Studi Potong Lintang
Studi Potong Lintang
Studi Potong Lintang
com/2009/11/14/studi-epidemiologi/
Epidemiologi berasal dari kata Epi, Demos & Logos. Epi adalah tentang penyakit, demos adalah penduduk, dan logos adalah ilmu. Jadi EPIDEMIOLOGI adalah : Suatu ilmu yang mempelajari distribusi (penyebaran), frekuensi (Jumlah/Angka) dan determinan (Penyebab) penyakit/masalah kesehatan pada suatu penduduk. Menurut CDC 2002, Last 2001 dan Gordies 2000, epidemilogi is the mother of public health. Epidemiologi memiliki berbagai macam bentuk studi guna membantu memahami tentang epidemiologi lebih mendalam dan menyelesaikan masalah-masalah terkait epidemiologi.Studi epidemiologi dapat diklasifikasikan sebagai studi eksperimental ataupun studi observasi. Berikut adalah tabel mengenai studi yang paling sering dipakai dalam epidemiologi dengan unit studinya serta nama lainnya.
Jenis Studi Studi Observasi Studi Deskriptif Studi Analitikal Ekologikal Potong-Lintang Kasus Kontrol Kohor Studi Eksperimental Randomized Control Trials Field Trials Community Trials
Nama lain
Unit Studi
Korelasi Prevalens Case Reference Follow-up Studi Intervensi Clinical Trials Studi Intervensi komunitas
Studi Observasi adalah studi yang membiarkan alam melakukan aktifitasnya, sedangkan investigator berhak untuk mengukur tetapi tak mencampuri aktifitas alam tersebut. Studi ini melingkupi studi deskriptif dan analitikal. Studi Deskriptif terbatas pada deskripsi kejadian seuatu penyakit di sebuah populasi. Studi deskriptid sering dugunakan sebagai langkah awal dari sebuah investigasi epidemiologi. Sedangkan, studi analitikal adalah studi yang lebih jauh guna menganalis hubungan antara status kesehatan dengan variabel yang lain.
Informasi deskriptif yang terbatas, seperti pada sebuah case series (rangkaian kasus), di mana karakteristik dari sejumlah pasien dengan penyakit yang spesifik dapat di deskripsikan tetapi tidak dibandingkan dengan sebuah referensi populasi, sering menimbulkan permulaan dari studi epidemiologi yang lebih detail. Studi eksperimental atau studi intervensi melibatkan percobaan yang aktif untuk merubah determinan suatu penyakit, seperti pemajanan ayau kelakuan, atau perkembangan suatu penyakit, melalui perawatan, dan melalui suatu eksperimen seperti pada ilmu sains lain. Desain studi eksperimental yang besar adalah melalui randomized controlled trial dengan menggunakan pasien sebagai subjek. Field trials dan community trial adalah desain eksperimental yang lain dimana partisipannya adalah orang-orang sehat serta komunitas.
Studi Observasi
y
Studi Deskriptif
Studi deskriptif adalah riset epidemiologi yang bertujuan menggambarkan pola distribusi penyakit dan determinan penyakit menurut populasi, letak geografik, dan waktu. Indikator yang digunakan mencakup faktor-faktor sosio demografik seperti umur, gender, ras, status perkawinan, pekerjaan; maupun variabel-variabel gaya hidup seperti jenis makanan, pemakaian obat-obatan, serta perilaku seksual. Studi deskriptif memberikan beberapa manfaat. Pertama, memberikan masukan masukan tentang pengalokasian sumber daya dalam rangka perencanaan yang efisien, kepada para perencana kesehatan, administrator kesehatan, dan pemberi pelayanan kesehatan. Kedua, memberikan petunjuk awal untuk merumuskan hipotesis bahwa suatu variabel adalah faktor resiko penyakit. Hipotesis tersebut kelak diuji lebih lanjut pada studi analitik,
Studi ekologikal
Studi ekologikal atau studi korelasi populasi adalah studi epidemiologi dengan populasi sebagai unit analisis, yang bertujuan mendeskripsikan hubungan korelatif antara penyakit dan faktorfaktor yang diminati penelitian. Faktor-faktor tersebut misalnya, umur, bulan, obat-obatan, dll. Unit observasi dan unit analis pada studi ini adalah kelompok (agregat) individu, komunitas atau populasi yang lebih besar. Agregat tersebut biasanya dibatasi oleh scara geografik, misalnya penduduk provinsi, penduduk kotamaadya, penduduk negara, dan sebagainya.
Kekuatan pada studi ekologikal adalah dapat menggunkan data insidensi, prevalensi maupun mortalitas. Rancangan ini tepat sekali digunkan pada peneyelidikan awal hubungan penyakit, sebab mudah dilakukan dan murah dengan memanfatkan informasi yang tersedia. Mislanya, Biro Pusat Statistik secara teratur mengumpulkan data demografi dan data konsumsi yang dapat dikorelasikan dengan morbiditas, mortalitas dan penggunaan sumber sumberdaya keehatan yang dikumpulkan Depatemen Kesehatan. Kelemahan pada studi ini adalah studi ekologi tak dapat dipakai untuk menganalisis hubungan sebab akibat karena dua alasan. Alasan pertama adalah, ketidakmampuan menjembatani kesenjangan status paparan dan status penyakit pada tingkat populasi dan individu. Sedangkan alasan kedua adalah studi ekologi tak mampu untuk mengontrol faktor perancu potensial.
Studi potong lintang adalah rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan penyakit dan paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati status paparan dan penyakit serentak pada individu-individu dari populasi tunggal pada satu saat atau satu periode. Tujuan studi potong-lintang adalah untuk memperoleh gambaran pola penyakit dan determinan-dterminannya pada populasi sasaran. Kekuatan studi potong lintang ialah kemudahannya untuk dilakukan dan murah, sebab tidak memerlukan follow-up. Jika tujuan penelitian sekadar mendeskripsikan distribusi penyakit dihubungkan dengan faktor-faktor penelitian, maka studi potong lintang adalah rancangan studi yang cocok, efisien, dan cukup kuat di segi metodologik. Selain itu, studi potong-lintang tak memaksa subjek untuk mengalami faktor yang diperkirakan bersifat merugikan kesehatan faktor resiko. Kelemahan studi potong-lintang adalah tidak tepat digunakan untuk menganalisis hubungan kausal paparan dan penyakit. Hal ini disebabkan karena validitas penilaian hubungan kausal yang menuntut sekuensi waktu yang jelas antara paparan dan penyakit (yaitu, paparan harus mendahului penyakit) sulit untuk dipenuhi pada studi ini.
Studi kasus control mengikuti paradigma yang menelusuri dari efek ke penyebab. Di dalam studi kasus control, individual dengan kondisi khusus atau berpenyakit (kasus) dipilih untuk dibandingkan dengan sejumlah indivual yang tak memiliki penyakit (kontrol). Kasus dan kontrol
dibandingkan dalam hal sesuatu yang telah ada atau atribut masa lalu atau pajanan menjadi sesuatu yang relevan dengan perkembangan atau kondisi penyakit yang sedang dipelajari. Studi kasus kontrol merupakan salah satu rancangan riset epidemiologi yang paling popular belakangan ini karena kekuatan yang dimilikinya. Kekuatan studi kasus kontrol anatara lain, relatif murah, relatif cepat, hanya membutuhkan perbandingan subjek yang sedikit, tak menciptakan subjek yang berisiko, cocok untuk studi dari penyakit yang aneh ataupun penyakit yang memiliki periode laten lama, dan sebagainya. Studi kasus kontrol memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan pertama adalah studi kasus kontrol memiliki metodologi kausal yang bertentangan dengan logika eksperimen klasik. Logika normal penelitian hubungan kauasal paparan dan penyakit lazimnya diawali dengan identifikasi paparan (sebagai penyebab) kemudian diikuti selama periode tertentu untuk melihat perkembangan penyakit (sebagai akibat). Studi kasus kontrol melakukan hal yang sebalikanya : melihat akibatnya dulu, baru menyelidiki apa penyebabnya. Kelemahan-kelemahan yang lain adalah studi kasus kontrol tidak efisien untuk mempelajari paparan-paparan yang langka, peneliti tak dapat menghitung laju insidensi penyakit baik populasi yang terpapar maupun yang tak terpapar karena subjeknya dipilih berdasarkan status penyakit, tidak mudah untuk memastikan hubungan temporal antara paparan dan penyakit.
Studi Kohor
Studi kohor,juga biasa disebut follow up atau studi insidens, bermula dari sejumlah kelompok orang (kohor) yang bebas dari penyakit, yang diklasifikasikan ke dalam subgrup berdasarkan tingkat pajanan kepada kejadian potemsial penyakit atau outcome. Kelompok-kelompok studi dengan karakteristik tertentu yang sama (yaitu pada awalnya bebas dari penyakit) tetapi memiliki tingkat keterpaparan yang berbeda, dan kemudian dibandingkan insidensi penyakit yang dialaminya selama periode waktu, disebut kohor. Ciri-ciri lainnya dari studi kohor adalah dimungkinkannya penghitungan laju insidensi (ID) dari masing-masing kelompok studi. Ada beberapa kekuatan dalam studi kohor. Pertama, studi kohor dilakukan sesuai dengan logika eksperimental dalam membuat inferensi kausal, yaitu penelitian dimulai dengan menentukan faktor penyebab (anteseden) diikuti dengan akibat (konsekuen). Kedua, peneliti dapat menghitung laju insidensi. Ketiga, studi kohor sesuai untuk meneliti paparan yang langka(misalnya faktor-faktor lingkungan). Keempat, studi kohor memungkinkan peneliti mempelajari sejumlah efek serentak dari sebuah paparan. Kelima, pada studi kohor prospektif, kemungkinan terjadi bias dalam menyeleksi subjek dan menentukan status paparan adalah kecil,sebab penyakit yang diteliti belum terjadi. Keenam, karena bersifat observasional, maka tidak ada subjek yang sengaja dirugikan karena tidak mendapatkan terapi yang bermanfaat. Studi kohor juga memiliki berbagai kelemahan. Kelemahan utama, rancangan studi kohor prospektif lebih mahal dan membutuhkan waktu yang lebih lama daripada studi kasus kontrol
atau studi kohor retrospektif. Kedua, tidak efisien dan tidak praktis untuk mempelajari penyakit yang langka, kecuali jika ukuran besar atau prevalensi penyakit pada kelompok terpapar cukup tinggi. Ketiga, subjek dapat saja hilang atau pergi selama penelitian. Keempat, karena faktor penelitian sudah ditentukan terlebih dahulu pada awal penelitian, maka studi kohor tidak cocok untuk merumuskan hipotesis tentang faktor-faktor etiologi lainnya untuk penyakit itu, tatkala penelitian terlanjur berlangsung.
Studi Eksperimental
Randomized control trial (atau randomized clinical trial) adalah sebuah eksperimen eoidemiologi yang mempelajari sebuah pencegahan atau cara hidup yang dapat mengobati. Subjek dalam populasi adalah kelompok yan acak, biasanya disebut perawatan dan kelompok kontrol, dan hasilnya diperoleh dengan membandingkan hasil dari dua atau lebih kelompok. Hasil yang diinginkan dapat saja berbeda tetapi, mungkin saja perkembangan penyakit baru atau sembuh dari penyakit yang telah ada. Kita dapat memulainya dari menentukan populasi dengan acak untuk mendapatkan perawatan baru atau perawatan yang telah ada, dan kita mengikuti subjek dalam setiap grup untuk mengetahui seberapa banyak subjek yang mendapatkan perawatan baru berkembang dibandingkan subjek dengan perawatan yang telah ada. Jika perawatan menghasilkan outcome yang lebih baik, kita dapat berharap untuk mendapatkan outcome yang lebih baik pada subjek dengan perawatan baru dibandingkan subjek dengan perawatan yang telah ada. Randomized trial dapat dipakai untuk berbagai macam tujuan. Cara ini dipakai untuk mengevaluasi obat-obatan baru dan perawatan lain tentang penyakit, termasuk test tekhnologi kesehatan dan perawatan medis yang baru. Juga bisa digunakan untuk memperkirakan program yang baru untuk skrining dan deteksi dini, atau cara baru mengatur dan mengantarkan jasa kesehatan.
Ekperimen lapangan adalah jenis eksperimen yang dilakukan di lapangan dengan individuindividu yang belum sakit sebgai subyek. Mirip dengan studi kohor prospektif,rancangan ini diawali dengan memilih subyek-subyek yang belum sakit. Subyek-subyek penelitiandibagi
dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, lalu diikuti perkembangannya apakah subyek itu sakit atau tidak. Berbeda dengan studi kohor, peneliti menentukan dengan sengaja alokasi faktor penelitian kepada kelompok-kelompok studi. Subyek yang terjangkit dan tidak terjangkit penyakit antara kedua kelompok studi kemudian dibandingkan, untuk menilai pengaruh perlakuan. Jika laju kejadian penyakit dalam populasi rendah, maka eksperimen lapangan membutuhkan jumlah subjek yang sangat besar pula. Pada ekperimen lapangan kerap kali peneliti harus mengnjungi subyek penelitian di lapangan. Peneliti dapat juga mendirikan pusat penelitian di mana dilakukan pengamatan dan pengumpulan informasi yang dibtuhkan dengan biaya yang ekstra.
Intervensi komunitas adalah studi di mana intervensi dialokasikan kepada komunitas, bukan kepada individu-individu. Intervensi komunitas dipilih karena alokasi intervensi tidak mungkin atau tidak praktis dilakukan kepada individu. Contoh intervensi ini adalah riset tentang efektivitas flurodasi air minum untuk mencegah karies pada masyarakat. Riset Newburgh-Kingston (Ast et al., 1950) memberikan natrium florida pada tempat-tempat penyediaan air minum yang dikonsumsi oleh komunitas (Newburgh). Komunitas lainnya (Kingston) menerima air minum seperti sebelumnya (tanpa suplementasi fuor). Eksperimen ini memperlihatkan kemaknaan pengaruh floridasi, baik secara statistik maupun klinik, dalam mengurangi kerusakan, kehilangan, dan pergerakan gigi masyarakat.