Data Sosiologi 3
Data Sosiologi 3
Data Sosiologi 3
SKRIPSI
Diajukan Oleh:
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry Sebagai Salah satu
Beban Studi Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (SI)
Dalam Ilmu Ushuluddin dan Filsafat
Prodi Ilmu Perbandingan Agama
Diajukan Oleh:
Disetujui Oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Di Darussalam-Banda Aceh
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua, Sekretaris
Anggota I Anggota II
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
UIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji sykur penulis panjakan kepada Allah Swt. atas
kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw, keluarga, dan beserta para sahabat
ahl abaitnya.
Dengan selesai penulisan skripsi ini yang berjudul Pola Interaksi Sosial
Antar Umat Agama Studi Kasus Di Komplek Buddha Tzu Chi Kecamatan
Lueng Bata, Kata Banda Aceh penulis mengucampkan terima kasih yang tak
menyelesaikan skripsi ini. Khususnya kepada Ayahanda Ilyas Sani dan Ibunda
Alm Cut Kasnila sebagai orang tua tercinta, yang tiada lelah dan bosan dalam
studi akhir ini. Begitu juga kepada kakak, abang, dan adik-adik tercinta, Sri
Wartia Ningsih, dan Sri Tila Wahyuni, yang di sela-sela aktivitasnya terus
mendukung dan banyak bantuan, serta kepada abang (Alm) Sri Agustia Helmi,
dan Adik (Alm) Sri Nanda Sari yang selama hidup di dunia ini telah banyak
bimbingan dan arahan dalam meyelesaikan karya ilmiah ini. Juga kepada seluruh
vi
staf Prodi Perbandingan Agama dan seluruh dosen yang telah member ilmu
Kepada Bunda Annisa Mutia, Paman Novendra DJ, adek sepupu Fathin
Arifin Pardosi, Hasanuddin, abang Fikril Jamil Bin Bidin, Raudha, teman-teman
khususnya leting 2011 yang telah membantu baik berupa pikiran maupun
dorongan dan semangat dalam meyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa pula kepada
Kanda Yamin serta keluarga, abang Syukri Karim, (Alm) Ayahanda Imam Syuja,
Raniry, LazisMu, dan juga rekan-rekan KPM Gampong Jangeut yang baru-baru
Segala usaha yang telah dilakukan untuk menyempurnakan skripsi ini, penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis
mengharapkan kebaikan hati untuk membaca untuk memberikan kritik serta saran
‘Alamin.
vii
DAFTAR ISI
V. PENUTUP ..................................................................................................
1. Kesimpulan .............................................................................................. 60
viii
2. Saran-saran .............................................................................................. 62
ix
POLA INTEARAKSI SOSIAL ANTAR UMAT AGAMA
(STUDI KASUS DI KOMPLEK BUDHA TZU CHI KECAMATAN LUENG BATA)
ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang pola interaksi sosial antar umat agama di Komplek
Buddha Tzu Chi Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh. Komplek Buddha Tzu Chi
yang dibangun paska tsunami 26 Desember 2004 silam, merupakan komplek yang
memiliki penganut agama yang berbeda-beda, baik ras, suku, adat, budaya, dan agama.
Paska relokasi, jumlah penduduk di Gampong Panteriek, tentunya membawa perubahan
sosial terhadap penduduk asli setempat, terutama dari segi agama yang berbeda, tentunya
masyarakat pendatang harus beradaptasi dan berinteraksi dengan masyarakat sesama
pendatang. Kondisi ini menarik untuk diteliti lebih jauh tentang masyarakat muslim dan
non muslim dan pola interaksi sosial antar umat agama di Komplek Buddha Tzu Chi,
tujuan kajian ini untuk mengetahui pola intersksi sosial antar umat agama dan juga untuk
mengetahui pendorong dan penghambat proses interaksi sosial antar umat agama.
Penelitian ini bersifat kajian lapangan (field Research), dan untuk mengumpulkan data di
lakukan dengan obsevasi dan mewawancarai beberapa responden yang sesuai dengan
pembahasan. Teknik penulisan berpedoman pada pola buku panduan penulisan skripsi
Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry Darussalam-Banda Aceh 2013. Hasil
penelitian ini menemukan hubungan interaksi sosial antar umat agama di Komplek
Buddha Tzu Chi berjalan dengan baik, dilihat fenomena sekarang yang terjadi,
masyarakat non muslim di Komplek Buddha Tzu Chi sudah mampu membentuk
keharmonisan dalam hubungan antar umat agama, baik dalam suasana sesama non
muslim maupun dengan muslim, bentuk hubungan antara masyarakat muslim dengan non
muslim yang tercipta di Komplek Buddha Tzu Chi berupa hubungan baik, saling
bekerjasama, gotong royong, tolong menolong, saling menghormati dan menghargai.
Mewujutkan interaksi yang baik dalam sebuah masyarakat yang beragam kepercayaan
harus di dasari niat yang iklas dan komitmen dalam menjaga hubungan baik antara
muslim dan non muslim. Selanjutnya, masyarakat muslim telah mampu menciptakan
hubungan baik dengan non muslim, oleh karena itu hubungan antara masyarakat muslim
dengan masyarakat non muslim harus bisa di tegakkan dengan memberi kesempatan
kepada orang lain berpendapat, berinteraksi dan saling menjaga perasaan antar sesama
manusia.
v
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Paska tsunami yang melanda sebagian besar wilayah Provinsi Aceh pada
sebagai dampak dari relokasi yang dilakukan oleh pemerintah melalui Badan
yang berada di sepanjang pesisir pantai barat dan timur Aceh rusak bahkan hilang
halaman dan tempat tinggalnya kemudian direlokasi ke daerah baru yang jauh dari
pantai.
layak lagi dihuni bahkan tidak dapat di jadikan tempat pemukiman penduduk
daerah yang telah dialokasikan oleh pemerintah dan didanai oleh berbagai
namun ada juga yang berdasarkan etnis, agama, bahkan dicampur tanpa
Budha Tzu Chi yang terletak di Gampong Panteriek Kecamatan Lueng Bata.
Komplek perumahan ini merupakan bantuan dari Yayasan Buddha Tzu Chi yang
berasal dari negara Taiwan yang di salurkan melalui cabang Yayasan Buddha Tzu
Chi Indonesia. Bantuan rumah yang dibagun oleh Yayasan Buddha Tzu Chi
berjumlah 750 rumah terdiri dari dua blok timur dan barat atau yang lebih dikenal
oleh masyarakat setempat dengan nama jalan Cinta Kasih Timur dan Cinta Kasih
Barat. Dalam dua jalan tersebut masing-masing mempunyai 12 lorong dan dalam
tentunya membawa perubahan sosial terhadap penduduk asli setempat dan juga
dinamika sosial bagi sesama masyarakat komplek itu sendiri yang memiliki latar
belakang yang berbeda terutama dari segi agama dan kebiasaan mereka lakukan
masyarakat pendatang.
Buddha Tzu Chi Kecamatan Lueng Kota Bata Banda Aceh, dan bagaimana
B. Rumusan Masalah
permasalahan penting yang dapat dirangkum dalam bentuk pertanyaan inti berikut
ini:
1. Bagaimana pola interaksi sosial antar umat agama di Komplek Buddha Tzu
2. Faktor-faktor apa saja yang mendorong terjalinnya interaksi sosial antara umat
agama di Komplek Buddha Tzu Chi Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh?
umat agama di Komplek Buddha Tzu Chi Kecamatan Lueng Bata Kota Banda
Aceh?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pola interaksi sosial antar umat agama di komplek Buddha
2. Untuk mengetahuai faktor yang mendorong interaksi sosial antar umat agama
di Komplek Buddha Tzu Chi Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh.
4
3. Untuk mengetahui faktor yang menghambat interaksi sosial antar umat agama
di Komplek Buddha Tzu Chi Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh.
D. Manfaat Penelitian
praktis:
1. Manfaat teoritis, bahwa penulisan skripsi ini adalah untuk merumuskan nilai-
nilai interaksi antar umat agama dalam doktrin antar agama dalam bingkai
perbandingan.
2. Manfaat praktis, diharapkan dari hasil penelitian ini akan menambah khasanah
dan cakrawala berfikir serta menambah sikap toleransi dan kerukunan antar
umat agama.
E. Penjelasan Istilah
model, sistem, cara kerja, bentuk, dan struktur.”1 Sedangkan interaksi artinya hal
1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta.PT
Gramedia Pustaka Utama. 2008), 1088.
5
hubungan. 2 Apabila kata pola dikaitkan dengan interaksi maka pola interaksi
adalah bentuk dasar cara komunikasi individu dengan individu atau individu
balik antara pihak satu dengan yang lain dengan maksud atau hal-hal tertentu guna
mencapai tujuan.
adalah gambar yang dibuat contoh (model). Jika dihubungkan dengan kata
yang disebut dengan interaksi edukatif. Sebagai contoh dari pola interaksi adalah
kelompok manusia di dalam kelas. Di dalam interaksi tersebut pada taraf pertama
akan tampak bahwa guru mencoba untuk menguasai kelasnya supaya proses
mempengaruhi antara kedua belah pihak. Sebagai contoh lain seorang guru
disinilah proses interaksi itu akan terjadi, adanya saling memberikan pendapat
yang berbeda satu sama lain.4 Pengaruh guru sebagai pengajar memiliki peran
penting utuk dapat mengatur jalannya kegiatan belajar mengajar melalui pola
interaksi di mana guru berperan sebagai pemberi aksi melalui pengajaran dan juga
2
Ibid, 542
3
Ibid,543
4
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Gravindo Persada
2010),64.
6
siswa. Sebaliknya siswa pun memiliki peran yang sama dengan guru bisa sebagai
juga bisa menjadi penerima aksi melaui belajar dan mendengarkan. Namun,
kerjasama dapat sangat membantu dalam proses kegiatan belajar mengajar yang
2. Umat
Seperti yang ditulis oleh Dr. M. Quraish Shihab, M. A., dalam bukunya
sebuah kata dan frasa dari bahasa Arab yang berarti: “masyarakat” atau “bangsa”.
“menumpuh”, atau “meladeni”. Dari kata yang sama dapat berarti “ibu”, dan
3. Agama
Kata "agama" berasal dari bahasa Sanskerta, agama yang berarti "tradisi"
atau "A" berarti tidak; "GAMA" berarti kacau. Sehingga agama berarti tidak
kacau. Dapat juga diartikan suatu peraturan yang bertujuan untuk mencapai
kehidupan manusia ke arah dan tujuan tertentu. Pengaruh guru dari sudut pandang
5
Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an,(Bandung: Mizan,1996), 324.
7
kebudayaan, agama dapat berarti sebagai hasil dari suatu kebudayaan, dengan kata
lain agama diciptakan oleh manusia dengan akal budinya serta dengan adanya
dan yang lainya, itu termasuk unsur kebudayaan. Sedangkan kata lain untuk
menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan
berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya
Durkheim mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu yang
terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci.
berasal dari bahasa Sansekerta; a-ga-ma. A (panjang) artinya adalah cara, jalan,
The Way, dan gama adalah bahasa Indo Germania; bahasa Inggris Togo artinya
agama dalam bahasa Latin disebut Religion, dalam bahasa-bahasa barat sekarang
bisa disebut Religion dan Religious, dan dalam bahasa Arab disebut Din. Harun
Nasution mengatakan bahwa agama dilihat dari sudut muatan atau isi yang
6
Nurdinah Muhammad, Taslim HM. Yasin, H.M. Husein A. Wahab, Antropologi
Agama, (Darussalam Banda Aceh: Ar-Raniry Press, IAIN Ar-Raniry,2007), 20-21.
8
kepada Tuhan yang terhimpun dalam suatu kitab, selain itu beliau mengatakan
bahwa agama merupakan suatu ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi.
kebutuhan manusia yang paling esensial yang besifat universal. Karena itu, agama
merupakan kesadaran spiritual yang di dalamnya ada satu realitas di luar realitas
yang tampak ini, yaitu bahwa manusia selalu mengharap belas kasihan-Nya,
dan hubungan manusia yang pokok pada hubungan manusia dengan rahasia
kekuasaan dan kegaiban yang tiada terhingga luasnya, dan dengan demikian
2. Adanya kesadaran di luar diri manusia yang tidak dapat di jangkau olehnya.
3. Adanya kesabaran dalam diri manusia, bahwa ada sesuatu yang dapat
7
Sizi Ghazalba, Pengantar Kebudayaan Sebagai Ilmu, (Jakarta: Pustaka Antara,1963),17.
9
F. Tinjauan Pustaka
Umat Islam dan Hindu” bahwa hubungan sosial keagamaan apabila dikelola
kerjasama. Dan sebaliknya. apabila tidak dikelola dengan tepat akan menjadi
Pesantren Darul Amilin Dikecamatan Labuhan Haji Timur Aceh Selatan) bahwa
8
Ahmad Yusroni, Hubungan Sosial Kegamaan Umat Islam dan Hindu, (Cirebon: Skripsi
Mahasiswa fakultas Ushuluddin IAIN Syekh Nurjati,2006),
9
Mardian, Pola Interaksi Masyarakat Dengan Pesantren Darul Amilin (Studi kasus di
Desa Gunung Rotan Kecamatan Labuhan Haji Timur Kabupaten Aceh Selatan, 2014)
10
dalam tentang pola interaksi sosial antar umat agama di Komplek Buddha Tzu Chi,
G. Landasan Teori
Landasan teori yang digunakan dalam penulisan ini adalah teori interaksi
sosial. Definisi interaksi sosial menurut Thomas adalah pola sosial yang dibuat
oleh suatu masyarakat berupa aturan yang mengatur interaksi manusia. Dalam
Karp dan W. C Yoels yang dikutip dari buku Kamayton Sunarto, menyebutkan
tiga jenis aturan, yaitu aturan mengenai ruang, mengenai waktu, dan mengenai
Menurut Edward T. Hall yang dikutip dari buku Komanto Sunarto bahwa
10
Abidin Rifa’I, Interaksi Sosial Keagamaan Pandangan Angkringa, (Sudi di Kelurahan
Rejowinangan Kecamatan Kota Gedhe Yogyakarta) Skripsi, Fakultas Ushuluddin, UIN
Sunankalijaga Yogyakarta, 2006)
11
Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta : Lembaga Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, 2004), 37.
11
orang cenderung mengunakan empat macam jarak : jarak intim (intmate distance),
jarak pribadi (personal distance), jarak sosial (social distance), dan jarak public
(public distance). Masing-masing jarak dibagi lagi dalam dua tahap: tahap dekat
lisan.12
yang menujukkan perilakunya satu sama lain dalam kehadiran mereka masing-
masing perilaku mempengaruhi satu sama lain. Dalam hal ini tindakan yang
dilakukan seseorang dalam suatu interaksi merupakan stimulus bagi individu yang
bahwa dengan adanya interaksi sosial merupakan suatu upaya yang sangat
strategis dan efektif dalam menjawab semua persoalan yang terjadi antara
pemeluk agama. Dalam Islam dikenal dengan adanya dokrin teologis “lakum
12
Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta : Lembaga Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, 2004), 38.
13
Haryanto, Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial, diposkan pada 19 Februari 2011,
http://belajarpsikologi.com/tag/teori -interaksi-sosial/ diakses pada tanggal 29 April 2015 pukul
11.18 WIB
12
harmonis para penganutnya dengan penganut agama lain, bahwa tiada paksaan
identitas dan faktor simpati. 16 Sedangkan menurut Gillin dan yang dikutip dari
buku Elly M. Setiadi bahwa ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai
pertentangan pertikaian.
H. Me tode Penelitian
1. Jenis Penelitian
(field research) yaitu penelitian yang dilakukan dalam kancah sebenarnya, dengan
14
M. Husein A. Wahab et al., Pembinaan Kerukunan Hidup Umat Beragama: Refleksi
Cendikiawan Menuju Kesadaran dan Kesatuan Umat, (Banda Aceh: Ar-Rijal, 2004), 15.
15
Ibid, 15
16
Elly M. Setiadi, kama A. Hakam, Ridwan Effendi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar,
(Jakarta : Kencana Prenata Media Group, 2010), 93.
17
Ibid, 97.
13
Fokus kajian penelitian ini ada pada pelaksanaan dari interaksi antar umat
agama sehingga dapat mengungkapkan relasi yang ada di antara perbedaan paham
2. Sumber Data
a. Sumber Primer
Data primer didapat langsung dari objek, yaitu warga Komplek Buddha
Tsu Chi kecamatan Lueng Bata, baik melalui wawancara maupun data lainya
lainnya yang dapat dijadikan referensi dan dianggap berkaitan dengan judul
adalah:
18
Kartini Kartono, Pengantar Riset Sosial, (Bandung Manda Maju 1990), 32.
14
metode penelitian yang menguraikan sifat atau karakteristik dari suatu fenomena
partisipasi sebagai pelengkap. Tujuan yang telah digariskan di atas akan dapat
dicapai melalui analisa yang akan ditempuh dengan cara menghubungkan data
dibandingkan serta dicari saling hubungannya. Dengan cara ini diharapkan akan
dengan teori pola interaksi sosial antara umat agama dengan melihat secara
langsung dinamika masyarakat muslim dan non muslim yang berada di Komplek
BAB II
terusan Krueng Aceh yang terhubung hingga ke laut, berdasarkan cerita lama, kata
pantai terusan Krueng Aceh. Sedangkan Riek merupakan nama buah kelapa tua
Panteriek dulunya tunduk pada Kabupaten Aceh Besar, lalu pada tahun 1985,
Banda Aceh dan dan menjadi salah satu gampong yang berada dalam kecamatan
Lueng Bata.
Lueng Bata dengan luas wilayah 50 Ha. Adapun batas Gampong Panteriek adalah
sebagai berikut:
Jumlah dusun yang ada di Gampong Panteriek terdiri atas 4 (empat) dusun
yaitu, Dusun Kali, Dusun Bambu, Dusun Jeumpa / Cinta Kasih Timur, Dusun
Dusun Kali dan Dusun Bambu merupakan dusun yang sudah terbentuk
sejak lama, sedangkan Dusun Jeumpa dan Seulanga atau lebih dikenal dengan
Kompek Buddha Tzu Chi baru terbentuk setelah terjadinya musibah Gempa Bumi
dan Tsunami.
Sejarah terbentuknya dua dusun Cinta Kasih Timur dan Cinta Kasih Barat
berawal ketika terjadi gempa dan tsunami yang melanda Aceh pada tahun 2004.
Paska musibah itu selesai terjadi banyak bantuan dari luar dan dalam negeri
masuk ke Aceh untuk memberi bantuan kemanusia dan juga bantuan infatruktur di
tanah Aceh.
Salah satunya bantuan di atas dari Yayasan Buddha Tzu Chi yang berasal
dari negara Taiwan, dan disalurkan melalui cabang Yayasan Buddha Tzu Chi
Indonesia. Bantuan tersebut berupa tempat tinggal atau rumah bagi korban gempa
dan Tsunami Aceh. Bantuan rumah yang dibagun oleh Yayasan Buddha Tzu Chi
berjumlah 750, yang terbagi dua blok yaitu blok timur dan blok barat atau yang
lebih dikenal oleh masyarakat setempat Cinta Kasih Timur dan Cinta Kasih Barat.
1
Hasil Wawancara dengan Bapak Afifuddin, Keuchik Gampong Panteriek (4 September
2015)
17
Susunan Geuchik dan Lurah dari masa ke masa sejak tahun 1950 sampai
sekarang :
Table 1.1
Daftar Kepala Desa / Keuchik Gambong Panteriek
No Tahun Keuchik Sekretaris
1 1950 – 1955 Ismail -
2 1955 – 1960 Ahmad -
3 1960 – 1965 Budiman -
4 1965 – 1975 M. Daud -
5 1975 – 1985 Husen -
6 1985 – 1990 M. Dahlan -
7 1990 – 2000 Hadji Jakfar -
8 2000 – 2005 Adnan H. Nurdin Drs. Rizal Daud
Dari table di atas bisa dilihat bahwa yang paling lama menjadi sebagai
berikut:
18
Tabel 2.1
Daftar Tuha Peut/ Pemuka Masyarakat Gampong Panteriek
Dari tabel diatas dapat dilihat nama-nama Tuha Peut atau pemuka
Lueng Bata Kota Banda Aceh. Gampong Panteriek adalah terdiri dari empat
dusun, yaitu Dusun Kali, Dusun Bambu, Dusun Jumpa, dan Dusun Seulanga.
Gambar 1.1
Peta Gampong Panteriek
Di bawah ini merupakan daftar tabel nama gampong, Luas (Ha), jumlah
kepala keluarga dan penduduk dalam Kecamatan Lueng Bata Tahun 2013 Adalah
sebagai berikut :
20
Tabel 3.1
Luas Gampong, Banyaknya Kepala Keluarga dan Penduduk Gampong
dalam Kecamatan Lueng Bata
Dari data di atas bisa di lihat bahwa gampong yang paling luas dalam
mencapai 133,5 Ha. Sementara gampong yang paling kecil adalah Gampong
Lampaloh.2
1. Penduduk
Bata dalam angka 2013 Penduduk tetap Gampong Panteriek berjumlah 4.416 Jiwa
yang terbagi dalam 1.266 kepala keluarga dengan rincian, 2.304 jiwa laki-laki dan
2
Badan Statistik Kota Banda Aceh, Kecamatan Lueng Bata Dalam Angka 2014, (Banda
Aceh; BPS 2014), 19.
21
Tabel 4.1
No Gampong Jumlah
1 Lamseupeung 2.969
2 Panteriek 4.416
3 Sukadamai 1.629
4 Lampaloh 662
5 Blang Cut 1.766
6 Lueng Bata 3.186
7 Batoh 5.875
8 Cot Masjid 4.029
9 Lamdom 1.878
Jumlah 26.410
Dari tabel diatas bisa dilihat gampong yang paling banyak penduduknya
berdasarkan kecamatan adalah Gampong Batoh 5.875 jiwa, dan paling sedikit
3
Badan Statistik Kota Banda Aceh, Kecamatan Lueng Bata Dalam Angka 2014, (Banda
Aceh; BPS 2014), 24.
22
Bata sebanyak 26.410 jiwa terbagi dalam masing-masing gampong yang terbagi
Tabel 4.2
Dari tabel di atas bisa dilihat jumlah penduduk menurut jenis kelamin
berdasarkan gampong dalam Kecamatan Lueng Bata yang paling banyak adalah
Gampong Batoh di mana laki-laki yang jumlah 2.821 jiwa, sedangkan yang
perempuan yang jumlah 3054 jiwa, dan jumlah penduduk menurut jenis kelamin
berdasarkan gampong dalam kecamatan Lueng Bata yang paling sedikit adalah
23
kecamatan Lueng Bata sebanyak 26.410 jiwa dalam 5 agama adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.3
Agama dalam gampong berdasarkan Kecamatan Lueng Bata yang paling banyak
4
Badan Statistik Kota Banda Aceh, Kecamatan Lueng Bata Dalam Angka 2014, (Banda
Aceh; BPS 2014), 21.
24
adalah Gampong Batoh yang beragama Islam 5875 jiwa, agama Buddha yang
paling banyak penduduknya Gampong Panteriek 190 jiwa, agama Protestan yang
paling banyak Gampong Panteriek 42 jiwa, agama Katolik yang paling banyak
Lueng Bata yang paling sedikit yaitu Gampong Lampaloh yang beragama Islam
662 jiwa, Protestan Gampong Lueng Bata 2 jiwa, Budha yang paling sedikit
Agama Budha 190 jiwa, sedangkan jumlah pemeluk agama yang paling kecil di
5
Badan Pusat Statistik Kota Banda Aceh, Kecamatan Lueng Bata dalam Angka 2014,
(Banda Aceh; BPS 2014), 22.
25
Tabel 4.4
Nama Dusun
No Agama Kali Bambu Jumpa/Timur Seulanga/Barat
1 Islam 990 1.300 1.135 1.175
2 Protestan 0 0 49 31
3 Katolik 0 0 13 27
4 Budha 0 0 106 100
Jumlah 990 1.300 1.303 1.333
Total 4.926
Sumber Data Bulanan Gampong Panteriek , 2015
4.946 jiwa. Jumlah penduduk menurut agama berdasarkan dusun dalam Gampong
Panteriek paling banyak penduduk adalah Agama Buddha yang berjumlah 106
(Barat).6
Banda Aceh. Menurut data penelitian yang sudah dilakukan, bahwa sanya tidak
terdapat rumag ibadah bagi non muslim. Bagi non Muslim yang ingin beribadah,
maka non muslim harus melakukannya di rumah ibadah mereka yang terletak di
6
Data Laporan Bulanan Penduduk Kecamatan Lueng Bata tahun 2015, kantor Keuchik
Panteriek., diakses pada 24 Agustus 2015.
26
Tabel 5.1
sanya tidak ada satupun sarana ibadah bagi masyarakat non muslim di Kecamatan
Lueng Bata. Sarana yang ada di tabel diatas dapat dilihat jumlah keseluruhan
sarana ibadahnya seperti masjid hanya 1, yang paling banyak adalah Gampong
Batoh jumlahnya 4 meunasah. Sedangkan sarana ibadah non Islam tidak ada sama
sekali.7
7
Badan Pusat Statistik Kota Banda Aceh, Kecamatan Lueng Bata Dalam Angka 2014,
(Banda Aceh; BPS 2014), 27.
27
Tabel 5.2
Jumlah Sarana Pendidikan Tingkat TK, SD, SMP menurut Gampong dalam
Kecamatan Lueng Bata
TK SD SMP
No Gampong Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Jumlah
1 Lamseupeng 0 0 0 0 0 0 0
2 Panteriek 1 0 1 0 1 0 3
3 Sukadamai 0 1 0 0 0 0 1
4 Lampaloh 0 0 0 0 0 0 0
5 Blang Cut 0 0 0 0 0 0 0
6 Lueng Bata 0 1 1 0 0 1 3
7 Batoh 0 2 1 0 0 0 3
8 Cot Masjid 0 3 1 0 1 0 5
9 Lamdom 0 1 0 0 0 0 1
Jumlah 1 8 4 0 2 1 16
Sumber Badan Statistik Banda Aceh, 2013
Tabel 5.3
SMA SMK
No Gampong Negeri Swasta Negeri Swasta Jumlah
1 Lamseupeng 0 0 0 0 0
2 Panterik 0 0 0 0 0
3 Sukadamai 0 0 0 0 0
4 Lampaloh 0 0 0 0 0
5 Blang Cut 1 0 0 0 1
6 Lueng Bata 0 0 0 0 0
7 Batoh 0 0 0 0 0
8 Cot Masjid 0 0 0 0 0
9 Lamdom 0 0 0 0 0
Jumlah 1 0 0 1 1
Sumber Badan Statistik Kota Banda Aceh, 2013
28
Tabel 5.4
Jumlah Sarana Pendidikan Tingkat Pesantren dan Perguruan Tinggi
menurut Gampong dalam Kecamatan Lueng Bata
Pondokpesantren PerguruanTinggi
No Gampong Negeri Swasta Negeri Swasta Jumlah
1 Lamseupeng 0 0 0 0 0
2 Panteriek 0 0 0 0 0
3 Sukadamai 0 1 0 1 2
4 Lampaloh 0 0 0 0 0
5 Blang Cut 0 0 0 0 0
6 Lueng bata 0 2 0 0 2
7 Batoh 0 0 0 2 2
8 Cot Masjid 0 0 0 0 0
9 Lamdom 0 0 0 0 0
Jumlah 0 3 0 3 6
pendidikan yang ada di gampong tersebut yaitu tingkat TK, SD, dan SMP Negeri,
Banda Aceh, dalam Gampong Panteriek terdapat dapat sebuah perumahan Buddha
Tzu Chi yang di bangun paska tsunami Aceh 26 Desember 2004 silam.
Komplek Buddha Tzu Chi tidak hanya terdapat masyarakat muslim saja yang
tinggal di tempat tersebut, tetapi juga ada masyarakat non muslim yang tinggal
8
Badan Statistik Kota Banda Aceh, Kecamatan Lueng Bata Dalam Angka 2014, (Banda
Aceh; BPS 2014), 28-30.
29
Komplek Buddha Tzu Chi memiliki sarana dan prasarana yang lumayan
lengkap. Misalnya dari tinggkat struktur gampong lengkap dan juga saranan
BAB III
timbal balik antara satu dengan yang lainya. Interaksi sosial ini dapat terjadi
hubungan timbal balik antara berbagai bidang kehidupan yang mencakup bidang
dimana masyarakat bisa menjaga perdamaian antar agama yang lebih baik di masa
depan.3
1
Bimo Walgito, Psikologi Sosial Suatu Pengantar (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2003),
65.
2
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Gravindo Persada 2010),
61.
3
Soerjono Soekanto, Mustafa Abdullah, Sosiologi Hukum Dalam Masyarakat, (Jakarta:
CV Rajawali, 1987), 50.
31
dengan lainnya.4 Menurut Boneer, adalah suatu hubungan dua orang atau lebih, di
sosial lainya dalam proses sosial merupakan bentuk-bentuk khusus interaksi sosial.
manusia apabila dua orang bertemu maka interaksi sosial itu dimulai saat itu.
mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara satu sama lainnya.
sebagai makluk dalam hubungan sosial. 7 Dalam hubungan sosial ada beberapa
2. Adanya jalur unsur waktu, baik dalam bentuk sekarang ataupun waktu yang
akan datang.
3. Adanya unsur jarak misalnya seseorang dapat berhubungan dengan orang lain
4
Muhammad Ali Asrori, Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2010), 87.
5
Bonner dalam Garungan, Psikologi Sosial,(Bandung Fresco 2009), 62.
6
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada 2010),
55.
7
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta 1991), 53.
32
pikiran dan kemampuan berinteraksi secara personal maupun sosial. Karena itu
disebut sebagai makhluk yang unik, yang memiliki kemampuan sosial sebagai
komunitas Kristen. Ia tidak bercampur dalam komunitas yang lain sehingga sering
antar komunal baik atas nama etnis atau agama. Misalnya antara orang muslim
kelompok. Apabila dua orang bertemu lebih dari dua orang, bahkan mewakili
8
Burhan Bungin, Sosiologi Kominikasi, (Jakarta: Kencana Prenata Media Grup, 2006),
25.
33
pada berbagai faktor, di antaranya adalah faktor imitasi, sugesti, identifikasi dan
simpati. Yang dimaksud dengan imitasi adalah proses meniru tidak tanduk atau
perilaku orang lain. Proses ini menurut Soejono tidak selalu berdampak positif
karena bisa jadi yang ditiru adalah tindakan-tindakan yang menyimpang. Selain
itu, imitasi juga dapat melemahkan atau dapat mematikan pengembangan daya
kreasi seseorang. Demikian juga dengan sugesti yang hampir sama dengan imitasi.
Sementara idenfikasi dan simpati masih lebih baik karena memiliki ruang
terjadi akibat proses penyelesaian konflik yang mengalami jalan buntu sehingga
semua pandangan dan sikap akomodasi dalam suatu wadah untuk sementara
bawah ini memberikan pandangan soal bentuk interaksi sosial. Namun, jika
9
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), 65.
34
bentuk interaksi sosial. Menurut mereka ada dua macam proses yang timbul
1. Proses asosiatif (proses of association) yang terbagi dalam tiga bentuk khusus:
Sedangkan menurut Kimball Young ada tiga macam proses interaksi :11
beberapa fenomenam seperti: jarak sosial, perasaan simpati dan antipasti, identitas
10
Ibid, 65
11
Ibid, 65
35
dan frekuensi. Interaksi merupakan hubungan timbal balik antara satu dengan
yang lainnya. Individu berasal dari bahasa latin individuan yang artinya tidak
terbagi. Kata individu merupakan sebutan yang dipakai untuk menyatakan satu
kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Kata individu bukan berarti manusia
secara keseluruhan yang tidak dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan terbatas,
yaitu perorangan manusia. Menurut pendapat Lysen kata individu bukan berarti
manusia sebagai kesatuan keseluruhan yang tidak dapat dibagi melainkan sebagai
suatu kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan. Jadi individu
adalah dua orang atau lebih yang mempenyai tujuan yang sama untuk saling
ketika seorang guru sedang memberikan materi pelajaran dikelas kepada siswa-
siswanya, maka di sana telah terjadi interaksi antara individu dengan kelompok.
Contoh lain, seorang polisi yang sedang memberika pengaruhnya bahaya narkoba
12
Herimanto, Winarno. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), 41.
13
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), 75-
77.
36
kepada siswa di kelas. 14 Jadi, interaksi ini berlangsung antara individu dengan
kelompok.
antara kelompok dapat terjadi karena aspek etnis, ras, dan usia institusi, partai,
kalangan banyak suku bangsa Indonesia berlaku suatu tradisi yang telah
a. Pendorong
berlangsungnya suatu proses interaksi yang didasari berbagai faktor yang diluar
individu, seperti faktor imitasi, sugesti, idenfikasi, dan simpati. Faktor tersebut
14
Soerjono Soekanto, Sosilogi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada 2010),
62.
37
dapat bergerak sendiri secara terpisah maupun dalam keadaan bergabung. Empat
faktor yang menjadi dasar proses interaksi soasial adalah sebagai berikut:
1. Imitasi
faktor imitasi saja. Contoh jika di amati bagaimana seorang anak belajar berbicara,
ba-ba-ba atau la-la-la, yaitu guna melatih fungsi-fungsi lidah dan mulutnya untuk
2. Sugesti
Yang dimaksud sugesti di sini adalah pengaruh psyachis, baik datang dari
dirinya maupun dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa ada daya
kritik. Karena itu dalam psikologi sugesti ini dibedakan antara lain:
1. Auto-sugesti, yaitu sugesti terhadap diri yang datang dari dirinya sendiri.
dalam memengang peranan yang cukup penting. Banyak hari yang tidak
Sering individu merasa sakit-sakitan, walaupun secara objek tidak apa-apa. Akan
38
tetapi karena ada auto-sugesti maka individu merasa dalam keadaan yang tidalk
sehat, masih banyak lagi hal-hal yang disebabkan karena auto sugesti.
menonjol dari pada auto sugesti. Di mana banyak individu menerima sesuatu
sesuatu cara atau pedoman, pandangan, norma-norma dan sebagainya. Dari orang
lain tanpa adanya kritikan terlebih dahulu terhadap apa yang diterima. Misalnya
menyampaikan dengan baik, maka tanpa berpikir lebih lanjut orang yang
mendengarkan, tanpa lebih lanjut orang lain akan menerima apa yang diajukannya.
3. Identifikasi
4. Simpati
Simpati adalah perasaan tertarinya orang yang satu terhadap orang lain.
Simpati timbul tidak diatas dasar logis rasional, berdasarkan penilaian perasaan
seperti pada proses identifikasi. Bahkan orang dapat tiba-tiba merasakan tetarik
kepada orang lain dengan dirinya karena kesuluruhan cara-cara bertingkah laku
menerik baginya.17
5. Proses Disosiatif
15
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Rekana Cipta 1990), 58-59.
16
Siti Mahmudah, Psikologi Sosial, (Malang: UIN Malik Press, 2010), 74.
17
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta 1991), 63.
39
a. Persaingan (Competition)
Persaingan merupakan suatu proses sosial ketika ada satu pihak atau lebih
sangat terbatas.
berikut:
1. Persaingan Ekonomi
dengan julah konsumen. Persaingan merupakan salah satu cara untuk memilih
2. Persaingan kebudayaan
keinginan untuk diakui sebagai orang atau kelompok yang mempunyai kedudukan
18
Sofyan Ghalif. htt://iain-s.blogspot.com/2013/04islam-dan-interaksi-sosial.html, diakses
pada 13 juli 2015.
40
4. Persaingan Ras
kebudayaan. Misalnya sebelum perang Dunia Kedua, para guru berkulit putih
b. Kontravensi
sampai terjadi perselisihan secara terbuka. Menurut Leopold von Wiese dan
intimidasi.
Konflik berasal dari bahasa latin, yakni configere artinya saling memukul.
atau perbedaan antara dua kekuatan yang sering disertai intimidasi dan kekerasan
untuk saling menguasai. Hal ini disebabkan karena setiap individu ataupun
masyarakat memiliki tata nilai dan ukuran yang berbeda dalam memandang
sesuatu. Kondisi yang berbeda ini akan melahirkan cara pandang yang berbeda
pula. Perbedaan yang dapat menimbulkan konflik atau pertentangan antara lain:19
c. perbedaan kebudayaan
d. perbedaan kepentingan
19
Sofyan Ghalih,htt: //iain-s.blogspot.com/2013/04islam-dan-interaksi-sosial. html,
diakses pada 13 juli 2015
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN LAPANGAN
Pola interaksi sosial antar umat agama di Komplek Buddha Tzu Chi
1. Asosiatif
Proses sosial asosiatif adalah proses sosial yang di dalam realitas sosial
a. Kerja Sama
Pola interaksi sosial antar umat agama di Komplek Buddha Tzu Chi yang
selama ini berjalan dengan baik, di mana kerjasama yang terbangun selama ini di
Buddha Tzu Chi di mana kerjasama yang terjadi sangat terasa, misalnya ada
sebagian tetangga yang berbeda agama turut membantu ketika tetangga dalam
1
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi, (Jakarta:Kencana), 77.
2
Soerjono Soetanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), 65.
43
saat pesta sunatan, dan penikahan para umat non muslim juga ikut mendirikan
tenda bagi kaum laki-laki sedangkan kaum ibu-ibu membantu para ibu lainnya
memasak di dapur. Dalam hubungan kebudayaan hal ini sudah menjadi kebiasaan
adat Aceh dalam acara yang dilaksanakan dalam gampong, tentunya masyarakat
yang berbeda dengan masyarakat Aceh umumnya ikut berpastisipasi dalam hal
tersebut.4
Kerja sama sangat penting dalam kehidupan masyarakat hal ini dapat
dilihat bagaimana pola interaksi sosial antar umat agama di Komplek Buddha Tzu
Chi yang terjalin sangat bagus antar masyarakat muslim dan non muslim saling
berkerjasama yang terbagun selama ini dan bentuk kerjasama selama ini seperti
tradisional gotong royong dan saling menolong antar sesama. Pola interaksi
kerjasama dalam bentuk gotong royong dan tolong menolong inilah yang menjaga
Pola interaksi sosial antar umat agama di Komplek Buddha Tzu Chi yang
terjaga dengan baik, hal ini juga disebabkan masyarakat muslim dan non muslim
yang terjaga selama ini baik antara masyarakat maupun Pemerintah Gampong.
agama muslim sangat menjaga pola interaksi dengan masyarakat yang non
muslim hal ini dapat dilihat dengan adanya kearaban masyarakat sekitar dengan
3
Jika ada masyarakat muslim yang meninggal di Komplek Buddha Tzu Chi, masyarakat
non muslim hanya mengunjungi rumah duka.
4
Hasil Wawancara dengan Afifuddin, Keuchik Gampong Panteriek ( 4 September 2015)
5
Hasil Wawancara dengan Muliady, Imam Masjid Komplek Buddha Tzu Chi, ( 8
September 2015)
44
masyarakat agama lain saat melakukan gotong royong bersama di dalam Komplek.
interasksi sosial antar umat agama di Komplek Buddha Tzu Chi atas dasar
kerjasama dalam bentuk gotong royong dan tolong menolong antar sesama
2. Akomodasi
pertikaian atau konflik oleh pihak-pihak yang bertakai yang mengarah pada
a. Asimilasi
terjadinya asimilasi.8
6
Hasil Wawancara dengan Babiana Beragama Buddha, Masyarakat Komplek Budha Tzu
Chi (8 September 2015)
77
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi, (Jakarta:Kencana), 77.
8
J.Dwi Narwarko dan Bangong Suryanto, Sosiologi Pengantar dan Terapan, (Jakarta:
Kencana,2011), 62.
45
dalam Komplek Buddha Tzu Chi. Di mana masyarakat muslim maupun non
bantuan dari pemerintah seperti beras raskin dan bantuan lainnya para non muslim
tersebut. dari segi urusan admitrasi kantor juga tidak dipersulit. Bahka sering para
non muslim membuat surat keterangan tidak mampu, surat keterangan nikah, surat
keterangan kematian, surat keperluan beasiswa bagi anak-anak mereka yang ingin
mengurus beasiswa dan surat lainya yang mereka perlukan. Ketika ada rapat
gampong para non muslim juga ikut di undang untuk ikut serta dalam rapat
tersebut. 10
Sikap terbuka penguasa dalam hal ini Keuchik dan jajaran Pemerintahan
Gampong Panteriek Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh ini akan
atau antar individu dalam masyarakat dalam lingkup. Toleransi adalah suatu
9
Ibid, 63.
10
Hasil Wawancara dengan Afifuddin, Keuchik Gampong Panteriek, ( 4 September 2015)
46
kelompok atau golongan yang berbeda dalam masyarakat. Toleransi sering terlihat
agama.
rasa cinta antar sesama akan terjaga. Ketika melakukan penelitian penulis
kerukunan antar umat agama yang terjaga selama ini di dalam Komplek Buddha
Tzu Chi adalah menerima perbedaan-perbedaan yang ada sebagai suatu kenyataan,
dan dengan kerelaan menerima perbedaan itu, serta menghindari diri dari
sedangkan Ibu Babiana dengan anak laki-lakinya beragama Budha dan Protestan
mengikuti agama istrinya. Hal ini disebabkan mereka saling menjaga keyakinan
dan kepercayaan yang dianut dan beliau tidak mempermasalahkan agama apapun
Komplek Buddha Tzu chi belum pernah terjadi konflik antar masyarakat
agama, baik konflik yang didasari motif perbedaan agama maupun motif lainya.
Interaksi yang terjadi di Komplek Panteriek ini berjalan dengan sangat bagus,
11
Hasil Wawancara Dengan Ibu Babiana Beragama Buddha, Masyarakat Komplek
Budha Tzu Chi (8 September 2015)
47
terjalin sangat baik dalam hal pergaulan dengan masyarakat non muslim, manusia
sama lain. Pada tahun 1967 diadakan musyawarah antar umat beragama Presiden
bentuk sosialisasi yang damai dan tercipta toleransi agama. Keberagaman yang
Kerjasama antar umat beragama dalam ajaran Islam yang dipahami dalam
masyarakat muslim saja, akan tetapi masyarakat non muslim juga dapat bisa
bekerja sama dalam hal kebaikan Islam dapat diaplikasikan dalam masyarakat
menghargai perpedaan tersebut yang telah diberikan oleh Allah swt. Walaupun
berinteraksi selama ini tidak menganggu umat muslim maka selaku umat muslim
harus saling menghormati agama mereka anut. Dan yang harus mereka patuhi
adalah semua aturan yang telah diberlakukan di Kota Banda Aceh misalnya ketika
12
Hasil Wawancara Dengan Bapak Ajis Beragama Islam, Masyarakat Komplek Buddha
Tzu Chi (5 Oktober 2015)
13
Depaartemen agama RI, (Riuh di Beranda Satu Peta Kerukunan Umat Beragama di
Indonesia, Jakarta: Badan LItbang dan Diklat Keagamaan, 2003.)
48
bulan Ramadhan tidak boleh makan sembarangan di komplek ini seperti hari
biasanya di depan umum, walaupun mereka tidak berpuasa akan tetapi mereka
tentang agama. Apabila dilihat dari segi sosial mereka ikut membantu misalnya
dan dana untuk pembangunan tersebut. akan tetapi umat muslim boleh membantu
umat non muslim dalam hal misalnya, untuk pembangunan gereja, itu tidak
dibenarkan dalam Islam, karena memang sudah ada aturannya dalam agama
Islam.14
beragama yang terjadi di Komplek Buddha Tzu Chi selama sangat baik dilihat
dari hasil wawancara dari beberapa sumber yang mengatakan bahwa sanya
1. Pendorong
14
Hasil Wawancara dengan Usman, Keplor komplek Buddha Tzu Chi ( 6 Oktober 2015 )
49
suatu proses interaksi didasarkan pada berbagai faktor yang ada diluar individu,
seperti faktor imitasi, sugesti, idenfikasi, dan simpati. Faktor tersebut dapat
a. Imitasi
antara lain, faktor imitasi, sugesti, idenfikasi dan simpati. Faktor-faktor tersebut
Apabila masing- masing di tinjau secara lebih mendalam, faktor imitasi misalnya
mempunyai peran yang sangat penting dalam proses interaksi sosial. Salah satu
segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi
b. Sugesti
atau sesuatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak
lain.
c. Identifikasi
keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain.
d. Simpati
50
merasakan tertarik pada pihak lain. Di dalam proses ini perasaan memegang
peranan yang sangat penting, walaupun dorongan utama pada simpati adalah
Gampong Panteriek berupa kerjasama antar umat agama, maka dari itu terjadinya
gampong, sebagian non muslim juga ikut berpatisipasi dalam pelaksanaan acara di
gampong. Akan tetapi sebagian lagi tidak ikut serta dalam kegiatan tersebut di
karnakan sebagian masyarakat melakukan aktifitas lain. Selain itu, pihak non
sekitar yang tinggal dalam komplek maupun masyarakat Gampong Panteriek itu
dilaksanakan selama tujuh hari, masyarakat non muslim juga ikut serta membantu
kebutuhan masyarakat yang terkenak musibah dari segi tenaga juga sumbangan
dana, acara lain berupa kenduri sunat rasul, dan kenduri pesta perkawinan umat
15
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada 2010),
57-58.
51
kerjasama antar umat agama terjadinya interaksi masyarakat muslim dengan non
muslim.16
Dalam hal ini pendorong interaksi antara masyarakat muslim dengan non
muslim, disebabkan adanya peran dari perangkat gampong dari tingkat Keuchik
baik dalam kegiatan gotong royong maupun kegiatan keagamaan yang telah
adanya peran para ustazd yang mengikut sertakan masyarakat muslim untuk
muslim dengan non muslim di karenakan terciptanya kerukunan antar umat agama
dalam Komplek Buddha Tzu Chi merupakan adanya beberapa hal yaitu:
masyarakat pada umumnya mempunyai ilmu dan wawaasan yang luas. Nilai-nilai
16
Hasil Wawancara Dengan Bapak Afifuddin, Keuchik Gampong Panteriek ( 4
September 2015)
17
Hasil Wawancara Dengan Bapak Muliady, Imam Mesjid Komplek Buddha Tzu Chi
( Tanggal 8 September 2015)
18
Dalam hal ini pengajian tidak hanya di fokuskan pada kajian keislaman dalam
masyarakat muslim saja, tetapi juga di ajarkan kehidupan sosial, baik itu kajian kehidupan
bertetangga dengan non muslim dan juga masalah yang lainnya.
19
Hasil Wawancara dengan Ajis, Masyarakat Komplek Buddha Tzu Chi ( Tanggal 5
Oktober 2015)
52
karena saling memahami walau pun agama yang dianutnya berbeda-beda, rentan
damai dan tentram. Pola kehidupan yang masyarakat jalani merupakan dalam
masalah nilai-nilai sosial sangat tinggi. Misalnya, ketika hari lebaran apa bila bagi
mereka ada tetangga umat muslim itu mereka ikut bersilahturahmi kerumah
20
Hasil Wawancara dengan As Beragama Katolik, Masyarakat Komplek Buddha Tzu Chi
( Tanggal 6 Oktober 2015 )
21
Hasil Wawancara dengan Yeni Beragama Budha, Masyarakat Komplek Buddha Tzu
Chi ( Tanggal 7 Oktober 2015)
22
Hasil Wawancara dengan Asmawati Beragama Islam, Masyarakat Komplek Buddha
Tzu Chi ( Tanggal 7 Oktober 2015)
23
Hasil Wawancara dengan Fadli Beragama Islam, Masyarakat Komplek Buddha Tzu
Chi (Tanggal 11 Oktober 2015)
53
masyarakat sekitar.24
2. Penghambat
konservatif.
d. Adanya kepentingan pribadi dan kelompok yang sudah tertaman kuat (verted
interest)
24
Hasil Wawancara dengan Yah Wa Beragama Islam, Masyarakat Komplek Buddha Tzu
Chi (Tanggal 11 Oktober 2015)
25
Hasil Wawancara dengan Nas, Tokoh Pemuda Komplek Buddha Tzu Chi ( 13 Oktober
2015)
54
f. Prasangkat terhadap hal-hal baru atau asing, terutama yang berasal dari barat.
h. Adat dan kebiasaan tertentu dalam masyarakat yang cenderung sukar diubah.26
26
Sorjono Soekanto, Sosiologi Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada 2010), 286-
287.
27
Hasil Wawancara dengan Afifuddin, Keuchik Gampong Panteriek (Tanggal 4
September 2015)
28
Hasil Wawancara dengan Muliady, Imam Masjid Komplek Buddha Tzu Chi ( 8
September 2015)
29
Hasil Wawancara dengan Po Chen Beragama Protestan, Masyarakat Komplek Buddha
Tzu ( Tanggal 11 Oktober 2015)
55
muslim masih belum terbuka lebar dalam pergaulan dengan masyarakat non
Interaksi warga Banda Aceh khususnya dalam komplek Buddha Tzu Chi
sangat menjaga toleransi antar umat agama, jika dilihat selama ini belum pernah
terjadi komflik atas nama agama kehidupan di komplek berjalan dengan baik,
dalam kehidupan interaksi sosial antar umat agama masih belum maksimal ini
kehidupan hari-hari hal inilah masyarakat muslim dan non muslim kurang
muslim dengan non muslim saling berkaitan antara masyarakat muslim dengan
gampong seperti gotong royong, orang meninggal, pesta perkawinan dan pesta
30
Hasil Wawancara dengan Sinar, Masyarakat Komplek Buddha Tzu Chi (Tanggal 7
Oktober 2015)
31
Hasil Wawancara dengan Heri, Masyarakat Komplek Buddha Tzu Chi (Tanggal 11
Oktober 2015)
56
3. Analisa Penulis
Pada tahapan ini penulis ingin menganalisa pola interaksi sosial antar
agama yang terjadi di Komplek Buddha Tzu Chi Gampong Panteriek. Maka dari
ini penulis mencoba melihat masalah ini dari tiga sisi yaitu: sisi pola interaksi
sosial antar umat agama di Komplek Buddha Tzu Chi, sisi pendorong, dan sisi
Pertama, pola interaksi sosial antar umat agama yang terjadi di Komplek
Buddha Tzu Chi, dalam bentuk kerjasama yang sesama ini terjadi. Kerja sama
antar umat agama membawa perubahan pada masyarakat setempat. Ini dirasakan
oleh masyarakat dengan adanya ke akraban antara non muslim dengan muslim
ketika melakukan kerjasama yaitu gotong royong dan tolong menolong antar
sesama masyarakat yang tinggal di Komplek Buddha Tzu Chi. Dengan kita lihat
kerjasama yang terjalin selama ini di dalam masyarakat Komplek Buddha Tzu Chi
Kerjasama antar muslim dengan non muslim yang terjadi tidak jauh
Panteriek.
Dengan kita melihat kerjasama dalam budaya gotong royong dan tolong
menolong yang terjalin selama ini di dalam masyarakat Komplek Buddha Tzu Chi,
ini akan membawa perubahan ke arah yang positif bagi masyarakat setempat. Jika
57
budaya interaksi dalam bentuk kerjasama terus di jaga, akan terjadi toleransi antar
Komplek Buddha Tzu Chi sangat penting dalam kehidupan antar umat agama.
Sikap keterbukaan yang sudah diterapkan di Komplek Buddha Tzu Chi. Hal ini
akan membantu masyarakat non muslim mengurus hal-hal yang diperlukan baik
tersebut.
Tzu Chi baik dalam bentuk asimilasi maupun dalam bentuk akomodasi terus di
Komplek Buddha Tzu Chi, yang banyak terdapat non muslim ini akan terwujut
2. Faktor Pendorong
Pertama, faktor pendorong yang terjadi di Komplek Buddha Tzu Chi, tidak
jauh dengan faktor asimilasi dan akomodasi yang di jelas kandi atas. Partisipasi
masyarakat muslim setempat, dengan ikut mendorong proses interaksi sosial antar
sosial terus berperan aktif bekerjasama baik dalam segi membantu tetangga
terkenak musibah, pesta, bahkan dari segi bantuan dana dan tenaga.
58
Kedua, faktor pendorong yang terjadi di Kompek Buddha Tzu Chi, juga di
sebabkan dorongan dari perangkat Gampong Panteriek baik dari luar maupun dari
berpartisipasi dalam hal kerjasama dalam bentuk gotong royong maupun dalam
bentuk tolong menolong, meskipun masyarakat ada juga tidak ikut serta dalam
kegiatan gampong ataupun dalam komplek, hal ini juga di akibutkan kesibukan
sesamanya baik antar sesama muslim maupun non muslim untuk ikut
3. Faktor Penghambat
masih banyak terjadi, hal ini di akibatkan masih kurang responnya masyarakat
dalam kegiatan yang di selengarakan. Pada hal ini momen panting terjadinya
proses interaksi sosial antar umat agama di Komplek Buddha Tzu Chi.
Kebanyakan para non muslim seperti masyarakat etnis China ke banyakan mereka
59
masyarkat tersebut bisa ikut berpastisipasi dalam kegiatan gampong. Pada hal dari
Jadi, setelah penulis melihat pola interaksi sosial antar umat agama yang
terjadi di Komplek Buddha Tzu Chi. Penulis menarik kesimpulan dari analisis ini,
bahwa yang terjadi proses interaksi di Komplek Buddha Tzu Chi, dalam bentuk
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
membawa luka yang mendalam bagi rakyat Aceh, Nasional, dan dunia
Rehabilitasi dan Rekontruksi (BRR) Aceh dan berbagai lembaga bantuan lainnya.
Salah satu bantuan yang di bagun adalah Komplek Buddha Tzu Chi yang di bagun
oleh Yayasan Buddha Tzu Chi, Komplek tersebut terletak di Gampong Panteriek
bantuan bagi korban tsunami selesai dan ditempati bagi penduduk yang berbagai
latar belakang agama dan budaya. Bertambahnya penduduk yang yang berbagai
kembali sesama mereka dan juga terhadap masyarakat Gampong Panteriek yang
Berbagai latar belakang ras, etnis, suku, budaya, dan agama yang menetap
dan berinteraksi. Interaksi sosial merupakan inti dari proses sosial, yang
faktor imitasi, sugesti, indentifikasi dan simpati. Interaksi sosial paling kurang
konflik yang mengalami jalan buntu sehingga semua pandangan dan sikap
akomondasi dalam suatu wadah untuk sementara menunggu jalan keluar baru.
Pola interaksi sosial antar umat agama pada masyarakat komplek Buddha
Tzu Chi selama ini terjalin dengan baik, hal ini dengan adanya kerjasama antar
umat agama yang dalam partisipasi dalam kegiatan Gampong seperti gorong
perkawinan dan sunatan. Ini disebabkan umat muslim dan non muslim tidak yang
tinggal di Gampong Panteriek khususnya dalam komplek Buddha Tzu Chi tidak
masyarakat Komplek.
Pola interaksi sosial antar umat agama yang terjadi dengan masyarakat
muslim dengan masyarakat non muslim yang tinggal dalam Komplek Buddha Tzu
Chi yang berdasarkan aturan-aturan yang belaku dalam perintah Gampong dan
Buddha Tzu Chi berdasarkan kerjasama antar masyarakat muslim dengan non
baik, terciptanya interaksi yang baik juga akan membantu terjadinya toleransi
antar umat agama yang sangat aman damai di Kota Banda Aceh.
begitu juga non muslim masih kurang keterbukaan dan pergaulan dengan
sesamanya.
B. Saran
1. Interaksi sosial antar umat agama di masyarakat komplek Buddha Tzu Chi
2. Masyarakat komplek lebih banyak lagi berbaur dengan sesamanya dan juga
dengan warga gampong yang lebih dulu menetap di gampong tersebut supaya
interaksi sosial antar umat agama, supaya dapat memberi contoh dan
4. Diharapkan dari pemerintah Kota Banda Aceh diharapkan bisa ikut serta lebih
jauh lagi dalam menjaga kerukunan antar umat agama yang ada di Komplek
Badan Pusat Statistik Kota Banda Aceh, Statistik Daerah Kota Banda Aceh,
Banda Aceh: BPS Kota Banda Aceh, 2014.
Badan Statistik Kota Banda Aceh, Banda Aceh dalam Angka 2013, Banda Aceh :
BPS Kota Banda Aceh, 2014.
Data Laporan Bulanan Penduduk Kecamatan Lueng Bata tahun 2015, kantor
Keuchik Panteriek Kota Banda Aceh.
Elly M. Setiadi, kama A. Hakam, Ridwan Effendi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar,
Jakarta : Kencana Prenata Media Group, 2010.
3. Riwayat Pendidikan
a. SD I Suak Berembang Manggeng- ABDYA : Tahun Lulus 2005
b. SMPN 8 Darussalam- Banda Aceh : Tahun Lulus 2008
c. SMAN 5 Darussalam- Banda Aceh : Tahun Lulus 2011
d. UIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh : Tahun Lulus 2016
4. Pengalaman Organisasi
a. Anggota Palang Merah Remaja (PMR) SMPN 8 Darussalam (2007)
b. OSIS SMAN 5 Darussalam bagian HuMas (2009)
c. Anggota Pramuka SMAN 5 Darussalam (2009)
d. Anggota Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM) PC Meraxa (2007)
e. Ketua Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM) PC Kuta Alam (2007-2008)
f. Ketua Bidang Pengkaderan Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Kota Banda
Aceh (2008-2009)
g. Sekretaris Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Kota Banda Aceh (2010)
h. Ketua Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Kota Banda Aceh (2010-2011)
i. Anggota Bidang Pengkaderan Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Prov. Aceh
(2011-2012)
j. Anggota Bidang Advokasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Prov. Aceh
(2012-2014)
k. Ketua Bidang Organisasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Prov. Aceh (2014-
2016)
l. Anggota Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (Bemaf) Ushuluddin dan Filsafat
bagian HuMas (2013)
m. Wakil Ketua UKM Taekwondo UIN Ar-Raniry (2013/2014)
n. Sekretaris UKM Taekwondo UIN Ar-Raniry (2014/2015)
o. Anggota Bidang Pengkaderan Pemuda Muhammadiyah (2015- 2018)
p. Sekretaris Umum HAPKIDO Aceh (2016-2021)
Paska tsunami yang melanda sebagian besar wilayah Provinsi Aceh pada
sebagai dampak dari relokasi yang dilakukan oleh pemerintah melalui Badan
yang berada di sepanjang pesisir pantai barat dan timur Aceh rusak bahkan hilang
halaman dan tempat tinggalnya kemudian direlokasi ke daerah baru yang jauh dari
pantai.
layak lagi dihuni bahkan tidak dapat di jadikan tempat pemukiman penduduk
daerah yang telah dialokasikan oleh pemerintah dan didanai oleh berbagai
namun ada juga yang berdasarkan etnis, agama, bahkan dicampur tanpa
Budha Tzu Chi yang terletak di Gampong Panteriek Kecamatan Lueng Bata.
Komplek perumahan ini merupakan bantuan dari Yayasan Buddha Tzu Chi yang
berasal dari negara Taiwan yang di salurkan melalui cabang Yayasan Buddha Tzu
2
Chi Indonesia. Bantuan rumah yang dibagun oleh Yayasan Buddha Tzu Chi
berjumlah 750 rumah terdiri dari dua blok timur dan barat atau yang lebih dikenal
oleh masyarakat setempat dengan nama jalan Cinta Kasih Timur dan Cinta Kasih
Barat. Dalam dua jalan tersebut masing-masing mempunyai 12 lorong dan dalam
tentunya membawa perubahan sosial terhadap penduduk asli setempat dan juga
dinamika sosial bagi sesama masyarakat komplek itu sendiri yang memiliki latar
belakang yang berbeda terutama dari segi agama dan kebiasaan mereka lakukan
masyarakat pendatang.
Buddha Tzu Chi Kecamatan Lueng Kota Bata Banda Aceh, dan bagaimana
A. Rumusan Masalah
permasalahan penting yang dapat dirangkum dalam bentuk pertanyaan inti berikut
ini:
1. Bagaimana pola interaksi sosial antar umat agama di Komplek Buddha Tzu
2. Faktor-faktor apa saja yang mendorong terjalinnya interaksi sosial antara umat
agama di Komplek Buddha Tzu Chi Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh?
umat agama di Komplek Buddha Tzu Chi Kecamatan Lueng Bata Kota Banda
Aceh?
B. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pola interaksi sosial antar umat agama di komplek Buddha
2. Untuk mengetahuai faktor yang mendorong interaksi sosial antar umat agama
di Komplek Buddha Tzu Chi Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh.
3. Untuk mengetahui faktor yang menghambat interaksi sosial antar umat agama
di Komplek Buddha Tzu Chi Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh.
4
C. Me tode Penelitian
1. Jenis Penelitian
(field research) yaitu penelitian yang dilakukan dalam kancah sebenarnya, dengan
Fokus kajian penelitian ini ada pada pelaksanaan dari interaksi antar umat
agama sehingga dapat mengungkapkan relasi yang ada di antara perbedaan paham
2. Sumber Data
a. Sumber Primer
Data primer didapat langsung dari objek, yaitu warga Komplek Buddha
Tsu Chi kecamatan Lueng Bata, baik melalui wawancara maupun data lainya
lainnya yang dapat dijadikan referensi dan dianggap berkaitan dengan judul
1
Kartini Kartono, Pengantar Riset Sosial, (Bandung Manda Maju 1990), 32.
5
adalah:
metode penelitian yang menguraikan sifat atau karakteristik dari suatu fenomena
partisipasi sebagai pelengkap. Tujuan yang telah digariskan di atas akan dapat
dicapai melalui analisa yang akan ditempuh dengan cara menghubungkan data
dibandingkan serta dicari saling hubungannya. Dengan cara ini diharapkan akan
dengan teori pola interaksi sosial antara umat agama dengan melihat secara
langsung dinamika masyarakat muslim dan non muslim yang berada di Komplek
D. ISI
Pada tahapan ini penulis ingin menganalisa pola interaksi sosial antar
agama yang terjadi di Komplek Buddha Tzu Chi Gampong Panteriek. Maka dari
ini penulis mencoba melihat masalah ini dari tiga sisi yaitu: sisi pola interaksi
sosial antar umat agama di Komplek Buddha Tzu Chi, sisi pendorong, dan sisi
Pertama, pola interaksi sosial antar umat agama yang terjadi di Komplek
Buddha Tzu Chi, dalam bentuk kerjasama yang sesama ini terjadi. Kerja sama
antar umat agama membawa perubahan pada masyarakat setempat. Ini dirasakan
oleh masyarakat dengan adanya ke akraban antara non muslim dengan muslim
ketika melakukan kerjasama yaitu gotong royong dan tolong menolong antar
sesama masyarakat yang tinggal di Komplek Buddha Tzu Chi. Dengan kita lihat
kerjasama yang terjalin selama ini di dalam masyarakat Komplek Buddha Tzu Chi
Kerjasama antar muslim dengan non muslim yang terjadi tidak jauh
Panteriek.
Dengan kita melihat kerjasama dalam budaya gotong royong dan tolong
menolong yang terjalin selama ini di dalam masyarakat Komplek Buddha Tzu Chi,
ini akan membawa perubahan ke arah yang positif bagi masyarakat setempat. Jika
budaya interaksi dalam bentuk kerjasama terus di jaga, akan terjadi toleransi antar
Komplek Buddha Tzu Chi sangat penting dalam kehidupan antar umat agama.
Sikap keterbukaan yang sudah diterapkan di Komplek Buddha Tzu Chi. Hal ini
akan membantu masyarakat non muslim mengurus hal-hal yang diperlukan baik
tersebut.
Tzu Chi baik dalam bentuk asimilasi maupun dalam bentuk akomodasi terus di
Komplek Buddha Tzu Chi, yang banyak terdapat non muslim ini akan terwujut
2. Faktor Pendorong
Pertama, faktor pendorong yang terjadi di Komplek Buddha Tzu Chi, tidak
jauh dengan faktor asimilasi dan akomodasi yang di jelas kandi atas. Partisipasi
8
masyarakat muslim setempat, dengan ikut mendorong proses interaksi sosial antar
sosial terus berperan aktif bekerjasama baik dalam segi membantu tetangga
terkenak musibah, pesta, bahkan dari segi bantuan dana dan tenaga.
Kedua, faktor pendorong yang terjadi di Kompek Buddha Tzu Chi, juga di
sebabkan dorongan dari perangkat Gampong Panteriek baik dari luar maupun dari
berpartisipasi dalam hal kerjasama dalam bentuk gotong royong maupun dalam
bentuk tolong menolong, meskipun masyarakat ada juga tidak ikut serta dalam
kegiatan gampong ataupun dalam komplek, hal ini juga di akibutkan kesibukan
sesamanya baik antar sesama muslim maupun non muslim untuk ikut
3. Faktor Penghambat
masih banyak terjadi, hal ini di akibatkan masih kurang responnya masyarakat
dalam kegiatan yang di selengarakan. Pada hal ini momen panting terjadinya
proses interaksi sosial antar umat agama di Komplek Buddha Tzu Chi.
9
Kebanyakan para non muslim seperti masyarakat etnis China ke banyakan mereka
masyarkat tersebut bisa ikut berpastisipasi dalam kegiatan gampong. Pada hal dari
Jadi, setelah penulis melihat pola interaksi sosial antar umat agama yang
terjadi di Komplek Buddha Tzu Chi. Penulis menarik kesimpulan dari analisis ini,
bahwa yang terjadi proses interaksi di Komplek Buddha Tzu Chi, dalam bentuk
E. Kesimpulan
membawa luka yang mendalam bagi rakyat Aceh, Nasional, dan dunia
Buddha Tzu Chi yang di bagun oleh Yayasan Buddha Tzu Chi, Komplek
Banda Aceh.
bantuan bagi korban tsunami selesai dan ditempati bagi penduduk yang
H. Berbagai latar belakang ras, etnis, suku, budaya, dan agama yang menetap
J. Pola interaksi sosial antar umat agama pada masyarakat komplek Buddha
Tzu Chi selama ini terjalin dengan baik, hal ini dengan adanya kerjasama
antar umat agama yang dalam partisipasi dalam kegiatan Gampong seperti
dalam pesta perkawinan dan sunatan. Ini disebabkan umat muslim dan non
K. Pola interaksi sosial antar umat agama yang terjadi dengan masyarakat
perintah Gampong dan juga aturan adat yang berlaku di masyarakat Aceh.
membantu terjadinya toleransi antar umat agama yang sangat aman damai
muslim, begitu juga non muslim masih kurang keterbukaan dan pergaulan
12