13.4. Perkembangan BUNGA
13.4. Perkembangan BUNGA
13.4. Perkembangan BUNGA
Anatomi Bunga
Bunga terdiri dari sejumlah bagian steril dan bagian reproduktif atau fertil yang
melekat pada sumbu, yakni dasar bunga atau reseptakulum. Bagian sumbu yang
merupakan ruas batang yang diakhiri oleh bunga dinamakan tangkai bunga atau disel.
Bagian steril dari bunga atas sejumlah helai daun kelompok atau sepal dan jumlah helai
daun mahkota atau petal. Keseluruhan sepal dalam bunga disebut kaliks, dan
keseluruhan petal disebut korola. Kaliks dan korolo bersama-sama disebut perhiasan
bunga atau periant. Jika periant tidak terbagi menjadi kaliks dan korola , maka setiap
helainya disebut tepal. Bagian reproduktif adalah benang sari atau stamen
(mikrosporofil) dan daun buah atau karpel (megasporofil). Keseluruhan stamen disebut
andresium dan keseluruhan karpel disebut ginesium. Pada umumnya bunga terdirri dari
keempat bagian bunga dan tempatnya berturut-turut dari tepi luar bunga ke bagian
tengah : calix, corola, andresium, dan ginesium
Baik sepal maupun petal menyerupai daun. Pada penampang melintang, kedua
bagian bunga itu terdirib dari epidermis abaksial dan adaksial yang membatasi 3 atau 4
kadang-kadang hingga 10 lapisam sel isodiamatris yang tak terdiferensiasi sel
memanjang disertai banyak ruang antar sel. Di dalamnya terdapat berkas pengangkut.
Misofil kurang termodifikasi dibandingkan dengan daun hijau, namun bisa pula terdapat
idioblas seperti sel berisi kristal atau hipodermis. Sepal biasanya berwarna hijau dan
berfotosintesis, sedangkan rambut dan stomata sering ditemukan pada sepal maupun
petal. Pada tumbuhan yyang terpolinasi oleh seragga, fungsi utama korola adalah untuk
menarik serangga dan sebab itu merupakan bagian paling luas dan besar dari bunga.
Warna petal adalah akibat kromoplas yang mengandung karotenoid dan cairan kuola
yang mungkin mengandung flavonoid, terutama antosianin, dan berbagai kondisi
pengubah seperti cairan vakuola. Dinding antiklinal dari epidermis petal dapat
bergelombang atau beralur internal. Dinding luar dapat berbentuk korveks atau berupa
papila. Pada papila tagetes, lapisan kutikula tebal dan membentuk lipatan.
b. kepala sari/antera
Dinding antera terdiri atas beberapa lapisa sel yang merupakan turunan sel parietal
primer, kecuali epidermis yang dalam perkembangannya hanya membelah dalam bidang
antiklinal. Dua lapisan yang penting adalah endotesium, tetap di bawah epidermis dan
tapetum, yang berbatasan dengan lokulus antera. Sel diantara kedua lapisan itu sering
memipih karena tertekan, lalu rusak. Endotesium membentuk penebalan tak rata,
tertuama di dinding radial dan tangensial dalam. Pengerutan deferensial yang terjadi
padanya ketika antera mengering saat matang, memudahkan terjadinya retakan atau
celah pada antera untuk membebaskan serbuk sari. Membukanya antara sering dimulai
pada celah atau stomium atau stomata yang tak berfungsi. Sel tafetum bersifat sekretori
dan penuh sitoplasma padat. Sel tapetum diserap oleh butir serbuk sari yang sedang
berkembang dalam lokulus sehingga ketika butir serbuk sari matang, biasanya tapetum
sudah beregenerasi. Untuk membebaskan serbuk sari, selain lewat celah atau stomium,
tumbuhan dapat memiliki pori di sisi lateral atau di ujung cuping antera.
c. serbuk sari
Hasil mikrosporagenesis adalah mikrospora atau butir serbuk sari. Butir tersebut
berupa tubuh yang bersimetri radial atau bilateral dan pada dindingnya terdapat bagian
yang kurang kuat yang disebut aperatur, ada yang bulat (pori) dan ada yang memanjang
(kolpi). Waktu serbuk sari berkecambah, tabung polen akan muncul melalui aperatur,
meskipun ada pula serbuk sari yang tanpa aperatur, meskipun ada pula serbuk sari yang
tanpa aperatur.
Dinding butir sari terdiri dari dua lapisan utama, yakni intin yang lunak di bagian
dalam, dan eksin yang keras di sebelah luar. Eksin terbagi lagi menjadi bagian yang
tidak berlekuk di sebelah dalam, yakni neskin, dan bagian yang menunjukkan pola
lekukan khas di sebelah luar, yakni seksin. Butir polen sering berperan dalam taksonomi
di taraf familia atau dibawahnya. Ukuran dan bentuk polen amat beragam, dalam pola
lekukannya berbeda-beda, termasuk adanya butiran, kutil dan duri. Telah ditunjukkan
bahwa pada beberapa familia dengan eksin berlekuk dalam, seperti Cruciferae,
Malvaceae atau Composite, lekukan eksin berisi bahan yang berasal dari tapetum dan
berperan dalam pengendalian kecocokan intraspesies. Ketika butir polen dibawa oleh
polinator dari kepala sari ke stigma, terjadi dehidrasi sesudah terjadi kontak dengan
udara sehingga eksin mengerut. Di atas permukaan stigma terjadi rehidrasi. Eksin
mengembang dan bahan yang tersimpan dalam eksin dan intin dibebaskan.
d. ginesium
e. karpel
Pada bunga bisa ditemukan satu helai karpel atau lebih. Jika terdapat dua karpel atau
lebih, maka karpel dapat lepas satu dari yang lain (ginesium apokarp, seperti pada
bunga mawar) atau karpel berlekatan dengan cara yang bermacam-macam (ginesium
sinkarp, seperti pada tomat atau pepaya). Ginesium berkarpel tunggal digolongkan jenis
apokarp.
f. bakal buah
pada bakal buah dibedakan dinding bakal buah dan ruang bakal buah. Pada bakal
buah beruang banyak terdapat sekat pemisah. Bakal biji atau ovulum terdapat pada
daerah dinding bakal buah dalam (adaksial) yang disebut plasenta. Setiap karpel
memiliki dua plasenta. Pada karpel, plasenta ditemukan didekat tepi atau tidak jauh
darinya, sehingga dibedakan plasenta marginal (tepi) dan plasenta laminar (agak jauh
dari tepi). Palsenta parietal terjadi pada ginesium yang pelekatan karpelnya terjadi pada
marginal dan hanya ada satu ruang ginesium. Pada ginesium yang karpelnya terjadi
secara merginal dan hanya satu ruang ginesium. Pada ginesium yang karpelnya terlipat,
bakal buahnya beruang dua atau banyakdan plasenta aksiler. Jika sekat pemisah hilang,
maka dari segi filogeni atau ontogeni, terjadi plasenta di tengah, bebas dari sekat dan
dinamakan plasenta sentral bebas.
Oleh karena pada umumnya sehelai karpel memiliki tiga berkas pembuluh, yang
juga tampak setelah terjadi pelipatan kala pembentukkan ginesium, maka berkas median
(tengah, dorsal) dan kedua berkas pembuluh lateral (ventral) dapat diikuti.
Selanjutannya teramati juga bahwa di daun, bagian floem dari berkas pembuluh ada di
sisi abaksial dan xilem di sisi adaksial.
g. tangkai dan kepala putik
Tangkai putik merupakan bagian karpel yang memanjang ke atas, ke arah distal.
Pada ginesium sinkarp, tangkai putik berasal dari semua karpel, yang dapat bersatu atau
tetap terpisah. Stilus dapat berongga atau padat. Tangkai sari tersusun oleh jaringan
dasar yaitu sel-sel parenkimatis yang mempunyai vakuola tanpa ruang antar sel –sel ini
sering mangandung pigmen,epidermis,dengan trikoma (Sumardi,1996:113). Pada
kebanyakan Angiospermae, stilusnya padat dan jaringan di tengah terspesialisasi
menjadi jaringan transmisi, yang memasok zat hara bagi tabung sari yang tumbuh
melaluinya. Ujung distal tangkai putik termodifikasi sehingga menghasilkan lingkungan
yang baik bagi pengecambahan butir sari. Stigma yang siap menerima butir sari dapat
menghasilkan sekret dalm jumlah besar dan disebut stigma basah, yang tidak atau
kurang menghasilkan sekret menjadi stigma kering. Butir sari berkecambah dan
menghasilkan tabung sari, yang kemudian tumbuh melalui tepi rongga tangkai sari yang
dilapisi sel sekresi atau pada stilus padat, melalui jaringan transmisi.
Jaringan dasar stilus bersifat perenkim dan ditembus oleh berkas pembuluh
angkut.Setiap bakal biji atau ovulum melekat pada dinding ovarium dengan adanya
tangkai bakal biji atu funikulus yang mengandung satu berkas pembuluh. Bakal biji
terdiri dari jaringan di tengah atau nuselus, dilingkari oleh integumen dalam dan
integumen luar. Kedua integunen mengelilingi suatu saluran yang bermuara di pori,
disebut mikropil. Pembentukan megaspora melalui peristiwa sel induk megaspora
disebut megasforogenesis. Megasfora yang juga disebut kantung embrio akan
berkecambah dengan terjadinya mitosis pada intinya yang akhirnya memberikan
kantung embrio dewasa yang berinti delapan. Di banyak Angiospermae kantung embrio
matang berisi 8 inti , masing-masing sering memiliki dinding sel. Ketiga sel dekat
mikropil adalah sel telur dan dua sel sinergid. Di dekat kalaza terdapat 3 sel antipoda.
Dua buah inti di tengah disebut inti polar. Jika keduanya bersatu, jumlah sel dalam
kantung embrio menjadi tujuh. Sel antipoda sering berdegenerasi di awal pertumbuhan.
Pada sinergid biasanya terdapat penebalan dinding yang disebut aparat filiform (seperti
benang) yang meluas di bagian sel dekat mikropil.
1. Mikrosporogenesis
Polinasi atau persarian berasal dari kata pollen atau serbuk sari. Polinasi pada
angiospermae merupakan proses menempelnya serbuk sari di atas kepala putik (stigma),
sedangkan pada gymnospermae merupakan proses sampainya serbuk sari pada tetes
penyerbukan atau ruang bakal biji. Setelah terjadi polinasi kemudian diikuti dengan
fertilisasi (pembuahan). Pada angiospermae setelah polinasi terjadi pembuahan ganda.
Adapun urutannya adalah sebagai berikut :
1) pollen (serbuk sari) matang, anthera akan pecah maka keluarlah pollen itu dari
anthera
2) Dengan perantara angin, air ataupun serangga pollen menempel di aiat kepala putik
(stigma) masuk ke dalam buluh putik (stillus)
3) Pollen yang berhasil masuk ke dalam stillus inti generatif membelah menjadi 2,
sehingga satu pollen memiliki 3 inti yaitu 1 inti vegetatif dan 2 inti generatif (sperma 1
dan sperma 2)
4) ketiga inti tersebut menuju bakal buah melalui celah mikrofil sebagai jalan masuknya
sperma
5) inti vegetatif berdegenerasi, sperma 1 (inti generatif 1) membuahi ovum menjadi
zigot yang akan berkembang menjadi embrio. Sperma 2 (inti generatif 2) membuahi inti
kandung lembaga sekunder/megagametocyt) menjadi endosperma yang berfungsi
sebagai cadagan makanan bagi embrio
Serbuk sari yang memiliki dua inti (generatif dan vegetatif) sampai pada tetes
penyerbukan .
Serbuk sari akan masuk ke dalam bakal biji melalui mikrofil/ruang serbuk
Di dalam serbuk, serbuk sari tumbuh menjadi buluh serbuk sari
Pembuahan kurang lebih terjadi 12 - 15 bulan kemudian setelah penyerbukan
selama 12 - 15 bulan tersebut, sel induk megaspora di dalam nuselus membelah
secara meiosis menghasilkan 4 sel haploid (n- kromosom).
Satu sel haploid bertahan sebagai satu megaspora yang kemudian membelah
berkali-kali membentuk gametofit betina yang belum dewasa.
sementara 3 sel haploid lainnya berkembang menjadi 2 arkegonium yang
masing-masing mengandung telur.
Saat pembuahan buluh serbuk sari bergerak ke ruang arkegonium. Bersamaan
itu pula sel generatif membelah menjadi 2 yang disebut dislokator (sel dinding)
dan sel spermatogen.
Sel spermatogen akan membelah menjadi 2 spermatogen.
Inti vegetatif akan berdegenarasi (hancur) dan sel spermatozoid dilepaskan
menuju ke ruang arkegonium yang berisi cairan supaya spermatozoid dapat
berenang.
Terjadilah pembuahan antara spermatozoid dengan sel telur yang menghasilkan
zigot sebagai calon embrio. Semua sel telur dalam arkegonium mungkin
dibuahi, tetapi hanya satu zigot yang berkembang menjadi embrio, karena terjadi
satu kali pembuahan maka pada gymnospermae hanya merupakan pembuahan
tunggal.
Dari bentuk bantuan atau cara terjadinya penyerbukan dapat dikategorikan sebagai
berikut: