Fais Bisri F. (1821011) Ok

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 95

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.S MASALAH UTAMA


RESIKO PERILAKU KEKERASAN DENGAN DIAGNOSA
MEDIS SKIZOFRENIA TAK TERINCI DI RUANG
GELATIK RUMAH SAKIT JIWA MENUR
PROVINSI JAWA TIMUR

Oleh :

FAIS BISRI FEBRIYANA


NIM. 1821011

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES HANG TUAH SURABAYA
2021

i
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.S MASALAH UTAMA


RESIKO PERILAKU KEKERASAN DENGAN DIAGNOSA
MEDIS SKIZOFRENIA TAK TERINCI DI RUANG
GELATIK RUMAH SAKIT JIWA MENUR
PROVINSI JAWA TIMUR

Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan

Oleh :

FAIS BISRI FEBRIYANA


NIM. 1821011

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES HANG TUAH SURABAYA
2021

ii
SURAT PERNYATAAN

Saya bertanda tangan dibawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa


karya tulis ini saya susun tanpa melakukan plagiat sesuai dengan peraturan yang
berlaku di Stikes Hang Tuah Surabaya.
Jika kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiat saya akan
bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Stikes
Hang Tuah Surabaya.

Surabaya, 17 Juni 2021

Fais Bisri Febriyana


NIM. 1821011

iii
HALAMAN PERSETUJUAN

Setelah kami periksa dan amati, selaku pembimbing mahasiswa:


Nama : Fais Bisri Febriyana
NIM : 1821011
Program Studi : D-III Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn. S Masalah
Utama Perilaku Kekerasan dengan Diagnosa Medis
Skizofrenia Tak Terinci di Ruang Gelatik Rumah
Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur
Serta perbaikan-perbaikan sepenuhnya, maka kami menganggap dan dapat
menyetujui bahwa karya tulis ini diajukan dalam sidang guna memenuhi sebagian
persyaratan untuk memperoleh gelar :
AHLI MADYA KEPERAWATAN (AMd.Kep)

Surabaya, 17 Juni 2021

Pembimbing

Dya Sustrami, S.Kep.,Ns, M.Kes


NIP. 03.007

Ditetapkan di : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya


Tanggal : 17 Juni 2021

iv
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah dari :


Nama : Fais Bisri Febriyana
NIM : 1821011
Program Studi : D-III Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn. S Masalah
Utama Perilaku Kekerasan dengan Diagnosa Medis
Skizofrenia Tak Terinci di Ruang Gelatik Rumah
Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur

Telah dipertahankan dihadapan dewan Sidang Karya Tulis Ilmiah di Stikes Hang
Tuah Surabaya,pada:
Hari, tanggal : Kamis, 17 Juni 2021
Bertempat di : Stikes Hang Tuah Surabaya

Dan dinyatakan LULUS dan dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar AHLI MADYA KEPERAWATAN, pada Prodi D-III
Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya

Penguji I : Dr. AV. Sri Suhardiningsih, S.Kp., M.Kes ( )


NIP. 04.015
Penguji II : Hidayatus Syadiyah, S.Kep., Ns., M.Kep ( )
NIP. 03.009
Penguji III : Dya Sustrami, S.Kep., Ns., M.Kes ( )
NIP. 03.007

Mengetahui,
Stikes Hang Tuah Surabaya
Ka Prodi D-III Keperawatan

Dya Sustrami, S.Kep., Ns., M.Kes


NIP. 03.007

Ditetapkan di : Stikes Hang Tuah Surabaya


Tanggal : 17 Juni 2021

v
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya pada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis
ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Karya tulis ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
program pendidikan Ahli Madya Keperawatan.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan dan kelancaran karya tulis ini
bukan hanya karena kemampuan penulis, tetapi banyak ditentukan oleh bantuan
dari berbagai pihak, yang telah dengan ikhlas membantu penulis demi
terselesainya penulisan. oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Muhammad Hafidin Ilham, Sp.An., selaku Kepala Rumah Sakit Jiwa
Menur Provinsi Jawa Timur memberi ijin dan lahan praktek untuk
penyusunan karya tulis dan selama kami berada di Stikes Hang Tuah
Surabaya.
2. Dr. AV. Sri Suhardiningsih, S.Kp., M.Kes, selaku Ketua Stikes Hang
Tuah Surabaya yang telah memberikan kesempatan pada kami untuk
praktik di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya dan menyelesaikan pendidikan
di Stikes Hang Tuah Surabaya. Dan dengan tulus ikhlas bersedia
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta perhatian dalam memberikan
dorongan, bimbingan dan arahan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
3. Ibu Dya Sustrami, S.Kep., Ns., M.Kes, selaku Kepala Program Studi D-III
keperawatan sekaligus Pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga
dan pikiran serta perhatian dalam memberikan dorongan, bimbingan,
arahan dan masukan dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.
4. Ibu Hidayatus Syadiyah, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku penguji sidang
terimakasih telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta perhatian
dalam memberikan arahan dan masukan dalam penyelesaian karya tulis
ilmiah ini.
5. Bapak dan ibu Dosen Stikes Hang Tuah Surabaya, yang telah memberikan
bekal bagi penulis melalui materi-materi kuliah yang penuh nilai dan

vi
makna dalam penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini, juga kepada
seluruh tenaga administrasi yang tulus ikhlas melayani keperluan
penulisan selama menjalani studi dan penulisannya.
6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih
atas bantuannya. Penulis hanya bisa berdo’a semoga Tuhan membalas
amal baik semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian
karya tulis ilmiah ini.
Selanjutnya, penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempuurnaan. Maka dari itu saran dan kritik
yang konstruktif senantiasa penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap, semoga
karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membaca
terutama bagi Civitas Stikes Hang Tuah Surabaya.

Surabaya, 17 Juni 2021

Fais Bisri Febriyana

vii
DAFTAR ISI

KARYA TULIS ILMIAH......................................................................................i


KARYA TULIS ILMIAH.....................................................................................ii
SURAT PERNYATAAN......................................................................................iii
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................iv
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................v
Kata Pengantar.....................................................................................................vi
DAFTAR ISI.......................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xii
DAFTAR SINGKATAN....................................................................................xiii

BAB 1......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum............................................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus...........................................................................................3
1.4 Manfaat......................................................................................................4
1.5 Metode Penulisan......................................................................................5
1.5.1 Metode.......................................................................................................5
1.5.2 Teknik Pengumpulan Data.........................................................................5
1.5.3 Sumber Data..............................................................................................6
1.5.4 Studi Kepustakaan.....................................................................................6
1.6 Sistematika Penulisan................................................................................6

BAB 2......................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................8
2.1 Konsep Skizofrenia...................................................................................8
2.1.1 Definisi Skizofrenia...................................................................................8
2.1.2 Etiologi Skizofrenia...................................................................................8
2.1.3 Gejala Skizofrenia....................................................................................10
2.1.4 Penggolongan Skizofrenia.......................................................................11
2.1.5 Pengobatan Skizofrenia...........................................................................15
2.2 Konsep Dasar Resiko Perilaku Kekerasan..............................................16
2.2.1 Definisi Resiko Perilaku Kekerasan........................................................16
2.2.2 Rentang Respon Perilaku Kekerasan.......................................................18
2.2.3 Tanda dan Gejala.....................................................................................18
2.2.4 Etiologi.....................................................................................................20
2.2.5 Proses Terjadinya Marah.........................................................................23
2.3 Asuhan Keperawatan Resiko Perilaku Kekerasan..................................24
2.3.1 Pengkajian................................................................................................24
2.3.2 Pohon Masalah.........................................................................................25
2.3.3 Diagnosa Keperawatan............................................................................26

viii
2.3.4 Rencana Tindakan Keperawatan.............................................................26
2.3.5 Implementasi Keperawatan......................................................................31
2.3.6 Evaluasi....................................................................................................33
2.4 Konsep Dasar Komunikasi Terapeutik....................................................33
2.4.1 Definisi Komunikasi Terapeutik..............................................................33
2.4.2 Prinsip - Prinsip Komunikasi Terapeutik dalam Keperawatan................34
2.4.3 Karakteristik Komunikasi Terapeutik......................................................35
2.4.4 Fase Hubungan Komunikasi Terapeutik..................................................36
2.5 Konsep Stress dan Adaptasi....................................................................37
2.5.1 Pengertian Stress......................................................................................37
2.5.2 Model Stress Berdasarkan Stimulus........................................................38
2.5.3 Model Stress Berdasarkan Respon..........................................................38
2.5.4 Model Stess Berdasarkan Transaksional.................................................38
2.6 Psikologi Stress.......................................................................................39
2.6.1 Penyebab Stress dan Stressor Psikososial................................................39
2.6.2 Tahapan Stress.........................................................................................40

BAB 3....................................................................................................................42
TINJAUAN KASUS.............................................................................................42
3.1 Pengkajian...............................................................................................42
3.1.1 Identitas Pasien........................................................................................42
3.1.2 Alasan Masuk..........................................................................................42
3.1.3 Faktor Predisposisi........................................................................................43
3.1.4 Pemeriksaan Fisik....................................................................................43
3.1.5 Psikososial...............................................................................................44
3.1.6 Status Mental...........................................................................................46
3.1.7 Kebutuhan Persiapan Pulang...................................................................48
3.1.8 Mekanisme Koping..................................................................................50
3.1.9 Masalah Psikososial dan Lingkungan......................................................50
3.1.10 Pengetahuan Kurang Tentang..................................................................51
3.1.11 Data Lain-lain :........................................................................................51
3.1.12 Aspek Medik............................................................................................52
3.1.13 Daftar Masalah keperawatan...................................................................53
3.1.14 Diagnosa Keperawatan............................................................................53
3.2 Pohon Masalah........................................................................................54
3.3 Analisa Data............................................................................................55
1.5 Implementasi dan Evaluasi......................................................................59

BAB 4....................................................................................................................63
PEMBAHASAN...................................................................................................63
4.1 Pengkajian...............................................................................................63
4.2 Diagnosa Keperawatan............................................................................64
4.3 Rencana Keperawatan.............................................................................65
4.4 Pelaksanaan.............................................................................................67
4.5 Evaluasi...................................................................................................70

BAB 5....................................................................................................................71
PENUTUP.............................................................................................................71

ix
5.1 Kesimpulan..............................................................................................71
5.2 Saran........................................................................................................72
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................74
LAMPIRAN 1 STRATEGI PELAKSANAAN..................................................75
LAMPIRAN 2 STRATEGI PELAKSANAAN..................................................77
LAMPIRAN 3 STRATEGI PELAKSANAAN..................................................80
LAMPIRAN 4.......................................................................................................82

x
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Terapi Medik ……………………………………………………… 52


Tabel 3.2 Analisa Data .................................................................................... 55
Tabel 3.2 Rencana Keperawatan pada Tn. S di Ruang Gelatik ....................... 56
Tabel 3.3 Implementasi dan Evaluasi .............................................................. 60

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rentang Respon Marah....................................................................18


Gambar 2.2 Pohon Masalah.................................................................................25
Gambar 3.1 Genogram.........................................................................................44
Gambar 3.2 Pohon Masalah Pasien dengan Perilaku kekerasan.........................54

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan SP 1 Pasien............ 78


Lampiran 2 Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan SP 2 Pasien............ 80
Lampiran 3 Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan SP 3 Pasien............ 83
Lampiran 4 Evaluasi Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pasien..... 85

xiii
DAFTAR SINGKATAN

CPZ = Chlorpromazine
HLP = Haloperidol
TUK = Tujuan Khusus
TUM = Tujuan Umum
SP = Strategi Pelaksanaan
SST = Sarjanan Sains Terapan
RS = Rumah Sakit
RSJ = Rumah Sakit Jiwa
DO = Data Obyektif
Dr = Doktor
DS = Data Subyektif
kg = Kilogram
Tn = Tuan
mmHg = Milimeter Hektogram
No = Nomor
O = Obyektif

xiv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan jiwa mengalami peningkatan setiap tahunnya, Gangguan

jiwa merupakan deskripsi sindrom dengan variasi penyebab. Secara umum,

klasifikasi gangguan jiwa menurut hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013

dibagi menjadi dua bagian, yaitu (1) gangguan jiwa berat/kelompok psikosa

dan (2) gangguan jiwa ringan meliputi semua gangguan mental emosional

yang berupa kecemasan, panik, gangguan alam perasaan, dan sebagainya.

Skizofrenia merupakan kelompok gangguan jiwa berat yang ditandai dengan

ditandai dengan gangguan kognisi, emosi, persepsi, pemikiran dan perilaku.

Gangguan perilaku pada pasien skizofrenia berupa perilaku kekerasan, yaitu

suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang, baik secara

fisik maupun psikologis. Perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal

yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan (Yusuf et al.,

2014).

Menurut Riskesdas 2018 Jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah saat

ini, perkiraan jumlah penderita gangguan jiwa di dunia adalah sekitar 450 juta

jiwa termasuk skizofrenia (WHO,2017). Kasus gangguan jiwa di Indonesia

meningkat terliat dari kenaikan prevelensi rumah tangga yang memiliki ODGJ

di Indonesia. Peningkatan jumlah menjadi 7 permil rumah tangga. Artinya per

1000 rumah tangga dengan ODGJ, sehingga jumlahnya diperkirakan sekitar

450 ribu ODGJ berat.(Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI,

2019). Berdasarkan laporan data di Ruang Gelatik Rumah Sakit Jiwa Menur

1
2

Surabaya pada bulan Mei 2021 jumlah pasien rawat inap sebanyak 49 orang

diantaranya 18 orang (22%) dengan halusinasi, 16 orang (19%) dengan resiko

perilaku kekerasan, 8 orang (10%) dengan harga diri rendah, dan 6 orang (5%)

dengan Waham.

Menurut (Sutejo, 2019), masalah perilaku kekerasan dapat disebabkan oleh

adanya faktor presdiposisi faktor yang melatarbelakangi munculnya masalah

dan faktor presipitasi yaitu faktor yang memicu adanya masalah. Faktor

presdiposisi yang berkaitan dengan timbulnya perilaku kekerasan yaitu faktor

psikologis, faktor sosial budaya, dan faktor biologis. Faktor yang mencetus

terjadinya perilaku kekerasan ada dua faktor yaitu, klien merasakan kelemahan

fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kurang percaya diri. Faktor lingkungan

yaitu adanya keributan, kehilangan orang/ objek yang berharga, dan terjadinya

dampak. (Yosep & Sutini, 2016)

Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien perilaku

kekerasan. Menurut Damaiyanti (2014) pasien dapat membina hubungan

saling percaya, pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan,

pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan,pasien dapat

mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan, pasien dapat

mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan, pasien dapat mengidentifikasi cara

konstruktif dalam merespon terhadap kemarahan, pasien dapat

mendemontrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan dan pasien mendapat

dukungan mengontrol perilaku kekerasan, pasien dapat menggunakan obat-

obatan yang diminum dan peran keluarga. (Anggit Madhani & Irna Kartina,

2020).
3

1.2 Rumusan Masalah

Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini, maka penulis

akan melakukan kajian lanjut dengan melakukan asuhan keperawatan jiwa

dengan membuat rumusan masalah sebagai berikut “Bagaimanakah asuhan

keperawatan jiwa pada Tn. S dengan masalah utama Perilaku kekerasan dan

diagnosa medis Skizofrenia tak terinci di Ruang Jiwa Gelatik. Rumah Sakit

Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur?”.

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengidentifikasi asuhan keperawatan jiwa pada Tn. S

dengan masalah utama Perilaku kekerasan dan diagnosa medis Skizofrenia tak

terinci di Ruang Jiwa Gelatik. Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur.

1.3.2 Tujuan Khusus

Mahasiswa mampu:

1. Melakukan pengkajian asuhan keperawatan jiwa pada Tn. S dengan

masalah utama Perilaku kekerasan dan diagnosa medis Skizofrenia tak

terinci di Ruang Jiwa Gelatik. Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa

Timur.

2. Merumuskan Diagnosa asuhan keperawatan jiwa pada Tn. S dengan

masalah utama Perilaku kekerasan dan diagnosa medis Skizofrenia tak

terinci di Ruang Jiwa Gelatik. Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa

Timur
4

3. Menyusun rencana tindakan keperawatan asuhan keperawatan jiwa

pada Tn. S dengan masalah utama Perilaku kekerasan dan diagnosa

medis Skizofrenia tak terinci di Ruang Jiwa Gelatik. Rumah Sakit Jiwa

Menur Provinsi Jawa Timur

4. Melaksanakan tindakan asuhan keperawatan jiwa pada Tn. S dengan

masalah utama Perilaku kekerasan dan diagnosa medis Skizofrenia tak

terinci di Ruang Jiwa Gelatik. Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa

Timur

5. Mengevaluasi asuhan keperawatan jiwa pada Tn. S dengan masalah

utama Perilaku kekerasan dan diagnosa medis Skizofrenia tak terinci

di Ruang Jiwa Gelatik. Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur

6. Mendokumentasikan asuhan keperawatan jiwa pada Tn. S dengan

masalah utama Perilaku kekerasan dan diagnosa medis Skizofrenia tak

terinci di Ruang Jiwa Gelatik. Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa

Timur

1.4 Manfaat

Terkait dengan tujuan tugas akhir ini, diharapkan dapat memberi manfaat

bagi:

1. Akademis

Hasil studi kasus ini merupakan penambah referensi tentang bagaimana

pendokumentasian asuhan keperawatan jiwa khususnya dengan masalah

utama resiko perilaku kekerasan.

2. Dari segi praktis, tugas akhir ini bermanfaat bagi:

a. Bagi pelayanan keperawatan Rumah Sakit


5

Hasil karya tulis ilmiah ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan di

rumah sakit agar dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien

resiko perilaku kekerasan dengan baik.

b. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukkan bagi peneliti

berikutnya, yang akan melakukan karya tulis ilmiah asuhan

keperawatan jiwa pada klien dengan resiko perilaku kekerasan.

1.5 Metode Penulisan

1.5.1 Metode
Metode deskriptif yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan

peristiwa/gejala yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi

kepustakaan yang mempelajari, mengumpulkan, membahas data dengan

studi pendekatan proses keperawatan dengan langkah-langkah pengkajian,

diagnosis keperawatan, perencanaan pelaksanaan dan evaluasi.

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Data diambil atau diperoleh melalui percakapan baik dengan klien maupun

tim kesehatan lain

2. Observasi

Hasil data yang diambil ketika wawancara berlangsung dan ssuai dengan

kondisi klien

3. Pemeriksaan

Meliputi pemeriksaan fisik yang apat menunjang dalam menegakkan

diagnosa dan penanganan selanjutnya


6

1.5.3 Sumber Data

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari klien

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari keluarga atau orang

terdekat pasien dan rekam medik

1.5.4 Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu mempelajari buku sumber yang berhubungan

dengan judul studi kasus dan masalah yang dibahas

1.6 Sistematika Penulisan

Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami

studi kasus ini, secara keseluruhan dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

1. Bagian awal, memuat halaman judul, persetujuan komisi pembimbing,

pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi.

2. Bagian inti terdiri dari lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari

sub bab berikut ini:

BAB 1: Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, tujuan,

manfaat penelitian, dan sistematika penulisan karya tulis ilmiah.

BAB 2 : Tinjauan pustaka, berisi tentang konsep penyakit dari sudut

medis dan asuhan keperawatan klien dengan diagnosa utama Perilaku

kekerasan, serta kerangka masalah.

BAB 3 : Tinjauan kasus, berisi tentang deskripsi data hasil pengkajian

diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.


7

BAB 4 : Pembahasan, berisi tentang perbandingan antara teori dengan

kenyataan yang ada di lapangan.

BAB 5 : Penutup, berisi tentang simpulan dan saran.

3. Bagian akhir, terdiri dari daftar pustaka dan lampiran.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab 2 ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep dasar dan

asuhan keperawatan jiwa perilaku kekerasan. Konsep dasar akan diuraikan

definisi Resiko Perilaku Kekerasan, proses terjadinya, etiologi dan cara

penanganan secara keperawatan. Asuhan keperawatan akan diuraikan masalah-

masalah yang muncul pada perilaku kekerasan dengan melakukan asuhan

keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan,

evaluasi.

2.1 Konsep Skizofrenia

2.1.1 Definisi Skizofrenia

Skizofrenia adalah suatu psikolis fungsional dengan gangguan utama pada

proses fikir serta disharmoni antara proses pikir, efek/emosi, kemauan dan

psikomotor disertai distorsi kenyataaan, terutama karena waham dan halusinasi

asosiasi terbagi-bagi sehingga timbul inkhorensi, afek dan emosi inadekuat, serta

psikomotor yang menunjukkan penarikan diri, ambivalensi dan perilaku bizar.

Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya

penyimpangan yang sangat dasar dan adanya perbedaan dari pikiran, disertai

dengan adanya ekspresi emosi yang tidak wajar. Skizofrenia adalah sindrom

etiologi yang tidak diketahui dan ditandai dengan gangguan kognisi, emosi,

persepsi, pemikiran dan perilaku.(Sutejo, 2017)

2.1.2 Etiologi Skizofrenia

Beberapa Faktor penyebab skizofrenia dalam Nanda NIC NOC (Nurarif &

Hardhi, 2015).

8
9

1. Keturunan

Telah dibuktikan dengan penelitian bahwa angka kesakitan bagi saudara

tiri 0,9%-1,8% bagi saudara kandung 7-15%, bagi anak-anak dengan salah

satu orang tua yang menderita Skizofrenia 40-68%, kembar 2 telur 2-15%

dan kembar satu telur 61-86%

2. Metabolisme

Teori ini didasarkan karena penderita Skizofrenia tampak pucat, tidak

sehat, ujung ekstermitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat

badan menurun serta pada penderita dengan stupor katatonik konsumsi zat

asam menurun. Hipotesa ini masih dalam pembuktian dengan pemberian

obat halusinogenik.

3. Susunan Saraf Pusat

Penyebab Skizofrenia diarahkan pada kelainan SSP yaitu pada diensefalon

atau kortek otak tetapi kelainan patologis yang ditemukan mungkin

disebabkan oleh perubahan postmortem atau merupakan artefak pada

waktu membuat sediaan.

4. Teori Adolf Meyer

Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga

sekarang tidak dapat ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis

yang khas pada SSP tetapi Meyer mengakui bahwa suatu konstitusi yang

inferior atau penyakit badaniah dapat mempengaruhi timbulnya

skizofrenia. Menurut Meyer Skizofrenia merupakan reaksi yang salah,


10

suatu maladaptasi, sehingga timbul disorganisasi kepribadian dan lama

kelamaan orang tersebut menjauhkan diri dari kenyataan (otisme).

5. Teori Sigmund Freud

a. Kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab ataupun somatik

b. Superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan ide yang

berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase narsisisme dan

c. Kehilangan kapasitas untuk pemindahan (transference) sehingga terapi

psikoanalitik tidak mungkin.

2.1.3 Gejala Skizofrenia

Gejala menurut Nanda NIC NOC.(Nurarif & Hardhi, 2015)

1. Gejala Primer

a. Gangguan Proses Pikir (bentuk, langkah dan isi pikiran). Yang paling

menonjol adalah gangguan asosiasi dan terjadi inkoherensi

b. Gangguan Afek Emosi

1) Terjadi kedangkalan afek-emosi

2) Paramimi dan paratimi

3) Emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai satu kesatuan

Emosi berlebihan

4) Hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi yang

baik

c. Gangguan Kemauan

1) Terjadi kelemahan kemauan

2) Perilaku negativisme atau permintaan


11

3) Otomatisme : merasa pikiran/perbuatannya dipengaruhi oleh orang

lain

d. Gangguan Psikomotor

1) Stupor atau hiperkinesia, logorea dan neologisme

2) Katelepsi : mempertahankan posisi tubuh dalam waktu yang lama

3) Echolalia dan Echopraxi

2. Gejala Sekunder

Waham, Halusinasi

2.1.4 Penggolongan Skizofrenia

Skizofrenia dapat dibedakan menjadi beberapa tipe menurut PPDGJ III (Maslim,

2013) yaitu :

1. Skizofrenia paranoid (F 20. 0)

a. Memenuhi kriteria skizofrenia.

b. Halusinasi dan/atau waham harus menonjol : halusinasi auditori yang

memberi perintah atau auditorik yang berbentuk tidak verbal; halusinasi

pembauan atau pengecapan rasa atau bersifat seksual;waham dikendalikan,

dipengaruhi, pasif atau keyakinan dikejar-kejar.

c. Gangguan afektif, dorongan kehendak, dan pembicaraan serta gejala

katatonik relative tidak ada.

2. Skizofrenia hebefrenik (F 20. 1)

a. Memenuhi kriteria skizofrenia.

b. Pada usia remaja dan dewasa muda (15-25 tahun).

c. Kepribadian premorbid : pemalu, senang menyendiri.

d. Gejala bertahan 2-3 minggu.


12

e. Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir

umumnya menonjol. Perilaku tanpa tujuan, dan tanpa maksud.Preokupasi

dangkal dan dibuat-buat terhadap agama, filsafat, dan tema abstrak.

f. Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat

diramalkan,mannerism, cenderung senang menyendiri, perilaku hampa

tujuan, dan hampa perasaan.

g. Afek dangkal (shallow) dan tidak wajar (in appropriate),cekikikan, puas

diri, senyum sendiri, atau sikap tinggi hati, tertawa menyeringai,

mengibuli secara bersenda gurau, keluhan hipokondriakal, ungkapan kata

diulang-ulang.

h. Proses pikir disorganisasi, pembicaraan tak menentu, inkoheren

3. Skizofrenia katatonik (F 20. 2)

a. Memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia.

b. Stupor (amat berkurang reaktivitas terhadap lingkungan, gerakan, atau

aktivitas spontan) atau mutisme.

c. Gaduh-gelisah (tampak aktivitas motorik tak bertujuan tanpa stimuli

eksternal).

d. Menampilkan posisi tubuh tertentu yang aneh dan tidak wajar serta

mempertahankan posisi tersebut.

e. Negativisme (perlawanan terhadap perintah atau melakukan ke arah yang

berlawanan dari perintah).

f. Rigiditas (kaku).

g. Flexibilitas cerea (waxy flexibility) yaitu mempertahankan posisi tubuh

dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar.


13

h. Command automatism (patuh otomatis dari perintah) dan pengulangan

kata-kata serta kalimat.

i. Diagnosis katatonik dapat tertunda jika diagnosis skizofrenia belum tegak

karena pasien yang tidak komunikatif.

4. Skizofrenia tak terinci atau undifferentiated (F 20. 3)

a. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofernia.

b. Tidak paranoid, hebefrenik, katatonik.

c. Tidak memenuhi skizofren residual atau depresi pasca-skizofrenia

5. Skizofrenia pasca-skizofrenia (F 20. 4)

a. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofernia selama 12 bulan terakhir

ini.

b. Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi mendominasi

gambaran klinisnya).

c. Gejala – gejala depresif menonjol dan mengganggu, memenuhi paling

sedikit kriteria untuk episode depresif (F32.-), dan telah ada dalam kurun

waktu paling sedikit 2 minggu. Apabila pasien tidak menunjukkan lagi

gejala skizofrenia, diagnosis menjadi episode depresif (F32.-).Bila gejala

skizofrenia masih jelas dan menonjol, diagnosis harus tetap salah satu dari

subtipe skizofrenia yang sesuai (F20.0 - F20.3).

6. Skizofrenia residual (F 20. 5)

a. Gejala “negatif” dari skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan

psikomotorik, aktifitas yang menurun, afek yang menumpul, sikap pasif

dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan,

komunikasi non verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak
14

mata, modulasi suara dan posisi tubuh, erawatan diri dan kinerja sosial

yang buruk.

b. Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau

yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia.

c. Sedikitnya sudah melewati kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan

frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat

berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom “negatif” dari skizofrenia.

d. Tidak terdapat dementia atau gangguan otak organik lain, depresi kronis

atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negatif tersebut.

7. Skizofrenia simpleks (F 20. 6)

a. Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena

tergantung pada pemantapan perkembangan yang berjalanperlahan dan

progresif dari:

1.) Gejala “negatif” yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului

riwayat halusinasi, waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik.

2.) Disertai dengan perubahan – perubahan perilaku pribadi yang

bermakna, bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok,

tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan hidup, dan penarikan diri secara

sosial.

b. Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan subtipe

skizofrenia lainnya
15

8. Skizofrenia lainnya (F.20.8)

Termasuk skizofrenia chenesthopathic (terdapat suatu perasaanyang

tidaknyaman, tidak enak, tidak sehat pada bagian tubuh tertentu), gangguan

skizofreniform YTI.

9. Skizofrenia tak spesifik (F.20.7)

Merupakan tipe skizofrenia yang tidak dapat diklasifikasikan kedalam tipe

yang telah disebutkan

2.1.5 Pengobatan Skizofrenia

Terapi pada pasien skizofrenia diberikan secara komprehensif sesuai tanda

gejala dan penyebab terjadinya penyakit. Berikut adalah beberapa alternative

terapi yang dapat diberikan pada pasien skizofrenia menurut (Yusuf et al., 2019):

a. Terapi farmakologi

Pendekatan farmakologis pada pasien skizofrenia biasanya dengan diberikan

obat antipsikotik. Pengobatan antipsikotik membantu mengendalikan

perilaku skizofrenia yang mencolok dan mengurangi kebutuhan untuk

perawatan rumah sakit jangka panjang apabila dikonsumsi pada saat

pemeliharaan atau secara teratur setelah episode akut. Prinsip pemberian

farmako terapi pada pasien skizofrenia adalah start low go slow dimulai

dengan dosis rendah ditingkatkan sampai dosis optimal kemudian

diturunkan perlahan untuk pemeliharaan. Pemberian terpai farmakologi

dengan memberikan obat-obatan saja tidak cukuo untuk membantu

penderita skizofrenia untuk memenuhi sisi kebutuhan hidupnya. Terapi

farmakologi juga harus ditunjang dengan pemebrian terapi yang lain yang
16

bersifat membantu penderitra agar dapat kembali ke lingkungan sosial

melalui psikoedukasi dan pelatihan-pelatihan keterampilan sosial.

b. Terapi psikososial

Terapi psikososial diberikan kepada pasien skizofrenia dengan tujuan pasien

mampu berinteraksi atau menjalin hubungan sosial dengan orang lain dan

lingkungan. Dengan kemampuan interkasi diharapakan pasien mampu

beradaptasi dengan lingkungan sosialnya, mampu merawat diri sendiri dan

tidak bergantung pada orang lain.

c. Rehabilitasi

Program rehabilitasi biasanya diberikan di bagian tersendiri rumah sakit

jiwa yang dikhususkan untuk rehabilitasi. Terdapat banyak kegiatan

rehabilitasi, diantaranya terapi okupasi yang meliputi kegiatan membuat

kerajinan tangan, melukis, menyanyi dan lain-lain.

d. Program intervensi keluarga

Intervensi keluarga memiliki banyak variasi, namun pada umumnya

intervensi yang dilakukan difokuskan pada aspek praktis dari kehidupan

sehari-hari, mendidik anggota keluarga tentang skizofrenia, mengajarkan

bagaimana cara berhubungan dengan cara yang tidak terlalu frontal terhadap

anggota keluarga yang menderita skizofrenia, meningkatkan komunikasi

dalam keluarga dan memacu pemecahan masalah dan keterampilan koping

yang baik.
17

2.2 Konsep Dasar Resiko Perilaku Kekerasan

2.2.1 Definisi Resiko Perilaku Kekerasan

Resiko Perilaku kekerasan merupakan perilaku seseorang yang

menunjukkan bahwa ia dapat membahayakan diri sendiri, orang lain atau

lingkungan, baik secara fisik, emosional, seksual dan verbal (Nanda, 2016).

Resiko perilaku kekerasan terbagi menjadi dua, yaitu resiko perilaku kekerasan

terhadap diri sendiri (risk for self-directed violence) dan resiko perilaku kekerasan

terhadap orang lain (risk for other-directed violence). Resiko perilaku kekerasan

terhadap diri sendiri merupakan perilaku yang rentan dimana seseorang individu

bisa menunjukkan tindakan yang membahayakan diri sendiri, baik secara fisik,

emosional, maupun seksual. Hal yang sama juga berlaku untuk resiko perilaku

kekerasan terhadap orang lain, hanya saja ditunjukkan langsung terhadap orang

lain.(Sutejo, 2019)

berbeda dengan perilaku kekerasan, perilaku kekerasan memiliki definisi

tersendiri. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya kendali perilaku

seseorang yang di arahkan pada diri sendiri,orang lain,atau lingkungan. Perilaku

kekerasan pada diri sendiri dapat berbentuk melukai diri untuk bunuh diri atau

membiarkan diri dalam bentuk penalantaran diri. Perilaku kekerasan pada orang

adalah tindakan agresif yang di tunjukan untuk melukai atau membunuh orang

lain. Perilaku kekerasan pada lingkungan dapat berupa perilaku merusak

lingkungan, melempar kaca, genting, dan semua ada yang di lingkungan. Pasien

yang di bawah ke rumah sakit jiwa sebagai besar akibat melakukan kekerasan di

rumah. Perawat harus jeli dalam melakukan pengkajian untuk menggali

peneyebab perilaku kekerasan yang di lakukan selama di rumah. (Sutejo, 2019)


18

Amuk merupakan respons kemarahan yang paling maladaptif yang di

tandai dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilangnya

kontrol,yang individu dapat merusak diri sendiri, orang lain atau lingkumgan.

(Yosep & Sutini, 2016)

2.2.2 Rentang Respon Perilaku Kekerasan

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada diri sendiri maupun

orang lain. Sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah

berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motoric yang tidak terkontrol.

Rentang respon kemarahan individu dimulai dari respon normal (asertif) sampai

pada respon sangat tidak normal (maladaptif)(Yosep & Sutini, 2016).

Respon adaptif Respon maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk

Gambar 2.1 : Rentang respon marah (Yosep & Sutini, 2016)

Keterangan :

Asertif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain.

Frustasi : Kegagalan mencapai tujuan, tidak realitas/terhambat.

Pasif : Respons lanjutan yang pasien tidak mampu mengungkapkan perasaan.

Agresif : Perilaku destruktif tapi masih terkontrol.

Amuk :Perilaku destruktif yang tidak terkontrol


19

2.2.3 Tanda dan Gejala


Menurut (Yosep & Sutini, 2016), Perawat dapat mengindentifikasi dan

mengobservasi tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :

1. Fisik

a. Muka merah dan tegang

b. Mata melotot/pandangan tajam

c. Tangan mengepal

d. Rahang mengatup

e. Wajah memerah dan tegang

f. Postur tubuh kaku

g. Pandangan tajam

h. Mengatupkan rahang dengan kuat

i. Mengepalkan tangan

j. Jalan mondar-mandir

2. Verbal

a. Bicara kasar

b. Suara tinggi,membentak atau berteriak

c. Mengancam secara verbal atau fisik

d. Mengumpat dengan kata-kata kotor

e. Suara keras

f. ketus

3. Perilaku

b. Melempar atau memkul benda/orang lain

c. Menyerang orang lai

d. Melukai diri sendiri/orang lain


20

e. Merusak lingkungan

f. Amuk/agresif

4. Emosi

Tidak adekuat, tidak aman nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel,

tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin,berkelahi, menyalahkan, dan

menuntut.

5. Intelktual

Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkassme.

6. Spiritual

Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain,

menyinggung perasaan orang lain, tidak peduli dan kasar.

7. Sosial

Menarik diri, pengasingan, penolakan,kekerasan, ejekan, sindiran.

8. Perhatian

Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan sosial.

2.2.4 Etiologi

A. Faktor predisposisi

Menurut (Yosep & Sutini, 2016) faktor presdisposisi klien dengan perilaku

kekerasan adalah:

1. Teori Biologis

a. Neurologic factor

Beragam komponen dari system seperti sinap, neurotransmitter,

dendrit, akson terminalis mempunyai peran memfasilitasi atau


21

menghambat rangsangan dan pesan-pesan yang akan mempengaruhi

sifat agresif.

b. Genetic factor

Adanya faktor gen yan diturunkan melalui orang tua, menjadi potensi

perilaku agresif. Menurut penelitian genetik tipe karyotype XYY, pada

umumnya dimiliki oleh penghuni pelaku tindak criminal serta orang-

orang tersangkut hokum akibat perilaku agresif.

c. Cycardian Rhytm

(Irama sirkardium tubuh) memegang peranan pada individu. Menurut

penelitian pada jam-jam sibuk seperti menjelang masuk kerja dan

menjelang berakhirnya pekerjaan sekitar jam 9 dan 13. Pada jam

terentu orang lebih mudah terstimulasi untuk bersikap agresif.

d. Biochemistry factor

(faktor biokimia tubuh) seperti neurotransmitter di otak (epineprin,

nourepineprin, dopamine, asetilcolin, dan serotonin) sangat berperan

dalam penyampaian informasi melalui system persyarafan dalam

tubuh, adanya stimulus dari luar tubuh yang dianggap mengancam dan

membahayakan akan dihantar melalui impuls neurotransmitter ke otak

dan responnya melalui serabut efferent.

e. Brain Area Dissorders

Gangguan pada system limbik dan lobus temporal, sindrom otak

organik, tumor otak, trauma otak, penyakit ensepalipis, epilepsi

ditemukan sangat berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak

kekerasan.
22

2. Teori Psikologis

a. Teori Psikoanalisa

Agresifitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat tumbuh

kembang seseorang. Tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa aman

dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep

diri yang rendah. Perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan

pengungkapan secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaan dan

rendahnya harga diri pelaku tindak kekerasan.

b. Imitation modeling, and information processing theory

Menurut teori ini perilaku kekerasan bisa berkembang dalam

lingkungan yang mentolerir kekerasan.

c. Learning theory

Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap

lingkungan terdekatnya.

B. Faktor Presipitasi

Menurut (Yosep & Sutini, 2016) dalam buku faktor-faktor yang dapat

mencetuskan perilaku kekerasan seringkali berkaitan dengan :

1. Ekspresi diri, ingin menunjukkan ekstensi diri atau simbolis

solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepakbola, geng

sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.

2. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi

social ekonomi.
23

3. Kesulitan dalam mengonsumsi sesuatu dalam keluarga serta tidak

membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung

melakukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.

4. Adanya riwayat perilaku anti social meliputi penyalahgunaan obat

dan alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat

menghadapi rasa frustasi.

5. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,

perubahan tahap perkembangan keluarga.

Dalam Buku ajar Keperawatan Jiwa (Yosep, 2016)

2.2.5 Proses Terjadinya Marah

Menurut Yosep, (2010) perilaku kekerasan merupakan status rentang

emosi dan ungkapkan kemarahan yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik.

Kemarahan tersebut merupakan suatu bentuk komunikasi dan proses penyampaian

pesan dari individu. Orang yang mengalami kemarahan sebenarnya ingin

menyampaikan pesan bahwa mereka tidak setuju, tersinggung, merasa tidak

dianggap, merasa tidak dituruti atau diremehkan. Rentang respons kemarahan

individu dimulai dari respons normal (asertif) sampai pada respons sangat tidak

normal (maladaptif). Stres, cemas, harga diri rendah, dan bermasalah dapat

menimbulkan marah. Respons terhadap marah dapat di ekspresikan secara

eksternal maupun internal. Secara eksternal ekspresi marah dapat berupa perilaku

konstruktif maupun destruktif. Mengekspresikan rasa marah dengan perilaku

konstruktif dengan kata-kata yang dapat di mengerti dan diterima tanpa menyakiti

hati orang lain. Selain akan memberikan rasa lega, ketegangan pun akan menurun

dan akhirnya perasaan marah dapat teratasi. Ras marah diekspresikan secara
24

destruktif, misalnya dengan perilaku agresif, menantang biasanya cara tersebut

justru menjadikan masalah berkepanjangan dan dapat menimbulkan amuk yang di

tunjukan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. (Suci & Milkhatun, 2020)

2.3 Asuhan Keperawatan Resiko Perilaku Kekerasan

2.3.1 Pengkajian

Menurut Yosep (2009), pada dasarnya pengkajian pada klien perilaku

kekerasan ditujukan pada semua aspek, yaitu biopsikososial-kultural-spiritual

(Damayanti & Iskandar, 2012).

a. Aspek biologis

Respon fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi

terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, takhikardi,

muka merah, pupil melebar, pengeluaran urin meningkat. Ada kejala yang

sama dengan kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan

otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan reflek cepat.

Hal ini disebabkan oleh energy yang dikeluarkan saat marah bertambah.

b. Aspek emosional

Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel,

frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan

sakit hati, menyalahkan dan menuntut.

c. Aspek intelektual

Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses

intelektual, peran panca indera sangat penting untuk beradaptasi dengan

lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu

pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi


25

penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan

diintegrasikan.

d. Aspek social

Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan.

Emosi marah sering merangsang kemarahan orang lain. Klien seringkali

menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain

sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar

yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan

individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti

aturan.

e. Aspek spiritual

Kepercayan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan

lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat

menimbulkan kemarahan dimanifestasikan dengan moral dan rasa berdosa.

2.3.2 Pohon Masalah

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan


RE R
(Efec)

Perilaku Kekerasan

(Core Problem)

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

(Problem)
26

Gambar 2.2 : Pohon Masalah Perilaku Kekerasan (Yusuf et al., 2014)

2.3.3 Diagnosa Keperawatan

Menurut (Yusuf et al., 2014) dalam bukunya Proses Keperawatan

Kesehatan Jiwa, ditemukan diagnosa keperawatan yaitu :

1. Resiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan berhubungan

dengan perilaku kekerasan.

2. Perilaku kekerasan

3. Perubahan persepsi sensori : halusinasi

4. Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah

5. Koping Individu Tidak Efektif

2.3.4 Rencana Tindakan Keperawatan

Rencana Tindakan keperawatan dikutip dalam buku ajar keperawatan

kesehatan jiwa teoritis dan aplikasi praktik klinik (Damayanti & Iskandar, 2012)

1. Diagnosa : Resiko perilaku kekerasan Tujuan umum : klien tidak

mencederai diri. Tujuan khusus :

TUK 1 : klien dapat membina hubungan saling percaya. Kriteria hasil :

1. Klien mau membalas salam.

2. Klien mau menjabat tangan

3. Klien mau tersenyum

4. Klien mau kontak mata

5. Klien mau mengetahui nama perawat

Intervensi :

a. Beri salam/panggil nama


27

b. Jelaskan maksud hubungan interaksi

c. Jelaskan akan kontrak yang akan dibuat

d. Beri rasa aman dan sikap empati

e. Lakukan kontak singkat tapi sering

TUK 2 :

Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekrasan Kriteria hasil :

1. Klien dapat mengungkapkan perasaannya

2. Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal (dari diri

sendiri)

Intervensi :

a. Berikan kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya

b. Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan perasaan

jengkel/kesal

TUK 3:

Klien apat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan Kriteria

Hasil :

1. Klien dapat mengungkapkan perasaan jengkel/kesal

2. Klien dapat menyimpulkan tanda dan gejala jengkel/kesal yang

dialaminya Intervensi :

a. Anjurkan klien mengungkapkan apa yang dialami dan dirasakan

saat marah/jengkel

b. Observasi tanda dan gejala perilaku kekerasan pada klien

c. Simpulkan bersama klien tanda dan gejala jengkel/kesal yang

dialami
28

TUK 4:

Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

Kriteria hasil:

1. Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa

dilakukan

2. Klien dapat mengetahui cara yang bisa dilakukan untuk

menyelesaikan masalah Intervensi :

a. Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan

yang biasa dilakukan klien (verbal, pada orang lain, pada lingkungan

dan pada diri sendiri)

b. Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan

yang biasa dilakukan

c. Bicarakan dengan klien, apakah dengan cara yang klien lakukan

masalahnya selesai

TUK 5:

Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan Kriteria hasil:

1. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang digunakan

2. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang dilakukan klien

3. Tanyakan kepada klien apakah klien mau mempelajari cara

baru yang sehat

TUK 6:

Klien dapat mendemostrasikan cara fisik untuk mencegah perilaku

kekerasan

Kriteria hasil :
29

1. Klien dapat menyebutkan contoh pencegahan perilaku kekerasan

secara fisik

2. Klien dapat mengidentifikasikan cara fisik untuk mencegah

perilaku kekerasan

3. Klien mempunyai jdwal untuk melatih cara pencegahan fisik

yang telah dipelajari sebelumnya

4. Klien mengevaluasi kemampuan dalam melakukan cara fisik sesuai

jadwal yang disusun

Intervensi :

a. Diskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan

b. Beri contoh klien tentang cara menarik nafas dalam

c. Ajurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajarisaat

marah/jengkel

d. Validasi kemampuan klien dalam melakasanakan latihan

e. Berikan pujian atas keberhasilan klien

TUK 7 :

Klien dapat mendemonstrasikan cara sosial untuk mencegah

perilaku kekerasan Kriteria hasil :

1. Klien dapat menyebutkan cara bicara (verbal) yang baik dalam

mencegah perilaku kekerasan

2. Klien mempunyai jadwal untuk melatih cara bicara yang baik

3. Klien melakukan evaluasi terhadap kemampuan cara bicara yang

sesuai dengan jadwal yang telah disusun

Intevensi :
30

a. Diskusikan cara bicara yang baik dengan klien

b. Meminta klien mengikuti cara bicara yang baik

c. Minta klien mengulang sendiri

d. Beri pujian atas keberhasilan klien

e. Susun jadwal kegiatan untuk melatih cara yang telah dipelajari

f. Validasi kemampuan klien dalam melakukan latihan

g. Berikan pujian atas keberhasilan klien

TUK 8 :

Klien dapat mendemostrasikan cara osial untuk mencegah perilaku

kekerasan Kriteria hasil:

1. Klien dapat menyebutkan cara bicara (verbal) yang baik dalam

mencegah perilaku kekerasan

2. Klien dapat mendemostrasikan cara verbal yang baik

3. Klien mempunyai jadwal untuk melatih cara bicara yang baik

4. Klien melakukan evaluasi terhadap kemampuan cara bicara

yang sesuai dengan jadwal yang disusun

Intervensi :

a. Diskusikan dengan kegiatan ibadah yang pernah dilakukan

b. Minta klien mendemostrasikan kegiatan ibadah yang dipilih

c. Validasi kemampuan klien dalam melakukan validasi

d. Berikan pujian atas keberhasilan klien

TUK 9 :

Klien mendemostrasikan kepatuhan minum obat untuk mencegah

perilaku kekerasan
31

Kriteria hasil :

1. Klien dapat menyebutkan jenis, dosis dan waktu minum obat serta

manfaat dari obat itu.

2. Klien mendemostrasikan kepatuhan minum obat sesuai jadwal yang

ditetapkan

3. Klien mengevaluasi kemampuan dalam mematuhi minum obat

Intervensi

a. Diskusikan dengan klien manfaat minum obat secara teratur

b. Diskusikan tentang proses minum obat

c. Klien mengevaluasi pelaksaan minum obat klien

d. Validasi pelaksaan minum obat klien

e. Beri pujian atas keberhasilan

2.3.5 Implementasi Keperawatan

Menurut buku Asuhan Keperawatan Jiwa (Damayanti & Iskandar, 2012).

Strategi Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien dengan diagnosa

perilaku kekerasan dapat dilakukan SP pada pasien dan keluarga :

1. Strategi Pelaksanaan Pasien:

a. SP 1

1.) Mengidentifikasi penyebab PK

2.) Mengidentifikasi tanda dan gejala PK

3.) Mengidentifikasi PK yang dilakuakn

4.) Mengidentifikasi akibat PK

5.) Menyebutkan cara mengontrol PK


32

6.) Membantu pasien mempratekkan latihan cara fisik 1: Nafas

Dalam

7.) Menganjurkan pasien memasukkan dalam kegiatan harian

b. SP 2

1.) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2.) Melatih pasien mengontrol PK dengan cara fisik yaitu pukul

bantal/Kasur

3.) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan

harian

c. SP 3

1.) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2.) Melatih pasien mengontrol PK dengan cara verbal:

meminta/menolak/mengungkapkan dengan asertif

3.) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan

harian

d. SP 4

1.) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2.) Melatih pasien mengontrol PK dengan cara spiritual

3.) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan

harian

e. SP 5

1.) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2.) Menjelaskan cara mengontrol PK dengan

memanfaatkan/meminum obat
33

3.) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan

harian

2. Strategi Pelaksanaan Keluarga

a. SP 1

1.) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam

merawat pasien

2.) Menjelaskan pengertian PK, tada dan gejala, serta proses

terjadiya PK

3.) Menjelaskan cara merawat pasien dengan PK

b. SP 2

1.) Melatih keluarga mempratekkan cara merawat pasien PK

2.) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada

pasien PK

c. SP 3

1.) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah

termasuk minum obat (discharge planning)

2.) Menjelaskan follow up pasien setelah pulang

2.3.6 Evaluasi

1. Pasien diharapkan mampu menyebutkan penyebab, tanda dan

gejala perilaku kekerasan, perilaku kekerasan yang biasa dilakukan, serta

akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukan.

2. Pasien diharapkan mampu menggunakan cara mengontrol perilaku

kekerasan kekerasan secara teratur sesuai jadwal, yang meliputi :

a. Secara fisik
34

b. Secara sosial/verbal

c. Secara spiritual

2.4 Konsep Dasar Komunikasi Terapeutik

2.4.1 Definisi Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,

bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Afnuhazi,

2015). Sedangkan menurut Struart & Sundeen komunikasi terapeutik merupakan

cara untuk membina hubungan yang terapeutik dimana terjadi penyampaian

informasi dan pertukaran perasaan dan pikiran dengan maksud yang

mempengaruhi orang lain. Komunikasi terapeutik juga dapat dipersepsikan

sebagai proses interaksi antara pasien dan perawat yang membantu pasien

mengatasi stress sementara untuk hidup harmonis dengan orang lain. Dari

beberapa pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa komunikasi terapeutik

merupakan komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan

kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasein dan membina hubungan yang

terapeutik antara perawat dan pasien.

Komunikasi ialah faktor penting bagi perawat dalam melakukan asuhan

keperawatan dengan pasien. Semakin baik komunikasi perawat, maka semakin

berkualitas pula asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien karena

komunikasi yang baik dapat membina hubungan saling percaya antara perawat

dan pasien. Perawat yang memiliki keterampilan berkomunikasi secara terapeutik

tidak saja mudah menjalin hubungan saling percaya dengan pasien, tapi juga dapat

menumbuhkan sikap empati dan caring, mencegah terjadinya masalah legal,

memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan bahkan


35

dapat meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit (Sarfika et

al., 2018).

2.4.2 Prinsip - Prinsip Komunikasi Terapeutik dalam Keperawatan

Prinsip dasar yang harus dipahami dalam membangun dan mempertahankan

hubungan yang terapeutik yaitu:

1. Hubungan Perawat dank lien adalah hubungan terapeutik yang saling

menguntungkan.

2. Perawat harus menghargai keunikan klien. Tiap individu mempunyai

karakter yang berbeda.

3. Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi

maupun penerima pesan. Komunikasi yang menciptakan hubungan saling

percaya harus dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan

memberi alternatif pemecah masalah.

2.4.3 Karakteristik Komunikasi Terapeutik

Menurut (Afnuhazi, 2015), karakteristik perawat dapat memfasilitasi

tumbuhnya hubungan yang terapeutik :

a. Kejujuran

Kejujuran merupakan modal utama agar dapat melakukan komunikasi

yang bernilai terapeutik, tanpa kejujuran mustahil dapat membina hubungan

saling percaya.

b. Empati (Empathy)

Empati merupakan perasaan “pemahaman” dan “penerimaan” perawat

terhadap perasaan yang dialami pasien dan kemampuan merasakan dunia


36

pribadi pasien. Empati merupakan sesuatu yang jujur, sensitif dan tidak

dibuat-buat (objektif) didasarkan atas apa yang dialami orang lain. Empati

cenderung bergantung pada kesamaan pengalaman diantara orang yang

terlibat komunikasi.

c. Kehangatan (Warmth)

Dengan kehangatan, perawat akan mendorong pasien untuk

mengekspresikan ide-ide dan menuangkannya dalam bentuk perbuatan tanpa

rasa takut dimaki atau dikonfrontasi. Suasana yang hangat, permisif dan tanpa

adanya ancaman menunjukkan adanya rasa penerimaan perawat terhadap

pasien. Sehingga pasien akan mengekspresikan perasaannya secara lebih

mendalam.

2.4.4 Fase Hubungan Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik menurut (Afnuhazi, 2015), terdiri empat tahapan

yaitu:

1. Fase Pra Interaksi

Tahap ini masa persiapan sebelum memulai hubungan dengan klien. Tugas

perawat pada fase ini adalah pertama perawat mengumpulkan data tentang

pasien, mengeksplorasi perasaan, harapan dan kecemasan, dan membuat

rencana pertemuan dengan pasien.

2. Fase Orientasi

Fase ini dimulai ketika perawat bertemu dengan pasien untuk pertama

kalinya. Hal utama yang perlu dikaji adalah alasan pasien minta pertolongan

yang akan mempengaruhi terbinanya hubungan perawat-pasien. Dalam


37

menilai hubungan tugas pertama adalah membina rasa percaya, penerimaan

dan pengertian komunikasi yang terbuka dan perumusan kontrak dengan

pasien. Pada tahap ini perawat melakukan kegiatan sebagai berikut :

memberi salam dan senyum pada pasien, melakukan validasi,

memperkenalkan nama perawat, menanyakan nama kesukaan pasien,

menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, menjelaskan waktu yang

dibutuhkan untuk melakukan kegiatan, menjelaskan kerahasiaan. Tujuan

akhir pada fase ini ialah terbina hubungan saling percaya.

3. Fase Kerja

Pada tahap kerja dalam komunikasi terapeutik, kegiatan yang dilakukan

adalah memberi kesempatan pada pasien untuk bertanya, menanyakan

keluhan utama, memulai kegiatan dengan cara yang baik, melakukan

kegiatan sesuai rencana. Perawat memenuhi kebutuhan dan

mengembangkan pola-pola adaptif pasien. Interaksi yang memuaskan akan

menciptakan situasi/suasana yang meningkatkan integritas pasien dengan

meminimalisasi ketakutan, ketidakpercayaan, kecemasan dan tekanan pada

pasien

4. Fase Terminasi

Pada tahap terminasi dalam komunikasi terapeutik kegiatan yang dilakukan

oleh perawat adalah menyimpulkan hasil wawancara, tindak lanjut dengan

pasien, melakukan kontrak (waktu, tempat dan topik), mengakhiri

wawancara dengan cara yang baik.


38

2.5 Konsep Stress dan Adaptasi

2.5.1 Pengertian Stress

Stress adalah tanggapan atau reaksi tubuh terhadap berbagai tuntutan atau

beban atasnya yang bersifat non spesifik (Yosep & Sutini, 2016). Sedangkan

menurut dadang hawari stress dan depresi seringkali tidak dapat dipisahkan satu

dengan lainnya. Setiap permasalahan kehidupan yang menimpa pada diri

seseorang (stressor psikososial) dapat mengakibatkan gangguan fungsiorgan

tubuh. Reaksi tubuh (fisik) ini dinamakan stress dan jika fungsi organ-organ tubuh

itu sampai terganggu dinamakan distress.

2.5.2 Model Stress Berdasarkan Stimulus

Pendekatan model stimulus ini menganggap stress sebagai ciri-ciri dari

stimulus lingkungan yang dalam beberapa hal dianggap mengganggu atau

merusak, model yang digunakan pada dasarnya adalah stressor eksternal akan

menimbulkan reaksi stress atau strain dalam diri individu. Kelemahan dari model

stimulus ini adalah kegagalannya dalam memperhitungkan cara orang menyatakan

realita dari stimulus lingkungan terhadap respon.

2.5.3 Model Stress Berdasarkan Respon

Stress sebagai respon non spesifik yang timbul terhadap tuntutan

lingkungan, respon umum ini disebut sebagai General Adaptation Syndrome

(GAS) dan dibagi dalam tiga fase yaitu : fase sinyal, fase perlawanan, dan fase

keletihan. Reaksi alarm merupakan respon siaga (fight or flight). Pada fase ini

terjadi peningkatan cortical hormone, emosi, dan ketegangan.

Fase perlawanan (resistence) terjadi bila respon adaptif tidak mengurangi

persepsi terhadap ancaman, reaksi ini ditandai oleh hormone cortical yang tetap
39

tinggi. Reaksi kelelahan yaitu perlawanan terhadap stress yang berkepanjangan

mulai menurun, fungsi otak tergantung oleh perubahan metabolism, system

kekebalan tubuh menjadi kurang efisien dan penyakit yang serius mulai timbul

pada saat kondisi menurun.

2.5.4 Model Stess Berdasarkan Transaksional

Tiga tahap dalam mengukur situasi potensial mengandung stress : (1)

Pengukuran primer;menggali persepsi individu terhadap masalah saat menimpa;

(2) Pengukuran sekunder; mengkaji kemampuan seseorang atau sumber-sumber

tersedia diarahkan untuk mengatasi masalah; (3) Pengukuran tersier; berfokus

pada perkiraan keefektifan perilaku koping dalam mengurangi dan menghadapi

ancaman.

2.6 Psikologi Stress

Menurut Selye (1982) stress meruakan tanggapan non spesifik terhadap

setiap tuntutan yang diberikan pada suatu organisme dan digambarkan sebagai

GAS. Konsep ini menunjukkan reaksi stress dalam tiga fase, yaitu fase sinyal

(alarm), fase perlawanan (resistence), dan fase keletihan (exhaustion).

2.6.1 Penyebab Stress dan Stressor Psikososial

Stessor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan

perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga orang itu terpaksa mengadakan

adaptasi atau menanggulangi stressor yang timbul. Pada umumnya jenis stressor

psikososial dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Perkawinan

b. Problem Orangtua
40

c. Hubungan Interpersonal

d. Pekerjaan

e. Lingkungan Hidup

f. Keuangan

g. Hukum

h. Perkembangan

i. Penyakit Fisik atau Cidera

j. Faktor Keluarga

2.6.2 Tahapan Stress

Tahapan stress yang dikemukakan oleh Robert J. Van Amberg sebagai berikut:

1. Stress tingkat I
Tahapan ini merupakan stress yang paling ringan yaitu:

a. Semangat besar

b. Penglihatan tajam

c. Energy dan gugup berlebihan

2. Stress tingkat II
Keluhan yang sering dikemukakan yaitu:

a. Merasa letih sewaktu bangun pagi

b. Merasa lelah sesudah makan siang

c. Merasa lelah menjelang sore hari

d. Gangguan pada system percernaan

e. Perasaan tegang pada otot-otot punggung dan tengkuk

f. Perasaan tidak bisa santai

3. Stress tingkat III

a. Gangguan usus lebih terasa


41

b. Otot-otot terasa lebih tegang

c. Perasaan tegang yang semakin meningkat

d. Gangguan tidur

e. Badan terasa mau pingsan

4. Stress tingkat IV

a. Untuk bisa bertahan sepanjang hari terasa sangat sulit

b. Kegiatan-kegiatan yang semula menyenangkan kini terasa sulit

c. Kehilangan kemampuan untuk menanggapi situasi

d. Tidur semakin sukar

e. Perasaan negativistic

f. Kemampuan berkonsentrasi menurun tajam

g. Perasaan takut yang tidak dapat dijelaskan

5. Stress tingkat V

a. Keletihan yang mendalam

b. Kurang mampu untuk bekerja

c. Gangguan system pencernaan

d. Perasaan takut

6. Stress tingkat VI

a. Debar jantung terasa amat keras

b. Nafas sesak, megap-megap

c. Badan gemetar

d. Tenaga untuk hal-hal yang ringan tidak kuasa lagi, pingsan atau collaps
BAB 3

TINJAUAN KASUS

Pada bab ini akan disajikan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan jiwa

dengan masalah utama perilaku kekerasan yang dimulai dengan tahap pengkajian,

diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan yang

dilaksanakan pada tanggal 07 s.d 09 Mei 2021 dengan data sebagai berikut :

3.1 Pengkajian
Ruangan rawat : Ruang Gelatik Tanggal dirawat/MRS: 05-05-2021

3.1.1 Identitas Pasien


Pasien adalah Tn.S tinggal di Surabaya dan bekerja sebagai tukang parkir. Pasien

beragama Islam. Pasien adalah anak ke tiga dari lima bersaudara dan belom

menikah.

3.1.2 Alasan Masuk


Pasien dibawa oleh keluarganya diantar 112 karena 2 minggu ini pasien sering

marah-marah, bicara sendiri, mengancam akan membunuh. Keluhannya

sebenarnya sudah lama kurang lebih setahun karena pasien selama ini tidak

pernah minum obat dan tidak mau dibawa kontrol. Sering marah-marah baik

dirumah maupun diwarung, menurut keterangan warga 2 hari yang lalu pasien

hampir memukul orang tanpa alasan, lalu warga meminta keluarga untuk

membawa pasien ke Rumah Sakit Jiwa Menur sebelum dikeroyok warga.

Kegiatan sehari-hari pasien bekerja sebagai jaga parkir dan membantu orang

tuanya untuk mengantar makanan untuk lansia. Makan dan minum mandiri.

Sering nongkrong di warung hingga malam hari, pulangnya dini hari.

Keluhan Utama : Pasien sering marah-marah dan hampir memukul orang.

42
43

3.1.3 Faktor Predisposisi

1. Pasien pernah mengalami gangguan jiwa. Saat ditanya pasien mengatakan

sudah 2 kali masuk ke Rumah sakit jiwa menur. yang pertama perilaku

kekerasan dan kedua resiko perilaku kekerasan.

2. Pengobatan sebelumnya kurang berhasil karena pasien tidak teratur minum

obat dan sudah satu tahun tidak mau kontrol.

3. Pasien mengatakan pernah marah-marah diwarung dan hampir memukul

orang.

Masalah keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan

4. Dalam rekam medis pasien di dapatkan data tidak ada anggota keluarga

yang memiliki riwayat gangguan jiwa.

Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

5. Pasien mengatakan ada pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

tetapi tidak ingin membahas nya.

Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

3.1.4 Pemeriksaan Fisik


1. Tanda Vital

Tekanan darah : 178/112 mmHg

Nadi : 98 kali/menit

Suhu : 36,60C

Pernafasan : 18 kali/menit

2. Ukur

Tinggi Badan : 175 cm

Berat Badan : 89 Kg
44

3. Keluhan Fisik

Pasien tidak mengeluh adanya sakit pada fisiknya.

Jelaskan : Saat dikaji pasien tidak mengeluh sakit dan tanda-tanda

vital dalam batas normal.

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan.

3.1.5 Psikososial
1. Genogram

X X
X X

Keterangan:

: Laki-Laki

: Perempuan

X : Meninggal

: Pasien

: Tinggal Satu Rumah

Gambar 3.1 Genogram Tn.S

Pasien tinggal serumah dengan kedua orang tua.


45

2. Konsep diri

a. Gambaran diri

Pasien mengatakan bersyukur karena tidak ada kelainan lain yang

mengenai tubuhnya dan menyukai bentuk dirinya yang sekarang.

b. Identitas

Pasien bernama Tn. S berumur 43 tahun, bekerja sebagai tukang

parkir. Status lajang dan beragama islam.

c. Peran

Pasien bekerja sebagai tukang parkir dan membantu ibunya mengantar

pesanan makan.

d. Ideal diri

Pasien mengatakan ingin segera sembuh dan pulang untuk bekerja lagi

e. Harga diri

Pasien mengatakan tidak ada teman yang mau mendekat kepadanya,

merasa dikucilkan.

Masalah keperawatan : Gangguan Konsep Diri

3. Hubungan Sosial

a. Orang yang berarti :

Pasien mengatakan orang yang berarti adalah ibunya karena orang

yang paling terdekat dan mendukung.

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :

Pasien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan berkelompok.

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :


46

Pasien mengatakan dalam berhubungan dengan orang lain bingung

untuk memulai.

Masalah keperawatan : Hambatan Interaksi Sosial : Menarik

Diri

4. Spiritual

a. Nilai dan keyakinan

Pasien mengatakan bahwa dirinya mempunyai agama.

b. Kegiatan ibadah

Pasien mengatakan bahwa dirinya jarang melakukan ibadah.

Masalah keperawatan : Distres Spiritual

3.1.6 Status Mental


1. Penampilan

Saat pengkajian pasien kurang rapi, kurang bersih, rambut masih terlihat

panjang dan acak-acakan, memakai seragam ruang gelatik sesuai.

Masalah keperawat : Defisit perawatan diri

2. Pembicaraan

Pada saat dikaji pasien dapat menjawab pertanyaan dengan baik namun tidak

mampu mengawali pembicaraan dan nada bicara yang lambat

Masalah keperawatan : ketidakefektifan komunikasi verbal

3. Aktivitas Motorik

Pasien nampak lesu dan hanya berbaring ditempat tidur

Masalah keperawatan : penurunan aktivitas motorik

4. Alam Perasaan

Pasien Nampak sedih dan mengatakan ingin cepat sembuh dan bisa pulang
47

Masalah keperawatan : gangguan alam perasaan : ansietas

5. Afek:

pada saat dilakukan pengkajian pasien tampak kebingungan saat berinterkasi

Masalah keperawatan : Hambatan komunikasi

6. Interaksi selama wawancara:

Pada saat wawancara kontak mata klien kooperatif, klien mampu

menjawab semua pertanyaan meskipun kebingungan untuk menata kata-kata.

Klien mengatakan ingin cepat sembuh

Masalah keperawatan : Hambatan Komunikasi

7. Persepsi halusinasi

Tidak terdapat halusinasi pendengaran, penglihatan, pembauan, perabaan

maupun pengecapan.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.

8. Proses pikir

Saat di wawancara klien mampu menjawab semua pertanyaan sesuai topik

pembicaraan.

Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

9. Isi Pikir

Klien tidak memiliki gangguan isi pikir seperti : waham, obsesi, phobia, dan

pikiran yang magis.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

10. Tingkat kesadaran

Pasien sadar kalau saat ini dirinya sedang berada dirumah sakit jiwa, pasien

mampu menyebutkan waktu, tempat, dan nama orang yang dikenalinya.


48

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.

11. Memori

Klien sangat mampu menceritakan dan mengingat kejadian masa launya.

Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan.

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Pada saat ditanyai mengenai penjumlahan, perkalian, pengurangan, dan

pembagian, pasien sangat kosentrasi dengan baik.

Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah keperawatan

13. Kemampuan Penilaian

Tidak ada gangguan, pasien mampu menilai bahwa merokok dan kopi tidak

baik untuk kesehatan.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.

14. Daya Titik Diri

Pasien menyadari bahwa dirinya masuk di Rumah Sakit Jiwa Menur sedang

di rawat karena marah – marah pasien menerima penyakitnya.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.

3.1.7 Kebutuhan Persiapan Pulang


a. Kemampuan pasien memenuhi/menyediakan kebutuhan :

Pasien mampu memenuhi atau menyediakan kebutuhan seperti makanan,

keamanan, pakaian, transportasi, tempat tinggal, perawatan kesehatan dan

uang.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.

b. Kegiatan hidup sehari-hari

1) Perawatan Diri :
49

Pasien mengatakan bahwa pasien mandi jika disuruh, menggunakan pakaian

seragam gelatik sesuai, makan dan minum madiri, BAB & BAK mandiri

Masalah keperawatan : Defisit Perawatan Diri.

2) Nutrisi

a. Apakah anda puas dengan pola makan anda? Ya

b. Apakah anda makan memisahkan diri? tidak

Jelaskan : pasien merasa kenyang saat setelah makan.

c. Frekuensi makan sehari 3 kali sehari

d. Frekuensi udapan sehari 3 kali sehari

e. Nafsu makan berlebih

f. BB tertinggi 90 kg BB terendah 85 kg

g. Diet Khusus : pasien tidak mendapatkan diet khusus

Jelaskan : pasien menghabiskan 1 porsi makanannya.

Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan.

3) Tidur

Tidak ada masalah selama tidur. Pasien merasa segar setelah bangun

tidur dan pasien memiliki kebiasaan tidur siang. Saat tidur malam pasien

mengatakan tidur jam 21.00 malam sampai dengan jam 04.30 pagi. Dan

pada saat tidur siang pasien mengatakan dari jam 13.00 sampai dengan

15.00. Pasien mengatakan tidak mengalami sulit tidur, bangun terlalu

pagi, terbangun saat tidur, gelisah saat tidur, dan berbicara saat tidur.

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan.


50

c. Kemampuan pasien dalam

Pasien mampu mengantisipasi kebutuhan diri sendiri dan membuat

keputusan berdasarkan keinginan sendiri. Pasien belum mampu untuk

mengatur penggunaan obat dan melakukan pemeriksaan kesehatan.

Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan.

d. Pasien memiliki sistem pendukung

Pasien mengatakan ibunya sangat berarti untuk dirinya.

Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan.

e. Apakah pasien menikmati saat bekerja kegiatan yang

menghasilkan atau hobi:

Pasien mengatakan bahwa dia mencari uang dengan cara jaga parkir.

Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan.

3.1.8 Mekanisme Koping


Pasien belom mampu bebicara dengan orang lain, belom mampu

menyelesaikan masalah sendiri. Tidak mampu memenuhi peran yang

diharapkan (Sesuai usia)

Masalah keperawatan : Koping individu tidak efektif.

3.1.9 Masalah Psikososial dan Lingkungan


a. Pasien mengatakan marah-marah diwarung dan hampir memukul

orang.

b. Pasien tidak ada masalah dengan pendidikannya

c. Pasien mengatakan hanya bekerja sebaga jaga parkir dan membantu

ibu mengantar makanan.


51

d. Pasien mengatakan semua anggota keluarga dirumah baik tidak ada

masalah

e. Pasien mengatakan tidak ada masalah keuangan dalam keluarga.

f. Pasien dibawa berobat ke RSJ Menur saat kambuh, semua dapat di

jalankan dengan BPJS.

g. Masalah lainnya,spesifik : pasien mengatakan tidak ada masalah.

Masalah keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan

3.1.10 Pengetahuan Kurang Tentang


Saat dikaji tentang penyakit jiwa serta obat- obatannya dan pencetus

penyakit jiwanya pasien mengatakan tidak tahu.

Masalah keperawatan : Defisit pengetahuan tentang penyakit.

3.1.11 Data Lain-lain :

Hasil lab pada tanggal 08-05-2021

SGOT 20 U/L L : 37 P : 31

SGPT U/L L : 40 P : 31

WBC 8.7 10^3/uL 4.8 – 10.8

RBC 5.07 10^6/uL 4.2 – 6.1

HB 14.8 G/dL 12 – 18

HCT 44.8 % 37 – 52
52

3.1.12 Aspek Medik


Diagnosa Medik : Skizofrenia tak terinci

Terapi Medik :

Obat Dosis Indikasi Efek


Risperidone 1 mg 1-0-1 Untuk mengatasi kesadaran Rasa

diri yang terganggu, daya mengantuk

nilai norma social terganggu kewaspadaan

berkurang,

psikomotor

menurun
Clozapine 25 mg 0-0-1 Untuk mengatasi kesadaran Hidung

diri yang terganggu, daya tersumbat,

nilai norma social terganggu mata kabur,

gangguan

irama jantung
Trihexyphenidil 2 mg 1-0-1 Untuk mengatasi kesadaran Dystonia akut,

diri yang terganggu, daya tremor

nilai norma social terganggu


Captropil 25 mg 1-1-1 Untuk menangani hipertensi Mual muntah,

dan gagal jantung sakit perut,

batuk kering,

sakit dada dan

hipotensi

3.1.13 Daftar Masalah keperawatan


a. Resiko Perilaku Kekerasan

b. Gangguan Konsep Diri

c. Menarik Diri : Isolasi Sosial


53

d. Distres spiritual

e. Defisit perawatan diri

f. ketidakefektifan komunikasi verbal

g. Penurunan aktivitas motorik

h. Gangguan alam perasaan (Ansietas)

i. Koping Individu tidak efektif

j. Defisit Pengetahuan Tentang Penyakit

3.1.14 Diagnosa Keperawatan


Pada kesempatan ini penulis hanya mengambil diagnosis Resiko Perilaku

kekerasan

Surabaya, 17 Juni 2021


Mahasiswa

Fais Bisri Febriyana


1821011

3.2 Pohon Masalah

Akibat: Isolasi Sosial : Menarik Diri


54

Masalah Utama: Resiko Perilaku Kekerasan

Penyebab: Koping individu tidak efektif

Gambar 3.2 Pohon Masalah Perilaku Kekerasan

pada Tn “S”

3.3 Analisa Data


Tabel 3.1 Analisa Data pada klien perilaku kekerasan

Nama : Tn. S NIRM : 05-17-XX RUANGAN : GELATIK


55

HARI/ TTD
DATA MASALAH
TGL Perawat
selasa, 7 Faktor resiko :
Mei 2021
DS : Isolasi Sosial : Menarik Fais
Merasa berbeda dengan orang Diri
lain SDKI D.0121
DO : Hal. 268
1. Menarik diri
2. Menunjukkan permusuhan
3. Tidak mampu memenuhi
harapan orang lain

Selasa, 7 DS : Fais
Resiko Perilaku
Mei 2021 1. Pasien mengatakan sering
Kekerasan
marah-marah.
SDKI D.0146
2. Suara Keras
Hal. 312
DO :
1. Pasien hampir memukul
orang diwarung
2. Hampir melukai orang
lain
3. Tangan mengepal

Selasa, 7 DS : Koping Individu Tidak


Mei 2021 Tidak mampu mengatasi Efektif Fais

masalahnya sendiri SDKI D.0096


Hal. 210
DO :
1. tidak mampu
memenuhi peran yang
diharapkan
2. perilaku tidak
asertif
3. partisipasi social
kurang
NIRM : 00-17-XX Institusi
: STIKES Hang Tuah Surabaya
Bangsal/ Tempat : Gelatik

No Tangga Diagnosa Perencanaan


l Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Tidakan Keperawatan
56

(SP 1-5)
1. 07 Mei Risiko 1.Kognitif, klien mampu: SP 1
2021 Perilaku a. menyebutkan penyebab 1) Mengidentifikasi penyebab PK
Kekeraan risiko perilaku kekerasan 2) Mengidentifikasi tanda dan
b. menyebutkan tanda dan gejala PK
3) Mengidentifikasi PK yang
gejala risiko perilaku
dilakukan
kekerasan 4) Mengidentifikasi akibat PK
5) Menyebutkan cara mengontrol
6) Membuat pasien mempraktekka
latihan Cara fisik I : Nafas
dalam
7) Menganjurkan pasien
memasukkan dalam kegiatan
harian.

SP 2
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan
2. Psikomotor, klien harian pasien
2) Melatih pasien mengontrol PK
mampu:
dengan cara fisik II : Pukul
a. Mengendalikan resiko bantal/kasur
perilaku kekerasan dengan Menganjurkan pasien
relaksasi: Tarik Nafas memasukkan dalam jadwal
dalam, pukul kasur dan kegiatan
bantal, senam dan jalan-
jalan.
b. berbicara dengan baik:
Mengungkapkan,
meminta, dan menolak
dengan baik
c. Melakukan deeskalasi
yaitu mengungkapkan
perasaan marah secara
verbalatau tertulis
d. Melakukan kegiatan SP 3
ibadah seperti sholat, 1) Mengevaluasi jadwal kegiatan
berdoa, kegiatan ibadah harian pasien
lain. 2) Melatih pasien mengontrol PK
dengan cara Verbal :
3. Afektif, klien mampu: meminta/menolak
mengungkapkan dengan asertif
a. Merasakan manfaat dari
3) Menganjurkan pasien
57

latihan yang dilakukan memasukkan dalam jadwal


b. Membedakan perasaan kegiatan harian
sebelum dan sesudah
SP 4
latihan
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
2) Melatih pasien mengontrol PK
Dengan cara Spiritual
3) Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
SP 5
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
2) Menjelaskan cara mengontrol PK
dengan memanfaatkan / minum
obat
Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian

1.5 Implementasi dan Evaluasi


Nama : Tn. S NIRM : 05-17-XX
Ruangan : Gelatik
Tabel 3.3 Implementasi dan Evaluasi

DIAGNOSA
HARI/ TGL IMPLEMENTASI EVALUA
KEPERAWATAN
Jumat Perilaku Kekerasan Membina hubungan saling S:
percaya
7 Mei 2021 1. “Selamat pagi, nama sa
Sp 1
2. “sekarang saya baik-bai
Mengidentifikasi perilaku
kekerasan dan latihan 3. “Saya marah-marah diw
hampir memukul orang
mengendalikan PK dengan fisik
58

I: Tarik nafas dalam 4. “Saya pasrah mas dibaw


1. “Selamat pagi bapak, menur”

perkenalkan nama saya Fais, saya 5. “Saya merasa itu dapat


adalah perawat yang dinas di lain”

rungan gelatik ini, nama bapak 6. “Saya bisa mbak tarik n


siapa?” O:
1. 2. “Bagaimana
1. Klien mau berjabat tang
perasaan bapak saat ini?,
apakah ada perasaan marah 2. Saat di tanya penyebab
Kekerasan klien mau m
yang saat ini dirasakan?”
2. 3. “Apa 3. Saat di tanya tandanya
Kekerasan klien menjel
penyebab sehingga bapak S di
bawa ke rumah sakit jiwa ini?” 4. Klien menyebutkan per
yang dilakukan, hampir
3. 4. “setelah itu
apa yang bapak S lakukan?” 5. Saat ditanya akibat dari
perilaku kekerasan ters
4. 5. “Apa bapak
mengatakan dapat meru
S dapatkan ketika bapak S
6. Klien dapat memprakti
melakukan itu semua saat
marah?” A: Sp 1 Teratasi
5. 6. “Ada P: Lanjutkan Sp 2
beberapa cara fisik untuk
mengendalikan rasa marah,
cara yang pertama adalah pada
saat perasaan marah itu mulai
muncul, coba untuk tarik
napas dari hidung, tahan
sebentar, lalu keluarkan/tiup
perlahan-lahan melalui mulut
seperti mengeluarkan
kemarahan, bagaimana mas
bisa melakukanya?”
Sabtu Perilaku Kekerasan Membina hubungan saling S:
percaya
59

8 Mei 2021 Sp 2 1. “Selamat pagi mas f


Mengevaluasi jadwal harian cuman tidak bisa tid
pasien dan melatih pasien sekamar saya rame,”.
mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara fisik 2 : Pukul 2. “Saya mencoba Tarik
Kasur/bantal. kemarin pada saat saya
1. “Selamat pagi bapak S,
bagaimana perasaan bapak S 3. “Iya mbak, nanti k
saat ini?, apa selama saya marah , saya akan mem
tidak ada, ada yang membuat
bapak S marah-marah?” O:

2. “Lalu apa yang bapak S 1. Klien mengingat nam


lakukan?” perawat

3. “sekarang, mari kita latihan 2. Klien mampu menge


memukul kasur dan bantal, kekerasan dengan cara
jadi nanti kalau bapak S nafas dalam).
marah, langsung ke kamar
A: Sp 2 Teratasi
dan lampiaskan kemarahan
tersebut dengan memukul ke P: Lanjutkan Sp 3
Kasur dan bantal”

Minggu Perilaku kekerasan Membina hubungan saling S:


percaya
9 Mei 2021 SP 3 1. “Selamat pagi mas fais,
Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien dan melatif pasien 2. “Iya mas fais, nanti kala
dengan cara verbal :
marah lagi, langsung me
meminta/menolak
mengungkapkan dengan asertif. bahwa saya marah kepa
1. “Selamat pagi bapak S, sesuai membuat saya marah”
janji kita kemarin, kita akan
O:
membahas bagaimana cara
mengungkapkan perasaan 1. Klien menyapa dan ters
marah yang sehat ya?” mendekat ke perawat.
2. Klien mengerti cara men
2. “pada saat bapak S mulai ada perilaku kekerasan , ket
rasa marah, segera memakai dengan mengungkapkan
cara 1 yaitu Tarik nafas dalam, Tarik nafas dalam
kemudian bapak boleh 3. Klien bisa mengungkap
mengatakan kalau bapak verbal
sedang marah, dengan nada
pelan yang tujuanya untuk A: Sp 3 Teratasi sebagian
mengungkapkan perasaan
60

bapak S, sebutkan juga alasan P: Lanjutkan Sp 3


bapak S marah.”
BAB 4

PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini penulis akan menguraikan tentang kesenjangan

yang terjadi antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus dalam asuhan keperawatan

jiwa pada Tn.S masalah utama Resiko Perilaku kekerasan dengan diagnosa medis

skizofrenia tak terinci di Ruang Gelatik Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa

Timur yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

4.1 Pengkajian

Pada tahap pengumpulan data, penulis telah melakukan perkenalan dan

menjelaskan maksud penulis yaitu untuk melakukan asuhan keperawatan pada

klien. Pada dasarnya tidak ditemukan banyak kesenjangan antara pengkajian

tinjuan pustaka dan tinjauan kasus yaitu pada tinjauan pustaka disebutkan tanda

dan gejala perilaku kekerasan adalah muka merah dan tegang, tangan mengepal,

mengatupkan rahang dengan kuat, jalan mondar-mandir, suara keras, agresif, dan

emosi tidak ade kuat. Pada saat di lakukan pengkajian secara langsung didapatkan

Pasien dibawa oleh keluarganya diantar 112 karena 2 minggu ini pasien sering

marah-marah, bicara sendiri, mengancam akan membunuh, pasien gelisah saat

wawancara, banyak gerakan, tegang dengan tangan mengepal, mudah tersinggung

bila ada kata-kata yang salah dari lawan bicara.

Analisa data pada tinjauan pustaka hanya menguraikan teori saja

sedangkan pada kasus nyata disesuaikan dengan data subyektif dan data objektif.

63
62

keluarga tidak pernah datang untuk berkunjung ke Rumah Sakit Jiwa

Menur. Maka upaya yang dilakukan penulis adalah :

1. Melakukan pendekatan dan membina hubungan saling percaya pada klien supaya

lebih dekat dan lebih percaya dengan menggunakan perasaannya.

2. Mengadakan pengkajian kepada klien secara wawancara. Mengadakan pengkajian

dengan cara membaca status klien, melihat buku rawatan.

Menurut data yang didapat, klien sudah 2 kali keluar masuk dan.dirawat di

Ruang Gelatik Rumah Sakit Jiwa Menur. Klien masuk tanggal 5 Mei 2021,

dengan masalah utama Perilaku kekerasan dengan diagnosa medis skizofrenia .

Saat berada di ruangan di dapatkan bahwa klien sering mondar-mandir.

4.2 Diagnosa Keperawatan

Berikut adalah diagnosa keperawatan dari tinjauan pustaka dan tinjauan

kasus sebagai berikut:

Pada tinjauan pustaka :

1. Resiko Perilaku Mencederai diri, Oranglain dan Lingkungan

2. Resiko Perilaku kekerasan

3. Koping Individu Tidak Efektif

Pada tinjauan kasus :

1. Isolasi Sosial : Menarik Diri

2. Resiko Perilaku kekerasan

3. Koping Individu Tidak Efektif

Berdasarkan uraian diagnosa keperawatan di atas ditemukan perbedaan

antara penyebab, masalah utama, dan akibat.


63

4.3 Rencana Keperawatan


Masalah yang sering muncul pada klien gangguan jiwa khususnya dengan

kasus Resiko perilaku kekerasan salah satunya adalah tindakan marah. Tindakan

yang dilakukan perawat dalam mengurangi resiko perilaku kekerasan salah

satunya adalah dengan menggunakan strategi pelaksanaan (SP). SP merupakan

pendekatan yang bersifat membina hubungan saling percaya antara klien dengan

perawat, dan dampak apabila tidak diberikan SP akan membahayakan diri sendiri,

orang lain, maupun lingkungannya. (Damayanti & Iskandar, 2012)

1. SP pada Pasien

1. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan

2. Pasien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan

3. Pasien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukannya

4. Pasien dapat mengidentifikasi akibat dari perilaku kekerasan yang

dilakukannya

5. Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku

kekerasannya

Tindakan :

1) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan

masa lalu

2) Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan

a) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik

b) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis

c) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial

d) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual

e) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual


64

3) Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada

saat marah secara :

a) Verbal

b) Terhadap orang lain

c) Terhadap diri sendiri

d) Terhadap lingkungan

4) Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya

5) Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara :

a) Fisik, misalnya pukul kasur dan bantal, tarik nafas dalam

b) Obat

c) Spiritual, misalnya sembahyang dan berdoa sesuai keyakinan

pasien

2. SP pada Keluarga

1. Tujuan Keperawatan

Keluarga dapat merawat pasien di rumah

2. Tindakan keperawatan

a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien

b. Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan

(penyebab, tanda dan gejala, perilaku yang muncul, dan akibat dari

perilaku tersebut)

c. Diskusikan bersama keluarga tentang kondisi pasien yang perlu

segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul

benda/orang lain

d. Bantu latihan keluarga dalam merawat pasien perilaku kekerasan


65

1) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan

tindakan yang telah diajarkan oleh perawat

2) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien jika

pasien dapat melakukan kegiatan tersebut dengan tepat

3) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan

jika pasien menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan

e. Buat perencanaan pulang bersama keluarga.

4.4 Pelaksanaan
Pada tinjauan kasus SP keluarga tidak dapat direncanakan dan

dilaksanakan karena selama pengkajian keluarga tidak pernah

mengunjungi pasien.

Sedangkan pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien telah

disesuaikan dengan rencana keperawatan yang telah disusun sebelumnya,

pada tinjauan kasus perencanaan pelaksanaan tindakan keperawatan pasien

disebutkan terdapat lima strategi pelaksanaan tindakan keperawatan

(SPTK) menurut teori yang akan dilaksanakan, diantaranya Menurut

(Damayanti & Iskandar, 2012) yaitu :

1. Tindakan (SP 1) :

a. Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini

dan masa lalu

b. Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku

kekerasan

1) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik


66

2) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara

psikologis

3) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial

4) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara

spiritual

5) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara

intelektual

c. Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa

dilakukan pada saat marah secara :

1) Verbal

2) Terhadap orang lain

3) Terhadap diri sendiri

4) Terhadap lingkungan

d. Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya

e. Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan

secara :

1) Fisik, misalnya pukul kasur dan bantal, tarik nafas dalam

2) Obat

3) Spiritual, misalnya sembayang dan berdoa sesuai keyakinan

pasien

f. Ikut sertakan pasien dalam kegiatan TAK (Terapi Aktifitas

Kelompok):

1) Sesi 1 : Kemampuan memperkenalkan diri

2) Sesi 2 : Kemampuan berkenalan


67

3) Sesi 3 : Kemampuan bercakap-cakap

4) Sesi 4 : Kemampuan bercakap-cakap topik tertentu

5) Sesi 5 : Kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi

6) Sesi 6 : Kemampuan bekerjasama

7) Sesi 7 : Evaluasi kemampuan sosialisasi

2. Tindakan (SP 2) :

Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan

dengan cara fisik kedua

3. Tindakan (SP 3) :

Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara

sosial/verbal

4. Tindakan (SP 4) :

Bantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara

spiritual sembahyang dan berdoa sesuai dengan agama, bila

memumgkinkan dianjurkan untuk membiasakan diri berdoa secara

lengkap apabila tidak ada latar, dan bisa dilakukan dengan berdoa

dilakukan dengan mengadap ke udara terbuka.

5. Tindakan (SP 5) :

Bantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan

obat

Untuk kelima SP tersebut belom terlaksana semua sesuai teori karna

penulis hanya melaksanakan praktek ruangan selama tiga hari hanya berhenti di

SP 3. Dan SP keluarga tidak dapat dilakukan kepada keluarga karena selama


68

pengkajian dan pelaksanaan tindakan keperawatan keluarga pasien tidak pernah

mengunjungi pasien selama dirumah sakit.

4.5 Evaluasi
Pada tinjauan teori evaluasi belum dapat dilaksanakan karena

merupakan kasus semu. Sedangkan pada tinjauan kasus evaluasi dapat

dilakukan karena dapat diketahui keadaan pasien dan masalahnya secara

langsung.

Evaluasi pada tinjauan teori berdasarkan observasi perubahan

tingkah laku dan respon pasien. Sedangkan pada tinjauan kasus evaluasi

dilakukan setiap hari selama pasien dirawat dirumah sakit. Evaluasi

tersebut menggunakan SOAP sehingga terpantau respon pasien terhadap

intervensi keperawatan yang telah dilakukan.

Pada waktu dilaksanakan evaluasi, penulis melakukan SP 1 pada

tanggal 7 Mei 2021 dan pasien mampu mencapai SP 1 yaitu : Membina

hubungan saling percaya, menyebutkan penyebab perilaku kekerasan, dan

mempraktikkan latihan cara mengendalikan fisik 1. Pada evaluasi hari

berikutnya tanggal 8 Mei 2021 dilanjutkan dengan SP 2 yaitu : Membantu

pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik 2. Pada

evaluasi hari terakhir tanggal 9 Mei 2021 dilanjutkan SP 3 yaitu :

Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara

sosial/verbal. pada saat melakukan SP 3, pasien mengerti bisa

mendemonstrasikan apa yang sudah di pelajari dalam latihan

mengendalikan perilaku kekerasan secara social/verbal.


BAB 5

PENUTUP

Setelah penulis melakukan pengamatan dan melaksanakan asuhan

keperawatan jiwa secara langsung pada pasien dengan kasus perilaku kekerasan di

Ruang Gelatik Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur, maka penulis dapat

menarik beberapa kesimpulan sekaligus saran yang dapat bermanfaat dalam

meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada pasien perilaku kekerasan..

5.1 Kesimpulan
Dari hasil uraian yang telah menguraikan tentang asuhan keperawatan

pada pasien perilaku kekerasan, maka penulis dapat mengambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Pada pengkajian keperawatan jiwa masalah utama perilaku kekerasan pada

Tn. S dengan diagnosa medis Skizofrenia di dapatkan bahwa sebelum

pasien dibawa ke Rumah Sakit Jiwa Menur memang sudah 2 kali keluar

masuk dan mendapat pengobatan

2. Pada penegakan diagnosa keperawatan pada asuhan keperawatan jiwa

dengan masalah utama perilaku kekerasan pada pasien Tn. S dengan

diagnosa medis Skizofrenia di dapatkan tiga permasalahan actual

(1)Koping individu tidak efektif, (2) Perilaku kekerasan dan (3) Isolasi

social : Menarik diri

3. Keterlibatan pasien, dan perawat pada saat di Rumah Sakit maupun pada

saat di rumah sangat berpengaruh pada tingkat keberhasilan pasien dalam

mengendalikan perilaku kekerasan.

69
72

4. Intervensi Keperawatan yang diberikan kepada Tn.A yaitu strategi yang

diberikan kepada pasien ada 3 strategi pelaksanaan yaitu SP 1 dengan cara

fisik 1 yaitu latihan nafas dalam, SP 2 dengan cara fisik II : Pukul

bantal/kasur. Pada SP 3 dengan cara Verbal : meminta/menolak

mengungkapkan dengan asertif.

5. Tindakan keperawatan pada Tn.S dilakukan mulai tanggal 07 Mei 2021

sampai dengan 09 Mei 2021 dengan menggunakan rencana yang dibuat

selama 3 hari tersebut pasien mampu mengontrol perilaku kekerasan

secara kognitif, afektif, dan psikomotorik..

6. Pada akhir evaluasi pada tanggal 9 Mei 2021 semua tujuan sebagian dapat

tercapai karena kondisi klien yang sebagian mampu untuk mengenali

masalahnya sendiri.

7. Dilakukan pendokumentasian dengan SP yang telah dibuat dan

direncanakan untuk mengatasi masalah perilaku kekerasan pada klien Tn.

S, yang dilaksanakan mulai tanggal 7 sampai dengan 9 Mei 2021. Ditulis

pada 1 diagnosis perilaku kekerasan

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka saran yang

dapat diberikan penulis sebagai berikut :

1. Bagi Institusi Pendidikan

Untuk menambah pengetahuan dan keterampilan bagi mahasiswa

khususnya tentang pemberian asuhan keperawatan pada pasien jiwa,

sehingga mahasiswa lebih profesional dan lebih kreatif dalam

mengaplikasikan pada kasus secara nyata.


71

2. Bagi Rumah Sakit

Untuk meningkatkan pengetahuan dengan mempelajari konsep perilaku

kekerasan dan meningkatkan keterampilan dengan mengikuti seminar serta

pemahaman perawat tentang perawatan pada pasien jiwa khususnya

dengan masalah utama perilaku kekerasan sehingga perawat dapat

membantu mengatasi pasien dengan masalah utama perilaku kekerasan.

3. Bagi Mahasiswa

Untuk meningkatkan keterampilan, menambah pengetahuan dan

mengembangkan ilmu keperawatan jiwa sesuai perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Serta mengetahui terlebih dahulu beberapa

masalah utama dan diagnosa medis yang meliputi keperawatan jiwa.


DAFTAR PUSTAKA

Afnuhazi, R. (2015). KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM


KEPERAWATAN JIWA (Marni,S.Ke). Gosyen Publishing 2015.

Anggit Madhani, & Irna Kartina. (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada
Pasien Dengan Resiko Perilaku Kekerasan. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Kusuma HUsada Surakarta, 18.

Damayanti, M., & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa (A. Gunarsa
(ed.)). Refika Aditama.

Maslim, R. (2013). Buku Saku : Diagnosis Gangguan Jiwa. PT. Nuh Jaya-
Jakarta.

Nurarif, A. H., & Hardhi, K. (2015). NANDA NIC-NOC (Revisi Jil).

Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. (2019). Situasi


Kesehatan Jiwa DI Indonesia. In InfoDATIN (p. 12).

Sarfika, N. R., Maisa, E. A., & Windy Freska. (2018). Komunikasi Terapeutik
Dalam Keperawatan. In Buku Ajar Keperawatan 2.

Suci, E. P. M. E., & Milkhatun. (2020). Analisis Rekam Medis Pasien Risiko
Perilaku Kekerasan dengan Menggunakan Algoritma C4.5 di Rumah Sakit Jiwa
Atma Husada Mahakam Samarinda. 2(1), 16–24.

Sutejo. (2017). Keperawatan Kesehatan Jiwa.

Sutejo. (2019). Keperawatan Jiwa. PT. Pustaka Baru.

Yosep, I., & Sutini, T. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa (D. Wildani
(ed.)). PT. Refika Aditama.

Yusuf, A., PK., R. F., & Hihayati, H. E. (2014). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa (Faqihani (ed.)).

Yusuf, A., PK., R. F., Hihayati, H. E., & Tristiana, R. D. (2019). Kesehatan
Jiwa Pendekatan Holistik Dalam Asuhan Keperawatan. Mitra Wicana Media.

74
LAMPIRAN 1 STRATEGI PELAKSANAAN

Pertemuan : Ke - 1
Hari / Tanggal : Jumat/ 7 Mei 2021
Nama Pasien ( Inisial) : Tn.S
Ruangan : Gelatik
A. PROSES KEPERAWATAN
1) Kondisi Pasien

Klien tenang tampak rapi mamakai baju pasien bersih dan sesuai, kooperatif
dan klien mampu menjawab semua pertanyaan
2) Diagnosa Keperawatan

Resiko perilaku kekerasan


3) Tujuan umun

Klien mampu mendemostrasikan cara fisik 1 yaitu, latihan nafas dalam

4) Tindakan Keperawatan

SP 1 : Kognitif, klien mampu:


a. menyebutkan penyebab risiko perilaku kekerasan
b. menyebutkan tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Fase Orientasi

a Salam terapeutik

“Selamat pagi bapak?”, “Perkenalkan saya perawat fais , saya perawat


yang bertugas di ruang Gelatik ini. Nama bapak siapa ? dan senang
dipanggil apa ? “
b Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan bapak saat ini ? apa masih ada perasaan marah,
kesal?”
c Kontrak (Topik, Tempat, Waktu)

“Baiklah, pagi ini kita akan mengobrol mengenai perasaan marah yang
saat ini bapak rasakan ”. “Mari kita membicarakan ini di sana, ada

75
tempat untuk duduk santai ya bapak ?”. “Berapa lama bapak mau kita
berbincang-bincang? bagaimana kalau 15 menit ?”.
2. Kerja

“Apa yang meyebabkan bapak bisa marah, coba ceritakan apa yang
dirasakan bapak saat marah ?”, saat bapak S marah apa ada perasaan
tegang ,kesal, bahkan mengepalkan tangan, bapak juga merasa mondar-
mandir?. “atau mungkin ada hal lain yang dirasakan ?”.
“Apa ada tindakan saat bapak S sedang marah seperti,memukul,?
“terus apakah setelah melakukan tindakan tadi masalah yang dialami
selesai. “ Apa akibat dari tindakan yang telah dilakukan di rumah ?
terus apalagi ?”.dan akhirnya saya dibawa ke rumah sakit jiwa !”.
“saya ajarkan untuk latihan fisik 1 ya bapak, yaitu pada saat marah
muncul, coba untuk Tarik napas dalam melalui hidung dan buang melalui
mulut”
3. Fase Terminasi

a. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang


perasaan marah yang bapak rasakan ?”
b. Evaluasi Obyektif

“Coba bapak jelaskan lagi kenapa bapak bisa marah”


“kalau perasan marah mulai muncul, apa yang harus bapak lakukan
pertama seperti yang tadi saya sudah ajarkan ?”
c. Kontrak (Topik, Tempat, Waktu)

“Baik, bagaimana kalau besok kita mengobrol lagi tentang akibat dari
perasaan marah yang bapak rasakan ?”
“dan kita akan belajar bagaimana mengatasi marah dengan latihan
fisik 2”
“Dimana kita bisa mengobrol lagi bapak, bagaimana kalau disini saja
bapak?”
“Berapa lama kita akan berbincang, bagaimana kalau 15 menit
bapak?”

76
LAMPIRAN 2 STRATEGI PELAKSANAAN

Pertemuan : Ke - 2
Hari / Tanggal : Sabtu / 8 Mei 2021
Nama Pasien ( Inisial) : Tn.S
Ruangan : Gelatik
A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Pasien

a. Klien tampak rapi memakai baju pasien bersih dan sesuai sudah dapat
membina hubungan saling percaya dengan perawat
b. Klien dapat mengenal peyebab marah

2. Diagnosa Keperawatan

Resiko perilaku kekerasan


3. Tujuan Khusus

a. Klien mampu mengidentifikasi tanda gejala perilaku kekerasan

b. Klien mampu mengidentifikasi yang biasa dilakukan

c. Klien mampu mengidentifikasi akibat perilaku marah

d. Klien mampu mendemonstrasikn latihan fisik 2 (pukul bantal)

4. Tindakan Keperawatan

SP 2 : Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan


dengan cara fisik kedua (pukul Kasur dan bantal)
B. STRATEGI KOMUNIKASI

Orientasi

a. Salam terapeutik

“Selamat pagi, bapak S? masih ingat nama saya ?”


b. Evaluasi/validasi

“Bagaimana perasaaan bapak S saat ini? apa ada penyabab marah yang
lain dan belum diceritakan kemarin ?

77
c. Kontrak (Topik, Waktu Tempat)

“Seperti kesepakatan kemarin, pagi ini kita akan belajar mengendalikan


perasaan marah dengan kegiatan fisik untuk cara yang kedua”
“mau berapa lama ? bagaimana kalau 15 menit?”
“kita belajar di tempat kenarin pak?
15. Fase Kerja

“Kemarin bapak S sudah cerita penyebab marah, nah sekarang ceritakan


apa yang dirasakan bapak S saat marah atau saat memukul istri ! saat
bapak S marah apa muncul perasaan tegang, kesal, kemudian
mengepalkan tangan? atau mungkin ada hal lain yang dirasakan ?”
“Apakah bapak S pernah melakukan tindakan lain selain memukul istri
saat marah ? misalnya membanting piring memecahkan kaca, atau
mungkin merusak tanaman!, lalu apakah setelah melakukan tindakan tadi
(memukul istri dan marah-marah pada saat tidur kurang) masalah yang
dialami selesai?, apakah bapak S tenang?”
“Apakah bapak S mengerti akibat dari tindakan yang telah dilakukan? ya
istri menangis, terus apalagi? dan akhirnya dibawa ke rumah sakit jiwa!”
“kita latihan memukul bantal ya bapak, dimana kamar bapak S?”
“Nah kalau perasaan marah bapak S muncul sampai ingin memukul,bapak
S harus cepat-ceoat mencari bantal dan melampiaskn marah bapak S pada
bantal dengan cara memukul bantal”
16. Fase Terminasi

1. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaannya setelah menobrol tentang perasaan saat marah dan


yang bisa dilakukan saat marah dan akibatnya ?”
2. Evaluasi Obyektif

“Coba bapak sebutkan kembali tindakan yang bisa dilakukan saat marah!

“Bagus... lagi, kalau akibatnya apa ?”


h. . Rencana Tindak Lanjut

78
“Nah karena bapak dasnadi sudah tau tindakan yang telah dilakukan, bapak
S mau belajar mengungkapkan rasa marah dengan baik? nanti perawat
ajari, bagaimana, bersedia?”
d. Kontrak (Topik, Waktu, Tempat)

“Bagaimana kalau besok kita mulai belajar mengungkapkan rasa marah


dengan baik bapak ?”
“Dimana kita bisa belajar mengungkapkan perasaan marah dengan baik ya
bapak? O…. disini lagi ya bapak?”
“bapak S mau berapa lama kita belajar marah yang sehat?”
O… 15 menit baiklah!

79
LAMPIRAN 3 STRATEGI PELAKSANAAN
Pertemuan : Ke - 3
Hari / Tanggal : Minggu / 9 Mei 2021
Nama Pasien ( Inisial) : Tn.S
Ruangan : Gelatik
A. PROSES KEPERAWATAN

f. Kondisi Pasien

Klien sudah mengetahui perasaan marah dan akibat tindakan yang


dilakukan saat marah, klien tenang dan kooperatif.
g. Diagnosa Keperawatan

Resiko perilaku kekerasan


h. Tujuan Khusus

1. Memilih cara yang konstruktif

2. Mendemonstransikan satu cara marah yang konstruktif

i. Tindakan Keperawatan

SP 3 : membantu klien menemukan cara cara yang konstruktif dalam


merespon kemarahan
B. STRATEGI KOMUNIKASI

1. Orientasi

a. Salam terapeutik “Selamat pagi, bapak S?”


b. Evaluasi/validasi

“Bagaimana perasaaan bapak S saat ini?”


c. Kontrak (Topik, Waktu, Tempat)

“pagi hari ini kita akan berlatih cara mengungkapkan marah yang sehat,
benar kan bapak? “sesuai kesepakatan kemarin kita akan beratih disana,
tempat duduk kemarin, ya mas?”. “berapa lama kita membicarakan
ini ?”bagaimana kalau 15 menit?”
2. Kerja

“ Menurut bapak S, bagaimana cara mengungkapkan marah yang

80
benar, tentunya tidak merugikan/ membahayakan orang lain ?”......
bagus!”.” Nah sekarang akan perawat ajarkan satu persatu cara marah
yang sehat, langsung saya jelaskan!”
“yang pertama kita bisa ceritakan kepada orang lain apa yang membuat
kita kesal atau marah, misalnya dengan mengatakan: saya marah dengan
kamu!” maka hati kita akan sedikit lega”.
“kedua dengan menarik nafas dalam saat marah/ jegkel sehingga menjadi
rileks”
“yang ketiga dengan mengungkapkan marah kita dengan mengunakan
kata-kata yang baik seperti : maaf anda tidak seharusnya begitu, itu
membuat saya mara.”
“lalu keempat dengan megalihkan rasa marah/jengkel kita dengan
aktivitas yang menguntungkan, misalnya dengan olahraga, membersihkan
alat-alat rumah tangga seperti mencuci piring sehingga energi kita
menjadi berkurang dan dapat mengurangi ketegangan”
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif

“bagaimana perasaannya setelah berlatih cara marah yang sehat?”


b. Evaluasi Obyektif

“coba ulangi lagi cara menarik nafas yang dalam yang sudah kita
pelajari tadi!”bagus!”
c. Rencana Tindak Lanjut
“tolong bapak ,nanti dicoba lagi cara yang sudah perawat ajarkan
dan jangan lupa ikuti kegiatanya di ruangan ya!”

d. Kontrak (Topik,Waktu, Tempat)

“bagaimana kalau keluarga datang kita mengobrol cara marah yang


sehat?”
“Dimana kita belajar marah yang sehat? O…. diruang tamu”. “mau
berapa lama ?”.bagaimana kalau 30 menit saja ?”

81
LAMPIRAN 4
EVALUASI KEMAMPUAN PASIEN PERILAKU KEKERASAN
Nama pasien : Tn. S
Ruangan : Gelatik Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur
Nama Perawat : Fais Bisri F.
Petunjuk :
Berilah tanda checklist (√) jika pasien mampu melakukan kemampuan di bawah
ini.

Tanggal
No Kemampuan

7 8 9
A Pasien sp 1- 3
1. Menginditifikasi penyebab PK
√ √ √
2. Mengindentifikasi tanda dan
√ √ √
gejala PK
3. Mengindentifikasi PK yang di
√ √ √
lakukan
4. Mengindetifikasi akibat PK
√ √ √

5. Menyebutkan cara
mengendalikan PK √ √ √

6. Menmbantu mempraktekkan
√ √ √
latihan nafas dalam
7. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam kegiatan √ √ √
harian
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien √ √ √

2. Melatih pasien mengontrol Pk


√ √ √
pukul bantal/kasur
3. Mengajurkan pasien
memasukkan dalam jadwal √ √ √
kegiatan harian

82
1. Mengevaluasi jadwal kegiata
√ √ √
harian
2. Mengontrol PK dengan cara
dengan verbal
√ √ √
meminta/menolak/mengukap
kan dengan asertif
3. Mengajurkan paien
memasukkan dalam jadwal √ √ √
kegiatan harian

Anda mungkin juga menyukai