Makalah Desain Epidemologi
Makalah Desain Epidemologi
Makalah Desain Epidemologi
Kelompok V :
1. Intan A M Seknun P07172320016
2. Riani M Amarduan P07172320034
3. Darlina P07172320005
4. Jean J.I. Noya P07172320017
5. Kezia novita tapilaha P07172320021
6. Novi Oktavia Putri P07172320029
7. Dariangto Ijhon Albertus P07172320004
8. Ria Indrawati rumakur P07172320033
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Epidemiologi diawali dengan penelitian dari Hippocrates yang meneliti adanya faktor lingkungan
yang behrubungan erat dengan terjadinya penyakit. Dengan seiring berjalannya waktu, sejarah
epidemiologi modern diawali dengan penelitian dari Doll dan Hill dkk yang meneliti hubungan antara
merokok dan terjadinya kanker paru-paru dengan mengawasi penderita di klinik. Dasar dari
penelitian ini adalah dengan adanya hipotesa bahwa semakin banyak rokok yang dihisap perhari
maka semakin tinggi rate kematian akibat kanker paru-paru. Hal ini didasarkan pada adanya fakta
bahwa sejumlah besar pasien yang mengidap kanker paru-paru juga merupakan perokok.
Untuk melaksanakan penelitian dalam epidemiologi, ada 3 design penelitian yang dapat kita
gunakan, yaitu cross sectional, case-control, dan cohort. Dari ketiga macam design tersebut, pada
penelitian Doll menggunakan case-control sedangkan Hill menggunakan cohort. Perbedaan dari
kedua design ini adalah dari alur penelitiannya. Pada design case-control, peneliti akan mencari tahu
kejadian terdahulu atau biasa disebut retrospektif. Sedangkan pada cohort, peneliti akan melakukan
penelitiannya dengan alur maju ke masa mendatang.
Dari penelitian dalam epidemiologi, kita dapat mengetahui suatu prevalensi atau adanya hubungan
antara berbagai variabel. Dengan mengetahui hal tersebut, kita dapat mengurangi angka kematian,
melakukan pencegahan, mengembangkan kesehatan lingkungan, menentukan diagnosis, terapi, dan
prognosis, dan lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Cross Sectional
Digunakan untuk membedakan dua kelompok. Unit pengamatan merupakan
individual dan populasinya merupakan populasi yang umum serta samplenya random.
Pengukuran variable independent (exposure) dan variable dependent (outcome) dilakukan
secara bersamaan sehingga sulit untuk mengetahui hubungan antara exposure dan outcome.
Case Report
Merupakan study pada satu kasus yang sama atau kasus baru yang menggambarkan
suatu riwayat penyakit dan pengalaman klinis dari masing-masing kasus. Unit pengamatan
atau analisisnya individual. Desain study ini digunakan untuk melihat distribusi suatu
penyakit atau masalah kesehatan yang diteliti, memperoleh informasi tentang kelompok
resiko tinggi dan membuat hipotesis baru. Karena merupakan pengumpulan dari beberapa
kasus-kasus yang dilaporkan maka study ini tidak bisa digunakan untuk menggambarkan
suatu populasi. Study ini dapat digunakan sebagai langkah awal untuk meneliti serta dapat
menjembatani antara penelitian klinis dengan penelitian epidemiologi.
Case Series
Studi ini merupakan studi lanjutan dari case report. case report hanya terdiri dari satu
kasus saja, tetapi case series terdiri lebih dari satu kasus dan kurang dari sepuluh kasus. Studi
ini juga terkait pada sindrom atau penyakit baru. Unit pengamatannya juga individual.
Studi Kolerasi
Disebut juga studi ekologi. Merupakan studi observasional dengan unti
analisis/pengamatannya agregat. Populasi merupakan beberapa kumpulan dari unit
pengamatan. contohnya unit pengamatan untuk angka kepadatan jentik, dan insidens DHF
diukur berdasarkan area kerja puskesmas, maka populasi studi terdiri dari kumpulan
puskesmas - puskesmas.
B. Study Analitik
Untuk mempelajari diterminan suatu penyakit di populasi dipakai desain studi epidemiologi
analitik. Desain studi ini dapat digunakan untuk mencari faktor-faktor yang mempengaruhi
dan membandingkan antara dua kelompok.
Case Control
Digunakan untuk meneliti faktor risiko/determinan dari suatu penyakit yang 'outcome'
jarang terjadi. penelitian dimulai dari pengukuran status keterpaparan pada subjek-subjek
yang diteliti kemudian dikelompokan. Bersifat retrospektif yang berarti melihat pengamatan
dengan cara mundur. terdiri dari dua kelompok yaitu sakit dan tidak sakit. D --> E (macam-
macam).
Kohort
Penelitian bersifat observasional tanpa intervensi. Penelitian dilakukan pada subjek-
subjek yang masih bebas dari outcome (Disease) tapi berisiko untuk dapat mengalaminya.
Pada studi ini dapat terlihat jelas hubungan antar exposure dengan outcome. Biasanya studi
ini dilakukan pada dua kelompok yaitu kelompok terpapar dan tidak terpapar. Studi ini dapat
bersifat prospektif, retrospektif ataupun historical prospektif. Sample yang dipilih merupakan
sample yang tidak random sehingga hanya beberapa sample yang terkait dengan penelitian
saja.
Intervensi
Biasanya dilakukan secara randomisasi. Peneliti melakukan intervensi terhadap status
"exposure" pada subjek-subjek yang diteliti. Pada studi ini dilakukan pengecekan ulang
dalam kurun waktu tertentu. Jenis intervensi ini ada dua yaitu intervensi secara klinik atau
individual dan intervensi secara komunitas misalnya pada komunitas pemabuk, perokok dan
sebagainya.
Setiap desain study memiliki ciri khas masing-masing. Walaupun demikian setiap
desain study mempunyai kekurangan dan kelebihan tersendiri yang berpengaruh pada
intervensi kesehatan masyarakat. untuk itu sangat disarankan memilih desain studi yang tepat
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan sebelum melakukan penelitian.
Perbedaan yang paling mendasar terletak pada sifat intrinsik subjek penelitian, peran peneliti,
dan apakah kebenaran diperoleh melalui fakta yang objektif atau persepsi subjektif. Hasil
yang ditunjukkan oleh perbaikan verbal pembelajar bahasa sebagai strategi pemerolehan
berbeda dengan hasil yang ditunjukkan oleh nilai kuantitatif pada judgment test yang
dikontrol dalam penelitian eksperimental.
Perbedaan dari kedua penelitian ini yang sama pentingnya adalah dalam penelitian deskriptif,
tidak ada manipulasi pada fenomena kebahasaan yang berlangsung, sedangkan dalam
penelitian eksperimental, manipulasi dan kontrol merupakan parameter penting untuk
validitas internal dan eksternal.
Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna
yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial
atau kemanusiaan. Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting, seperti
mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yangspesifik
dari para partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema yang khusus ke
tema-tema umum, dan menafsirkan makna data. Laporan akhir untuk penelitian ini memiliki
struktur atau kerangka yang fleksibel (Creswell, 2010 : 5).
Metode penelitian kualitatif pada mulanya dikembangkan oleh para ahli antropologi dan
sosiologi yang mengkaji perilaku manusia dalam konteks bahwa peran peneliti tidak akan
mengubah perilaku alami subjek penelitian. Tidak seperti penelitian deskriptif, penelitian
kualitiatif menghindari pembentukan pertanyaan-pertanyaan penelitian, hipotesis,
identifikasi, a priori, dan variabel-variabel yang akan menjadi fokus penelitian.
Tujuan akhir dari penelitian kualitatif adalah untuk menemukan fenomena seperti pola
perilaku bahasa kedua yang belum pernah dijelaskan sebelumnya dan untuk memahami
fenomena-fenomena tersebut menurut perpektif aktivitas peserta atau pembelajar. Peneliti
juga dapat sekaligus berperan sebagai participant observer (partisipan pengamat) dengan
kegiatan seperti mencatat, merekam dan mengamati tanpa adanya kontrol atau pedoman dari
kuesioner atau instrumen lainnya. Tujuan dari observasi non partisipan adalah untuk
menyusun kembali bagaimana pengalaman yang dialami oleh para subjek seakurat mungkin.
Pada pemerolehan bahasa kedua, penelitian kualitatif mencoba untuk memahami fenomena
bahasa kedua dari perspektif para pembelajar bahasa kedua, bukan dari perspektif peneliti.
Pada dasarnya, bahasa itu sendiri dapat menjadi sebuah variabel. Penelitian tipe ini adalah
untuk menjelaskan apa yang terjadi dan bagaimana maknanya menjadi pelaku di dalam
aktivitas pemerolehan bahasa. Bukanlah sesederhana seperti menanyakan pendapat
pembelajar, dikarenakan pembelajar dan peneliti biasanya menggunakan bahasa yang
berbeda. Bahasa yang digunakan oleh pembelajar untuk menggambarkan pengalaman mereka
juga belum sempurna. Para peneliti harus menduga, menarik kesimpulan atau
memperhitungkan hal-hal yang lebih luas lagi agar dapat menghasilkan sebuah deskripsi
yang akurat.
Penelitian kualitatif lebih sesuai untuk mendeskripsikan konteks sosial bahasa kedua, seperti
interaksi tuturan (siapa berkata apa, kepada siapa, dan kapan), frekuensi, dan deskripsi tindak
tutur dalam konteks penggunaan bahasa, seperti deskripsi perihal bahasa yang digunakan
antara guru dan siswa.
BAB III
KESIMPULAN