BAB III Identifikasi
BAB III Identifikasi
BAB III Identifikasi
Telah terjadi berbagai persoalan lingkungan dan sosial yang perlu segera di atasi
sebelum upaya-upaya lebih lanjut untuk mengembangkan kawasan ini dapat dilakukan.
Secara umum persoalan kawasan Waduk Sindang Heula dapat dikelompokkan dalam
empat area yakni:
a) Masalah lingkungan;
c) Masalah ekonomi;
Persoalan sosial di kawasan ini cukup kompleks baik meliputi persoalan demografi,
pendidikan, kemungkinan konflik sosial, kesenjangan dan organisasi sosial. Adapun
kemungkinan masalah sosial budaya Sampai saat ini beberapa persoalan yang dapat
diidentifikasikan antara lain:
d) Persepsi masyarakat atas peluang ekonomi yang cenderung masih bias ke sektor
primer;
3.1.3 Ekonomi
Persoalan ekonomi yang sampai saat ini dapat diidentifikasikan di kawasan Waduk
Sindang Heula meliputi:
Dari hasil identifikasi permasalahan awal pada sektor ekonomi tersebut selanjutnya
dilaksanakan analisis lebih lanjut.
3.1.4 Pengelolaan
c) Belum adanya rumusan yang jelas mengenai peran, tugas, dan tanggungjawab
setiap stakeholders yang berkepentingan di kawasan sehingga memungkinkan
konflik kepentingan antar mereka;
a) Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik lingkungan
yang spesifik.
b) pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi taman rekreasi; dan
a) penyusunan pola dan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai;
h) fasilitasi kegiatam Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air pada wilayah sungai;
Penilaian/ analisis aspek sosial budaya dapat diperoleh melalui hasil pengukuran
beberapa indikator sosial (urban social indicator) misalnya struktur sosial budaya,
pelayanan sarana dan prasarana budaya, potensi sosial budaya masyarakat,
atau kesiapan masyarakat terhadap suatu pengembangan.
a) Dasar Penetapan
Penetapan kawasan rawan bencana longsor dan zona berpotensi longsor
didasarkan pada hasil pengkajian terhadap daerah yang diindikasikan berpotensi
longsor atau lokasi yang diperkirakan akan terjadi longsor akibat proses alami.
c) Untuk danau dan bendungan, RTH terletak pada garis sempadan yang ditetapkan
sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) meter dari titik pasang tertinggi ke arah
darat.
Ketepatan dalam penggunaan sumber daya air dan prasarananya diwujudkan oleh:
a) pengelola sumber daya air dengan mengamankan fungsi utama sumber air
melalui:
pengelolaan sempadan atau sabuk hijau;
pemeliharaan kapasitas pengaliran;
pemeliharaan sarana dan prasarana; dan
pencegahan pencemaran.
b) pengguna dengan memanfaatkan sumber air yang tidak menimbulkan kerusakan
pada sumber air.
a) membebaskan tanah pada lokasi pemunculan mata air dan sempadannya untuk
menjadi aset daerah/hak milik negara;
b) memasang pagar pengaman yang kuat yang tidak mengganggu kelangsungan
fungsi mata air;
c) menelusuri dan melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala;
I. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat No. 27 Tahun 2015
dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.6 Tahun
2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor 27/PRT/M/2015 tentang Bendungan
Dalam penjabaran mengenai peraturan perundangan yang berhubungan dengan
bendungan diantaranya diambil dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan
Perumahan Rakyat tentang Bendungan yaitu Permen no.27 Tahun 2015. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada penjelasan dibawah ini:
a) Bendungan adalah bangunan yang berupa urukan tanah, urukan batu, dan beton,
yang dibangun selain untuk menahan dan menampung air, dapat pula dibangun
untuk menahan dan menampung limbah tambang, atau menampung lumpur
sehingga terbentuk waduk.
b) Waduk adalah wadah buatan yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya
bendungan.
c) Bangunan pelengkap adalah bangunan berikut komponen dan fasilitasnya yang
secara fungsional menjadi satu kesatuan dengan bendungan.
d) Kegagalan bendungan adalah keruntuhan sebagian atau seluruh bendungan atau
bangunan pelengkapnya dan/atau kerusakan yang mengakibatkan tidak
berfungsinya bendungan.
e) Pengamanan bendungan adalah kegiatan yang secara sistematis dilakukan untuk
mencegah atau menghindari kemungkinan terjadinya kegagalan bendungan.
b) Pembangunan Bendungan
Pembangunan bendungan dilakukan untuk pengelolaan sumber daya air.
Bendungan berfungsi untuk penyediaan air baku, penyediaan air irigasi,
pengendalian banjir, dan/atau pembangkit listrik tenaga air. Pembangunan
bendungan meliputi tahapan:
Persiapan pembangunan;
Perencanaan pembangunan;
Pelaksanaan konstruksi;
Pengisian awal waduk.
Menteri untuk penggunaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi,
wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional;
Gubernur untuk penggunaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas
kabupaten/kota; dan
Bupati/walikota untuk penggunaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam
satu kabupaten/kota.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.6 Tahun 2020
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Nomor 27/PRT/M/2015 tentang Bendungan, berikut penjelasannya:
c) Pemanfaatan ruang pada daerah genangan waduk hanya dapat dilakukan untuk:
Kegiatan pariwisata;
Kegiatan olahraga;
Budidaya perikanan; dan/atau
Pembangkit listrik tenaga surya terapung.
d) Pemanfaatan ruang pada daerah sempadan waduk hanya dapat dilakukan untuk:
J. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat No. 28 Tahun 2015
Tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai dan Garis Sempadan Danau
Penetapan garis sempadan sungai dan garis sempadan danau bertujuan agar:
a) fungsi sungai dan danau tidak terganggu oleh aktifitas yang berkembang di
sekitarnya;
b) kegiatan pemanfaatan dan upaya peningkatan nilai manfaat sumber daya yang
ada di sungai dan danau dapat memberikan hasil secara optimal sekaligus
menjaga kelestarian fungsi sungai dan danau; dan
c) daya rusak air sungai dan danau terhadap lingkungannya dapat dibatasi.
Sempadan danau hanya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan tertentu dan bangunan
tertentu. Kegiatan meliputi:
Bangunan meliputi:
a) bangunan prasarana sumber daya air;
b) jalan akses, jembatan, dan dermaga;
c) jalur pipa gas dan air minum;
d) rentangan kabel listrik dan telekomunikasi;
e) prasarana pariwisata, olahraga, dan keagamaan;
f) prasarana dan sarana sanitasi;
g) dan bangunan ketenagalistrikan.
Izin penggunaan sumber daya air untuk air permukaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, dapat diberikan untuk jenis kegiatan:
a) pemenuhan air irigasi oleh petani atau kelompok petani untuk pertanian rakyat di
luar sistem irigasi yang sudah ada;
b) penyediaan air bersih atau air minum oleh instansi pemerintah, badan hukum,
badan sosial, atau perseorangan yang menggunakan sumber daya air;
c) penggunaan sumber daya air untuk pembangkit listrik;
d) pemanfaatan ruang sumber air untuk kegiatan konstruksi antara lain jembatan,
bendungan, bendung, tanggul, dermaga, jaringan atau rentangan pipa air minum,
jaringan kabel listrik, dan prasarana sumber daya air;
e) pemanfaatan bantaran dan/atau sempadan sungai untuk kegiatan konstruksi
antara lain jembatan, dermaga, jaringan atau rentangan pipa air minum, jaringan
kabel listrik, dan prasarana sumber daya air;
f) pemanfaatan sempadan danau dan badan danau untuk kegiatan konstruksi
antara lain dermaga, jaringan atau rentangan pipa air minum, jaringan kabel
listrik, dan prasarana sumber daya air;
g) penggunaan sumber daya air untuk kegiatan usaha perkebunan, kegiatan usaha
peternakan, dan budidaya perikanan;
h) wisata atau olahraga air;
i) pemanfaatan sumber daya air untuk kepentingan penelitian, pengembangan dan
pendidikan;
j) penggunaan sumber daya air untuk industri; atau
k) pemakaian air untuk eksplorasi dan eksploitasi komoditas tambang.
a) Sistem jaringan sumber daya air kabupaten, dapat meliputi: (1) sumber air, yang
dapat meliputi: (a) air permukaan pada sungai, mata air, danau, embung,
bendungan, dan sumber air lain yang terdapat pada permukaan tanah di wilayah
kabupaten.
b) Kawasan perlindungan setempat, yaitu kawasan sekitar danau atau bendungan.
c) Rencana struktur ruang wilayah provinsi terdiri atas sistem jaringan prasarana
yang salah satunya adalah sistem jaringan sumber daya air, meliputi:
sistem jaringan sumber daya air lintas negara dan lintas provinsi yang berada di
wilayah provinsi,
sistem jaringan sumber daya air lintas kabupaten/kota termasuk wilayah sungai
dan cekungan air tanah.
d) Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi salah satunya adalah perwujudan
sistem jaringan sumber daya air.
M. Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang No. 16 Tahun 2018 Tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang
Rencana pola ruang RDTR (Rencana Detail Tata Ruang) terdiri atas zona
perlindungan setempat yang meliputi:
Zona perlindungan setempat sekitar danau atau waduk yaitu peruntukan ruang yang
merupakan bagian dari kawasan lindung yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan, penggunaan, dan pengendalian atas sumber daya yang ada pada
danau atau waduk dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuannya. Luasan lahan yang
Berikut merupakan beberapa istilah dan definisi yang ada dalam Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No.41 Tahun 2017 tentang Kawasan Budidaya tersebut, yaitu:
a) Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang
dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.
b) Rencana Tata Ruang wWilayah (RTRW) adalah hasil perencanaan tata ruang
berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional yang telah ditetapkan.
c) Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya buatan.
d) Kawasan peruntukan hutan produksi adalah kawasan yang diperuntukan untuk
kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan.
e) Kawasan peruntukan pertanian adalah kawasan yang diperuntukan bagi kegiatan
pertanian yang meliputi kawasan pertanian lahan basah, kawasan pertanian
lahan kering, kawasan pertanian tanaman tahunan/perkebunan, perikanan,
peternakan.
f) Kawasan peruntukan permukiman adalah kawasan yang diperuntukan untuk
tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
bagi peri kehidupan dan penghidupan.
g) Kawasan peruntukan pariwisata adalah kawasan yang diperuntukan bagi
kegiatan pariwisata atau segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata
termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang
terkait di bidang tersebut.
- Kemiringan 15 - 40%:
O. Peraturan Daerah Provinsi Banten No. 5 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Provinsi Banten No.2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Banten Tahun 2010-2030
Rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya air diarahkan untuk
mendukung air baku dengan mengoptimalkan peruntukan sumber air permukaan
dan sumber air tanah.
P. Peraturan Daerah Kabupaten Serang No.10 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Serang Tahun 2011-2031
Kawasan Strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan
teknologi tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) huruf b berupa
Kawasan Strategis Provinsi.
a) Kawasan peruntukan perkebunan dengan luas kurang lebih 25.351 (dua puluh
lima ribu tiga ratus lima puluh satu) hektar yang salah satunya meliputi
kecamatan Pabuaran.
b) Kawasan peruntukan peternakan dengan luas kurang lebih 300 (tiga ratus) hektar
yang salah satunya meliputi Kecamatan Pabuaran.
c) Kawasan peruntukan perikanan budi daya air tawar meliputi seluruh wilayah
kabupaten dengan sentra budi daya salah satunya di Kec. Pabuaran.
d) Kawasan peruntukan pertambangan batuan, panas bumi, mineral logam,
e) Kawasan permukiman perdesaan, Kawasan permukiman perkotaan,
Selain pengambilan foto udara, pada saat survey pendahuluan juga dilakukan orientasi
lapang lokasi waduk Sindang Heula. Adapun hasil orientasi lapang ditemukan
beberapa kondisi yang mendukung perlu adanya panataan terhadap kawasan waduk
Bendungan Sindang Heula. Dari hasil orientasi ditemukan tumbuhan eceng gondok
yang hampir menutupi area genangan waduk, terdapat tambang pasir dibagian hulu
dari waduk, dan penyalahgunaan fungsi pelimpah pada bendungan oleh masyarakat
sekitar. Berikut merupukan analisa awal dari hasil orientasi lapang yang dilakukan
terhadap kawasan waduk Sindang Heula.
Dengan adanya tumbuhan eceng gondok yang terdapat pada area gendangan waduk
dapat menimbulkan beberapa dampak negatif bagi lingkungan. Tumbuhan eceng
gondok memiliki tingkat pertumbuhan yang saying cepat, sehingga dapat menghalangi
sinar matahari yang masuk kedalam perairan yang menyebabkan menurunnya tingkat
kelarutan oksigen dalam air. Selain itu eceng gondok bisa merusak lingkungan di
sekitar perairan dan mempercepat pendangkalan air, serta eceng gondok juga dapat
merusak estetika perairan karena akar-akar yang rontok akan mengambang dan
membuat air terlihat sangat kotor dan terlihat sangat keruh. Berikut merupakan kondisi
Penambangan pasir diarea hulu waduk dapat menyebabkan sedimen waduk menjadi
tinggi sehingga proses pendangkalan waduk lebih cepat. Namun hal ini perlu dikaji
lebih lanjut dengan meperhatikan beberapa faktor seperti, kemiringan lereng, jenis
tanah, tingkat curah hujan diarea tambang, erodibilitas lahan, dan tutupan lahan. Untuk
menentukan berapa jumlah laju sedimen yang dapat masuk kedalam area genangan
waduk. Yang akhirnya memungkinkan berkurangnya usia guna pada waduk Sindang
Heula. Berikut merupan lokasi tambang pasir di area hulu waduk Sindang Heula yang
ditunjukan pada Gambar 3.3 dibawah ini.
Gambar 3.3 Lokasi Tambang Pasir pada Daerah Hulu Waduk Sindang Heula
Dari hasil pengumpulan studi terdahulu dan data skunder hingga saat ini didapatkan
hasil sebagai berikut:
A. Pengumpulan Data
Adapun data berupa undang-undang, peraturan, dan studi terdahulu terkait
Bendungan Sindang Heula sebagai berikut
b) Studi Terdahulu
Pekerjaan konsultansi supervisi pembangunan Bendungan Sindang Heula
Studi potensi longsoran Bendungan Sindang Heula