Laporan DPT
Laporan DPT
Laporan DPT
Disusun Oleh:
Emelia (118210004)
Haida Mulyadi (118210008)
Adelasa Tri Tara (118210044)
Anisa Febriana (118210046)
Pada metode ini pembuatan struktur bawah bangunan dilakukan dari bawah ke
atas dengan menggali tanah terlebih dahulu. Aktivitas penggalian dapat dilakukan
dengan berbagai metode. Pada pembangunan basement ini diperhatikan adalah
struktur proteksi galian basemen yang merupakan diaphragm wall yang diperkuat
dengan ground anchor untuk menjaga kestabilan tanah dan mencegah keruntuhan
tanah di samping basemen. Diaphragm wall merupakan jenis dinding penahan
tanah yang digunakan sebagai elemen struktural utama suatu bangunan.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan pada laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang dimakud dengan galian dalam.
2. Untuk mengetahui tipe galian dan tipe penahan tanah yang digunakan dalam
konstruksi.
3. Untuk mengetahui kondisi geoteknik sehingga digunakan tipe dinding
penahan tanah tersebut.
4. Untuk mengetahui metode pelaksanaan konstruksi galian dalam.
5. Untuk mengetahui monitoring yang dilakukan selama proses konstruksi.
Stabilitas lereng (Slope Stability) sangat dipengaruhi oleh kekuatan geser tanah
untuk menentukan kemampuan tanah menahan tekanan tanah terhadap
keruntuhan. Analisis stabilitas lereng didasarkan pada konsep keseimbangan batas
plastis (limit plastic equilibrium). Adapun maksud analisis stabilitas lereng adalah
untuk menentukan faktor aman dari bidang longsor yang potensial. Dalam
menyelesaikan laporan tugas akhir ini, penulis menggunakan dasar-dasar teori
tentang stabilitass lereng menggunakan teori Irisan (Method of Slice), dan metode
Fellenius. Bentuk umum untuk perhitungan stabilitas lereng adalah dengan
mencari nilai angka aman (F). Suatu lereng dikatakan stabil jika memiliki nilai
(Safety Factor) lebih besar dari 1 (satu). Angka keamanan (Safety Factor) adalah
rasio kekuatan geser tanah dengan tegangan geser tanah.
τf
F=
τd
Dimana :
τd= Tegangan geser rata-rata yang bekerja di bidang geser.
τf = Kekuatan geser rata-rata dari tanah.
Gambar 2.2. Persyaratan posisi fixed length (a. Fixed length berada di luar bidang gelincir , b.
Fixed length harus diluar berarsir)
(sumber: SNI 8460-2017)
Dimana :
Rult = Kapasitas batas angkur tanah;
As = Luas selimut fixed length;
Ls = Panjang selimut fixed length;
Su(ave) = Kuat geser tak terdrainase tanah rata-rata sepanjang fixed length; dan
α = faktor adhesi tergantung pada kuat geser tak terdrainase tanah.
2.7. Analisa Keruntuhan
Analisa keruntuhan adalah sebuah analisis perhitungan pada sebuah galian dimana
faktor keamanan menjadi bagian terpenting dan menjadi faktor utama dalam
analisa galian tersebut. Pada analisa keruntuhan ini dibagi menjadi dua bagian
yakni :
1. Sistem Bottom Up
Pada sistem ini, struktur basement dilaksanakan setelah seluruh pekerjaan
galian selesai mencapai galian elevasi rencana (sistem konvensional). Pelat
basement paling bawah dicor terlebih dahulu sehingga menjadi Raft
foundation dengan metode papan catur, kemudian basement diselesaikan dari
bawah keatas, dengan menggunakan scaffolding. Kolom, balok dan slab dicor
ditempat (cast in place). Pada sistem ini galian tanah dapat berupa open cut,
sering tidak menggunakan dewateringcut off, tetapi menggunakan dewatering
sistem predrainage dan struktur dinding penahan tanahnya menggunakan steel
sheet pileyang bisa sementara maupun permanen dengan perkuatan strutting,
ground anchor atau free cantilever. Dalam hal ini pekerjaan dewatering akan
diberhentikan, harus dihitung lebih dahulu apakah struktur basement yang
telah selesai dibangun mampu menahan tekanan ke atas dari air tanah yang
ada, agar terjadi deformasi dari bangunan yang dapat menyebabkan keretakan
struktur.
2. Sistem Top Down
Pada sistem ini, struktur basement dilaksanakan bersamaan dengan pekerjaan
galian basement, urutan penyelesaian balok dan pelat lantainya dimulai
dimulai dari atas kebawah, dan selama proses pelaksanaan, struktur plat dan
balok tersebut didukung oleh tiang baja yang disebut King Post (yang
dipasang bersamaan dengan bored pile). Sedangkan dinding basement dicor
lebih dulu dengan sistem diaphragm wall, dan sekaligus diaphragm wall
berfungsi sebagai cut off dewatering.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Untuk mencapai maksud dan tujuan studi ini berdasarkan jurnal-jurnal yang ,
dilakukan beberapa tahapan penelitian sebagai berikut:
1. Tahap 1 : Merupakan tahap awal yang dimulai dengan studi literatur untuk
mencari teori-teori yang berhubungan dengan masalah penelitian.
2. Tahap 2 : Mengumpulkan data sekunder dari proyek.
3. Tahap 3 : Analisa parameter tanah untuk mengetahui karakteristik dan
klasifikasi tanah dari data tanah.
4. Tahap 4 : Setelah mendapatkan parameter tanah selanjutnya menghitung
kebutuhan penetrasi atau kedalaman dinding.
5. Tahap 5 : Perencanaan selanjutnya adalah menganalisa keruntuhan yaitu
analisis basal heave, sand boiling, upheaval. Serta melakukan perhitungan
penulangan.
6. Tahap 6 : Pada tahapan terakhir ini merupahan pembahasan hasil penelitian
Lapisa
Kedalaman (m) N-SPT Jenis Tanah Konsistensi
n ke-
Soft to
1 0 – (12-17) 2 – 12 Silty Clay
Medium
2 14 – 30 17 - ˃ 50 Silty Clay Stiff to Hard
Sand &
3 31 – 37 40 - ˃ 50 Very Dense
Clayey Silt
Untuk pelaksanaan lantai yang dilalui agar space galian cukup longgar. Maka
lantai yang bersangkutan dicor dengan sistem scaffolding biasa. Bila struktur king
post cukup kuat. Maka pada saat menyelesaikan basement, dapat dibarengi
dengan struktur atas (sering disebut dengan sistem up and down). Pada prinsipnya
metode top down dapat disebut sebagai cara membangun terbalik, yaitu
membangun dari atas ke bawah . secara teknis, metode ini sudah bukan menjadi
masalah lagi di Indonesia, tetapi mengingat bahwa metode baru pada akhir-akhir
ini dicoba, maka permasalahan yang timbul adalah kapan digunakan metode ini
serta bagaimana teknik manajemennya agar tercapai tujuan utama proyek tsb.
penggalian basement digunakan alat khusus, seperti excavator ukuran kecil. Bila
jumlah lantai basement banyak, misal lima lantai, maka untuk kelancaran
pekerjaan, galian dilakukan langsung untuk dua lantai sekaligus, sehingga space
cukup tinggi untuk kebebasan proses penggalian. Lantai yang dilalui, nantinya
dilaksanakan dengan cara biasa, menggunakan scaffolding (seperti pada
sistembottom up biasa). Bila struktur basement telah selesai, maka tiang king post
dicor beton dan bila diperlukan ditambah penulangannya. Lubang-lubang lantai
basement dipergunakan untuk pengangkutan tanah galian, ditutup kembali.
Pengecoran struktur atas, dilaksanakan seperti biasa, yaitu dari bawah ke atas
(lantai satu, dua, dan seterusnya). Untuk pelaksanaan yang dilalui agar space
galian cukup longgar, maka lantai yang bersangkutan dicor dengan
sistemscaffolding biasa. Bila struktur king post cukup kuat. Maka pada saat
menyelesaikan basement, dapat dibarengi dengan struktur atas (sering disebut
dengan up and down).
Salah satu detail king post pada jurnal ini , dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Lantai pertama dan sebagian kolom dicor, dengan memasang starter bar untuk
kolom.
Digunakannya tipe galian Top-down Contruction Method hal ini didasari pada
kondisi tanah atau mekanika tanah. Parameter tanah yang digunakan pada
pemodelan dan desain dinding penahan tanah adalah lapisan tanah hasil
reneralisasi dari data tanah yang ada. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pembuatan galian yaitu kestabilan dari galian yang dipengaruhi oleh tekanan
tanah, kedalaman galian basement, jenis tanah, kondisi disekitar galian, jenis
dinding penahan yang dipakai, dan lain–lain.
Sketsa geometri diatas merupakan desain model dari diaphragm wall yang akan
dikerjakan.
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada laporan ini adalah :
1. Galian dalam adalah salah satu proses atau kegiatan penggalian dimana pada
proses penggalian perlu diperhatikan aspek-aspek yang berkaitan dengan
kegiatan tersebut. Parameter tanah merupakan aspek yang harus diperhatikan
dalam kegiatan penggalian, data reprentasi sifat tanah yang diperlukan dalam
proses desain struktur bawah yang berhubungan langsung dengan tanah.
Parameter-parameter tanah yang perlu diperhatikan dalam mendesain struktur
bawah adalah berat volume (γ), angka pori (e), porositas (n), kadar air (ω),
derajat kejenuhan (S), berat jenis (Gs), atterberg limit, indeks kompresibilitas,
koefisien permeabilitas (k), modulus tegangan-tegangan, sudut gese dalam (ϕ),
kohesi (c), dan koefisien konsolidasi.
2. Pada laporan ini digunakan tipe galian tanah Top-down construction method.
Tipe galian ini didasari pada kondisi tanah atau mekanika tanah. Parameter
tanah yang digunakan pada pemodelan dan desain dinding penahan tanah
adalah lapisan tanah hasil reneralisasi dari data tanah yang ada. Kemudian
untuk tipe penahan tanah digunakan jenis dinding diafragma atau slurry wall,
tipe ini digunakan dikarenakan penggunaan Top-down construction method
dimana plat dan balok tersebut didukung oleh tiang baja yang disebut King
Post (yang dipasang bersamaan dengan bored pile). Sedangkan dinding
basement dicor lebih dulu dengan sistem diaphragm wall, dan sekaligus
diaphragm wall berfungsi sebagai cut off dewatering.
3. Kondisi geoteknik dari proyek yang dikerjakan merupakan kondisi tanah pada
pekerjaan proyek konsturksi galian, pada galian dalam ini diklasifikasikan
bahwa terdapat tiga jenis lapisan tanah dimana ketiga lapisan tersebut
memiliki di dominasi oleh Silty Clay dengan rentang kedalaman 0 – 30 m dan
nilai N-SPT 2 – 50. Sehingga berdasarkan hal tersebut disarankan
menggunakan tipe galian Top-down construction method.
4. Pada metode konstruksi Top Down, stuktur basement dilaksanakan bersamaan
dengan pekerjaan galian basement, urutan penyelesaian balok dan plat
lantainya dimulai dari atas ke bawah, dan selama proses pelaksanaan, struktur
plat dan balok tersebut didukung oleh tiang baja yang disebut king post (yang
dipasang bersamaan dengan bored pile). Sedang dinding basement dicor lebih
dulu dengan sistem diaphragm wall, dan sekaligus diaphragm wall tersebut.
5.