LP BBLSR Aning

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

BBLSR DI RUANG KYANIT RSU AVISENA CIMAHI

Disusun dalam rangka memenuhi tugas


stase Keperawatan Anak

Di susun oleh :

MELKI MOKOGINTA
NPM.4121007

PROGRAM PROFESI NERS NUSANTARA

INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI

BANDUNG
2021
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi baru lahir
dengan berat badan dibawah kurang dari 1500 gram. Bayi berat lahir
sangat rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 1500
gram tanpa memandang usia gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. BBLSR dapat terjadi pada bayi
kurang bulan (≤ 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine
growth restriction/UGR)
Bayi berat lahir sangat rendah adalah bayi (neonatus) yang lahir
dengan memiliki berat badan antara 1000 gram sampai 1500 gram
(Alimul, 2005). Dari ketiga defnisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa
bayi berat lahir sangat rendah (BBSLR) adalah bayi baru lahir yang
ditimbang dalam 1 jam setelah lahir memiliki berat badan antara 1000
gram sampai 1500 gram tanpa memandang usia gestasi
2. Etiologi
Pada umumnya BBLSR disebabkan persalinan kurang bulan (umur
kehamilan antara 28-36minggu) atau bayi lahir kecil masa kehamilan
(KMK) karena adanya hambatan pertumbuhan saat dalam kandungan
(janin tumbuh lambat/intra uterine growth retardation) atau kombinasi
keduanya. Kematangan fungsi organ tergantung pada usia kehamilan
walaupun berat lahirnya kecil. Semakin muda umur kehamilan, fungsi
organ tubuh semakin kurang sempurna dan prognosisnya semakin kurang
baik
Penyebab lahirnya bayi kurang bulan antara lain berat ibu yang
rendah, usia ibu remaja, kehamilan ganda, riwayat kelahiran prematur,
perdarahan antepartum, penyakit sistemik akut. Penyebab kelahiran bayi
kecil masa kehamilan antara lain ibu kurang giji, hipertensi, toksemia,
anemia, kehamilan ganda, penyakit kronik, dan merokok. Retardasi
pertumbuhan intrauterin dan efek mereka terhadap janin bervariasi
tergantung dari cara dan lama terpapar serta tahap pertumbuhan janin saat
gangguan tersebut terjadi.
3. Manifestasi Klinis
1. Sebelum bayi baru lahir
a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus
prematurus, dan lahir mati.
b. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan
c. Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat dan tidak sesuia
menurut yang seharusnya
d. Sering dijumpai kehamilan dengan olgradramnion gravidarum atau
pendarahan anterpartum
2. Setelah bayi lahir
a. Bayi dengan retardasi pertumbuhan intra uterin
b. Bayi prematur yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
c. Bayi small for date sama dengan bayi dengan retardasi pertumbuhan
intrauterine
d. Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam
tubuhnya (Nanda, 2013)

4. Patofisiologi
Terjadinya BBLR/BBLSR dapat di pengaruhi faktor ibu, faktor
janin, factor plasenta, dan faktor lingkungan. Sehingga dapat
menyebabkan sindrom aspirasi mekonium yaitu bayi bisa mengalami
asfiksi intra uterin, janin gasping dalam uterus, cairan amnion bercampur
dengan mekonium masuk dan lengket di paru janin. Maka janin dapat
beresiko gangguan pertukaran gas dan resiko tidak efekti-nya jalan nafas.
Dapat terjadi juga imaturitas hepar gangguan transportasi albumin dan
defesiensi albumin gangguan pengambilan bilirubin.
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi
janin pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu
menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi
(asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang
kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi “primary gasping” yang
kemudian akan berlanjut dengan pernafasan. Bila terdapat gangguan
pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan persalinan akan
terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi
sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan
dan gangguan fungsi ini dapat reversible/tidak tergantung kepada berat
dan lamanya asfiksia.

5. Klasifikasi
1. Menurut masa gestasinya
a. Pematuritas murni adalah bayi yang lahir dengan kehamilan kurang
dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan masa
kehamilan atau biasa disebut Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa
Kehamilannya (NKB-SMK) dengan gambaran klinis (karakteristik)
yang dijumpai :
1. Berat lahir ≤ 2.500 gram, panjang badan ≤ 45 cm, lingkaran dada ≤
30 cm, lingkaran kepala ≤ 33 cm
2. Kepala relatif besar dari badannya
3. Kulit tipis, transparan, tampak mengkilat dan licin
4. Lanugonya banyak terutama pada dahi, pelipis telinga dan lengan
5. Lemak subkutan kurang sehingga suhu tubuh mudah menjadi
hipotermi
6. Ubun-ubun dan sutura lebar
7. Genitalia belum sempurna, labio mayora belum menutupi labio
minora (pada perempuan), dan pada laki-laki testis belum turun
8. Pembuluh darah kulit banyak terlihat sehingga peristaltik usus
dapat terlihat
9. Rambut tipis, halus dan teranyam
10. Tulang rawan dan daun telinga immature (elastisitas daun telinga
masih kurang sempurna)
11. Puting susu belum terbentuk dengan baik
12. Pergerakan kurang dan lemah
13. Banyak tidur, tangis lemah dan jarang, pernafasan tidak teratur
dan sering timbul apneu
14. Otot-otot masih hipotonik, sehingga sikap selalu dalam keadaan
kedua paha abduksi, sendi lutut dan pergelangan kaki dalam
keadaan fleksi atau
15. lurus dan kepala mengarah ke satu sisi
16. Refleks tonick neck lemah
17. Refleks menghisap dan menelan serta refleks batuk belum
sempurna
2. Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan. Hal ini
karena mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK).
Dismaturitas dapat terjadi dalam preterm, aterm, dan posterm dengan
gambaran klinik/ karakteristik yang dijumpai :
1. Pre-aterm sama dengan bayi prematuritas murni
2. Aterm dan post aterm
3. Kulit berselubung verniks caeseosa tipis/tidak ada
4. Kulit pucat/bernodamekonium, kering, keriput, tipis
5. Jaringan lemak di bawah kulit tipis
6. Bayi tampak gesit, akti dan kuat
7. Tali pusat berwarna kuning kehijauan
b. Menurut penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah
dibedakan dalam :
1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500-2499 gram.
2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir ≤ 1500
gram
3. Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER), berat lahir ≤ 1000
gram.
c. Berdasarkan berat badan menurut usia kehamilan dapat
digolongkan :
1. Kecil Masa Kehamilan (KMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB
dibawah persentil ke-10 kurva pertumbuhan janin
2. Sesuai Masa Kehamilan (SMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB
diantara persentil ke-10 dan ke-90 kurva pertumbuhan janin
3. Besar Masa Kehamilan (BMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB
diatas persentil ke-90 pada kurva pertumbuhan janin.

6. Komplikasi
1. Hipotermi
Tanda terjadinya hipotermi pada BBLSR adalah :
a Suhu tubuh bayi kurang dari 36,5 C
b Kurang aktif dan tangis lemah
c Malas minum
d Bayi teraba dingin
e Frekuensi jantung ≤ 100 x/menit
f Nafas pelan dan dalam
2. Hipoglikemia
Hipoglikemia ditandai dengan :
a Kadar glukosa darah ≤ 45 mg/dl
b Kejang, tremor, letargi/kurang akti
c Timbul saat lahir sampai dengan hari ke 3
d Riwayat ibu dengan diabetes
e Keringat dingin
f Hipotermia, sianosis, apneu intermitten
3. Ikterus/hiperbilirubin
Hiperbilirubin pada BBLSR terjadi karena belum maturnya fungsi
hepar pada bayi prematur, bila tidak segera diatasi dapat
menyebabkan kern ikterus yang akan menimbulkan gejala sisa yang
permanen. Hiperbilirubin di tandai dengan :
1. Sklera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut dan ekstermitas
berwama kuning
2. Konjungtiva berwama kuning pucat
3. Kejang
4. Kemampuan menghisap menurun
5. Letargi
6. Kadar bilirubin pada bayi premature lebih dari l0 mg/dl

7. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap
2. Urinalisi
3. Ultrasonografi untuk melihat taksiran berat janin dan letak plasenta
4. Amniosentesis untuk melihat kematangan beberapa organ janin,
seperti rasio lesitin, sfingonielin, surfaktan

8. Penatalaksanaan
Dengan memperhatikan gambaran klinik dan berbagai
kemungkinan yang dapat terjadi pada bayi prematuritas, maka perawatan
dan pengawasan bayi prematuritas ditujukan pada pengaturan panas
badan, pemberian makanan bayi, dan menghindari infeksi.
1. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/BBLSR
Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan
menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum
berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan badan
relatif luas. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di dalam
inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam Rahim. Bila belum
memiliki inkubator, bayi prematuritas dapat dilakukan Kangaroo Mother
Care (KMC) dengan ibunya.
2. Makanan bayi premature/BBLSR
Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung
kecil, enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3
sampai 5gr/kgBB dan kalori 110 kal/kgBB badan, sehingga
pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam
setelah lahir dan didahului dengan mengisap cairan lambung. Reflek
mengisap masih lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit
demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih sering. ASI merupakan
makanan yang paling utama, sehingga ASIlah yang paling dahulu
diberikan. Bila faktor mengisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan
diminumkan dengan sendok perlahan/lahan atau dengan memasang
sonde menuju Lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 50
sampai 60 cc/kgBB/hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar
200 cc/kgBB/hari.
3. Menghindari infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan
tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan
pembentukan antibody belum sempurna. Oleh karena itu, upaya
preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak
terjadi persalinan prematuritas (BBLSR).
4. Penimbangan ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi nutrisi bayi dan
erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan
berat badan harus dilakukan dengan ketat.

A. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Keadaan umum
Pada neonatus dengan BBLSR, keadaannya lemah dan hanya merintih.
Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan
menangis keras.
Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan.
Adanya BB yang stabil, Panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada
pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang
baik.
2. Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia
benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi
bila suhu tubuh ≤ 36 C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh ≥
37 C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5 C - 37,5 C, nadi normal
antara 120-140 kali permenit, respirasi normal antara 40-60 kali permenit,
sering pada bayi post asfiksia berat pernafasan belum teratur
3. Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi
preterm terdapat lanugo dan verniks.
4. Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom,
ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan
tekanan intracranial.
5. Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding
conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleks
terhadap cahaya.
6. Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lender.
7. Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.

8. Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
9. Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
10.Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing
dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
11. Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1-2 cm dibawah arcus costaae pada
garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites
atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1
sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena
GI Tract belum sempurna.
12. Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada sendarahan atau tidak, adanya tanda-tanda
infeksi pada tali pusat.
13. Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara
uretra pada neonatus laki-laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan
labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
14. Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta
warna dari faeses
15. Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang
atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta
jumlahnya.
16. Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah.
Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf
pusat atau adanya patah tulang.

17. Tanda Fisiologis


a. Gerakan bayi pasif dan tangis hanya merintih, walaupun lapar bayi
tidak menangis bayi lebih banyak tidur dan lebih malas.
b. Suhu tubuh mudah untuk menjadi hipotermi penyebabnya adalah
:pusat pengatur panas belum berfungsi dengan sempurna, kurangnya
lemak pada jaringan subkutan akibatnya mempercepat terjadinya
perubahan suhu dan kurangnya mobilisasi sehingga produksi panas
berkurang.

B. Diagnosis Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif (D.0005)
a. Definisi : Inspirasi dan /atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi
adekuat.
b. Penyebab :
1) Hambatan upaya napas (nyeri saat bernapas, kelemahan otot
pernapasan);
2) Penurunan energy;
3) Sindrom hipoventilasi;
4) Kecemasan.
c. Gejala dan tanda mayor
1) Subjektif :
a) Dispnea
2) Ojektif :
a) Penggunaan otot bantu pernafasan;
b) Fase ekspirasi memanjang;
c) Pola nafas abnormal (mis. takipnea, bradipnea, hiperventilasi,
kussmaul, cheyne-stokes).
d. Gejala dan tanda minor
1) Subjektif :
a) Ortopnea.
2) Objektif :
a) Pernafasan pursed-lip;
b) Pernafasaan cuping hidung;
c) Diameter thoraks anterior–posterior meningkat;
d) Kapasitas vital menurun;
e) Tekanan ekspirasi menurun;
f) Tekanan inspirasi menurun;
Ekskursi dada berubah.

2. Defisit nutrisi (D.0019)


a. Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme.
b. Penyebab :
1) Kurangnya asupan makanan;
2) Ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient;
3) Peningkatan kebutuhan metabolisme;
4) Factor psikologis (mis. Stress, keengganan untuk makan).
c. Gejala dan tanda mayor
1) Objektif :
a) Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal.
d. Gejala dan tanda minor
1) Subjektif :
a) Cepat kenyang setelah makan;
b) Kram/nyeri abdomen;
c) Nafsu makan menurun.
2) Objektif :
a) Bising usus hiperaktif;
b) Otot pengunyah lemah;
c) Otot menelan lemah;
d) Membrane mukosa pucat;
e) Sariawan;
f) Serum albumin turun;
g) Rambut rontok berlebihan;
h) Diare.

3. Risiko infeksi (D.0142)


a. Definisi : berisiko mengalami peningkatan terserang organisme
patogenik.
b. Faktor risiko :
1) Penyakit kronis;
2) Efek prosedur invasif;
3) Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan (ketuban pecah
sebelum waktunya).
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)

C. Intervensi Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas.
(D.0005)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola nafas
membaik. (L.010004)
Kriteria hasil : (L.010004)
a. Kapasitas vital meningkat;
b. Dispneu menurun;
c. Frekuensi napas membaik.
(Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019)
Intervensi :
Manajemen jalan nafas. (1.01011)
a. Observasi
1) Monitor pola napas (frekuensi, usaha napas);
2) Monitor bunyi napas tambahan (mis, gurgling, mengi, wheezing,
ronkhi basah);
3) Monitor sputum (jumlah, warna, aroma).
b. Terapeutik
1) Posisikan semi fowler atau fowler;
2) Berikan minum hangat;
3) Berikan oksigen, jika perlu.

c. Edukasi
1) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi.
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika
perlu.
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan.
(D.0019)
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan di harapkan status nutrisi
membaik. L.03030
Kriteria hasil : L.03030
a. Porsi makan yang dihabiskan meningkat;
b. Perasaan cepat kenyang menurun;
c. Frekuensi makan membaik;
d. Nafsu makan membaik;
e. Membran mukosa membaik;
(Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019)
Intervensi keperawatan:
Manajemen nutrisi. 1.03119
a. Observasi
1) Identifikasi status nutrisi;
2) Identifikasi alergi dari intoleransi makanan;
3) Identifikasi makanan yang disukai;
4) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient;
5) Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastik;
6) Monitor asupan makanan;
7) Monitor berat badan;
8) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium.
b. Terapeutik
1) Lakukan oral hygene sebelum makan, jika perlu;
2) Fasilitasi menentukan pedoman diet;
3) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai;
4) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi;
5) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein;
6) Berikan suplemen makanan, jika perlu.
c. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (misalkan pereda
nyeri, antlemetik), jika perlu;
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu.
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)

3. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasive (D.0142)


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat infeksi
menurun (L.14137)
Kriteria hasil : (L.14137)
a. Demam menurun;
b. Kemerahan menurun;
c. Nyeri menurun;
d. Bengkak menurun;
e. Kadar sel darah putih membaik;
f. Kadar sel darah putih membaik.
(Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019)
Intervensi :
Pencegahan infeksi (I.14539)
a. Observasi
1) Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik ;
2) Monitor perubahan status keselamatan lingkungan.
b. Terapeutik
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien;
2) Gunakan perangkat pelindung.
c. Edukasi
1) Pahami situasi yang membuat ansietas;
2) Dengarkan dengan penuh perhatian;
3) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu.
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)

D. Implementasi
Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan
instruksi yang telah teridentifikasi dalam P (perencanaan) dan menuliskan
tanggal dan jam pelaksanaan (Walid, 2014).

E. Evaluasi
Menurut Walid (2014), evaluasi adalah respons klien setelah dilakukan
tindakan keperawatan. Untuk memudahkan mengevaluasi digunakan
komponen SOAP, yaitu :
S : data subjektif
Keluhan pasien yang masih dirasakan setelah dilakkan tindakan
keperawatan.
O` : data objektif
Hasil observasi perawat secara langsung mengenai keluhan klien setelah
dilakukan tindakan keperawatan.
A : analisis
Suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi sesuai
interpretasi dari data subjektif dan data objektif.
P : planning
Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutka, dihentikan, dimodifikasi,
atau ditambahkan dari perencanaan tindakan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.,J. 2008. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC. Jakarta
Hanifah, 2010. Buku Perawatan Pediatic. Jakarta : TUSCA
Hidayat, Alimul 2005. Buku PengantarIlmuKeperawatan Anak. Penerbit
Salemba Medika : Jakarta.
Prawirohardjo, 2010. Buku Ilmu Kebidanan : Jakarta PT Bina Pustaka
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia;
Definisi Dan Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi).
Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia;
Definisi Dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: DPP
PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019) Standar Luaran Keperawatan Indonesia;
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta:
DPP PPNI.
Walid, R. N. & S. (2014) Proses Keperawatan; Teori dan Aplikasi. Edited by S.
Meita. Jember: Ar-Ruzz Media.

Anda mungkin juga menyukai