Alika Widhiana Mido
Alika Widhiana Mido
Alika Widhiana Mido
BAB II
PEMBEBANAN
4. Beban Gempa
Penjelasan mengenai beban gempa pada struktur gedung yang diatur lebih jelas
dalam SNI 1726-2012 dijadikan referensi dalam membangun struktur gedung
ditunjukkan sebagai berikut :
a. Beban Gempa Rencana adalah nilai beban gempa yang peluang dilampauinya
dalam rentang masa layan gedung 50 tahun adalah 2 persen atau nilai beban
gempa yang perioda ulangnya adalah 500 tahun.
b. Nilai Beban Gempa Nominal ditentukan oleh tiga hal, yaitu oleh besarnya
Gempa Rencana, oleh tingkat daktilitas yang dimiliki struktur yang terkait, dan
oleh tahanan lebih yang terkandung di dalam struktur tersebut. Menurut Standar
ini, tingkat daktilitas struktur bangunan gedung dapat ditetapkan sesuai dengan
ρ 1,3
SDS 0,644
Keterangan
DL 1
LL 0,5
BAB III
PRELIMINARY DESIGN
berikut :
1. Fy = 420 Mpa
2. Fc’ = 28 Mpa
3.1.1 Perhitungan Dimensi Balok
Rumus yang digunakan untuk menghitung tinggi minimum (hmin) dan lebar dimensi
balok adalah sebagai berikut :
a. Balok induk
𝐿
hmin = 10
b. Balok anak
𝐿
hmin = 15
Keterangan :
L = panjang balok (m)
hmin = tinggi balok minimum (m)
b = lebar balok (m)
dengan perhitungan diatas, maka diambil dimensi balok dengan tinggi sebesar
57 cm, Dan lebar sebesar 38 cm Tebal selimut yang digunakan sebesar 50 mm.
b) Balok induk melintang dan memanjang L = 5000 mm
𝐿 5000
hmin = 10 = = 500 mm
10
2 2
b = h x 3 = 500 x 3 = 333,33 = 350 mm
dengan perhitungan diatas, maka diambil dimensi balok dengan tinggi sebesar
50 cm. Dan lebar sebesar 35 cm. Tebal selimut yang digunakan sebesar 50 mm.
c) Balok induk melintang dan memanjang L = 3700 mm
𝐿 3700
hmin = 10 = = 370 mm
10
2 2
b = h x = 370 x = 246,7 ≈ 250 mm
3 3
dengan perhitungan diatas, maka diambil dimensi balok dengan tinggi sebesar
37 cm. Dan lebar sebesar 25 cm. Tebal selimut yang digunakan sebesar 50 mm.
d) Balok induk melintang dan memanjang L = 3000 mm
𝐿 3000
hmin = 10 = = 300 mm
10
2 2
b = h x 3 = 300 x 3 = 200 mm
dengan perhitungan diatas, maka diambil dimensi balok dengan tinggi sebesar
30 cm. Dan lebar sebesar 20 cm. Tebal selimut yang digunakan sebesar 50 mm.
e) Balok anak melintang dan memanjang L = 3700 mm
𝐿 3700
hmin = 15 = = 246,7 ≈ 250 mm
15
2 2
b = h x 3 = 250 x 3 = 166,7≈ 170 mm
dengan perhitungan diatas, maka diambil dimensi balok dengan tinggi sebesar
25 cm. Dan lebar sebesar 17 cm. Tebal selimut yang digunakan sebesar 50 mm
dengan perhitungan diatas, maka diambil dimensi balok dengan tinggi sebesar
20 cm. Dan lebar sebesar 15 cm. Tebal selimut yang digunakan sebesar 50 mm.
g) Balok anak melintang dan memanjang L = 2850 mm
𝐿 2850
hmin = 15 = = 190 mm
15
2 2
b = h x 3 = 190 x 3 = 126,7 ≈ 130 mm
dengan perhitungan diatas, maka diambil dimensi balok dengan tinggi sebesar
19 cm. Dan lebar sebesar 13 cm. Tebal selimut yang digunakan sebesar 50 mm.
h) Balok anak melintang dan memanjang L = 2500 mm
𝐿 3500
hmin = 15 = = 233,3 ≈ 240 mm
15
2 2
b = h x 3 = 240 x 3 = 160 mm
dengan perhitungan diatas, maka diambil dimensi balok dengan tinggi sebesar
24 cm. Dan lebar sebesar 16 cm. Tebal selimut yang digunakan sebesar 50 mm.
3.1.2 Kesimpulan
Berdasarkan hitungan di atas, diperoleh :
DIMENSI BALOK
L
NO TIPE h b
(mm) (mm)
1 Induk 5700 570 380
2 Induk 5000 500 350
3 Induk 3700 370 250
4 Induk 3000 300 200
5 Anak 3700 250 170
6 Anak 3000 200 150
7 Anak 2850 190 130
8 Anak 2500 240 160
2. 0,2 ≤ 𝛼𝑚 ≤ 2
Digunakan jika :
𝑓𝑦
𝜆𝑛(0,8 + 1400)
ℎ=
36 + 5𝛽(𝛼𝑚 − 0,2)
3. 𝛼𝑚 > 0,2
Digunakan jika :
𝑓𝑦
𝜆𝑛(0,8 + )
ℎ= 1400
36 + 9𝛽
Dimana :
𝜆𝑛 = panjang bentang bersih dalam arah memanjang dari konsturksi dua arah
𝛽 = rasio bentang bersih dalam arah memanjang terhadap arah memendek pada
pelat dua arah
𝛼𝑚 = nilai rata-rata 𝛼 untuk semya balok pada tepi-tepi dari suatu panel
𝑓𝑦 = mutu tulangan baja (Mpa)
3.2.1 Perhitungan Tabel Pelat
Tebal pelat yang dihitung adalah pelat dengan dimensi terbesar, yaitu 5,7 x 5,7 m2.
Tebal pelat lainnya akan disamakan dengan tebal pelat dimensi terbesar.
a) Cek nilai β
𝑙𝑦 5,7
𝛽= = =1
𝑙𝑥 5,7
Karena nilai β < 2, maka termasuk pelat 2 arah
= 3,658
𝛼1 + 𝛼2 3,658 + 3,658
𝛼𝑚 = = = 3,658
2 2
Karena 𝛼𝑚 > 2 = 3,658 > 2
Maka ketenalan pelat minimum tidak boleh kurang dari :
𝑓𝑦
𝜆𝑛 (0,8 + 1400)
ℎ= < 160 𝑚𝑚
36 + 9𝛽
420
(5700 − 380) (0,8 + )
= 1400 < 160 𝑚𝑚
36 + 9 (1)
= 130,04 ≈ 131mm
c) Kesimpulan
h < hmin = 131 mm < 160 mm
maka memenuhi syarat.
3.3 Perancangan Dimensi Kolom
Perhitungan berat kolom dengan,
a) maksimum Luas Kolom = … x Luas Balok Induk
b) dimensi kolom 𝑏 = ℎ = √𝐴𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚
3.3.1 Dimensi kolom awal
Dimensi kolom awal dihitung berdasarkan balok induk terbesar yaitu balok 38 x 57 cm2
sebagai acuan. Dengan perhitungan sebagai berikut :
𝐴𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 = 1,2 𝑥 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐵𝑎𝑙𝑜𝑘 𝐼𝑛𝑑𝑢𝑘
= 1,2 x 380 x 570
=259920 ≈ 260.000 mm²
𝑏 = ℎ = √𝐴𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚
= √260.000
= 509,902 ≈ 510 mm
Maka digunakan dimensi kolom awal yaitu 510 x 510 mm
3.3.2 Perhitungan beban kolom aksial
Beban aksial kolom dihitung berdasarkan luas tributary lantai. Yaitu lantai dasar dan
lantai 1 hingga lantai 4.
Tributary area :
2,85 m
1,85 m
2,5 m 2,85 m
Perhitungan beban aksial :
a) Beban aksial kolom lantai dasar
1. DL dan SIDL
• D kolom = 0,51 × 0,51 × 4 × 24
= 29,97 kN
• D balok = (1,85×0,37 × 0,25 × 24) + (2,5 × 0,5× 0,35 ×24) +
2 (2,85 × 0,38 × 0,57 × 24)
= 44,238 Kn
• D pelat = 0,15 × 4,7 × 5,35 × 24
= 93,522 kN