, terdapat pengertian evaluasi sumatif dan evaluasi formatif.
Evaluasi formatif dinyatakan sebagai upaya untuk memperoleh feedback perbaikan program,
sementara itu evaluasi sumatif merupakan upaya menilai manfaat program dan mengambil
keputusan (Lehman, 1990).
Kriteria Evaluasi
Berdasarkan pengertian diatas tersebut dapat diketahui kriteria dari evaluasi sebagai berikut :
a. Evaluasi adalah suatu proses bukan suatu hasil ( produk ). Hasil yang diperoleh dari
kegiatan evaluasi adalah kualitas sesuatu, baik yang menyangkut tentang nilai atau
arti, sedangkan kegiatan untuk sampai pada pemberian nilai dan arti itu adalah
evaluasi. Membahas tentang evaluasi berarti mempelajari bagaimana proses
pemberian pertimbangan mengenai kualitas sesuatu.
b. Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan kualitas sesuatu, terutama yang berkenaan
dengan “nilai dan arti”.
c. Dalam proses evaluasi harus ada pemberian pertimbangan ( judgement ) yang
merupakan konsep dasar dari evaluasi. Melalui pertimbangan inilah ditentukan nilai
dan arti/makna dari sesuatu yang dievaluasi.
d. Pemberian pertimbangan tentang nilai dan arti haruslah berdasarkan kriteria tertentu.
Tanpa kriteria yang jelas, pertimbangan nilai dan arti yang diberikan bukanlah suatu
proses yang dapat diklasifikasikan sebagai evaluasi. Kriteria ini penting dibuat oleh
evaluator dengan pertimbangan:
Pengujian merupakan alat ukur untuk mengukur kemampuan seorang individu, kemudian
dilakukan proses untuk mengukur kemampuan individu tersebut yang disebut dengan
Testing. Setelah dilakukan testing maka menghasilkan Hasil tes atau lembar kerja. Kemudian
dilakukan Pengukuran, Pengukuran merupakan proses membandingkan hasil tes dengan
standart ukuran tertentu. Pengukuran bersifat kuantitatif karena hasil dari perbandingan
menghasilkan angka atau skor. Langkah selanjutnya adalah penilaian, penilaian merupakan
proses untuk memberikan atribut atau deskripsi tinggi atau rendah, baik atau buruk dari hasil
pengukuran yang berupa angka tersebut. Penilaian bersifat kualitatif dikarenakan hasil dari
penilaian berupa deskripsi. Kemudian evaluasi, evaluasi adalah justifikasi atau pengambilan
keputusan atas hasil penilaian, apakah individu tersebut lulus atau tidak, naik atau tidak.
1. Komprehensif
Evaluasi harus mencakup bidang sasaran yang luas atau menyeluruh, baik aspek personalnya,
materialnya, maupun aspek operasionalnya. Evaluasi tidak hanya ditujukan pada salah satu
aspek saja. Misalnya aspek personalnya, jangan hanya menilai gurunya saja, tetapi juga
murid, karyawan dan kepala sekolahnya. Begitu pula untuk aspek material dan
operasionalnya. Evaluasi harus dilakukan secara menyeluruh.
2. Komparatif
Prinsip ini menyatakan bahwa dalam mengadakan evaluasi harus dilaksa-nakan secara
bekerjasama dengan semua orang. Sebagai contoh dalam mengevaluasi keberhasilan guru
dalam mengajar, harus bekerjasama antara pengawas, kepala sekolah, guru itu sendiri, dan
bahkan, dengan pihak murid. Dengan melibatkan semua pihak diharapkan dapat mencapai
keobyektifan dalam mengevaluasi.
3. Kontinyu
Evaluasi hendaknya dilakukan secara terus-menerus selama proses pelaksanaan program.
Evaluasi tidak hanya dilakukan terhadap hasil yang telah dicapai, tetapi sejak pembuatan
rencana sampai dengan tahap laporan. Hal ini penting dimaksudkan untuk selalu dapat
memonitor setiap saat atas keberhasilan yang telah dicapai dalam periode waktu tertentu.
Aktivitas yang berhasil diusahakan terjadi peningkatan, sedangkan aktivi-tas yang gagal
dicari jalan lain untuk mencapai keberhasilan.
4. Obyektif
Mengadakan evaluasi harus menilai sesuai dengan kenya¬taan yang ada. Katakanlah yang
hijau itu hijau dan yang merah itu merah. Jangan sampai mengatakan yang hijau itu kuning,
dan yang kuning itu hijau. Sebagai contoh, apabila seorang guru itu sukses dalam mengajar,
maka katakanlah bahwa guru ini sukses, dan sebaliknya apabila jika guru itu kurang berhasil
dalam mengajar, maka katakanlah bahwa guru itu kurang berhasil. Untuk mencapai
keobyektifan dalam evaluasi perlu adanya data dan fakta. Dari data dan fakta inilah dapat
mengolah untuk kemudian diambil suatu kesimpulan. Makin lengkap data dan fakta yang
dapat dikumpulkan maka makin obyektiflah evaluasi yang dilakukan.
5. Berdasarkan Kriteria yang Valid
Selain perlu adanya data dan fakta, juga perlu adanya kriteria-kriteria tertentu. Kriteria yang
digunakan dalam evaluasi harus konsisten dengan tujuan yang telah dirumuskan. Kriteria ini
digunakan agar memiliki standar yang jelas apabila menilai suatu aktivitas supervisi
pendi¬dikan. Kekonsistenan kriteria evaluasi dengan tujuan berarti kriteria yang dibuat¬
harus mempertimbangkan hakikat substansi supervisi pendidikan.
6. Fungsional
Evaluasi memiliki nilai guna baik secara langsung maupun tidak langsung. Kegunaan
langsungnya adalah dapatnya ¬hasil evaluasi digunakan untuk perbaikan apa yang dievaluasi,
sedangkan kegunaan tidak langsungnya adalah hasil evaluasi itu dimanfaatkan untuk
penelitian atau keperluan lainnya.
7. Diagnostik
Setiap hasil evaluasi harus didokumentasikan. Bahan-bahan dokumentasi hasil evaluasi inilah
yang dapat dijadikan dasar penemuan kelemahan-kelemahan atau kekurangan-kekurangan
yang kemudian harus diusahakan jalan pemecahannya.
Sementara Menurut Sukardi (2008) dalam bidang pendidikan, beberapa prinsip evaluasi
dapat dilihat sebagai berikut:
Evaluasi harus masih dalam kisi-kisi kerja tujuan yang telah ditetapkan
Evaluasi hendaknya dilaksanakan secara komprehensif
Evaluasi diselenggarakan dalam proses koopperatif antara guru dan peserta didik
Evaluasi dilaksanakan dalam proses continue
Evaluasi harus peduli dan mempertimbangkan nilai-nilai yang berlaku
Sedangkan menurut Slameto (dalam Sukardi, 2008) evaluasi harus minimal mempunyai tujuh
prinsip berikut: 1) terpadu, 2) Menganut cara belajar siswa aktif, 3) kontinuitas, 4) koherensi
dengan tujuan, 5) menyeluruh, 6) membedakan, dan 7)pedagogis.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas terkait prinsip-prinsip dalam evaluasi pembelajaran
maka penulis menyimpulkan dengan mengambil pendapat Sudijono bahwa evaluasi hasil
belajar dikatakan terlaksana dengan baik apabila dalam pelaksanaannya senantiasa berpegang
pada tiga prinsip dasar yaitu:
1. Prinsip keseluruhan
Prinsip keseluruhan dikenal dengan istilah prinsip komprehensif. Prinsip komprehensif
dikatakan terlaksana dengan baik apabila evaluasi tersebut dilaksanakan secara bulat, utuh
atau menyeluruh. Evaluasi hasil belajar harus dapat mencakup berbagai aspek yang dapat
menggambarkan perkembangan atau perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri peserta
didik sebagai makhluk hidup.
2. Prinsip Kesinambungan
Prinsip kesinambungan dikenal dengan istilah prinsip kontinuitas. Prinsip kontinuitas
dimaksudkan bahwa hasil belajar yang baik adalah evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan
secara teratur dan sambung menyambung dari waktu ke waktu. Evaluasi hasil belajar
dilaksanakan secara berkesinambungan agar pihak evaluator dapat memperoleh kepastian dan
kemantapan dalam menentukan langkah-langkah atau merumuskan kebijaksanaan untuk
masa depan serta memperoleh informasi yang dapat memberikan gambaran mengenai
kemajuan atau perkembangan peserta didik.
3. Prinsip obyektivitas
Prinsip objektivitas mengandung makna bahwa evaluasi hasil belajar dapat dinyatakan
sebagai evaluasi yang baik apabila dapat terlepas dari factor-faktor yang sifatnya
subyektif(Sudjiono, 2001).
Keuntungan angket :
1. Bila lokasi responden jaraknya cukup jauh, metode pengumpulan data yang paling
mudah adalah dengan angket.
2. Pertanyaan-pertanyan sudah disiapkan dan waktu yang efisien untuk menjangkau
responden dalam jumlah banyak.
3. Dengan angket akan memberi kesempatan mudah pada responden untuk
mendiskusikan dengan temannya apabila menemui pertanyaan yang sukar dijawab.
4. Dengan angket responden dapat lebih leluasa menjawabnya dimana saja, kapan saja,
tanpa terkesan terpaksa.
Kelemahan angket :
1. Apabila penelitian membutuhkan reaksi yang sifatnya spontan dengan metode ini
adalah kurang tepat.
2. Metode ini kurang fleksibel, kejadiannya hanya terpancang pada pertanyaan yang ada.
3. Jawaban yang diberikan oleh responden akan terpengaruh oleh keadaan global dari
pertanyaan. Sangat mungkin jawaban yang sudah diberikan di atas secara spontan
dapat berubah setelah melihat pertanyaan dilain nomor.
4. Sulit bagi peneliti untuk mengetahui maksud dari apakah sudah responden sudah
terjawab atau belum.
5. Ada kemungkinan terjadi respon yang salah dari responden. Hal ini terjadi karena
kurang kejelasan pertanyaan atau karena keragu-raguan responden menjawab
(Indrakususuma, 1993).
b. Wawancara (Interview)
Interview atau sering disebut juga wawancara mempunyai definisi suatu proses komunikasi
interaksional antara dua pihak. Cara pertukaran yang digunakan adalah cara verbal dan
nonverbal dan mempunyai tujuan tertentu yang spesifik. Ada dua macam tipe tujuan
interview. Pada konseling untuk mengetahui lebih terkait pada adanya permasalahan dan
mencari penyelesaiannya. Sedangkan pada kualitatif untuk memperoleh data penelitian.
c. Pengamatan (Observation)
Observasi adalah metode atau cara-cara yang menganalisis dan mengadakan pencatatan
secara sistematis mengenai tingkah laku melihat atau mengamati individuatau kelompok
secara langsung.
Kelebihan observasi:
Kekurangan observasi :
1. Umumnya orang yang diamati merasa terganggu atau tidak nyaman, sehingga akan
melakukan pekerjaannya dengan tidak semestinya.
2. Pekerjaan yang sedang diamati mungkin tidak mewakili suatu tingkat kesulitan
pekerjaan tertentu atau kegiatan-kegiatan khusus yang tidak selalu dilakukan atau
volume-volume kegiatan tertentu.
3. Dapat mengganggu proses yang sedang diamati.
4. Orang yang diamati cenderung melakukan pekerjaannya dengan lebih baik dari
biasanya dan sering menutup-nutupi kejelekan-kejelekannya.
d. Inventori (inventory)
Inventori pada hakekatnya tidak banyak berbeda dengan angket. Inventori mengandung
sejumlah pertanyaan yang tersusun dalam rangka mengetahui sikap, pendapat dan perasaan
siswa terhadap kegiatan pembelajaran. Data sebagai informasi umumnya telah disediakan
dalam bentuk pilihan ganda, yang harus dipilih siswa (Thoha, 2003).
Secara umum, tes uraian adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk
menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk
lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan
bahasa sendiri. Bentuk tes uraian dibedakan menjadi tiga, yaitu:
b. Tes Obyektif
Kelebihan :
- Lebih representatif
- Dalam menilai tester lebih objektif
- Mengoreksinya mudah
- Mengoreksinya dapat minta bantuan orang lain
- Butir-butir soalnya mudah dianalisis, dari segi derajat kesukaran, daya pembeda,
validitas dan relibialitasnya
Kelemahan :
- Menyusunnya sulit
- Kurang dapat mengukur atau mengungkap proses berpikir yang tinggi atau mendalam
terbuka kemungkinan bagi siswa bermain spekulasi
- Siswa dapat mudah kerjasama sebab jawabannya mudah meniru (A,B,C,D,E)
Tes lisan adalah tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya jawab
secara langsung antara pendidik dan peserta didik. Thoha (2003:61) menjelaskan bahwa tes
ini termasuk kelompok tes verbal, yaitu tes soal dan jawabannya menggunakan bahasa lisan.
Dari segi persiapan dan cara bertanya, tes lisan dapat dibedakan menjadi dua yakni:
a. Tes lisan bebas Yaitu pendidik dalam memberikan soal kepada peserta didik
tanpa menggunakan pedoman yang dipersiapkan secara tertulis.
b. Tes lisan berpedoman Pendidik menggunakan pedoman tertulis tentang apa
yang akan ditanyakan kepada peserta didik.
Kelebihan :
- Dapat menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki peserta didik,
sikap, serta kepribadiannya karena dilakukan secara berhadapan langsung
- Bagi peserta didik yang kemampuan berpikirnya relatif lambat sehingga sering
mengalami kesukaran dalam memahami pernyataan soal, tes bentuk ini dapat
menolong sebab peserta didik dapat menanyakan langsung kejelasan pertanyaan yang
dimaksud. · Hasil tes dapat langsung diketahui peserta didik.
Kelemahan:
Tes perbuatan yakni tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dan
pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau penampilan. Penilaian tes perbuatan
dilakukan sejak peserta didik melakukan persiapan, melaksanakan tugas, sampai dengan hasil
akhir yang dicapainya. Untuk menilai tes perbuatan pada umumnya diperlukan sebuah format
pengamatan, yang bentuknya dibuat sedemikian rupa sehingga tutor dapat menuliskan angka-
angka yang diperolehnya pada tempat yang sudah disediakan. Bentuk formatnya dapat
disesuaikan menurut keperluan(Suherman, 1993).
Untuk tes perbuatan yang sifatnya individual, sebaiknya menggunakan format pengamatan
individual. Dalam pembelajaran matematika, tes perbuatan bisa berupa memperagakan
apakah suatu bangun datar merupakan jaring-jaring kubus atau bukan, menggambarkan suatu
bangun ruang dan menunjukkan semua bidang diagonal serta diagonal bidang, membuat
lukisan dengan menggunakan jangka, mistar, dan busur derajat, dan sebagainya.
Pengukuran Acuan Norma (PAN) adalah nilai (skor) seorang peserta ditemukan dengan cara
membandingkan hasil belajarnya dengan hasil belajar peserta lainnya dalam satu kelas.
Biasanya, Pengukuran Acuan Norma (PAN) digunakan pada akhir suatu unit pembelajaran
untuk menentukan tingkat hasil belajar peserta. Pengukuran acuan norma (PAN) merupakan
pendekatan klasik, karena tampilan pencapaian hasil belajar siswa pada suatu tes
dibandingkan dengan penampilan siswa lain yang mengikuti tes yang sama. Pengukuran ini
digunakan sebagai metode pengukuran yang menggunakan prinsip belajar kompetitif. Skor
yang dihasilkan siswa dalam tes yang sama dibandingkan dengan hasil populasi atau hasil
keseluruhan yang telah dibakukan. Guru kelas kemudian mengikuti asas yang sama,
mengukur pencapaian hasil belajar siswa, dengan tepat membandingkan terhadap siswa lain
dalam tes yang sama. Seperti evaluasi empiris, guru melakukan pengukuran,
mengadministrasi tes, menghitung skor, merangking skor, dari tes yang tertinggi sampai yang
terendah, menentukan skor rerata menentukan simpang baku dan variannya .
a. Pengukuran Acuan Normatif digunakan untuk menentukan status setiap peserta didik
terhadap kemampuan peserta didik lainnya. Artinya, Pengukuran Acuan Normatif
digunakan apabila kita ingin mengetahui kemampuan peserta didik di dalam
komunitasnya seperti di kelas, sekolah, dan lain sebagainya.
b. Pengukuran Acuan Normatif menggunakan kriteria yang bersifat “relative”. Artinya,
selalu berubah-ubah disesuaikan dengan kondisi dan atau kebutuhan pada waktu
tersebut.
c. Nilai hasil dari Pengukuran Acuan Normatif tidak mencerminkan tingkat kemampuan
dan penguasaan siswa tentang materi pengajaran yang diteskan, tetapi hanya
menunjuk kedudukan peserta didik (peringkatnya) dalam komunitasnya
(kelompoknya).
d. Pengukuran Acuan Normatif memiliki kecendrungan untuk menggunakan rentangan
tingkat penguasaan seseorang terhadap kelompoknya, mulai dari yang sangat
istimewa sampai dengan yang mengalami kesulitan yang serius.
e. Pengukuran Acuan Normatif memberikan skor yang menggambarkan penguasaan
kelompok.
PAN merupakan penentuan nilai siswa dalam suatu proses pembelajaran yang didasarkan
pada tingkat penguasaan di kelompok tersebut. Pemberian nilai mengacu pada perolehan skor
di kelompok itu. Contoh : Satu kelompok anak didik terdiri dari 9 orang mendapatkan skor
(nilai mentah) : 50, 45, 45, 40, 40, 40 , 35, 35, 30. Dari skor tersebut bahwa perolehan nilai
tertinggi 50 dan terendah 30. Dengan demikian nilai tertinggi diberikan kepada skor tertinggi
misalnya 10, secara proposional skor diatas dapat diberi nilai 10 – 9,5 – 9 – 8,5 – 8. Cara lain
adalah dengan menghitung rata-rata nilai tersebut.
Arifin (dalam Kusaeri, dan Suprananto) menyatakan bahwa Pengukuran acuan patokan
merupakan pengukuran yang menentukan berhasil atau tidaknya siswa berdasarkan pada
patokan atau criteria ataupun kompetensi tertentu. Arifin (2010) menyatakan bahwa
pendekatan PAP membandingkan kedudukan siswa dengan kompetensi dasar dan tidak
membandingkan kemampuan siswa dengan teman sekelasnya melainkan dengan suatu
criteria spesifik.
Djaali dan Muljono (dalam Kusaeri, dan Suprananto) mendefinisikan Pengukuran acuan
patokan sebagai pemberian nilai kepada siswa yang didasarkan pada tujuan instruksional
yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengertian ini merujuk bahwa nilai yang diberikan kepada
siswa menunjukkan tingkat pencapaian tujuan instruksional atau tingkat penguasaanterhadap
materi yang telah ditentukan.
Pengukuran acuan patokan (PAP) biasanya disebut juga criterion evaluation merupakan
pengukuran yang menggunakan acuan yang berbeda. Dalam pengukuran ini siswa
dikomperasikan dengan kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dalam tujuan
instruksional, bukan dengan penampilan siswa yang lain. Keberhasilan dalam prosedur acuan
patokan tegantung pada penguasaaan materi atas kriteria yang telah dijabarkan dalam item-
item pertanyaan guna mendukung tujuan instruksional.
Dengan PAP setiap individu dapat diketahui apa yang telah dan belum dikuasainya.
Bimbingan individual untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran dapat
dirancang, demikian pula untuk memantapkan apa yang telah dikuasainya dapat
dikembangkan. Guru dan setiap peserta didik (siswa) mendapat manfaat dari adanya PAP.
Relatif agak rumit, karena perlu waktu untuk menyetujui sebuah kriteria dan standar;
Berisiko mengembangkan daftar nama kriteria yang berlianan;
Lebih menekankan hasil daripada proses;
Peringkat dapat dinyatakan dengan tidak sebenarnya secara positif/negatif;
Kadang akademisi kurang kompeten dan percaya diri untuk membuat penilaian
profesional;
Tidak mudah bagi akademisi untuk mengubah kebiasaan dari menilai berdasarkan
referensi norma menjadi referensi kriteria;
Pikiran bahwa hanya persentase kecil yang memperoleh ranking rendah, dan
sebaliknya, pasti mereka yang di pendidikan tinggi yang memperoleh ranking tinggi;
2.2.3.Perbedaan Pengukuran Acuan Norma dan Pengukuran Acuan Patokan
Perbedaan pengukuran acuan norma dan pengukuran acuan patokan dapat dilihat dari dua
segi yaitu dari pengembangan tes dan standar pengukuran perfomance siswa:
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa Pengukuran adalah suatu proses
atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu, pengukuran bersifat kuantitatif. Pengujian
merupakan bagian dari pengukuran yang dilanjutkan dengan kegiatan penilaian. Penilaian
adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk
mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dalam rangkan
membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu. Maka menilai
adalah kegiatan mengukur dan mengadakan estimasi terhadap hasil pengukuran atau
membanding-bandingkan dan tidak sampai ke taraf pengambilan keputusan, penilaian
bersifat kualitatif. Evaluasi adalah suatu proses untuk menggambarkan peserta didik dan
menimbangnya dari segi nilai dan arti. Jadi, evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau
kegiatan yang sistematis, berkelanjutan, dan menyeluruh dalam rangka pengendalian,
penjaminan, dan penetapan kualitas (nilai dan arti) pembelajaran terhadap berbagai
komponen pembelajaran, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu.
Kedudukan evaluasi dalam proses pendidikan bersifat integrative. Artinya setiap ada proses
pendidikan pasti ada evaluasi mulai sejak siswa akan memasuki proses pendidikan, selama
proses pendidikan, dan berfikir pada satu tahap proses pendidikan. Tujuan evaluasi
pembelajaran diantaranya yaitu menilai ketercapaian tujuan, mengukur macam-macam aspek
pelajaran yang bervarias, memotivasi belajar siswa, menjadikan hasil evaluasi sebagai dasar
perubahan kurikulum, dan menentukan tindak lanjut hasil penilaian. Fungsi evaluasi
pembelajaran terbagi menjadi dua yaitu untuk perbaikan dan pengembangan sistem
pembelajaran serta untuk akreditasi. Ruang lingkup dibagi menjadi empat bidang, yaitu ruang
lingkup evaluasi pembelajaran dalam perspektif domain hasil belajar, ruang lingkup evaluasi
pembelajaran dalam perspektif sistem pembelajaran, ruang lingkup evaluasi pembelajaran
dalam perspektif penilaian proses dan hasil belajar, ruang lingkup evaluasi pembelajaran
dalam perspektif penilaian berbasis kelas.
Berdasarkan pendapat para ahli terkait prinsip-prinsip dalam evaluasi pembelajaran maka
penulis menyimpulkan dengan mengambil pendapat Sudijono bahwa evaluasi hasil belajar
dikatakan terlaksana dengan baik apabila dalam pelaksanaannya senantiasa berpegang pada
tiga prinsip dasar yaitu:
1. Prinsip keseluruhan
Prinsip keseluruhan dikenal dengan istilah prinsip komprehensif. Prinsip komprehensif
dikatakan terlaksana dengan baik apabila evaluasi tersebut dilaksanakan secara bulat, utuh
atau menyeluruh. Evaluasi hasil belajar harus dapat mencakup berbagai aspek yang dapat
menggambarkan perkembangan atau perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri peserta
didik sebagai makhluk hidup.
2. Prinsip Kesinambungan
Prinsip kesinambungan dikenal dengan istilah prinsip kontinuitas. Prinsip kontinuitas
dimaksudkan bahwa hasil belajar yang baik adalah evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan
secara teratur dan sambung menyambung dari waktu ke waktu. Evaluasi hasil belajar
dilaksanakan secara berkesinambungan agar pihak evaluator dapat memperoleh kepastian dan
kemantapan dalam menentukan langkah-langkah atau merumuskan kebijaksanaan untuk
masa depan serta memperoleh informasi yang dapat memberikan gambaran mengenai
kemajuan atau perkembangan peserta didik.
3. Prinsip obyektivitas
Prinsip objektivitas mengandung makna bahwa evaluasi hasil belajar dapat dinyatakan
sebagai evaluasi yang baik apabila dapat terlepas dari factor-faktor yang sifatnya
subyektif(Sudjiono, 2001).
Alat evaluasi terdiri dari 2 teknik, yaitu: Teknik Non-Tes dan Teknik Tes. Yang
termaksudnya Teknik Non-Tes adalah Angket, Wawancara (Interview), Invebtory, dab
Daftar cek (checklist). Sedangkan Teknik Tes adalah Tes Uraian (Subyektif), Tes Obyektif,
Tes Lisan (Oral test), dan Tes Perbuatan.
Pengukuran Acuan Norma (PAN) digunakan pada akhir suatu unit pembelajaran untuk
menentukan tingkat hasil belajar peserta. Pengukuran acuan norma (PAN) merupakan
pendekatan klasik, karena tampilan pencapaian hasil belajar siswa pada suatu tes
dibandingkan dengan penampilan siswa lain yang mengikuti tes yang sama. Pengukuran ini
digunakan sebagai metode pengukuran yang menggunakan prinsip belajar kompetitif.
Sedangkan, Pengukuran acuan patokan (PAP) biasanya disebut juga criterion evaluation
merupakan pengukuran yang menggunakan acuan yang berbeda. Dalam pengukuran ini siswa
dikomperasikan dengan kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dalam tujuan
instruksional, bukan dengan penampilan siswa yang lain. Keberhasilan dalam prosedur acuan
patokan tegantung pada penguasaaan materi atas kriteria yang telah dijabarkan dalam item-
item pertanyaan guna mendukung tujuan instruksional
DAFTAR PUSTAKA
Indrakusuma, Amir Daien. (1993). Evaluasi Pendidikan. Malang : Penerbit IKIP MALANG
Thoha, M. Chabib, (2003). Teknik evaluasi pendidikan / oleh M. Chabib Thoha. Jakarta :
RajaGrafindo Persada
Sudijono, Anas. (2001). Pengantar Evaluasi pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Suherman, Erman. 1993. Evaluasi Proses Dan Hasil Belajar Matematika. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Surapranata, Sumarna. 2005. Analisis Validitas, Reliabilitas, dan Interpretasi Hasil Tes.
Bandung : Remaja Rosdakarya.