3b154ef82f6bd18f11fa
3b154ef82f6bd18f11fa
3b154ef82f6bd18f11fa
Alamat:
Gedung Rektorat
Jl. Gajah Mada Teratai Muara Bulian
Batang Hari-Jambi 36612 Telp. (0743) 21749
Website: www.fpik.iainbatanghari.ac.id
Email: [email protected]
Facebook: Fpik Iai N Batanghari
Instagram: fpikiainbatanghari
2
PEDOMAN
PENULISAN SKRIPSI
Diterbitkan Oleh :
TIM PENYUSUN
S AMBUTAN REKTOR
K ATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengertian Skripsi ................................................................. 1
B. Dasar Pemikiran ..................................................................... 1
C. Tujuan Penyusunan Skripsi .................................................... 2
SUMBER RUJUKAN
LAMPIRAN
7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian Skripsi
Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang disusun oleh mahasiswa Program
Strata Satu (S.1), baik berdasarkan hasil penelitian lapangan (field research)
maupun penelitian kepustakaan (library research). Penulisan skripsi ini dipandang
penting, karena skripsi merupakan kulminasi karya akademik mahasiswa selama
mengikuti pendidikan program strata satu dan digunakan sebagai syarat terakhir
untuk memperoleh gelar sarjana.
Penulisan skripsi merupakan beban kurikulum yang harus dipenuhi
mahasiswa Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Institut Agama Islam
Nusantara Batang Hari Program Strata Satu (S.1) dengan bobot 6 SKS. Skripsi ini
adalah sebagai tugas akhir (final assigment) mahasiswa program strata satu (S1)
dengan mempertimbangkan keterbatasan kemampuan dari mahasiswa dalam
melakukan kegiatan.
B. Dasar Pemikiran
1. Skripsi merupakan salah satu bentuk karya ilmiah yang disusun mahasiswa
dalam rangka menyelesaikan studi program sarjana strata satu (S.1). Karya
tersebut menggunakan penalaran empirik dan non empirik dengan pendekatan
tertentu sesuai dengan bidang studi yang didalaminya.
2. Skripsi disusun berdasarkan hasil penelitian mandiri terhadap suatu masalah
yang dilakukan secara seksama dan terbimbing. Penelitian dimaksud
dilaksanakan dengan memenuhi prinsip metodologi ilmiah di bawah
bimbingan dosen pembimbing yang memenuhi syarat akademik.
3. Skripsi harus mencerminkan tingkat akademik dan penguasaan keilmuan yang
kualitatif. Hal ini diharapkan dapat membawa citra akademik yang baik bagi
Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Institut Agama Islam Nusantara
Batang Hari.
1
2
A. Ketentuan Umum
1. Setiap mahasiswa program sarjana strata satu (S.1) pada semua jurusan/prodi
di Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Institut Agama Islam Nusantara
Batang Hari wajib menyusun skripsi untuk mengakhiri studinya. Khusus
Jurusan/Prodi Tadris Bahasa Inggris Skripsi ditulis dalam bahasa Inggris.
2. Tema skripsi diangkat dari permasalahan yang sesuai dengan disiplin
jurusan/prodi yang ditekuni mahasiswa.
3. Jenis Penelitian digunakan adalah Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, Penelitian
Kepustakaan dan Penelitian Tindakan Kelas.
4. Skripsi ditulis dalam bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya 60 halaman
diketik 1,5 spasi pada kertas A4 80 gram.
5. Struktur, isi dan format skripsi disusun berdasarkan Buku Pedoman penulisan
Skripsi ini.
6. Untuk kepentingan akademik serta pengendalian mutu, maka skripsi
mahasiswa diuji dan dipertahankan secara ilmiah di depan Tim Penguji Skripsi.
B. Persyaratan Umum
Skripsi yang memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana
Strata Satu (S.1) pada Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Institut Agama
Islam Nusantara Batang Hari adalah :
1. Karya asli dari hasil penelitian ilmiah yang mahasiswa bersangkutan yang
berkualitas tinggi.
2. Menunjukkan kemampuan dan kemandirian mahasiswa dalam penemuan,
aplikasi dan pengembangan teori dalam bidang tertentu.
3. Mempunyai nilai manfaat yang tinggi bagi pengembangan teori atau pendidikan
dalam bidang tertentu.
4. Ditulis dengan sistematika dan teknik penulisan yang sesuai dengan buku
pedoman ini.
3
4
C. Persyaratan Ilmiah
Syarat ilmiah pengajuan judul proposal skripsi harus dilihat dari
beberapa aspek, seperti aspek mahasiswa, dosen pembimbing dan penelitian.
1. Aspek Mahasiswa
Mahasiswa tersebut harus mampu mempresentasikan proposal/karya ilmiah
yang dibuat secara mandiri (hasil penelitian sendiri) secara baik, memiliki
kejelasan masalah, dan dapat mempertanggung jawabkan secara ilmiah.
2. Aspek Dosen
Dosen pembimbing hendaknya menguasai metodologi penelitian secara
memadai, sehingga tidak mematikan kreativitas dan korehensi penelitian
mahasiswa
3. Aspek Penelitian
Mahasiswa atau peneliti membekali diri dengan sejumlah kemampuan
metodologis penelitian, sehingga memungkinkan untuk lebih menguasai aspek-
aspek penelitian yang harus dikuasai terlebih dahulu sebelum melakukan
penelitian.
2. Skripsi
Untuk halaman skripsi minimal 60 halaman Demikian juga halaman skripsi
harus memiliki keseimbangan halaman terdiri atas :
Bab I : 10 %
Bab II : 23%
Bab III : 15%
Bab IV : 45%
Bab V : 7%
Bagian Isi tidak termasuk, Preliminary, daftar pustaka dan lampiran. Jumlah
Referensi dalam penulisan Skripsi minimal 25 buku, dan dari internet hanya
diperbolehkan 20% dari jumlah referensi buku.
Klasifikasi daftar pustaka meliputi: 1. Sumber Al Qur‟an, Hadist, Maqol; 2.
Sumber Buku Referensi; 3. Sumber Karya Ilmiah/Jurnal yang sudah dipublikasikan,
Skripsi/Tesis/Disertasi; 4. Sumber Internet
2. Dosen tetap program studi yang memiliki NIDN dan Jabatan Fungsional
minimal berpendidikan S.2 yang berpangkat minimal Asisten Ahli (III/b) atau
sarjana S.1 yang berpangkat lektor (III/c).
6. Bimbingan dilakukan secara sistematis berkesinambungan yang rincian
pelaksanaanya diatur tersendiri oleh mahasiswa dan dosen pembimbing
7. Secara berkala pembimbing melakukan verifikasi kemajuan dan hasil penelitian
yang telah dicapai oleh mahasiswa.
8. Dalam kondisi tertentu Rektor berdasarkan pertimbangan dan masukan dapat
membuat kebijakan sendiri dalam pelaksanaan bimbingan skripsi, termasuk
mengganti pembimbing skripsi jika terjadi ketidaksesuaian antara mahasiswa
dan pembimbing yang dikhawatirkan menghambat penyelesaian penyusunan
skripsi mahasiswa yang bersangkutan.
7
8
riset.
3. Mahasiswa yang akan mengujakan izin riset, terlebih dahulu mengisi form yang
telah disediakan oleh pihak akademik.
4. Form yang telah lengkap diajukan ke bagian akademik untuk dikeluarkan surat
pengantar izin riset yang ditanda tangani oleh Rektor melalui Wakil Rektor I
untuk di teruskan ke Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPTSP) di wilayah
penelitian masing-masing.
5. Setelah mahasiswa mendapatkan surat izin riset dari BPTSP, selanjutnya
menyerahkan salinannya ke bagian akademik sebanyak satu lembar.
e. Tujuan proposal adalah untuk menyusun skripsi dalam program studi strata
satu (S.1) pada Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Institut Agama Islam
Nusantara Batang Hari
f. Nama Mahasiswa ditulis dengan lengkap, tanpa disingkat dibawah nama
dicantumkan NIM.
g. Judul yang dibahas masih dalam jangkauan kemampuan, waktu, dan biaya
yang dimiliki peneliti, serta tersedianya bahan atau data secukupnya untuk
10
1) Asas manfaat, dan memberi suatu yang baru. Artinya, pemecahan masalah
itu akan menghasilakn sesuatu yang berguna, yang berarti, penting. Asas
signifikasi akan lebih tinggi nilainya jika pemecahan itu menghasilkan sesuatu
yang baru.
12
2) Menarik dan mampu dilaksanakan peneliti. Asas ini penting sebab akan
mendorong peneliti mengerjakan secara sungguh-sungguh. Sulit dibayangkan
jika peneliti melakukan sesuatu yang dia sendiri tidak tertarik. Namun peneliti
harus mengukur kemampuan diri dalam menjawab permasalahan itu.
3) Tersedianya data, bahan dan kemungkinan analisisnya. Kesulitan yang sering
dihadapi peneliti adalah tidak tersedianya data dan bahan. Oleh karena itu
sebelum menetapkan masalah, aspek ini hendaknya diperhatikan.
4) Spesifik, khas, dan unik. Asas ini berasumsi, bahwa masalah yang terlalu
umum dan luas akan mengakibatkan batasan masalah tidak jelas.
Persoalan lain yang juga perlu diperhatikan dalam pemilihan masalah
adalah:
1) Apakah benar masalah yang tentukan itu belum dicari jawabanya? (Orisinalitas
Masalah)
2) Apakah masalah yang ditentukan itu benar-benar menarik pada waktu
penelitian dikerjakan? (Aktualitas Masalah)
3) Apakah masalah ditentukan itu memenuhi jawaban lima macam kata ganti
penanya secara retoris: apa, dimana, mengapa, bilamana, dan bagaimana?
(Filosofi Keilmuan).
4) Apakah masalah yang dipilih itu mempunyai relevansi dengan gerak
pembangunan? (Relevansi dan atau Manfaat praktis).
5) Apakah dana yang tersedia cukup memadai untuk mencari jawaban masalah
yang ditentukan sehingga dapat menghasilakan suatu pengetahuan yang
bulat? (tersedianya dana).
b. Batasan Masalah
Batasan masalah merupakan batasan dari masalah agar bahasan yang
akan dilakukan peneliti tidak terlampau melebar sehingga bisa dibilang peneliti
harus fokus agar peneliti tidak keluar dari jalur bahasan yang telah ditetapkan sejak
awal, akan tetapi membatasi masalah yang dibuat harus didasarkan dengan alasan
yang tepat, jangan sampai batasan masalah mempersempit ruang lingkup peneliti
sehingga Penelitian yang dilakukan kurang informatif. Sebaiknya pembatasan
masalah harus memiliki alasan yang kuat.
13
c. Rumusan Masalah.
Perumusan masalah berisi fokus persoalan yang lebih rinci, mengenai apa
yang akan diteliti. Setelah pokok masalah dipilih dan ditemukan, peneliti
merumuskan masalah tersebut dalam pernyataan diskriptif atau dalam bentuk
kalimat tanya. Perumusan semacam ini diperlukan oleh karena sebuah topik
terkadang dapat dijadikan dua, tiga atau empat tulisan berbeda. Masing-masing
tulisan dengan topik yang semuanya dapat memiliki pokok pikiran yang berbeda.
Rumusan masalah disusun berdasarkan pokok (dan atau pilihan) masalah
yang sudah ditetapkan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perumusan
masalah adalah:
1) Disusun dalam bentuk kalimat tanya atau kalimat pernyataan (statemen).
2) Memuat suatu ungkapan permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi.
3) Memberikan gambaran masalah spesifik untuk diteliti dari sudut suatu disiplin
ilmu.
4) Mencerminkan kemungkinan cara memperoleh jawaban yang akan didapat.
Misalnya, secara implisit (samar tak langsung) tergambar bahwa penelitian
yang akan dilakukan adalah penelitian lapangan atau kepustakaan, akan
menguji sebuah teori-teori hipotesis (atau mengembangkan teori hipotesis),
atau hendak menemukan teori dan hipotesis baru.
d. Identifikasi masalah
Identifikasi masalah merupakan upaya untuk mengelompokkan,
mengurutkan sekaligus memetakkan masalah-masalah tersebut secara sistematis
berdasarkan keahlian bidang peneliti. Bila daftar pertanyaan telah dibuat dan
disusun sesuai urutan yang paling mendasar, maka perlu dipilih dan ditemukan
(identifikasi) masalah yang baik untuk dilakukan penelitian dan dicari jawabannya.
Baik tidaknya suatu masalah yang diteliti tergantung ketajaman dan kemandirian
(kepekaan, kesiapan dan ketekunan) peneliti yang bersangkutan. Identifikasi
masalah perlu memperhatikan apakah masalah/ fokus yang dipilih cukup: (1)
esensial/ menduduki urutan paling penting diantara masalah-masalah yang ada, (2)
urgen/mendesak untuk dipecahkan, (3) bermanfaat bila dipecahkan.
14
jelas dan ilmiah (didukung oleh pendapat para ahli) sebelum peneliti membuat
kesimpulan tentang masing-masing variabel yang dan diharapkan mampu
menjelaskan permasalahan dan hubungan antar variabel yang diteliti.
langkah-langkah menyusun landasan teori adalah sebagai berikut :
1. Uraian yang dipaparkan dalam bagian ini yaitu kerangka acuan yang
dikemukakan berdasarkan ringkasan dan tinjauan teori-teori yang erat
hubungannya dengan masalah yang diteliti, baik yang sejalan yang mendukung
maupun yang berbeda dari teori yang digunakan.
2. Pada dasarnya uraian teoritik yang dikembangkan dalam bagian ini adalah
penjelasan atau kajian teoritik dari masing-masing variabel yang diteliti.
3. Bahan kajian tersebut dapat ditemukan dari beberapa sumber seperi buku teks,
jurnal, makalah seminar, internet, dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya.
4. Kutiplah beberapa teori yang berkaitan dengan variabel X atau kemampuan yang
akan ditingkatkan.
5. Kutiplah beberapa teori yang berkaitan dengan variabel Y atau metode atau
model pembelajaran atau bisa juga solusi lain yang bisa kita tawarkan.
yang diteliti)
3) Aspek kemashlahatan penelitian–proyek (pendekatan ini lebih
menitikberatkan kepentingan penelitian yang dilaksanakan)
4) Aspek penelitian akademis (pendekatan ini adalah pintu gerbang seseorang
untuk menyelesaikan studi di perguruan tinggi)
1) Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada
responden. Jawaban responden atas semua pertanyaan dalam kuesioner
kemudian dicatat/direkam
2) Observasi
Pengamatan melibatkan semua indera (penglihatan, pendengaran,
penciuman, pembau, perasa). Pencatatan hasil dapat dilakukan dengan bantuan
alat rekam elektronik
3) Wawancara
Pengambilan data melalui wawancara /secara lisan langsung dengan
sumber datanya, baik melalui tatap muka atau lewat telephone, teleconference.
Jawaban responden direkam dan dirangkum sendiri oleh peneliti.
4) Dokumen
Pengambilan data melalui dokumen tertulis maupun elektronik dari
lembaga/institusi. Dokumen diperlukan untuk mendukung kelengkapan data yang
lain.
Pada bagian ini dimuat teknik analisis data yang digunakan dalam
mengolah data penelitian serta alasan penggunaannya.
A. Bagian Awal
Bagian awal skripsi mencakup halaman judul, lembar logo, nota
dinas,pernyataan orisinalitas, pengesahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi,
daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.
1. Halaman Sampul Depan
Halaman sampul depan memuat: judul skripsi, tulisan skripsi, , lambang IAI
Nusantara Batang Hari nama penulis dan NIM, tulisan Yayasan Pendidikan Islam
dan Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Institut Agama Islam Nusantara
Batang Hari, serta tahun penyelesaian skripsi.
• Judul skripsi dibuat sesingkat-singkatnya sebagaimana dijelaskan dalam
usulan/proposal skripsi.
• Tulisan skripsi dengan huruf besar dan tebal.
• Lambang IAI Nusantara Batang Hari sebagaimana dalam lampiran
• Nama mahasiswa ditulis lengkap (tidak boleh memakai singkatan) dan NIM
dicantumkan di bawahnya.
2. Halaman Judul
Halaman judul memuat: judul skripsi, tulisan skripsi, maksud pengajuan
skripsi, nama penulis dan NIM, lambang IAI Nusantara Batang Hari Nama instansi
23
24
lulus setelah nama, diakhiri dengan titik. Judul skripsi dicetak miring dan diketik
dengan huruf kecil (kecuali huruf-huruf pertama dari setiap kata) dan diakhiri dengan
titik. Kata Skripsi ditulis setelah judul dan diakhiri dengan koma diikuti dengan nama
program studi (tidak boleh disingkat), nama perguruan tinggi (tidak boleh disingkat)
dan diakhiri dengan titik.
Berikutnya, dicantumkan kata kunci berkisar antara tiga sampai lima kata.
Kata kunci diperlukan untuk komputerisasi sistem informasi ilmiah, dengan kata
kunci ditemukan judul-judul skripsi dengan mudah.
Selanjutnya, teks abstrak disajikan secara singkat/ padat inti sari skripsi
yang mencakup latar belakang, masalah yang diteliti, metode yang digunakan,
hasil-hasil yang diperoleh, kesimpulan yang ditarik dan saran yang diajukan (jika
ada). Dan abstrak diketik 1 spasi.
7. Persembahan
Persembahan ditulis dengan kalimat singkat dan mengenai sasaran.
8. Kata Pengantar
Kata pengantar mengandung uraian singkat tentang maksud skripsi,
penjelasan tentang hambatan/kekurangan, dan ucapan terima kasih (kepada
Dekan dan para akademisi IAI Nusantara Batang Hari pembimbing dan kepada
semua pihak yang ikut membantu penyelesaian skripisi. Dalam kata pengantar
tidak terdapat hal-hal yang bersifat ilmiah dan tidak boleh memuat kata-kata yang
bersifat mencemooh atau mengejek kepada siapapun, khususnya lembaga.
9. Daftar Isi
Daftar isi dimaksudkan untuk memberi gambaran secara menyeluruh
tentang isi dan sebagai petunjuk pagi para pembaca yang ingin langsung melihat
suatu bab atau sub bab judul. Di dalam daftar isi tertera urutan judul, sub judul, dan
anak sub judul disertai dengan nomor halamannya.
10. Daftar Tabel
Jika dalam skripsi terdapat banyak tabel, perlu ada halaman daftar tabel
yang memuat nomor tabel, judul tabel serta halaman untuk setiap tabel. Judul tabel
harus sama dengan judul tabel yang terdapat dalam teks. Judul tabel yang
memerlukan lebih dari satu baris diketik dengan spasi tunggal. Antara judul tabel
yang satu dengan yang lainnya diberi jarak 1,5 spasi. Tetapi kalau hanya ada
26
B. Bagian Utama
Bagian utama skripsi memuat bab-bab: pendahuluan, landasan teori,
metodologi penelitian, hasil penelitian, pembahasan, kesimpulan dan saran-saran.
1. Bab I Pendahuluan
Bab pendahuluan merupakan bab pertama dari skripsi, yang berfungsi
mengantarkan pembaca untuk dapat mengetahui apa yang diteliti, bagaimana dan
mengapa penelitian itu dilakukan.
Pada dasarnya isi uraian dalam bab ini sama dengan isi uraian dalam
proposal penelitian., kecuali kajian pustaka/landasan teori harus dijabarkan lebih
luas dalam bab tersendiri. Metodologi penelitian boleh dijadikan dalam bab
tersendiri agar lebih luas rinciannya, jika dalam bab pendahuluan dijelaskan
secara ringkas.
Jenis penelitian, bila dilihat dari obyek penelitiannya dapat dibedakan
menjadi dua Jenis, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library Research/literer) dan
Penelitian Lapangan (Field Research). Bila dilihat dari model atau pendekatan yang
digunakan, dapat dibedakan menjadi dua model, yaitu Penelitian Kualitatif dan
Penelitian Kuantitatif. Pada masing-masing jenis maupun modelnya, penelitian
menuntut kontruksi outline yang berbeda, sehingga susunan isi secara rinci dalam
bab pendahuluan sangat bervariasi, sesuai dengan tipe penelitian yang
digunakan dalam menyusun skripsi tersebut. Karena itu, mahasiswa perlu sekali
memahami perbedaan susunan isi skripsi model kualitatif dan model kuantitatif.
27
5. BAB V Penutup
a. Kesimpulan merupakan pernyataan singkat dan tepat yang disarikan dari hasil
penelitian dan pembahasan untuk membuktikan kebenaran temuan atau
hipotesis.
b. Implikasi merupakan konsekuensi logis dari kesimpulan penelitian yang yang
ditindaklanjuti dengan upaya perbaikan
c. Rekomendasi adalah tentang perlunya penelitian lanjutan dan implementasi
temuan penelitian tersebut dalam pemecahan masalah praktis
d. Saran dibuat berdasarkan hasil temuan dan pertimbangan penulis, ditujukan
kepada para pengelola obyek penelitian dan kepada peneliti dalam bidang
28
6. Bagian Akhir
Bagian akhir memuat daftar pustaka dan lampiran.
a. Daftar pustaka disusun seperti pada usulan penelitian (proposal).
b. Lampiran.
Lampiran dipakai untuk menempatkan data atau keterangan lain yang
berfungsi untuk melengkapi uraian yang telah disajikan dalam bagian utama
skripsi.
BAB V
TEKNIK PENULISAN SKRIPSI
B. Pengetikan
Pada pengetikan disajikan: jenis dan ukuran huruf, bilangan dan satuan
jarak baris, batas tepi, pengisian ruangan, alenia baru, permulaan kalimat, judul
dan sub judul, perincian kebawah, dan letak simetris.
1. Jenis Dan Ukuran Huruf
a. Naskah diketik dengan huruf Arial font 12 dan untuk seluruh naskah memakai
jenis huruf yang sama dan untuk foot note dengan huruf Arial font 10.
b. Huruf miring digunakan untuk tujuan tertentu seperti, menulis judul buku, jurnal,
majalah, bahasa asing dan lainnya.
c. Lambang, huruf Yunani, atau tanda-tanda yang tidak dapat diketik, harus ditulis
dengan rapi memakai tinta hitam.
2. Jarak Baris / Spasi
Jarak antara baris pengetikan naskah adalah 1,5 (Satu koma Lima) spasi.
Pengetikan judul tabel dan judul gambar yang lebih dari satu baris adalah 1 (satu)
29
30
5. Pengisi Ruangan
Ruangan yang terdapat pada halaman naskah harus diisi penuh, artinya
pengetikan harus dimulai dari batas tepi kiri sampai batas tepi kanan, dan jangan
sampai ada ruangan yang kosong, kecuali kalau akan memulai dengan alinea baru,
penamaan tabel, gambar, sub judul, atau hal-hal yang khusus.
31
miring juga digunakan untuk istilah, kosa kata, kalimat, dan transliterasi bahasa
asing atau bahasa daerah. Huruf miring bisa diganti dengan pemberian garis
dibawah huruf yang harus dimiringkan, akan tetapi keduanya tidak boleh
dikombinasikan dengan kata lain harus konsisten.
c. Penyajian Tabel
1) Nomor tabel, ditempatkan setelah kata tabel diikuti dengan judul dan ditulis
simetris, tanpa diakhiri dengan titik, dan pisisinya berada pada tengah halaman
bagian atas tabel dengan jarak baris 1 (satu) spasi.
2) Tabel tidak boleh dipenggal, kecuali jika memang panjang. Sehingga tidak
mungkin diketik dalam satu halaman. Pada halaman lanjutan tabel,
dicantumkan nomor tabel dan kata lanjutan, tanpa judul tabel.
3) Kolom-kolom diberi nama, sehingga pemisahan tabel tersebut cukup jelas.
4) Kalau tabel lebih besar dari ukuran kertas, sehingga harus dibuat memanjang
kertas, maka judul tabel harus diletakkan disebelah kiri kertas.
5) Tabel yang lebih dari 2 halaman harus dilipat, ditempatkan pada lampiran.
Contoh format tabel :
Tabel 1.
Jumlah Lulusan MAN Batang Hari
Tahun 2011-2016
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
33
Tabel 2.
Perbandingan Lulusan MAN Batang Hari Tahun 2010-2016 Yang Melanjutkan ke
PerguruanTinggi Umum dan Perguruan Tinggi Agama
d. Penyajian Gambar
Gambar sebaiknya disajikan dalam satu halaman. Pengertian gambar disini
meliputi foto, grafik, diagram, skema, peta, bagan dan sejenisnya. Tulisan, nomor
dan nama gambar ditempatkan dibawah gambar ditengah margin kiri dan kanan,
dengan jarak baris 1 (satu) spasi. Tulisan dan nama gambar mempergunakan huruf
kecil, kecuali huruf pertama setiap kata selain kata sandang. Sumber pengambilan
gambar (jika ada) ditempatkan dibawahnya.
e. Penggunaan Bahasa
Bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia yang baku atau
berpedoman kepada Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan pola kalimat efektif.
Pemilihan kata hendaklah berpedoman pada kamus bahasa Indonesia. Bagi
mahasiswa yang menulis skripsi dengan Menggunakan bahasa Inggris dan
bahasa Arab, maka harus menggunakan bahasa baku dari bahasa yang
digunakan.
Kalimat-kalimat tidak boleh menampilkan orang pertama dan orang kedua
(saya, kami, engkau, dan lain-lainnya), tetapi dibuat bentuk pasif atau
menggunakan kata penulis atau peneliti, sebagai ganti dari kata “saya”.
Istilah yang dipakai adalah istilah Indonesia yang sudah lazim atau yang
sudah di indonesiakan. Jika terpaksan harus memakai istilah asing, bubuhkan garis
34
bawah atau cetak miring pada istilah itu. Penggunaan kata penghubung, kata
depan, tanda baca, dan lain-lainnya berpedoman pada aturan baku yang
digunakan.
e. Penempatan catatan kaki tidak boleh melampau margin bawah. Jadi, tulisan
catatan kaki paling akhir pada suatu halaman berjarak 3 cm dari sisi kertas
terbawah dan lebih tinggi 0,5 spasi dari teks.
f. Sumber buku kutipan yang menjadi referensi adalah 10 tahun terakhir dan satu
buku hanya boleh dikutip maksimal tiga kali
g. Nama pengarang ditulis sesuai dengan aslinya (tidak mendahulukan nama
belakang). Segenap gelar akademik yang berada didepan dan/atau dibelakang
nama seseorang tidak dicantumkan dalam catatan kaki.
1) Contoh: Buku dengan 1 orang pengarang
1
M. Quraish Shihab, Wawasan Alquran (Bandung: Mizan, 2008), hal. 97
2
Ahmad Hanafi, Pengantar Teologi Islam (Jakarta: Pustaka al- Husna, 2009),
hal. 142
Pengarang pada catatan kaki nomor 1 sebenarnya memiliki gelar Prof. Dr.
H.M. Quraish Shihab, MA. Akan tetapi, gelar nama pengarang tidak boleh
dicantumkan pada catatan kaki.
2) Buku dengan dua Pengarang
1
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Komseling (Jakarta:
Rineka Cipta, 2004), hal. 104-7
1
Amri Amir, Junaidi, dan Yulmardi, Metodologi Penelitian Ekonomi dan
Penerapannya (Bogor: IPB Press, 2009), hal. 120
1
Dadang Suhardan et al., Manajemen Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2008),
262
36
h. Catatan kaki dengan sumber buku teks yang pertama digunakan (nomor 1)
ditata dalam urutan: nama penulis (ditulis sesuai aslinya tanpa mendahulukan
nama akhir), tanda koma, judul buku (ditulis dalam cetakan miring (Italic) atau
digaris bawahi perkata jika menggunakan ketik manual), kurung buka, tempat
kota terbit, titik dua, nama penerbit, tanda koma, tahun penerbitan, kurung
tutup, tanda koma, nomor halaman, dan tanda titik.
Contoh:
1
Mitsuo Nakamura, The Crescent Arises Over Bayan Tree: A Study of the
Muhammadiyah Movement in a Central Javanese Town (Yogyakarta:
Gajahmada Press, 2009), hal. 45.
1
Mitsuo Nakamura, The Crescent Arises Over Bayan Tree: A Study of the
Muhammadiyah Movement in a Central Javanese Town (Yogyakarta:
Gajahmada Press, 2012), hal. 45.
2
Ibid., hal. 32
3
Ibid. (untuk buku karangan dan halaman yang sama).
i. Menggunakan Op. Cit., (Opera Citatum), yaitu pengulangan kutipan pada buku
yang sama, halaman berbeda dan telah diselingi oleh sumber kutipan yang
lain.
Contoh :
1
Nana Sudjana, Tuntutan Penyusunan Karya Ilmiah: Makalah Skripsi-Tesis-
Desertasi (Bandung: Sinar Baru, 2009), hal. 105.
2
Mitsuo Nakamura, The Crescent Arises Over Bayan Tree: A Study of the
Muhammadiyah Movement in a Central Javanese Town (Yogyakarta:
Gajahmada Press, 2010), hal. 45.
3
Sudjana, Op. Cit., hal. 107
37
j. Menggunakan Loc. Cit., (Loco Citatum), yaitu pengulangan kutipan pada buku
yang sama, dan tempat halaman juga sama yang diselingi oleh sumber kutipan
lain. Contoh :
1
Nana Sudjana, Tuntutan Penyusunan Karya Ilmiah: Makalah Skripsi-Tesis-
Desertasi (Bandung: Sinar Baru, 2008), hal. 105.
2
Mitsuo Nakamura, The Crescent Arises Over Bayan Tree: A Study of the
Muhammadiyah Movement in a Central Javanese Town (Yogyakarta:
Gajahmada Press, 2008), hal. 45.
3
Sudjana, Loc. Cit., hal. 105
k. Kutipan dari makalah yang dipublikasikan pada sebuah majalah, koran, atau
disampaikan diforum ilmiah, dituliskan di dalam majalah apa/koran apa, atau
disampaikan diforum apa, dengan memberi tanda petik pada judul karangan dan
tanda cetak miring pada majalah atau koran.
Contoh:
1
Mukhtar Latif, “Jambi Belum Siap Hadapi Masyarakat Ekonomi Asean”, Jambi
Independen, 8 Agustus 2015, hal.1.
1
Muhammad Bachrum,” MUI ditengah Pergulatan Islam Wasathiyah”, Panji
Masyarakat” Tahun XV No.8, Agusus 2015, hal.22-23.
1
Tu, T. (2006). Preschool Science Environment: What is Available in a
Preschool Classroom? Early Childhood Education Journal, 33 (4), 245-251.
2
Hapsari, R.D., Yulianti,D., Susanto, H (2013). Implementasi Bermain Sambil
Belajar untuk Mengembangkan Minat dan Karakter Siswa Taman Kanak-kanak
(TK) Kartini I Musuk Boyolali, Unnes Physics Education Journal. 2 (1)
38
Contoh:
1
Desmarini, Komunikasi Guru dan Orang tua dalam Mengembangkan Potensi
Multiple Intelligence di Tk Islam AS-salam, Tesis Magister PPs IAIN STS
SaifuddinJambi,2011
1
Observasi, TK Tunas Harapan, 25 Februari 2019
Contoh:
1
Kepala Sekolah MTs.N Bajubang, Mukhtar, M.Pd, Wawancara, 10 Maret 2019,
Jambi, Rekam Handphone, Tunjangan Sertifikasi Guru.
1
Dokumentasi, MTs.N Bajubang, 20 Februari 2019
Contoh 1 Pengarang :
Ahmad Azhar Basyir. Refleksi Atas Persoalan Ke-Islaman. Bandung: Mizan,
2008.
40
b. Untuk penulisan daftar pustaka yang lebih dari satu pengarang adalah sebagai
berikut:
Contoh 2 Pengarang :
Prayitno dan Erman Amti. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.
Jakarta: Rineka Cifta, 2004.
Contoh 3 Pengarang :
Amri Amir, Junaidi, dan Yulmardi. Metodologi Penelitian Ekonomi dan
Penerapannya. Bogor: IPB Press, 2009.
d. Sejenis dengan cara menulis rujukan dari sumber buku tersebut, bentuk “Ed”
untuk buku yang ditulis seorang editor dan “Eds” untuk buku yang ditulis
beberapa editor ditempatkan di antara nama dan judul buku.
Contoh :
Amiruddin. (Ed). Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa
Dan Sastra. Malang: HISKI Komisariat Malang dan YA3, 2013.
Letheridge, S. And Cannon, C.R. (Eds). Billingual Education:
Teaching as a Language. New York: Praeger, 2015.
e. Kutipan dari artikel jurnal, ditulis nama pengarang (tanda titik), judul artikel
tanpa cetak miring atau garis bawah perkata, (tanda titik), nama jurnal yang
41
dicetak miring (tanda koma), jurnal tahun berapa, dan tahun terbit jurnal yang
ditempatkan dalam kurung (titik dua), dan nomor halaman jurnal (titik satu).
Contoh:
Muhaimin. Etos Kerja Guru Pendidikan Agama Islam. el-Jadid, Edisi I (2007) :
14.
Loekisno. Teodisme Islam. al-Afkar, I (2013): 33-47.
f. Jika buku yang digunakan berupa buku terjemahan, maka penerjemah ditulis
dengan nama karya ditulis dengan kata terj., sebelum judul buku.
Contoh :
R. Terry, George. terj., Prinsif-prinsif Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara, 2015.
Contoh :
Untuk kutipan langsung yang terdiri dari empat baris atau lebih, kutipan teks
tersebut ditulis dua spasi. dan dipisahkan dari teks utama dan dimasukkan
kedalam (indent) dua cm dari pinggir kiri teks utama dan tidak diberi tanda kutip
(“…”), margin kanan tetap mengikuti margin sebelumnya. Pada akhir kutipan
diberikan nomor foot note.
43
Contoh :
Manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals)
secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai
dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada
1
dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
Sedangkan kutipan langsung yang hanya satu sampai tiga baris, maka teks
kutipan langsung dimasukkan kedalam teks utama dengan memberikan tanda kutip
sebelum dan sesudah teks kutipan (“…”). Kutipan langsung boleh di penggal
dengan memberi tanda tiga titik (…) ditempat kata atau kalimat yang dipenggal.
Contoh :
Menurut G.R. Terry Manajemen adalah : “Suatu proses atau kerangka kerja,
yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah
1
tujuan-tujuan organisasional atau maksud - maksud yang nyata”.
Menurut G.R. Terry Manajemen adalah “Suatu proses atau kerangka kerja,
2
yang melibatkan bimbingan atau pengarahan…”
2) Kutipan Tidak Langsung
Yang dimaksud dengan kutipan tidak langsung adalah kutipan yang hanya
mengambil isinya saja seperti saduran, ringkasan, atau parafrase. Kutipan tidak
langsung ini dilakukan dengan cara merubah struktur kalimat, tetapi inti gagasan
atau pendapat yang dikutip tetap sama. Hal ini dilakukan dengan cara
memasukkan inti kutipan langsung kedalam paragraf, dimana pendapat itu
diperlukan untuk menyambungkan atau mengembangkan gagasan yang
disampaikan oleh penulis dan diakhiri dengan nomor kutipan. Untuk kutipan tidak
langsung ini ukuran spasi tetap mengikuti ukuran spasi teks utama yaitu 1,5 spasi.
Contoh :
Ketika menjelaskan variasi dan bentuk pelaksanaan maulid nabi di
berbagai negara dan diberbagai provinsi di Indonesia, Ahmad Haris menyatakan
bahwa sesungguhnya perayaan maulid tersebut ternyata berbeda-beda dari satu
3
tempat ke tempat yang lain.
44
Dari teknik yang telah diuraikan di atas, baik kutipan langsung maupun
kutipan tidak langsung, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain yaitu
sebagai berikut :
a. Kutipan maksimal dalam satu kutipan tidak boleh lebih dari setengah halaman
(200 kata). Jika terpaksa lebih dari setengah halaman, maka harus diberi sela
dengan analisa atau komentar tambahan oleh penulis.
b. Jangan terlalu banyak menggunakan kutipan; gunakan saja ketika membuat
penekanan point atau untuk mendukung argumen.
45
46
11. Pada saat ujian skripsi, mahasiswa di anjurkan untuk membawa kumpulan
fotocopy semua referensi seperti pada point 10 di atas, atau membawa semua
referensi yang dikutip.
12. Segala persyaratan tersebut diserahkan ke bagian akademik untuk untuk di cek
kelengkapannya, mulai dari kelengkapan lampiran skripsi, sampai dengan
kelengkapan persyaratan ujian. Jika skripsi dan segala persyaratan ujian
tersebut belum lengkap, maka akan dikembalikan kepada mahasiswa yang
bersangkutan untuk dilengkapi.
13. Setelah persyaratan ujian dinyatakan sudah lengkap, maka skripsi tersebut
sudah dapat dijadwalkan untuk diujikan atau sidangkan.
N Besar Nilai
Materi yang dinilai Bobot Ket
O Penilaian Rata-rata
1 Isi 35 %
2 Bentuk dan Metode 20 %
Cara
3 20 %
Mempertahankan
4 Penyajian 10 %
5 Komprehensif 15 %
Jumlah 100 %
BAB VII
PENUTUP
49
SUMBER RUJUKAN
Abimanyu, S., & Samad, S. (Eds), 2003. Pedoman Penulisan Skripsi. Makassar:
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar
Austin, Ann E. & Baldwin, R.G., (1991). Faculty Collaboration: Enhancing the Quality
of Scholarship and Teaching. Washington: The George Washington University
Kopertais Wilayah XIII Jambi, Pedoman Penulisan Skripsi mahasiswa di Lingkungan
Kopertais Wilayah XIII Jambi, Jambi, 2013
Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, Jakarta: Referensi (GP Pres
Group), 2013
50
LAMPIRAN-LAMPIRAN
50
51
49
_________________ _________________
NIDN.. NIM.
50
Oleh :
NAMA FONT I4
NIM 1 SPASI
Nama : ………………………………………………
NIM : ………………………………………………
Judul Proposal : ………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………
Nama Tanda
No NIM Semester
Peserta Tangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Batang Hari,………20..
Pembimbing 1, Pembimbing 2, Notulen,
52
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah (grand theory dan grand tour)
B. Rumusan Masalah
C. Fokus Penelitian
D. Tujuan dan Kegunaan penelitian
DAFTAR PUSTAKA
53
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Maslah
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Maslah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
54
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Maslah
B. Rumusan Masalah
C. Fokus Penelitian
D. Tujuan dan Kegunaan penelitian
DAFTAR PUSTAKA
55
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Indentifikasi masalah
C. Batasan Masalah
D. Rumusan masalah
E. Tujuan dan Kegunaan penelitian
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
B. Penelitian yang Relevan
C. Kerangka Berfikir
D. Hipotesis Tindakan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelian dan Jenis Penelitian
B. Subjek Penelitian
C. Tempat dan Waktu Penelitian
D. Prosedur Penelitian
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Instrumen Penelitian
G. Teknik Analisis Data
H. Indikator Keberhasilan
I. Jadwal Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
56
CHAPTER I INTRODUCTION
A. Background of Research
B. Research Problem
C. Limitations of the Research
D. Research Question or Hypothesis
E. Purpose and Significance of the Research
Kepada Yth.
Sdr. (nama mahasiswa)
Mahasiswa IAI Nusantara
Batang Hari di -
Tempat.
………………….
NIDN.
58
Kepada Yth.
Bapak ……………………..
di -
Batang Hari
Assalamu‟alaikum Wr. Wb.
Memperhatiakan surat pengesahan judul skripsi mahasiswa
Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Institut Agama Islam
Nusantara Batang Hari :
Nama :
N I M/NIRM :
Prodi :
Semester :
Judul Skripsi :
Maka dengan ini kami menunjuk Bapak/Ibu untuk bertindak
sebagai Dosen Pembimbing dalam penyelesaian skripsi mahasiswa
tersebut diatas, dengan susunan sebagai berikut :
Pembimbing I :
Pembimbing II :
Demikian, atas kesediaan dan perkenannya perkenan
diucapkan terima kasih.
Wassalamu‟alaikum Wr. Wb
Dekan FPIK IAI,
Nusantara Batang Hari
………………….
NIDN.
59
Kepada Yth.
Bapak (lembaga yang berwenang)
di -
Batang Hari
Assalamu‟alaikum Wr. Wb.
Bersama ini kami beritahukan kepada Bapak bahwa untuk
menyusun skripsi mahasiswa Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan
Institut Agama Islam Nusantara Batang Hari atas nama:
Nama :
NIM :
Tempat/Tgl. Lahir :
Semester :
Tahun Akademik :
Judul Skripsi :
Maka dengan ini kami mohon bantuan Bapak dapatlah kiranya
memberikan izin kepada mahasiswa tersebut diatas untuk mengadakan
penelitian di .........................
Metode pengumpulan data: 1.
2. dst
Waktu yang diberikan mulai tanggal …………. s/d
………………..
Demikianlah atas perkenan Bapak sebelumnya kami haturkan terima
kasih.
Wassalamu‟alaikum Wr. Wb
Dekan FPIK IAI,
Nusantara Batang Hari
………………….
NIDN.
60
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah (grand theory dan grand tour)
B. Rumusan Masalah
C. Fokus Penelitian
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
A. Landasan Teori
B. Penelitian yang Relevan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
B. Situasi dan Subjek Penelitian
C. Jenis dan Sumber Data
D. Teknik Pengumpulan Data
E. Teknik Analisis Data
F. Triangulasi Data
G. Rencana dan Waktu Penelitian
BAB IV DESKRIPSI LOKASI DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi
B. Temuan Penelitian
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Implikasi
C. Rekomendasi
61
D. Saran
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Maslah
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Maslah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
BAB II LANDASAN TEORI, KARANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS PENELITIAN
DAN PENELTIAN YANG RELEVAN
A. Landasan Teori
B. Karangka Berpikir
C. Hipotesis Penelitian
D. Penelitian yang Relevan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
B. Populasi dan Sampel
C. Teknik Pengumpulan Data
D. Teknik Analisa Data
E. Hipotesis Statistik
F. Rencana dan Waktu Penelitian
BAB IV DESKRIPSI LOKASI, HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
B. Hasil Penelitian
BAB V PENUTUP
63
A. Kesimpulan
B. Implikasi
C. Rekomendasi
D. Kata Penutup
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1. Instrumen Uji Coba
Lampiran 2. Hasil Uji coba Instrumen
Lampiran 3. Instrumen Penelitian
Lampiran 4. Data Hasil Penelitian (variabel terikat dan data dari variabel bebas)
Lampiran 5. Pengujian Persyaratan Analisis
Lampiran 6. Penghitungan Besaran Statistik (Misal Koefisien korelasi, koefisien
jalur, muatan faktor
Lampiran 7. Pengujian Hipotesis (perhitungan uji statistik, hasil dan simpulan)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Maslah
B. Rumusan Masalah
C. Fokus Penelitian
D. Tujuan dan Kegunaan penelitian
BAB II LANDASAN TEORI, MODEL TEORI/PEMIKIRAN DAN PENELITIAN
YANG RELEVAN
A. Landasan Teori
B. Model Teori/pemikiran yang ditelaah
C. Penelitian yang Relevan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
B. Sampel Penelitian
C. Jenis Data dan Sumber Data
D. Teknik Pengumpulan Data
E. Teknik Analisa Data
F. Verivikasi Data
G. Rencana dan Waktu Penelitian
BAB IV DESKRIPSI BUKU, VERIVIKASI DAN ANALISIS BUKU/PEMIKIRAN
A. Deskripsi Buku/Pemikiran Yang ditelaah
B. Verivikasi dan Analisis Buku/Pemikiran yang ditelaah
65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Implikasi
C. Rekomendasi
D. Kata Penutup
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
66
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Batasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
B. Penelitian yang Relevan
C. Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSAKA
LAMPIRAN
68
Cover Page
Title Page
State of Originality Page
Legislation Page
Approval Page
Motto Page
Abstracts (Dalam bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia)
Dedication Page
Acknowledgements
Page List of Contents
List of Table
List of Figure
List of Appendices
BAGIAN INTI
CHAPTER I INTRODUCTION
A. Background of Research
B. Research Problem
C. Limitations of the Research
D. Research Question or Hypothesis
E. Purpose and Significance of the Research
I. Research Schedule
BAGIAN AKHIR
Bibliography
Appendices
Biography
70
Kepada Yth.
Dekan FPIK IAI Nusantara Batang Hari
di –
Batang Hari
Pembimbing I Pembimbing II
……………….. ………………..
71
PENGESAHAN
…………………………... ………………………….
………………………….. …………………………..
Penguji I, Pembimbing I,
………………………….. …………………………..
………………………….. …………………………..
72
Materai
6000
Nama Lengkap
NIM
74
CURRICULUM VITAE
A. Imformasi Diri
Nama :
NIM :
Tempat/Tanggal Lahir :
Jurusan/Prodi :
Alamat :
B. Riwayat Pendidikan
No Jenjang
Tempat Tahun Tamat
Pendidikan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
C. Pengalaman Kerja/Organisasi/Latihan/Seminar
Tahun 2016
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Studi
1 pendahuluan
(grand tour)
Pengajuan
judul
2 Proposal
Skripsi
Pembuatan
Draf Proposal
3 Skripsi
Konsultasi
4 Pembimbing
Seminar
5 Proposal
Skripsi
Revisi Draf
6 Proposal
setelah
Seminar
Pengesahan
7 Riset Penelitian
Penelitian
8 Lapangan/pe
ngumpulan data
Penulisan
9 draf skripsi
Konsultasi
10 Pembimbing/
perbaikan draf
skripsi
Pendaftaran
11 ujian
munaqasyah
Ujian
12 munaqoysah
Perbaikan
12 skripsi setelah
ujian
14 Penggandaa n
Penyerahan
15 skripsi
76
Nama :
NIM :
Jurusan/Prodi :
Judul :
.................................
77
Tanda
No Tanggal Nama Jabatan Jumlah Ket
Tangan
1 Ket. Sidang 1 eks skripsi
2 Penguji I 1 eks skripsi
3 Penguji II 1 eks skripsi
4 Pembimbing I 1 eks skripsi
Pembimbing II 1 eks skripsi
5
Perpustakaan 1 eks skripsi
6
+ VCD
........................................
78
ب Bā‟ B -
ت Tā T -
ج Jīm J -
خ Khā‟ Kh -
د Dāl D -
ر Rā‟ R -
ز Zā‟ Z -
س Sīn S -
ش Syīn Sy -
80
غ Gaīn G -
ف Fā‟ F -
ق Qāf Q -
ك Kāf K -
ل Lām L -
م Mīm M -
ن Nūn N -
و Wāwu W -
ه Hā‟ H -
ي Yā‟ Y -
(Ketentuan ini tidak diperlukan, bila kata-kata arab yang sudah terserap
kedalam bahasa Indonesia, seperti zakat, shalat dan sebagainya, kecuali bila
dikehendaki lafal aslinya).
b. Bila ta‟ marbūtah diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu
terpisah, maka ditulis dengan h
c. Bila ta‟ marbūtah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah dan dammah
ditulis t
َ
-------- -------- Fathah Ditulis A
V. Vokal Panjang
Fathah + Alif Ditulis ā
1 Jāhiliyah
جاهلية Ditulis
VII. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan
Apostrof
DAFTAR PUSTAKA
_______. Panduan Skripsi FPIK IAI Nusantara Batang Hari. Tahun 2020.
Alfitriani Siregar. Metode Pengajaran Bahasa Inggris Anak Usia Dini. Medan:
Lembaga Penelitian dan Penulisan Ilmiah Aqli. 2018.
Diana Mutiah. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada
MediaGroup. 2010.
https://www.merdeka.com/uang/ini-pandangan-menteri-sri-mulyani-soal-bitcoin- yang-
tengah-happening.html
85
ABSTRAK
Emiria Pransiska, Korelasi antara Kedisiplinan dengan Motivasi Belajar di Madrasah Aliyah
Negeri 1 Muara Bulian Kabupaten Batanghari, Pendidikan Agama Islam (PAI), Institut Agama
Islam Nusantara Batang Hari, Tahun 2020.
Kedisiplinan tentu saja membentuk karakteristik siswa ke arah yang lebih baik seperti
adanya perubahan motivasi siswa dalam pelaksanaan pendidikan. Karena motivasi
merupakan faktor penentu keberhasilan siswa dalam pelaksaan pembelajaran di lembaga
pendidikan, adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada
korelasi antara kedisiplinan belajar dengan motivasi belajar siswa di Madrasah Aliyah Negeri
Muara Bulian Kabupaten Batanghari kemudian tujuan penenelitian ini untuk mengetahui
korelasi antara kedisiplinan dengan motivasi belajar di Madrasah Aliyah Negeri 1 Muara
Bulian Kabupaten Batanghari.
Penelitian kuantitatif termasuk penelitian deskriptif, yang mendeskripsikan sesuatu
dengan statistik atau dengan angka-angka dan analisis untuk mencari jawaban dari rumusan
masalah suatu penelitian, yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa/siswi MAN
1 Muara Bulian Kabupaten batanghari, 100 orang/responden siswa/siswi kelas x MAN 1
Muara Bulian Kabupaten batanghari, hipotesis yang digunakan adalah analisis korelasi
sederhana yaitu antara Ha dan Ho.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rhitung = 0,977 yang berada pada arah positif
dengan interprestasi nilai r pada interval 0,80 – 1,00 sehingga tingkat hubungan antara
variabel (X) dan variabel (Y) dikategorikan memiliki hubungan yang sangat kuat. Uji signifikan
koefisien korelasi menunjukkan bahwa rtabel pada taraf signifikan 5% sebesar 0,38. Dengan
demikian berarti rhitung ≥ rtabel pada taraf signifikan 5% dengan kata Ha diterima. Dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kedisiplinan dengan
motivasi belajar.
BAB I
PENDAHULUAN
1
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), hal.20
2
Ibid., hal.15
3
Mulyasa, Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolah (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011), hal.181
1
2
4
Syaiful Sagala, Manajemen Strategik Dalam Peningkatkan Mutu Pendidikan (Bandung: AlFabeta,
2010), hal. 90
5
Anonim, Al-Quran dan Terjemahannya, Op.Cit., hal. 551
3
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan memegang peranan yang sangat
penting dan menentukan bagi sejarah perkembangan anak terutama pada pendidikan
anak usia dini. Pendidikan anak usia dini merupakan pondasi bagi perkembangan
kualitas sumber daya manusia selanjutnya. Oleh karena itu pendidikan Taman
Kanak-kanak sangat memegang peranan penting untuk dijadikan cermin kemajuan
pendidikan dimasa yang akan datang.
Dalam dunia pendidikan tidak lepas dengan adanya sebuah proses kegiatan
evaluasi, yang mana saat ini akreditasi menjadi tolak ukur kualitas sebuah
pendidikan. Saat ini Pemerintah kementrian dan kebudayaan melalui dikrektorat
jendral pendidikan anak usia dini menghimbau kepada seluruh lembaga pendidikan
taman kanak-kanak dan kelompok bermain pada tahun 2020 semua sudah
terakreditasi. Tak terkecuali dengan Taman kanak-kanak Al-Ikhlas Desa Singkawang
Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari.
Berdasarkan grand tour penulis di sekolah Taman Kanak-kanak Al-Ikhlas
Desa Singkawang Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari bahwa kepala
sekolah berupaya meningkatkan pendidikan di Taman Kanak-kanak Al-Ikhlas Desa
Singkawang dengan meningkatkan akreditasi sekolah, dimana nilai akreditasi sekolah
sebelumnya mendapat predikat C ingin meningkat menjadi B. Dalam hal ini kepala
sekolah sudah meningkatkan kualitas pendidikan sesuai bidang yang diampu,
melengkapi administrasi sekolah. Namun penulis masih menemukan 1). Adanya
sarana dan prasarana yang kurang memadai, adapun sarana dan prasarana yang
kurang memadai berupa Alat Permainan Edukatif (APE) 2). Ruang belajar yang
masih sempit. 3). Menurunnya peserta didik pada tahun 2018/2019 4). Belum adanya
Operator guna membantu dalam hal administrasi sekolah sehingga akreditasi sulit
untuk dinaikkan. Tentu saja hal ini penulis menarik untuk mencari tahu lebih jauh
bagaimana bentuk upaya yang diterapkan oleh kepala sekolah dalam meningkatkan
akreditasi, sehingga kedepannya menciptakan sekolah yang berkualitas. 6 Dalam
penulisan ini penulis mengangkat sebuah penelitian yang berjudul ”UPAYA KEPALA
6
Observasi, TK Al-Ikhlas Desa Singkawang, tanggal 20 September 2018
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat diambil beberapa
pokok permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana upaya kepala sekolah dalam meningkatkan akreditasi TK Al-Ikhlas
Desa Singkawang Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari ?
2. Apa kendala kepala sekolah meningkatkan akreditasi TK Al-Ikhlas Desa
Singkawang Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari ?
C. Fokus Penelitian
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam menjawab permasalahan yang
akan diteliti, serta untuk mengatasi keterbatasan waktu dan kemampuan, penelitian
ini peneliti memfokuskan pada upaya kepala sekolah dalam meningkatkan akreditasi
Taman Kanak-kanak Al-Ikhlas Desa Singkawang Kecamatan Muara Bulian
Kabupaten Batang Hari.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun yang menjadi keguanaan dalam penelitian ini adalah sebagai Berikut :
a. Untuk memberikan masukan kepada pihak sekolah dalam upaya kepala sekolah
meningkatkan akreditasi Taman Kanak-kanak Al-Ikhlas Desa Singkawang
Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari.
5
A. Landasan Teori
Setiap penulisan karya ilmiah selalu disertai dengan teori-teori, hal ini
dimaksudkan sebagai pedoman atau acuan bagi peneliti agar setiap langkah yang
dilakukannya terkontrol dari berbagai penyimpangan dengan segera dapat diatasi
sehingga nilai ilmiah dan objektif penelitan terjamin.
1. Upaya Kepala sekolah
Kepemimpinan adalah proses kegiatan seseorang yang memiliki seni atau
kemampuan untuk mempengaruhi, mengkoordinir dan menggerakkan individu–
individu supaya timbul kerja sama secara teratur dalam upaya mencapai tujuan
bersama yang telah ditetapkan atau dirumuskan.
Kemudian Kepemimpinan pendidikan merupakan suatu proses
mempengaruhi, mengkoordinir, dan menggerakkan orang lain yang ada hubungan
dengan pengembangan ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan pembelajaran
agar kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat lebih efesien dan efektif demi mencapai
tujuan-tujuan pendidikan dan pembelajaran. 7
Kepemimpian memiliki pengertian sebagai kemampuan yang harus dimiliki
oleh seorang pemimpin (leader) tentang bagaimana menjalankan kepemimpanan
nya sehingga bawahan dapat bergerak sesuai yang diinginkan dalam mencapai
tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Bergeraknya orang-orang harus mengikuti jalur
tujuan organisasi yang hendak dicapai dan bukan merupakan hal semu dari
kepemimpinannya itu sendiri, karena bagaimanapun pemimpin itu adalah bagian dari
anggota itu sendiri.8 Sikap pimpinan dan keterampilan yang dimiliki kepala sekolah
harus berjalan secara efektif akan mempengaruhi didalam dirinya bila menginginkan
kelanjutan bagaimana pemimpin mempengaruhi personal yang ada disekolah.
Perilaku pemimpin dapat berorientasi pada tugas keorganisasiannya ataupun pada
hubungan dengan anggota kelompoknya. Adapun prilaku kepemimpinan struktur
tugas dengan ciri-ciri sebagai berikut:
7
Hendyat Soetopo, et.al, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan (Jakarta: Bina Aksara, 2014), hal.4
8
Minnah El Widdah, Kepemimpinan Berbasis Nilai dan Pengembangan Mutu Madrasah ( Bandung:
Alfabeta, 2012), hal. 45
6
7
9
Ibid., hal. 48
10
Sudarwan Danim, Manajemen dan Kepemimpinan Transformal Kepala Sekolah (Jakarta: Rineka
Cipta, 2009), hal.13
8
sesuai dengan syarat yang telah ditentukan, hasil pelaksanaan suatu pekerjaan baik
bersifat fisik/material atau non fisik/non material dalam suatu tenggang waktu
ditentukan.11
Kepala sekolah itu seorang tenaga fungsional guru yang diberikan untuk
memimpin suatu sekolah dimana terjadi interaksi antara guru yang memberikan
pelajaran dan peserta didik yang menerima pembelajaran. Kata memimpin
mengandung makna yang luas yaitu kemampuan untuk menggerakkan segala
sumber yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara
maksimal untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Kepala sekolah berperan sebagai pemikir dan pengembangan yang tugas
utamanya adalah memikirkan kemajuan sekolah. Menurut sutrisno sebagai menejer,
kepala sekolah setidaknya harus mampu melaksanakan tujuh kegiatan kepala
sekolah , ketujuh kegiatan tersebut adalah berikut ini:
a. Mengadakan prediksi, yaitu membuat perkiraan-perkiraan tentang masa. Yang
akan datang, misalnya tentang kualitas yang dituntut oleh masyarakat berdasarkan
fakta dan perubahan yang terjadi.
b. Melakukan inovasi, dari prediksi tersebut, kepala sekolah dituntut untuk melakukan
inovasi terhadap proses pendidikan yang dilaksanakan disekolah.
c. Menciptakan strategi atau kebijakan untuk mengsukseskan pikiran-pikiran inovatif.
d. Menyusun perencanaan sekolah, baik jangka panjang, menengah, maupun jangka
panjang.
e. Menemukan sumber-sumber pendidikan dan pembelajaran yang relevan dengan
kebutuhan sekolah.
f. Menyediakan fasilitas pendidikan dan pembelajaran yang relevan.
g. Melakukan pengendalian atau terkontrol terhadap implementasi program. 12
Kepala sekolah dituntut untuk profesional dan menguasai secara baik
pekerjaannya melebihi rata-rata personel di sekolah, serta memiliki komitmen moral
yang tinggi atas pekerjaannya sesuai kode etik profesinya. Sebagai pemimpin, kepala
sekolah merupakan subjek yang harus melakukan transpormasi kemampuannya
melalui bimbingan, tuntutan, pemberdayaan, atau ajuran kepada seluruh komunitas
11
Euis karwati, Donni Juni Priansa, Kinerja dan Profesionalisme Kepala Sekolah (Bandung: Alfabeta,
2013), hal. 83
12
Sudarman Danim, Op.Cit., hal. 29
9
13
Syaiful Sagala, Etika dan Moralitas Pendidikan (Jakarta: Kencana Prenamedia Grup, 2013), hal.115
10
16
Euis karwati, Donni Juni Priansa, Loc.Cit.,
17
E.Mulyasa, Kurikulum Berbasisi Kompetensi Konsep, Karakteristik dan Implementasinya (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2003), hal. 159
18
Ibid., hal.101
12
19
Syaiful Sagala, Loc.Cit.,
13
20
Ibid., hal.115
14
21
Ibid.,hal.115
15
22
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 (
Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini ), hal. 4
23
Ibid., hal.5
24
Ibid., hal. 6
16
untuk melakukan penjaminan mutu sekolah yang berkelanjutan serta terus berusaha
mencapai mutu yang diharapkan. Maka dari itu sangat diperlukan strategi kepala
sekolah dalam meningkatkan akreditasi menjadi lebih baik sesuai standar ketentuan
yang berlaku.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Sururi mahasiswa IAIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi Tahun 2015 yang berjudul Pengaruh Akreditasi sekolah terhadap peningkatan
mutu pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Batang Hari dimana penelitian
tersebut membicarakan tentang Akreditasi Sekolah dan peningkatan mutu
pendidikan. Persamaannnya dengan peneliti yaitu sama-sama mempunyai strategi
masing-masing dan mempunyai tujuan yang sama yaitu meningkatkan kualitas
sekolah. Perbedaannya dengan penelitian penulis yaitu kepala sekolah berupaya
dalam bentuk akreditasi sedangkan peneliti Sururi Pengaruh Akreditasi di sekolah.
Dan peneliti mengambil judul Upaya kepala sekolah dalam meningkatkan akreditasi
Taman Kanak-kanak Al-Ikhlas Desa Singkawang Kec. Muara Bulian Kab. Batang
Hari. 33
32
Rohimin Setiawan. Strategi kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Akreditasi Madrasah Tsanawiyah
Negeri Sridadi kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari (Skripsi: STAI Muara Bulian. 2018)
33
Sururi, Pengaruh Akreditasi Sekolah Terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan Di Sekolah Menengah
Atas Negeri 5 Batang Hari ( Skripsi: IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2015)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Lokasi penelitian berada di Taman Kanak-Kanak Al-Ikhlas Desa Singkawang
Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari. Penelitian ini tentang upaya kepala
sekolah dalam meningkatkan akreditasi Taman Kanak-kanak Al-Ikhlas Desa
Singkawang Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari, yang berbentuk
deskriptif kualitatif yang dilihat melalui sudut pandang pendidikan. Intrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati
dan dicatat untuk pertama kalinya. Data tersebut menjadi data sekunder kalu
digunakan orang yang tidak berhubungan lansung dengan penelitian yang
bersangkutan.35 Data primer ini disebut juga data asli, data baru, atau data yang
dijadikan pokok utama suatu penelitian (diperoleh lansung dari sumbernya), yaitu
kepala sekolah, guru, yang menjadi sampel dalam penelitian ini.
34
Mukhtar, Metode Praktis Metode Penelitian Deskriptif Kualitatif (Jakarta: Referensi, 2013), hal.10
35
Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis Dan Artikel Ilmiah (Jambi: Sultan Thaha Press, 2010), hal. 87
19
20
Data primer yang peneliti maksudkan dalam penelitian ini adalah data
mengenai upaya kepala sekolah dalam meningkatkan akreditasi Taman Kanak-
kanak Al-Ikhlas Desa Singkawang Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari.
b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri
pengumpulannya oleh peneliti, misalnya bio statistik, majalah, koran keterangan-
keterangan atau publikasi lainnya. 36 Data sekunder ini adalah data yang dijadikan
sebagai pendukung dari data primer atau data yang diperoleh tidak secara langsung
dari sumbernya.
Dalam penelitian ini adalah data yang di ambil dari gambaran umum seperti
struktur organisasi, keadaaan guru dan siswa, keadaan sarana dan prasarana
sekolah dan sebagainya Taman Kana-kanak Al-Ikhlas Desa Singkawang Kecamatan
Muara Bulian Kabupaten Batang Hari.
2. Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh. Apabila peneliti
menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka
sumber data tersebut disebut responden. Apabila penelitian menggunakan teknik
observasi, maka sumber datanya bisa berupa benda bergerak atau proses sesuatu.37
Sumber data dalam penelitian ini orang dan materi yang terdapat pada
Taman Kanak-kanak Al-Ikhlas Desa Singkawang Kecamatan Muara Bulian
Kabupaten Batang Hari. Yang meliputi kepala sekolah, guru, orangtua , arsip dan
peristiwa /kejadian.
36
Ibid., hal. 91
37
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2011),
hal.156
38
Ibid.,
21
39
Sugiono, Mode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R &D (Bandung: Alfabeta, 2018), hal. 231
40
Ibid., hal. 240
41
Ibid., hal.247
22
F. Triangulasi Data
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan pengabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu.44 Triangulasi dengan sumber berarti
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang
42
Ibid., hal. 249
43
Ibid., hal. 252
44
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 330
23
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif, hal itu dapat
tercapai dengan jalan:
1. Membedakan data hasil pengamatan dengan hasil data wawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum, dengan apa
yang dikatakannya secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang dengan situasi penelitian
dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.
4. Membandingkan keadaan prespektif seorang dengan berbagai pendapat dan
pandangan lain, orang biasa, orang pemerintahan.
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumentasi yang
berkaitan.45
45
Ibid., hal. 330-331
24
Tabel 1.
Jadwal Penelitian
Tahun 2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
46
Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasi.(Jakarta: Gaung Persada Press. 2007), hal.
193
1
2
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan
ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.”48
Sekolah merupakan suatu wadah untuk menciptakan sosok manusia yang
47
Anonim, Al-Qur‟an dan Terjemahannya. (Jakarta: Departemen Agama RI, 1989), hal. 27
48
Anonim, Op.Cit, hal. 157.
3
berpendidikan tanpa melihat latar belakang siswa yang terlibat di dalamnya, baik dari
segi budaya, sosial, maupun ekonomi. Sekolah menjadi suatu organisasi yang
dirancang untuk dapat memberikan kontribusi dalam upaya dalam peningkatan
kualitas hidup masyarakat luas. Dalam hal ini, sekolah harus dapat dikelola dan
diberdayakan agar mampu mewujudkan predikat sebagai sekolah yang berkualitas
yang mampu memproses peserta didik yang pada akhirnya akan menghasilkan
produk (output) secara optimal.49
Pelaksanaan kedisiplinan tentu saja membentuk karakteristik siswa ke arah
yang lebih baik seperti adanya perubahan motivasi siswa dalam pelaksanaan
pendidikan. Karena motivasi merupakan faktor penentu keberhasilan siswa dalam
pelaksanaan pembelajaran di lembaga pendidikan.
Berdasarkan grand tour awal, peneliti di lapangan terlihat bahwa siswa di
Madrasah Aliyah Negeri Muara Bulian masih kurang disiplin dalam belajar aqidah
akhlak seperti siswa sering bolos dalam mata pelajaran aqidah akhlak, nilai aqidah
akhlak masih banyak yang gagal, banyak nya siswa yang tidak mengikuti kegiatan
pembelajaran aqidah akhlak.
Berdasarkan grand tour tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti
secara dalam berbentuk karya ilmiah berupa skripsi yang diberi judul “Korelasi
antara Kedisiplinan dengan Motivasi Belajar Siswa di Madrasah Aliyah Negeri
Muara Bulian Kabupaten Batanghari”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan sebelumnya, beberapa
masalah di identifikasikan, sebagai berikut :
1. Kurangnya kesadaran diri terhadap siswa dalam mempelajari aqidah akhlak
2. Masih rendahnya motivasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak dari
fakta-fakta yang terkait dengan emosional.
3. Masih banyak siswa yang tidak disiplin dalam mengikuti proses kegiatan belajar.
4. Rendahnya motivasi belajar yang diberikan oleh guru terhadap peserta didik.
49
Mukhtar, dkk, Sekolah Berprestasi (Jakarta: Nimas Multima, 2001), hal. 2-3.
4
C. Pembatasan Masalah
Melihat uraian latar belakang dan indentifikasi masalah diatas, permasalahan
dalam penelitian ini adalah faktor-faktor kedisiplinan terhadap motivasi belajar.
Mengingat adanya berbagai keterbatasan yang menjadi kendala peneliti, maka
penelitian ini tidak akan mengungkapkan seluruh yang menjadi faktor kedisiplinan
terhadap motivasi belajar, tetapi penelitian ini diarahkan pada variabel-variabel yang
diduga berhubungan terhadap Korelasi kedisiplinan dengan motivasi belajar pada
mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas X di Madrasah Aliyah Negeri Muara Bulian
Kabupaten Batanghari tahun ajaran 2017/2018.
C. Rumusan Masalah
Apakah ada korelasi antara kedisiplinan belajar dengan motivasi belajar siswa di
Madrasah Aliyah Negeri Muara Bulian Kabupaten Batanghari?
50
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran (Jakarta : Rineka Cipta, 2004), hal. 133-134
51
E. Mulyasa,Menjadi Kepala Sekolah Profesional,(Bandung:Rosdakarya,2008),hal. 7
52
Ibid,hal.141-142
5
6
kekebasan dan kemerdekaan peserta didik akan tetapi sebaliknya ingin memberikan
kemerdekaan yang lebih besar kepada peserta didik dalam batas-batas
kemampuannya. Di sekolah, banyak digunakan untuk mengontrol tingkah laku
peserta didik yang dikehendaki agar tugas-tugas di sekolah dapat berjalan dengan
optimal.
Dimensi prilaku siswa dalam pendidikan selama ini masih mendapatkan
tempat yang kurang layak. Hal ini menurut Abdullah Al Darraz dikarenakan :
a. Terlalu kognitif, pendekatan yang dilakukan terlalu berorientasi pengisian otak,
memberitahu mana yang baik dan mana yang jelek, yang sepatutnya dilakukan
dan yang tidak sepatutnya, dan seterusnya. Aspek afektif dan psikomotorik tidak
tersinggung, kalaupun tersinggung sangat kecil sekali.
b. Problema yang bersumber dari anak diri sendiri, yang berdatangan dan latar
belakang keluarga yang beraneka ragam. Yang sebagiannya ada yang sudah
tertata dengan baik akhlaknya di rumah tangga masing-masing dan ada yang
belum.
c. Terkesan bahwa tanggung jawab pendidikan agama tersebut berada di pundak
guru saja.
d. Keterbatasan waktu, ketidak seimbangan antara waktu yang tersedia dengan
bobot materi pendidikan agama yang sudah dirancangkan.53
Sumber-sumber pelanggaran disiplin meliputi tidak terpenuhinya kebutuhan
hidup manusia yang bersifat materiil maupun non materil, tipe kepemimpinan kepala
sekolah yang otoriter, kurangnya hak-hak peserta didik dalam belajar, kurangnya
perhatian terhadap kelompok minoritas di sekolah, latar belakang kehidupan keluarga
peserta didik, kebosanan kelas, kurangnya kerja sama antara sekolah dan orang
tua.54 Budaya disiplin yang efisiensi di sekolah seperti :
a. Ketepatan waktu (jam PBM).
b. Frekuensi kehadiran.
c. Cara berpakaian.
d. Ketepatan waktu rapat dinas di sekolah.
e. Pemanfaatan media.
53
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia (Jakarta :
Kencana, 2004), hal. 220
54
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan (Jakarta : Prenada Media, 2004), hal. 207
7
55
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian, suatu pendekatan praktek. (Jakarta:Rineka Cipta 2010),hal.
105
56
Ibid, hal. 5
8
57
Sardiman AM, Op.Cit, hal. 73.
58
Ibid., hal. 73-74.
59
Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Kurikulum Berbasis Kompetensi (Jakarta: Gaung Persada
Press, 2006), hal. 158-159.
9
60
Ibid., hal. 160-162.
10
berbeda dan kondisi lingkungan yang berbeda juga akan mempengaruhi cita-cita
dalam sesuatu target yang ingin dicapai. Dengan indikator-indikator motivasi belajar
seperti: kuatnya kemauan untuk berbuat dan ulet menghadapi kesulitan, menunjukan
rasa ingin tahu terhadap macam-macam masalah dan tekun dalam mengerjakan
tugas, lebih senang bekerja mandiri dan dapat mempertahankan pendapatnya, dan
tidak mudah menyerah.
B. Kerangka berpikir
Tiap orang selalu mengharapkan suatu keberhasilan dalam belajar.
Keberhasilan seseorang dalam belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-
faktor tersebut munculnya dari dalam diri siswa itu sendiri tetapi dapat pula dari luar
diri siswa. faktor dari dalam diri siswa dinamakan faktor internal dan faktor dari luar
diri siswa dinamakan faktor eksternal. Faktor dari dalam diri siswa yang sangat
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa adalah faktor kedisiplinan siswa.
sedangkan faktor luar diri siswa adalah faktor sosial yaitu salah satunya adalah
lingkungan sekolah dan lebih terfokus lagi pada iklim sekolah. Agar seorang siswa
dapat belajar dengan baik dan menghasilkan prestasi yang baik maka ia harus
bersikap disiplin dalam belajarnya.
Dengan terjaganya faktor kedisiplinan siswa dan Motivasi belajar siswa di
sekolah diharapkan siswa dapat mengembangkan kreatifitasnya dan tujuan belajar di
Madrasah Aliyah Negeri 1 Muara Bulian Kabupaten Batanghari dapat tercapai
dengan baik. Berdasarkan uraian pemikiran di atas, maka diduga adanya Korelasi
antara Kedisiplinan (variabel X) terhadap Motivasi Belajar (variabel Y) di Madrasah
Aliyah Negeri 1 Muara Bulian Kabupaten Batanghari.
Disiplin merupakan suatu cara yang di gunakan oleh guru untuk mendidik dan
membentuk perilaku siswa agar menjadi orang yang berguna dan berprestasi tinggi
dalam bidang pelajaran. Dalam kegiatan belajar, motivasi diartikan sebagai
keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa, yang menjamin kelangsungan dari
kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang di
kehendaki oleh subyek belajar itu tercapai.
Dengan menerapkan sikap disiplin dalam belajar pada siswa, maka di
harapkan pula dapat mempengaruhi motivasi siswa dalam belajar sehingga dapat
12
meningkatkan keberhasilan dalam belajar siswa dan juga siswa semakin rajin, kreatif
dan aktif dalam belajarnya. Kemudian bahwa apabila siswa memiliki motivasi yang
tinggi maka dengan sendiri nya ia juga akan memiliki sikap disiplin belajar yang tinggi
pula, sehingga dapat mendukung atau meningkatkan keberhasilan dalam belajarnya.
Namun apabila seorang siswa kurang memiliki motivasi belajar atau motivasi belajar
nya rendah, maka sikap disiplin belajar juga akan rendah bahkan sama sekali tidak
ada. Ini semua di karenakan adanya interaksi antara motivasi belajar dan sikap
disiplin belajar yang berhubungan antara keduanya yang dapat menigkatkan cara
siswa dalam belajar yang lebih aktif.
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan diatas
maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Korelasi antara kedisiplinan (X) dengan motivasi belajar (Y) siswa MAN Muara
Bulian
Adapun model berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan
diatas maka model teoritis yang diajukan seperti gambar berikut ini:
63
Ika Sukoco “hubungan antara motivasi belajar dan aktivitas belajar dengan hasil belajar ekonomi
siswa kelas X semester ganjil MA Al Ihsan ukadamai Natar tahun pelajaran 2010/2011
64
Josephine Rona Kurniadewi, Korelasi antara disiplin dan motivasi belajar dengan prestasi belajar
fisika siswa kelas XI MIA SMA Negeri 2 Klaten
14
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis pendekatan survey.
Penelitian surver yaitu suatu penelitian yang dilakukan melalui pengamatan lansung
terhadap suatu gejala atau pengumpulan informasi dari populasi besar maupun kecil,
tetapi data yang dipelajari adalah dari sampel sebagai mewakili data populasi
tersebut.65 karena penelitian ini disajikan dengan angka-angka. Pada penelitian
kuantitatif ini dilakukan intervensi atau perlakuan terhadap suatu penelitian. Penelitian
kuantitatif termasuk penelitian deskriptif, yang mendeskripsikan sesuatu dengan
statistik atau dengan angka-angka dan dianalisis untuk mencari jawaban dari
rumusan masalah suatu penelitian. 66
Menurut sugiyono, yang dimaksud penelitian kuantitatif adalah metode
tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah
mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metode
positivistik karena berlandasankan pada filsafat positivism. Metode ini sebagai
metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu
konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode ini juga disebut
metode discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan
berbagai iptek baru. Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian
berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.67
Sedangkan menurut Saifuddin Azwar, penelitian dengan pendekatan
kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah
dengan metode statistika.68 Tujuan pendekatan penelitian ini untuk mengetahui
dampak antara variable X (Kedisiplinan) dengan Variabel Y (Motivasi Belajar).
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan teknik penelitian
korelasi “Yaitu penelitian yang melihat ada atau tidaknya hubungan yang signifikan
antara dua variable atau lebih. Variable diteliti untuk melihat hubungan yang terjadi
diantara meraka tanpa coba untuk merubah atau mengadakan perlakuan terhadap
65
Iskandar, Metodologi Penelitian dan Sosial (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), hal.66
66
Tatang Yuli Eko Siswono, Penenlitian Pendidikan Matematika, Unesa University Press
(Surabaya,2010), hal.42
67
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung:Alfabeta, 2013), hal.7
68
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta Pustaka Pelajar,2014), hal.5
15
16
69
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R dan D (Bandung, Alfabeta,2013), hal.80
17
2. Sampel
Sampel adalah sebagian anggota populasi yang diambil dengan
menggunakan teknik tertetu yang disebut dengan tekhnik sampling. 70 Berdasarkan
pendapat diatas dapat dipahami bahwa sampel adalah sebagian dari populasi yang
diambil sebagai sumber data dan mewakili seluruh populasi.
Menurut Gay dalam Mukhtar, ukuran minimum sampel yang dapat diterima
sebaiknya didasarkan pada desain atau metode penelitian yang digunakan. Secara
umum, pandangan tentang populasi lebih disepakati untuk sebuah penelitian, dimana
populasi yang dipandang relative homogen, maka populasi dapat ditarik minimal 5%
dan maksimal 3%.
Jika sebuah penelitian, populasinya dibawah 150 subjek, maka hampir
seluruh pakar penelitian sepakat, sebaliknya diambil seluruhnya, atau dengan kata
lain penelitian dapat dikatakan penelitian populasi. Artinya, populasi adalah juga
sekaligus sebagai sampel atau subjek penelitian.71
instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya belum tentu dapat
menghasilkan data yang valid dan reliabel.
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai cara, yaitu dapat
menggunakan wawancara, angket, observasi, dan dokumentasi. Peneliti dapat
menggunakan salah satu teknik, tergantung dari masalah yang diteliti.
Untuk mendapatkan kelengkapan informasi yang sesuai dengan fokus
penelitian maka yang dijadikan teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut :
1. Observasi
Orang seringkali mengartikan observasi sebagai suatu aktiva yang sempit,
yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Di dalam pengertian
psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan
pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh idra. Jadi,
mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran,
peraba, dan pengecap.
Observasi ini dilakukan penulis secara langsung terhadap objek penelitian
yakni terhadap siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 Muara Bulian Kabupaten Batanghari.
2. Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang
tertulis, didalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-
benda tertulis seperti: buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen
rapat, catatan harian, dan sebagainya di Madrasah Aliyah Negeri 1 Muara Bulian
Kabupaten Batanghari. 72
3. Angket
Teknik pengumpulan data yang paling dominan dalam penilitian adalah
dengan menggunakan teknik angket. Angket adalah daftar pernyataan atau
pertanyaan yang dikirimkan kepada responden, baik lansung maupun tidak
lansung.73 Untuk mengumpul data yang diperlukan dalam penelitian, penulis
menggunakan angket yang dirancang dari dua variable penelitian yaitu: Kedisiplinan
dan Motivasi Belajar. Angket tersebut akan diberikan kepada responden guna
mendapatkan jawaban dari pernyataan dan sikap dari responden. Metode angket ini
digunakan penulis untuk memperoleh data tertentu tentang Korelasi Kedisiplinan
72
Ibid, hal. 199-201
73
Nasution, Metode Reseach Penelitian Ilmiah (Jakarta: Bumi Aksara,2010),hal.146
19
Tabel 2.
Daftar Nilai (Skor) Skala Rating
No Alternative Jawaban Skor (+) Skor (-)
1 Sl (Selalu) 5 1
2 SR (sering) 4 2
3 KK (kadang-Kadang) 3 3
4 JR (Jarang) 2 4
5 TP (Tidak Pernah) 1 5
74
Muhammad Fauzi, Metode Penelitian Kuantitatif (Semarang,Walisongo Press, 2009). hal.168
20
Definisi Konseptual
Disiplin adalah serangkaian perilaku seseorang yang menunjukkan ketaatan
dan kepatuhan terhadap peraturan tata tertib norma kehidupan yang berlaku karena
didorong kesadaran dari dalam diri untuk melaksanakan tujuan belajar yang
diinginkan.
a. Definisi Operasional
Yang dimaksud disiplin siswa dalam penelitian ini adalah sikap atau tingkah
laku siswa yang taat dan patuh untuk dapat menjalankan kewajibannya untuk belajar,
baik belajar di sekolah maupun belajar di rumah serta bertingkahlaku sesuai dengan
norma dan tata tertib yang berlaku.
Adapun ciri-ciri disiplin dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Taat terhadap peraturan dan tata tertib sekolah;
2. Taat terhadap kegiatan belajar di sekolah;
3. Taat terhadap norma – norma yang berlaku;
4. Taat dalam mengerjakan tugas-tugas pelajaran; dan
5. Bertanggung jawab terhadap apa yang diucapkan dan dilakukan
c. Kisi-kisi Instrumen
Tabel 3.
Kisi-kisi instrument Kedisiplinan Belajar (X)
No Indikator Nomor Butir Jumlah Item
Menaati dan mematuhi tata tertib
1 1,2,3,4,5 5
sekolah
Perhatian yang baik saat belajar
2 6,7,8,9,10 5
dikelas
3 Mengatur waktu belajar dirumah 11,12,13,14,15 5
Rajin dan teratur belajar serta
4 16,17,18,19,20 5
mengerjakan tugas
Jumlah 20
𝑁 ∑ 𝑋𝑌 (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
𝑟𝑥𝑦
√*𝑁 ∑ 𝑋 (∑ 𝑋) +*𝑁 ∑ 𝑌 (∑ 𝑋𝑌) +
Dimana :
rxy = Koefisien Korelasi Product Moment
∑x = Jumlah skor variabel X
∑y = Jumlah skor variabel Y
N = Jumlah responden
∑X2 = Jumlah skor kuadrat variabel X
∑Y2 = Jumlah skor kuadrat variabel Y
∑XY = Jumlah perkalian antara skor variabel X dengan skor variabel Y
∑ (∑ )(∑ )
√* ∑ (∑ ) +* ∑ (∑ ) +
( ) ( )( )
√* ( ) ( + * ( ) )
75
Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurahman, Analisis Korelasi, Regresi , dan Jalur dalam Penelitian
(Bandung: CV. Pustaka Setia, 2009), hal. 35-35
22
= 0,77
Proses pengolahan data uji validitas akan menggunakan bantuan program
SPSS versi 20.0
Tabel 4.
Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Kedisiplinan Belajar
No Item Pernyataan rhitung rtabel Kesimpulan
1 X-1 0,77 0,38 Valid
2 X-2 0,46 0,38 Valid
3 X-3 0,34 0,38 Tidak Valid
4 X-4 0,55 0,38 Valid
5 X-5 0,51 0,38 Valid
6 X-6 0,41 0,38 Valid
7 X-7 0,50 0,38 Valid
8 X-8 0,80 0,38 Valid
9 X-9 0,37 0,38 Tidak Valid
10 X10 0,43 0,38 Valid
11 X-11 0,52 0,38 Valid
12 X-12 0,38 0,38 Valid
13 X-13 0,73 0,38 Valid
14 X-14 0,60 0,38 Valid
23
r11 = k 1 2 i
2
k 1 t
Dimana :
X 2
X 2
Rumus Varians = σ2 = N
N
Keterangan :
= Realibilitas instrument
76
Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurahman,Op.Cit, hal 37
77
Iskandar, Op.Cit,hal.95
24
r11 = k 1 2 i
2
k 1 t
r11 = 20 1 26
20 1 108
= 1.1,05 x (1- - )
78
Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurahman,Op.Cit, hal 38
25
Dari hasil uji reabilitas tersebut diperoleh nilai alpha cronbach sebesar 0,801
yang berarti lebih besar dari rtabel (0,801 > 0,60), maka dapat dinyatakan bahwa
instrumen variabel kedisiplinan belajar realibel.
kesulitan
3 Menyelesaikan tugas tepat waktu 11,12,13,14,15 5
Banyak waktu yang disediakan untuk
4 16,17,18,19,10 5
belajar
Jumlah 20
𝑁 ∑ 𝑋𝑌 (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
𝑟𝑥𝑦
√*𝑁 ∑ 𝑋 (∑ 𝑋) +*𝑁 ∑ 𝑌 (∑ 𝑌) +
Dimana :
rxy = Koefisien Korelasi Product Moment
∑x = Jumlah skor variabel X
∑y = Jumlah skor variabel Y
N = Jumlah responden.
2
∑X = Jumlah skor kuadrat variabel X
∑Y2 = Jumlah skor kuadrat variabel Y
∑XY = Jumlah perkalian antara skor variabel X dengan skor variabel Y
79
Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurahman, Analisis Korelasi, Regresi , dan Jalur dalam Penelitian
(Bandung: CV. Pustaka Setia, 2009), hal. 35
27
∑ (∑ )(∑ )
√* ∑ (∑ ) +* ∑ (∑ ) +
( ) ( )( )
√* ( ) ( + * ( ) )
= 0,79
r11 = k 1 2 i
2
k 1 t
80
Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurahman,Op.Cit, hal .38
81
Iskandar, Op.Cit,hal.95
29
Dimana :
X 2
X 2
Rumus Varians = σ2 = N
N
Keterangan :
= Realibilitas instrument / koefisien alpha
k = Banyaknya butir soal
∑ = Jumlah varians butir
= Varians total
N = Jumlah responden. 82
Uji reliabilitas dengan cara manual untuk variabel motivasi belajar dapat
dilihat dibawah ini :
Hasil perhitungan manual uji reliabilitas Motivasi Belajar
r11 = k 1 2 i
2
k 1 t
= 1.1,05 x (1- - )
82
Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurahman,Op.Cit, hal 41
30
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of
Items
,857 20
Dari hasil uji reabilitas tersebut diperoleh nilai alpha cronbach sebesar 0,857
yang berarti lebih besar dari rtabel (0.857> 0,60), maka dapat dinyatakan bahwa
instrumen variabel Motivasi Belajar realibel.
83
Sambas Ali Muhidin dan maman Abdurahman, Op.Cit,hal.52
84
Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif dilengkapi dengan Perhitungan
manual dan aplikasi SPSS versi 17 (Jakarta: Bumi Aksara,2014).hal.125
85
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, dan R&D (Bandung:
Alfabeta,2010),hal.208
31
86
Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurahman,Op.Cit,hal.123
87
Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian,Op.Cit,hal.75
32
peneliti menggunakan teknik statistik parametris, maka kenormalan data harus diuji
terlebih dahulu.
Pada dasarnya uji normalitas data dapat dilakukan dengan berbagai cara,
yaitu: 1) Uji Kertas Peluang Normal, 2) Uji Liliefors, 3) Uji Kolmogorov-Smirnov dan 4)
Uji Chi Kuadrat.88 Proses pengujian uji normalitas akan menggunakan bantuan
program SPSS versi 20.0
E. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik adalah hipotesis yang dibuat atau digunakan untuk menguji
hipotesis penelitian. Hipotesis statistik yang digunakan untuk menganalisis data
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis korelasi sederhana,
dengan tahapan analisis sebagai berikut :
Ha : atau Ha maka terdapat dampak positif dan signifikan antara
Korelasi Kedisiplinan Belajar dengan Motivasi Belajar siswa di Madrasah Aliyah
Negeri Muara Bulian.
Ho : , atau Ho maka terdapat dampak positif dan signifikan anatara Korelasi
Kedisiplinan Belajar dengan Motivasi Belajar siswa di Madrasah Aliyah Negeri
Muara Bulian.
88
Buchari Alma, Pengantar Statistik Sosial,(Bandung:Alfabeta,2014),hal.159
89
Ibid,hal.84
33
Contoh Proposal Penelitian Tindakan Kelas
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan makna kepada
orang lain dan membangun interaksi antara individu satu dengan lainnya.
Kemampuan berbahasa menunjukkan kemampuan manusia yang kompleks dan
fantastis, sehingga bahasa dapat berkembang dengan cepat sejak anak usia
dini. Perkembangan bahasa dimulai dari lingkungan yang sederhana melalui
praktek empirik secara langsung.
Kecerdasan bahasa anak atau verbal-linguistik berkaitan erat dengan
kata-kata, baik lisan maupun tertulis berserta dengan aturan-aturannya. Anak
yang cerdas dalam bahasa menyukai kegiatan bermain yang memfasilitasi
kebutuhan mereka untuk berbicara, bernegoisi dan mengekspresikan perasaan
melalui kata-kata.90Anak-anak memiliki kemampuan berbahasa yang baik dalam
mengungkapkan pemikiran, perasaan serta tindakan interaktif dengan
lingkungannya sejak usia dini.
Anak usia dini berada pada tahap pertumbuhan dan perkembangan
paling pesat, baik dari segi fisik maupun mental. Selain pertumbuhan dan
perkembangan fisik, perkembangan motorik, moral, sosial emosional, kognitif
dan juga bahasa berlangsung sangat pesat. Aspek-aspek perkembangan
tersebut tidak berkembang secara sendiri-sendiri, melainkan saling terjalin satu
sama lainnya.
Salah satu aspek bahasa yang perlu dipersiapkan dan dikembangkan
pada anak usia Taman Kanak-kanak (TK) untuk menghadapi jenjang pendidikan
selanjutnya adalah kemampuan mengenal huruf. Hal ini juga terdapat pada
permendikbud nomor 146 Tahun 2014 tentang kurikulum PAUD. Salah satu
standar tingkat pencapaian perkembangan anak yaitu pada aspek
perkembangan bahasa. Diantaranya menyebutkan simbol-simbol huruf yang dikenal
dan mengenal suara huruf awal dari nama benda-benda yang ada di sekitarnya.
90
Tadkiroatun Musfiroh, Cerdas Melalui Bermain (Jakarta: Grasindo, 2012), hal. 46
1
2
91
Al-Qur‟an dan Terjemahannya (Jakarta : Kementerian Agama RI, 2017), hal.421
3
lebih lanjut.92
Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses
perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya yang
berada pada rentang usia rentang 0-6 tahun.93 dan termasuk dalam usia anak
taman kanak-kanak. Pada usia TK harus sudah mengenal huruf saat keluar dari
TK, sehingga saat memasuki sekolah dasar anak tidak mengalami kesulitan
untuk menguasai keterampilan membaca.
Untuk menguasai keterampilan membaca di TK diperlukan berbagai cara
dalam proses pembelajaran dalam mengenal huruf salah satunya adalah dengan
menggunakan berbagai media kartu kata agar anak tertarik dengan hal-hal baru
sehingga mereka mudah dalam menerima informasi. Namun ternyata di TK Al
Muttaqin I Rantau Puri Kecamatan Muara Bulian kabupaten Batang hari belum
menggunakan media kartu kata dalam proses pembelajaran dalam mengenal
huruf.
Permasalahan di TK Al Muttaqin I Rantau Puri Kecamatan Muara Bulian
Kabupaten Batang hari pada anak Kelompok B sekarang ini masih banyak yang
belum mengenal huruf. Dari hasil observasi peneliti pada hari Rabu, 23 oktober
2019, peneliti fokus melihat pada aspek perkembangan kognitif mencapai 55%
dari 70%-100% tingkat keberhasilan, dan bahasa mencapai 55%, dari 70%-
100% tingkat keberhasilan.
Dari hasil observasi di atas terlihat jelas dalam aspek kognitif dan bahasa
khususnya kemampuan mengenal huruf anak kelompok B di TK Al Muttaqin I
Rantau Puri Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari masih rendah, yaitu
55%. Rendahnya kemampuan mengenal huruf anak TK tentu saja akan
menimbulkan dampak buruk bagi yang bersangkutan untuk ke jenjang
pendidikan selanjutnya yaitu memasuki sekolah dasar.
Permasalahan dalam pembelajaran mengenal huruf pada anak TK Al
Muttaqin I Rantau Puri Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang hari masih
mengikuti cara-cara lama yang kurang efektif, dan dengan media yang masih
kurang menarik. Pembelajaran mengenal huruf di TK Al Muttaqin I Rantau Puri
92
Meity H. Idris, dkk, Menjadi Pendidik yang Menyenangkan dan Profesional (Jakarta Timur:
Luxima, 2015), hal. 4
93
Hasnida, Analisis Kebutuhan Anak Usia Dini (Jakarta Timur : Luxima, 2015), hal. 5
4
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka
dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan mengenal huruf masih
5
C. Batasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup permasalahan serta keterbatasan yang
penulis miliki, maka dalam usulan penelitian ini penulis melakukan pembatasan
masalah kegiatan “Meningkatkan Kemampuan Mengenal Huruf Menggunakan Media
Kartu Kata Kelompok B di TK Al Muttaqin I Rantau Puri Kecamatan Muara Bulian
Kabupaten Batang Hari”
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan Identifikasi masalah di atas dapat ditarik rumusan masalah
apakah kemampuan mengenal huruf anak dapat ditingkatkan menggunakan
media kartu kata pada Kelompok B TK Al Muttaqin I Rantau Puri Kecamatan
Muara Bulian Kabupaten Batang Hari?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
kemampuan mengenal huruf anak dapat ditingkatkan menggunakan media kartu
kata pada Kelompok B TK Al Muttaqin I Rantau Puri Kecamatan Muara Bulian
Kabupaten Batang Hari.
Manfaat Penelitian ini adalah
1. Secara teoretis
Penelitian ini dapat memberikan wawasan dan pengembangan ilmu
pengetahuan di dunia penelitian dan ilmu tentang pendidikan. Secara praktis
a. Bagi anak didik
Dapat meningkatkan kemampuan mengenal huruf dengan lebih cepat,
tepat dan benar menggunakan media kartu kata.
b. Bagi guru
Dapat menerapkan pembelajaran mengenal huruf dengan cara yang
efektif dan menyenangkan dengan menggunakan media kartu kata.
c. Bagi Lembaga sekolah Anak Usia Dini
6
94
Seefeldt, Carol., & Barbara A Wasik, Pendidikan Anak Usia Dini (Alih bahasa: Pius
Nasar) (Jakarta : Indeks.2010), hal. 330-331
95
Ibid, hal. 331
96
Harun Rasyid dkk, Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini (Yogyakarta: Multi Pressindo.
2009), hal. 241
97
Slamet Suyanto, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta. 2003), hal. 165
7
8
jenis gambar lain. Jika buku, maka buku tersebut hanya berisi gambar, belum
tulisan.
Gambar 1
b. Tahap II: Membaca Gambar + Huruf
Keterampilan membaca anak tahap kedua ini dengan membaca huruf yang
sesuai dengan huruf awal gambar.
Gambar 2
c. Tahap III: Membaca Gambar + Kata “anak ayam”
Keterampilan membaca tahap selanjutnya adalah dengan memperlihatkan
gambar dan tulisan makna gambar.
Anak Ayam
Gambar 3
kabar.98 Perkembangan dasar kemampuan membaca pada anak usia 4-6 tahun
dibagi dalam lima tahap yakni:
a. Tahap Magic
Pada tahap ini anak belajar tentang guna buku. Anak mulai berpikir
bahwa buku adalah sesuatu yang penting. Anak melihat-lihat buku.
b. Tahap Konsep Diri
Anak melihat dirinya sebagai pembaca, mulai terlihat dalam kegiatan
pura-pura membaca, mengambil makna dari gambar, membahasakan buku
walau tidak cocok dengan teks yang ada didalamnya.
c. Tahap Membaca Antara
Anak memiliki kesadaran terhadap bahan cetak. Mereka mungkin
memilih kata-kata yang sudah dikenal, dapat membaca ulang cerita yang sudah
ditulis dan dapat membaca puisi.Pada tahap ini anak mulai mengenali alphabet.
d. Tahap Lepas Landas
Anak mulai menggunakan tiga sistem tanda/cirri yaitu grafonic, semantik,
dan sintaksis. Anak mulai bergairah membaca, mengenali huruf dari konteks,
memperhatikan lingkungan dan membaca apapun di sekitarnya seperti pada
kemasan dan papanpenunjuk.
e. Tahap Independen
Anak dapat membaca secara mandiri, mengkonstruksi makna dari huruf
dan dari pengalaman sebelumnya sertai syarat penulis. Anak-anak dapat
membuat perkiraan tentang isi bacaan. 99
Pada penelitian ini, tahapan membaca yang digunakan adalah tahap
membaca gambar dan kata. Selain itu, dikarenakan obyek yang diteliti adalah
anak di Taman Kanak-kanak atau masih dalam usia prasekolah maka termasuk
dalam tahapan kesiapan membaca. Kesiapan membaca meliputi berbagai
kesiapan belajar, kesiapan fisik meliputi penglihatan dan pendengaran yang baik,
kesiapan intelektual meliputi tingkat persepsi visual minimum anak bisa
menyerap dan mengingat kata-kata dan huruf pembentuknya.
98
Ika Budi Maryatun, PAUD dan Pemanfaatan Bahan Bekas untuk APE (Yogyakarta: Ombak,
2011), hal. 1-2
99
Tadkiroatun Musfiroh, Menumbuh Kembangkan Baca Tulis Anak Usia Dini (Jakarta:
Grasindo.2009), hal. 9
10
2. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang berarti “tengah”,
“perantara” atau “pengantar”. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau
pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Secara lebih khusus,
pengertian media dapat diartikan alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk
menangkap, memproses, dan menyusun kembali formasi visual dan verbal. 100
Media instruksional atau media pembelajaran selalu terdiri dari dua unsur
pokok yaitu unsur peralatan atau perangkat keras (hardware) dan unsur pesan
yang dibawanya (message/software). Unsur pesan adalah informasi atau bahan
ajar dalam tema/topic tertentu yang akan disampaikan atau dipelajari.
Sedangkan unsur perangkat keras adalah sarana atau peralatan yang digunakan
untuk menyampaikan pesan tersebut. Dengan demikian, sesuatu baru dapat
dikatakan sebagai media pembelajaran jika sudah memenuhi dua unsur
tersebut.101
Dari berbagai definisi dari media di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
media adalah segala sesuatu dalam lingkungan anak dan merupakan non
personal (bukan manusia) yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau
isi pelajaran sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
kemampuan anak dalam proses belajar mengajar.
b. Manfaat dan Fungsi Media
1). Manfaat media
Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah
memperlancar interaksi antara guru dan anak sehingga kegiatan pembelajaran
akan lebih efektif dan efisien. Tetapi secara khusus ada beberapa manfaat media
yang lebih rinci. Beberapa manfaat media dalam pembelajaran yaitu:
a) Anak dapat berinteraksi secara langsung dengan lingkungannya.
b) Keseragaman pengamatan atau persepsi belajar pada masing-masing anak.
c) Membangkitkan motivasi belajar anak.
100
Guslinda dkk, Media Pembelajaran Anak Usia Dini (Surabaya: CV.Jakad Publishing
Surabaya.2014), hal. 3
101
Badru Zaman dkk, Media dan Sumber belajar TK (Jakarta: Universitas Terbuka, 2014), hal.
4.5
11
104
Azhar Arsyad Media Pembelajaran (Jakarta: PT Raja Grafindo persada.2009), hal. 64
105
Basrochah , Peningkatan Kemampuan Mengenal Huruf Melalui Penerapan Metode Bermain
Kartu Kata di Kelompok B1 TK ABA Ketanggungan (Yogyakarta: 2011) hal. 80
13
C. Kerangka Berfikir
Berdasarkan kerangka teori yang disusun, maka dapat diketahui bahwa
pengajaran mengenal huruf melalui media bermain kartu kata akan membuat
anak lebih antusias dalam belajar. Anak juga akan tertarik karena kartu yang
digunakan menggunakan huruf, warna, dan gambar yang menarik. Anak akan
tertarik bermain dengan kartu kata. Dengan permainan ini secara tidak sadar
anak akan belajar mengenal huruf dan kata sederhana tanpa disadari kalau dia
sedang belajar membaca permulaan. Dengan kata lain anak melakukan kegiatan
bermain sambil belajar atau belajar melalui bermain.
Dengan demikian maka proses pembelajaran dengan media kartu kata
menjadi lebih cepat dan menyenangkan. Kemampuan mengenal huruf dapat
ditingkatkan melalui penggunaan media kartu kata pada kelompok B di TK Al
Muttaqin I Rantau Puri. Kerangka berpikir tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut:
106
Rosalia Herlianawati, Upaya Meningkatkan Kemampuan menulis Menggunakan media kartu
Bergambar pada Kelompok A TK Mekar Melati, Sleman Yogyakarta. (Skripsi, UNY,2012)
107
Kirana rahmalya, Penerapan Media Kartu Kata Bergambar untuk Mengembangkan Kemampuan
Berbahasa Anak di Taman Kanak=Kanak Al-Kautsar Bandar Lampung (Skripsi, UIN Bandar
Lampung, 2019)
14
Masalah kemampuan
kemampuan mengenal
D. Hipotesis Tindakan
Dalam pelitian ini diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: Kemampuan
mengenal huruf dapat ditingkatkan dengan menggunakan media kartu kata pada
anak kelompok B di TK Al Muttaqin I Rantau Puri Kecamatan Muara Bulian
Kabupaten Batang Hari.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas
merupakan pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan
yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.108
Penelitian tindakan kelas ini merupakan bentuk penelitian refektif yang
dilakukan oleh guru, yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk
pengembangan dan perbaikan pembelajaran. Penelitian tindakan kelas ini juga
merupakan penelitian yang bersifat reparatif yaitu untuk memperbaiki proses
pembelajaran agar anak dapat mencapai hasil yang maksimal.
Tujuan penelitian tindakan kelas adalah memperbaiki proses
pembelajaran nyata yang terjadi di kelas, meningkatkan kegiatan nyata guru
dalam pengembangan kompetensi profesional, dan memperbaiki berbagai
persoalan nyata praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran dikelas.
Penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru sekaligus sebagai peneliti di
kelasnya, atau berkolaborasi dengan guru kelas bekerjasama dengan jalan
merancang, melaksanakan, dan merefleksi tindakan secara partisipasif dengan
tujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran tertentu dalam suatu siklus. Oleh
karena itu, dalam penelitian ini yang diutamakan adalah meningkatkan kualitas
pembelajaran dengan media yang dianggap tepat untuk meningkatkan
kemampuan mengenal huruf menggunakan media kartu kata pada kelompok B.
Sejak dari perencanaan penelitian, peneliti selalu terlibat langsung dalam
proses pembelajaran. Peneliti juga memantau, mencatat, mengumpulkan data,
menganalisis data dan melaporkan hasil penelitian yang dibantu oleh guru kelas.
Guru kelas sebagai kolaborator dalam sebuah penelitian tindakan yang terjadidi
kelas dilakukan secara bersama dengan peneliti.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah subyek dari mana data diperoleh. Subjek
penelitian dalam penelitian ini adalah anak Kelompok B TK Al muttaqin I Rantau
108
Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Edisi Revisi-6 (Bandung:
Rineka Cipta. 2011), hal. 3
15
16
Puri kecamatan Muara Bulian kabupaten Batang Hari yang berjumlah 15 orang
anak dan 2 orang guru.
C. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Kelompok B TK Al muttaqin I Rantau
Puri Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari pada semester ganjil Tahun
Pelajaran 2019/2020 yakni pada Bulan Agustus 2019 bertepatan dengan
semester I tahun Pelajaran 2019/2020.
D. Prosedur Penelitian
Model penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini mengacu pada
model penelitian tindakan bahwa model penelitian Kemmis dan Mc Taggart
merupakan pengembangan model Kurt Lewin. Model Kurt Lewin memiliki empat
komponen yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan
(observing), dan refleksi (reflecting). Model Kemmis dan Mc Taggart, juga
menggunakan keempat komponen penelitian tersebut dalam setiap langkah.
Akan tetapi pada model Kemmis dan Mc Taggart, komponen tindakan dan
pengamatan menjadi satu komponen karena kedua kegiatan ini dilakukan secara
simultan seperti pada gambar berikut:
Keterangan:
Siklus I
1. Tahap ini peneliti melakukan persiapan yang dilakukan untuk pelaksanaan
PTK yaitu peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui
17
109
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: PT Bumi Aksara,2010), hal. 57
18
2. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui
tatap muka dan tanya jawab langsung anatara peneliti dan narasumber. Seiring
dengan perkembangan teknologi, metode wawancara dapat pula dilakukan
melalui media-media tertentu, misalnya telepon, e-mail, atau sykep. Wawancara
terbagi dua kategori yaitu, wawancara terstruktur dan tidak struktur. Wawancara
struktur dimana peneliti mengetahui dengan pasti informasi apa yang hendak
digali dari narasumber. Sedangkan wawancara tidak struktur adalah wawancara
bebas peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara.
3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan untuk mendokumentasikan data tentang
proses pembelajaran yang menggambarkan langkah-langkah kongkrit yang
dipraktikkan guru (peneliti) dalam proses pembelajaran. Dokumentasi foto
dilakukan untuk merekam data visual tentang proses kegiatan pembelajaran atau
hasil pembelajaran. Teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan
menganalisis dokumen- dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun
elektronik. Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat
penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan, laporan kegiatan, foto-
foto, film dokumenter, data yang relevan.
Teknik observasi digunakan untuk mendokumentasikan, merekam serta
menganalisis data baik data tertulis, gambar maupun elektronik yang bermanfaat
sebagai alat bantu dalam pengumpulan data. Dokumentasi yang dilakukan
dengan mengumpulkan RPPH (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian),
foto hasil karya anak, foto-foto anak ketika kegiatan mewarnai berlangsung.
Sebagai alat bantu dalam pengumpulan data maka akan digunakan foto dan
20
F. Instumen Penelitian
Tabel 1.
Kisi-kisi observasi Kemampuan mengenal huruf
Tabel 2.
Rubrik Observasi Kemampuan Mengenal Huruf
No Kriteria Skor
1 Anak dapat/ mampu menyebutkan simbol huruf dengan benar. 3
2 Anak belum dapat/mampu menyebutkan simbol huruf dengan
2
benar.
3 Anak tidak dapat/mampu menyebutkan simbol huruf. 1
Tabel 3.
Rubrik menunjukkan huruf
No Kriteria Skor
1 Anak dapat/ mampu menunjukkan simbol huruf dengan benar. 3
2 Anak belum dapat/mampu menunjukkan simbol huruf dengan
2
benar.
3 Anak tidak dapat/ mampu menunjukkan simbol huruf. 1
Tabel 4.
Rubrik menghubungkan gambar dengan huruf
No Kriteria Skor
1 Anak dapat/ mampu menghubungkan gambar dengan huruf 3
dengan benar.
2 Anak belum dapat/mampu menghubungkan gambar dengan 2
huruf dengan benar.
110
Acep Yoni, Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. (Yogyakarta: Citra Media, 2010)hal. 60
21
Keterangan :
f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N = number of cases (jumlah frekuensi)
p = angka persentase
Untuk mengetahui peningkatan kemampuan mengenal huruf anak
dilakukan dengan membuat perbandingan persentase skor yang diperoleh anak
sebelum dan setelah pembelajaran dengan media kartu kata.
H. Indikator Keberhasilan
Keberhasilan dalam penelitian ini dianggap berhasil apabila ada
111
Anas Sudjiono. Pengantar Statiska (Jakarta: Rajawali Press,2010), hal. 43
22
BAB I
PENDAHULUAN
112
Anonim. Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Dan Terjemahnya. (Bandung: PT. Sygma
Axamediaarkanleema), 2009
113
Muhammad Ali Ash-Shaabuniy, Studi Ilmu Al-Qur‟an (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2007), hal.15
1
2
di utus nya Rasulullah SAW untuk menjadi rahmat seluruh alam adalah dengan cara
menyempurnakan akhlaq manusia. 114
Di dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu „Anhu, Rasulullah Shallallahu
„Alaihi Wasallam bersabda:
114
Rosihon Anwar, Pengantar Ulumul Qur‟an (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2012), hal. 95
115
https://minanews.net/nabi-diutus-untuk-memperbaiki-akhlak-manusia/ Diakses 10 September 2019
116
Tatang S, ilmu pendidikan (Bandung:CV. PUSTAKA SETIA, 2012) hal. 15
3
Salafiyah sendiri berasal dari kata dasar salaf, artinya yang telah lalu. Kemudian
menjadi salafiyah yang berarti mengikuti golongan salaf. Dalam tinjauan bahasa ,
kata salafiyah biasanya digabungkan dengan kata lain untuk tujuan tertentu. Kata
yang mendahului kata salaf menjadi penentu pemaknaan lengkap kata salafiyah.
Seperti kata faham, sistem, atau model, yang dimuzafkan (disambungkan) pada kata
salafiyah. Masing-masing memiliki pengertian berbeda, membawa maksud sesuai
terminologi pembuat gabungan kata salafiyah dengan kata sebelumnya. 120
Sudah tidak diragukan lagi bahwa pesantren memiliki kontribusi nyata dalam
pembangunan pendidikan. Apalagi dilihat secara historis, pesantren memiliki
pengalaman yang luar biasa dalam membina dan mengembangkan (karakter)
masyarakat. Bahkan, pesantren mampu meningkatkan perannya secara mandiri
dengan menggali potensi yang dimiliki masyarakat di sekelilingnya. pesantren
memiliki posisi strategis untuk turut mengawal pengembangan pendidikan karakter.
Pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan
secara sistematis untuk membantu memahami nilai-nilai perilaku manusia dalam
praktik kehidupan dalam masyarakat. Pendidikan karakter di pesantren ditekankan
untuk menanamkan kebiasaan tentang hal yang baik sehingga santri menjadi paham
tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan nilai yang baik dan biasa
melakukannya.
Untuk mencapai keberhasilan pendidikan diperlukan adanya kerja sama
antara pendidik dan peserta didik. Dalam dunia pesantren istilah tersebut dinamai
dengan sebutan kiyai dan santri. Namun perlu digaris bawahi, bahwa adanya proses
belajar mengajar dalam lembaga pendidikan sangat membutuhkan adanya sebuah
119
Ibid.,hal. 19
120
Ibid.
5
akhlak dan aturan yang bisa mengantarkan kepada sebuah keberhasilan guru dan
murid. Dengan kata lain, adanya suasana religius dan membiasakan akhlak yang
baik dalam setiap kegiatan belajar mengajar merupakan langkah maju menuju cita-
cita keseimbangan dunia dan akhirat.
Oleh karena itu, untuk membentuk karakter seseorang sangat tidak mungkin
tanpa pendidikan, begitulah dengan KH.Hasyim Asy‟ari seorang tokoh yang berhasil
mempengaruhi dunia pendidikan. Yang terkenal dengan ulama dan kiyai yang
mengajarkan kepada santri-santrinya yang lebih mengedepankan karakter atau
akhlaq dalam menuntut ilmu. Salah satu karyanya yang sangat populer di dunia
pendidikan hingga saat ini, yaitu: Adab al-Alim wa al-Muta‟allim (akhlak pengajar
dan pelajar). Yang di dalamnya membahas tentang hal-hal yang diperlukan oleh
pelajar dalam kegiatan belajar serta hal-hal yang berhubungan dengan pengajar
dalam kegiatan pembelajaran.
Karya ini merupakan resume dari buah kitab yang menguraikan tentang
pendidikan Islam, yaitu Ta‟lim al-Muta‟allim fi Tariq at- Ta‟allum (pengajaran untuk
pelajar: tentang cara-cara belajar) yang dikarang oleh Syaikh Burhan al-Din al-
Zarnuji (W 591 H/1194 M). Kitab ini menjelaskan bagaiamana karakter-karakter
yang harus dimiliki seorang pendidik dan peserta didik (kiyai dan santri) dalam
kalangan pesantren. Karakteristik pemikiran pendidikan kyai Hasyim dalam kitab ini
dapat digolongkan dalam corak praktis yang tetap berpegangan teguh pada Al-
Qur‟an dan al-Hadis.
Untuk itu, tokoh yang penulis angkat disini adalah KH.Hasyim Asy‟ari. Beliau
merupakan seorang pahlawan Nasional dan tokoh Ulama‟ Nasionalis yang telah
meninggalkan kita berpuluh-puluh tahun yang lalu. Sehingga penulis perlu
menelaah tentang konsep pemikiran KH. Hasyim As‟ari yang merupakan tokoh
bangsa serta ulama‟ yang peduli peduli dengan pendidikan, khususnya pendidikan
karakter. Berbagai kajian dari para tokoh pendidikan Islam sudah banyak
disampaikan. Namun pemikiran pendidikan KH. Hasyim Asy‟ari, yang akrab
dipanggil Mbah Hasyim, dalam bidang pendidikan merupakan dimensi yang menarik
untuk penulis kaji.
Dari uraian di atas, penulis ingin lebih jauh mengkaji tentang pemikiran KH.
M. Hasyim Asy‟ari. Dengan membahas kajian tentang Konsep Pemikiran KH. M.
6
C. Fokus Penelitian
Sesuai dengan judul yang penulis teliti dan untuk menjaga adanya kekaburan
pemahaman terhadap judul ini, maka perlu kiranya penulis kemukakan fokus
penelitian untuk mempermudah memahaminya. Adapun fokus penelitian
pembahasan ini adalah Konsep Pemikiran Pendidikan Karakter Khas Pesantren.
D. Tujuan dan Kegunaan penelitian
1. Tujuan Penelitian
A. Landasan Teori
1. Pengertian Pemikiran dan Pendidkan
Secara etimologi, pemikiran berasal dari kata dasar “pikir” yang berarti proses,
cara, atau perbuatan memikir, yaitu menggunakan akal budi untuk memutuskan suatu
persoalan dengan mempertimbangkan segala sesuatu secara bijaksana. Dalam
konteks ini, pemikiran dapat diartikan sebagai upaya cerdas dari proses kerja akal
dan kalbu untuk melihat fenomena dan berusaha mencari penyelesaiannya secara
bijaksana.121
Lazimnya, apabila sesuatu telah diteorikan (konsep), pemikiran adalah
elaborasi terhadap sebuah teori (konsep) atas dasar tuntutan fenomena-fenomena,
konteks, atau realitas.122 Pendidikan dalam pengertian yang lebih luas dapat diartikan
sebagai suatu proses pembelajaran kepada peserta didik (manusia) dalam upaya
mencerdaskan dan mendewasakan peserta didik tersebut.
Kata pendidikan berasal dari bahasa Yunani yaitu, “pedagogia”, atau
“peadgogos” yang berarti pembimbing anak, atau seseorang yang tugasnya
membimbing anak dalam pertumbuhannya ke arah kemandirian dan sikap tanggung
jawab.123
Pendidikan berasal dari kata “didik” yang artinya memelihara dan memberi
latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Mendapat awalan “pen” dan akhiran
“an” yang berarti proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan.124
Dari pengertian di atas, pendidikan pada dasarnya adalah proses
membimbing, mengarahkan dan memberi latihan kepada seseorang atau sekelompok
orang dalam rangka memelihara dan menumbuhkembangkan kemandirian,
kecerdasan pikiran, serta sikap yang baik dalam pertumbuhan ke arah kedewasaan.
121
A.Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta: Amzah, 2010), hal. 2-3
122
Izomiddin, Pemikiran Dan Filsafat Hukum Islam (Jakarta: prenadamedia, 2018), hal. 1
123
Chairul Mahfud, Pendidikan Multikultural (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hal. 32
124
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2012), hal. 326
8
9
Sedangkan dalam konteks Islam pendidikan dikenal dengan tiga istilah, yaitu
al-tarbiyah, al-ta‟lim, dan al-ta‟dib. Istilah “tarbiyah” ( )تربيةdari kata ( )ربmengandung
arti mengasuh, memelihara, memperbaiki, dan menumbuh kembangkan dengan
penuh kasih sayang. Pengertian “ta‟lim” ( )تعليمdari kata kerja ( )علمyang berarti
pengajaran, pengarahan, dan pendidikan. Dan “ta‟dib” ( )تعدبdari kata ( )أدبyang
berarti pendidikan, kepatuhan, sopan santun. 125
Makna al-tarbiyah atau pendidikan adalah istilah yang berkaitan dengan usaha
menumbuhkan atau menggali segenap potensi fisik, psikis, bakat, minat, talenta dan
berbagai kecakapan lainnya yang dimiliki manusia, atau mengaktualisasikan berbagai
potensi manusia yang terpendam, kemudian mengembangkannya dengan cara
merawat dan memupuknya dengan penuh kasih sayang. Yang di dalam proses
tersebut terdapat unsur pendidik, peserta didik, dan unsur caranya.
Kata al-ta‟lim banyak dijumpai di dalam al-Qur‟an, dan umumnya diartikan
dengan pengajaran atau mengajar. Menurut Quraish Shihab sebagaimana yang
dikutip oleh Abuddin Nata mengartikan kata yu‟allimu dengan artian mengajar yang
tidak lain kecuali hanya mengisi benak anak didik dengan pengetahuan yang
berkaitan dengan alam metafisika serta fisik. Kata al-ta‟lim ini termasuk yang paling
popular dan banyak digunakan di Indonesia untuk kegiatan pendidikan non formal,
seperti pada kegiatan majelis ta‟lim.
Sedangkan kata al-ta‟dib merupakan kegiatan pendidikan sebagai sarana
tranformasi nilai-nilai akhlak mulia yang bersumber pada ajaran agama ke dalam diri
manusia, serta menjadi dasar bagi terjadinya proses Islamisasi ilmu pengetahuan.
Ketiga istilah tersebut jelas dipahami bahwa pendidikan adalah upaya yang
dilakukan pendidik dalam rangka menumbuhkembangkan potensi peserta didik baik
jasmani maupun rohani melalui serangkaian proses bimbingan dan arahan agar
pesera didik menjadi individu yang lebih baik. Islam sangat memberikan perhatian
yang sangat besar kepada kegiatan pendidikan. Islam memberikan penghargaan
yang setinggi-tingginya bagi siapa saja yang menumbuhkembangkan fungsi akal
melalui berbagai proses belajar mengajar, mendidik dan mencerahkan Bahkan wahyu
pertama yang turun kepada Rasulullah Saw adalah perintah untuk membaca (iqra‟)
yang terdapat dalam Q.S. al-„Alaq (ayat 1-5):
125
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana Media Group, 2010), hal. 8 -14
10
)5( سانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم ِ ْ ) َعلا َم4( علا َم بِ ْالمَلَ ِم
َ اْل ْن َ الاذِي
Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah
Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (Q.S Al-Alaq:1-
5)126
ح وا ي َ ف ْ سَ ح ِ ا
َّللا ُ ل َ كُ ْم ۖ َو إ ِ ذ َ ا ل ِ ي َل َ ح وا ف ِ ي ال ْ َم
ُ َ ج ا لِ ِس ف َا ف ْ س ُ ي َ ا أ َي ُّ هَ ا ال ا ِذ ي َن آ َم ن ُ وا إ ِ ذ َ ا ل ِ ي َل ل َ ك ُ مْ ت َف َ سا
َّللا ُ ب ِ َم ا
ت ۚ َو ا ٍ جا َ َّللا ُ ال ا ِذ ي َن آ َم ن ُ وا ِم نْ كُ مْ َو ال ا ِذ ي َن أ ُوت ُوا ال ْ ِع لْ مَ دَ َر
ا ن ْ ش ُ ُز وا ف َ ا ن ْ ش ُ ُز وا ي َ ْر ف َ ع ِ ا
َ ت َعْ َم ل ُو َن
خ ب ِ ير
Artinya :“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-
lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.( QS. Al-
Mujadalah ayat 11)127
Selanjutnya pengertian pendidikan menurut Drikarya yang mengungkapkan
bahwa pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia muda. Pengangkatan
manusia ke taraf insani itulah yang disebut mendidik. Ahmad D. Marimba,
mengartikan pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik
126
Anonim, Al-Qur‟an dan Terjemahnya. hal. 597
127
Anonim, Al-Qur‟an dan Terjemahnya. hal. 543
11
128
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan ( Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hal. 3
129
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal. 25
130
A.Susanto, Loc. Cit., hal. 3
131
Zakiah Daradjat, Op., Cit., hal. 27
12
Istilah karakter berasal dari charaassein bahasa Latin yang berarti “dipahat
atau diukir”. Membentuk karakter diibaratkan mengukir di atas permukaan besi yang
keras. Dalam kamus psikologi, karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis
atau moral, misalnya kejujuran seseorang, dan biasanya mempunyai kaitan dengan
sifat-sifat yang relatif tetap.132
Kata karakter dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan sifat- sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan sesorang dengan yang lain. 133
Dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi character yang berarti, tabiat, budi
pekerti, watak. Secara istilah, karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya
yang bergantung pada faktor kehidupannya sendiri. 134
Terkait pengertian karakter ada beberapa ahli yang memiliki berbagai
pemahaman. Mereka memberikan pemaknaan karakter sesuai dengan pendekatan
yang dilakukan oleh ahli tersebut. Sudewo menyatakan bahwa karakter merupakan
kumpulan dari tingkah laku baik dari seorang anak manusia. Tingkah laku ini
merupakan perwujudan dari kesadaran menjalankan peran, fungsi, dan tugasnya
mengembangkan amanah dan tanggung jawab.39 Adiwimarta mengartikan karakter
sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak, budi pekerti yang membedakan seseorang
dengan lainnya.135
Dalam hal ini Sudewo lebih menekankan pengertian karakter pada perwujudan
perilaku baik manusia yang bersumber dari kesadaran menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya dalam kehidupan. Simon Philips mengungkapkan karakter adalah
132
Jamal Ma‟mur Asmani, Buku Panduan Inrenalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah (Yogyakarta:
Diva Press, 2013), hal. 27
133
Departemen Pendidikan Nasional, Op.Cit.,hal. 623
134
Agus Zainul Fitri, Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikan Nilai & Etika di Sekolah (Jakarta: Ar-
Ruzz Media, 2012), hal. 20
135
Ibid.,hal. 21
13
kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem yang melandasi pemikiran, sikap
dan perilaku yang ditampilkan.
Berbeda dengan Doni Kusuma yang mengartikan karakter adalah kepribadian
yang dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri
seseorang yang bersumber dari berbagai bentukan yang diterima dari lingkungan.
Misalnya, lingkungan keluarga. 136
Hermawan Kertajaya mendefinisikan karakter adalah ciri khas yang dimiliki
oleh suatu: benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada
kepribadian benda atau individu tersebut dan merupakan mesin pendorong
bagaimana seorang bertindak, bersikap. berujar, dan merespon sesuatu. 137
Sedangkan menurut Witherington, karakter adalah keseluruhan tingkah laku
seseorang yang diintegrasikan, sebagaimana yang tampak pada orang lain. Karakter
ini bukan hanya yang melekat pada diri seseorang, tetapi lebih merupakan hasil
daripada suatu pertumbuhan yang lama dalam suatu lingkungan cultural. 138
Apa pun sebutannya karakter ini adalah sifat batin manusia yang memengaruhi
segenap pikiran dan perbuatannya. Banyak yang memandang atau mengartikannya
identik dengan kepribadian. Karakter ini lebih sempit dari kepribadian dan hanya
merupakan salah satu aspek kepribadian sebagaimana juga temperamen. Watak dan
karakter berkenaan dengan kecenderungan penilaian tingkah laku individu
berdasarkan standar-standar moral dan etika.139
Sikap dan tingkah laku seorang individu dinilai oleh masyarakat sekitarnya
sebagai sikap dan tingkah laku yang diinginkan atau ditolak, dipuji atau dicela, baik
ataupun jahat. Dengan mengetahui adanya karakter (watak, sifat, tabiat ataupun
perangai) seseorang dapat memperkirakan reaksi-reaksi dirinya terhadap berbagai
fenomena yang muncul dalam diri ataupun hubungannya dengan orang lain, dalam
berbagai keadaan serta bagaimana mengendalikannya.140
Adapun istilah karakter dalam pandangan Islam menurut Quraish Shihab
dinamai rusyd. Ia bukan hanya nalar, tetapi gabungan antara nalar, kesadaran moral,
136
M. Najib, Novan Ardhy Wiyani, Manajemen Strategik Pendidikan Karakter Bagi Anak Usia Dini
(Yogyakarta: Gava Media, 2016), hal. 59
137
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013), hal. 11
138
Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hal. 37.
139
Abdul Majid dan Dian Andayani, Op. Cit.,hal. 12
140
Ibid.
14
dorongan dari karakter yang ada padanya. Dengan adanya karakter (watak, sifat,
tabiat, ataupun perangai) seseorang dapat memperkirakan reaksi-reaksi dirinya
terhadap fenomena yang muncul dalam diri ataupun hubungan dengan orang lain,
dalam berbagai keadaan serta bagaimana mengendalikannya. 144
Ahli pendidikan dasar Marlene Lockheed menjelaskan terdapat empat tahap
pendidikan karakter yang perlu dilakukan, yang meliputi, tahap pembiasaan, sebagai
awal perkembangan karakter anak. tahap pemahaman dan penalaran terhadadap
nilai, sikap, perilaku dan karakter siswa tahap penerapan berbagai perilaku dan
tindakan siswa dalam kenyataan sehari- hari. Dan selanjutnya tahap pemaknaan,
yaitu suatu tahap refleksi dari para siswa melalui penilaian terhadap seluruh sikap
dan perilaku yang telah mereka pahami dan lakukan dan bagaimana dampak dan
manfaatnya dalam kehidupan. 145
Dari pengertian karakter di atas dapat dipahami bahwa karakter identik dengan
akhlak sehingga karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang universal yang
meliputi seluruh aktivitas manusia-baik dalam rangka berhubungan dengan Tuhan,
diri sendiri, sesama manusia, maupun lingkungan- yang terwujud dalam pikiran,
sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatannya berdasarkan norma-norma agama,
hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Dari konsep karakter ini muncul konsep
pendidikan karakter (character education).146
Karakter Menurut Kepmendiknas, Dirjen Pendidikan Agama Islam,
Kementerian Agama Republik Indonesia mengemukakan bahwa karakter dapat
diartikan sebagai totalitas ciri-ciri pribadi yang melekat dan dapat diidentifikasi pada
perilaku individu yang bersifat unik, dalam arti secara khusus ciri-ciri ini membedakan
antara satu individu dengan yang lainnya. Karena ciri-ciri karakter tersebut dapat
diidentifikasi pada perilaku individu dan bersifat unik, maka karakter sangat dekat
dengan kepribadian individu. Meskipun karakter setiap individu ini bersifat unik,
karakteristik umum yang menjadi stereotip dari sekelompok masyarakat dan bangsa
dapat diidentifikasi sebagai karakter suatu komunitas tertentu atau bahkan dapat pula
dipandang sebagai karakter suatu bangsa. Dengan demikian, istilah karakter
144
Nur Zaini (2014), Pendidikan Karakter Perspektif Islam, e-Journal Kopertais, Vol. 8, No. 1, hal.12
145
Abdul Majid, Dian Andayani Op.cit.,hal. 109
146
Marzuki, loc. Cit.,hal. 20
16
berkaitan erat dengan kepribadian seseorang, sehingga ia bisa disebut dengan orang
yang berkarakter jika perilakunya sesuai dengan etika atau kaidah moral. Meskipun
demikian, kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin seseorang yang telah
terbiasa tersebut secara sadar menghargai pentingnya nilai-nilai karakter.147
Menurut Kepmendiknas, karakter adalah sebagai nilai-nilai khas yang baik
(tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik
terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku.
Pertimbangan di atas juga dalam rangka mewujudkan bangsa yang berbudaya
melalui 18 penguatan nilai -nilai, yaitu :148
a. Religius
Pikiran, perkataan dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan
pada nilai ketuhanan.
b. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
c. Toleran
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat,
sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
d. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan
dan peraturan.
e. Bekerja Keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai
hambatan guna menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
f. Kreatif
Berfikir dan melakukan sesuatu secara logis untuk menghasilkan cara baru dari
apa yang telah dimiliki.
g. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
147
E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal. 4
148
Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Pendidikan Karakter Internalisasi dan Metode Pembelajaran di
Sekolah (Yogyakarta: Kata Pena, 2017), hal. 22 -23
17
h. Demokratis
Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama, hak dan kewajiban dirinya
dan orang lain.
i. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan
meluas dari apa yang dipelajrinya, dilihat dan didengar.
j. Semangat Kebangsaan
Cara berfikir, bertindak dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan
Negara diatas kepentingan individu dan kelompok.
k. Cinta Tanah Air
Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian , dan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, dan politik bangsa.
l. Menghargai Prestasi.
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang
yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan
orang lain.
m. Komunikatif.
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerjasma
dengan orang lain.
n. Cinta Damai.
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan
aman atas kehadiran dirinya.
o. Gemar Membaca.
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan bagi dirinya.
p. Peduli Lingkungan.
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan
alam disekitarnya, dan mengembangkan upaya untuk memperbaiki kerusakan
alam yang sudah terjadi.
q. Peduli Sosial.
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya memberi bantuan bagi orang lain dan
18
149
Ibid.,hal. 22-23
19
individu yang satu dengan individu yang lainnya, yang melekat pada diri individu itu
sendiri, maupun hasil dari pertumbuhan individu di suatu lingkungannya.
3. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter secara teoretik sebenarnya telah ada sejak Islam
diturunkan di dunia, seiring dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW untuk
memperbaiki atau menyempurnakan akhlak (karakter) manusia. Pendidikan karakter
diartikan dengan pendidikan akhlak. Kata akhlaq berasal dari bahasa Arab, yakni
jama‟ dari khuluqun yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat, tata
karma, sopan santun, adab dan tindakan.151
Pendidikan karakter menurut al-Qur‟an lebih ditekankan pada membiasakan
orang agar mempraktikkan dan mengamalkan nilai-nilai yang baik dan menjauhi nilai-
nilai yang buruk dan ditujukan agar manusia mengtahui tentang cara hidup, atau
bagaimana seharusnya hidup, karakter (akhlak) menjawab pertanyaan manusia
tentang manakah hidup yang baik bagi manusia, dan bagaimanakah seharusnya
berbuat, agar hidup memiliki nilai, kesucian, dan kemuliaan.152
Ajaran Islam sendiri mengandung sistematika ajaran yang tidak hanya
menekankan pada aspek keimanan, ibadah dan mu‟amalah, tetapi juga akhlak.
Pengalaman ajaran islam secara utuh (kuffah) merupakan model karakter seorang
muslim, bahkan dipersonifikasikan dengan model karakter Nabi Muhammad SAW,
yang memiliki sifat Shidiq, Tabligh, Amanah, Fathonah.153
Dengan demikian, pendidikan karakter yang berbasis pada al-Qur‟an dan as-
Sunnah merupakan ujung tombak pembentukan perilaku peserta didik yang
berkarakter mulia, yaitu 154:
a. Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya berikut seluruh ajaran-Nya.
b. Berfikir rasional.
c. Selalu berdzikir kepada Allah.
d. Selalu bersholawat kepada Rosulullah SAW.
e. Cerdas intelektualitasnya.
151
Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam
(Bandung: CV. Pustaka Setia, 2013), hal. 43
152
Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam Isu-Isu Kontemporer Tentang Pendidikan Islam
(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013), hal. 166-167
153
E. Mulyasa, Op. Cit.,hal. 5
154
Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Op. Cit.,hal. 56
21
f. Cerdas emosinya.
g. Cerdas spiritualitasnya.
h. Taat pada hukum Allah dan hukum negara.
i. Jujur, adil, amanah, dan tabligh.
j. Toleran dan menghargai pendapat orang lain dengan bijaksana.
157
Ibid.,hal. 184
158
Dharma Kesuma, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah (Bandung: PT. Remaja
RosdaKarya, 2011), hal. 5
23
159
Pupuh Faturrohman, Pengembangan Pendidikan Karakter (Bandung: Refika Aditama, 2013), hal.15
160
Muhammad Jafar Anwar, Membumikan Pendidikan Karakter (Jakarta: CV. Suri Tatu‟uw, 2015), hal.
38
161
Salman Harun, Tafsir Tarbawi (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2013), hal. 30
162
Muchlas Samani Dan Hariyanto, Pendidikan Karakter (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017),
hal. 43
24
negatif dalam diri, kita akan menjadi beban bagi diri sendiri dan orang lain. Sikap
adalah sesuatu yang kita pilih. Bahagia atau menderita semua sebab dari pilihan
yang kita putuskan.
7) Bekerja Keras
Tidak akan sesuatu mencapai pada tujuan yang ditetapkan kecuali dengan kerja
keras. Kerja keras akan mendatangkan keuntungan-keuntungan kepada orang
yang melakukannya. Dalam kerja keras mencakup inisiatif, ketekunan, penetapan
tujuan, dan kecerdikan.
8) Integritas
Integritas berarti mengikuti prinsip moral yang setia pada kesadaran moral,
menjaga kata-kata, dan berdiri pada apa yang kita percayai. Memiliki integritas
adalah menjadi “seluruhnya” sehingga apa yang kita katakan dan kita lakukan
dalam situasi apapun (yang berbeda) tetap konsisten. Integritas berbeda dengan
kejujuran. Kejujuran adalah menceritakan kebenaran kepada orang lain,
sedangkan integritas adalah mengatakan yang sebenarnya pada diri sendiri.
Thomas Lickona (2013) mengutip seorang penulis Josh Billings yang
mengutarakan bahwa bentuk penipuan yang paling membahayakan adalah
menipu diri sendiri. Menipu diri sendiri memungkinkan seseorang untuk
melakukan apapun yang diinginkannya termasuk kejahatan besar dan kemudian
ia akan mencari alasan untuk membenarkan tindakannya.
Dalam buku kajian tasawuf, Sai Hawwa (1995) menyatakan bahwa orang yang
paling merugi adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya. Oleh karena itu,
berkawan dengan orang yang bodoh tetapi mampu mengendalikan hawa nafsu
akan lebih baik dibandingkan berteman dengan orang pandai yang menurutkan
hawa nafsunya. Dengan kepandaiannya ia akan selalu mencari alasan untuk
melegalkan atau membenarkan setiap perbuatannya termasuk perbuatan
buruknya (kejahatannya).
9) Syukur
Karakter bersyukur sering digambarkan sebagai rahasia orang untuk mencapai
hidup bahagia. Ajaran islam mengajarkan bahwa orang yang bersyukur akan
semakin mendapatkan banyak keberkahan dalam hidupnya. Semakin bersyukur
kita terhadap apa yang diberikan Allah Swt.,semakin Allah akan menambahkan
28
167
Ibid., hal. 23
168
A. Doni Koesoema, Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak Di Zaman Global (Jakarta: PT
Grasindo, 2007), hal. 4
29
169
Ibid.
170
Rosidatun, Model Implementasi Pendidikan Karakter (Gresik: Caramedia Communication, 2018),
hal. 20-21
171
Ibid., hal. 21
30
penyelenggran dari hasil pendidikan yang mengarah paa pencapaian karakter dan
akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang. 172
Menurut Najib Zulham, tujuan pendidikan karakter adaah untu
mengembangkan karakter bangsa agar mampu mewujudkan nilai-niai luhur
pancasila.46 Sementara itu T. Ramli berpendapat bahwa tujuan dari pendidikan
karakter adalah membentuk pribadi anak menjadi pribadi ang baik, jika dimsayarakat
menjadi warga yang baik, dan jika dalam kehidupan bernegara menjadi warga
Negara yang baik.173
Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang
tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleransi, bergotong royong,
berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi
yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan pancasila.174
Pendidikan karakter bertujuan membentuk dan membangun pola pikir, sikap,
dan perilaku peserta didik agar menjadi pribadi yang berakhlakul karimah, berjiwa
luhur, dan bertanggung jawab. 175 Pendidikan yang bertujuan melahirkan insan cerdas
dan berkarakter kuat juga pernah ditegaskan oleh Martin Luther King, “Intelligence
plus character, that is goal of true education” (kecerdasan yang berkarakter adalah
tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya).176
Islam selalu memposisikan pembentukan akhlak atau karakter anak pada pilar utama
tujuan pendidikan. Untuk mewujudkan pembentukan akhlak pada anak, Al-Ghazali
menawarkan sebuah konsep pendidikan yang bertujuan mendekatkan diri kepada
Allah. Menurutnya mendekatkan diri kepada Allah merupakan tolak ukur
kesempurnaan manusia, dan untuk menuju kesana ada jembatan yang disebut ilmu
172
Mansur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional (Jakarta: Bumi
Aksara, 2012), hal. 81
173
Agus Wibowo, Manajemen Pendidikan Karakter Di Sekolah Konsep Dan Praktik Implementasi
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hal. 34
174
Daryanto, Suryatri Darmiatun, Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah (Yogyakarta: Gava
Media, 2013), hal. 44
175
Agus Zainul Fitri, Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikan Nilai & Etika di Sekolah (Jakarta: Ar-
Ruzz Media, 2012), hal. 22
176
Jamal Ma‟mur Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah (Yogyakarta:
Diva Press, 2013), hal. 29
31
177
Nur Ainiyah, Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Agama Islam, Jurnal Al-Ulum (Jurnal Studi
Islam), Vol. 13 Nomor 1, Juni 2013 , hal.32
178
Pupuh Faturrohman, Op. Cit., hal. 98
179
Muhammad Jafar Anwar, Op. Cit.,hal. 34
32
180
Agus Zainul Fitri, Op.Cit.,hal. 24
181
Daryanto, Suryatri Darmiatun, Op. Cit.,hal. 45
182
Binti Maunah (April 2015), Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembentukan Kepribadian
Holistik Siswa, Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun V, No. 1, hal. 92
183
Yopi Fajar Suryadi, skripsi, Konsep Pendidikan Karakter Menurut KH. Zainuddin Fananie Dan
Implikasinya Pada Pendidikan Islam (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2013), hal. 21
33
184
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, Kosepsi dan Aplikasinya Dalam Lembaga Pendidikan
(Jakarta: PT Adhitiya Andrebina Agung, 2011), hal.16
185
Ibid.,hal.16-17
34
membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku
guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi,
dan berbagai hal terkait lainnya.
Proses pendidikan karakter ataupun, pendidikan akhlak dipandang sebagai
usaha sadar atau terencana, bukan usaha yang sifatnya terjadi secara kebetulan.
Atas dasar ini, pendidikan karakter adalah usaha yang sungguh-sungguh untuk
memahami, membentuk, memupuk nilai-nilai etika, baik untuk diri sendiri maupun
untuk semua warga masyarakat atau warga negara secara keseluruhan. 186
Menurut Frye dkk pendidikan karakter adalah upaya sengaja untuk membantu
orang mengerti, peduli tentang, dan berbuat atas dasar nilai-nilai etik. Dalam defenisi
ini pendidikan karakter merujuk pada tiga komponen yang harus diolah, yakni: (1)
pikiran, yang ditunjukkan dengan kata understand, (2) rasa, yang ditunjukkan
dengan kata care about, dan (3) raga, yang ditunjukkan dengan kata act upon core
ethical values.187
Menurut Peterson pendidikan karakter adalah suatu istilah yang luas yang
digunakan untuk menggambar kurikulum dan ciri-ciri organisasi sekolah yang
mendorong pengembangan nilai-nilai fundamental anak-anak di sekolah. Dikatakan
istilah yang luas karena mencakup berbagai subkomponen yang menjadi bagian dari
program pendidikan karakter seperti pembelajaran dan kurikulum tentang
keterampilan-keterampilan sosial, pengembangan moral, pendidikan nilai,
pembinaan kepedulian, dan berbagai program pengembangan sekolah yang
mencerminkan beraktivitas yang mengarah pada pendidikan karakter.188
Menurut Berkowitz and Bier juga mengumpukan beberapa defenisi tentang
pendidikan karakter yang di jabarkan sebagai berikut:
a. Pendidikan karakter adalah gerakan nasional dalam menciptakan sekolah untuk
mengembangkan peserta didik dalam memiliki etika, tanggung jawab, dan
kepeduliaan dengan menerapkan dan mengajarkan karakter-karakter yang baik
melalui penekanan pada nilai-nilai universal. Pendidikan karakter adalah usaha
yang disengaja, proaktif yang dilakukan oleh sekolah dan pemerintah (daerah
186
Ibid.,hal. 19
187
Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter Landasan, Pilar & Implementasi (Jakarta: Prenadamedia,
2016), hal. 8
188
Ibid.,hal. 9
35
dan pusat) untuk menanamkan nilai-nilai inti, etis seperti kepedulian, kejujuran,
keadilan, tanggung jawab dan penghargaan terhadap diri dan orang lain
(character Education Partnership).
d. Pendidikan karakter adalah pendekatan apa saja yang disengaja oleh personal
sekolah, yang sering berhubungan dengan orang tua dan anggota masyarakat,
membantu peserta didik dan remaja menjadi peduli, penuh prinsip, dan
bertanggung jawab (National Commission Character Education)
189
Ibid.,hal. 9-10
36
relasional antar pribadi dengan berbagai macam dimensi, baik dari dalam maupun
dari luar dirinya, agar pribadi itu semakin dapat menghayati kebebasannya sehingga
ia dapat semakin bertanggung jawab atas pertumbuhan dirinya sendiri sebagai
pribadi dan perkembangan orang lain dalam hidup mereka”.190
Menurut Haynes, dkk mendefenisikan, pendidikan karakter adalah gerakan
nasional untuk menciptakan sekolah-sekolah yang membantu perkembangan budi
pekerti, tanggung jawab dan kepedulian anak-anak muda dengan keteladanan dan
pengajaran karakter yang baik yang berlandaskan pada nilai-nilai universal yang
disepakati bersama. Menurut De Roche, dkk mendefenisikan pendidikan karakter
adalah sebuah upaya komunitas, dalam hal ini keluarga dan sekolah sebagai peran
utama, dalam mendidik anak-anak dan remaja dengan nilai-nilai kepribadian dan
kewarganegaraan yang membuat mereka menjadi pribadi dan warga negara yang
baik.191
Pendidkan karakter artinya proses pembentukan karakter, dimana karakter itu
dibentuk oleh kebiasaan, dan kebiasaan itu adalah hasil dari perbuatan yang
dilakukan berulang-ulang, sedangkan perbuatan adalah aksi dari sebuah gagasan,
sebagaimana dikatakan oleh Covey,” Taburlah gagasan, tuailah perbuatan.Taburlah
perbuatan, tuailah kebiasaan. Taburlah kebiasaan, tuailah karakter. Taburlah
karakter, tuailah nasib.”
Menurut Thomas Lickona, pendidikan karakter adalah pendidikan untuk
“membentuk” kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya
terlihat dalam tindakan nyata seseorang yaitu tingkah laku yang baik, jujur,
bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras dan sebagainya. Ada
dua paradigma dasar pendidikan karakter:
a. Pertama, paradigma yang memandang pendidikan karakter dalam cakupan
pemahaman moral yang sifatnya lebih sempit. Pada paradigma ini disepakati
telah adanya karakter tertentu yang tinggal diberikan kepada peserta didik.
b. Kedua, melihat pendidikan dari sudut pandang pemahaman isu-isu moral yang
lebih luas. Paradigma ini memandang pendidikan karakter sebagai sebuah
pedagogi, menempatkan individu yang terlibat dalam dunia pendidikan sebagai
190
Sukiyat, Strategi Implementasi Pendidikan Karakter (Surabaya: CV. Jakad Media Publishing, 2020),
hal. 5
191
Ibid.,hal. 7-8
37
Adab atau tata krama bisa diliat dari tata cara seseorang dalam bertutur sapa,
berinteraksi, bersikap, dan bersosialisasi. Saat ini inilah, fase paling penting
menanamkan kejujuran, pendidikan keimanan (tauhid), serta menghormati orang
tua, teman sebaya, dan orang yang lebih tua. Pada saat ini anak didik dan diajarkan
tentang pentingnya proses, baik dalam belajar maupun mendapatkan sesuatu.
Sehingga, mereka tidak lahir sebagai anak manja yang sangat berbahaya bagi masa
depan mereka.
Pendidikan agama, dalam fase ini, sangat menentukan pertumbuhannya di
masa depan. Pendidikan agama bisa menjadi parameter dan filter dalam merespon
segala hal yang baru datang. Pendidikan agama juga menjadi pijakan dalam
menentukan pilihan dan membangun peradaban.
b. Tahap penanaman tanggung jawab (7-8 tahun)
192
Yulianti Hartatik, Implementasi Pendidikan Karakter Di Kantin Kejujuran (Malang: Penerbit Gunung
Samudera, 2014), hal. 47
193
Bafirman H.B, Pembentukan Karakter Siswa Melalui Pembelajaran Penjasorkes (Jakarta: Kencana,
2016), hal.163
38
Mandiri termasuk sikap yang langka di negeri ini. Sikap mandiri merupakan
pola pikir dan sikap yang lahir dari semangat yang tinggi dalam memandang diri
sendiri. Beberapa nilai dalam kemandirian antara lain, percaya pada kemampuan diri
sendiri,. Beberapa nilai dalam kemandirian antara lain tidak menggantungkan diri
pada orang lain, percaya pada kemampuan diri sendiri, tidak merepotkan dan
merugikan orang lain, berusaha mencukupi kebutuhan sendiri dengan semangat
bekerja dan mengembangkan diri, lebih suka makan tempe hasil kerja sendiri dari
pada makan ayam pemberian orang lain. Dalam kemandirian, ada nilai kehormatan
39
dan harga diri yang tidak bisa dinilai dengan sesuatu apapun. Sebab, apabila harga
diri dan kehormatan seseorang tidak ada maka habislah ia.
Menumbuhkan kemandirian dalam diri anak didik bisa dilakukan dengan
melatih mereka bekerja dan menghargai waktu. Misalnya anak didik dilatih untuk
berwirausaha dan hal hal kecil, seperti menjual kerupuk, es batu, dan lain
sebagainya. Atau, anak didik diberi tanggung jawab mencari makan untuk kambing
sekali atau dua kali dalam seminggu. Selain itu, anak dilatih untuk menabung
sebagai investasi jangka panjang, tidak menghabiskan uang seketika tanpa berpikir
masa depan. Membangun kemandirian berarti menanamkan visi dalam diri anak.
Dalam kemandirian inilah, terdapat nilai-nilai agung yang menjadi pangkal
kesuksesan seseorang, semangat tinggi, pantang menyerah, kreatif, inovatif, dan
produktif, serta keberanian dalam menghadapi tantangan, optimis, dan mampu
memecahkan masalah yang dihadapi.
e. Tahap Penanaman Pentingnya Bermasyarakat (umur 13 tahun ke atas)
didik. Hal ini menjadi penting untuk menghadapi tantangan globalisasi yang dahsyat
dan spektakuler sekarang ini.194
Berdaskan uraian teori diatas, dapat penulis rumuskan sintesinya bahwa
pendidikan karakter ialah perilaku seseorang yang sesuai dengan etika dan kaidah
moral. Kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin seseorang yang telah terbiasa
tersebut secara sadar menghargai pentingnya nilai-nilai karakter. Hal ini
dimungkinkan karena boleh jadi perbuatan tersebut dilandasi oleh rasa takut untuk
berbuat salah, bukan karena tingginya penghargaan tentang nilai-nilai karakter.
Sebagai contoh, ketika seseorang berbuat jujur, maka yang dilakukan karena takut
dinilai orang lain dan lingkungannya, bukan karena dorongan yang tulus untuk
menghargai nilai kejujuran. Oleh karena itu, dalam pendidikan karakter diperlukan
aspek perasaan yang disebut keinginan untuk melakukan kebajikan.
C. Penelitian Yang Relevan
194
Yulianti Hartatik, Op. Cit.,hal. 43-46
195
Muhamad Ilzam Syah Almutaqi, Konsep Pendidikan Akhlak Menurut Hasyim Asy‟ari Dalam Kitab
Adab Al-Alim Wa Al-Muta‟allim, Skripsi, Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, Tahun 1434 H/2013 M
196
Nuriah Miftahul Jannah, Studi Komparasi Pemikiran Kh. Hasyim Asy‟ari Dan Hamka Tentang
Pendidikan Karakter, Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1438 H/2016 M
41
197
Muhammad Ichsan Nawawi Sahal, Konsep Pendidikan Akhlak Menurut Kh Hasyim Asy‟ari Dalam
Kitab Adab Al-Alim Wa Al-Muta‟alim, Skripsi, Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Institut Agama
Islam Negeri Raden Intan Lampung, 1438 H/ 2017 M
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
198
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), hal. 6
199
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendeketan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D
(Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 6
200
Andi Prastowo, metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan (Jakarta: Ar-Ruzz
Media,2012), hal.190
42
43
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek data dapat diperoleh. Sumber data
penelitian merupakan factor penting yang menjadi pertimbangan dalam menentukan
metode penulisan data. Sumber data merupakan sumber yang diperlukan dalam
penelitian. Ada beberapa sumber data, yaitu: alam, masyarakat, instansi, perorangan,
arsip, perpustakaan, dan sebagainya. 201
Sedangkan sumber data dalam penelitian ini berupa data tertulis yang terdapat di
perpustakaan dan koleksi pribadi.
a. Data Primer
Sumber data primer merupakan bahan utama atau rujukan utama dalam
mengadakan suatu penelitian untuk mengungkapkan dan menganalisis penelitian
tersebut.
b. Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang digunakan untuk memperoleh
generalisasi yang bersifat ilmiah yang baru dan dapat pula berguna sebagai
pelengkap informasi yang telah dikumpulkan sendiri oleh peneliti. Dan akhirnya data
itu dapat juga memperkuat penemuan atau pengetahuan yang telah ada yaitu yang
ditulis dari tokoh-tokoh lain yang berkaitan dengan tema penelitian ini. 202
Karena jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research),
maka data yang diperoleh bersumber dari literatur. Adapun referensi yang menjadi
sumber data primer adalah kitab Adab al-Alim wa al-Muta‟allim karya Hasyim Asy‟ari.
Kemudian yang menjadi sumber data sekunder adalah kitab terjemahan Ta‟limul
Muta‟allim, Buah Pemikiran Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asyari Dalam Bidang
Pendidikan, kitab-kitab, buku-buku serta lainnya yang ada relevansinya dengan
obyek pembahasan penulis.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
201
Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, Metode Penelituian Pendekatan Praktis dalam Penelitian
(Yogyakarta: Andi, 2010), hal. 169
202
Nasution, Metode Research (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hal. 145
44
a. Studi Dokumenter, yaitu studi yang dilakukan untuk mempelajari dan mengkaji
informasi dari sumber data yang telah terkumpul, kemudian dijadikan dokumen.
Dokumen lalu dibaca dan dipahami secara keseluruhan. Dalam proses ini, data-
data yang menjadi.
b. Studi Kepustakaan, yaitu studi yang dilakukan dengan penelusuran pustaka
dengan membaca dan mencatat literatur yang berkaitan dengan masalah yang
dibahas melalui riset kepustakaan untuk memperoleh data dari bahan bacaan
seperti buku, artikel, jurnal, ensiklopedi, biografi, dan sebagainya.
Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah
dengan mencari dan mengumpulkan buku yang menjadi sumber data primer yakni
kitab Adab al-Alim wa al-Muta‟allim, dan data skunder yakni, kitab Ta‟limul muta‟allim,
Buah pemikiran Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy‟ari dalam bidang pendidikan ,
dan buku-buku serta kitab-kitab yang relevan lainnya. Setelah data terkumpul, maka
dilakukan penelaahan secara sistematis dalam hubunganya dengan masalah yang
diteliti, sehingga diperoleh data/ informasi untuk bahan penelitian.
Setelah data terkumpul secara lengkap, selanjutnya yang penulis lakukan
adalah membaca, meneliti, mempelajari dan mengklasifikasi data-data yang relevan
yang mendukung pokok bahasan untuk selanjutnya penulis analisis dan
dideksripsikan dalam satu pembahasan yang utuh.
E. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, setelah data terkumpul maka data tersebut dianalisis
untuk mendapatkan konklusi, bentuk-bentuk dalam teknik analisis data sebagai
berikut:
1. Metode Analisis Deskriptif
yaitu usaha untuk mengumpulkan dan menyusun suatu data. Kemudian
dilakukan analisis terhadap data tersebut. Metode deskriptif adalah memberikan
gambaran yang jelas dan akurat tentang material atau fenomena yang diselidiki.
Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan dan sekaligus menganalisis pemikiran-
pemikiran KH. M. Hasyim Asy‟ari tentang konsep pendidikan karakter.
2. Metode Content Analysis
Metode content analysis adalah usaha untuk mengungkapkan isi sebuah buku
yang menggambarkan situasi penulis dan masyarakatnya pada waktu buku itu ditulis.
45
Dengan kata lain, content analysis adalah suatu metode untuk mengungkapkan isi
pemikiran tokoh yang diteliti. Jadi, metode ini sangat urgen sekali untuk mengetahui
kerangka berfikir Hasyim Asy‟ari mengenai pendidikan yang tertuang dalam kitab
Adab al-„Alim wa al-Mut‟allim untuk selanjutnya dicari pesan-pesan yang terkandung
dalam kitab tersebut.
3. Metode Historis
Metode historis adalah prosedur-prosedur pemecahan masalah dengan
mempergunakan data atau informasi masa lalu, yang bernilai sebagai peninggalan.
historis menjelaskan apa yang telah terjadi. Prosesnya meliputi investigasi, mencatat,
menganalisis dan menafsirkan peristiwa lalu dengan tujuan untuk mendapatkan
pernyataan yang sebenarnya guna membantu memahami masa yang telah lalu.
Dengan metode ini dapat diungkapkan kejadian atau keadaan sesuatu yang
berlangsung di masa lalu, terlepas dari keadaan sesuatu itu pada masa sekarang.
Dalam hal ini akan diungkapkan pemikiran Hasyim Asy‟ari ditinjau dari segi
sejarahnya sesuai dengan realita atau tidak. Apabila tidak sesuai maka peneliti
berusaha untuk memperbaiki penuturan suatu peristiwa atau kejadian yang mungkin
dinilai tidak sesuai dengan sebenarnya terjadi di masa lalu.
F. Rencana dan Waktu Penelitian
1. Rencana Penelitian
Rencana penelitian yang berjudul “Konsep Pemikiran KH. M. Hasyim Asy‟ari
Tentang Pendidkan Karakter Khas Pesantren” direncanakan penelitian ini bersumber
dengan menggunakan data primer yaitu terjemah kitab Adabul „Alim Wal Muta‟allim
karya KH.M. Hasyim Asy‟ari itu sendiri
2. Waktu penelitian
Adapun waktu penelitian yang diberikan penulis untuk melakukan penelitian ini
adalah dimulai dengan dikeluarkan nya judul proposal skripsi yaitu pada tanggal 30
Juli 2019.
46
Alamat:
Gedung Rektorat
Jl. Gajah Mada Teratai Muara Bulian
Batang Hari-Jambi 36612 Telp. (0743) 21749
Website: www.fpik.iainbatanghari.ac.id
Email: [email protected]
Facebook: Fpik Iai N Batanghari
Instagram: fpikiainbatanghari