LP Ma 4 Batuan Metamoft Nira

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 32

PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR

LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

LAPORAN PRAKTIKUM
BATUAN METAMORF

KOORDINATOR PRAKTIKUM
GEOLOGI DASAR

MUH. KURNIAWAN N

NIRA LA BAUCE
09320190001

LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2020

PUTRA TAMA SUHARTO NIRA LA BAUCE


09320180192 09320190001
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bumi tertutupi oleh daratan dan lautan, dimana bagian lautan lebih besar
daripada bagian daratan. Akan tetapi daratan adalah bagian dari kulit bumi yang
dapat diamati langsung dengan dekat, maka banyak hal-hal yang dapat diketahui
secara cepat dan jelas. Salah satu diantaranya adalah kenyataan bahwa daratan
tersusun oleh jenis batuan yang berbeda satu sama lain dan berbeda-beda materi
penyusun serta berbeda pula dalam proses terbentuknya.
Suatu batuan mungkin mengalami beberapa perubahan lingkungan sesuai
dengan waktu, yang dapat menghasilkan batuan polimetamorfik. Sifat-sifat yang
mendasar dari perubahan metamorfik adalah batuan tersebut terjadi selama batuan
berada dalam kondisi padat. Perubahan komposisi di dalam batuan kurang berarti
pada tahap ini, perubahan tersebut adalah isokimia yang terdiri dari distribusi ulang
elemen-elemen lokal dan volatil diantara mineral-mineral yang sangat reaktif.
Pengenalan batuan metamorf dapat dilakukan melalui kenampakan-
kenampakan yang jelas pada singkapan dari batuan metamorf yang merupakan akibat
dari tekanan-tekanan yang tidak sama. Batuan-batuan tersebut mungkin mengalami
aliran plastis, peretakan dan pembutiran atau rekristalisasi. Beberapa tekstur dan
struktur di dalam batuan metamorf mungkin diturunkan dari batuan pre-metamorfik
(seperti: cross bedding), tetapi kebanyakan hal ini terhapus selama metamorfisme.
Penerapan dari tekanan yang tidak sama, khususnya jika disertai oleh pembentukan
mineral baru, sering menyebabkan kenampakan penjajaran dari tekstur dan struktur.
Jika planar disebut foliasi. Seandainya struktur planar tersebut disusun oleh lapisan-
lapisan yang menyebar atau melensa dari mineral-mineral yang berbeda tekstur,
misal: lapisan yang kaya akan mineral granular (seperti: felspar dan kuarsa)
berselang-seling dengan lapisan-lapisan kaya mineral-mineral tabular atau prismatik
(seperti: feromagnesium), tekstur tersebut menunjukkan sebagai gneis. Seandainya
foliasi tersebut disebabkan oleh penyusunan yang sejajar dari mineral-mineral pipih
berbutir sedang-kasar (umumnya mika atau klorit) disebutskistosity. Pecahan batuan
ini biasanya sejajar dengan skistosity menghasilkan belahan batuan (CENATA 2010)

PUTRA TAMA SUHARTO NIRA LA BAUCE


09320180192 09320190001
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud
Adapun maksud dari tujuan praktikum geologi ini kita dapat mengenal,
mengetahui, dan menguasai ilmu tentang batuan metamorf yang menjadi salah satu
aplikasi dasar terpenting mengenai geologi.
1.2.2 Tujuan
a. Dapat menjelaskan definisi dan mendeskripsikan Batuan Metamorf Foliasi
dan Non Foliasi;
b. Dapat mengetahui perbedaan Batuan Metamorf Foliasi dan Non Foliasi;
c. Dapat menjelaskan struktur dan tekstur Batuan Metamorf Foliasi dan Non
Foliasi;
d. Dapat menentukan nama Batuan Metamorf.

1.3 Alat dan Bahan

1.3.1 Alat
a. ATM (Alat Tulis Menulis);
b. Aplikasi Google Meet.

1.3.2 Bahan
a. Problem set (minimal 10 lembar);
b. Skala wentworth.

PUTRA TAMA SUHARTO NIRA LA BAUCE


09320180192 09320190001
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batuan Metamorf

Batuan asal atau batuan induk baik berupa batuan beku, batuan sedimen
maupun batuan metamorf dan telah mengalami perubahan mineralogi, tekstur serta
struktur sebagai akibat adanya perubahan temperatur (di atas proses diagenesa dan di
bawah titik lebur; 200o-350oC < T < 650o-800oC) dan tekanan yang tinggi (1 atm < P
< 10.000 atm) disebut batuan metamorf. Proses metamorfisme tersebut terjadi di
dalam bumi pada kedalaman lebih kurang 3 km – 20 km. Winkler (1989)
menyatakan bahwasannya proses-proses metamorfisme itu mengubah mineral-
mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh atau respon terhadap kondisi
fisika dan kimia di dalam kerak bumi yang berbeda dengan kondisi sebelumnya.
Proses-proses tersebut tidak termasuk pelapukan dan diagenesa.
Batuan beku dan sedimen dibentuk akibat interaksi dari proses kimia, fisika,
biologi dan kondisi-kondisinya di dalam bumi serta di permukaannya. Bumi
merupakan sistim yang dinamis, sehingga pada saat pembentukannya, batuan-batuan
mungkin mengalami keadaan yang baru dari kondisi-kondisi yang dapat
menyebabkan perubahan yang luas di dalam tekstur dan mineraloginya. Perubahan-
perubahan tersebut terjadi pada tekanan dan temperatur di atas diagenesa dan di
bawah pelelehan, maka akan menunjukkan sebagai proses metamorfisme.
Suatu batuan mungkin mengalami beberapa perubahan lingkungan sesuai
dengan waktu, yang dapat menghasilkan batuan polimetamorfik. Sifat-sifat yang
mendasar dari perubahan metamorfik adalah batuan tersebut terjadi selama batuan
berada dalam kondisi padat. Perubahan komposisi di dalam batuan kurang berarti
pada tahap ini, perubahan tersebut adalah isokimia yang terdiri dari distribusi ulang
elemen-elemen lokal dan volatil diantara mineral-mineral yang sangat reaktif.
Pendekatan umum untuk mengambarkan batas antara diagenesa dan
metamorfisme adalah menentukan batas terbawah dari metamorfisme sebagai
kenampakan pertama dari mineral yang tidak terbentuk secara normal di dalam
sedimen-sedimen permukaan, seperti epidot dan muskovit. Walaupun hal ini
dapatdihasilkan dalam batas yang lebih basah. Sebagai contoh, metamorfisme shale

PUTRA TAMA SUHARTO NIRA LA BAUCE


09320180192 09320190001
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

yang menyebabkan reaksi kaolinit dengan konstituen lain untuk menghasilkan


muskovit.
Bagaimanapun juga, eksperimen-eksperimen telah menunjukkan bahwa
reaksi ini tidak menempati pada temperatur tertentu tetapi terjadi antara 200°C –
350°C yang tergantung pada pH dan kandungan potasium dari material-material
disekitarnya. Mineral-mineral lain yang dipertimbangkan terbentuk pada awal
metamorfisme adalah laumonit, lawsonit, albit, paragonit atau piropilit. Masing-
masing terbentuk pada temperatur yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda,
tetapi secara umum terjadi kira-kira pada 150°C atau dikehendaki lebih tinggi. Di
bawah permukaan, temperatur di sekitarnya 150°C disertai oleh tekanan lithostatik
kira-kira 500 bar.
Batas atas metamorfisme diambil sebagai titik dimana kelihatan terjadi
pelelehan batuan. Di sini kita mempunyai satu variabel, sebagai variasi temperatur
pelelehan sebagai fungsi dari tipe batuan, tekanan lithostatik dan tekanan uap. Satu
kisaran dari 650°C – 800°C menutup sebagian besar kondisi tersebut. Batas atas dari
metamorfisme dapat ditentukan oleh kejadian dari batuan yang disebut migmatit.
Batuan ini menunjukkan kombinasi dari kenampakan tekstur, beberapa darinya
muncul menjadi batuan beku dan batuan metamorf yang lain.

2.2 Pembentukan Batuan Metamorf

Batuan beku dan sedimen dibentuk akibat interaksi dari proses kimia, fisika,
biologi dan kondisi-kondisinya di dalam bumi serta di permukaannya. Bumi
merupakan sistim yang dinamis, sehingga pada saat pembentukannya, batuan-batuan
mungkin mengalami keadaan yang baru dari kondisi-kondisi yang dapat
menyebabkan perubahan yang luas di dalam tekstur dan mineraloginya. Perubahan-
perubahan tersebut terjadi pada tekanan dan temperatur di atas diagenesa dan di
bawah pelelehan, maka akan menunjukkan sebagai proses metamorfisme.
Suatu batuan mungkin mengalami beberapa perubahan lingkungan sesuai
dengan waktu, yang dapat menghasilkan batuan polimetamorfik. Sifat-sifat yang
mendasar dari perubahan metamorfik adalah batuan tersebut terjadi selama batuan
pada tahap ini, perubahan tersebut adalah isokimia yang terdiri dari distribusi ulang
elemen-elemen lokal dan volatil diantara mineral-mineral yang sangat reaktif.

PUTRA TAMA SUHARTO NIRA LA BAUCE


09320180192 09320190001
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

Pendekatan umum untuk mengambarkan batas antara diagenesa dan


metamorfisme adalah menentukan batas terbawah dari metamorfisme sebagai
kenampakan pertama dari mineral yang tidak terbentuk secara normal di dalam
sedimen-sedimen permukaan, seperti epidot dan muskovit. Walaupun hal ini dapat
dihasilkan dalam batas yang lebih basah. Sebagai contoh, metamorfisme shale yang
menyebabkan reaksi kaolinit dengan konstituen lain untuk menghasilkan muskovit.
Bagaimanapun juga, eksperimen-eksperimen telah menunjukkan bahwa reaksi ini
tidak menempati pada temperatur tertentu tetapi terjadi antara 200°C – 350°C yang
tergantung pada pH dan kandungan potasium dari material-material disekitarnya.
Mineral-mineral lain yang dipertimbangkan terbentuk pada awal metamorfisme
adalah laumonit, lawsonit, albit, paragonit atau piropilit. Masing-masing terbentuk
pada temperatur yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda, tetapi secara umum
terjadi kira-kira pada 150°C atau dikehendaki lebih tinggi. Di bawah permukaan,
temperatur di sekitarnya 150°C disertai oleh tekanan lithostatik kira-kira 500 bar.

Gambar 2.1 Memperlihatkan batuan asal yang mengalami metamorfisme


tingkat rendah – medium dan tingkat tinggi (O’Dunn dan Sill,
1986).
Pembentukan batuan metamorf selain didasarkan pada tingkat malihannya
juga didasarkan pada penyebabnya. Berdasarkan penyebabnya batuan metamorf
dibagi menjadi tiga yaitu :
(1). Metamorfisme kontak/ termal, pengaruh T dominan;

PUTRA TAMA SUHARTO NIRA LA BAUCE


09320180192 09320190001
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

(2). Metamorfisme dinamo/ kataklastik/dislokasi/kinematik, pengaruh P


dominan;
(3). Metamorfisme regional, terpengaruh P & T, serta daerah luas.
Metamorfisme kontak terjadi pada zona kontak atau sentuhan langsung
dengan tubuh magma (intrusi) dengan lebar antara 2 – 3 km. Metamorfisme dislokasi
terjadi pada daerah sesar besar/ utama yaitu pada lokasi dimana masa batuan tersebut
mengalami penggerusan. Sedangkan metamorfisme regional terjadi pada kulit bumi
bagian dalam dan lebih intensif bilamana diikuti juga oleh orogenesa. penyebaran
tubuh batuan metamorf ini luas sekali mencapai ribuan kilometer.

Gambar 2.2 Memperlihatkan lokasi batuan metamorf (Gillen, 1982).

2.3 Pengenalan Batuan Metamorf

Pengenalan batuan metamorf dapat dilakukan melalui kenampakan-


kenampakan yang jelas pada singkapan dari batuan metamorf yang merupakan akibat
dari tekanan-tekanan yang tidak sama. Batuan-batuan tersebut mungkin mengalami
aliran plastis, peretakan dan pembutiran atau rekristalisasi. Beberapa tekstur dan
struktur di dalam batuan metamorf mungkin diturunkan dari batuan pre-metamorfik
(seperti: cross bedding), tetapi kebanyakan hal ini terhapus selama metamorfisme.
Penerapan dari tekanan yang tidak sama, khususnya jika disertai oleh pembentukan
mineral baru, sering menyebabkan kenampakan penjajaran dari tekstur dan struktur.

PUTRA TAMA SUHARTO NIRA LA BAUCE


09320180192 09320190001
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

Jika planar disebut foliasi. Seandainya struktur planar tersebut disusun oleh lapisan-
lapisan yang menyebar atau melensa dari mineral-mineral yang berbeda tekstur,
misal: lapisan yang kaya akan mineral granular (seperti: felspar dan kuarsa)
berselang-seling dengan lapisan-lapisan kaya mineral-mineral tabular atau prismatik
(seperti: feromagnesium), tekstur tersebut menunjukkan sebagai gneis. Seandainya
foliasi tersebut disebabkan oleh penyusunan yang sejajar dari mineral-mineral pipih
berbutir sedang-kasar (umumnya mika atau klorit) disebut skistosity. Pecahan batuan
ini biasanya sejajar dengan skistosity menghasilkan belahan batuan yang berkembang
kurang baik.Pengenalan batuan metamorf tidak jauh berbeda dengan jenis batuan lain
yaitu didasarkan pada warna, tekstur, struktur dan komposisinya. Namun untuk
batuan metamorf ini mempunyai kekhasan dalam penentuannya yaitu pertama-tama
dilakukan tinjauan apakah termasuk dalam struktur foliasi (ada penjajaran mineral)
atau non foliasi (tanpa penjajaran mineral). Pada metamorfisme tingkat tinggi akan
berkembang struktur migmatit. Setelah penentuan struktur diketahui, maka
penamaan batuan metamorf baik yang berstruktur foliasi maupun berstruktur non
foliasi dapat dilakukan.

Gambar 2.3 Diagram alir untuk identifikasi batuan metamorf secara umum
(Gillen, 1982)

2.4 Struktur Batuan Metamorf

Secara umum struktur yang dijumpai di dalam batuan metamorf dibagi


menjadi dua kelompok besar yaitu struktur foliasi dan struktur non foliasi. Struktur

PUTRA TAMA SUHARTO NIRA LA BAUCE


09320180192 09320190001
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

foliasi ditunjukkan oleh adanya penjajaran mineral-mineral penyusun batuan


metamorf, sedang struktur non foliasi tidak memperlihatkan adanya penjajaran
mineral-mineral penyusun batuan metamorf.
2.4.1 Struktur Foliasi
a. Struktur Skistose: struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral pipih
(biotit, muskovit, felspar) lebih banyak dibanding mineral butiran.
b. Struktur Gneisik: struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral granular,
jumlah mineral granular relatif lebih banyak dibanding mineral pipih.
c. Struktur Slatycleavage: sama dengan struktur skistose, kesan kesejajaran
mineraloginya sangat halus (dalam mineral lempung).
d. Struktur Phylitic: sama dengan struktur slatycleavage, hanya mineral dan
kesejajarannya sudah mulai agak kasar.
2.4.2 Struktur Non Foliasi
a. Struktur Hornfelsik: struktur yang memperlihatkan butiran-butiran mineral
relatif seragam.
b. Struktur Kataklastik: struktur yang memperlihatkan adanya penghancuran
terhadap batuan asal.
c. Struktur Milonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi oleh adanya orientasi
mineral yang berbentuk lentikuler dan butiran mineralnya halus.
d. Struktur Pilonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi dari belahan
permukaan yang berbentuk paralel dan butiran mineralnya lebih kasar
dibanding struktur milonitik, malah mendekati tipe struktur filit.
e. Struktur Flaser: sama struktur kataklastik, namun struktur batuan asal
berbentuk lensa yang tertanam pada masa dasar milonit.
f. Struktur Augen: sama struktur flaser, hanya lensa-lensanya terdiri dari butir-
butir felspar dalam masa dasar yang lebih halus.
g. Struktur Granulose: sama dengan hornfelsik, hanya butirannya mempunyai
ukuran beragam.
h. Struktur Liniasi: struktur yang memperlihatkan adanya mineral yang
berbentuk jarus atau fibrous.

PUTRA TAMA SUHARTO NIRA LA BAUCE


09320180192 09320190001
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

Gambar 2.4 Sturuktur batuan metamorf (Comton; 1985)

2.5 Tekstur Batuan Metamorf

Tekstur yang berkembang selama proses metamorfisme secara tipikal


penamaanya mengikuti kata-kata yang mempunyai akhiran -blastik. Contohnya,
batuan metamorf yang berkomposisi kristal-kristal berukuran seragam disebut
dengan granoblastik. Secara umum satu atau lebih mineral yang hadir berbeda lebih
besar dari rata-rata; kristal yang lebih besar tersebut dinamakan porphiroblast.
Porphiroblast, dalam pemeriksaan sekilas, mungkin membingungkan dengan
fenokris (pada batuan beku), tetapi biasanya mereka dapat dibedakan dari sifat
mineraloginya dan foliasi alami yang umum dari matrik. Pengujian mikroskopik
porphiroblast sering menampakkan butiran-butiran dari material matrik, dalam hal
ini disebut poikiloblast. Poikiloblast biasanya dianggap terbentuk oleh pertumbuhan
kristal yang lebih besar disekeliling sisa-sisa mineral terdahulu, tetapi kemungkinan
poikiloblast dapat diakibatkan dengan cara pertumbuhan sederhana pada laju yang
lebih cepat daripada mineral-mineral matriknya, dan yang melingkupinya. Termasuk
material yang menunjukkan (karena bentuknya, orientasi atau penyebarannya) arah
kenampakkan mula-mula dalam batuan (seperti skistosity atau perlapisan asal);
dalam hal ini porphiroblast atau poikiloblast dikatakan mempunyai tekstur helicitik.
Kadangkala batuan metamorf terdiri dari kumpulan butiran-butiran yang berbentuk

PUTRA TAMA SUHARTO NIRA LA BAUCE


09320180192 09320190001
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

melensa atau elipsoida; bentuk dari kumpulan-kumpulan ini disebut augen (German
untuk “mata”), dan umumnya hasil dari kataklastik (penghancuran, pembutiran, dan
rotasi). Sisa kumpulan ini dihasilkan dalam butiran matrik. Istilah umum untuk
agregat adalah porphyroklast.
2.4.1 Tekstur Kristaloblastik
Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur batuan asal sudah
tidak kelihatan lagi atau memperlihatkan kenampakan yang sama sekali baru. Dalam
penamaannya menggunakan akhiran kata–blastik.
a. Tekstur Porfiroblastik: sama dengan tekstur porfiritik (batuan beku), hanya
kristal besarnya disebut porfiroblast.
b. Tekstur Granoblastik: tekstur yang memperlihatkan butir-butir mineral
seragam.
c. Tekstur Lepidoblastik: tekstur yang memperlihatkan susunan mineral saling
sejajar dan berarah dengan bentuk mineral pipih.
d. Tekstur Nematoblastik: tekstur yang memperlihatkan adanya mineral-mineral
prismatik yang sejajar dan terarah.
e. Tekstur Idioblastik: tekstur yang memperlihatkan mineral-mineral berbentuk
euhedral.
f. Tekstur Xenoblastik: sama dengan tekstur idoblastik, namun mineralnya
berbentuk anhedral.
g. Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur sisa dari batuan asal
masih bisa diamati. Dalam penamaannya menggunakan awalan kata–blasto.
h. Tekstur Blastoporfiritik: tekstur yang memperlihatkan batuan asal yang
porfiritik.
i. Tekstur Blastopsefit: tekstur yang memperlihatkan batuan asal sedimen yang
ukuran butirnya lebih besar dari pasir.
j. Tekstur Blastopsamit: sama dengan tekstur blastopsefit, hanya ukuran
butirnya sama dengan pasir.
k. Tekstur Blastopellit: tekstur yang memperlihatkan batuan asal sedimen yang
ukuran butirnya lempung.

PUTRA TAMA SUHARTO NIRA LA BAUCE


09320180192 09320190001
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

Gambar 2.5 Tekstur batuan metamorf (Compton, 1985).


A. Tekstur Granoblastik, sebagian menunjukkan tekstur mosaik; B. Tekstur
Granoblatik berbutir iregular, dengan poikiloblast di kiri atas; C. Tekstur Skistose
dengan porpiroblast euhedral; D. Skistosity dengan domain granoblastik lentikuler;
E. Tekstur Semiskistose dengan meta batupasir di dalam matrik mika halus; F.
Tekstur Semiskistose dengan klorit dan aktinolit di dalam masa dasar blastoporfiritik
metabasal; G. Granit milonit di dalam proto milonit; H. Ortomilonit di dalam
ultramilonit; I. Tekstur Granoblastik di dalam blastomilonit.

2.6. Komposisi Batuan Metamorf

Pertumbuhan dari mineral-mineral baru atau rekristalisasi dari mineral yang


ada sebelumnya sebagai akibat perubahan tekanan dan atau temperatur menghasilkan
pembentukan kristal lain yang baik, sedang atau perkembangan sisi muka yang jelek;
kristal ini dinamakan idioblastik, hypidioblastik, atau xenoblastik. Secara umum
batuan metamorf disusun oleh mineral-mineral tertentu, namun secara khusus
mineral penyusun batuan metamorf dikelompokkan menjadi dua yaitu (1) mineral
stress dan (2) mineral anti stress. Mineral stress adalah mineral yang stabil dalam
kondisi tekanan, dapat berbentuk pipih/tabular, prismatik dan tumbuh tegak lurus
terhadap arah gaya/stress meliputi: mika, tremolit-aktinolit, hornblende, serpentin,
silimanit, kianit, seolit, glaukopan, klorit, epidot, staurolit dan antolit. Sedang

PUTRA TAMA SUHARTO NIRA LA BAUCE


09320180192 09320190001
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

mineral anti stress adalah mineral yang terbentuk dalam kondisi tekanan, biasanya
berbentuk equidimensional, meliputi: kuarsa, felspar, garnet, kalsit dan kordierit.
Setelah kita menentukan batuan asal mula metamorf, kita harus menamakan
batuan tersebut. Sayangnya prosedur penamaan batuan metamorf tidak sistematik
seperti pada batuan beku dan sedimen. Nama-nama batuan metamorf terutama
didasarkan pada kenampakan tekstur dan struktur. Nama yang umum sering
dimodifikasi oleh awalan yang menunjukkan kenampakan nyata atau aspek penting
dari tekstur (contoh gneis augen), satu atau lebih mineral yang ada (contoh skis
klorit), atau nama dari batuan beku yang mempunyai komposisi sama (contoh gneis
granit). Beberapa nama batuan yang didasarkan pada dominasi mineral (contoh
metakuarsit) atau berhubungan dengan facies metamorfik yang dipunyai batuan
(contoh granulit).
Metamorfisme regional dari batulumpur melibatkan perubahan keduanya baik
tekanan dan temperatur secara awal menghasilkan rekristalisasi dan modifikasi dari
mineral lempung yang ada. Ukuran butiran secara mikroskopik tetap, tetapi arah
yang baru dari orientasi mungkin dapat berkembang sebagai hasil dari gaya stres.
Resultan batuan berbutir halus yang mempunyai belahan batuan yang baik sekali
dinamakan slate. Bilamana metamorfisme berlanjut sering menghasilkan orientasi
dari mineral-mineral pipih pada batuan dan penambahan ukuran butir dari klorit dan
mika. Hasil dari batuan yang berbutir halus ini dinamakan phylit, sama seperti slate
tetapi mempunyai kilap sutera pada belahan permukaannya. Pengujian dengan
menggunakan lensa tangan secara teliti kadangkala memperlihatkan pecahan
porpiroblast yang kecil licin mencerminkan permukaan belahannya. Pada tingkat
metamorfisme yang lebih tinggi, kristal tampak tanpa lensa. Disini biasanya kita
menjumpai mineral-mineral yang pipih dan memanjang yang terorientasi kuat
membentuk skistosity yang menyolok. Batuan ini dinamakanskis, masih bisa dibelah
menjadi lembaran-lembaran. Umumnya berkembang porpiroblast; hal ini sering
dapat diidentikkan dengan sifat khas mineral metamorfik seperti garnet, staurolit,
atau kordierit. Masih pada metamorfisme tingkat tinggi disini skistosity menjadi
kurang jelas; batuan terdiri dari kumpulan butiran sedang sampai kasar dari tekstur
dan mineralogi yang berbeda menunjukkan tekstur gnessik dan batuannya
dinamakan gneis. Kumpulan yang terdiri dari lapisan yang relatif kaya kuarsa dan

PUTRA TAMA SUHARTO NIRA LA BAUCE


09320180192 09320190001
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

feldspar, kemungkinan kumpulan tersebut terdiri dari mineral yang mengandung


feromagnesium (mika, piroksin, dan ampibol). Komposisi mineralogi sering sama
dengan batuan beku, tetapi tekstur gnessik biasanya menunjukkan asal
metamorfisme; dalam kumpulan yang cukup orientasi sering ada. Penambahan
metamorfisme dapat mengubah gneis menjadi migmatit. Dalam kasus ini, kumpulan
berwarna terang menyerupai batuan beku tertentu, dan perlapisan kaya
feromagnesium mempunyai aspek metamorfik tertentu.
Jenis batuan metamorf lain penamaannya hanya berdasarkan pada komposisi
mineral, seperti: Marmer disusun hampir semuanya dari kalsit atau dolomit; secara
tipikal bertekstur granoblastik. Kuarsit adalah batuan metamorfik bertekstur
granobastik dengan komposisi utama adalah kuarsa, dibentuk oleh rekristalisasi dari
batupasir atau chert/rijang. Secara umum jenis batuan metamorfik yang lain adalah
sebagai berikut:
2.5.1 Amphibolit
Batuan yang berbutir sedang sampai kasar komposisi utamanya adalah
ampibol (biasanya hornblende) dan plagioklas.
2.5.2 Eclogit
Batuan yang berbutir sedang komposisi utama adalah piroksin klino ompasit
tanpa plagioklas felspar (sodium dan diopsit kaya alumina) dan garnet kaya pyrop.
Eclogit mempunyai komposisi kimia seperti basal, tetapi mengandung fase yang
lebih berat. Beberapa eclogit berasal dari batuan beku.
2.5.3 Granulit
Batuan yang berbutir merata terdiri dari mineral (terutama kuarsa, felspar,
sedikit garnet dan piroksin) mempunyai tekstur granoblastik. Perkembangan struktur
gnessiknya lemah mungkin terdiri dari lensa-lensa datar kuarsa dan/atau felspar.
2.5.4 Hornfels
Berbutir halus, batuan metamorfisme thermal terdiri dari butiran-butiran yang
equidimensional dalam orientasi acak. Beberapa porphiroblast atau sisa fenokris
mungkin ada. Butiran-butiran kasar yang sama disebut granofels.
2.5.5 Milonit
Cerat berbutir halus atau kumpulan batuan yang dihasilkan oleh pembutiran
atau aliran dari batuan yang lebih kasar. Batuan mungkin menjadi protomilonit,

PUTRA TAMA SUHARTO NIRA LA BAUCE


09320180192 09320190001
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

milonit, atau ultramilomit, tergantung atas jumlah dari fragmen yang tersisa.
Bilamana batuan mempunyai skistosity dengan kilap permukaan sutera, rekristralisasi
mika, batuannya disebut philonit.
2.5.6 Serpentinit
Batuan yang hampir seluruhnya terdiri dari mineral-mineral dari kelompok
serpentin. Mineral asesori meliputi klorit, talk, dan karbonat. Serpentinit dihasilkan
dari alterasi mineral silikat feromagnesium yang terlebih dahulu ada, seperti olivin
dan piroksen.
2.5.7 Skarn
Marmer yang tidak bersih/kotor yang mengandung kristal dari mineral kapur-
silikat seperti garnet, epidot, dan sebagainya. Skarn terjadi karena perubahan
komposisi batuan penutup (country rock) pada kontak batuan beku.

PUTRA TAMA SUHARTO NIRA LA BAUCE


09320180192 09320190001
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

Sebelum melakukan praktikum kita menyiapkan alat dan bahan seperti


problem set minimal 10 lembar dan alat tulis menulis, sediakan aplikasi google meet
sebagai media untuk menjalankan praktikum. Sebelum mengamati, kita terlebih
dahulu mendapatkan materi dan pengarahan dari asisten laboratorium. Kemudian
selanjutnya mengamati batuan metamorf yang di tampilkan oleh asisten dan
mendeskripsikan warna segar dan warna lapuknya. Selanjutnya yang kita amati yaitu
melihat batuan metamorf tersebut termasuk batuan metamorf foliasi dan non foliasi.
Untuk batuan metamorf yang kita juga deskripsikan yaitu jenis tekstur, bentuk
kristal, struktur, komposisi mineralnya, nama batuannya, dan fesies batuan
metamorfisme P/T, dimana P itu adalah tekanan dan T itu adalah temperatur.
Tekanan dan temperatur pada batuan beku metamorf itu saling berhubungan dimana
pengaruh dari kedua-duanya itu disebut dengan proses metamorfisme dan proses
inilah berlangsung di bawah permukaan bumi.

PUTRA TAMA SUHARTO NIRA LA BAUCE


09320180192 09320190001
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Sampel 1
Nomor peraga :1
Warna Segar : Hijau
Warna Lapuk : Coklat
Tekstur : Kristaloblastik (Nematoblastik)
Bentuk Kristal : Xenoblastik
Struktur : Non Foliasi (milonifik)
Fesies Batuan Metamorfisme P/T : berada pada temperature 200-400°C
dengan tekanan 12-18 kbar
Komposisi Mineral :
Nama Mineral %
Sepentine 60 %
Asbes 40 %

Nama Batuan : SERPENTINE


Simbol Batuan :

ASISTEN PRAKTIKAN

PUTRA TAMA SUHARTO NIRA LA BAUCE

PUTRA TAMA SUHARTO NIRA LA BAUCE


09320180192 09320190001
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

4.1.2 Sampel 2

Nomor peraga :2
Warna Segar : Putih
Warna Lapuk : Coklat
Tekstur : Kristaloblastik (Granoblastik)
Bentuk Kristal : Idioblastik
Struktur : Non Foliasi (granulose)
Fesies Batuan Metamorfisme P/T : berada pada temperatur 400°C dengan
tekanan 6-8 kbar.
Komposisi Mineral :
Nama Mineral %
Kuarsa 100%

Nama Batuan : KUARSIT


Simbol Batuan :

ASISTEN PRAKTIKAN

PUTRA TAMA SUHARTO NIRA LA BAUCE

PUTRA TAMA SUHARTO NIRA LA BAUCE


09320180192 09320190001
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

4.1.3 Sampel 3

Nomor peraga :3
Warna Segar : Hitam
Warna Lapuk : Coklat
Tekstur : Kristaloblastik (Granulablastik)
Bentuk Kristal : Hipidioblastik
Struktur : non Foliasi (Granulose)
Fesies Batuan Metamorfisme P/T : berada pada temperatur 350-1000ºC
dengan tekanan 12-18 kbar
Komposisi Mineral :
Nama Mineral %
Granit 50%
Mika 30%
klorit 20%

Nama Batuan : EKLOGIT


Simbol Batuan :

ASISTEN PRAKTIKAN

PUTRA TAMA SHARTO NIRA LA BAUCE

PUTRA TAMA SUHARTO NIRA LA BAUCE


09320180192 09320190001
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

4.1.4 Sampel 4

Nomor peraga :4
Warna Segar : Coklat
Warna Lapuk : Hitam
Tekstur : Kristaloblastik (Granoblastik)
Bentuk Kristal : Xenoblastik
Struktur : Foliasi (Genestos)
Fesies Batuan Metamorfisme P / T : berada pada temperatur 350-1000°C
dengan tekanan 12-18 kbar
Komposisi Mineral :
Nama Mineral %
Klorit 60%
Kuarsa 20%
Kalsit 30%
Nama Batuan : GNEISS
Simbol Batuan :

ASISTEN PRAKTIKAN

PUTRA TAMA SUHARTO NIRA LA BAUCE

PUTRA TAMA SUHARTO NIRA LA BAUCE


09320180192 09320190001
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

4.1.5 Sampel 5

Nomor peraga :5
Warna Segar : Hijau
Warna Lapuk : Coklat
Tekstur : Kristaloblastik (Lepidioblastik)
Bentuk Kristal : Idioblastik
Struktur : Foliasi (Seistosa)
Fesies Batuan Metamorfisme P/T : berada pada temperature 0-400ºC dengan
tekanan 0-6 kbar
Komposisi Mineral :
Nama Mineral %
Mika 60%
Amphibole 20%
Kuarsa 20%

Nama Batuan : SEKIS MIKA


Simbol Batuan :

ASISTEN PRAKTIKAN

PUTRA TAMA SUHARTO NIRA LA BAUCE

PUTRA TAMA SUHARTO NIRA LA BAUCE


09320180192 09320190001
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

4.1.6 Sampel 6

Nomor peraga :6
Warna Segar : Hijau
Warna Lapuk : Coklat
Tekstur : Palimsest (Blasto pelitik)
Bentuk Kristal : Hipidioblastik
Struktur : Foliasi (Slatyoevage)
Fesies Batuan Metamorfisme P / T : berada pada temperature 350-100°C
dengan tekanan 12-18 kbar
Komposisi Mineral :
Nama Mineral %
Mika 60%
Klorit 40%
Nama Batuan : SLATE/SABAK
Simbol Batuan :

ASISTEN PRAKTIKAN

PUTRA TAMA SUHARTO NIRA LA BAUCE

PUTRA TAMA SUHARTO NIRA LA BAUCE


09320180192 09320190001
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

4.1.7 Sampel 7

Nomor peraga :7
Warna Segar : Hijau
Warna Lapuk : Abu-abu
Tekstur : Kristaloblastik (lepidioblastik)
Bentuk Kristal : Hipidioblastik
Struktur : Foliasi (Phylitic)
Fesies Batuan Metamorfisme P/T : berada pada temperature lebih dari 150°C
dengan tekanan 1500 kbar
Komposisi Mineral :
Nama Mineral %
Mika 50%
Flourit 20%
Kuarsa 15%
Amfibul 15%
Nama Batuan : FILIT
Simbol Batuan :

ASISTEN PRAKTIKAN

PUTRA TAMA SUHARTO NIRA LA BAUCE

PUTRA TAMA SUHARTO NIRA LA BAUCE


09320180192 09320190001
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

4.2 Pembahasan

4.2.1 Sampel 1

Gambar 4.1 Batuan Serpentine


W
Pada peraga ini memiliki warna segar yaitu hijau dan warna lapuknya adalah
coklat kemudian memiliki jenis tekstur ysitu kirstsloblastik (nematoblastik) dan
bentuk kristalnya yaitu xenotoblastik dengan struktur non faliasi (milonifik) dan
memliki fasies batuan metamorfisme P/T dengan tekanan 12-18 kbar dan
temperatur 200-400°C. memiliki komposisi mineral mineral yaitu serpentine 60%
dan asbes 40 % dengan nama batuan serpentinit.
Batuan serpentine merupakan batuan metamoft yang terbentuk dari mineral
serpentine akibat perubahan basalt dasar laut ysng bertekanan tinggi dan temperature
rendah. Keterdapatan batuan serpentine ini banyak ditemukan dinegara swedia, italia,
rusia, diwilayah California. Manfaat batuan ini adalah sebagai batu hias dan di pake
untuk industry mineral.

PUTRA TAMA SUHARTO NIRA LA BAUCE


09320180192 09320190001
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

4.2.2 Sampel 2

Gambar 4.2 Batuan Kuarsit


Pada peraga ini memiliki warna segar putih dan warna lapuknya adalah
coklat. Kemudian jenis tekstrunya yaitu kirstaloblastik (granoblastik) dan memiliki
bentuk kirstalnya itu idioblastik dengan struktur non faliasi (granolous) dan feises
batuan metamoefisme P/T itu berada pada temperature 400°C dengan tekanan 6-8
kbar dan memiliki komposisi mineral yaitu kuarsa 100% dengan nama batuan
kuarsit.
Batuan kuarsit merupakan hasil perubahan pada (metamofrfisme) dari batu
pasir kuarsa. Batu pasir berubah menjadi kuarsit melalui pemanasan dan tekanan
yang biasanya terkait dengan kopesitektonik dalam sabuk organik. Batuan kuarsit
metamoft tidak berfoliasi yang hamper dari tersusun seluruhnya oleh mineral kuarsit
dan keterdapatannya yaitu dalam bentuk sill terisngkap dalam tebing. Manfaatnya
yaitu pada bidang kontruksi sebagai batu pecah yang lebih unggul karena tingkat
kekerasanya.

PUTRA TAMA SUHARTO NIRA LA BAUCE


09320180192 09320190001
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

4.2.3 Sampel 3

Gambar 4.3 Batuan Ekligot

Pada peraga ini memiliki warna segar hitam dan warna lapuk coklat.
Kemudian memiliki jenis tekstur kirstaloblastik (granobkastik) dengan bentuk kirstal
hipidioblastik dan memiliki struktur non foliasi (granulose) dengan fesies batuan
metamorfisme P/T pada temperature 350-1000°C dengan tekanan 12-18 kbar dan
memiliki komposisi mineral yaitu granit 50%, mika 30%, dan klorit 20% dengan
nama batuan eklogit.
Batuan eklogit merupakan hasil dari metamofsifme dari batuan beku basa.
Dan juga terbentuk dari magma yang mengkristal diantara mantel atau kerak benua
bagian atas batuan eklogit ini dapat terbetuk ketika batuan mengalami tekanan yang
tnggi. Batuan ini berasosiasi dengan batuan beku basa. Keterdapatanya yaitu sebagai
perabotan rumah tangga. Komponen batuan ini seperti meja kamar mandi, dan
jendela dan juga sebagian dekorasi ruangan.

PUTRA TAMA SUHARTO NIRA LA BAUCE


09320180192 09320190001
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

4.2.4 Sampel 4

Gambar 4.4 Batuan Geneis


Pada peraga ini memiliki warna segar hitam dan warna lapuknya coklat
kemudian memiliki jenis tekstur kristaloblastik ( granoloblastik) dan memiliki bentuk
kirstal xenoblastik dengan struktur foliasi ( genentos) kemudian memiliki fesies
batuan metamorfisme P/T dengan temperature 350-1000°C dan memiliki tekanan 12-
18 kbar dengan komposisi mineral yaitu klorit 60%, kuarsa 20%, kalsit 30%. Dengan
nama batuan gneiss.
Batuan gneiss terbentuk dari suatu proses yaitu metamofsime dinamik tang
terjadi di atas lempeng konvergen mineral penyusun dan batuan ini mempunyai suhu
dan temperature dan tekanan yang tinggi, oleh karena itu batuan ini dapat
dikategorikan sebagai batuan metamoft berkualitas tinggi dan sulit pecah. Batuan ini
dapat pula di temukan dikompleks acasta gneiss, kanada dan manfaatnya sebagai
pondasi bangunan.

PUTRA TAMA SUHARTO NIRA LA BAUCE


09320180192 09320190001
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

4.2.5 Sampel 5

Gambar 4.5 Batuan Sekis Mika

Pada peraga ini memiliki warna segar hijau dan warna lapuk coklat dengan
jenis tekstur kirstaloblasik ( lepidioblastik) dan kemudian mempunyai bentuk Kristal
yaitu idioblastik dengan struktur yaitu foliasi (seistosa) dengan memiliki feseis
batuan yang berada pada temperature 0-400°C dengan tekanan 0-6 kbar kemudian
memiliki komposisi mineral yaiyu mika 60%, amfibol 20% dan kuarsa 20% dengan
nama batuan sekis mika.
Batuan sekis mika merupakan batuan yang terbentuk pada saat batuan
sedimen atau batuan beku yang terpendam pada tempat dalam mengalami tekanan
dan temperature yang cukup tinggi dapat di temukan bersamaan dengan slate atau
felit dan keterdapatanya yaitu dapat di temukan kerang sambung . manfaatnya yaitu
satu komponen penting dalam pembuatan kondensotor dan kapasitor industry
elektronika dan pembangunan.

PUTRA TAMA SUHARTO NIRA LA BAUCE


09320180192 09320190001
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

4.2.6 Sampel 6

Gambar 4.6 Batuan slate / sabak

Pada peraga ini memiliki warna segar hijau dan warna lapuk coklat dengan
jenis tekstur palimpsest ( blastopelitik) dan memiliki bentuk Kristal hipidioblastik
dengan struktur foliasi ( slatyeovage) dan kemudian memiliki fesies pada
metamorfisme P/T yaitu berada pada temperature 350-100°C dengan tekanan 12-18
kbar dan memiliki komposisi mineral yaitu mika 60% dan klorit 40% dengan nama
batuan salate/sabak
Batuan slate/sabak merupakan batuan yang berasal dari proses metamorfisme
batuan sedimen slate atau moonstone ( lebih di kenal dengan nama batuan lempung)
ketika berada pada pada suhu dan temperature rendah batuan slate ini sering
mrmpunyai suatu permukaan yang berkerut terdapat sedikit lipatan karena
berhubungan dengan perpecahan yang mendapatkan batuan slate. Manfaatnya yaitu
sebagai hiasan dan batu asahan.

PUTRA TAMA SUHARTO NIRA LA BAUCE


09320180192 09320190001
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

4.2.7 Sampel 7

Gambar 4.7 Batuan filit


Pada peraga ini memiliki warna segar hijau dan warna lapuknya abu-abu
memiliki jenis tekstur yaitu kirstaloblastik (lepidioblastik) dengan bentuk kirstal
hipidioblastik dan kemudian memiliki struktur foliasi (phyletic) dengan fesies
batuan metamorfisme P/T yaitu berada pada temperature lebih besar dari 150°C
dengan tekanan 1500 kbar. Dengan memiliki komposisi mineral yaitu mika 50%,
klorit 20%, kuarsa 15% dan amfibol 15% memiliki nama mineral yaitu filit.
Batuan filit merupakan batuan yang terbuat dari batu sabak yang
termetamorfosis lebih jauh dan menyebabkan mika putih ini berbutir sangat halus
memiliki orientasi tertentu. Asosiasi dari filit itu terbntuk dari mineral utama kuarsa.
Keterdapatanya yaitu biasa jumpai pada perbukitan jawa barat maupuan timur.
Manfaatnya yaitu dapat digunakan sebagai isolator pengantar listrik dan juga sebagai
bahan bangunan.

PUTRA TAMA SUHARTO NIRA LA BAUCE


09320180192 09320190001
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Batuan metamorf dan telah mengalami perubahan mineralogi, tekstur serta
struktur sebagai akibat adanya perubahan temperatur (di atas proses diagenesa dan di
bawah titik lebur; 200o-350oC < T < 650o-800oC) dan tekanan yang tinggi (1 atm < P
< 10.000 atm) disebut batuan metamorf. Struktur Foliasi, Skistose:struktur yang
memperlihatkan penjajaran mineral pipih (biotit, muskovit, felspard) lebih banyak
dibanding mineral butiran,Struktur Gneisik: struktur yang memperlihatkan
penjajaran mineral granular, jumlah mineral granular relatif lebih banyak dibanding
mineral pipih, struktur Slatycleavage: sama dengan struktur skistose, kesan
kesejajaran mineraloginya sangat halus (dalam mineral lempung), struktur Phylitic:
sama dengan struktur slatycleavage, hanya mineral dan kesejajarannya sudah mulai
agak kasar. Struktur Non Foliasi Hornfelsik: struktur yang memperlihatkan butiran-
butiran mineral relatif seragam,Struktur Kataklastik: struktur yang memperlihatkan
adanya penghancuran terhadap batuan asal,Struktur Milonitik: struktur yang
memperlihatkan liniasi oleh adanya orientasi mineral yang berbentuk lentikuler dan
butiran mineralnya halus,Struktur Pilonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi dari
belahan permukaan yang berbentuk paralel dan butiran mineralnya lebih kasar
dibanding struktur milonitik, malah mendekati tipe struktur filit, struktur Flaser:
sama struktur kataklastik, namun struktur batuan asal berbentuk lensa yang tertanam
pada masa dasar milonit.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Untuk Laboratorium


Agar selalu merevisi hal-hal yang menghambat jalannya proses praktikum
begitupun dengan proses asistenesi.
5.2.2 Saran Untuk Asisten
Tetap dipertahankan caranya dalam memberi materi praktikan kalau perlu
ditingkatkan dan juga tetap menjaga talisilatuhrahminya dengan praktikan.

PUTRA TAMA SUHARTO NIRA LA BAUCE


09320180192 09320190001
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BATUAN METAMORF

DAFTAR PUSTAKA

Graha, Doddy Setia. 1987. “ Batuan dan Mineral “.Nova. Bandung


Tim Dosen dan Tim Asisten, 2015.” Penuntun Praktikum Geologi
Dasar”.FakultasTeknologi Industri.Universitas Muslim Indonesia.

PUTRA TAMA SUHARTO NIRA LA BAUCE


09320180192 09320190001

Anda mungkin juga menyukai