PTK Paulus Male Final
PTK Paulus Male Final
PTK Paulus Male Final
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hal yang paling penting dalam kehidupan manusia pada masa
sekarang dan yang akan datang. Manusia melalui pendidikan memperoleh pengetahuan dan
Manusia memiliki pandangan yang luas ke depan untuk mencapai cita-cita yang diharapkan
berakhlak mulia.
Setiap manusia mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
layak. Pendidikan merupakan usaha sadar seorang pendidik kepada anak didiknya untuk
penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Hal tersebut sesuai dengan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 Ayat 1 yang menyebutkan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkansuasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan
kualitas pendidikan agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Selain pemerintah, semua
pendidikan dilaksanakan melalui tiga jalur. Pernyataan tersebut tertuang dalam Undang-
2
Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Bab VI Pasal 13 Ayat 1 yang berbunyi:
“Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling
melengkapi dan memperkaya”. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur
dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan
Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat 10 mata pelajaran yaitu
alam, ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya, pendidikan jasmani dan olahraga,
Pasal 37 Ayat 1). Dari sepuluh mata pelajaran tersebut, bahasa Indonesia memegang
pengantar dalam pendidikan nasional. Bahasa Indonesia dapat digunakan untuk mengaitkan
mata pelajaran satu dengan yang lain, sehingga pengetahuan yang disampaikan oleh guru
Santosa (2010: 3.6-3.7) mengemukakan tujuan mata pelajaran bahasa dan sastra
Indonesia, yaitu: (1) siswa menghargai dan membanggakan bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan dan bahasa negara; (2) siswa memahami bahasa Indonesia dari segi
bentuk, makna, dan fungsi, serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif dalam
untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan sosial; (4) siswa
memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa; (5) siswa mampu menikmati dan
meningkatkan kemampuan berbahasa; dan (6) siswa menghargai dan membanggakan sastra
3
Indonesia sebagai khasanah budaya intelektual. Berdasarkan uraian tersebut, mata pelajaran
bahasa Indonesia mengajarkan siswa agar memiliki keterampilan berbahasa yang baik dan
benar. Mata pelajaran bahasa Indonesia juga mengajarkan siswa untuk bersikap baik saat
untuk dipelajari. Iskandarwassid dan Sunendar (2011: 245) menyatakan bahwa keterampilan
membaca merupakan keterampilan yang sangat unik serta berperan penting bagi
Membaca dikatakan unik karena tidak semua manusia yang memiliki keterampilan tersebut
menjadikannya budaya bagi dirinya. Membaca juga dikatakan penting bagi pengembangan
membaca.
Hodgson (1960) dalam Tarigan (2008: 7) menyatakan bahwa membaca adalah suatu
proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang
hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata- kata/bahasa tulis. Membaca
menyangkut huruf dan ejaan. Membaca bukan hanya memahami simbol-simbol yang
tertulis saja, melainkan memahami pesan atau makna yang terkandung dalam teks bacaan.
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi
Membaca intensif merupakan salah satu jenis membaca. Kegiatan membaca intensif
ditujukan untuk mengetahui dan memahami teks bacaan secara mendalam. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Tarigan (2008: 37), tujuan utama membaca intensif adalah memperoleh
4
pemahaman penuh terhadap bacaan. Membaca intensif dilakukan untuk memahami
informasi dan pengetahuan yang tertuang dalam bahasa tulis. Mengingat pentingnya
ada, maka perlu adanya perhatian khusus dalam mempelajari teknik membaca intensif bagi
siswa.
materi membaca intensif sering menyajikan teks bacaan yang harus dibaca dan dipahami
isinya oleh siswa. Teks bacaan yang disajikan belum memunculkan isu-isu (permasalahan)
faktual yang sedang terjadi, sehingga kurang merangsang rasa ingin tahu siswa. Hal tersebut
sehingga siswa kurang tertarik mempelajarinya. Selain itu, masih ada beberapa siswa
yang belum lancar membaca. Adanya siswa yang belum lancar membaca menghambat
Permasalahan dalam pembelajaran membaca intensif selain dari faktor siswa juga
berasal dari faktor guru. Guru dalam menyampaikan materi kurang bervariasi menggunakan
ceramah, pemberian tugas individual, dan tanya jawab. Pembelajaran semacam ini hanya
berpusat pada guru (teacher centered), sehingga siswa pasif dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas III SD Negeri Wejang Ratung
rendah. Akibat dari rendahnya ketertarikan siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia
yaitu hasil belajar menjadi kurang optimal. Hal ini terbukti dari adanya data yang
menunjukkan bahwa hasil ujian semester gasal tahun ajaran 2020/2021 mata pelajaran
bahasa Indonesia menghasilkan nilai yang kurang memuaskan. Adapun dari 14 siswa kelas
III di SD Negeri Wejang Ratung, terdapat 10 siswa yang tidak mencapai Kriteria Ketuntasan
5
Minimal (KKM) sebesar 70. Dengan kata lain, hanya sekitar 29% siswa yang melampaui
KKM.
memberikan pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan bagi siswa agar tujuan
yang dimaksud yaitu pembelajaran yang memungkinkan siswa terlibat aktif dalam proses
tindakan kelas (PTK) kolaboratif dengan menerapkan model CIRC pada pembelajaran
bahasa Indonesia materi membaca intensif. Judul penelitian ini yaitu “Peningkatan Hasil
Composition pada Siswa Kelas III SD Negeri Wejang Ratung Kabupaten Manggarai
Timur”.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru kelas III SD Negeri
Wejang Ratung Kabupaten Manggarai Timur, siswa mengalami kesulitan belajar pada mata
pelajaran bahasa Indonesia. Salah satunya yaitu pada materi membaca intensif.
Pembelajaran bahasa Indonesia sering menyajikan teks bacaan yang kurang merangsang
rasa ingin tahu siswa. Teks bacaan yang disajikan belum memunculkan isu-isu
(permasalahan) faktual yang sedang terjadi. Selain itu, masih ada beberapa siswa yang
6
Permasalahan dalam pembelajaran membaca intensif selain dari faktor siswa juga
berasal dari faktor guru. Guru dalam menyampaikan materi masih menggunakan model
hasil belajar kurang optimal. Berdasarkan data hasil belajar siswa tahun ajaran 2020/2021,
dari 14 siswa terdapat 10 siswa yang tidak mencapai KKM sebesar 70. Siswa yang dapat
mencapai KKM hanya sekitar 29%, sehingga belum mencapai ketuntasan belajar klasikal
sebesar 75%. Nilai KKM 70 untuk mata pelajaran bahasa Indonesia sebenarnya tidak terlalu
tinggi bagi siswa. Pada kenyataan yang terjadi, masih banyak siswa yang tidak mencapai
KKM. Hal tersebut menunjukkan bahwa keberhasilan siswa pada mata pelajaran bahasa
Identifikasi masalah berisi uraian dan penjelasan mengenai hal-hal yang menjadi
diidentifikasi beberapa masalah yang mempengaruhi hasil belajar bahasa Indonesia materi
membaca intensif.
mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar bahasa
Indonesia materi membaca intensif yaitu: faktor internal dan faktor eksternal. Menurut
Slameto (2010: 54), faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa,
sedangkan faktor eksternal berasal dari luar diri siswa. Uraian mengenai faktor internal dan
7
1.3.1 Faktor Internal
Faktor internal yaitu faktor dari dalam diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar.
Menurut Rifa’i dan Anni (2011: 97), faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar
siswa antara lain: (1) kondisi fisik, seperti kesehatan organ tubuh; (2) kondisi psikis, seperti
kemampuan intelektual dan emosional; (3) dan kondisi sosial, seperti kemampuan
bersosialisasi dengan lingkungan. Kesempurnaan dan kualitas faktor internal yang dimiliki
siswa akan berpengaruh terhadap kesiapan, proses, dan hasil belajar siswa.
Slameto (2010: 54-59) mengemukakan bahwa faktor internal adalah faktor dalam
diri siswa yang mempengaruhi hasil belajarnya. Faktor internal dalam diri siswa yaitu:
(1) faktor jasmaniah, meliputi kesehatan organ tubuh dan cacat tubuh; (2)
faktor psikologis, meliputi inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan, dan kesiapan; dan (3) faktor kelelahan, meliputi kelelahan jasmani
dan rohani (psikis).
Rifa’i dan Anni (2011: 97) mengemukakan bahwa faktor eksternal yang
mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu: (1) variasi dan tingkat kesulitan materi yang
dipelajari; (2) tempat belajar; (3) iklim; (4) suasana lingkungan; dan (5) budaya belajar
masyarakat. Faktor eksternal akan mempengaruhi kesiapan, proses, dan hasil belajar siswa.
Menurut Slameto (2010: 60-70), faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar
belajar siswa. Faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu:
8
(1) Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomin keluarga, pengertian orang tua,
dan latar belakang kebudayaan; (2) faktor sekolah, meliputi metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin
sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung,
metode belajar, dan tugas rumah; (3) faktor masyarakat, meliputi kegiatan
siswa, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
Latar belakang keluarga siswa SD Negeri Wejang Ratung berasal dari keluarga
petani. Waktu untuk mendampingi anak dalam belajar sangat terbatas, bahkan kurang
memberikan perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan anak. Lingkungan tempat tinggal
siswa berada di daerah pedesaan. Keadaan ekonomi, infrastruktur, dan pendidikan tidak
terlalu maju jika dibandingkan daerah perkotaan. Keadaan masyarakat juga sebagian tidak
permasalahan yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Permasalahan tersebut berasal dari
dalam diri siswa (faktor internal) dan dari luar diri siswa (faktor eksternal). Permasalahan
yang muncul masih sangat luas, sehingga perlu dibatasi. Pembatasan masalah dilakukan
agar dalam penelitian ini memperoleh hasil yang maksimal. Peneliti membatasi
permasalahan pembelajaran membaca intensif yang berasal dari faktor eksternal saja.
guru, aktivitas, dan hasil belajar dengan menerapkan model pembelajaran CIRC.
9
1.5 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
(1) Apakah model pembelajaran CIRC dapat meningkatkan performansi guru dalam
pembelajaran materi membaca intensif pada siswa kelas III SD Negeri Wejang Ratung? (2)
Apakah model pembelajaran CIRC dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam
pembelajaran materi membaca intensif pada siswa kelas III SD Negeri Wejang Ratung? (3)
Apakah model pembelajaran CIRC dapat meningkatkan hasil belajar materi membaca
masalah tersebut. Penelitian ini difokuskan pada penerapan model pembelajaranCIRC pada
siswa kelas III SD Negeri Wejang Ratung Kabupaten Manggarai Timur. Penerapan
Tujuan umum merupakan tujuan yang masih bersifat umum dan menyeluruh yang
hendak dicapai dalam penelitian. Tujuan umum penelitian ini yaitu meningkatkan kualitas
Kualitas pembelajaran yang dimaksud meliputi performansi guru, aktivitas, dan hasil belajar
Tujuan khusus merupakan tujuan yang lebih spesifik pada bagian tertentu, yang
10
hendak dicapai dalam penelitian. Tujuan khusus dalam penelitian tindakan kelas (PTK)
kolaboratif ini yaitu meningkatkan performansi guru dalam pembelajaran materi membaca
intensif pada siswa kelas III SD Negeri Wejang Ratung melalui model pembelajaran
CIRC. Penelitian ini juga bertujuan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran materi membaca intensif pada siswa kelas III SD Negeri Wejang Ratung
Manfaat teoritis merupakan manfaat yang diperoleh dalam bentuk teori dari penelitian
ini. Secara teori penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
mutu pendidikan dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Hasil penelitian ini dapat pula
materi membaca intensif. Selain itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian empiris
atau acuan bagi penelitian lanjut yang lebih luas dan mendalam tentang model pembelajaran
CIRC.
Manfaat praktis merupakan manfaat yang diperoleh dari penelitian yang bersifat
praktik dalam pembelajaran. Manfaat praktis berkaitan dengan kontribusi yang diberikan
diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak. Adapun pihak yang memperoleh manfaat
praktis dari penelitian ini antara lain: siswa, guru, sekolah, dan peneliti. Uraian mengenai
11
1.8.2.1 Bagi Siswa
Dalam penelitian ini siswa merupakan salah satu subyek penelitian. Manfaat yang
dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu mempermudah pemahaman siswa dalam
CIRC dapat membangkitkan keantusiasan siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat
profesionalisme guru. Manfaat yang diperoleh guru dari penelitian ini antara lain sebagai
bahan masukan dan informasi bagi guru dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran
bahasa Indonesia materi membaca intensif. Melalui penelitian ini pula diharapkan dapat
memotivasi guru dalam menerapkan model pembelajaraan CIRC dalam pembelajaran. Hasil
penelitian ini dapat dijadikan sebagai umpan balik bagi guru dalam meningkatkan
performansinya.
Manfaat yang diperoleh sekolah yaitu menambah khasanah bacaan tentang model
pembelajaran CIRC yang bisa diterapkan untuk mata pelajaran di sekolah dasar. Sebagai
pembelajaran. Hasil penelitian ini juga dapat memberikan informasi tentang pelaksanaan
PTK Kolaboratif yang dapat digunakan guru-guru dalam meningkatkan mutu sekolah.
Manfaat penelitian ini juga diperoleh peneliti. Manfaat bagi peneliti yaitu menambah
wawasan tentang penerapan model pembelajaran CIRC pada materi membaca intensif.
12
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
belajar telah banyak dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan. Morgan (1986) dalam
that is a result of past experience”. Pendapat tersebut diartikan bahwa belajar adalah
perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman. Pendapat
Morgan (1986) didukung oleh Kolb (1984) dalam Hansen (2009: 24) bahwa “learning as a
Hamalik (2010: 37) berpendapat, “belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu
yang relatif mantap berkat pengalaman melalui interaksi dengan lingkungan”. Slameto (2010: 2)
mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yangbaru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sependapat dengan Slameto (2010), Gagne dan
Berliner (1983) dalam Rifa’i dan Anni (2011: 82) menyatakan belajar merupakan suatu proses
Belajar merupakan perubahan perilaku yang dilakukan seseorang sebagai hasil dari
pengalaman hidupnya. Belajar terjadi karena adanya interaksi seseorang dengan lingkungan
sekitarnya. Rifa’i dan Anni (2011: 82-83) menyatakan bahwa belajar mengandung tiga unsur
utama, yaitu: (1) belajar berkaitan dengan perubahan perilaku; (2) perubahan perilaku itu terjadi
karena didahului oleh proses pengalaman; dan (3) perubahan perilaku karena belajar bersifat relatif
13
permanen.
Berdasarkan pengertian belajar menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu yang relatif permanen. Perubahan tingkah
laku tersebut sebagai hasil dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Perubahan
yang terjadi pada diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan. Satu perubahan yang terjadi
2.1.2 Pembelajaran
berarti proses, cara, perbuatan mempelajari (Suprijono 2012: 11). Sagala (2011: 61)
seseorang mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru. Peranan guru bukan hanya
memberikan informasi, melainkan juga mengarahkan dan memberi fasilitas belajar agar
tujuan belajar dapat tercapai. Menurut Suprijono (2012: 13), guru mengajar dalam
perspektif pembelajaran adalah guru menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didik untuk
mempelajarinya.
Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah antara pendidik dan peserta didik.
Mengajar dilakukan guru sebagai pendidik dan belajar dilakukan siswa sebagai peserta
didik. Fokus kegiatan pembelajaran di sekolah adalah mempelajari materi pelajaran yang
tersusun dalam kurikulum. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 bab I pasal 1 ayat 20 yang menjelaskan bahwa “pembelajaran
merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar”. Dalam pembelajaran guru harus mampu memahami hakikat materi
pelajaran, sehingga dapat memanfaatkan sumber belajar yang tepat. Guru juga harus
dengan optimal.
Bruner (1960) dalam Sagala (2011: 63) menyatakan bahwa perlu adanya teori
14
pembelajaran yang akan menjelaskan asas-asas untuk merancang pembelajaran yang efektif
sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian
peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mendukung dan mempengaruhi
terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Demikian pula Gagne (1992) dalam
Rifa’i dan Anni (2011: 192) menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian
peristiwa eksternal peserta didik yang dirancang untuk mendukung proses internal belajar.
Peristiwa belajar yang dirancang oleh guru bertujuan agar peserta didik memproses
belajar siswa. Kegiatan pembelajaran dirancang dalam rangka mencapai tujuan belajar yang
telah ditetapkan. Dalam pembelajaran perlu adanya interaksi yang baik antara guru dan
siswa saat mempelajari materi pelajaran. Guru harus mampu merancang pembelajaran yang
Smith (1982) dalam Rusman (2011: 50) menyatakan, “performance is output from
proceses, human or therwise”. Artinya performansi adalah hasil dari suatu wujud perilaku
seseorang atau organisasi dengan orientasi prestasi. Performansi dapat pula diartikan
prestasi kerja atau hasil unjuk kerja. Guru sebagai pendidik harus mampu menunjukkan
performansinya saat menjalankan profesinya. Hal tersebut perlu dilakukan agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan optimal. Dalam Undang-Undang tentang Guru dan
Dosen Nomor 14 tahun 2005 Pasal 1 Ayat 1, dijelaskan bahwa “guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur formal, pendidikan dasar,
15
dan menengah”.
Rifa’i dan Anni (2011: 5-7) menyatakan bahwa guru merupakan jabatanprofesional
dan memberikan layanan ahli yang menuntut persyaratan kemampuan yang secara akademik
dan paedagogis maupun profesional dapat diterima oleh semua pihak. Guru profesional
harus disiapkan melalui program pendidikan yang relatif panjang dan dirancang berdasarkan
standar kompetensi guru. Guru sebagai pendidik profesional harus memiliki empat
guru atau performansi guru menurut Sudjana (2013: 18-20) sebagai berikut.
Setiap guru dalam jenjang pendidikan apapun harus memiliki empat kompetensi
guru. Keempat kompetensi guru tersebut merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisah-
satu sama lain. Guru yang baik harus memiliki keempat kompetensi tersebut. Keempat
kompetensi guru terpadu dalam diri seorang guru dan tercermin melalui karakterisktik
tingkah lakunya.
pelaksanaan pembelajaran. Alat yang digunakan untuk penilaian kinerja guru atau
performansi guru yaitu Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG). APKG 1 untuk menilai
Menurut Andayani et. al. (2009: 60-61), APKG 1mencakup enam butir pengukuran yaitu:
16
APKG 2 digunakan untuk menilai kemampuan guru dalam melaksanakan
pembelajaran. Menurut Andayani et al, (2009: 73-75) APKG 2 mencakup tujuh butir
pada hakikatnya kemampuan guru yang dituntut dari tugas dan tanggung jawabnya.
Performansi guru merupakan kemampuan yang mendukung tugas guru sebagai pendidik.
Dengan performansi yang dimiliki guru, siswa sebagai anak didik akan mampu
Tidak semua aktivitas yang dilakukan siswa selama pembelajaran dapat mendukung
proses pembelajaran. Slameto (2010: 36) mengemukakan bahwa aktivitas adalah kegiatan
siswa dalam berpikir dan berbuat, berupa kegiatan bertanya, mengajukan pendapat, dan
pembelajaran dalam bentuk interaksi edukatif antara pendidik dan peserta didik. Anak
usia sekolah dasar mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. Anak usia sekolah dasar selalu
ingin melakukan eksplorasi terhadap lingkungan sekitarnya. Guru sebagai pendidik harus
17
memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan aktivitas sesuai usianya dalam
pembelajaran.
Dierich (1952) dalam Hamalik (2010: 90-1) membagi delapan kelompok aktivitas
menggambar, metrik, mental, dan emosional. Aktivitas belajar siswa dalam penelitian ini
kemampuan mempresentasikan hasil kerja. Aktivitas belajar siswa yang juga diamati yaitu
pengetahuan yang diperoleh, serta ketekunan siswa dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan guru.
aktivitas belajar adalah seluruh kegiatan dalam proses interaksi antara guru dan siswa yang
dilakukan selama proses pembelajaran. Aktivitas belajar dilakukan untuk mencapai tujuan
belajar. Tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran yakni adanya perubahan tingkah
Menurut Suprijono (2012: 5), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai- nilai,
menambahkan, hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya
salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Rifa’i dan Anni (2011: 85) menyatakan bahwa
hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah
Bloom (1956) dalam Rifa’i dan Anni (2011: 86-89) menyebutkan tiga taksonomi
18
pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup
kategori pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan
(application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan penilaian
(evaluation); (2) Ranah afektif (affective domain), berkaitan dengan perasaan,
sikap, minat, dan nilai. Ranah afektif terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan
(receiving), penanggapan (responding), penilaian (valuing), pengorganisasian
(organization), dan pembentukan pola hidup(organization by a value complex);
dan (3) Ranah psikomotorik (phychomotoric domain), berkaitan dengan
kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi obyek,
dan koordinasi syaraf. Penjabaran ranah psikomotorik ini sangat sukar karena
seringkali tumpang tindih dengan ranah kognitif dan afektif.
Berdasarkan pendapat para ahli mengenai hasi belajar, dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang berupa pengetahuan, sikap, dan
keterampilan. Hasil belajar diperoleh setelah melalui aktivitas dalam proses belajar
mengajar. Hasil belajar ditandai dengan perilaku yang menunjukan adanya perbedaan
Desmita (2012: 35) mengemukakan, anak dengan rentang usia 6-12 tahun memiliki
karakteristik yang berbeda dengan anak yang usianya lebih muda maupun lebih tua. Anak
dengan rentang usia 6-12 tahun disebut dengan anak usia sekolah dasar. Usia anak sekolah
dasar berada dalam dua masa perkembangan, yaitu masa kanak-kanak tengah (6-9 tahun)
dan masa kanak-kanak akhir (10-12 tahun). Karakteristik anak usia sekolah dasar senang
bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau
melakukan sesuatu secara langsung. Piaget (1972) dalam Rifa’i dan Anni (2011: 26-30)
siswa kelas III SD usia 8-10 tahun berada pada tahap operasional konkret. Pada tahap ini,
19
siswa kelas III SD mulai berpikir secara operasional. Siswa usia 8-10 tahun dapat
menggunakan berbagai simbol, melakukan berbagai bentuk operasional logika dalam bentuk
benda nyata. Siswa kelas III SD usia 8-10 tahun belum bisa berpikir secara abstrak. Mereka
menggunakan berbagai simbol dan benda nyata sebagai dasar untuk mulai berpikir dalam
aktivitasnya. Oleh karena itu, dalam pembelajaran hendaknya guru menggunakan benda
konkret maupun tiruan benda konkret. Hal ini bertujuan supaya penyampaian materi
diajarnya. Pemahaman tentang karakteristik siswa digunakan guru sebagai dasar dalam
memilih model pembelajaran yang akan diterapkan. Model pembelajaran CIRC sesuai
dengan karakteristik siswa kelas III SD. Siswa melakukan kegiatan membaca secara
terpadu. Siswa diajak bekerja dalam tim (kelompok) dan siswa mengalami sendiri kegiatan
Keraf (1980) dalam Rosdiana (2008: 1.12) mengatakan bahwa bahasa bukan
diturunkan melainkan dipelajari. Bahasa dapat digunakan untuk menyatakan ekspresi diri,
sebagai alat komunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi, dan adaptasi sosial, serta
sebagai alat utnuk mengadakan kontrol sosial. Pembelajaran bahasaadalah proses memberi
rangsangan belajar berbahasa kepada siswa dalam upaya siswa mencapai kemampuan
pemikiran, keinginan, ide, pendapat, ataugagasan dalam bahasa lisan maupun tulis (Santosa
2010: 5.18). Menurut Susanto (2013: 245), pada hakikatnya pembelajaran bahasa Indonesia
Indonesia baik secara lisan maupun tulisan. Tarigan (2008: 1) menyatakan, keterampilan
berbahasa mencakup:
20
1. keterampilan menyimak/mendengarkan (listening skills);
Badan Standar Nasional Pendidikan (2007: 81) menyatakan standar isi bahasa
kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan
benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya
kesastraan manusia Indonesia”. Susanto (2013: 245) memaparkan bahwa tujuan pelajaran
bahasa Indonesia di SD yaitu agar siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra
antara lain agar siswa memiliki kegemaran membaca, meningkatkan karya sastra untuk
bahwa pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar memiliki tujuan yang jelas. Tujuan
utama pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar yaitu mempersiapkan siswa untuk
Pembelajaran bahasa harus diarahkan agar siswa mampu menggunakan bahasa Indonesia
dengan baik dan benar secara lisan maupun tulisan. Oleh karena itu, pada pembelajaran
21
membaca. Tujuannya jelas yaitu agar masyarakat dapat menyesuaikan diri dengan
kemampuan membaca merupakan sesuatu yang vital dalam suatu masyarakat terpelajar.
Membaca semakin penting dalam kehidupan masyarakat yang semakin kompleks. Hal ini
terkait dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKS) yang
semakin cepat, sebagian besar informasi disampaikan melalui media cetak dan elektronik.
Proses belajar yang efektif terbentuk melalui kegiatan membaca. Seseorang yang
gemar membaca akan mampu mencerna pengetahuan dan wawasan yang ada disekitarnya.
tantangan hidup pada masa yang akan datang. Di samping itu, kemampuan membaca
juga merupakan tuntutan realitas kehidupan sehari-hari. Informasi tersebar melalui media
cetak dan elektronik setiap harinya. Hal ini menantang guru untuk menyiapkan bahan
bacaan yang bermutu bagi siswa dalam pembelajaran. Guru SD memiliki peran untuk
membaca intensif.
Rahim (2008: 2) mengemukakan, membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit
yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan
aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Hodgson (1960) dalam Tarigan
(2008: 7) mendefinisikan membaca adalah proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulis melalui media kata-
kata/bahasa tulis. Iskandarwassid dan Sunendar (2011: 246) berpendapat bahwa membaca
merupakan kegiatan untuk mendapatkan makna dari apa yang tertulis dalam teks.
bahwa membaca merupakan kegiatan untuk memahami makna kata-kata yang tertulis dalam
teks.
22
Tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi
(mencakup isi) dan memahami makna bacaan (Tarigan 2008: 9). Tujuan pembelajaran
membaca bagi siswa SD (tingkat pemula) menurut Iskandarwassid dan Sunendar (2011:
289), yaitu: (1) mengenali lambang-lambang (simbol-simbol bahasa); (2) mengenali kata
dan kalimat; (3) menemukan ide pokok dan kata-kata kunci; dan (4) menceritakan kembali
Membaca intensif merupakan salah satu jenis membaca yang ditujukan untuk
mengetahui dan memahami teks secara mendalam. Menurut Brooks (1964) dalam
Tarigan (2008: 36), membaca intensif adalah studi saksama, telaah teliti, dan penanganan
terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua
sampai empat halaman setiap hari. Alshumaimeri (2011: 187) mengemukakan, “… reading
this information into memory structures”. Maksud pernyataan tersebut yaitu membaca
intensif dilihat sebagai proses pembaca dalam menginterpretasikan informasi baru dan
Tarigan (2008) mengemukakan, secara garis besar membaca intensif dibagi menjadi
dua yaitu membaca telaah isi dan telaah bahasa. Uraian lebih lengkapnya sebagai berikut.
23
membaca dengan saksama, teliti dan penuh pemahaman. Kegiatan membaca intensif
berkaitan dengan kemampuan pembaca dalam membentuk makna berdasarkan teks. Dalam
membaca intensif, kejelasan pelafalan dan intonasi kurang diperhatikan. Membaca intensif
lebih mementingkan pemahaman terhadap teks yang dibacanya, sehingga informasi yang
diperoleh lengkap.
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan
landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar
pada tingkat operasional di kelas. Arends dalam Suprijono (2012: 46) menambahkan, model
pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi,
metode atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang membedakan
dengan strategi, metode atau prosedur. Kardi dan Nur (2007) dalam Ngalimun (2013: 8)
(1) rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya; (2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa
belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai); (3) tingkah laku mengajar
yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; dan
(4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat
tercapai.
Berdasarkan uraian dari beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah suatu petunjuk guru dalam melakukan proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan belajar yang sudah ditentukan. Suatu model pembelajaran yang dipilih guru
harus disesuaikan dengan karakteristik materi dan kondisi siswa. Pemahaman guru terhadap
karakteristik materi dan siswa sangat berpengaruh terhadap model pembelajaran yang
24
diterapkan. Kesesuaian model pembelajaran dan karakteristik siswa dapat menentukan
keberhasilan pembelajaran.
Lie (2010: 28) menyatakan bahwa salah satu model pembelajaran yang menarik dan
learning. Menurut Slavin (2005: 8), dalam pembelajaran kooperatif siswa duduk bersama
dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang
disampaikan guru. Peran guru dalam pembelajaran hanya memfasilitasi siswa agar dapat
Roger dan Johnson (1991) dalam Suprijono (2012: 58) menyatakan lima unsur
(1) setiap anggota memiliki peran; (2) terjadi hubungan interaksi langsung
diantara siswa; (3) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya
dan teman-teman kelompoknya; (4) guru membantu mengembangkan
keterampilan interpersonal kelompok; dan (5) guru hanya berinteraksi dengan
kelompok saat diperlukan.
pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang terstruktur dan
kooperatif secara tidak langsung dapat melatih keterampilan sosial siswa. Pembelajaran
untuk pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar. Hal ini sesuai dengan pendapat Slavin
25
(2005: 200), CIRC merupakan sebuah program yang komprehensif untuk mengajari
pelajaran membaca, menulis, dan seni berbahasa pada kelas yang lebih tinggi di sekolah
dasar. Hal serupa juga diungkapkan oleh Yaman (1999) dalamDurukan (2011: 103) bahwa:
yang berbasis kerja sama, dirancang untuk mengembangkan membaca, menulis dan
keterampilan berbahasa yang lain di kelas tinggi pendidikan dasar. Teknik CIRC
menyajikan struktur yang meningkatkan peluang tidak hanya untuk pengajaran langsung
Slavin (2005: 203-206) mengemukakan tujuan utama dari CIRC yaitu menggunakan
(1) Kelompok membaca, terdiri dari dua atau tiga siswa berdasarkan tingkat
kemampuan membaca yang ditentukan oleh guru; (2) Tim, siswa
dikelompokkan dalam pasangan kelompok membaca yang terdiri dari dua
tingkat. Anggota tim menerima poin berdasarkan kinerja individual mereka pada
setiap kuis dan poin-poin inilah yang membentuk skor tim; (3) Kegiatan-kegiatan
yang berhubungan dengan cerita; (4) Pemeriksaan oleh pasangan, siswa yang telah
menyelesaikan semua kegiatan, diberi formulir tugas oleh pasangannya; dan (5) Tes,
siswa diberikan tes pemahaman terhadap cerita dan antarsiswa tidak boleh saling
membantu.
tertentu. Cerita tersebut didiskusikan dalam kelompok membaca yang diarahkan oleh guru.
26
untuk tiap paragraf.
(2) Menulis cerita yang bersangkutan dan tata bahasa cerita
Siswa diberikan pertanyaan berkaitan dengan cerita. Pada akhir membaca,
siswa diminta menulis topik bacaan tersebut.
(3) Mengucapkan kata-kata dengan keras
Siswa diberi tugas mencari daftar kata-kata baru yang terdapat dalam cerita.
Mereka harus belajar membaca kata-kata ini dengan benar supaya tidak
salah dalam mengucapkannya.
(4) Makna kata
Siswa diberi tugas untuk mencari pengertian kata-kata baru yang terdapat
dalam cerita. Pengertian kata-kata tersebut ditulis dalam lembar kertas.
Siswa dapat menggunakan kamus untuk mencari pengertian kata-kata baru
tersebut.
(5) Menceritakan kembali cerita
Setelah membaca cerita dan mendiskusikan dalam kelompok membaca,
siswa merangkum cerita dalam bentuk tulisan.
(6) Ejaan
Siswa saling menguji daftar ejaan kata-kata satu sama lain dan saling
membantu untuk menguasai daftar tersebut.
terhadap tugas kelompok. Setiap siswa mempunyai peran dalam kelompok masing- masing.
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dipadukan. Saifulloh (2003) dalam Huda
(1) pengalaman dan kegiatan belajar siswa akan selalu relevan dengan tingkat
perkembangan anak; (2) kegiatan yang dipilih sesuai dan bertolak dari minat
dan kebutuhan siswa; (3) seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi siswa;
(4) pembelajaran terpadu dapat menumbuhkembangkan keterampilan berpikir
siswa; (5) pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis
27
(bermanfaat) sesuai permasalahan yang sering ditemui siswa; (6) pembelajaran
terpadu dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa;
(7) pembelajaran terpadu dapat menumbuhkembangkan interaksi sosial siswa;
dan (8) membangkitkan motivasi belajar serta memperluas wawasan guru
dalam mengajar.
waktu yang tidak sedikit dalam pelaksanaannya. Waktu tersebut digunakan pada saat
diskusi. Suasana kelas cenderung ramai karena sulitnya mengatur kelas untuk kondusif.
memiliki kecenderungan lebih senang berkelompok dengan teman akrabnya. Hal ini dapat
membaca. Oleh karena itu, guru harus pandai mengatur waktu dan mampu menguasai
kondisi kelas. Apabila guru dapat mengatur waktu dan menguasai kelas, pelaksanaan
pembelajaran CIRC merupakan model pembelajaran yang efektif untuk diterapkan dalam
mata pelajaran bahasa Indonesia, khususnya materi membaca intensif. Model pembelajaran
CIRC dapat memperluas pengalaman siswa dalam hal membaca melalui kerjasama dengan
kelompoknya. Siswa tidak hanya bisa membaca secara fisik saja, melainkan juga melibatkan
proses mental. Siswa dapat melatih keterampilan sosial, ingatan, pemahaman, pemecahan
membaca intensif dilaksanakan dari kegiatan awal sampai akhir. Langkah- langkah
Kompetensi dasar pada penelitian ini yaitu menjawab dan mengajukan pertanyaan tentang
28
isi teks bacaan yang dibaca secara intensif. Guru memfasilitasi siswa dengan kegiatan
pembelajaran yang menyenangkan. Siswa lebih aktif dan terlibat penuh dalam pembelajaran
Model CIRC dapat menjadi model pembelajaran yang efektif apabila diterapkan
dengan langkah-langkah yang tepat. Guru perlu memahami unsur-unsur utama yang
terdapat di dalam model pembelajaran CIRC. Rahim (2008: 35) mengemukakan, model
29
(8) Pemeriksaan oleh pasangan
Siswa yang telah menyelesaikan semua kegiatan, diberi formulirtugas oleh
pasangannya. Siswa mengisi formulir tugas tersebut bersama pasangan
masing-masing.
(9) Tes
Pada akhir pembelajaran siswa diberikan tes evaluasi. Siswa tidak
diperbolehkan saling membantu.
2.2 Kajian Empiris
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini diantaranya yaitu penelitian yang
dilakukan oleh: (1) Pratiwi (2013) yang berjudul “Penerapan Model Cooperative Integrated
Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SDN Pancakarya 01 Ajung Jember Tahun Ajaran
Intensif dengan Model CIRC pada Siswa Kelas V SDN Mangkangkulon 01 Semarang”; (3)
pada SiswaKelas VIII D SMP Negeri 1 Plaosan Magetan Tahun Ajaran 2010/2011”;
Pratiwi (2013) dari Universitas Jember melakukan penelitian tindakan kelas yang
menunjukkan hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada setiap siklus. Persentase
ketuntasan pada siklus I sebesar 64,3% naik sebanyak 23,8% dari prasiklus. Ketuntasan
hasil belajar siswa pada siklus II mencapai 76,2% naik sebanyak 11,9% dibandingkan
dengan siklus I. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa dalam
mengalami peningkatan.
judul “Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif dengan Model CIRC pada Siswa Kelas
30
V SDN Mangkangkulon 01 Semarang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan
guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar dalampembelajaran membaca intensif dengan model
CIRC mengalami peningkatan. Keterampilan guru pada siklus I mendapat skor 27, siklus II
30, dan siklus III menjadi 37. Aktivitas siswa pada siklus I, mendapat skor rata-rata 9,08,
siklus II 14,66, dan siklus III meningkat menjadi 18,8. Ketuntasan hasil belajar klasikal
siklus I 51,72%, siklus II 65,52%, dan pada siklus III meningkat menjadi 86,21%.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa dengan model pembelajaran CIRC
dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar dalam
Perbedaannya terletak pada materi, subyek penelitian, dan pendekatan yang digunakan.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan materi membaca intensif dengan
subyek penelitian siswa kelas III SD Negeri Wejang Ratung Kabupaten Manggarai Timur
yang berjumlah 14 siswa. Pendekatan penelitian yang digunakan yaitu penelitian tindakan
kelas kolaboratif. Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti berkolaborasi bersama dengan
guru kelas untuk meningkatkan hasil pembelajaran bahasa Indonesia materi membaca
intensif.
kontribusi dalam penelitian ini. Pada penelitian ini model pembelajaran CIRC diterapkan
pada pembelajaran bahasa Indonesia materi membaca intensif. Peneliti ingin mengetahui
model pembelajaran CIRC terhadap peningkatan hasil belajar bahasa Indonesia materi
membaca intensif. Penelitian dilakukan pada siswa kelas III SD Negeri Wejang Ratung
31
2.3 Kerangka Berpikir
Kajian materi dalam mata pelajaran bahasa Indonesia cukup banyak, hal tersebut
Indonesia merupakan pelajaran yang mudah mengakibatkan siswa kurang serius dalam
pemberian tugas individual, dan tanya jawab. Pembelajaran semacam ini hanya berpusat
pada guru (teacher centered), sehingga siswa pasif dalam pembelajaran. Hal ini dapat
perlu adanya inovasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Salah satu model pembelajaran
yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran bahasa Indonesia yaitumodel pembelajaran
CIRC. Penerapan model CIRC dapat memberikan variasi dalam pembelajaran bahasa
Indonesia. Kemampuan guru dalam mengajar juga dapat meningkat dengan melaksanakan
pembelajaran yang bervariasi. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia
materi membaca intensif dapat meningkat dengan menerapkan model pembelajaran CIRC.
Berdasarkan uraianyang telah dikemukakan, dapat dibaca alur pemikirannya dalam bentuk
32
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir
peneliti. Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah: ”Penerapan model pembelajaran CIRC dapat meningkatkan hasil
pembelajaran materi membaca intensif pada siswa kelas III SD Negeri Wejang Ratung
33
BAB 3
METODE PENELITIAN
belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas
dan terjadi secara bersamaan (Arikunto et al. 2014: 2). Menurut Kunandar (2008: 41),
penelitian tindakan kelas (PTK) memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) kolaboratif, artinya penelitian
yang dilakukan peneliti bekerja sama dengan guru kelas dan kepala sekolah (teman
sejawat guru). Menurut Saminanto (2010: 7), PTK boleh dilakukan secara kolaboratif
dengan prosedur peneliti dan guru berdiskusi untuk menemukan pemecahan terhadap
Penelitian tindakan kelas (PTK) kolaboratif ini dilakukan dalam dua siklus.
3
Pelaksanaan penelitian dimulai dengan siklus I yang terdiri dari empat tahap. Tahap pertama
yaitu mengidentifikasi dan menganalisis masalah untuk menyusun rencana tindakan. Tahap
selanjutnya peneliti melaksanakan rencana tindakan yang telah disusun dan dilanjutkan
dengan observasi pada waktu pelaksanaan tindakan berlangsung. Tahap terakhir pada siklus
I yaitu refleksi. Menurut Arikunto et al (2014: 133) refleksi adalah kegiatan mengulas secara
kritis (reflective) mengenai perubahan yang terjadi pada siswa, suasana kelas, dan guru.
Setelah pelaksanaan siklus I, diketahui keberhasilan dan hambatan yang dialami. Langkah
menemukan kekurangan pada siklus I, oleh karena itu peneliti menyempurnakannya dengan
dilakukan pada siklus II sama seperti kegiatan siklus I. Perbedaannya yaitu sudah dilakukan
bertujuan untuk memperbaiki hambatan dan kegagalan yang ditemukan pada siklus I. Hasil
penelitian pada siklus II telah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan. Langkah
selanjutnya yaitu pemaknaan dan penyimpulan hasil penelitian tanpa melaksanakan siklus
lanjutan. Pemaknaan dan penyimpulan harus dilakukan dengan teliti berdasarkan data yang
diperoleh.
Penelitian tindakan kelas (PTK) kolaboratif memiliki prosedur yang terdiri dari
perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Menurut Trianto (2011: 67), perencanaan memiliki
Trianto (2011: 67) menyatakan perencanaan yang dimaksud yaitu perencanaan di luar
pelaksanaan tindakan, oleh sebab itu ada sebagian ahli yang menyebut tahap ini sebagai
tahap Pra-PTK. Menurut Rustam dan Mudilarto (2004) dalam Trianto (2011: 68), tahap
3
masalah, serta merencanakan perbaikan. Pelaksanaan merupakan langkah-langkah
pelaksanaan tindakan, observasi dan pengumpulan data, serta refleksi. Tindakan akhir yang
peneliti. Prosedur penelitian tindakan kelas (PTK) kolaboratif akan diuraikan sebagai
berikut.
masalah yang terjadi berkaitan dengan pembelajaran. Aspek penting pada tahap ini yaitu
pembelajaran. Masalah yang ditemukan guru biasanya berkaitan dengan pengelolaan kelas
selama pembelajaran. Permasalahan yang terjadi saling berkaitan satu sama lain, sehingga
pemecahan masalah yang diajukan harus mampu memecahkan semua permasalahan yang
terjadi.
masalah. Penyebab munculnya masalah dapat berasal dari guru, siswa, materi ajar, sumber
belajar, dan faktor lainnya. Penyebab munculnya masalah harus diketahui supaya dapat
menentukan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Trianto (2011: 69)
menyatakan bahwa masalah yang masih bersifat umum perlu dirumuskan supaya lebih jelas
dan spesifik. Analisis masalah yang jelas akan menghasilkan perumusan masalah yang
benar. Rumusan masalah bertujuan untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang akan
masalah yang tepat. Pada tahap ini diperlukan pengkajian sistematis terhadap masalah yang
3
terjadi.
berdasarkan penyebab timbulnya masalah. Trianto (2011: 71) menyatakan bahwa guru dapat
mengacu pada teori yang relevan, bertanya kepada ahli terkait, dan berkonsultasi dengan
supervisor dalam merancang tindakan. Ahli terkait meliputi ahli pembelajaran, ahli
bidang studi, atau pembelajaran bidang studi. Rencana tindakan perbaikan dituangkan dalam
rencana pembelajaran.
Penelitian tindakan kelas dimulai dari adanya masalah yang terjadi di kelas.
Permasalahan yang dipilih untuk diteliti yaitu permasalahan yang mendesak untuk diatasi.
Trianto (2011: 69) menyatakan bahwa permasalahan yang diangkat sebagai masalah PTK
harus benar-benar merupakan masalah yang perlu dipecahkan serta memberi manfaat.
Permasalahan dapat bersumber dari siswa, guru, bahan ajar, kurikulum, hasil belajar, dan
interaksi pembelajaran. Permasalahan kemudian dianalisis lebih lanjut supaya peneliti dapat
tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Trianto (2011: 77)
3
3.2.6 Pelaksanaan Tindakan
Tahap ini harus dilakukan sebaik mungkin supaya hasil yang diperoleh optimal. Guru
sebagai pelaksana tindakan harus menerapkan tindakan sesuai dengan perencanaan sehingga
Tahap observasi dan pengumpulan data dilakukan secara bersamaan pada saat
pelaksanaan tindakan. Trianto (2011: 78) menyatakan bahwa pengamatan dilakukan pada
waktu tindakan sedang berlangsung. Peneliti atau guru melakukan pengamatan dan
mencatat hal-hal yang diperlukan selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Hal yang perlu
diamati dalam penelitian meliputi aktivitas belajar siswa serta performansi guru dalam
pembelajaran. pembelajaran. Data yang telah terkumpul memerlukan analisis lebih lanjut
Empat tahap penelitian tindakan kelas merupakan unsur untuk membuat sebuah
siklus. Menurut Arikunto et al (2014: 20), siklus yaitu satu putaran kegiatan beruntun, yang
kembali ke langkah semula. Siklus adalah bentuk tindakan dalam penelitian yang di
dalamnya harus memuat empat tahap penting yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,
dan refleksi. Bentuk kegiatan pada penelitian tindakan kelas bukan berupa kegiatan tunggal,
Penelitian tindakan kelas kolaboratif ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap
siklus dibagi menjadi dua pertemuan, untuk pembelajaran dan tes formatif. Menurut
Nurgiantoro (2013: 114), tes formatif dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung
3.3.1 Siklus I
Siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Masing-masing pertemuan
menjelaskan materi pengertian dan fungsi membaca intensif. Hal yang perlu dilakukan guru
yaitu mendemonstrasikan cara membaca intensif kepada siswa. Tahapan siklus I meliputi:
(1) perencanaan; (2) pelaksanaan tindakan; (3) pengamatan; dan (4) refleksi. Kegiatan siklus
3.3.1.1 Perencanaan
Tahap perencanaan dilakukan oleh guru kelas dan peneliti. Perencanaan dilakukan
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Kegiatan yang dilakukan yaitu
intensif melalui penerapan model CIRC. Perencanaan dalam penelitian ini meliputi: (1)
membaca intensif melalui penerapan model CIRC; (3) menyusun dan menyiapkan materi
ajar, sumber belajar, lembar kerja siswa(LKS), dan media pembelajaran; (4) menyiapkan tes
formatif siklus I; dan (5) menyusun lembar pengamatan aktivitas siswa dan performansi
guru.
Tahap pelaksanaan tindakan yaitu rencana yang sudah disusun mulai dilaksanakan
oleh guru kelas. Pelaksanaan tindakan terdiri dari tiga kegiatan utama yaitu pendahuluan,
inti, dan penutup. Pada saat pelaksanaan tindakan, guru kelas menerapkan model
pembelajaran CIRC dalam proses pembelajaran. Pertemuan pertama selama dua jam
3
pelajaran (2 x 35 menit) digunakan untuk penanaman konsep mengenai membaca intensif
dan pembagian tim/kelompok. Pertemuan kedua selama dua jam pelajaran (2 x 35 menit)
digunakan memantapkan konsep membaca intensif dan melasanakan tes formatif siklus I.
3.3.1.3 Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh guru kelas, peneliti, dan kepala sekolah atau teman
sejawat guru. Pengamatan dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung. Guru kelas
melakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa. Peneliti dan kepala sekolah
Sesuai tujuan penelitian ini, maka pengamatan difokuskan pada performansi guru
penilaian terhadap performansi guru menggunakan APKG I dan APKG II. APKG I untuk
menilai rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan APKG II untuk menilai pelaksanaan
pembelajaran.
Aktivitas belajar siswa saat pembelajaran berlangsung harus selalu diamati. Aktivitas
siswa merupakan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran klasikal mulai dari awal
observasi aktivitas siswa. Aspek yang diamati meliputi: (1) kesiapan siswa dalam mengikuti
pembelajaran; (2) keantusiasan siswa selama proses pembelajaran; (3) kemampuan siswa
dalam bertanya; (4) kemampuan siswa dalam bekerjasama dengan kelompok; (5)
kemampuan siswa dalam menindaklanjuti pengetahuan yang diperoleh; dan (7) ketekunan
3.3.1.4 Refleksi
pada siklus I. Analisis digunakan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan performansi
guru, aktivitas, dan hasil belajar siswa. Hasil refleksi siklus I digunakan untuk
4
merencanakan perbaikan pembelajaran pada siklus II. Hal-hal yang masih efektif untuk
diterapkan dalam pembelajaran akan dilakukan lagi pada siklus II. Kekurangan-kekurangan
yang terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran akan direvisi untuk meningkatkan kualitas
3.3.2 Siklus II
dilaksanakan selama dua jam pelajaran (2 x 35 menit). Tahapan pada siklus II meliputi: (1)
perencanaan; (2) pelaksanaan tindakan; (3) pengamatan; dan (4) refleksi. Uraian mengenai
3.3.2.1 Perencanaan
Perencanaan disusun berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Kegiatan yang dilakukan
pada siklus II yaitu: (1) mengidentifikasi masalah-masalah yang muncul pada saat
melalui penerapan model CIRC; (3) menyusun dan menyiapkan materi ajar, sumber belajar,
lembar kerja siswa (LKS), dan media pembelajaran; (4) menyiapkan tes formatif siklus I;
dan (5) Menyusun lembar pengamatan aktivitas siswa dan performansi guru.
Tahap pelaksanaan tindakan yaitu rencana yang sudah disusun mulai dilaksanakan
oleh guru kelas. Pelaksanaan tindakan terdiri dari tiga kegiatan utama yaitu pendahuluan,
inti, dan penutup. Pada saat pelaksanaan tindakan, guru kelas menerapkan model
pembelajaran CIRC dalam proses pembelajaran. Pertemuan pertama selama dua jam
intensif. Pertemuan kedua selama dua jam pelajaran (2 x 35 menit) digunakan untuk
melaksanakan kegiatan membaca intensif dan tes formatif siklus II. Pelaksanaan tes formatif
4
3.3.2.3 Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh guru kelas, peneliti, dan kepala sekolah atau teman
sejawat guru. Pengamatan dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung. Guru kelas
melakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa. Peneliti dan kepala sekolah
Sesuai tujuan penelitian ini, maka pengamatan difokuskan pada performansi guru
performansi guru menggunakan Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG). Kepala sekolah
memberikan penilaian terhadap performansi guru menggunakan APKG I dan APKG II.
APKG I untuk menilai rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan APKG II untuk
mulai dari awal sampai akhir pembelajaran. Pengamatan aktivitas belajar siswa
(1) kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran; (2) keantusiasan siswa selama
proses pembelajaran; (3) kemampuan siswa dalam bertanya; (4) kemampuan siswa
menyelesaikan tugas.
3.3.2.4 Refleksi
pada siklus II. Analisis digunakan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan performansi
guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa. Hasil refleksi siklus II menunjukkan hasil yang
baik dan cukup memuaskan. Indikator keberhasilan sudah dapat tercapai pada siklus II,
4
3.4 Subjek Penelitian
penelitian. Subjek penelitian tindakan kelas ini yaitu guru dan siswa kelas III SD
siswa yang diteliti sebanyak 14 siswa, terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 6 siswa
harus segera diselesaikan sehingga hasil belajar siswa materi membaca intensif akan
meningkat. Selengkapnya data siswa kelas III SD Negeri Wejang Ratung terdapat pada
lampiran 1.
Pada bagian ini menguraikan mengenai tempat dan waktu yang digunakan
untuk penelitian tindakan kelas (PTK) kolaboratif. Tempat yang digunakan untuk
penelitian yaitu ruang kelas SD Negeri Wejang Ratung, Kelurahan Golo Wangkung,
Februari sampai bulan Maret tahun 2021. Faktor yang diteliti pada penelitian ini yaitu
performansi guru, aktivitas, dan hasil belajar siswa. Penelitian ini difokuskan pada
membaca intensif pada siswa kelas III semester II tahun pelajaran 2020/2021. Peneliti
3.6 Data
Pada bagian ini peneliti akan mengemukakan mengenai data dan teknik
pengumpulan data. Data digunakan untuk mengetahui hal-hal yang diperlukan pada
4
pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini. Data yang digunakan pada penelitian ini meliputi
data kuantitatif dan data kualitatif. Data tersebut yaitu tentang performansi guru, aktivitas,
dan hasil belajar siswa. Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan untuk
memperoleh data yang diperlukan oleh peneliti dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas
ini. Hal-hal yang akan dibahas dalam bagian ini meliputi: (1) sumber data; (2) jenis data;
(3) teknik pengumpulan data; dan (4) instrumen penelitian. Uraian data dan pengumpulan
penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa sumber.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: (1) guru; (2) siswa; dan (3)
3.6.1.1 Guru
Data dari guru berupa data performansi guru selama pelaksanaan siklus I dan Data
performansi guru diperoleh dari hasil observasi terhadap kemampuan guru dalam menyusun
pembelajaran. Pengamatan terhadap RPP ini dinilai dari kemampuan guru dalam
CIRC dapat diamati dengan Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG). Terdapat dua
jenis APKG, yaitu APKG I untuk kemampuan merencanakan pembelajaran dan APKG II
Penilaian perencanaan pembelajaran yang dilakukan guru terdiri dari enam aspek
yang dinilai dengan skor maksimal masing-masing aspek adalah empat. Pengamatan
terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru terdiri dari tujuh aspek dengan
skor maksimal masing-masing aspek adalah empat. APKG yang digunakan adalah APKG
4
3.6.1.2 Siswa
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu siswa kelas III SD Negeri
Wejang Ratung Kabupaten Manggarai Timur. Pada kelas III SD Negeri Wejang Ratung
Kabupaten Manggarai Timur terdapat 14 siswa. Adapun 14 siswa tersebut terdiri dari siswa
laki-laki yang berjumlah 8 siswa dan siswa perempuan yang berjumlah 6 siswa.
Data yang bersumber dari siswa berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data
kuantitatif berasal dari nilai hasil belajar siswa materi membaca intensif. Data kualitatif
berupa data aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran menggunakan model
CIRC. Nilai hasil belajar siswa diperolah melalui tes formatif yang dilaksanakan pada akhir
setiap siklus.
dilakukan siswa selama pembelajaran. Aspek yang diamati yaitu: (1) kesiapan siswa dalam
keberanian siswa dalam bertanya; (4) kemampuan siswa dalam bekerjasama dengan
kelompok; (5) kemampuan siswa melaksanakan model pembelajaran CIRC; (6) kemampuan
siswa dalam menindaklanjuti pengetahuan yang diperoleh; dan (7) ketekunan siswa dalam
menyelesaikan tugas. Setiap aspek yang diamati terdiri dari empat deskriptor, sehingga
3.6.1.3 Dokumen
sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang. Dokumen digunakan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian,
dokumenter, dan data penelitian yang relevan. Dokumen pada penelitian ini meliputi daftar
nama siswa, daftar hasil belajar siswa, hasil pengamatan aktivitas belajar siswa, APKG 1,
APKG 2, serta RPP. Dokumen berupa daftar hasil belajar siswa berisi nilai ulangan akhir
4
semester I tahun pelajaran 2020/2021. Selengkapnya daftar hasil belajar siswa dapat dibaca
pada lampiran 2.
Pada penelitian ini, data kuantitatif berisi dokumen nilai hasil belajar siswa. Nilai
tersebut diperoleh dari nilai ulangan akhir semester I sebelum menggunakan model CIRC
serta nilai hasil tes formatif pada akhir siklus I dan II. Arikunto et al (2014: 131)
menyatakan bahwa data kuantitatif (nilai hasil belajar siswa) dapat dianalisis secara
statistik deskriptif yaitu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau
fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar yang
Data kuantitatif berupa hasil tes formatif digunakan untuk mengetahui tingkat
ketercapaian siswa terhadap materi membaca intensif. Nilai berupa angka dari hasil tes
kuantitatif juga digunakan untuk menentukan hasil belajar rata- rata kelas dan persentase
Data kualitatif merupakan data hasil penelitian yang lebih berkenaan dengan
interpretasi terhadap fakta-fakta yang diperoleh di lapangan (Sugiyono 2013: 7). Data
kualitatif dapat berwujud pernyataan atau berupa kata-kata. Arikunto et al (2014: 131)
menyatakan bahwa data kualitatif yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang
memberi gambaran tentang ekspresi siswa tentang tingkat pemahaman terhadap suatu mata
pelajaran (kognitif), pandangan atau sikap siswa terhadap metode belajar yang baru
(afektif), aktivitas siswa mengikuti pelajaran, perhatian, antusias dalam belajar, kepercayaan
diri, motivasi belajar dan sejenisnya, dapat dianalisis secara kualitatif. Data kualitatif pada
penelitian ini berupaperformansi guru dan aktivitas belajar siswa. Data kualitatif diperoleh
4
menggunakan lembar pengamatan yang dilakukan pada siklus I dan siklus II. Performansi
guru diamati menggunakan APKG 1 untuk RPP dan APKG 2 untuk pelaksanaan
pembelajaran.
Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang harus
dilakukan oleh peserta tes dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek tertentu dari peserta
tes (Poerwanti et al. 2008: 4-3). Teknik tes dalam proses pengumpulan data pada penelitian
ini dilakukan setiap selesai pembelajaran setiap siklus. Teknik tes yang digunakan adalah tes
formatif. Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus, berarti pelaksanaan tes formatif
Tes formatif pada penelitian ini terdiri dari soal pilihan ganda materi membaca
intensif. Pada penelitian ini, kemampuan berbahasa yang diukur yaitu kemampuan
membaca.
3.7.2.1 Observasi
Pelaksanaan observasi dilakukan oleh peneliti dan guru mitra sebelum penelitian
wawancara tidak terstruktur yang dilakukan oleh peneliti terhadap guru kelas untuk
performansi guru dilakukan oleh kepala sekolah atau teman sejawat guru. Penilaian
performansi guru menggunakan APKG I untuk menilai RPP dan APKG II untuk menilai
4
pelaksanaan pembelajaran.
3.7.2.2 Dokumen
Data yang digunakan pada penelitian ini juga diperoleh dari dokumen. Dokumen
digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh dalam observasi. Dokumen pada
penelitian ini yaitu daftar nama siswa kelas III SD Negeri Wejang Ratung Kabupaten
Manggarai Timur tahun pelajaran 2020/2021. Dokumen penelitian ini dilengkapi dengan
penelitian. Terdapat tiga instrumen pada penelitian ini, yaitu: (1) Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP); (2) instrumen tes; dan (3) instrumen nontes. Uraian mengenai ketiga
Penelitian ini dilakukan dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari dua pertemuan.
Setiap siklus dilakukan pembelajaran dan tes formatif di akhir siklus. Selama penelitian
berlangsung dilakukan dua kali tes formatif. Setiap kegiatan pada penelitian ini harus
yang disebut dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Secara lebih lengkap
Untuk mendapatkan data mengenai hasil belajar siswa maka dilakukan tes. Tes yang
digunakan pada penelitian ini yakni tes formatif. Pelaksanaan tes formatif yaitu di setiap
akhir siklus I dan siklus II. Alat yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data hasil
belajar siswa yaitu tes objektif. Pada penelitian ini, bentuk soal yang digunakan pada tes
formatif yaitu bentuk soal pilihan ganda. Menurut Sudjana (2011: 48), soal pilihan ganda
dengan bentuk soal pilihan ganda. Peneliti menggunakan jenis soal pilihan ganda karena
proses pengoreksiannya cepat dan singkat. Selain itu, jenis soal pilihan ganda akan
memudahkan siswa kelas rendah dalam menyelesaikan tes formatif.Instrumen tes terlampir
Data kualitatif pada penelitian ini diperoleh melalui teknik nontes yaitu observasi.
Kegiatan observasi dilakukan kepala sekolah didampingi peneliti, danguru kelas. Data
kualitatif tersebut berupa performansi guru dan aktivitas belajar siswa. Instrumen nontes
pada penelitian ini yaitu lembar pengamatan performansi guru dan aktivitas belajar siswa.
Uraian mengenai lembar pengamatan performansi guru dan aktivitas belajar siswa sebagai
berikut.
Performansi guru diperoleh melalui observasi terhadap guru yang dilakukan oleh
observer. Lembar pengamatan yang digunakan untuk mengumpulkan data performansi guru
yaitu Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG). APKG I untuk menilai RPP dan APKG II
terdapat pada lampiran 24 dan 29. Lembar pengamatan APKG II beserta deskriptor terdapat
pembelajaran. Pengamatan aktivitas belajar siswa dilakukan oleh guru pada siklus I dan II.
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data aktivitas siswa yaitu lembar pengamatan
aktivitas belajar siswa. Aspek yang diamati meliputi: (1) kesiapan siswa mengikuti kegiatan
pembelajaran; (2) keantusiasan siswa selama pembelajaran; (3) kemampuan siswa dalam
bertanya; (4) kemampuan siswa dalam bekerjasama dengankelompok; (5) keterlibatan siswa
dalam mengikuti pembelajaran menggunakan model CIRC; (6) kemampuan siswa dalam
4
menindaklanjuti pengetahuan yang diperoleh; dan (7) ketekunan siswa dalam
diperoleh, dan membuat interpretasi terhadap data tersebut. Data yang digunakan pada
penelitian ini yaitu data kuantitatif dan kualitatif. Setelah data yang diperoleh, langkah
selanjutnya yaitu menganalisis data tersebut. Analisis data dilakukan dengan beberapa
teknik. Teknik analisis data pada penelitian ini diuraikan sebagai berikut.
Data kuantitatif yang digunakan pada penelitian ini yaitu data hasil belajar siswa dari
hasil tes formatif. Selama penelitian hanya dilaksanakan dua kali tes formatif. Pelaksanaan
tes formatif di setiap akhir siklus I dan II. Siswa mengerjakan tes formatif di akhir
pembelajaran secara individu. Menurut Aqib et al (2010: 41), analisis tingkat keberhasilan
atau persentase ketuntasan belajar siswa dilakukan setelah proses belajar mengajar
berlangsung pada setiap siklusnya. Analisis tingkat keberhasilan atau persentase ketuntasan
belajar siswa dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa tes formatif. Pada
penelitian ini, jenis soal yang digunakan yaitu soal pilihan ganda. Peneliti memilih jenis soal
pilihan ganda karena lebih cocok untuk siswa kelas III sekolah dasar. Soal pilihan ganda
5
pembelajaran yang dilakukan guru. Data hasil belajar siswa yang dianalisis meliputi:
(1) nilai akhir belajar siswa; (2) nilai rata-rata kelas; dan (3) persentase tuntas belajar
klasikal. Rumus yang digunakan untuk mengolah data hasil belajar siswa sebagai
berikut.
Nilai akhir belajar siswa merupakan data kuantitatif yang digunakan pada penelitian
ini. Nilai akhir dapat ditentukan apabila jumlah skor yang diperoleh siswa telah diketahui.
Rumus untuk menentukan nilai akhir belajar siswa menurut Depdiknas (2007: 25) sebagai
berikut.
NA = 𝑆𝑃 X 100
𝑆𝑀
Selain nilai akhir belajar siswa, nilai rata-rata kelas juga digunakan sebagai data
kuantitatif. Nilai rata-rata kelas dapat ditentukan apabila jumlah nilai akhir yang diperoleh
siswa telah diketahui. Poerwanti et al. (2008: 6-25) menyatakan untuk menentukan nilai
NA = Nilai Akhir
SN = Jumlah Siswa
Persentase tuntas belajar klasikal merupakan salah satu data kuantitatif penelitian ini.
Persentase tuntas belajar klasikal dapat dihitung setelah diketahui jumlah siswa yang
mencapai KKM. Aqib et al. (2010: 41) mengemukakan, untuk menghitung persentase tuntas
pada siklus selanjutnya. Untuk menentukan keberhasilan tuntas belajar, dapat dibaca pada
tabel 3.1.
membandingkan data dengan data sebelum mendapat perlakuan (tindakan). Apabila data
yang diperoleh pada siklus I belum sesuai dengan indikator keberhasilan, maka dilakukan
siklus II.
Pada penelitian ini data kualitatif diperoleh melalui hasil observasi terhadap
performansi guru dan aktivitas siswa dalam melaksanakan pembelajaran dengan model
CIRC. Data ini disajikan dalam bentuk kalimat menurut kategorinya. Berdasarkan data
kualitatif ini akan diperoleh suatu kesimpulan. Analisis data yang digunakan sebagai
berikut.
Performansi guru diukur dengan menggunakan Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG).
APKG 1 = R
𝐴+𝐵+𝐶+𝐷+𝐸+𝐹6
R =
5
APKG 2 = K
𝑃+Q+𝑅+𝑆+𝑇+𝑈+𝑉7
K =
1( 𝑅)+ 2 (𝐾)
PG =
3
Keterangan:
Setelah mengetahui hasil performansi guru, maka perlu menentukan kategori nilai
performansi guru. Kategori nilai performansi guru dilambangkan dengan huruf A sampai E.
Rentang nilai angka 100 sampai dengan 51. Penentuan kategori nilai performansi guru
hasil pengamatan dapat dilihat dari hasil skor pada lembar observasi yang digunakan.
Persentase perolehan skor pada lembar observasi diakumulasi untuk menentukan tingkat
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Data aktivitas belajar siswa diperoleh melalui
pengamatan di setiap pembelajaran pada siklus I dan siklus II. Menurut Yonny et al (2010:
177) untuk menentukan persentase keaktifan belajar siswa digunakan rumus berikut.
keaktifan siswa. Kriteria keaktifan siswa dibagi menjadi empat yaitu sangat tinggi, tinggi,
sedang, dan rendah. Untuk menentukan kriteria keaktifan siswa dapat dibaca pada tabel
berikut.
kualitas pembelajaran di kelas III SD Negeri Wejang Ratung jika dapat mencapai indikator
Performansi guru dikatakan berhasil dalam pembelajaran jika nilai akhir performansi
guru minimal 71. Berdasarkan sistem penilaian pedoman akademik nilai 71 termasuk
kategori B.
pembelajaran. Indikator keberhasilan aktivitas belajar siswa yaitu: (1) kehadiran siswa di
kelas minimal 75%; (2) keterlibatan siswa dalam pembelajaran menggunakan model CIRC
minimal 75%.
5
Setelah memperoleh dan menganalisis data hasil belajar siswa, indikator
keberhasilan untuk hasil belajar siswa yaitu: (1) siswa tuntas belajar dengan mencapai
KKM ≥ 70, berdasarkan KKM SD Negeri Wejang Ratung Kabupaten Manggarai Timur
mata pelajaran bahasa Indonesia; (2) nilai rata-rata kelas ≥ 70; dan (3) persentase tuntas
belajar klasikal minimal 75% dari keseluruhan siswa memperoleh nilai ≥ 70.
5
BAB 5
PENUTUP
Bab penutup merupakan bagian akhir pada penyusunan penelitian ini. Bagian ini
terdiri dari simpulan dan saran. Simpulan berisi ringkasan hasil penelitian yang telah
dilaksanakan. Saran merupakan tindak lanjut dari simpulan yang berisi masukan untuk
pihak-pihak yang terkait pada penelitian ini. Penelitian yang berjudul “Peningkatan Hasil
Composition pada Siswa Kelas III SD Negeri Wejang Ratung Kabupaten Manggarai Timur”
telah dilaksanakan. Simpulan dan saran yang diperoleh daripenelitian ini diuraikan sebagai
berikut.
5.1 Simpulan
Peningkatan kualitas pembelajaran meliputi performansi guru, aktivitas, dan hasil belajar
siswa kelas III SD Negeri Wejang Ratung Kabupaten Manggarai Timur. Simpulan hasil
performansi guru, aktivitas, dan hasil belajar siswa diuraikan sebagai berikut.
performansiguru. Hal tersebut dapat diketahui dari perolehan nilai kemampuan guru dalam
menyusun RPP dan melaksanakan pembelajaran. Nilai akhir performansi guru pada siklus I
yaitu 81,39 dengan kategori AB. Pada siklus II nilai akhir performansi guru meningkat
menjadi 90,34 dengan kategori A. Nilai performansi guru padapembelajaran siklus I dan II
sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu minimal 71 dengan kategori B. Nilai tersebut
III SD Negeri Wejang Ratung Kabupaten Manggarai Timur dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa. Peningkatan aktivitas belajar siswa diketahui dari hasil pengamatan aktivitas
siswa selama proses pembelajaran. Hasil pengamatan aktivitas belajar siswa pada
pembelajaran siklus I sebesar 69,71% termasuk kategori tinggi. Hasil pengamatan aktivitas
belajar siswa siklus II mengalami peningkatan menjadi 78,86% dengan kategori sangat
tinggi. Berdasarkan hasil yang diperoleh, persentase aktivitas belajar siswa telah mencapai
indikator keberhasilan yang ditentukan. Kehadiran siswa di kelas dan keterlibatan siswa
III SD Negeri Wejang Ratung Kabupaten Manggarai Timur dapat meningkatkan hasil
belajarsiswa. Pada pembelajaran setiap siklus, peningkatan ditunjukkan dari perolehan nilai
rata-rata kelas dan persentase ketuntasan belajar klasikal. Rata-rata hasil belajar siswa pada
siklus I yaitu 75,7 meningkat menjadi 81,8 pada siklus II. Terdapat 10 siswa yang tuntas
belajar dari 14 jumlah siswa pada siklus I. Pada siklus II terdapat 12 siswa yang tuntas
belajar dari 24 siswa. Hal ini menunjukkan ketuntasan belajar klasikal mengalami
peningkatan dari 71% pada siklus I menjadi 86% pada siklus II. Peningkatan hasil belajar
pembelajaran CIRC pada siswa kelas III SD Negeri Wejang Ratung Kabupaten Manggarai
Timur berhasil.
5.2 Saran
peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah dasar. Saran ditujukan untuk pihak- pihak
yang terkait dengan penelitian ini, meliputi siswa, guru, dan sekolah. Saran pada penelitian
5
ini diuraikan sebagai berikut.
Siswa disarankan lebih aktif dalam pembelajaran supaya tercipta suasanakelas yang
mampu memotivasi untuk belajar. Siswa diharapkan sering membaca teks bacaan dengan
seksama dan teliti. Hal ini bertujuan agar siswa lebih mudah menyelesaikan tugas-tugas
materi membaca intensif dengan baik. Dengan membaca pengetahuan dan keterampilan
membaca akan meningkat. Pada saat pembelajaran berlangsung, siswa sebaiknya lebih
memanfaatkan kesempatan yang diberikan guru. Siswa diharapkan berani bertanya kepada
guru maupun temannya apabila mengalami kesulitan belajar. Tujuan pembelajaran dapat
tercapai dengan optimal apabila interaksi antara guru dan siswa selama pembelajaran
terjalin baik.
pembelajaran yang akan digunakan. Hal ini bertujuan agar siswa tidak merasa bosan dan
Model pembelajaran CIRC, dapat dijadikan alternatif model pembelajaran yang dapat
digunakan guru. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terbukti bahwa model
CIRC dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri Wejang Ratung
Kabupaten Manggarai Timur. Oleh karena itu, guru hendaknya menerapkan model
pembelajaran. Sekolah juga harus memberi kesempatan kepada guru untuk melakukan
5
inovasi dalam melaksanakan pembelajaran. Salah satu kesempatan yang dapat diberikan
sekolah yaitu dengan menerapkan model CIRC dalam pembelajaran. Guru dapat
5
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal, et al. 2010. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK.
Bandung: Yrama Widya.
Doyin, Mukh dan Wagiran. 2010. Bahasa Indonesia: Pengantar Penulisan Karya
Ilmiah. Semarang: UNNES Press.
Hamalik, Oemar. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hansen,
Poerwanti, Endang et al. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Jakarta: Depdiknas Pratiwi,
Rahim, Farida. 2008. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Rifa’i, Achmad, dan Catharina Tri Anni. 2011. Psikologi Pendidikan. Semarang:
UNNES Press.
Rosdiana, Yusi. 2008. Bahasa dan Sastra Indonesia di SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Saminanto. 2010. Ayo Praktik PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Semarang: RaSAIL
Media Group.
Santosa, Puji. 2010. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Slavin, Robert E. 2005. Cooperatif Learning: Teori, Riset dan Praktik. Terjemahan
Narulita Yusron. Bandung: Nusa Media.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Yonny, Acep, et.al. 2010. Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Familia.
Lampiran-Lampiran
Lampiran 1
PEMERINTAH KABUPATEN MANGGARAI TIMUR
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
SD NEGERI WEJANG RATUNG
KKM = 70
No. Nama Siswa Nilai Tuntas Belum Tuntas
1 Arselinus Agung 65 - √
2 Belasius Fredi Hardian 68 - √
3 Dominikus Safion 65 - √
4 Fransiskus Atris Jumali 65 - √
5 Fransiskus Safri 67 - √
6 Gregorius Baptista 67 - √
7 Kartini Murni Tatik 90 √ -
8 Maria Baptista Farani 81 - √
9 Marwan Hidayat Widiyanto 85 √ -
10 Oktavianus Ardiansa Alpin 65 - √
11 Rosalia Kartika Ersin 65 - √
12 Safanya Familia Adira 90 √ -
13 Sefanya Familia Adira 83 √ -
14 Theodora Talita Kadi 85 √ -
SILABUS PENGEMBANGAN BAHASA INDONESIA
Sekolah : SD Negeri Wejang Ratung
A. Standar Kompetensi
7. Memahami teks dengan membaca intensif (150-200 kata) dan membaca puisi.
B. Kompetensi Dasar
7.1 Menjawab dan atau mengajukan pertanyaan tentang isi teks agak panjang
(150-200 kata) yang dibaca secara intensif.
C. Indikator
7.1.1. Mampu membaca bacaan/teks secara intensif.
7.1.2. Mampu menemukan kata-kata sukar yang terdapat dalam bacaan/teks.
7.1.3. Mampu menjelaskan pengertian kata-kata sukar yang terdapat dalam
bacaan/teks.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah mendengarkan penjelasan guru tentang pengertian membaca intensif,
siswa mampu membaca bacaan yang berjudul “Tubuh Kita Perlu Air” secara
intensif.
2. Melalui model CIRC, siswa mampu menemukan kata-kata sukar yangterdapat
dalam bacaan yang berjudul “Tubuh Kita Perlu Air”.
3. Setelah diskusi kelompok tentang bacaan yang berjudul “Tubuh Kita Perlu
Air”, siswa dapat menjelaskan pengertian kata-kata sukar yang terdapat dalam
teks bacaan yang berjudul “Tubuh Kita Perlu Air”.
Karakter yang diharapkan : dapat dipercaya (trustworthines), rasa hormat dan
perhatian (respect), tekun (diligent), tanggungjawab
(responsibility), dan berani (courage).
E. Materi Pokok
Membaca intensif teks bacaan.
1. Pengertian dan Fungsi Membaca Intensif
Membaca intensif merupakan kegiatan membaca secara sungguh-
sungguh, mendalam, cermat, dan seksama. Salah satu fungsi membaca intensif
yaitu menjelaskan isi bacaan dengan cara menjawab pertanyaan dan
merangkaikan gagasan pokok.
Setiap bacaan terdiri atas beberapa paragraf. Setiap paragraf memiliki satu
gagasan pokok. Gagasan pokok merupakan pendapat atau pemikiran yang
menjadi dasar pengembangan paragraf.
2. Langkah-langkah Membaca Intensif
a. Menyiapkan teks bacaan yang akan dibaca.
b. Membaca teks bacaan dengan penuh konsentrasi.
c. Saat membaca lakukan hal berikut ini:
1) Memberi garis bawah hal-hal yang dianggap penting.
2) Memberi tanda pada kata-kata sukar.
d. Mengajukan pertanyaan berhubungan dengan isi bacaan.
e. Membuat rangkuman dengan bahasa sendiri.
F. Model dan Metode Pembelajaran
1. Model pembelajaran
Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
2. Metode pembelajaran
a. Ceramah digunakan saat menjelaskan materi pengertian membaca
intensif.
b. Tanya jawab digunakan saat menjelaskan kata-kata sukar.
c. Diskusi digunakan saat mengerjakan lembar kerja siswa.
d. Penugasan digunakan saat memberikan tugas rumah untuk siswa.
G. Langkah-Langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Awal (10 menit)
a. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam.
b. Guru mengondisikan siswa untuk siap mengikuti kegiatan
pembelajaran.
c. Guru menyuruh ketua kelas untuk memimpin teman-temannya berdoa.
d. Guru mengecek kehadiran siswa (presensi).
e. Guru melakukan apersepsi dengan tanya jawab tentang kegiatan
membaca yang dilakukan siswa.
f. Guru memberikan motivasi belajar kepada siswa.
g. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan materi yang akan
dipelajari.
2. Kegiatan inti (45 menit)
a. Eksplorasi
1) Guru bertanya tentang pengertian membaca intensif kepada siswa.
2) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskantentang
membaca intensif.
3) Guru memberikan informasi tentang pengertian dan fungsi membaca
intensif kepada siswa.
4) Guru membagikan teks bacaan yang berjudul “Tubuh Kita PerluAir”
kepada masing-masing siswa.
5) Guru menyuruh siswa membaca berpasangan dan menyimak teks
bacaan yang berjudul “Tubuh Kita Perlu Air”.
b. Elaborasi
1) Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok heterogen yang terdiri dari
siswa berkemampuan tinggi dan rendah.
2) Masing-masing kelompok berdiskusi mencari kata-kata sukar dalam teks
bacaan yang berjudul “Tubuh Kita Perlu Air” dan mencari artinya di
kamus bahasa Indonesia.
3) Siswa mendapatkan pengawasan dan bimbingan dari guru saat
berdiskusi kelompok.
4) Perwakilan kelompok maju ke depan kelas untuk membacakan hasil
diskusi, kelompok lain memperhatikan.
c. Konfirmasi
1) Guru bersama siswa membaca kata-kata sukar dari hasil diskusisemua
kelompok dengan ejaan yang benar sampai lancar.
2) Guru bertanya jawab kepada siswa tentang hal-hal yang telah
dipahami dan belum dipahami siswa.
3) Guru memberi pujian sebagai penguatan dan motivasi kepada siswa.
3. Kegiatan penutup (15 menit)
a. Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran.
b. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan di rumah yaitu
mencari teks bacaan dalam majalah/koran, kemudian dicatat kata-kata yang
sulit dalam teks bacaan tersebut.
c. Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam.
H. Sumber dan Media Pembelajaran
1. Sumber
a. Silabus bahasa Indonesia kelas III SD.
b. Ismoyo, dan Romiyatun. 2007. Aku Bangga Bahasa Indonesia Sekolah
Dasar Kelas 3. Jakarta: Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan
Nasional. Hal.80-83.
c. Nur’aini, Umri dan Indriyani. 2008. BSE Bahasa Indonesia untuk Sekolah
Dasar Kelas III. Jakarta: Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan
Nasional. Hal. 31-32 dan hal. 80-81.
d. Warsidi, Edi dan Farika. 2008. BSE Bahasa Indonesia Membuatku Cerdas
3. Jakarta: Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional. Hal. 3-7.
2. Media
a. Teks bacaan berjudul “Tubuh Kita Perlu Air” yang bersumber dari BSEAku
Bangga Bahasa Indonesia Sekolah Dasar Kelas 3.
b. Kamus bahasa Indonesia
I. Penilaian
1. Prosedur : penilaian proses, penilaian hasil
2. Jenis penilaian:
a. Penilaian proses : pengamatan guru
b. Penilaian hasil : tes formatif dengan alat penilaian
3. Bentuk penilaian : pilihan ganda
4. Alat tes : soal-soal evaluasi (terlampir)
5. Kunci Jawaban : (terlampir)
6. Format penilaian : (terlampir)
J. Kriteria Penilaian
1. Lembar Aktivitas Siswa (terlampir)
2. Lembar Penilaian (terlampir)
Standar Kompetensi :
7. Memahami teks dengan membaca intensif (150-200 kata) dan membaca puisi.
Kompetensi Dasar :
7.1 Menjawab dan atau mengajukan pertanyaan tentang isi teks agak panjang
(150-200 kata) yang dibaca secara intensif.
PETUNJUK!
Bacalah bacaan di bawah ini dengan teliti!
Rumus Penilaian:
NA = x 100
*Skor Maksimum = 20
KISI-KISI SOAL EVALUASI
Standar Kompetensi :
7. Memahami teks dengan membaca intensif (150-200 kata) dan membaca puisi.
Kompetensi Dasar :
7.1 Menjawab dan atau mengajukan pertanyaan tentang isi teks agak panjang
(150-200 kata) yang dibaca secara intensif.
Jenis Ranah Tingkat No
No Indikator Soal Soal Kognitif Kesukaran Soal
Disajikan teks bacaan
berjudul “Tuanku Imam
Bonjol”, siswa dapat Pilihan
1. C1 Mudah 1
menyebutkan tahun Ganda
kelahiran Tuanku Imam
Bonjol.
Disajikan teks bacaan
berjudul “Tuanku Imam Pilihan
2. Bonjol”, siswa dapat Ganda C1 Mudah 2
menyebutkan sejarah gelar
Tuanku Imam Bonjol.
Disajikan teks bacaan
berjudul “Tuanku Imam Pilihan
3. Bonjol”, siswa dapat Ganda C2 Sedang 3
mengartikan kata-kata sukar
dalam bacaan.
Disajikan teks bacaan
berjudul “Tuanku Imam Pilihan
4. Bonjol”, siswa dapat Ganda C1 Mudah 4
menentukan golongan yang
berselisih di Minangkabau.
Disajikan teks bacaan
berjudul “Tuanku Imam Pilihan
5. Bonjol”, siswa dapat Ganda C2 Sukar 5
mengartikan kata-kata sukar
dalam bacaan.
Jenis Ranah Tingkat No
No Indikator Soal Soal Kognitif Kesukaran Soal
Disajikan teks bacaan
berjudul “Tuanku Imam Pilihan
6. Bonjol”, siswa dapat Ganda C1 Mudah 6
menyebutkan cara Belanda
menguasai Indonesia.
Disajikan teks bacaan
berjudul “Tuanku Imam Pilihan
7. Bonjol”, siswa dapat Ganda C2 Sedang 7
mengartikan kata-kata sukar
dalam bacaan.
Disajikan teks bacaan
berjudul “Tuanku Imam Pilihan
8. Bonjol”, siswa dapat Ganda C2 Sukar 8
mengartikan kata-kata sukar
dalam bacaan.
Disajikan teks bacaan
berjudul “Tuanku Imam Pilihan
9. Bonjol”, siswa dapat Ganda C1 Mudah 9
menyebutkan agama ayah
Muhammad Syahab.
Disajikan teks bacaan
berjudul “Tuanku Imam
Bonjol”, siswa dapat Pilihan
10. Ganda C1 Mudah 10
menyebutkan nama Tuanku
Imam Bonjol pada saat
remaja.
SOAL EVALUASI
Sekolah : SD Negeri Wejang Ratung
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (X) pada
huruf a, b, c, atau d!
1. Muhammad Syahab lahir pada tahun ....
a. 1278
c. 1782
b. 1772
d. 1872
5. Syahab dikenal sebagai pemuda yang berbudi dan pandai.Arti kata berbudi yaitu
berkelakuan ….
a. buruk c. jahat
b. baik d. tercela
8. Tuanku Imam Malim Baso atau Tuanku Bonjol mendirikan benteng.Arti kata
benteng yaitu ….
a. persaudaraan
c. perlawanan
b. pertahanan
d. pertikaian
9. Ayah Muhammad Syahab adalah seorang guru agama ....
a. Islam
c. Hindu
b. Kristen
d. Budha
10. Pada saat remaja, Tuanku Imam Bonjol bernama ….
a. Muhammad Subah
c. Muhamad Sahab
b. Muhammad Sabah
d. Muhammad Syahab
Kunci Jawaban
1. b 6. a
2. a 7. c
3. c 8. b
4. d 9. a
5. b 10. d
A. Standar Kompetensi
7. Memahami teks dengan membaca intensif (150-200 kata) dan membaca
puisi.
B. Kompetensi Dasar
7.1 Menjawab dan atau mengajukan pertanyaan tentang isi teks agak panjang
(150-200 kata) yang dibaca secara intensif.
C. Indikator
7.1.4 Mampu menjawab pertanyaan berkaitan dengan isi bacaan.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah mendengarkan penjelasan guru tentang membaca intensif, siswa dapat
membaca teks bacaan yang berjudul “Taman Mini Indonesia Indah (TMII)”
secara intensif.
2. Melalui model pembelajaran CIRC, siswa dapat menjawab pertanyaan
berkaitan dengan isi bacaan yang berjudul “Taman Mini Indonesia Indah
(TMII)” dengan benar.
E. Materi Pokok
Membaca intensif teks bacaan.
1. Pengertian dan Fungsi Membaca Intensif
Membaca intensif merupakan kegiatan membaca secara sungguh-
sungguh, mendalam, cermat, dan seksama. Salah satu fungsi membaca intensif
yaitu menjelaskan isi bacaan dengan cara menjawab pertanyaan dan
merangkaikan gagasan pokok.
Setiap bacaan terdiri atas beberapa paragraf. Setiap paragraf memiliki satu
gagasan pokok. Gagasan pokok merupakan pendapat atau pemikiran yang
menjadi dasar pengembangan paragraf.
2. Langkah-langkah Membaca Intensif
a. Menyiapkan teks bacaan yang akan dibaca.
b. Membaca teks bacaan dengan penuh konsentrasi.
c. Saat membaca lakukan hal berikut ini:
1) Memberi garis bawah hal-hal yang dianggap penting.
2) Memberi tanda pada kata-kata sukar.
d. Menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan isi bacaan.
e. Mengajukan pertanyaan berhubungan dengan isi bacaan.
f. Membuat rangkuman dengan bahasa sendiri.
F. Model dan Metode Pembelajaran
1. Model pembelajaran
Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
2. Metode pembelajaran
a. Ceramah digunakan saat menjelaskan materi membaca intensif.
b. Tanya jawab digunakan saat apersepsi.
c. Diskusi digunakan saat mengerjakan lembar kerja siswa.
d. Penugasan digunakan saat memberikan tugas rumah untuk siswa.
G. Langkah-Langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Awal (5 menit)
a. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam.
b. Guru mengondisikan siswa untuk siap mengikuti pembelajaran.
J. Kriteria Penilaian
1. Lembar Aktivitas Siswa (terlampir)
2. Lembar Penilaian (terlampir)
TMII merupakan tempat wisata yang perlu dikunjungi. Banyak wisatawan yang
datang ke sana. Jika berkunjung ke TMII, kita dapat bermain sekaligus mendapatkan
banyak pengetahuan. TMII diresmikan pada tahun 1975.
TMII terletak di kota Jakarta. TMII menampilkan kebudayaan dan kesenian dari
daerah-daerah di seluruh Indonesia. TMII dibangun untuk memperkokoh persatuan
dan kesatuan bangsa Indonesia. Jika berkunjung ke sana, kita akan merasa bangga.
TMII membuktikan bahwa Indonesia kaya budaya.
Hampir setiap tahun, di TMII selalu ada penambahan wahana. Di dalam TMII
terdapat berbagai museum dan taman yang indah. Museum yang ada di TMII yaitu
Museum Prangko, Museum Fauna, Museum Transportasi, Museum Serangga, dan
Museum Telekomunikasi. Taman yang ada di TMII yaitu Taman Burung, Taman
Kaktus, Taman Apotek Hidup, dan Taman Akuarium Air Tawar.
Wahana yang terdapat di TMII sangat beranekaragam. Diantaranya yaitu rumah
adat dari berbagai daerah, rumah ibadah, Tugu Api Pancasila, Padepokan Pencak Silat
Indonesia, Teater Imax Keong Mas, Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,
serta Istana Anak-anak.
Standar Kompetensi :
7. Memahami teks dengan membaca intensif (150-200 kata) dan membaca puisi.
Kompetensi Dasar :
7.1 Menjawab dan atau mengajukan pertanyaan tentang isi teks agak panjang
(150-200 kata) yang dibaca secara intensif.
Jenis Nomor
Soal Soal Kunci Jawaban Penskoran
Kepanjangan dari TMII adalah Taman Mini
1 5
Indonsia Indah.
TMII diresmikan di Jakarta pada tahun
2 5
1975.
Museum yang ada di TMII yaitu Museum
Prangko, Museum Fauna, Museum
3 5
Transportasi, Museum Serangga,
danMuseum
Uraian Telekomunikasi.
Taman yang membuat TMII semakin indah
yaitu Taman Burung, Taman Kaktus,
4 5
Taman
Apotek Hidup, dan Taman Akuarium Air
Tawar.
Kita merasa bangga jika berkunjung ke TMII
karena TMII menampilkan kebudayaan dan
5 kesenian dari daerah-daerah 5
di seluruh Indonesia. TMII
membuktikan bahwa Indonesia kaya
budaya.
Skor Maksimum 25
Standar Kompetensi :
7. Memahami teks dengan membaca intensif (150-200 kata) dan membaca puisi.
Kompetensi Dasar :
7.1 Menjawab dan atau mengajukan pertanyaan tentang isi teks agak panjang
(150-200 kata) yang dibaca secara intensif.
PETUNJUK!
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (X)
pada huruf a, b, c, atau d!
5. Dokter menyarankan supaya Rani opname di rumah sakit.Arti kata opname yaitu
….
a. rawat inap
c. rawat jalan
b. rawat pergi
d. sekali rawat
Bacalah teks di bawah ini untuk mengerjakan soal nomor 5 sampai 10!
Akibat Tidak Disiplin
Rio adalah anak pemalas. Suatu ketika, di kelasnya akan diadakan ulangan
harian. Rio tidak belajar, ia menonton televisi sampai larut malam. Meskipun Rio
sudah dimarahi oleh ayah dan ibunya, ia tetap nekat. Keesokan harinya, Rio bangun
kesiangan. Rio terlambat berangkat ke sekolah. Sesampainya di kelas, Rio dihukum
berdiri di depan kelas oleh Ibu guru. Akhirnya, Rio berjanji akan datang ke sekolah
tepat waktu.
(Sumber: Bahasa Indonesia Membuatku Cerdas 3, hal. 12)
12. Meskipun Rio sudah dimarahi oleh ayah dan ibunya, ia tetap nekat. Arti kata
nekat adalah ….
a. berbaik hati
c. berkeras hati
b. berburuk hati
d. bermurah hati
13. Hukuman yang diberikan oleh Ibu guru kepada Rio adalah ….
a. berdiri di lapangan
c. menyapu halaman sekolah
b. berdiri di depan kelas
d. menyapu ruang kelas
1. c 6. d 11. a
2. d 7. c 12. c
3. b 8. a 13. b
4. c 9. d 14. d
5. a 10. b 15. a
A. Standar Kompetensi
7. Memahami teks dengan membaca intensif (150-200 kata) dan membaca puisi.
B. Kompetensi Dasar
7.1 Menjawab dan atau mengajukan pertanyaan tentang isi teks agak panjang
(150-200 kata) yang dibaca secara intensif.
C. Indikator
7.1.5 Mampu mengajukan pertanyaan tentang isi teks yang dibaca secaraintensif.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah mendengarkan penjelasan guru tentang kata tanya, siswa dapat
menyebutkan macam-macam kata tanya beserta fungsinya.
2. Melalui model pembelajaran CIRC, siswa mampu membuat kalimat
pertanyaan tentang isi bacaan yang berjudul “Pengalaman Oni Ikut Kerja Bakti
“.
E. Karakter yang Diharapkan
1. Rasa hormat dan perhatian (respect)
2. Tekun (diligent)
3. Tanggung jawab (responsibility)
4. Berani (courage)
5. Jujur (honesty)
F. Materi Pokok
Mengajukan pertanyaan tentang isi bacaan.
Kata Tanya
Kata tanya adalah kata yang digunakan dalam membuat kalimat tanya.
Kalimat tanya adalah kalimat yang berisi tentang pertanyaan yang diajukan
kepada seseorang atau orang lain untuk memperoleh informasi atau jawaban.
Kata tanya terdiri dari apa, dimana, kapan, siapa, mengapa, dan bagaimana atau
disingkat dengan “ADIK SIMBA”. Kata tanya memiliki fungsi masing- masing
yaitu sebagai berikut:
1. Apa
Kata tanya apa digunakan dalam membuat kalimat untuk menanyakan
benda, keadaan, atau perbuatan.
2. Dimana
Kata tanya dimana digunakan untuk menanyakan tempat suatu peristiwa
berlangsung.
3. Kapan
Kata tanya kapan digunakan untuk menanyakan waktu kejadian suatu
peristiwa.
4. Siapa
Kata tanya siapa digunakan untuk menanyakan orang atau subyek pelaku.
5. Mengapa
Kata tanya mengapa digunakan untuk menanyakan alasan atau sebab.
6. Bagaimana
Kata tanya bagaimana digunakan untuk menanyakan proses suatu kejadian
atau peristiwa.
G. Model dan Metode Pembelajaran
1. Model pembelajaran
Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
2. Metode pembelajaran
a. Ceramah digunakan saat menjelaskan materi kata tanya.
b. Tanya jawab digunakan saat apersepsi.
c. Diskusi digunakan saat mengerjakan lembar kerja siswa.
d. Penugasan digunakan saat memberikan tugas untuk siswa.
H. Langkah-Langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Awal ( 7 menit)
a. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam.
b. Guru mengondisikan siswa untuk siap mengikuti pembelajaran.
c. Guru menyuruh ketua kelas untuk memimpin teman-temannya berdoa.
d. Guru mengecek kehadiran siswa (presensi).
e. Guru melakukan apersepsi dengan tanya jawab tentang kegiatan kerja
bakti yang pernah diikuti siswa.
f. Guru menyampaikan tujuan dan materi pembelajaran.
2. Kegiatan inti (45 menit)
a. Eksplorasi
1) Guru menampilkan gambar kerja bakti di lingkungan rumah.
2) Guru memberi kesempatan siswa untuk memperhatikan gambar yang
ditampilkan di depan kelas.
3) Guru dan siswa melakukan tanya jawab berkaitan gambar kegiatan kerja
bakti.
4) Guru membagikan bacaan yang berjudul “Pengalaman Oni Ikut Kerja
Bakti” kepada siswa.
5) Guru menyuruh siswa membaca berpasangan bacaan yang berjudul
“Pengalaman Oni Ikut Kerja Bakti”.
6) Guru bertanya kepada siswa tentang kata-kata sukar yang terdapat di
dalam teks bacaan yang berjudul “Pengalaman Oni Ikut Kerja Bakti”.
7) Guru dan siswa membaca kata-kata sukar dengan ejaan yang benar.
8) Guru menjelaskan tentang cara mengajukan pertanyaan berkaitandengan
isi bacaan.
b. Elaborasi
1) Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok heterogen yang terdiri dari
siswa berkemampuan tinggi dan rendah.
2) Masing-masing kelompok berdiskusi untuk menyelesaikan LKS,serta
memastikan setiap anggotanya memahami hasil diskusi.
3) Setiap kelompok mendapat pengawasan dan bimbingan dari guru.
4) Perwakilan kelompok maju ke depan kelas untuk membacakan hasil
diskusinya, kelompok yang lain memperhatikan.
c. Konfirmasi
1) Guru bersama siswa membahas hasil diskusi kelompok.
2) Guru bertanya jawab kepada siswa tentang hal-hal yang telah
dipahami dan belum dipahami siswa.
3) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik sebagai
motivasi dan penguatan kepada siswa.
4) Guru menyuruh siswa mengisi formulir tugas siswa secara
berpasangan.
3. Kegiatan penutup (18 menit)
a. Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan hasil pembelajaran.
b. Guru memberikan tes evaluasi kepada siswa untuk dikerjakan secara
individu.
c. Guru menutup kegiatan pembelajaran.
I. Sumber dan Media Pembelajaran
1. Sumber
a. Darmawati, Uti dan Anton Suparyana. 2012. Panduan Pendidik SBI Bahasa
Indonesia Kelas III. Klaten: Intan Pariwara. Hal. 26-27.
b. Hapsari, Sri dan Etin Sumiatin . 2009. BSE Pintar Berbahasa Indonesia
Kelas III. Jakarta: Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional. Hal.
28 dan 60.
c. Silabus bahasa Indonesia kelas III SD.
2. Media
a. Gambar kegiatan kerja bakti
b. Teks bacaan berjudul ”Pengalaman Oni Ikut Kerja Bakti” yang bersumber
dari buku panduan pendidik SBI Bahasa Indonesia kelas III SD hal. 26-27.
J. Penilaian
1. Prosedur : penilaian proses, penilaian hasil
2. Jenis penilaian:
a. Penilaian proses : pengamatan guru
b. Penilaian hasil : tes formatif dengan alat penilaian
3. Bentuk penilaian : pilihan ganda
4. Alat tes : soal-soal evaluasi (terlampir)
5. Kunci Jawaban : (terlampir)
6. Format penilaian : (terlampir)
K. Kriteria Penilaian
1. Lembar Aktivitas Siswa (terlampir)
2. Lembar Penilaian (terlampir)
Musim hujan telah tiba. Warga Desa Trimulyo akan mengadakan kerja bakti
pada hari Minggu. Mereka akan membersihkan lingkungan sekitar dan menebang
pohon yang rimbun. Mereka juga akan mengubur kaleng-kaleng bekas yang dapat
menjadi sarang nyamuk.
Hari yang ditunggu warga Desa Trimulyo tiba. Mereka bersemangat ingin
membersihkan desanya agar tidak menjadi sarang penyakit. Setiap keluarga wajib
membawa peralatan kerja bakti minimal dua buah. Oni, putra Pak Maman ingin ikut
serta. Pak Maman pun mengizinkannya. Oni juga bersemangat membantu Pak
Maman. Pak Maman mendapat tugas untuk memangkas dahan pohon yang rimbun.
Oni membantu menyingkirkan dahan yang telah dipangkas Pak Maman. Tiba-tiba Oni
menjerit, “Auw…”! Oni menyentuh ulat berbulu. Ulat itu berwarnahijau. Jari telunjuk
Oni terasa panas dan gatal. Pak Maman segera menolong Oni dengan mengusap-
usapkan tangan Oni ke rambut Pak Maman. Oni sedikit merasa tenang. Pak Maman
menyuruh Oni pulang. Pak Maman menyarankan agar tangan Oni diberi balsam. Oni
sedikit kecewa karena ia sebenarnya masih ingin membantu Pak Maman.
Sesampai di rumah Oni menceritakan kejadian yang dialaminya kepada Ibu Siti.
Mendengar cerita Oni, Ibu Siti langsung mengambil balsam dan mengoleskannya ke
jari Oni. Ibu Siti menyarankan Oni untuk beristirahat dirumah. Padahal, hari Minggu
merupakan hari istimewa bagi Oni, karena Oni dapat bermain dengan teman-
temannya. Dengan sedih dan muka cemberut Oni masuk kamar.
Sumber : Buku panduan pendidik SBI Bahasa Indonesia kelas III SD.
Media Pembelajaran
Gambar 1. Warga
Membersihkan
Selokan
Gambar 2. Warga
Memangkas Pohon
yang Rimbun
KISI-KISI LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
Standar Kompetensi :
7. Memahami teks dengan membaca intensif (150-200 kata) dan membaca puisi.
Kompetensi Dasar :
7.1 Menjawab dan atau mengajukan pertanyaan tentang isi teks agak panjang
(150-200 kata) yang dibaca secara intensif.
Musim hujan telah tiba. Warga Desa Trimulyo akan mengadakan kerja bakti
pada hari Minggu. Mereka akan membersihkan lingkungan sekitar dan menebang
pohon yang rimbun. Mereka juga akan mengubur kaleng-kaleng bekas yang dapat
menjadi sarang nyamuk.
Hari yang ditunggu warga Desa Trimulyo tiba. Mereka bersemangat ingin
membersihkan desanya agar tidak menjadi sarang penyakit. Setiap keluarga wajib
membawa peralatan kerja bakti minimal dua buah. Oni, putra Pak Maman ingin ikut
serta. Pak Maman pun mengizinkannya. Oni juga bersemangat membantu Pak
Maman. Pak Maman mendapat tugas untuk memangkas dahan pohon yang rimbun.
Oni membantu menyingkirkan dahan yang telah dipangkas Pak Maman. Tiba-tiba Oni
menjerit, “Auw…”! Oni menyentuh ulat berbulu. Ulat itu berwarnahijau. Jari telunjuk
Oni terasa panas dan gatal. Pak Maman segera menolong Oni dengan mengusap-
usapkan tangan Oni ke rambut Pak Maman. Oni sedikit merasa tenang. Pak Maman
menyuruh Oni pulang. Pak Maman menyarankan agar tangan Oni diberi balsam. Oni
sedikit kecewa karena ia sebenarnya masih ingin membantu Pak Maman.
Sesampai di rumah Oni menceritakan kejadian yang dialaminya kepada Ibu Siti.
Mendengar cerita Oni, Ibu Siti langsung mengambil balsam dan mengoleskannya ke
jari Oni. Ibu Siti menyarankan Oni untuk beristirahat dirumah. Padahal, hari Minggu
merupakan hari istimewa bagi Oni, karena Oni dapat bermain dengan teman-
temannya. Dengan sedih dan muka cemberut Oni masuk kamar.
Sumber : Buku panduan pendidik SBI Bahasa Indonesia kelas III SD.
Soal:
Berdasarkan cerita yang berjudul “Pengalaman Oni Ikut Kerja Bakti”, buatlah
pertanyaan yang sesuai dengan jawaban yang telah tersedia!
1.
2.
3.
4.
5.
Oni pulang ke rumah sebelum kerja bakti selesai karena terkena ulat bulu.
Kunci Jawaban dan Penskoran
Jenis Nomor
Kunci Jawaban Penskoran
Soal Soal
Apa yang akan dilakukan warga Desa
1 5
Trimulyo?
Kapan kerja bakti warga Desa Trimulyo
2 5
dilaksanakan?
Dimana kerja bakti yang diikuti Oni dan Pak
Uraian 3 5
Maman?
Siapa yang mengoleskan balsam ke jari Oni
4 5
ketika sampai di rumah?
Mengapa Oni pulang ke rumah sebelum
5 5
kerja baktinya selesai?
Skor Maksimum 25
Rumus Penilaian:
NA = x 100
Standar Kompetensi :
7. Memahami teks dengan membaca intensif (150-200 kata) dan membaca puisi.
Kompetensi Dasar :
7.1 Menjawab dan atau mengajukan pertanyaan tentang isi teks agak panjang
(150-200 kata) yang dibaca secara intensif.
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (X)
pada huruf a, b, c, atau d!
1. Judul bacaan di atas adalah “Kenangan Waktu Kecil”.Pertanyaan yang tepat
untuk jawaban di atas adalah ....
a. Dimana judul bacaan di atas?
b. Apa judul bacaan di atas?
c. Mengapa judul bacaan di atas?
d. Siapa judul bacaan di atas?
2. … yang sering melihat kereta api?
Kata tanya yang tepat untuk mengawali kalimat di atas adalah ….
e. Apa
f. Kapan
g. Dimana
h. Siapa
5. Mita datang ke stasiun setiap hari Sabtu pukul 15.00 WIB.Pertanyaan yang tepat
untuk jawaban di atas adalah ....
a. Kapan Mita biasanya datang ke stasiun?
b. Dimana Mita biasanya datang ke stasiun?
c. Bagaimana Mita biasanya datang ke stasiun?
d. Mengapa Mita biasanya datang ke stasiun?
8. Penyebab kereta jatuh ke sawah akibat cuaca yang buruk.Pertanyaan yang tepat
untuk jawaban di atas adalah ....
a. Siapa yang menyebabkan kereta jatuh ke sawah?
b. Dimana kereta itu jatuh?
c. Apa penyebab kereta jatuh ke sawah?
d. Kapan kereta jatuh ke sawah?
10. Mita sedih karena ada kereta jurusan Lempuyangan jatuh ke sawah.Pertanyaan
yang tepat untuk jawaban di atas adalah ....
a. Mengapa Mita sedih?
b. Dimana Mita sedih?
c. Siapa yang sedih?
d. Kapan Mita sedih?
Kunci Jawaban
1. b 6. d
2. d 7. b
3. a 8. c
4. c 9. d
5. a 10. a
A. Standar Kompetensi
7. Memahami teks dengan membaca intensif (150-200 kata) dan membaca
puisi.
B. Kompetensi Dasar
7.1 Menjawab dan atau mengajukan pertanyaan tentang isi teks agak panjang
(150-200 kata) yang dibaca secara intensif.
C. Indikator
7.1.6 Mampu menyimpulkan isi teks bacaan.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui penjelasan guru tentang simpulan bacaan, siswa dapat
menyebutkan langkah-langkah menyimpulkan isi teks bacaan.
2. Melalui model pembelajaran CIRC, siswa mampu menyimpulkan isibacaan
yang berjudul “Banjir”.
E. Materi Pokok
Menyimpulkan isi teks bacaan.
Bacaan
Banjir
Akhir-akhir ini sering terjadi banjir dimana-mana. Banjir terjadi di kota maupun
di desa. Banjir bermula dari banyaknya orang yang membuang sampah di sungai.
Selain itu, penebangan hutan secara sembarangan juga menjadi penyebab terjadinya
banjir. Hutan ditebang untuk lahan pertanian dan perumahan.
Sungai yang tersumbat sampah menyebabkan terhambatnya aliran air.
Sedangkan akibat dari penebangan hutan, bukit-bukit menjadi gundul. Ketika hujan
turun, air tidak ada yang menahan. Besarnya air yang mengalir dapat menyebabkan
banjir.
Kita dapat ikut membantu mencegah terjadinya banjir. Kita harus menjaga
kebersihan sungai dengan cara tidak membuang sampah di sungai. Kita harus menjaga
alam dengan menanam pohon di lingkungan sekitar. Ketika hujan turun, air dapat
disimpan didalam akar. Sebagian lagi menjadi air tanah. Air tanah yang berlimpah
dapat memunculkan sumber air. Dengan demikian, kita dapat mempunyai air bersih
dan segar yang melimpah.
Standar Kompetensi :
7. Memahami teks dengan membaca intensif (150-200 kata) dan membaca puisi.
Kompetensi Dasar :
7.1 Menjawab dan atau mengajukan pertanyaan tentang isi teks agak panjang
(150-200 kata) yang dibaca secara intensif.
Jenis Nomor
Kunci Jawaban Penskoran
Soal Soal
a. Banjir terjadi dimana-mana, di kota dan di
5
desa.
b. Penyebab terjadinya banjir yaitu sungai
yang banyak sampah dan hutan yang 5
gundul.
c. Sungai yang banyak sampah dapat
1 menyebabkan banjir karena aliran air di 5
sungai dapat terhambat oleh sampah.
d. Penduduk yang akan menjadi korban
5
banjir.
Uraian e. Cara mencegah banjir yaitu tidak
membuang sampah di sungai dan harus 5
menanam pohon di lingkungan sekitar.
Banjir terjadi dimana-mana, baik di
kota maupun di desa. Penyebab terjadinya
banjir yaitu sungai yang banyak sampah dan
hutan yang gundul. Cara mencegah banjir
2 25
yaitu tidak membuang sampah di sungai. Kita
juga harus menanam pohon di lingkungan
sekitar agar mempunyai air yang
bersih dan segar.
Skor Maksimum 50
Rumus Penilaian:
NA = x 100
KISI-KISI TES FORMATIF
Standar Kompetensi :
7. Memahami teks dengan membaca intensif (150-200 kata) dan membaca puisi.
Kompetensi Dasar :
7.1 Menjawab dan atau mengajukan pertanyaan tentang isi teks agak panjang
(150-200 kata) yang dibaca secara intensif.
PETUNJUK:
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (X)
pada huruf a, b, c, atau d!
Pantai Pangandaran
Pantai Pangandaran merupakan objek wisata pantai yang paling terkenal di Jawa
Barat. Pantai ini terletak 92 kilometer arah selatan Kota Ciamis. Letaknya tepat di
Desa Pananjung, Kecamatan Pangandaran. Di pantai ini, kita dapat melihat matahari
terbit. Di tempat yang sama, kita dapat pula melihat tenggelamnya matahari.
Pantai Pangandaran memiliki pantai yang berpasir putih. Pada musim liburan,
pantai ini sangat ramai. Pengunjung datang dari berbagai tempat. Pengunjung dapat
melakukan beraneka ragam kegiatan. Misalnya, berenang, berperahu, memancing,
berkeliling naik sepeda sewaan, dan mengunjungi taman laut.
Pantai Pangandaran ini landai. Airnya pun jernih. Dengan demikian, orang yang
ingin berenang akan merasa aman dan nyaman. Jika ingin berenang, ada ban atau
pelampung yang disewakan. Selain itu, disediakan juga tim penyelamat wisata pantai.
4. Pantai Pangandaran dari Kota Ciamis ke arah selatan sejauh ….
a. 90 kilometer
c. 92 kilometer
b. 91 kilometer
d. 93 kilometer
Bacalah teks di bawah ini untuk mengerjakan soal nomor 11 sampai 13!
Pak Farid warga desa Karang Asih. Ia seorang petani. Ia memiliki sawah yang
luas. Ia tidak membiarkan sawahnya terlantar. Sawah itu ditanami bermacam sayuran
dan buah-buahan. Sebagian sawahnya ditanami padi.
1. c 6. d 11. d
2. b 7. b 12. a
3. d 8. a 13. c
4. c 9. c 14. d
5. a 10. b 15. b
NILAI AKHIR
NO NAMA SISWA SIKLUS I SIKLUS II
1 Arselinus Agung 80 80
2 Belasius Fredi Hardian 60 70
3 Dominikus Safion 80 80
4 Fransiskus Atris Jumali 50 80
5 Fransiskus Safri 80 90
6 Gregorius Baptista 60 60
7 Kartini Murni Tatik 100 100
8 Maria Baptista Farani 70 90
9 Marwan Hidayat Widiyanto 60 65
10 Oktavianus Ardiansa Alpin 80 80
11 Rosalia Kartika Ersin 100 100
12 Safanya Familia Adira 80 80
13 Sefanya Familia Adira 90 90
14 Theodora Talita Kadi 70 80
LEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA
Petunjuk : Berilah tanda cek (√) pada kolom 1, 2, 3, atau 4 jika deskriptor tampak!
Keterangan:
A. Kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran.
B. Keantusiasan siswa selama proses pembelajaran.
C. Kemampuan siswa dalam bertanya.
D. Kemampuan siswa dalam bekerjasama dengan kelompok.
E. Keterlibatan siswa dalam mengikuti pembelajaran menggunakan model CIRC.
F. Kemampuan siswa dalam menindaklanjuti pengetahuan yang diperoleh.
G. Ketekunan siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru.
DESKRIPTOR PENILAIAN AKTIVITAS BELAJAR SISWADALAM
PEMBELAJARAN CIRC
4. Kemampuan siswa dalam bekerjasama dengan kelompok. Untuk menilai butir ini,
perlu diperhatikan deskriptor berikut.
a. Siswa memberi pendapat dalam menyelesaikan tugas kelompok.
b. Siswa dapat bekerjasama selama masa penugasan kelompok.
c. Siswa dapat bekerjasama dengan semua anggota kelompok.
d. Siswa dapat menghargai pendapat anggota kelompok yang lain.
Indikator Keberhasilan :
Aktivitas belajar siswa berada pada kualifikasi memuaskan dengan perolehan nilai
atau tingkat keaktifan ≥ 75 %.
HASIL PENGAMATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWASIKLUS I
PERTEMUAN 1
Petunjuk : Berilah tanda cek (√) pada kolom 1, 2, 3, atau 4 jika deskriptor tampak!
Petunjuk : Berilah tanda cek (√) pada kolom 1, 2, 3, atau 4 jika deskriptor tampak!
Petunjuk : Berilah tanda cek (√) pada kolom 1, 2, 3, atau 4 jika deskriptor tampak!
Petunjuk : Berilah tanda cek (√) pada kolom 1, 2, 3, atau 4 jika deskriptor tampak!
Nilai Rata-rata
No. Nama Siswa
Siklus I Siklus II
1 Arselinus Agung 75 80
2 Belasius Fredi Hardian 55 67.5
3 Dominikus Safion 75 80
4 Fransiskus Atris Jumali 45 75
5 Fransiskus Safri 80 85
6 Gregorius Baptista 60 65
7 Kartini Murni Tatik 95 100
8 Maria Baptista Farani 55 80
9 Marwan Hidayat Widiyanto 60 62.5
10 Oktavianus Ardiansa Alpin 80 80
11 Rosalia Kartika Ersin 95 100
12 Safanya Familia Adira 80 80
13 Sefanya Familia Adira 85 90
14 Theodora Talita Kadi 70 75
ALAT PENILAIAN KEMAMPUAN GURU (APKG) I
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
PETUNJUK
Baca dengan cermat rencana pembelajaran yang akan digunakan oleh guru ketika
mengajar. Kemudian, berilah skor semua aspek yang terdapat dalam rencana tersebut
dengan menggunakan butir-butir penilaian di bawah ini.
Rata-rata butir 1 = A
dengan cerita
Rata-rata butir 3 = C
Rata-rata butir 4 = D
Rata-rata butir 6 = F
A+B+C+D+E+F
Skor APKG I = = 6
Pengamat,
Kepala SD Negeri Wejang Ratung
dengan CIRC
Rata-rata butir 1 = A
dengan cerita
Rata-rata butir 3 = C
Rata-rata butir 4 = D
Rata-rata butir 6 = F
A+B+C+D+E+F
Skor APKG I = = 6
Pengamat,
Kepala SD Negeri Wejang Ratung
dengan CIRC
Rata-rata butir 1 = A
dengan cerita
Rata-rata butir 3 = C
Rata-rata butir 4 = D
Rata-rata butir 6 = F
A+B+C+D+E+F
Skor APKG I = = 6
Pengamat,
Kepala SD Negeri Wejang Ratung
dengan CIRC
Rata-rata butir 1 = A
dengan cerita
Rata-rata butir 4 = D
Rata-rata butir 5 = E
6. Tampilan dokumen rencana pembelajaran
6.1 Kebersihan dan kerapian
6.2 Penggunaan bahasa tulis
Rata-rata butir 6 = F
A+B+C+D+E+F
Skor APKG I = = 6
Pengamat,
Kepala SD Negeri Wejang Ratung
PETUNJUK
Baca dengan cermat rencana pembelajaran yang akan digunakan oleh guru ketika
mengajar. Kemudian, berilah skor semua aspek yang terdapat dalam rencana tersebut
dengan menggunakan butir-butir penilaian di bawah ini.
dengan CIRC
Rata-rata butir 1 = A
dengan cerita
Rata-rata butir 3 = C
Rata-rata butir 4 = D
Rata-rata butir 6 = F
A+B+C+D+E+F
Skor APKG I = = 6
Pengamat,
Kepala SD Negeri Wejang Ratung
Skala
Penjelasan
Penilaian
1 Direncanakan penggunaan satu macam
media tetapi tidak sesuai dengan tujuan.
2 Direncanakan penggunaan lebih dari satu
macam media tetapi tidak sesuai dengan
tujuan.
3 Direncanakan penggunaan satu macam
media yang sesuai dengan tujuan.
4 Direncanakan penggunaan lebih dari satu
macam media yang sesuai dengan tujuan.
Indikator : 2.3 Memilih sumber belajar yang sesuai dengan CIRC Penjelasan
: Sumber belajar dapat berupa nara sumber, buku paket, buku
pelengkap, museum, lingkungan, laboratorium, dan
sebagainya.
Untuk menilai butir ini perlu diperhatikan deskriptor berikut.
a. Kesesuaian sumber belajar dengan tujuan.
b. Kesesuaian sumber belajar dengan tingkat perkembangan
siswa.
c. Kesesuaian sumber belajar dengan materi yang akan
diajarkan.
d. Kesesuaian sumber belajar dengan lingkungan siswa
(kontekstual).
Untuk menilai butir ini perlu diperhatikan skala penilaian
berikut.
3.1.2 Tim
Untuk menilai butir ini perlu diperhatikan deskriptor ini.
a. Kegiatan pembelajaran dirancang dengan membentuk
tim (pasangan kelompok membaca).
b. Kegiatan pembelajaran dirancang dengan membentuk
tim yang terdiri dari empat atau limasiswa.
c. Kegiatan pembelajaran dirancang dengan membentuk
tim yang terdiri dari dua tingkat, yaitu siswa dari
kelompok membaca tingkat tinggi dan tingkat rendah.
d. Kegiatan pembelajaran dirancang dengan adanya
penghargaan terhadap tim yang memperoleh nilai
terbaik.
Untuk menilai butir ini perlu diperhatikan skala sebagai berikut.
3.1.5 Tes
Untuk menilai butir ini perlu diperhatikan deskriptor ini.
a. Kegiatan pembelajaran dirancang dengan adanya
refleksi pembelajaran.
b. Kegiatan pembelajaran dirancang dengan adanya tes
evaluasi secara individu.
c. Kegiatan pembelajaran dirancang dengan adanya
bimbingan dan pengawasan saat siswa mengerjakan tes
evaluasi.
d. Kegiatan pembelajaran dirancang dengan adanya
penguatan terhadap hasil belajar siswa.
Untuk menilai butir ini perlu diperhatikan skala berikut.
Skala
Penilaian Penjelasan
1 Satu deskriptor tampak
2 Dua deskriptor tampak
3 Tiga deskriptor tampak
4 Empat deskriptor tampak
y
a
n
g
d
i
g
u
n
a
k
a
n
d
a