Modul Praktikum PK Hematologi 2021

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 69

MODUL PRAKTIKUM

PATOLOGI KLINIK
HEMATOLOGI DASAR
IMUNOHEMATOLOGI-1

Nama Mahasiswa : ………………………………………………


NIM : ………………………………………………
Kelompok : ………………………………………………
Nama Tutor : ………………………………………………

Disusun Oleh
dr. Rahma Triliana, S.Ked., M.Kes., PhD

BAGIAN PATOLOGI KLINIK, PENDIDIKAN PREKLINIK


PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2021
ii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayahnya kami
dapat menyelesaikan pembuatan modul petunjuk praktikum Patologi Klinik Hematologi
Dasar untuk Blok Immunohematology-1 edisi tahun ajaran 2021 - 2022 ini dapat selesai
dengan lancar.
Modul ini dibuat dalam rangka penyelenggaraan proses pembelajaran dalam bentuk
Problem Based Learning (PBL) yang diberlakukan di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas
Islam Malang (UNISMA).
Kami menyadari akan kekurangan dalam pembuatan modul ini dan besar harapan
kami apabila para pembaca dapat memberikan saran dan kritik untuk kesempurnaan modul ini
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Islam Malang, dr.Rahma Triliana, M.Kes, PhD, para teman sejawat, teman dosen dan seluruh
pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan tugas ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan dan semoga modul ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. Amin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Ketua Tim Penyusun


PJMK PATOLOGI KLINIK

RHM_Ver04/11/2021
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................................. iii
TATA TERTIB UMUM PRAKTIKUM ................................................................................... iv
LABORATORIUM TERPADU BIDANG PATOLOGI KLINIK ........................................... iv
TATA TERTIB UMUM PELAKSANAAN PRAKTIKUM DARING
LABORATORIUM TERPADU……………………………………………………………...viii
LEMBAR KENDALI PRAKTIKUM HEMATOLOGI DASAR……………………………..x
LEMBAR PENILAIAN LAPORAN PRAKTIKUM ............................................................... xi
A. PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1
DASAR TEORI ...................................................................................................................... 1
B. PEMERIKSAAN-PEMERIKSAAN DARAH TEPI ............................................................ 2
HITUNG ERITROSIT ........................................................................................................... 3
HITUNG LEUKOSIT ............................................................................................................ 6
HITUNG TROMBOSIT ....................................................................................................... 10
HEMOGLOBIN ................................................................................................................... 12
HEMATOKRIT .................................................................................................................... 14
LAJU ENDAP DARAH (L. E. D.) ...................................................................................... 17
GOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS...................................................... 19
PEMERIKSAAN PADA GANGGUAN HEMOSTASIS (PERDARAHAN DAN
TROMBOSIS) ...................................................................................................................... 22
MASA PERDARAHAN (BLEEDING TIME) .................................................................... 24
MASA PEMBEKUAN (CLOTTING TIME) ...................................................................... 25
C. PELAKSANAAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI DASAR ............................................ 27
Topik Praktikum I: Penentuan Jumlah Eritrosit ................................................................... 27
Topik Praktikum II: Penentuan Jumlah Leukosit ................................................................. 33
Topik Praktikum III: Penentuan Jumlah Trombosit (Rees Ecker) ....................................... 38
Topik Praktikum IV: Penentuan Kadar Hemoglobin (Hb) dengan Metode Sahli ................ 43
Topik Praktikum V: Penentuan Kadar Hematokrit .............................................................. 46
Topik Praktikum VI: Penghitungan LED ............................................................................. 49
Topik Praktikum VII: Penentuan Golongan darah dan Rhesus............................................ 52
Topik Praktikum VIII: Menentukan Bleeding Time (BT) (Ivy) .......................................... 55
REFERENSI ............................................................................................................................. 57

RHM_Ver04/11/2021
iv

TATA TERTIB UMUM PRAKTIKUM


LABORATORIUM TERPADU BIDANG PATOLOGI KLINIK

Dalam menjalankan praktikum di laboratorium terpadu bidang PATOLOGI KLINIK,


Mahasiswa peserta praktikum WAJIB:
1. Mengikuti Pretest dan Postest (jika ada).
Mahasiswa yang tidak hadir pretest dan atau post test namun memiliki ijin dan atau surat
yang sah, dapat menjalani proses pretes susulan dan atau pretes oral maximal 4 jam
sebelum praktikum atau saat dilakukan praktikum inhal. Nilai tertinggi pretes
susulan/inhal praktikum adalah 70. Apabila mahasiswa terlambat datang, maka sisa
waktu pretes adalah sesuai dengan sisa waktu yang tersedia. Apabila sisa waktu sudah
habis, maka nilai pretes yang bersangkutan adalah 0.
2. Hadir maksimal 5 menit sebelum praktikum dimulai.
3. Menggunakan JAS Laboratorium dan bersepatu tertutup.
Karena bekerja dengan bahan infeksius wajib memakai sarung tangan dan masker wajah.
4. Membuat Skema Kerja/Prosedur Kerja yang akan dipraktikumkan dan memintakan ACC
pra-praktikum kepada dosen pembimbing kelompok (sekaligus absen)
5. Menjaga peralatan (termasuk mikroskop) dan ruangan praktikum yang dipergunakan
dengan menjaga kebersihan dan mengganti barang yang dirusakkan sesuai dengan yang
asli menurut aturan dan ketentuan yang berlaku di Laboratorium Terpadu.
6. Menjaga barang-barang pribadi.
Kehilangan benda berharga di dalam Laboratorium bukan tanggung jawab Laboratorium
Terpadu bidang Patologi Klinik.
Saat praktikum tidak diperkenankan membawa kotak pensil, tas, atau barang-barang lain
yang mungkin dapat terkontaminasi spesimen pemeriksaan.
7. Menjalankan praktikum dengan tertib, disiplin dan sesuai standar aturan yang berlaku.
Jujur dan bertanggungjawab dengan praktikum yang sedang dikerjakan dan bekerja sama
dengan baik dalam kelompok, sesama anggota kelompok atau dengan kelompok yang
lain.
8. Mengumpulkan laporan praktikum sementara (individual dan atau kelompok) yang nanti
menjadi data praktikum untuk dibahas. ACC Dosen pada Laporan Hasil Sementara
Praktikum (LHSP) harus segera didapatkan setelah praktikum (kecuali dalam kondisi
khusus) dan dilampirkan pada laporan praktikum individual.

RHM_Ver04/11/2021
v

9. Mengumpulkan laporan praktikum individual sesuai dengan ketentuan yang berlaku


dalam blok yang sedang ditempuh baik itu TANGGAL maupun JAM pengumpulan
laporan individual.
Susunan Laporan Individu adalah: a) Lembar kendali, b) Skema kerja/Prosedur kerja
praktikum yang sudah di acc pada saat praktikum, c) Laporan sementara yg sudah di acc
(yang asli hanya hasil pemeriksaan sendiri, sisanya boleh fotokopian dari orang lain
dalam kelompok yang sama), d) Analisa Data, 5) Pembahasan, 6) Kesimpulan 7) Daftar
Pustaka.
Laporan disusun seperti diatas PER-TOPIK praktikum yang dikumpulkan dan
diurutkan sesuai topik dalam buku praktikum dan diserahkan TANPA cover halaman
depan.
Nilai Laporan Praktikum Terendah adalah 40, tertinggi adalah 90 dengan sistem penilaian
seperti terlampir pada buku praktikum ini
Apabila dikenakan pinalti karena terlambat dan atau sanksi lainnya nilai dapat lebih
rendah atau mengalami reduksi nilai pretes, laporan praktikum dan bahkan nilai responsi.
10. Menyerahkan kartu kendali proses praktikum pada laboran sebelum pelaksanaan ujian
responsi sesuai dengan waktu yang sudah ditetapkan. Kegagalan mengumpulkan kartu
kendali dapat menyebabkan yang bersangkutan GAGAL ujian responsi.
11. Mahasiswa wajib menjalani kegiatan pretes susulan dan atau post tes susulan dan atau
kegiatan praktikum susulan/inhal apabila tidak mengikuti kegiatan praktikum seperti pada
jadwal yang telah ditetapkan. Apabila mahasiswa gagal menjalani proses pretes dan atau
postes dan atau praktikum seperti yang sudah terjadwal maka yang bersangkutan tidak
diperkenankan mengikuti ujian responsi.
12. Pretes susulan dan atau posttes susulan dan atau praktikum susulan / inhal hanya
diberikan untuk mahasiswa yang memenuhi syarat dibawah ini:
- Sakit dengan menunjukkan surat keterangan sakit ASLI dari RSI UNISMA
- Sakit dengan menunjukkan surat keterangan dirawat di rumah sakit (Opname/
MRS/Masuk Rumah Sakit ) yang ASLI, dan berstempel, lengkap dengan keterangan
diagnosa dan alasan dirawat. Surat keterangan ini dapat berasal dari rumah sakit
dimana saja.
- Ijin tidak masuk karena mendapatkan surat tugas resmi dan atau surat tanda
persetujuan dari kepala program studi pendidikan dokter FK UNISMA, dan atau
kepala bidang akademik dan kemahasiswaaan FK UNISMA, dan atau dekan FK
UNISMA untuk mengikuti perlombaaan poster atau karya ilmiah atau kompetisi

RHM_Ver04/11/2021
vi

ilmiah lainnya. Surat ijin diberikan maksimal 3 hari sebelum pelaksanaan praktikum.
Keterlambatan memasukkan surat ijin dapat menghapuskan hak inhal praktikum.
- Inhal tidak diberikan untuk kegiatan kemahasiswaan, organisasi kemahasiswaan,
organisasi kemasyarakatan dan atau kegiatan lain yang bersifat non ilmiah.
- Ijin tidak masuk karena umroh atau menikah, atau keluarga inti (ayah, ibu, adik,
kakak) meninggal dunia dengan menunjukkan bukti yang sah dan tanda persetujuan
dari KaProdi atau Wakanit Akademik dan Kepala Lab Terpadu.
13. Mahasiswa yang tidak mengikuti pretes dan atau posttes dan atau kegiatan praktikum
tanpa ijin dan atau tanpa keterangan yang jelas dan atau tidak memenuhi kriteria seperti
yang tercantum pada nomer 12 diatas, maka
- Mahasiswa yang bersangkutan dianggap telah gagal praktikum sehingga tidak
diperkenankan mengikuti ujian responsi.
- Tanggung jawab pelaksanaan kegiatan inhal praktikum pada mahasiswa yang tidak
memenuhi kriteria pada aturan nomer 12 dikembalikan kepada bagian akademik /
laboratorium terpadu dan bukan tanggung jawab PJMK Patologi Klinik.
- Mahasiswa yang menjalani inhal mandiri tanpa persetujuan dari PJMK Patologi
klinik, maka PJMK patologi klinik berhak tidak mengkoreksi responsi mahasiswa
yang bersangkutan dan penilaian dikembalikan pada laboratorium terpadu.
14. Bagi mahasiswa yang memenuhi syarat nomer 12 dan ingin mengajukan inhal praktikum
sebelum pelaksanaan ujian responsi wajib melakukan hal berikut:
- Menyerahkan fotokopi bukti ijin/surat sakit untuk administrasi di PJMK PK.
- Mahasiswa menghadap sendiri secara langsung pada PJMK Patologi Klinik setelah
mendapatkan IJIN RESMI dari wakanit fungsi dan atau kepala lab terpadu untuk
untuk penjadwalan inhal. Mahasiwa wajib menunjukkan berita acara/surat resmi
berhak inhal dari wakanit atau kepala lab terpadu.
- Mahasiswa mendapatkan memo dari PJMK Patologi klinik untuk menjalani kegiatan
susulan untuk dibawa ke laboratorium terpadu dan disiapkan kegiatan inhalnya.
- Mahasiswa yang menjalani inhal WAJIB menjalankan KESELURUHAN topik
praktikum yang tidak diikuti. Apabila ada mahasiswa yang menjalani inhal
bersamaan maka topik praktikum dapat dibagi rata.
15. Bagi mahasiswa yang memenuhi syarat nomer 12 dan tidak mengikuti kegiatan
praktikum susulan sebelum waktu responsi, maka pembijakan sehubungan dengan
mahasiswa tersebut dikembalikan pada bagian akademik dan laboratorium terpadu.
16. Mahasiswa yang tidak menjalani proses praktikum secara resmi maupun melalui proses
susulan/inhal TIDAK BERHAK mengikuti ujian responsi.
RHM_Ver04/11/2021
vii

17. PJMK patologi klinik TIDAK MELAKUKAN proses responsi susulan. Apabila ada
mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan responsi PK pada jadwal yang seharusnya,
maka kebijakan sehubungan dengan mahasiswa tersebut dikembalikan pada bagian
akademik dan laboratorium terpadu.

Dalam menjalankan praktikum di laboratorium terpadu untuk bidang Patologi Klinik,


Mahasiswa peserta praktikum TIDAK DIPERKENANKAN UNTUK:
1. Menggunakan kaos “T-shirt” dan celana jeans.
2. Membawa makanan dan minuman ke dalam laboratorium.
3. Merusakkan alat praktikum
4. Alpa atau tidak mengikuti praktikum tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
5. Melanggar kewajiban dan ketentuan yang sudah berlaku di laboratorium terpadu terutama
bidang Patologi Klinik.

Mahasiswa yang GAGAL mematuhi kewajiban dan atau ketentuan di atas, akan mendapatkan
sanksi akademis dan atau non akademis berupa;
1. Tidak diperkenankan ikut praktikum (gagal praktikum), dan atau
2. Mengulang praktikum dalam bentuk inhal, dan atau
3. Skorsing nilai (pengurangan nilai), dan atau
4. Tidak dapat mengikuti inhal, dan atau
5. Tidak dapat mengikuti ujian responsi praktikum, dan atau
6. Tidak lulus blok yang sedang ditempuh, dan atau
7. Tidak diperkenankan mengikuti kegiatan akademik selanjutnya, dan atau
8. Pembinaan dari bagian akademik/lab terpadu, dan atau
9. Sanksi lain yang ditetapkan oleh bagian akademik FK Unisma dan atau Rektorat
Unisma.

Penentuan sanksi didasarkan pada berat ringannya kesalahan dan atau pelanggaran yang
dilakukan, dengan mempertimbangkan hasil konsultasi dengan dosen pembimbing akademik
mahasiswa yang bersangkutan dan atau tim bimbingan konseling dan atau kepala program
studi pendidikan dokter dan atau dekan FK UNISMA sesuai dengan ketetapan yang berlaku di
bidang Patologi Klinik.
Malang, November 2021
PJMK Patologi Klinik

RHM_Ver04/11/2021
viii
TATA TERTIB UMUM PELAKSANAAN PRAKTIKUM DARING
LABORATORIUM TERPADU

1. Praktikum dan ujian praktikum dilaksanakan sesuai jadwal yang telah dibuat dan disetujui
bersama oleh Ketua Blok, Medical Education Unit (MEU) atau Pharmaceutical
Education Unit (PEU), dan Kepala Lab Terpadu, sesuai dengan alur (SOP) penjadwalan
praktikum dan ujian praktikum.
2. Mahasiswa yang akan melakukan praktikum dan ujian praktikum harus sudah hadir paling
lambat 10 menit sebelum kegiatan praktikum daring dilakukan.
3. Mahasiswa yang akan melakukan praktikum harus membuat prosedur kerja praktikum/
tugas pendahuluan yang telah ditugaskan oleh sebelum praktikum dimulai.
4. Mahasiswa yang melakukan praktikum dan ujian praktikum secara daring wajib memakai
jas laboratorium dan pakaian rapi.
5. Mahasiswa yang melakukan praktikum dan ujian praktikum wajib mengikuti kegiatan
praktikum secara daring dari awal hingga pelaksanaan praktikum berlangsung.
6. Mahasiswa tidak diperkenankan menggunakan alat komunikasi lain di luar keperluan
praktikum.
7. Mahasiswa, tidak diperkenankan makan atau melakukan kegiatan lain saat praktikum
daring berlangsung.
8. Mahasiswa yang melakukan praktikum harus selalu membawa modul praktikum, lembar-
lembar pencatatan, dan alat-alat yang diperlukan masing-masing praktikum.

RHM_Ver04/11/2021
ix
PROSEDUR PELAKSANAAN PRAKTIKUM DARING

1. Mahasiswa, dosen pembimbing praktikum, dan kesekretariatan laboratorium terpadu


bergabung/masuk ke dalam kelas praktikum daring yang telah disediakan oleh dosen
pengampu (PJMK).
2. Mahasiswa dan dosen pembimbing mengikuti pengarahan yang diberikan oleh PJMK
praktikum.
3. Kesekretariatan memantau kehadiran mahasiswa dan dosen pembimbing selama praktikum,
serta membantu kelancaran praktikum daring
4. Mahasiswa melakukan praktikum sesuai arahan yang telah diberikan oleh PJMK.
5. Mahasiswa membuat laporan sementara berdasarkan praktikum yang sudah dilaksanakan.
Persetujuan (acc) atas laporan sementara mengikuti arahan PJMK.
6. Mahasiswa mengirimkan laporan sementara ke dosen pembimbing praktikum untuk
mendapat tandatangan, paling lambat saat jadwal praktikum berakhir.

PROSEDUR PENGUMPULAN LAPORAN PRAKTIKUM DARING

Catatan :
Mahasiswa mengirimkan laporan praktikum ke kesekretariatan laboratorium terpadu dalam waktu
3 x 24 jam setelah praktikum dilaksanakan.

RHM_Ver04/11/2021
x
LEMBAR KENDALI PRAKTIKUM HEMATOLOGI DASAR
BLOK IMMUNOHEMATOLOGI-1

NAMA / NIM : /

KEL. / TUTOR : /

NO KEGIATAN TANGGAL PARAF

(tanggal ditulis sendiri) (diparaf sendiri)


1 Mendapatkan buku petunjuk

praktikum/modul praktikum

(tanggal ditulis laboran) (diparaf laboran)


2 Menjalani pretes

(tanggal ditulis sendiri) (diparaf/ditandatangani dosen


3 ACC laporan sementara pra
pembimbing praktikum)

praktikum

(tanggal ditulis dosen (diparaf/ditandatangani dosen


4 Telah menjalani praktikum
pembimbing praktikum) pembimbing praktikum)

Hematologi Dasar

(tanggal ditulis dosen (diparaf/ditandatangani dosen


5 ACC Laporan Sementara
pembimbing praktikum) pembimbing praktikum)

Individual dan atau kelompok

(tanggal ditulis laboran) (diparaf laboran)


6 Pengumpulan laporan individual

(tanggal ditulis dosen (diparaf/ditandatangani dosen


7 ACC Laporan Praktikum Individual
pembimbing praktikum) pembimbing praktikum)

dan mendapatkan nilai laporan

(tanggal ditulis sendiri) (diparaf sendiri)


8 Mendapatkan kembali laporan

praktikum

Lembar Kendali Ini Wajib


1. Dikumpulkan sebelum Responsi. Gagal Mengumpulkan = Gagal Responsi
2. Dilampirkan Dalam Buku Laporan Individu
3. Bertanda tangan dan atau Berparaf Asli, Bukan Fotokopi
4. Tidak Boleh Hilang.
Apabila Hilang, Wajib Menunjukkan Surat Bukti Lapor Kehilangan Lembar Kendali Praktikum
Analisa Tinja Dari Kantor Kepolisian setempat

RHM_Ver04/11/2021
ix

LEMBAR PENILAIAN LAPORAN PRAKTIKUM


HEMATOLOGI DASAR BLOK IMUNOHEMOTOLOGI-1

NAMA / NIM : /
KEL. / TUTOR : /

NO HAL YANG DINILAI SKORING NILAI


Lembar Pra Praktikum
1  Lengkap dg ACC tanpa perbaikan (7 – 10) 3 - 10
 Lengkap dg ACC melalui perbaikan (3 – 6)
ACC Laporan Praktikum Sementara (LPS)
2  LPS sesuai aturan (8 - 10) 5 - 10
 LPS tidak sesuai aturan (5 – 7)
Diskusi dan Pembahasan
 Arah diskusi & pembahasan baik & benar > 7
topik (40 - 45)
 Arah diskusi & pembahasan baik & benar 5 - 6
3 topik (32 - 39) 20 - 40
 Arah diskusi & pembahasan baik & benar 3 – 4
topik (25 - 32)
 Arah diskusi & pembahasan baik & benar < 2
topik (20 – 25)
Kesimpulan
 Simpulan baik & sesuai > 7 topik (14 – 15)
4 10 - 20
 Simpulan baik & sesuai 4 – 6 topik (12 - 13)
 Simpulan baik & sesuai pada < 3 topik (10 – 11)
Daftar pustaka
5  Setiap topik ada minimal 2 (5 – 7) 2-7
 > ½ topik tidak ada atau < 2 pustaka (2 – 4)
Kesesuaian uruatan dan susunan topik praktikum
6 0 3
dengan laporan praktikum (0 – 3)
TOTAL NILAI 40 – 90

(paraf/tandatangan Tutor)

RHM_Ver04/11/2021
1

BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM


HEMATOLOGI DASAR
BLOK IMMUNOHEMATOLOGI - 1

TUJUAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI DASAR

1. Mengetahui dan dapat melakukan pemeriksaan jumlah sel-sel darah (eritrosit, leukosit
dan trombosit)
2. Mengetahui dan dapat melakukan pemeriksaan kadar hematokrit dan hemoglobin dalam
darah.
3. Mengetahui dan dapat melakukan pemeriksaan kadar Laju Endap Darah
4. Mengetahui dan dapat melakukan pemeriksaan golongan darah dan rhesus
5. Mengetahui dan dapat melakukan pemeriksaan bleeding time cara ivy

A. PENDAHULUAN
Pemeriksaan darah merupakan salah satu jenis pemeriksaan yang sering dilakukan untuk
menegakkan diagnosa penyakit atau kelainan pada pasien akibat berbagai hal. Pemeriksaan
darah mencakup pemeriksaan atas sel-sel dan koagulasi darah termasuk di dalamnya
analisa konsentrasi, struktur dan fungsi sel-sel prekursor-prekursornya dalam sumsum
tulang, bahan-bahan kimia yang terkandung dalam plasma atau serum yang erat kaitannya
dengan struktur sel darah dan fungsi sel darah, serta fungsi trombosit darah dan protein-
protein yang terlibat dalam koagulasi darah. Berkembangnya teknik biologi molekuler
juga meningkatkan kemampuan kita untuk mendeteksi mutasi-mutasi genetik yang
menjadi penyebab berubahnya struktur dan fungsi sel-sel dan protein-protein yang
mengakibatkan adanya penyakit darah dan atau non darah yang kemudian terlepas dalam
darah.
Pemeriksaan darah dapat dilakukan pada analisa jumlah, bentuk dan kondisi komponen
darah (eritrosit, leukosit dan trombosit) maupun analisa, kadar/jumlah dan kondisi
bahan/zat/protein yang ada dalam darah. Oleh sebab itu, mahasiswa perlu mengerti dan
memahami konsep pemeriksaan darah dengan baik agar dapat memahami konsep tentang
darah, sediaan dan pemeriksaannya.
DASAR TEORI
Darah terdiri atas komponen seluler dan komponen non seluler. Apabila darah diambil
dan diberikan zat anti-koagulan (menghambat koagulasi) maka setelah beberapa saat darah

RHM_Ver04/11/2020
2

akan terpisah komponen seluler dan komponen plasmanya. Komponen seluler darah terdiri
atas sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan keping darah (trombosit/ platelet)
sedangkan komponen non seluler disebut sebagi plasma yang terdiri atas kurang lebih 55%
dari total volume darah. Adapun isi dan komponen plasma serta fungsinya terdiskripsi seperti
pada gambar dibawah ini

Gambar 1.1. Komponen Plasma dan Seluler Darah.


Sebelum dapat melakukan analisa terhadap komponen seluler maupun non seluler
(plasma) darah, maka perlu diketahui syarat dan tata cara pengambilan spesimen darah

B. PEMERIKSAAN-PEMERIKSAAN DARAH TEPI


Pemeriksaan atau analisa darah tepi terbagi atas;
a. Pemeriksaan makroskopik darah
Pemeriksaan terhadap kondisi darah secara makroskopik. Warna darah harusnya
merah gelap. Warna darah yang pink atau agak muda dapat menjadi petunjuk adanya
anemia, sedangkan warna darah yang terlalu gelap/merah hitam bisa timbul akibat
policitemia, infeksi, dan berbagai hal lainnya. Darah yang mengandung gumpalan-

RHM_Ver04/11/2020
3

gumpalan dapat menjadi petunjuk adanya auto-immune hemolitik anemia dan atau
penyakit imun lainnya.
b. Pemeriksaan jumlah komponen darah
Pemeriksaan hitung leukosit, hitung eritrosit dan hitung trombosit
c. Pemeriksaan indeks eritrosit
Indeks eritrosit terdiri atas kadar Hemoglobin (Hb), PCV (pack cell
volume/hematokrit/HCT), MCV (mean corpuscular volume), MCHC (Mean
corpuscular hemoglobon concentration), MHC (Mean hemoglobin concentration) dan
hitung reticulosit.
d. Pemeriksaan mikroskopik darah dengan pengecatan (dilakukan pada hematologi
terapan)
1. Leukosit
2. Eritrosit
3. Trombosit
4. Adanya struktur selain sel darah dan evaluasinya (Misal: Parasite)
e. Pemeriksaan faal pembekuan (dilakukan pada hematologi terapan)
f. Pemeriksaan kimia darah (tidak dilakukan)

HITUNG ERITROSIT
Eritrosit merupakan bagian terbesar dari corpusculi darah dan sangat berperan dalam
fungsi nutritional (transport gas). Agar mampu mengangkut hemoglobin dan untuk dapat
mencapai jaringan demi pertukaran gas yang baik, sel darah merah harus sanggup
melewati secara berulang-ulang mikrosirkulasi yang diametemya 3,5  m, supaya
hemoglobin tetap dalam keadaan tereduksi dan untuk mempertahankan keseimbangan
osmotik meskipun terdapat konsentrasi protein (hemoglobin) yang tinggi dalam sel.
Proses pembentukan eritrosit atau eritropoiesis terjadi di sumsum tulang setelah
proses kelahiran melalui fase seperti dibawah ini

RHM_Ver04/11/2020
4

Gambar 2.1. Proses pembentukan Eritrosit yang tergantung pada Eritropoietin.

Penghitungan jumlah eritrosit erat hubungannya dengan penghitungan kadar Hb dan


PCV lebih-lebih di dalam menentukan / klasifikasi anemia. Pada penyakit tertentu
terutama anemia akan terjadi penurunan jumlah eritrosit disamping kadar Hb atau
penurunan PCV. Pada persangkaan adanya anemia megaloblastik dan polisitemia,
penghitungan jumlah eritrosit merupakan indikasi, karena pada awal anemia
megaloblastik akan terjadi penurunan jumlah eritrosit dengan kadar Hb dan PCV yang
normal, sedang pada polisitemia yang diikuti defisiensi besi terdapat peningkatan kadar
eritrosit dan kadar Hb dengan PCVyang normal.
Hitung jumlah eritrosit merupakan suatu pemeriksaan yang ditujukan untuk
mengetahui jumlah eritrosit yang beredar dalam darah tepi, dengan jalan mengencerkan
darah tersebut dengan larutan isotonis kemudian dihitung pada volume tertentu.

RHM_Ver04/11/2020
5

Penghitungan jumlah eritrosit bisa dengan menggunakan cara manual atau automatik,
menghitung dengan cara manual menggunakan darah yang sangat kecil dengan
pengenceran yang tinggi. Cara ini memakan waktu dan kurang teliti, tetapi di
laboratorium yang kecil dimana jumlah pasien sangat sedikit dan mahalnya alat yang
automatik tersebut maka pemeriksaan Hb secara manual masih banyak dilakukan.
Ketelitian dalam penghitungan eritrosit lebih kurang 15%. Kesalahan yang mungkin
timbul pada penghitungan eritrosit manual adalah:
1. Alat-alat yang tidak bersih.
2. Adanya defect pada alat
3. Pengambilan darah dan larutan pengencer kurang tepat (darah justru masuk dalam
larutan pengencer dsb)
4. Tidak menghapus darah di luar pipet
5. Tidak membuang beberapa tetes cairan dari pipet sebelum penghitungan
6. Larutan pengencer terkontaminasi
7. Kesalahan penghitungan sel-sel yang menyinggung garis batas.
Jika menggunakan darah berantikoagulan, harus diperiksa sebe1um 2 jam karena akan terjadi
perubahan bentuk eritrosit (mengembang atau crenasi). Kesalahan lain ialah terjadinya partial
clotting dalam mencampur darah dengan antikoagulan.

Indikasi pemeriksaan eritrosit :


 Bila Hb kurang dari 10,0 gr%.
 Bila ada persangkaan polisitemia
 Bila ada persangkaan anemia megaloblastik

Harga normal: Pria : 4,5 - 6,5 juta /L atau


Wanita : 3,9 - 5,8 juta /L

Anemia adalah penurunan jumlah eritrosit, yang dapat kita jumpai pada :
a. Pada keadaan dimana terjadi penurunan produksi eritrosit, baik gangguan nutrisi atau
gangguan pada sumsum tulangnya sendiri, misalnya anemia aplastika, anemia
megaloblas, anemia perniciosa.
b. Pada kasus-kasus perdarahan baik akut maupun kronis, misal pada kasus-kasus trauma,
kasus obstetrik (perdarahan pre/post partum), ankilostomiasis, malaria.

RHM_Ver04/11/2020
6

c. Keadaan dimana umur eritrosit memendek yang biasa disebabkan karena banyak
faktor, gangguan hemoglobin, gangguan membran, ataupun gangguan enzium.
Misalnya Thalassemia, Paroxysmal Nocturnal Hemoglobinuria (PNH), AIHA (Auto
Immun Hemolitic Anemia)
d. Pada beberapa penyakit, misalnya pada penyakit infeksi yang menahun, penyakit
ginjal, penyakit hepar dan lain-lain.
e. Pada keadaan fisiologis pada kehamilan.

Policitemia adalah kenaikan jumlah eritrosit, yang dapat dibagi 2 :


Polisitemia relatif, pada dehidrasi.
Polisitemia absolut, primer : polisitemia vera
Sekunder : pada anoksis yang menahun

HITUNG LEUKOSIT
Leukosit adalah salah satu komponen seluler darah yang berfungsi pada sistem
pertahanan. Leukosit atau white blood cell terdiri atas 2 golongan utama yakni sel
mononukelar (limfosit dan monosit) serta golongan polimorfonuklear (neutrofil, basofil
dan eosinofil) yang berasal dari 3 proses berbeda. Sel limfosit berasal dari limfopoiesis
sedangkan sel monosit berasal dari proses myelopoiesis dari promonoblast, sedangkan sel-
sel polimorfonuklear berasal dari myelopoisis dari promyeloblast seperti tergambar pada
gambar proses hematopoiesis dibawah ini:

RHM_Ver04/11/2020
7

Gambar 2.2. Hematopoiesis


Menghitung jumlah lekosit adalah termasuk pemeriksaan rutin hematologi.
Penghitungan leukosit dapat dilakukan secara manual atau secara otomatis menggunakan
mesin. Penghitungan leukosit secara manual dilakukan dengan pengenceran menggunakan
pipet lekosit yang sel-selnya kemudian dihitung dalam kamar penghitung di bawah
mikroskop. Ada beberapa jenis kamar penghitung, misalnya: Fuchs Rosenthal, Burker,
Turk, dan Improved Neubauer. Pada praktikum kali ini menggunakan Improved Neubauer
karena penghitungannya mudah. Penghitungan leukosit secara manual menggunakan
larutan Turk yang bersifat hipotonik sehingga eritrosit akan pecah. Tak ada persiapan

RHM_Ver04/11/2020
8

khusus bagi penderita untuk pemeriksaan penghitungan lekosit baik manual maupun
automatik.
Kesalahan dalam penghitungan lekosit secara manual dapat disebabkan oleh:
1. Darah yang dihisap ke dalam pipet tidak tepat jika :
a. Terlalu lambat dalam bekerja sehingga ada kebekuan darah.
b. Tidak mencapai garis tanda "0,5"
c. Membaca dengan paralaks.
d. Memakai pipet basah
e. Mengeluarkan sebagian darah yang telah dihisap karena melewati garis tanda “0,5”
2. Pengenceran dalam pipet salah:
a. Cairan pengencer mengalir kembali ke dalam botol.
b. Larutan Turk tidak dihisap sampai garis tanda "11"
c. Pada waktu menghisap larutan Turk terjadi gelembung udara dalam pipet.
d. Pada waktu mencabut karet penghisap dari pipet atau mengocok pipet ada cairan
yang terbuang.
3. Setelah menghisap larntan Turk pipet tidak segera dikocok.
4. Pipet tidak dikocok sebelum mengisi kamar hitung.
5. Sebelum pcngisian kamar hitung beberapa tetes isi pipet tidak dibuang.
6. Mengenai kamar hitung dan teknik menghitung :
a. Kamar hitung atau kaca penutup masih kotor.
b. Gelembung udara masuk bersama cairan.
c. Kaca penutup salah dalam meletakkan
d. Meja mikroskop tidak rata air.
e. Salah menghitung sel yang menyinggung garis-garis batas dan jumlah bidang yang
dihitung kurang.
f. Tergesernya kaca penutup karena tersentuh lensa mikroskop.

Demikian juga kesalahan bisa terjadi pada pengambilan darah kapiler, misalnya :
a. Darah harus diperas atau ditekan karena menusuknya kurang dalam.
b. Penusukan dilakukan pada kulit yang masih basah oleh alkohol.
c. Tetes pertama dipakai untuk pemeriksaan.
Pada pengambilan darah vena kesalahan bisa terjadi misalnya karena adanya pengikatan
yang terlalu kuat dan lama sehingga mengakibatkan terjadinya hemokonsentrasi.

Leukosit normal dalam darah anak-dewasa adalah: 3600 – 11.000 sel/uL

RHM_Ver04/11/2020
9

Pada neonatus jumlah lekosit normal adalah 14.000 - 30.000, kadang sampai 45.000 / mm3.

Lekositosis adalah keadaan dengan jumlah lekosit > normal (> 10.000 sel/uL)
Mengenai berat dan ringannya lekositosis dibagi menjadi :
1. Lekositosis ringan : 10. 000 - 15. 000 / mm3
2. Lekositosis sedang : 15.000 - 20.000 / mm3
3. Lekositosis berat : lebih dari 20.000 / mm3

Lekositosis fisiologis (10.000 – 12.000 sel/uL) terjadi misal pada :


a. Olah raga (latihan)
b. Stress emosi
c. Menstruasi
d. Masa persalinan (obstetric labor)
e. Olahragawan (strenous exercises) oleh karena kontraksi lien yang akan menambah
jumlah leukosit sirkulasi sehingga jumlah lekosit bertambah.
f. Pasien dengan serangan konvulsi/kejang

Lekositosis patologis misalnya terdapat pada :


1. Infeksi akut.
a. Lokal : Pnemoni, meningitis, tonsilitis, abses.
b. Umum : Demam rematik akut, sepsis, kolera.
2. Intoksikasi
a. Metabolik : uremi, asidosis, eklampsi, gout.
b. Keracunan oleh bahan-bahan kimia, obat-obatan dan racun
c. Masuknya secara parenteral protein asing.
3. Perdarahan akut
4. Hemolisa akut
5. Penyakit-penyakit mieloproliteratif
6. Nekrosis jaringan ; nekrosis tumor; kebakaran; gangren; nekrosis bakterial

Lekopeni adalah keadaan jumlah lekosit < normal. Biasanya < 4000 / mm3.
Lekopeni yang disertai hemogram bergeser ke kiri memiliki prognosa buruk karena
lekosit tak dapat menahan serangan infeksi/patogen yang ada.
Lekopeni dapat terdapat pada :
1. Penyakit karena bakteri : Typhus abdominalis, parathypus, febris undulans.

RHM_Ver04/11/2020
10

2. Penyakit karena virus : Morbili, parotitis, Influensa, rubella, hepatitis infeksiosa.


3. Keadaan toksis : keadaan dimana ada gangguan metabolisme hingga aktivitas medulla
oseum tertekan dan terjadilah lekopeni.
4. Keracunan benzol.
5. Anemia pernisiosa
6. Anemia aplastika
7. Akibat sinar X.

Sehubungan dengan jumlah lekosit, terdapat penyakit leukosit yakni leukemia, leukemi
leukemik, leukemia aleukemik (subleukemik) dan reaksi leukemoid.
Leukemia : Penyakit-penyakit yang selalu fatal dan etiologinya tidak diketahui.
Terjadi proliferasi abnormal dan berlebihan dari lekosit dan bentuk
mudanya. Jumlah lekosit dapat mencapai lebih 100.000/ mm3.
Leukemia leukemik : Lekemia dimana jumlah lekosit dalam darah perifer meningkat.
Leukemia aleukemik : Lekemia dimana jumlah lekosit dalam darah perifer dalam batas-
batas normal atau dibawah batas-batas normal.
Reaksi leukemoid : Suatu keadaan dimana dalam darah perifer timbul lekosit-lekosit
muda dengan atau tanpa lekositosis. Berlangsung dalam waktu
yang pendek dan biasanya jelas penyebabnya.

HITUNG TROMBOSIT
Hitung trombosit sangat penting untuk membantu diagnosa penyakit dan kelainan
perdarahan, terutama pada hemostatis memperbaiki dinding pembuluh darah yang luka
sehingga berfungsi kembali. Trombosit dibentuk dalam proses yang disebut trombopoiesis
melalui proses endomitosis dari megakariosit yang dipengaruhi oleh thrombopoietin yang
dibentuk oleh hepar. Proses trombopoiesis dan endomitosis tergambar sebagai berikut:

RHM_Ver04/11/2020
11

Gambar 2.3. Proses trombopoiesis dan endomitosis

Trombosit sukar dihitung karena sangat kecil, mudah pecah dan sukar dibedakan
dengan kotoran. Trombosit cenderung melekat pada permukaan benda asing dan mudah
menggumpal. Untuk mencegah ini dianjurkan memakai alat-alat gelas yang dilapisi
silikon sedang untuk mencegah penggumpalan dipakai anti koagulan EDTA.
Menghitung trombosit ada dua metode yaitu metode langsung dan metode tak
langsung. Metode tak langsung dengan cara sediaan hapus darah, kemudian jumlah
trombosit dibandingkan dengan jumlah eritrosit. Dihitung jumlah trombosit dalam seribu
eritrosit.

RHM_Ver04/11/2020
12

Cara langsung ada beberapa cara :


1. Metode REES ECKER
2. Metode BRECKER CRONKlE
3. Dengan cara automatic menggunakan mesin hema-autoanalyser

Harga normal hitung trombosit 150.000 - 400.000 / ml darah.


Trombositosis adalah jumlah trombosit yang meningkat dalam darah. Hal ini dapat terjadi
pada polisitemia vera, idiopatik, trombositemia, kronik milegenius lekemia, splenectomi.
Trombositopenia adalah jumlah trombosit yang turun dalam darah. Hal ini dapat terjadi oada
trombositopenia purpura; aplastik anemia; leukemia akut; gachers disease, anemia pernisiosa
dan kadang-kadang post terapi radiasi dan obat-obatan

HEMOGLOBIN
Hemoglobin (Hb) adalah komponen utama eritrosit, merupakan protein congugated
yang berfungsi sebagai alat pengankut/transportasi dari oksigen dan carbondioksid. Bila
konsentrasinya penuh, 1 gr Hb dapat mengangkut 1, 34 ml oksigen. Jumlah eritrosit pada
orang dewasa terdiri dari hampir 600 gr Hb dan dapat mengangkut 800 ml oksigen. Fungsi
utama Hb adalah mengangkut O2 dari paru-paru, dimana tekanan oksigen tinggi diangkut
ke jaringan yang mcmpunyai tckanan oksigen rendah. Bila tekanan oksigen didalam
capiler paru 100 mmHg, 95 - 98 % Hb akan berikatan dengan oksigen. Hb mempunyai
daya untuk mengikat oksigen secara cepat dan reversibel, membentuk oxy haemoglobin.
Dalam hal ini haemoglobin tidak dioksidasi dan tetap berada pada dalam keadaan fero. Kira-
kira 96% dari haemoglobin terdiri dari protein (globin). Sisanya berupa heme kompleks
besi dan protoporfirin. Sekitar 96- 98% haemoglobin orang dewasa terdiri dari Hb A (adult)
sisanya berupa Hb2 dan atau Hb F.
Hb F mempunyai afinitas lebih tinggi terhadap oksigen daripada HbA untuk
memungkinkan kehidupan fetal Hbf tahan terhadap test denaturasi alkali (resistensi
terhadap alkali). Oleh salah satu hal, haemoglobin dapat mengalami denaturasi kemudian
mengendap sebagai Heinzbodies. Eritrosit yang mengandung Heinz bodies lebih cepat
didestruksi oleh limpa, tetapi disamping itu Heinz bodies juga dapat melekat pada
membran eritrosit dan meningkatkan permeabilitas membran sehingga memperbesar
kemungkinan lisis osmotik.
Pada destruksi eritrosit intravaskuler, haemoglobin dilepaskan ke dalam plasma.
Haemoglobin diikat oleh haptoglobin, yaitu suatu alfa-2-g1obulin yang normal terdapat dalam
plasma dengan kadar 30-200 mg/dL Kadar ini cukup untuk mengikat 100 mg

RHM_Ver04/11/2020
13

haemoglobin bebas dalam plasma menyebabkan haptoglobin yang diikat meningkat,


akibatnya terjadi penurunan kadar haptoglobin dan hal ini dapat dipakai sebagai indikator
adanya hemolisis. Kadar haptoglobin juga menurun bila ada hemolisis dalam jaringan
RES, yaitu bila haemoglobin yang dilepaskan dalam RES dapat keluar dan memasuki
circulasi, Bila kapasitas haptoglobin dilampaui mungkin terjadi haemoglobinemia.
Hemoglobin bebas dengan mudah melewati glomerulus walaupun molekulnya cukup
besar. Bila kemampuan tubuli untuk mereabsorbsi haemoglobin dilampaui, terjadilah
haemoglobinuria. Seperti juga hitung eritrosit, penetapan kadar haemoglobin sering
dikerjakan sebagai pemeriksaan penyaring terhadap anemia dan juga untuk mengikuti
perjalanan penderita setelah mendapatkan theraphi / transfusi.

Ada beberapa cara pemeriksaan kadar Hb :


1. Cara Tallquist : membandingkan warna darah dengan menggunakan standart warna
dari kertas tallquist.
2. Kolorimetris ada 2 cara :
- Visual: methode Sahli (pembentukan hematin asam)
- Fotoelektris : pembentukan cyanmet oxyhaemoglobin.
3. Berdasarkan Berat jenis dengan methode CuS04.
4. Cara kimia : menentukan kadar Fe yang diikat sejumlah gas yang tertentu pula.
5. Gasometrik : berdasarkan bahwa pada suhu dan tekanan udara tertentu haemoglobin
dapat mengikat sejumlah gas yang tertentu pula.

Dari kelima macam tersebut, didalam klinik dipakai cara Kolorimetri methode
Cyanmetoxyhaemoglobin. Karena cara ini dianggap paling mudah dan hasilnya
diandalkan meskipun masih ada juga beberapa kelemahannya. Cara ini sangat bagus untuk
laboratorium rutin dan sangat dianjurkan untuk penetapan kadar Hb dengan teliti karena
standart cyanmethaemoglobin yang ditanggung kadarnya bersifat stabil dan semua macam
haemoglobin kecuali sulf methemoglobin ikut diukur. Standart-standart untuk penetapan
ini boleh juga dipakai untuk mernbuat curva tera. Meskipun larutan drabkins berisi
cyanida, tetapi tidak dianggap berbahaya karena jumlah cyanida sangat kecil.
Cara Sahli bukanlah cara yang sangat teliti. Kelemahan methode berdasarkan
kenyataan bahwa hematin asam bukan merupakan larutan sejati dan bahwa alat itu tidak
dapat distandarkan. Cara menjadi hematin asam, misal carboxy hemoglobin,
methemoglobin dan sulf haemoglobin. Ketelitian pemeriksaan kadar haemoglobin lebih
kurang 10%. Kesalahan-kesalahan dalam penetapan kadar Hb methode Sahli :

RHM_Ver04/11/2020
14

1. Tidak tepat rnengambil darah (0,02 ml).


2. Darah dalam pipet tidak sernpuma dikeluarkan ke dalam HCl karena tidak dibilas.
3. Tidak baik mengaduk campuran darah dan asam pada waktu pengenceran.
4. Tidak memperhatikan waktu yang seharusnya berlalu untuk pengenceran.
5. Kehilangan cairan dari tabung karena untuk mencampur isinya tabung dibolak balikan
dengan menutupnya dengan ujung jari.
6. Ada gelembung udara dipermukaan pada waktu membaca.
7. Membandingkan wama pada cahaya yang kurang terang.
8. Menggunakan tabung pengencer yang tidak diperuntukkan alat yang dipakai (merk
lain).
Indikasi pemeriksaan Hb adalah:
1. Sebagai pemeriksaan penyaring eritrosit.
2. Mengikuti perjalanan penderita setelah mendapatkan therapi/ transfusi.
Sedangkan Kadar normal Hemoglobin adalah
untuk Pria : 13,0 - 18,0 g/dl
Wanita : 11;5 - 16;5 g/dl
Penurunan atau peningkatan kadar hemoglobin tidak dapat diinterpretasikan secara tersendiri
tanpa melakukan evaluasi terhadap eritrosit dan hematokrit, sehingga analisanya selalu
digabungkan dengan kedua pemeriksaan tersebut.

HEMATOKRIT
Hematokrit atau juga disebut Packed Cel Yolume (PCV). Seperti juga pemeriksaan
hitung jumlah eritrosit, penetapan kadar Hb maka penetapan nilai hematokrit juga
termasuk pemeriksaan penyaring dari anemia. Mengingat faktor kesalahan yang begitu
kecil (lebih kurang 2 %) maka mikro hematokrit merupakan pemeriksaan penyaring yang
utama untuk mengetahui adanya anemia.
Pada dasarnya pemeriksaan hematokrit ini membandingkan antara tinggi kolom
eritrosit terhadap tinggi kolom keseluruhan setelah darah dicentrifuge. Ada 2 cara
penentuan nilai hematokrit ialah macro-methode dan micro-methode yang masing-masing
mempunyai keuntungan dan kejelekan sendiri-sendiri, tetapi micromethode kiranya masih
merupakan methode pilihan saat ini.
Kekurangtepatan hasil dari metode makro, disebabkan oleh:
a. Pengumpulan spesimen:

RHM_Ver04/11/2020
15

Salah satu sebab kekurang tepatan hasil penetapan nilai hematokrit disebabkan oleh
penundaan pemeriksaan, pencampuran darah / sample yang kurang sempurna.
1. Penambahan anticoagulan EDTA 1-5 mg/ml dapat menyebabkan sel menyusut.
2. Derajat oksigenasi dari darah juga mempengaruhi hasil penetapan nilai hematokrit.
Hematokrit dari darah vena 2% lebih tinggi dari darah yang padat dengan gas /
arteri (banyak kehilangan C02 dan penuh O2)
b. Pengumpulan darah juga mempengaruhi hasil nilai penetapan hematokrit, penundaan
lebih dari 6 jam dan penyimpanan pada 4°C akan mempengaruhi hasil.
c. Variasi dari penampang tabung penyebab utama kesalahan.
Penampang tabung yang distandardkan 2,55 mm dengan bervariasi sekitar 2 %.
d. Faktor centrifugasi juga sangat menentukan hasil penetapan nilai hematokrit.

Kekurangtepatan hasil dari metode Mikro, disebabkan oleh:


a. Cara pengumpulan sample kurang sempurna.
b. Juga variasi dari diameter tabung hematokrit sangat berpengaruh terhadap hasil
pemeriksaan nilai hematokrit. Pada salah satu penelitian beberapa variasi dari mikro
capiler akan mempengaruhi hasil sampai sekitar 15,7%.
c. Juga kesulitan dalam menyumbat salah satu ujung dengan cara pembakaran akan
menjadikan permukaan yang kurang rata sehingga menyulitkan pembacaan hasil.

Meski banyak faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan, tetapi metode mikro lebih
banyak digemari, karena mempunyai beberapa keuntungan antara lain:
a. Butuh waktu pemusingan yang pendek sehingga segera didapatkan hasilnya.
b. Pemampatan eritrosit lebih baik (padat)
c. Kemungkinan kesalahan lebih sedikit karena metode yang lebih sederhana.

Harga normal dari Nilai Hematokrit/HCT/PCV:


Pria : 47 ± 7 vol %
Wanita: 42 ± 5 vol %
Hasil yang meninggi/menurun kita dapatkan sama seperti pada kelainan kadar Hb dan jumlah
eritrosit.
Dengan mengetahui jumlah eritrosit, kadar hb, dan hematokrit, maka erythrocytes indices
(indeks eritrosit) bisa dihitung. Indeks eritrosit adalah Mean Corpuscular/Cell Volume
(MCV), Mean Corpuscular/cell Hb (MCH) dan Mean Corpuscular/cell Hb Concentration
(MCHC) dengan rumus sebagai berikut
RHM_Ver04/11/2020
16

MCV adalah rata-rata volume eritrosit (sel darah merah), dihitung dengan rumus
HCT (%) x 10/jumlah eritrosit (dalam 1012L)
(satuan fL atau femtoliters atau 10-15L)
Contoh: Bila HCT = 45%, dan hasil hitung eritrosit adalah 5 x1012/L maka MCV adalah
(45 x 10) dibagi 5 = 90fl

Sel disebut normositik (berukuran normal) apabila memiliki nilai MCV antara 80 – 100fl.
Disebut mikrositik (berukuran kecil) apabila nilai MCV < 80fl dan disebut makrositik bila
> 100fL.

MCH adalah rata-rata berat Hb eritrosit (sel darah merah), dihitung dengan rumus
Hb (gr/dL) x 10/jumlah eritrosit (dalam 1012L)
(satuan pg atau picograms)
Contoh: Bila Hb= 16 gr/dL dan hasil hitung eritrosit adalah 5 x1012/L maka MCH adalah
(16 x 10) dibagi 5 = 32 pg

MCHC adalah rata-rata konsentrasi Hb dalam setiap individual eritrosit, yang dihitung dengan
rumus:
Hb (gr/dL) x 100/HCT (dalam %)
(satuan gram per desiliter, yang sebelumnya ditulis dalam %)
Contoh: Bila Hb= 16 gr/dL dan HCT 48%, maka nilai MCHC-nya adalah (16 x 100)
dibagi 48 = 33 g/dL (atau 33% bila menggunakan satuan lama)

Kadar MCH dan MCHC menjadi indikator kepadatan/kadar Hb dalam eritrosit sehingga
menentukan luas central pallor (daerah tengah yang pucat) pada sel darah merah.
Normalnya luas central pallor ini tidak lebih dari 1/3 ukuran eritrosit.

Sel disebut normokromik bila memiliki kadar MCHC antara 32 – 37 gr/dL (normal)
Apabila nilai MCHC < 32 gr/dL maka disebut hipokromik, yang umumnya terjadi pada
penyakit gangguan pembentukan Hemoglobin misalnya pada anemia defisiensi besi atau
pada thalasemia.
Nilai MCHC > 37 gr/dL disebut hiperkromik. Namun istilah ini tidak pernah ada
(misnomer) karena tidak mungkin satu sel darah mengandung >37 g/dL hemoglobin.
Namun peningkatan kadar MCHC dapat menjadi petunjuk kelainan bentuk eritrosit
misalnya pada adanya spherocytes (eritrosit berbentuk oval dan bundar tanpa central
RHM_Ver04/11/2020
17

pallor), atau pada penyakit yang menyebabkan aglutinasi (penggerombolan dari eritrosit)
misalnya pada cold aglutinin disease atau pada kesalahan penghitungan Hb dan
Hematokrit, sehingga perlu dicermati dan diulang pemeriksaannya.

LAJU ENDAP DARAH (L. E. D.)


Laju endap darah (LED) = Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR) = Blood
Bezinking Snelheld (BBS), adalah jarak yang ditempuh eritrosit yang mengendap dalam tiap-
tiap satuan waktu
Satuan waktu : jam
Satuan jarak : mm
Jadi LED : mm / jam
Ada beberapa cara untuk menentukan LED yaitu dengan cara Rourke Ernstene, Wintrobe,
Westergreen atau Cutler. LED adalah pengukuran kecepatan pengendapan eritrosit dalam
waktu tertentu, yang dilihat pada tingginya kolom plasma yang terjadi. Hal ini tergantung
pada pengendapan eritrosit terdapat 3 fase, yaitu :
1. Fase agregasi (fase initial)
Pada fase ini eritrosit mengadakan agregasi (saling melekat), membentuk rouleux
formation. Pengendapan eritrosit pada fase ini lambat. Membutuhkan waktu lebih
kurang 10 menit.
2. Fase pengendapan maximal
Pada fase ini telah terjadi pembentukan rouleaux formation sehingga terjadi masa
eritrosit yang lebih besar dengan permukaan yang lebih kecil sehingga terjadi
pengendapan eritrosit yang lebih cepat. Fase ini waktunya lebih kurang 40 menit
3. Fase pemadatan
Pada fase ini eritrosit-eritrosit yang merupakan rouleaux banyak yang turun dan
terjadilah pemampatan. Disini kecepatan pengendapan eritrosit sangat pelan. Fase ini
waktunya lebih kurang 10 menit.

Faktor-faktor yang mempengaruhi LED :


1. Eritrosit : Makrositosis
Anemia LED meningkat
Sperositosis
Rouleaux Formation

RHM_Ver04/11/2020
18

Mikrositosis
Leptositosis LED menurun
Poikilositosis
Polisitemia

2. Plasma : Globulin
Fibrinogen LED meningkat
Kolesterol

Albumin
LED menurun
Lesithin

3. Teknik mengerjakan:
Tabung tidak vertikal, kemiringan tabung 3 derajat akan mempercepat LED 30 %.
Perbandingan antara darah dan antikoagulan yang tidak tepat. Antikoagulansia sedikit
memperlambat LED antikoagulansia banyak mempercepat LED.
4. Suhu
Pemeriksaan hendaknya dilakukan pada suhu 22 – 270C. suhu yang rendah
meningkatkan viskositas keadaan ini menyebabkan LED menurun.
5. Waktu
Maksimal 2 jam setelah darah diambil harus sudah dikerjakannya pemeriksaannya. Lebih
dari 2 jam maka bentuk eritrosit menjadi sferis, bentuk ini akan memperlambat LED.

Pada usia dibawah 50 tahun didapatkan :


LED pada laki-laki : 15 mm/jam
LED pada wanita : 20 mm/jam
Pada usia diatas 50 tahun didapatkan :
LED pada laki-laki : 20 mm / jam
LED pada wanita : 30 mm / jam
Pada usia diatas 85 tahun didapatkan :
LED pada laki-laki : 30 mm / jam
LED pada wanita : 42 mm / jam.

RHM_Ver04/11/2020
19

GOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS


Sistem golongan darah ABO dan Rhesus merupakan penggolongan penting dalam
klinik karena sifat antigenitas dan risiko timbulnya antibodi setelah mengalami transfusi
sehingga prosedur kompatibilitas sistem darah ABO dan rhesus harus diperhatikan.
Sistem golongan darah ABO diketemukan oleh Dr. Karl Landsteiner dari Jerman
pada tahun 1900 yang pada dasarnya ada 2 (dua) macam antigen pada eritosit manusia,
yaitu antigen A dan B yang memberikan 4 (empat) macam golongan darah dalam sistem
ABO, yaitu golongan darah A, B, AB dan O yang mekanisme pembentukannya seperti
pada gambar dibawah ini:

Gambar 2.5 Mekanisme Genetik Pembentukan Golongan Darah ABO


Dalam perkembangan selanjutnya ternyata didapatkan subgroup antigen A,
sehingga menjadi 6 (enam) pembagian golongan darah pada manusia yaitu A1, A2, B, A1B,
A2B dan O. Dalam serum atau plasma manusia didapatkan 2 (dua) macam zat anti, yaitu
anti A dan anti B. dimana zat anti A lawan dari antigen A dan zat anti B lawan dari

RHM_Ver04/11/2020
20

antigen B.
Tabel 1.2. : Zat anti dan antigen Golongan Darah ABO
Golongan darah Antigen di Eritrosit Zat anti pada serum
1. O None Anti A dan Anti B
2. A A Anti B
3. B B Anti A
4. AB AB None

Antibodi anti A1 hanya reaktif terhadap golongan darah Al dan A1B tetapi kadang-
kadang juga pada golongan A2. Sedangkan antibodi yang paling kuat reaktif terhadap
golongan darah O dan A2 disebut anti H, tetapi kadang-kadang juga terdapat pada
golongan darah B, A1B dan A1. Antibodi tersebut termasuk aglutinin dingin (cold
agglutinin) yang dapat dikatakan tidak reaktif terhadap antigen eritrosit pada suhu > 30°C.

Ada 3 cara dalam penetapan golongan darah yaitu saliva tes, slide kaca obyek atau
ubin dan tabung. Dalam praktek atau pemeriksaan rutin metode kaca obyek merupakan
metode yang sederhana sehingga merupakan metode pilihan, kecuali apabila bersamaan
untuk menguji faktor Rh maka metode tabung merupakan metode pilihan.
Secara bersamaan beberapa ahli antara tahun 1939 - 1940 menemukan adanya
reaksi aglutinasi pada golongan darah yang sama akibat adanya zat anti yang disebut anti
Rhesus (anti D) dan antigennya disebut antigen Rhesus/antigen D. Mekanisme
terbentuknya antigen D tergambar sebagai berikut;

Gambar 2.6 Mekanisme Genetik Pembentukan Rhesus/Anti D


Sel darah tidak menimbulkan reaksi aglutinasi terhadap anti D digolongkan

RHM_Ver04/11/2020
21

Rhesus negatif, sedangkan yang beraglutinasi dengan anti D digolongkan sebagai Rhesus
positif. Berdasarkan gambar 2.6 diatas, hanya mereka yang memiliki gen dce/dce yang
bersifat rhesus negatif, sedangkan gen yang lainnya bersifat rhesus positif
Metode penetapan Rhesus ada beberapa cara :
1.Metode tabung dengan saline anti D
2.Metode tabung dengan incomplet anti D, ini ada 2 cara yaitu Albumin dan Papain
metode.
3.Metode Slide (kaca obyek), metode ini digunakan dalam keadaan emergensi sehingga
disebut emergency Rh grouping.

Hasil-hasil kelainan dalam pengujian ABO dapat disebabkan oleh sejumlah faktor termasuk
berikut ini:
1.Teknik:
Teknik yang kurang sempurna merupakan salah satu sebab utama hasil· hasil kelainan
dalam pengujian rutin ABO, misalnya:
a. Peralatan dari kaca yang kotor dapat memberikan hasil-hasil positif palsu.
b.Sifat antigenitas serum yang rendah.
c. Konsentrasi sel terhadap serum yang tidak semestinya dapat memberikan hasil
positif atau negatif palsu.
d. Kontaminasi atau inaktivasi pereaksi dapat memberikan hasil negatif palsu, atau
kadang-kadang positif palsu.
e. Pembacaan yang sembarangan / ceroboh dapat memberikan hasil negatif palsu.T
f.Tidak digunakannya sarana bantu optik dapat memberikan hasil negatif palsu.
2.Sensitisasi. Yakni sel-sel darah merah yang berlapis antibodi (mengalami sensitisasi)
pada pasien dapat beraglutinasi dalam medium protein tinggi.
3. Baru saja dilakukan transfusi.
4.Genotip luar biasa
Antigen-antigen A atau B mungkin tidak jelas / lemah karena genotip yang luar biasa
(yakni sub-sub golongan A dan B).
5.Kekeliruan penggolongan
Sampel-sampel A2B dan A3B mungkin bereaksi lemah dengan pereaksi anti-A.
6.B dapatkan Aktivitas dapatan seperti B dapat ditimbulkan oleh kerja organisme-
organisme gram negatif
7.Protein-protein abnormal.
8.Obat-obatan
RHM_Ver04/11/2020
22

9.Umur
Banyak diantara anomali-anomali dalam pengujian ABO dapat diatasi dengan
mengambil sampel darah baru dari pasien-pasien yang bersangkutan, mencuci sel-selnya
dengan seksama dan mengulangi tes-tesnya. Jika masalah tetap ada, tes-tes skrining
antibodi, umur, diagnosis, medikasi-medikasi sebelumnya atau transfusi-transfusi
sebelumnya, temuan-temuan protein serum, hasil-hasil tes anti-globulin dan auto-kontrol,
kesemuanya dapat membantu dalam menentukan sebabnya. Fomasi rouleaux sering kali
dapat diminimalkan dengan menambah garam lagi ke campuran sel serum. Kalau
penyebabnya anti-B, biasanya ada kemungkinan mengabsorbsi sendiri antibodi tersebut,
meskipun hal itu sebaiknya tidak dicoba jika pasien telah ditransfusi dengan sel-sel darah
merah dalam empat minggu sebelumnya, karena antigen-antigen pada sel-sel yang
ditransfusikan mungkin mengabsorbsi suatu allo-antibodi yang sedang berkembang.

PEMERIKSAAN PADA GANGGUAN HEMOSTASIS (PERDARAHAN DAN


TROMBOSIS)
Hemostasis adalah upaya tubuh untuk menghentikan perdarahan yang terjadi sehingga
tidak banyak darah yang dikeluarkan. Proses hemostasis melibatkan 4 komponen dasar yakni
kondisi vaskuler, trombosit (jumlah dan fungsi), sistem koagulasi dan sistem fibrinolitik.
Kondisi vaskular berperan pada proses kontriksi awal saat terjadi trauma (2-3 detik pertama
setalah terjadi trauma). Kerusakan vaskuler merupakan penyebab utama terjadinya perdarahan.
Kerusakan ini dapat timbul akibat trauma (mekanis, fisik, kimia, dan lain-lain), atau akibat
fragilitas vaskuler (vaskuler yang rapuh akibat peningkatan permeabilitas dan atau kelainan
struktur). Pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk menilai fungsi vaskuler adalah tes rumple
leed atau pemeriksaan pembendungan.
Kelainan trombosit dapat menyebabkan terjadinya gangguan hemostasis. Jumlah
trombosit yang rendah akibat
1. Penurunan produksi trombosit pada kerusakan sumsum tulang (aplasia, drug-induced
trombositopenia, keganasan), defek kongenital (anemia fanconi, rubella, sindroma
Wiskott Aldrich, rubella, dan Sindroma TAR) dan produksi trombosit yang tidak efektif
(defisiensi B12 dan folat\)
2. Kelainan distribusi pada hipersplenisme, splenomegali pada penyakit hati atau
myelofibrosis.
3. Peningkatan destruksi trombosit pada kelainan imunologis (drug-induced, sekunder
akibat SLE, alloimunisasi, AIDS, ITP) atau pada kelainan non imunologis (DIC, HELLP
syndrome, TTP, sindroma hemolitik uremik)

RHM_Ver04/11/2020
23

Kadar trombosit yang normal atau tinggi bukan berarti tidak berisiko mengalami gangguan
hemostasis. Hal ini dapat terjadi apabila fungsi trombosit berubah, maka fungsi hemostasis-
pun berubah. Oleh sebab itu, selain mengukur jumlah, memeriksa fungsi trombosit juga perlu
dilakukan dengan platelet function test yang antara lain berupa;
 Platelet aggregometry (Analisa kemampuan agregasi platelet/trombosit)
 Flow cytometry (mengukur glikoprotein dan marker aktifasi platelet)
 Serum thromboxane B2 Immunoassay (deteksi aktifitas platelet COX-1)
 Sonoclot analyzer (deteksi perubahan kemampuan viscoelastic sample darah)
 Thromboelastography (TEG or ROTEM) (memonitor kecepatan dan kualitas
pembentukan clot/bekuan)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk 1) mengidentifikasi dan membantu penegakan diagnosis
disfungsi platelet, 2) Memonitor fungsi platelet pada pasien dengan terapi antikoagulan, 3)
menskrining risiko perdarahan dan hemostasis pada pasien pra-bedah, 4) Memonitor terapi
anti-platelet, 5) Mendeteksi adanya resistensi aspirin pada penggunaan aspirin sebagai anti
platelet.
Kelainan hemostasis dapat terjadi akibat kelainan koagulasi dan atau kelainan sistem
fibrinolisis. Sistem koagulasi melibatkan kinerja dari faktor pembekuan plasma termasuk
faktor kontak seperti Faktor Fitzgerald, High Molecular Weight Kalikrein (HMWK), dan
F.Fletcher-prekalikrein, sedangkan fibrinolisis melibatkan kerja plasminogen., plasmin, dan
plasminogen activator inhibitor (PAI). Kelainan hemostasis dapat timbul walaupun kadar
trombosit normal sehingga terjadi gangguan perdarahan dan atau koagulasi dalam bentuk
perdarahan intra vaskuler dan atau extravaskuler akibat fragilitas kapiler maupun kegagalan
kemampuan untuk melakukan pembekuan darah dan pembentukan clotting. Selain itu juga
dapat terjadi koagulasi dan atau pembentukan blood clot dalam vaskuler yang menyebabkan
trombus atau terjadinya hypercoagulable state.
Selain pemeriksaan diatas, gangguan hemostasis dapat dideteksi/didiagnosa dengan
beberapa cara lain seperti dibawah ini. Kadar fibrinogen dapat diukur dalam plasma demikian
pula dengan kadar anti trombin III dan fibrin degradation product/FDP yang merupakan tes
proses fibrinolitik dalam darah. Tabel 3.1. dibawah ini memberikan gambaran tentang tes faal
pembekuan yang sering dilakukan di klinik beserta nilai normalnya.

RHM_Ver04/11/2020
24

Tabel 3.1. Tes Fungsi (faal) Hemostasis dan Rujukan nilai normalnya
TES FAAL HEMOSTASIS NILAI NORMAL
Masa perdarahan/Bleeding time (metode Ivy) 3-6 menit
Masa pembekuan/Clotting time (Metode Lee-White) 4-8 menit
Masa retraksi bekuan (Clot retraction Time) Mengerut di suhu kamar
Masa pembekuan teraktifasi (celite) < 100 detik
Masa Protrombin (protrombin time/PT) 11-13 detik/selisih 2
detik dengan kontrol
Masa Tromboplastin Parsial (Partial Thromboplastin Time/PTT) 60 – 85 detik
Masa Tromboplastin Parsial Teraktivasi (Activated Partial 35 – 45 detik/selisih 5
Thromboplastin Time/aPTT) detik dengan kontrol
Masa pembekuan trombin (Thrombin Clotting Time) 10-15 detik/1,3X kontrol
Fibrinogen 150-450 mg/dL
Fibrin Degradation Product/FDP dengan lateks partikel < 20 g/dL
Fibrin Degradation Product/FDP eritrosit <5 g/dL
Antitrombin III cara koagulasi > 50% kontrol Normal
Antitrombin III cara spektrofotometrik 85-125% kontrol Normal

MASA PERDARAHAN (BLEEDING TIME)


Pada masa perdarahan didapat adanya proses hemostasis dan coagulasi. Disini
tergantung dari efisiensi cairan jaringan dalam mempercepat proses coagulasi, tergantung
dari fungsi pembuluh darah serta tergantung dari trombosit. Khusus trombosit dimana
adanya trombosit yang cukup akan mempermudah terbentuknya trombosit plug. Masa
perdarahan panjang bila jumlah hitung trombosit kurang dari 100.000 / ml dan adanya
fungsi trombosit yang terganggu.
Dalam menilai waktu pembekuan ada dua metode yakni : 1) Metode Duke dan 2)
metode Ivy Metode Ivy lebih sensitif dibanding Duke dimana pemeriksaan dengan cara
Duke hasil normal sedangkan dengan cara Ivy hasil abnormal. Cara Duke kurang
memberatkan pada mekanisme hemostasis, karena tidak diadakan pembendungan. Dalam
melakukan metode Ivy, hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Bila waktu perdarahan memanjang lebih 15 menit, pemeriksaan dihentikan dan
hentikan darah pada tusukan. Kemudian pemeriksaan diulang pada lengan yang lain.
2. Bila perdarahan tidak berhenti pada 15 menit, hasil percobaan dilaporkan waktu
perdarahan lebih dari 15 menit.

RHM_Ver04/11/2020
25

3. Harga normal pemeriksaan ini mempunyai variasi yang besar, sebab kita tidak
mempunyai atau sukar membuat standar tusukan. Dapat juga disebabkan kita menusuk
pada vena, sehingga waktu perdarahan akan memanjang.
4. Bila waktu perdarahan lebih kecil dari 1 menit atau lebih besar 7 menit maka
pemeriksaan diulang pada lengan yang lain.
Hasilnya memanjang pada: Trombocytopenia, Trombopathia, Menot Willebrand
Syndrome. Pada penderita Hemophilia, Hereditair Hypothrombinemia, Afibrinogenemia,
waktu perdarahan biasanya normal walaupun terjadi gangguan proses pembekuan darah.

MASA PEMBEKUAN (CLOTTING TIME)


Masa pembekuan adalah tes yang paling tua untuk menilai fungsi hemostasis darah,
namun tes ini paling tidak teliti dalam mengukur fungsi hemostasis. Oleh sebab itu, masa
pembekuan sudah mulai banyak ditinggalkan. Namun tes ini sederhana dan mudah sehingga
dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis adanya kelainan pembekuan darah.
Masa pembekuan dilakukan menggunakan metode Lee-White dengan cara mengisi 3
tabung dengan darah yang kemudian dimiringkan agar bersentuhan dengan tabung sehingga
merangsang proses pembekuan darah. Normalnya darah akan membeku dalam 4 -8 menit.
Nilai masa pembekuan dapat dipengaruhi oleh ketergesa-gesaan dalam mengangkat atau
menggoyang tabung, perubahan suhu dan pengamatan yang tidak cermat karena harus
melakukan pekerjaan lain.
Sensitifitas tes masa pembekuan rendah sehingga tidak dapat digunakan untuk tes
penyaring gangguan pembekuan. Hal ini karena defisiensi faktor dan atau gangguan
pembekuan harus sudah menurun dan atau berkurang > 2% dari harga normal untuk terjadi
abnormalitas masa pembekuan, sehingga gangguan ringan dan sedang tidak dapat terdeteksi.
Tes ini dapat memanjang karena peningkatan pelepasan heparin endogen dan atau
penggunaan heparin baik pada terapi maupun sebagai antikoagulan dalam darah. Tes ini
cocok untuk monitoring risiko gangguan perdarahan pada pasien dengan terapi anti koagulan
heparin agar penggunaanya tidak melebihi masa pembekuan 20 menit dan dilakukan setiap 6 -
8 jam selama pasien dalam pengobatan heparin.
Keseluruhan proses pemeriksaan hematologi dan hemostasis terangkum dalam gambar
dibawah ini

RHM_Ver04/11/2020
26

RANGKUMAN PEMERIKSAAN HEMATOLOGI DAN HEMOSTASIS

RHM_Ver04/11/2020
27

C. PELAKSANAAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI DASAR


Topik Praktikum I: Penentuan Jumlah Eritrosit
1. Metode pemeriksaan : Hitung eritrosit manual dengan larutan Hayem
2. Prinsip Percobaan: Darah yang diencerkan dengan larutan isotonis khusus yang
mampu merusak sel-sel lain selain eritrosit untuk kemudian dihitung dalam volume
tertentu pada bilik hitung (jumlah eritrosit per ml darah) melalui faktor konversi.
3. Bahan pemeriksaan: Darah vena/kapiler dengan antokoagulan yang tidak
menyebabkan pengenceran dan tidak mempengaruhi bentuk eritrosit, biasanya paling
baik EDTA.
4. Alat yang dipergunakan :
a. Mikroskop
b. Haemocytometer, terdiri dari :
 Pipet eritrosit (garis tanda 0,5; 1 ; 101 ditandai pada butir kaca merah)
 Bilik hitung Improved Neubauer yakni suatu lempeng kaca yang memiliki
bilik hitung dengan kotak besar (luas 1 x 1 mm2), kotak tengah (dibagi 16
kotak kecil) berukuran luas 0,05 x 0,05 mm2 dan berjumlah 400 kotak kecil
(lihat gambar)

Gambar 3.1. Bilik Hitung Improved Neubauer

RHM_Ver04/11/2020
28

5. Reagen yang dipakai


Larutan Hayem : - Natrium Sulfat 5 gr
- Merkuri chlorida 1,5 gr
- Aquadest ad 200 ml
Larutan ini sebaiknya dalam keadaan hangat karena bisa menyebabkan aglutinasi
dingin (cold aglutination).
Larutan Gower : - Natrium Sulfat 12,5 gr
- Asam acetat Glasial 33,3 ml
- Aquadest ad 200 mL
Larutan Garam Faali/NaCl 0.9%/Normal Saline
*CATATAN: Gunakan Larutan Hayem yang sudah dibuatkan
6. Tata cara pemeriksaan :
 Ambil kamar penghitung Improved Neubauer, perhatikan apakah lihat sudah bersih
atau belum. Bila belum bersih, bersihkan kamar hitung, dengan menggunakan
alkohol dan tisu perlahan-lahan dan tunggu kering.
 Letakkan kamar hitung improved neubauer diatas mikroskop, beri kaca penutup/
deck glass / cover slip / coverglass baru yang bersih. Sebelum ditelakkan sebaiknya
cover slip dibersihkan dengan alkohol dan tunggu sampai kering
 Temukan kamar hitung dengan mikroskop dark field (kondensor diturunkan,
diafragma dibesarkan, cahaya dikecilkan/ cahaya berwarna kuning)
 Siapkan 2ml reagen hayem pada wadah terpisah (tabung reaksi/tabung kecil)
 Isaplah darah dengan pipet eritrosit yang kering dan bersih sampai tanda 0,5,
kemudian bersihkanlah darah yang mengotori pipet. Apabila berlebih saat
menyerap, tempelkan tisu pada ujung pipet pelan-pelan sampai tercapai tanda 0,5
Catatan: berhati-hatilah saat menghisap agar darah tidak masuk ke mulut!.
 Isaplah larutan pengencer/hayem dari tabung terpisah tadi hingga tepat tanda 101.
 Tekuk karet penghisap pelan-pelan dan tutup ujung pipet agar tidak tumpah.
 Campur pelan-pelan dengan digoyang-goyang secara transversal 1 – 2 menit
 Buanglah 3 - 4 tetes cairan untuk membuang cairan pada batang kapiler.
 Buang beberapa tetes dengan meneteskan pada kertas tisu
 Teteskan cairan pada bilik hitung yang telah dipersiapkan dan ditemukan
ruangannya. Teteskan pada perbatasan bilik hitung dengan cover glass, sehingga
cairan masuk karena daya kapilaritasnya. Perhatikan cara penetesan pada bilik
hitung pada dibawah.

RHM_Ver04/11/2020
29

 Pastikan bahwa tidak ada gelembung dan cairan terdistribusi sempurna


 Lakukan penghitungan jumlah eritrosit pada tempat penghitungan eritrosit sesusi
petunjuk.

BENAR SALAH

7. Tata cara pembacaan hasil :


Gunakan Lembar laporan sementara sebagai petunjuk kerja utama
Periksa preparat pada pembesaran 100x (Obyektif 10x) kemudian ambil gambar
Lakukan penghitungan jumlah eritrosit pada pembesaran 400X (lensa obyektif 40X)
dan hitung pada 5 kotak sedang berwarna merah pada gambar lokasi penghitungan
eritrosit. Masing-masing kotak merah terdiri atas 4 x 4 kotak kecil (16 kotak).
Pada lapangan pandang yang ditemukan akan didapatkan penyebaran sel yang
sedemikian rupa sehingga tidak semua sel berada di tengah kotak, dengan kata lain ada
sel yang menyentuh/menyinggung garis. Sel - sel yang memotong garis-garis batas kiri
dan atas ikut dihitung sedang yang menyentuh garis batas kanan dan bawah tidak
dihitung atau sebaliknya.
Untuk mudahnya, ikuti 3 aturan penghitungan jumlah eritrosit dibawah ini:
Aturan 1: Aturan 2 Aturan 3

Lakukan penghitungan Hitung secara zigzag Hitung seperti diatas untuk


di 5 kotak tengah atas. menghindari duplikasi
penghitungan pada kotak
berikutnya

RHM_Ver04/11/2020
30

Hasil Akhir Penghitungan ERITROSIT:


Darah diisap sampai tanda 0,5 ditambah dengan larutan Hayem sampai tanda 101
Hal ini berarti pengenceran darah dengan larutan hayem adalah 200x sehingga 1
eritrosit mewakili 100 eritrosit dari jumlah sebenarnya.
Luas 1 kotak sedang dalam lokasi penghitungan eritrosit = 1/5 x 1/5 mm2.
Karena eritrosit dihitung pada 5 kotak sedang maka luas are penghitungan jumlah eritrosit
adalah 5 x 1/5 x 1/5 = 5/25 = 1/5 mm2
Tinggi kamar hitung = 0, 1 mm, sehingga volume dari 5 kotak sedang tempat
penghitungan eritrosit adalah 1/5 mm2 x 0,1 mm atau 1/50 mm3.
Jika dalam 5 kotak didapatkan N eritrosit, berarti
1/50 mm3 = 200 (pengenceran) x N.
1/50 mm3 = 200 x N berarti 1 mm3 = 50 x 200 x N eritrosit
1 mm3 = 10.000 x N eritrosit
Pengenceran untuk pemeriksaan eritrosit tidak harus 200x, namun bisa juga kurang
atau lebih tergantung pada perkiraan jumlah eritrosit.
Makin banyak perkiraan jumlah eritrositnya maka pengencerannya dapat makin besar dan
demikian pula sebaliknya.
.

RHM_Ver04/11/2020
31

Laporan Sementara Penghitungan Eritrosit


(Isilah Lembar Ini Untuk Laporan Sementara Penghitungan Eritrosit)

SPESIMEN DARAH YANG DIPERIKSA : ……………………………………………

PEMBESARAN YANG DILAKUKAN .....................................X

PEMERIKSA (NAMA/NIM) : ………………………………. / ……………………..

PEMERIKSA (NAMA/NIM) : ………………………………. / ……………………..

Ambil Gambar Perbesaran 100X dan tunjukkan tutor untuk tanda tangan LPS.
Cetak dan Tempelkan di sini saat mengumpulkan laporan praktikum

CATATAN TENTANG KEGIATAN PRA-PEMERIKSAAN DAN GAMBARAN

HASIL PADA PERBESARAN 100X

………..………..………..………..………..………..………..………..………..………..…

………..………..………..………..………..………..………..………..………..………..…

Sampel Perempuan Jumlah Sampel Laki-laki Jumlah


RBC RBC
1 Kotak Sedang A ……….. 1 Kotak Sedang A ………..

2 Kotak Sedang B ……….. 2 Kotak Sedang B ………..

3 Kotak Sedang C l ……….. 3 Kotak Sedang C l ………..

4 Kotak Sedang D ……….. 4 Kotak Sedang D ………..

5 Kotak Sedang E ……….. 5 Kotak Sedang E ………..

JUMLAH JUMLAH

RHM_Ver04/11/2020
32

Jumlah Eritrosit yang didapat adalah:


………..………..………..………..………..………..………..………..………..………..…

………..………..………..………..………..………..………..………..………..………..…

Ambil Gambar Kotak Sedang A s.d. E untuk masing-masing subyek


Tunjukkan tutor untuk mendapatkan ACC LPS dan Tempel gambar disini saat
mengumpulkan laporan praktikum

CATATAN TERKAIT HITUNG ERITROSIT PADA PERBESARAN 400X

….……………………………………………………………………………………………

….……………………………………………………………………………………………

….……………………………………………………………………………………………

….……………………………………………………………………………………………

….……………………………………………………………………………………………

Tempelkan Gambar/Foto Bilik Hitung lengkap dengan eritrosit yang anda hitung, baik pada
sampel pria maupun sampel perempuan.

RHM_Ver04/11/2020
33

Topik Praktikum II: Penentuan Jumlah Leukosit


1.Metode Pemeriksaan: hitung jumlah leukosit secara manual dengan larutan Turk
2.Prinsip pemeriksaan: pengenceran darah dalam pipet lekosit, lalu sel-selnya dihitung
dalam kamar penghitung di bawah mikroskop.
3.Bahan pemeriksaan: Darah yang sudah diberikan EDTA
4.Peralatan yang dipergunakan
A. Mikroskop
B. Haemocytometer, terdiri dari :
 Pipet Leukosit (garis tanda 0,5; 11 ditandai pada butir kaca merah). Beda pipet
leukosit dan eritrosit terdapat pada gambar berikut

Gambar 3.2. Beda pipet Eritrosit (atas) dan pipet leukosit (bawah)
 Bilik hitung Improved Neubauer (lihat gambar 3.1 pada hitung eritrosit)
5.Bahan/reagen yang dibutuhkan: Larutan Turk
Larutan turk dibuat dari Asam asetat glasial 2 ml
Larutan gentian violet 1 % dalam air 1 ml
Aquadest ad 100 ml
Asam asetat glasial (asam lemah) bersifat hipotonik sehingga eritrosit akan pecah, larutan
gentian violet digunakan untuk mewarnai inti lekosit, sedangkan Aquadest berfungsi
sebagai pengencer.
Catatan: Larutan Turk yang dipergunakan sudah siap dan tinggal menggunakan

RHM_Ver04/11/2020
34

6.Tata cara pemeriksaan :


 Ambil kamar penghitung Improved Neubauer, perhatikan apakah lihat sudah bersih
atau belum. Bila belum bersih, bersihkan kamar hitung, dengan menggunakan
alkohol dan tisu perlahan-lahan dan tunggu kering.
 Letakkan kamar hitung improved neubauer diatas mikroskop, beri kaca penutup/
deck glass / cover slip / coverglass baru yang bersih. Sebelum ditelakkan sebaiknya
cover slip dibersihkan dengan alkohol dan tunggu sampai kering
 Temukan kamar hitung dengan mikroskop dark field (kondensor diturunkan,
diafragma dikecilkan, cahaya dikecilkan/kuning), dan letakkan mikroskop pada
meja datar dalam posisi mendatar pula
 Siapkan 2ml reagen turk pada wadah terpisah (tabung reaksi/tabung kecil)
 Hisaplah darah dengan pipet lekosit sampai tanda "0,5" dengan hati-hati (jangan
sampai darah terhisap masuk ke mulut!).
 Hapuslah kelebihan darah yang melekat pada ujung dan sekitar pipet.
 Sambil menahan darah pada tanda "0,5, hisaplah larutan Turk dalam tabung/wadah
terpisah tadi sampai tanda “1,1”.
 Tekuk karet penghisap dan tutup ujung pipet agar tidak tumpah/berkurang.
 Campur pelan-pelan dengan menggoyang pada arah horizontal selama 15 - 30 detik.
Jika tidak segera dihitung, letakkanlah horizontal.
 Buanglah 3 - 4 tetes cairan untuk membuang cairan pada batang kapiler lalu
letakkan ujung pipet dengan sudut 30 derajat pada permukaan kamar hitung dengan
menyinggung pinggir kaca penutup.
 Biarkan kamar penghitung terisi cairan perlahan-lahan karena daya kapilaritasnya.
 Biarkan kamar hitung selama 2 - 3 menit agar lekosit yang ada dapat mengendap.
7.Tata cara pembacaan hasil :
- Lakukan pemeriksaan dengan lensa obyektif kecil (10X atau pembesaran 100x)
untuk melihat sekilas distribusi sel yang ada.
- Kamar hitung 1 kotak besar yang berisi 16 kotak atau Lingkaran biru A, B, C dan
D pada gambar 3.1. pada perbesaran 100X.
- Fokuskan bidang bergarisnya dibawah obyektif dan diarahkan kepada garis-garis
bagi kemudian hitung lekosit yang terlihat dengan aturan penghitungan leukosit
sama dengan penghitungan eritrosit, namun pada kotak leukosit.

RHM_Ver04/11/2020
35

Pengenceran leukosit dengan larutan Turk didasarkan pada prinsip


Darah Larutan Turk Pengenceran Darah Larutan Turk Pengenceran
0,1 11 100 X 0,5 11 20X
0,2 11 50 X 0,8 11 12 ½ X
0,4 11 25 X 1,0 11 10 X

Pada penghitungan lekosit pengenceran darah yang dilakukan adalah 20 X (karena


darah yang dipergunakan adalah 0,5 dengan cairan pengencer sampai 11.

Penghitungan
Luas 1 bidang besar 1 x 1 mm2 = 1 mm2
Tinggi kamar penghitung = 0,1 mm
Jadi volume 1 bidang besar 1 x 0,1 mm3 = 0,1 mm3
Volume 4 bidang besar 4 x 0,1 mm3 = 0,4 mm3

Misalnya pada 4 bidang besar ditemukan sejumlah N lekosit, berarti :


0,4 mm3 x 1/20 = N lekosit atau 2 / 5 mm3 x 1/20 = N lekosit
2 / 100 mm3 = N lekosit
1 / 50 mm3 = N lekosit
Jadi 1 mm3 = 50 x N lekosit

Bila diperkirakan terdapat lekopeni (jumlah lekosit menurun, < 2500/mm3) maka
pengenceran darah dilakukan kurang dari 20 kali, misalnya 10 kali. Jika dalam kondisi
biasa darah dihisap sampai garis tanda “0,5” maka pada keadaan ini darah dihisap
sampai garis tanda “1" sehingga pengencerannya menjadi 10X.
Bila diperkirakan terjadi lekositosis (jumlah lekosit meningkat, > 15.000/mm3) maka
pengenceran darah dilakukan lebih dari 20 kali (misal dengan mengambil darah sampai
tanda “0,2” yang berarti pengenceran 50X. Bahkan apabila diperkirakan jumlah lekosit
mencapai > 100.000/mm3, pengenceran darah dapat dilakukan dengan pipet eritrosit
sampai 100 X atau bahkan 200X. Perlu dijaga agar tindakan pengenceran darah dalam
pipet tidak terganggu karena terganggunya proses pengenceran akan menimbulkan
kesalahan dalam penghitungan. Darah yang dibiarkan lama dan tak segera dihitung
akan berisiko lekosit yang cenderung menggumpal sehingga akan mengurangi dalam
ketelitian penghitungan.

RHM_Ver04/11/2020
36

Laporan Sementara Penghitungan Lekosit


(Isilah Lembar Ini Untuk Laporan Sementara Penghitungan Lekosit)

SPESIMEN DARAH YANG DIPERIKSA : ……………………………………………

PEMBESARAN YANG DILAKUKAN .....................................X

PEMERIKSA (NAMA/NIM) : ………………………………. / ……………………..

PEMERIKSA (NAMA/NIM) : ………………………………. / ……………………..

Ambil Gambar Perbesaran 100X dan tunjukkan tutor untuk tanda tangan LPS.
Cetak dan Tempelkan di sini saat mengumpulkan laporan praktikum

CATATAN TENTANG KEGIATAN PRA-PEMERIKSAAN

………..………..………..………..………..………..………..………..………..………..…

………..………..………..………..………..………..………..………..………..………..…

………..………..………..………..………..………..………..………..………..………..…

Sampel Perempuan Jumlah Sampel Pria Jumlah


WBC WBC
1 Kotak Besar A ……….. 1 Kotak Besar A ………..

2 Kotak Besar B ……….. 2 Kotak Besar B ………..

3 Kotak Besar C ……….. 3 Kotak Besar C ………..

4 Kotak Besar D ……….. 4 Kotak Besar D ………..

JUMLAH JUMLAH

RHM_Ver04/11/2020
37

Jumlah Leukosit yang didapat adalah:


………..………..………..………..………..………..………..………..………..………..…

………..………..………..………..………..………..………..………..………..………..…

Ambil Gambar Kotak A s.d. D untuk masing-masing subyek


Tunjukkan tutor untuk mendapatkan ACC LPS dan Tempel gambar disini saat
mengumpulkan laporan praktikum

CATATAN TERKAIT HITUNG LEUKOSIT YANG DILAKUKAN

….……………………………………………………………………………………………

….……………………………………………………………………………………………

….……………………………………………………………………………………………

….……………………………………………………………………………………………

….……………………………………………………………………………………………
Tempelkan Gambar/Foto Bilik Hitung lengkap dengan eritrosit yang anda hitung, baik pada
sampel pria maupun sampel perempuan.

RHM_Ver04/11/2020
38

Topik Praktikum III: Penentuan Jumlah Trombosit (Rees Ecker)


2. Metode pemeriksaan : Hitung trombosit secara manual dengan larutan Rees Ecker
3. Prinsip: Pengenceran darah dengan larutan Rees Ecker yang mengandung brilliant
cresyl blue akan mengecat trombosit dan berwama biru jernih.
3. Bahan Pemeriksaan: Sampel darah vena dengan koagulan atau sampel darah kapiler.
4. Bahan yang dibutuhkan : Reagen: Rees Ecker yang terbuat dari
Sodium citrate 3,8 g
Brilliant cresyl blue 0,1 g
Formaldehyde 40% 0,2m1
Aquadrat ad 100 ml
Sebelum dipakai reagen disaring terlebih dahulu.
5. Alat-alat :
a. Pipet eritrosit
b. Lancet (bila darah diambil dari kapiler)
c. Bilik hitung Improve Neubauer
d. Mikroskop
6. Cara pemeriksaan :
 Persiapkan kamar hitung dan mikroskop seperti pada pemeriksaan leukosit dan
eritrosit.
 Siapkan 2mL larutan larutan pengencer (Rees Ecker) pada wadah kecil
 Isaplah darah dengan pipet eritrosit sampai garis tanda “0,5”
 Isap larutan pengencer (Rees Ecker) ke dalam pipet eritrosit sampai tanda “101”
lalu kocok horizontal pelan-pelan selama 5 - 15 detik.
 Buang cairan yang ada dalam batang kapiler pipet eritrosit 3 - 4 tetes kemudian
dengan sudut 300 letakkan ujung pipet pada permukaan kamar hitung dengan
menyinggung pinggir kaca penutup seperti tergambar pada pemeriksaan hitung
eritrosit.
 Biarkan cairan mengendap perlahan selama 2 menit.
7. Penilaian:
a. Hitung trombosit dengan mikroskop obyektif 40 X (perbesaran 400X)
b. Hitung semua trombosit yang terdapat dalam 1 kotak besar tengah (400 kotak kecil)

Jumlah trombosit = Hasil perhitungan x 2000 = x/mm3

RHM_Ver04/11/2020
39

Laporan Sementara Penghitungan Trombosit


(Isilah Lembar Ini Untuk Laporan Sementara Penghitungan Trombosit)
SPESIMEN DARAH YANG DIPERIKSA : ……………………………………………

PEMBESARAN YANG DILAKUKAN .....................................X

PEMERIKSA (NAMA/NIM) : ………………………………. / ……………………..

PEMERIKSA (NAMA/NIM) : ………………………………. / ……………………..

Ambil Gambar Perbesaran 100X dan tunjukkan tutor untuk tanda tangan LPS.
Cetak dan Tempelkan di sini saat mengumpulkan laporan praktikum

CATATAN TENTANG KEGIATAN PRA-PEMERIKSAAN

………..………..………..………..………..………..………..………..………..………..…

………..………..………..………..………..………..………..………..………..………..…

SAMPEL PEREMPUAN

Kamar Hitung Bidang Jumlah Kamar Hitung Jumlah


Tengah Trombosit Bidang Tengah Trombosit
1 Kotak Sedang A ……….. 14 Kotak Sedang N ………..

2 Kotak Sedang B ……….. 15 Kotak Sedang O ………..

3 Kotak Sedang C ……….. 16 Kotak Sedang P ………..

4 Kotak Sedang D ……….. 17 Kotak Sedang Q ………..

5 Kotak Sedang E ……….. 18 Kotak Sedang R ………..

6 Kotak Sedang F ……….. 19 Kotak Sedang S ………..

7 Kotak Sedang G ……….. 20 Kotak Sedang T ………..

8 Kotak Sedang H ……….. 21 Kotak Sedang U ………..

RHM_Ver04/11/2020
40

9 Kotak Sedang I ……….. 22 Kotak Sedang V ………..

10 Kotak Sedang J ……….. 23 Kotak Sedang W ………..

11 Kotak Sedang K ……….. 24 Kotak Sedang X ………..

12 Kotak Sedang L ……….. 25 Kotak Sedang Y ………..

13 Kotak Sedang M ………..

JUMLAH JUMLAH

Jumlah Trombosit yang didapat adalah:

:………..………..………..………..………..………..………..………..……………………

:………..………..………..………..………..………..………..………..……………………

Ambil Gambar MINIMAL 4 Kotak. Tunjukkan tutor untuk mendapatkan ACC LPS
dan Tempel gambar disini saat mengumpulkan laporan praktikum

CATATAN TERKAIT HITUNG TROMBOSIT YANG SUDAH DILAKUKAN

….……………………………………………………………………………………………

….……………………………………………………………………………………………

….……………………………………………………………………………………………

….……………………………………………………………………………………………

….……………………………………………………………………………………………

RHM_Ver04/11/2020
41

SAMPEL PRIA/LAKI-LAKI

Kamar Hitung Bidang Jumlah Kamar Hitung Jumlah


Tengah Trombosit Bidang Tengah Trombosit
1 Kotak Sedang A ……….. 14 Kotak Sedang N ………..

2 Kotak Sedang B ……….. 15 Kotak Sedang O ………..

3 Kotak Sedang C ……….. 16 Kotak Sedang P ………..

4 Kotak Sedang D ……….. 17 Kotak Sedang Q ………..

5 Kotak Sedang E ……….. 18 Kotak Sedang R ………..

6 Kotak Sedang F ……….. 19 Kotak Sedang S ………..

7 Kotak Sedang G ……….. 20 Kotak Sedang T ………..

8 Kotak Sedang H ……….. 21 Kotak Sedang U ………..

9 Kotak Sedang I ……….. 22 Kotak Sedang V ………..

10 Kotak Sedang J ……….. 23 Kotak Sedang W ………..

11 Kotak Sedang K ……….. 24 Kotak Sedang X ………..

12 Kotak Sedang L ……….. 25 Kotak Sedang Y ………..

13 Kotak Sedang M ………..

JUMLAH JUMLAH

Jumlah Trombosit yang didapat adalah:

:………..………..………..………..………..………..………..………..……………………

:………..………..………..………..………..………..………..………..……………………

………..………..………..………..………..………..………..………..………..………..…

Ambil Gambar Kotak A s.d. D untuk masing-masing subyek


Tunjukkan tutor untuk mendapatkan ACC LPS dan Tempel gambar disini saat
mengumpulkan laporan praktikum

RHM_Ver04/11/2020
42

CATATAN TERKAIT HITUNG TROMBOSIT YANG DILAKUKAN

….……………………………………………………………………………………………

….……………………………………………………………………………………………

….……………………………………………………………………………………………

….……………………………………………………………………………………………

….……………………………………………………………………………………………
Tempelkan Gambar/Foto Bilik Hitung lengkap dengan trombosit yang anda hitung

RHM_Ver04/11/2020
43

Topik Praktikum IV: Penentuan Kadar Hemoglobin (Hb) dengan Metode Sahli
1. Metode pemeriksaan: Pemeriksaan kadar Hb dengan methode Sahli.
2. Prinsip percobaan: Haemoglobin diubah menjadi asam hematin sehingga timbul warna
yang kemuian dibandingkan secara visual dengan standart permanen pada alat tersebut.
Carboxy haemoglobin, methaemoglobin dan Sulf Hb tidak terukur dengan metode ini.
3. Bahan yang dipakai: Darah kapiler atau Darah vena dengan antikoagulan yang tidak
menyebabkan pengenceran.
4. Alat yang dipergunakan :
Hemometer Sahli, yang terdiri atas:
a. Pipet Sahli yang digunakan untuk menghisap darah sebanyak 0,02 ml.
b. Tabung hemometer dengan garis tanda pada kedua sisinya yang mengetahui kadar
dalam gram % atau %
c. Batang standart.
d. Pengaduk
e. Pipet tetes
4. Reagen yang dipakai :
a. HCl 0,1 N
b. Aquadest
6. Tata cara pemeriksaan
o Isaplah kedalam tabung haemometer HCl 0,1 N sampai tanda 2.
o Isaplah darah dengan pipet Sahli sampai tanda ‘20’ tepat dan hapuslah darah yang
mengotori ujung pipet dan sekitarnya.
o Masukkan pipet sahli yang berisi darah kedalam tabung haemometer yang berisi
HCl 0,1 N dan hisap-tiup perlahan didalam tabung untuk mencampurkan darah
dalam pipet Sahli dengan HCI 0,1 N yang ada didalam tabung sehingga tidak ada
darah tertinggal dan tercampur dengan baik.
o Setelah terjadi perubahan warna dan tidak ada darah yang tersisa dalam pipet sahli,
angkat pipet sahli dan masukkan batang pengaduk.
o Tambahkan aquadest tetes demi tetes sampai warna cairan dalam tabung
haemometer sambil diaduk perlahan dengan batang pengaduk sampai warna cairan
dalam tabung sama dengan wama batang standar. Saat menilai warna, jangan lupa
mengangkat batang pengaduk dan lihat dengan cahaya putih (hadapkan pada sinar
matahari dan bandingkan warnanya)
o Persamaan warna antara campuran dan batang standart harus dicapai dalam 3 menit
setelah darah dan HCl dicampur dalam alat.

RHM_Ver04/11/2020
44

o Lakukan Uji Coba Sahli Sesuai Permintaan Permintaan dalam Lembar Praktikum
Sementara.
o Bandingkan hasil yang diperoleh dari Uji sahli standar dan uji sahli hasil uji coba
7. Tata cara pembacaan hasil :
o Baca nilai warna yang terbaca pada standar dalam 3 menit setelah pencampuran
dengan HCl dan bacalah kadar haemoglobin dengan gram / dL.
o Pada usaha mempersamakan warna, tabung hendaknya diputar demikian rupa
sehingga garis menjadi tidak terlihat.
o Lakukan pemeriksaan yang sama dengan beberapa preparasi seperti yang diminta
dalam laporan sementara praktikum.

RHM_Ver04/11/2020
45

Laporan Sementara Pemeriksaan Kadar Hemoglobin Metode Sahli


(Isilah Lembar Ini Untuk Laporan Sementara Pemeriksaan Kadar Hemoglobin Metode Sahli)

NAMA/NIM PEMERIKSA :…….……………………… / …….…………

NAMA/NIM PEMERIKSA :…….……………………… / …….…………

UJI COBA-1: Hb Sahli cara standar sesuai buku petunjuk

Waktu/Jam Pengambilan Darah Dengan pipet Sahli: …………………………………

Penetesan akuades yang dilakukan: …………………………………………………….

Perubahan warna didapatkan pada menit ke:…………………………………………

Kadar Hemoglobin yang didapatkan:..………………………………………………….

UJI COBA-2: Lakukan penghisapan pada Pipet Sahli 2x (volume darah yang digunakan
DUA KALI LIPAT) dan lakukan uji sesuai prosedur kerja dan observasi hasilnya.
Waktu/Jam Pengambilan Darah Dengan pipet Sahli: …………………………………

Penetesan akuades yang dilakukan: …………………………………………………….

Perubahan warna didapatkan pada menit ke:…………………………………………

Kadar Hemoglobin yang didapatkan:..…………………………………………………..

KESIMPULAN
(Buatlah simpulan berdasarkan apa yang terjadi di Uji Coba 1, 2)
……………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………….

Videokan proses Uji Coba 1, dan Uji Coba 2 kemudian tunjukkan pada tutor untuk
mendapatkan ACC praktikum. Tempelkan Foto hasil Uji Coba 1 dan Uji Coba 2, dan
bandingkan hasilnya secara berdampingan untuk mengisi laporan praktikum.

Kerjakan pada 1 sampel perempuan dan 1 sample laki-laki dan masing-masing sampel darah
memiliki 1 lembar hasil ini.

RHM_Ver04/11/2020
46

Topik Praktikum V: Penentuan Kadar Hematokrit


1. Metode pemeriksaan: Penentuan kadar hematokrit dengan sentrifugasi
2. Prinsip percobaan: Volume semua eritrosit dalam darah dapat diketahui dengan
memusingkan darah ber-antikoagulan dalam waktu dan kecepatan tertentu.
3. Bahan Pemeriksaaan: darah dengan antikoagulan yang tidak mempengaruhi
pengenceran, dan untuk metode mikro dapat menggunakan langsung darah kapiler,
4. Alat yang digunakan :
a. Metode Makro :
 Tabung Wintrobe ukuran panjang 110 mm, bergaris mm dari 1 s/d 100 mm.
 Standart.
 Sentrifus.
b. MetodeMikro:
 Tabung mikrocapiler yang beranticoagulan heparin.
 Bahan penutup / penutup khusus
 Alat pemusing mikrohematokrit
 Alat pembaca khusus.
5. Reagen pereaksi yang digunakan : tidak ada
6. Tata cara Pemeriksaan :
a) Metode mikro :
o Isilah tabung mikrokapiler khusus untuk pemeriksaan mikrohematokrit dengan
darah sampai kira-kira ¾ penuh seperti pada gambar dibawah.
o Sumbatlah salah satu ujungnya dengan nyala api atau penutup khusus/wax. Atau
lakukan seperti pada gambar dibawah.
o Sentrifuge tabung kapiler yang sudah disumbat dan letakkan sesuai dengan
ketentuan dan tutup sentrifuge dengan benar. Apabila ragu dalam menggunakan
alat, tunggu laboran/petugas/tutor untuk membantu
o Pusingkan tabung selama 3 - 5 menit pada kecepatan tinggi (> 16.000 rpm)
menggunakan centrifige hematokrit.
o Ambil tabung, kemudian baca hasil pada grafik skala hematokrit yang sudah
tersedia.
o Lakukan Uji Coba 2 sesuai permintaan Lembar praktikum sementara
b) Methode makro: (Wintrobe)
o Isilah tabung Wintrobe dengan darah sampai garis tanda 100 diatas.
o Pusinglah selama 30 menit pada kecepatan 3000 rpm.

RHM_Ver04/11/2020
47

Metode ini tidak dilakukan

Gambar 3. 4. Tata cara melakukan pengukuran hematokrit metode mikro


7. Cara Pembacaan Hasil :
a. Metode Mikro :
Pembacaan dengan menggunakan grafik khusus, dinyatakan dalam Vol %.
Caranya: Letakkan tabung kapiler yang telah disentrifuse pada grafik khusus
pembacaan hematokrit metode mikro, kemudian baca skalanya sesuai grafik yang
ada.
b. Metode Makro
Disini ada 3 hal yang harus diperhatikan :
1. Volume semua eritrosit yang terlihat dengan tingginya kolom eritrosit dibawah,
dinyatakan dalam % (volume %).
2. Tebalnya lapisan putih diatas eritrosit, yang terdiri atas lekosit dan trombosit
yang disebut "buffy coat" dinyatakan dalam mm, dimana 1 mm buffy coat
secara kasar sesuai dengan 10. 000 lekosit / ul darah.
3. Intensitas warna kuning plasma dibandingkan dengan satuan, dimana 1 satuan
sesuai dengan warna Kalium Bikromat 1 : 10.000

Pada praktikum kali ini kadar hematokrit akan dinilai dengan metode mikro

RHM_Ver04/11/2020
48

Laporan Sementara Pemeriksaan Kadar Hematokrit Darah


(Isilah Lembar Ini Untuk Laporan Sementara Pemeriksaan Kadar Hematokrit Darah)

NAMA/NIM PEMERIKSA :…….……………………… / …….…………

NAMA/NIM PEMERIKSA :…….……………………… / …….…………

UJI COBA-1: Lakukan pemeriksaan Kadar Hematokrit sesuai buku petunjuk.


Catatlah hal yang sudah anda lakukan dan jelaskan apa yang terjadi!
……………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………….

Kadar hematokrit yang didapatkan:..………………………………………………….

UJI COBA-2: Lakukan percobaan yang sama menggunakan 0,5cc darah yang ditambah
Normal Saline 0,5 cc. Catatlah hal yang sudah dilakukan dan jelaskan apa yang terjadi!
……………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………….

Kadar hematokrit yang didapatkan:..………………………………………………….

KESIMPULAN
(Buatlah simpulan berdasarkan apa yang terjadi pada proses Uji Coba 1 dan 2)
………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………….

Tempelkan Foto hasil Uji Coba 1 dan 2 serta bandingkan hasilnya secara berdampingan.
Untuk laporan praktikum jelaskan mengapa dan bagaimana terjadi perubahan antara uji coba
1 dan 2.

RHM_Ver04/11/2020
49

Topik Praktikum VI: Penghitungan LED


1. Metode pemeriksaan: Penghitungan kadar LED cara Westergreen.
2. Prinsip percobaan: Darah vena dengan antikoagulansia tertentu dimasukkan ke dalam
tabung tertentu dan dicatat pengendapan dari eritrosit.
3. Bahan Pemeriksaaan: Darah vena dengan antikoagulansia tanpa mengencerkan darah.
4. Alat yang digunakan :
a. Rak dari Westergreen
Untuk menempatkan tabung Westergren dalam keadaan vertikal. Di bagian bawah
terdapat karet untuk penutup lubang tabung. Di bagian atas terdapat pegas untuk
menekan tabung ke bawah.
b. Tabung dari Westergren
o Panjang tabung 300 mm
o Garis tengah bagian dalam 2,5 mm
o Diberi pembagian dari 0 - 200 mm
o Isi tabung ± 1,0 mm
o Kedua ujung tabung tersebut terbuka seperti pada gambar berikut

Gambar 3.5. Tabung Westergren & Rak Tabung Westergren


5. Reagensia/Bahan yang digunakan : Natrium sitrat 3,8%
6. Tata cara Pemeriksaan :
- Ambil botol, isikan larutan natrium sitrat 3,8% sebanyak 0,4 ml.
- Ambil darah vena sebanyak 1,6 ml dan campurkan pelan-pelan.

RHM_Ver04/11/2020
50

- Hisap campuran darah dan larutan natrium sitrat ke dalam tabung Westergreen
sampai garis tanda 0. Apabila jumlah darah tidak mencukupi, ambil sebisanya,
dengan perbandingan natrium sitrat dengan darah adalah 1 : 5, dan lihat angka
tertinggi darah pada tabung westergren.
- Letakkan tabung pada rak tabung dengan posisi tegak lurus dan tanda 0 di atas.
- Setelah tabung terletak vertikal, lihat waktunya dan biarkan selama 1 jam.
- Secara ringkas, pemeriksaan LED cara westergreen tergambar sebagai berikut;

Gambar 3.6. Tata cara melakukan pengukuran LED dengan Tabung Westergren
7. Tata cara pembacaan hasil :
Lihat tingginya lapisan plasma yang terjadi dalam milimeter.
Angka yang tertunjuk pada skala tabung westergren tesebut adalah nilai LED yang
diperiksa (Lihat gambar lingkaran diatas)
Apabila angka tertinggi pada tabung sebelum dibiarkan selama 1 jam bukan 0, maka hasil
pembacaan setelah satu jam harus disesuaikan dengan angka awalnya. Misalnya angka
tertinggi awalnya adalah 10, dan setelah 1 jam hasilnya 20, maka LEDnya adalah 20 –
10 atau 10 mm/jam
Harga normal: Laki-Iaki : 0 - 10 mm / jam
Wanita : 0 - 15 mm / jam

RHM_Ver04/11/2020
51

Laporan Sementara Pemeriksaan Hitung LED


(Isilah Lembar Ini Untuk Laporan Sementara Pemeriksaan Hitung LED)

NAMA/NIM PEMERIKSA :…….……………………… / …….…………

NAMA/NIM PEMERIKSA :…….……………………… / …….…………

UJI COBA-1: Lakukan prosedur pemeriksaan Hitung LED sesuai buku petunjuk.
Catatlah hal yang sudah anda lakukan dan jelaskan apa yang terjadi!
……………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………….

Kadar LED yang didapatkan:..…………………………………………………………..

UJI COBA-2: Lakukan ambil natrium sitrat sebanyak 2 ml + 1mL darah kemudian
lakukan prosedur. Catatlah hal yang sudah anda lakukan dan jelaskan apa yang terjadi!
……………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………….

Kadar Hitung LED yang didapatkan:..…………………………………………………..

KESIMPULAN
(Buatlah simpulan berdasarkan apa yang terjadi pada proses Uji Coba 1 dan 2)
………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………….

Tempelkan Foto hasil Uji Coba 1 dan 2 serta bandingkan hasilnya secara berdampingan.
Untuk laporan praktikum jelaskan mengapa dan bagaimana terjadi perubahan antara uji coba
1 dan 2.

RHM_Ver04/11/2020
52

Topik Praktikum VII: Penentuan Golongan darah dan Rhesus


1.Metode pemeriksaan: penentuan golongan darah & rhesus dengan kaca obyek
2.Prinsip pemeriksaan: reaksi antigen-antibodi dengan prinsip terjadinya reaksi aglutinasi
apabila antigen pada eritrosit bereaksi dengan zat anti yang telah diketahui.
3.Bahan pemeriksaan: sampel darah vena atau kapiler, dengan atau tanpa antikoagulan.
4.Peralatan yang dipergunakan
- Kaca obyek
- Pengaduk
- Tabung reaksi (darah vena dengan antikoagulan)
- Mikroskop
5.Pereaksi yang dipergunakan :
Panel serum yang berisi antibodi, terdiri dari :
1.Serum anti A (umumnya berwama biru atau hijau)
2.Serum anti B (umumnya berwarna kuning)
3.Serum anti AB (umumnya berwarna merah muda atau tidak berwarna)
4.Serum anti rhesus (anti D)
5.Normal saline (NaCl 0.9% / garam faali) sebagai kontrol
6.Tata cara pemeriksaan :
- Siapkan 5 slide dan beri label sesuai dengan pereaksi 1 s.d. 5 dan teteskan 1 tetes
masing-masing pereaksi pada gelas obyek
- Pada tiap tetesan tambahkan 1 tetes darah yang akan dites golongan darahnya.
- Aduk masing-masing campuran dengan pengaduk atau ujung cover slip/cover
glass/ cover slip. Jangan gunakan pengaduk yang sama.
- Perhatikan ada tidaknya aglutinasi.
- Apabila koagulasi tidak terlihat dengan mata telanjang, lihat dibawah mikroskop
pada perbesaran 100x atau 400x
- Tentukan golongan darahnya sesuai tata cara pembacaan hasil
7.Tata cara pembacaan hasil :
- Perhatikan hasil koagulasi yang ada sesuai tabel dibawah ini
- Pada serum anti A dan serum anti B tidak terjadi aglutinasi, maka golongan
darahnya adalah golongan O.
- Pada garam faali tidak akan terjadi aglutinasi dan ini berfungsi sebagai kontrol
wujud tidak adanya aglutinasi.

RHM_Ver04/11/2020
53

Aglutinasi pada Penilaian


Anti A Anti B Anti AB Saline Anti D Gol. Darah Rh
+ - + - + A +
- + + - + B +
+ + + - + AB +
- - - - + O +
+ - + - - A -
- + + - - B -
+ + + - - AB -
- - - - - O -

Golongan darah O Rh negatif disebut juga dengan golongan darah O bombay yang merupakan
donor paling universal.

Apabila pada serum kontrol terjadi aglutinasi, maka perlu dicurigai adanya antibodi dingin
atau antibodi panas yang menjadi petunjuk adanya penyakit autoimun.

RHM_Ver04/11/2020
54

Laporan Sementara Penentuan Golongan darah dan Rhesus


(Isilah Lembar Ini Untuk Laporan Sementara Penentuan Golongan Darah dan Rhesus)

NAMA/NIM PEMERIKSA :…….……………………… / …….…………

NAMA/NIM PEMERIKSA :…….……………………… / …….…………

UJI COBA-1: Lakukan pemeriksaan golongan darah dan rhesus sesuai buku petunjuk.
Catatlah hal yang sudah anda lakukan dan jelaskan apa yang terjadi!
……………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………….

Golongan darah yang didapatkan:..………………………………………………………

UJI COBA-2: Lakukan percobaan diatas menggunakan darah (0.5cc) yang ditambah
dengan 0,5cc NaCl. Catatlah hal yang sudah anda lakukan dan jelaskan apa yang terjadi!
……………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………….

Golongan darah yang didapatkan:..……………………………………………………...

KESIMPULAN
(Buatlah simpulan berdasarkan apa yang terjadi pada proses Uji Coba 1 dan 2)
……………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………….

Videokan proses Uji Coba 1, dan Uji Coba 2 kemudian tunjukkan pada tutor untuk
mendapatkan ACC praktikum.
Tempelkan Foto hasil Uji Coba 1 dan Uji Coba 2, dan bandingkan hasilnya secara
berdampingan untuk mengisi laporan praktikum.
Untuk pembahasan laporan praktikum, jelaskan mengapa dan bagaimana terjadi perubahan
antara uji coba 1 dan 2!
Jika ada beberapa sampel darah, maka setiap sampel darah memiliki 1 lembar hasil ini.

RHM_Ver04/11/2020
55

Topik Praktikum VIII: Menentukan Bleeding Time (BT) (Ivy)


1. Jenis pemeriksaan : Bleeding time metode IVY
2. Prinsip percobaan: Membuat tusukan pada bagian bagian volar lengan bawah dengan
kedalaman tertentu yang kemudian dicatat waktu perdarahannya.
3. Sampel: Tidak ada
4. Alat-alat:
- Tensimeter
- Stop watch
- Kertas saring
- Lancet steril (gunakan lanset besi bukan lanset untuk glukostik)
5. Bahan:
- Alkohol 70%
6. Tata cara pelaksanaan (lihat gambar)
- Pasang tensimeter pada lengan atas dan pertahankan pada tekanan 40 mmHg.
- Bersihkan lengan bawah bagian volar dengan alkohol. Tunggu sampai kering.
- Tiga jari dari sendi siku; bagian volar diregangkan atau dikencangkan kemudian
buat 2 tusukan dengan lanset steril sedalam 3mm. Jangan mengenai vena subcutan.
- Jalankan stopwatch. Bercak darah pada bekas tusukan dihisap dengan kertas
saring tiap 30 detik. Hentikan stopwatch & lepaskan tensimeter, saat perdarahan
berhenti.
Gambar 3.2.
Cara
melakukan
bleeding time

(1 kertas
saring untuk
1 tusukan)

7. Tata cara pelaporan hasil :


- Minimal harus ada 1 (satu) bercak darah dengan diameter >5mm.
- Catat waktu perdarahan 2 tusukan & laporkan nilai rata-rata sebagai waktu
perdarahan.

RHM_Ver04/11/2020
56

Susunan Laporan Sementara Masa Perdarahan/Bleeding time


(Isilah Lembar Ini Untuk Laporan Sementara Pembuatan Masa Perdarahan/Bleeding time)

A. Nama Pemeriksa (Nama/NIM): …………………………………………………………….


B. Nama Yang Diperiksa (Nama/NIM): ………………………………………………………
C. Waktu perdarahan yang didapatkan: ………………………………………………………
D. Kendala yang dihadapi saat melakukan pemeriksaan : ……………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
E. Tempelkan gambar kertas saring hasil pemeriksaan pertama

F. Pemeriksaan kedua (yang memeriksa ganti yang diperiksa)


G. Waktu perdarahan yang didapatkan: ………………………………………………………
H. Kendala yang dihadapi saat melakukan pemeriksaan : ……………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
I. Tempelkan gambar kertas saring hasil pemeriksaan Kedua dibawah ini

RHM_Ver04/11/2020
57

REFERENSI :

- Engelkirk .P.G. dan Engelkirk J.D.2008, Laboratory Diagnosis of Infectious Diseases,


essentials of Diagnostics Microbiology, Lippincott Williams & Wilkins, a Wolters
Kluwer Business publishing
- Kosasih E.N dan Kosasih A.S. 2004, Tafsiran Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik,
Penerbit Karisma Publishing Group
- Henry, J.B. 1991. Clinical Diagnosis Management by Laboratory Methods, 18th ed. W.B.
Saunders Company, Philadelphia.
- S. Mitchell Lewis, Barbara J. Bain, Imelda Bates. 2006, Dacie and Lewis, Practical
haematology, 10th ed. ISBN 0-443-06660-4

RHM_Ver04/11/2020
a

LEMBAR KERJA MAHASISWA

LEMBAR KERJA MAHASISWA

RHM_Ver04/11/2020

Anda mungkin juga menyukai