BAB III Identifikasi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 34

BAB III

IDENTIFIKASI AWAL DAN SURVEY PENDAHULUAN

3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN KAWASAN WADUK

Telah terjadi berbagai persoalan lingkungan dan sosial yang perlu segera di atasi
sebelum upaya-upaya lebih lanjut untuk mengembangkan kawasan ini dapat dilakukan.
Secara umum persoalan kawasan Waduk Sindang Heula dapat dikelompokkan dalam
empat area yakni:

a) Masalah lingkungan;

b) Masalah sosial budaya;

c) Masalah ekonomi;

d) Masalah pengelolaan; dan

e) Masalah Aspek hukum

3.1.1 Masalah Lingkungan

Sesuai dengan karakteristik ekosistemnya, persoalan lingkungan di kawasan Waduk


Sindang Heula dapat dibagi menjadi dua yakni pada kawasan daerah sempadan, serta
kawasan inti perairan waduk. Berikut merupakan rincian persoalannya yang mungkin
akan ditemukan pada masing-masing kawasan tersebut:

a) Kawasan Sempadan waduk (green belt)


Kerusakan lingkungan dan erosi lahan yang disebabkan oleh penebangan hutan
dan pengolahan lahan yang tidak benar, sehingga menimbulkan erosi dan
sedimentasi dan menyebabkan pendangkalan serta penyempitan danau.
b) Kawasan perairan waduk
 Proses sedimentai mengakibatkan pendangkalan waduk
 Pembudidayaan ikan dengan keramba jaring apung yang tidak terkendali
sehingga berpotensi pembuangan limbah pakan ikan dan pencemaran air.
 Pencemaran kualitas air danau yang menggangu pertumbuhan biota akuatik dan
pemanfaatan air danau. Bila terjadi bencana arus balik (overturn) bahan
pencemaran dari dasar danau terangkat ke permukaan air.

LAPORAN PENDAHULUAN III-1


STUDI PENATAAN KAWASAN WADUK BENDUNGAN SINDANG HEULA KAB. SERANG
 Kehilangan keanekaragaman hayati (biodiversity).
 Pertumbuhan gulma air sebagai akibat pencemaran limbah organik dan zat hara
(unsur Nitrogen dan Phosphor).
 Pertumbuhan alga atau marak alga (algae bloom) yang disebabkan proses
penyuburan air danau akibat pencemaran limbah organik dan zat penyubur.
Dari indentifikasi kemungkinan-kemungkinan tersebut selanjutnya akan dilakukan
analisis lingkungan untuk menentukan strategi dalam mengendalikan masalah-masalah
tersebut.

3.1.2 Sosial Budaya

Persoalan sosial di kawasan ini cukup kompleks baik meliputi persoalan demografi,
pendidikan, kemungkinan konflik sosial, kesenjangan dan organisasi sosial. Adapun
kemungkinan masalah sosial budaya Sampai saat ini beberapa persoalan yang dapat
diidentifikasikan antara lain:

a) Rasio pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali, sehingga mendukung


perubahan tata guna lahan yang tidak terkendali;

c) Kondisi tingkat pendidikan dan ketrampilan penduduk yang terbatas


menyebabkan ketergantungan yang "terlalu" tinggi terhadap sumberdaya alam
secara langsung;

d) Persepsi masyarakat atas peluang ekonomi yang cenderung masih bias ke sektor
primer;

e) Sistem produksi dan distribusi masih berorientasi pada sistem subsistem


sehingga cenderung mengakibatkan sulitnya usaha terobosan dan kungkungan
proses involusi yang mengarah ke gejala entropi;

f) Akibat tingginya ketergantungan (sebagian) penduduk pada sektor primer dan


tingginya kepadatan penduduk, telah terjasi gejala konflik kepentingan dalam
pemanfaatan faktor sumberdaya lahan;

g) Baku kehidupan (standard of living) masih rendah sehingga dorongan melihat/


mencari alternatif masih lemah;

LAPORAN PENDAHULUAN III-2


STUDI PENATAAN KAWASAN WADUK BENDUNGAN SINDANG HEULA KAB. SERANG
h) Keterbatasan pengetahuan dan teknologi masyarakat lokal untuk memanfaatkan
sumberdaya alam dan lingkungan secara lebih produktif tetapi dari segi
lingkungan masih aman.

Dari indentifikasi kemungkinan-kemungkinan tersebut selanjutnya akan dilakukan


analisis sosial budaya yang terdapat pada kawasan waduk, yang selanjutnya
digunakan untuk melakukan penetapan penataan kawasan pada waduk.

3.1.3 Ekonomi

Persoalan ekonomi yang sampai saat ini dapat diidentifikasikan di kawasan Waduk
Sindang Heula meliputi:

a) Kecilnya skala unit usaha, terutama di sektor pertanian dan turunannya


mengakibatkan rendahnya produktivitas satuan kerja dan rendahnya pendapatan
masyarakat;

b) Rendahnya pendapatan masyarakat, terutama pada sektor primer,


mengakibatkan respon terhadap gagasan baru yang dipandang beresiko
cenderung rendah;

c) Rendahnya skala produksi mengakibatkan tingginya ketergantungan petani pada


pedagang perantara, keadaan ini selanjutnya mengakibatkan posisi petani dalam
tata niaga produksi pertanian rendah; '

d) Terbatasnya sumber permodalan yang dapat dipahami ddan dianggap layak


dafam rangka ekonomi skala sangat kecil;

e) Kurangnya akses paada sumber-sumber modal untuk usaha lokal.

Dari hasil identifikasi permasalahan awal pada sektor ekonomi tersebut selanjutnya
dilaksanakan analisis lebih lanjut.

3.1.4 Pengelolaan

Ketiga kelompok persoalan di atas tentunya terjadi saling mengkait, saling


mempengaruhi yang pada intinya disebabkan oleh ketiadaan sistem dan mekanisme
pengelolaan kawasan yang terpadu yang dapat menyeimbangkan antara kepentingan
ekonomi, lingkungan, dan sosial. Adapun hasil identifikasi persoalan pengelolaan yang
mungkin dijumpai di kawasan studi ini antara lain:

LAPORAN PENDAHULUAN III-3


STUDI PENATAAN KAWASAN WADUK BENDUNGAN SINDANG HEULA KAB. SERANG
a) Ketiadaan struktur kelembagaan dan mekanisme pengelolaan yang jelas yang
dapat memadukan berbagai upaya penyelesaian persoalan di kawasan;

b) Tidak terjadinya mekanisme yang jelas yang mewadahi proses pengelolaan


melalui jalur formal (pemerintah) dan jalur informal (masyarakat lokal) sehingga
seringkali malah terjadi benturan antara keduanya;

c) Belum adanya rumusan yang jelas mengenai peran, tugas, dan tanggungjawab
setiap stakeholders yang berkepentingan di kawasan sehingga memungkinkan
konflik kepentingan antar mereka;

d) Belum adanya koordinasi antara instansi pemerintah, baik vertikal maupun


horisontal, sehingga program-program yang diimplementasikan cenderung
sektoral dan parsial;

e) Kecenderungan model pengembangan dan pengelolaan yang cenderung


sentralistikformalistik sehingga kurang mengakomodasi kepentingan dan ide-ide
masyarakat lokal dan pihak swasta.

f) Tidak adanya sarana prasarana pendukung dalam melakukan pengelolaan


kawasan

Identifikasi diatas merupakan permasalahan yang diperkirakan ada dalam pengelolaan


suatu kawasan. Dari identifikasi ini selanjutnya akan dilakukan penataan dalam bidang
pengelolaan kawasan waduk Sindang Heula.

3.1.5 Aspek Hukum

Aspek hukum merupakan aspek pendukung dalam melakukan penataan sebuah


kawasan, dengan adannya aspek hukum maka akan memudahkan pengelola untuk
melakukan pengelolaan kawasan. Ketiadaan kerangka hukum dan peraturan yang
kontekstual dengan persoalan yang dijumpai di kawasan, sehingga mengakibatkan
tidak ada pedoman yang dapat dipakai untuk menyetesaikan berbagai konflik yang
terjadi di kawasan. Oleh karena itu salah satu ouput yang dihasilkan dalam pekerjaan
ini salah satunya adalah naskah akademik yang dapat dijadikan pedoman dalam
melakukan pelaksaan pengelolaan kawasan waduk Sindang Heula.

LAPORAN PENDAHULUAN III-4


STUDI PENATAAN KAWASAN WADUK BENDUNGAN SINDANG HEULA KAB. SERANG
Penentuan Zonasi
Bendungan Menurut
Kebijakan &
Analis
3.2 TINJAUAN KEBIJAKAN DAN PERATURAN TERKAIT Perundangan Terkait,
Tinjauan kebijakan terkait ini berisikan menganai tinjauan kebijakan terhadapyaitu:
tata ruang
a
dan perundangan yang terkait dengan bendungan. Tinjauan kebijakan tersebut
1) Kawasan Bendungan
menyangkut kebijakan Peraturan daerah mengenai rencana tata ruang dan peraturan
Masuk Pada Kawasan
perundangan pemerintah. Yang dimaksud dengan tinjauan dari peraturan perundangan
Lindung, yaitu
ini mengacu pada peraturan perundangan yang telah ditetapkan mengenai Kawasan
Kawasan Perlindungan
bendungan dan peraturan zonasi. Berikut penjelasan mengenai peraturan perundangan
Setempat;
yang akan dijelaskan dibawah ini: 2) Pembagian Kawasan
A. Undang-Undang Republik Indonesia No.26 Tahun 2007 Tentang Bendungan
Penataan
Ruang 3) Pembagian Kawasan
Zonasi
Dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Pada
disebutkan
wewenang pemerintah dalam penyelenggaraan penataan ruang meliputi arahan
peraturan zonasi untuk sistem nasional yang disusun dalam rangka pengendalian
pemanfaatan ruang wilayah nasional.

Beberapa ketentuan umum yang berhubungan dengan laporan penentuan zonasi


bendungan yaitu:

a) Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik lingkungan
yang spesifik.

b) Zoning adalah pembagian lingkungan kota ke dalam zona-zona dan menetapkan


pengendalian pemanfaatan ruang/memberlakukan ketentuan hukum yang
berbeda-beda.

Peraturan zonasi untuk jaringan transportasi sungai, danau, dan


penyeberangan disusun dengan memperhatikan: 

a) keselamatan dan keamanan pelayaran; 

b) ketentuan pelarangan kegiatan di ruang udara bebas di atas perairan yang


berdampak pada keberadaan alur pelayaran sungai, danau, dan penyeberangan; 

c) ketentuan pelarangan kegiatan di bawah perairan yang berdampak pada


keberadaan alur pelayaran sungai, danau, dan penyeberangan;

d) pembatasan pemanfaatan perairan yang berdampak pada keberadaan alur


pelayaran sungai, danau, dan penyeberangan. 

LAPORAN PENDAHULUAN III-5


STUDI PENATAAN KAWASAN WADUK BENDUNGAN SINDANG HEULA KAB. SERANG
e) Pemanfaatan ruang di dalam dan di sekitar pelabuhan sungai, danau, dan
penyeberangan harus memperhatikan kebutuhan ruang untuk operasional dan
pengembangan kawasan pelabuhan. 

Peraturan zonasi untuk sempadan sungai dan kawasan sekitar


danau/bendungan disusun dengan memperhatikan pemanfaatan ruang untuk ruang
terbuka hijau; 

a) ketentuan pelarangan pendirian bangunan kecuali bangunan yang dimaksudkan


untuk pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air; 

b) pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi taman rekreasi; dan 

c) penetapan lebar sempadan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan.

B. Undang-Undang Republik Indonesia No. 17 Tahun 2019 Tentang Sumber Daya


Air
Zona pemanfaatan ruang pada sumber air adalah ruang pada sumber air (waduk,
danau, rawa, sungai, atau Cekungan Air Tanah) yang dialokasikan, baik sebagai
fungsi lindung maupun fungsi budi daya. Misalnya, membagi permukaan suatu
waduk, danau, rawa, atau sungai ke dalam berbagai zona pemanfaatan, antara lain,
ruang yang dialokasikan untuk budi daya perikanan, penambangan bahan galian
golongan C, transportasi Air, olahraga Air dan pariwisata, pelestarian unsur
lingkungan yang unik atau dilindungi, dan/ atau pelestarian cagar budaya.

Penentuan zona pemanfaatan ruang pada sumber air bertujuan untuk


mendayagunakan fungsi/potensi yang terdapat pada sumber air yang bersangkutan
secara berkelanjutan, baik untuk kepentingan generasi sekarang maupun yang akan
datang. Dalam penetapan zona pemanfaatan ruang pada sumber air, selain untuk
menentukan dan memperjelas batas tiap-tiap zona pemanfaatan, termasuk juga
ketentuan, persyaratan, atau kriteria pemanfaatan dan pengendaliannya.

C. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 13/PRT/M/2006 tentang


Organisasi dan Tata Kerja Balai Wilayah Sungai
Balai Wilayah Sungai mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan sumber daya air
yang meliputi perencanaan, pelaksanaan konstruksi, operasi dan pemeliharaan

LAPORAN PENDAHULUAN III-6


STUDI PENATAAN KAWASAN WADUK BENDUNGAN SINDANG HEULA KAB. SERANG
dalam rangka konsevasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air dan
pengendalian daya rusak air pada wilayah sungai.

Dalam melaksanakan tugas-tugasnya Balai Wilayah Sungai menyelenggarakan


fungsi:

a) penyusunan pola dan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai;

b) penyusunan rencana dan pelaksanaan pengelolaan kawasan lindung sumber air


pada wilayah sungai;

c) pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai;

d) penyiapan rekomendasi teknis dalam pemberian ijin atas penyediaan,


peruntukan, penggunaan dan pengusahaan sumber daya air pada wilayah
sungai;

e) operasi dan pemeliharaan sumber daya air pada wilayah sungai;

f) pengelolaan sistem hidrologi;

g) penyelenggaraan data dan informasi sumber daya air;

h) fasilitasi kegiatam Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air pada wilayah sungai;

i) pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air;

j) pelaksanaan ketatausahaan Balai Wilayah Sungai.

D. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 tentang Pedoman


Teknis Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya
dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang.
Pedoman ini bertujuan untuk memberikan arahan bagi pemangku kepentingan
dalam melakukan analisis sebagai salah satu tahapan yang diperlukan dalam
penyusunan Rencana Tata Ruang.

a) Analisis fisik dan lingkungan

Untuk mengenali karakteristik sumber daya alam, dengan menelaah kemampuan


dan kesesuaian lahan, agar penggunaan lahan dalam pengembangan wilayah
dan/ atau kawasan dapat dilakukan secara optimal dengan tetap memperhatikan
keseimbangan ekosistem maka perlu dilakukan Analisis fisik dan lingkungan.

LAPORAN PENDAHULUAN III-7


STUDI PENATAAN KAWASAN WADUK BENDUNGAN SINDANG HEULA KAB. SERANG
b) Analisis aspek ekonomi

Hal yang mendasar dalam analisis ekonomi pengembangan wilayah dan/atau


kawasan yaitu perlunya mengenali potensi lokasi, potensi sumber daya alam,
sumber daya manusia, dan sumber daya buatan, sehingga akan terjadi efisiensi
Tindakan.

c) Analisis aspek sosial budaya

Penilaian/ analisis aspek sosial budaya dapat diperoleh melalui hasil pengukuran
beberapa indikator sosial (urban social indicator) misalnya struktur sosial budaya,
pelayanan sarana dan prasarana budaya, potensi sosial budaya masyarakat,
atau kesiapan masyarakat terhadap suatu pengembangan.

E. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 22 /PRT/M/2007 tentang Pedoman


Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor
Penetapan Kawasan Rawan Bencana Longsor dan Tipologi Zona Berpotensi
Longsor

a) Dasar Penetapan
Penetapan kawasan rawan bencana longsor dan zona berpotensi longsor
didasarkan pada hasil pengkajian terhadap daerah yang diindikasikan berpotensi
longsor atau lokasi yang diperkirakan akan terjadi longsor akibat proses alami.

b) Penetapan Kawasan Rawan Bencana Longsor


Secara umum terdapat 14 (empat belas) faktor pendorong yang dapat
menyebabkan terjadinya longsor sebagai berikut:
 curah hujan yang tinggi;
 lereng yang terjal;
 lapisan tanah yang kurang padat dan tebal;
 jenis batuan (litologi) yang kurang kuat;
 jenis tanaman dan pola tanam yang tidak mendukung penguatan lereng;
 getaran yang kuat (peralatan berat, mesin pabrik, kendaraan bermotor);
 susutnya muka air danau/bendungan;
 beban tambahan seperti konstruksi bangunan dan kendaraan angkutan;

LAPORAN PENDAHULUAN III-8


STUDI PENATAAN KAWASAN WADUK BENDUNGAN SINDANG HEULA KAB. SERANG
 terjadinya pengikisan tanah atau erosi;
 adanya material timbunan pada tebing;
 bekas longsoran lama yang tidak segera ditangani;
 adanya bidang diskontinuitas;
 penggundulan hutan; dan/atau
 daerah pembuangan sampah.

c) Tipologi kawasan rawan bencana longsor berdasarkan penetapan zonasi, yaitu:


 Zona berpotensi longsor tipe A kemiringan lereng lebih dari 40%, dengan
ketinggian di atas 2000 meter
 Zona berpotensi longsor tipe B kemiringan lereng berkisar antara 21% sampai
dengan 40%, dengan ketinggian 500meter sampai dengan 2000 meter
 Zona berpotensi longsor tipe C kemiringan lereng berkisar antara 0% sampai
dengan 20%, dengan ketinggian 0 sampai dengan 500 meter

F. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman


Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan
a) Garis sempadan adalah garis batas luar pengaman untuk mendirikan bangunan
dan atau pagar yang ditarik pada jarak tertentu sejajar dengan tepi bendungan.

b) RTH sumber air meliputi danau/bendungan.

c) Untuk danau dan bendungan, RTH terletak pada garis sempadan yang ditetapkan
sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) meter dari titik pasang tertinggi ke arah
darat.

d) Pada zona danau/bendungan yang berfungsi budi daya dapat dibudidayakan


kecuali pemanfaatan tanggul hanya untuk jalan.

e) Pemanfaatan Sempadan Danau:


 jaringan utilitas;
 budi daya pertanian rakyat;
 kegiatan penimbunan sementara hasil galian tambang golongan C;
 papan penyuluhan dan peringatan, serta rambu-rambu pekerjaan;
 pemasangan rentangan kabel listrik, kabel telpon, dan pipa air minum;

LAPORAN PENDAHULUAN III-9


STUDI PENATAAN KAWASAN WADUK BENDUNGAN SINDANG HEULA KAB. SERANG
G. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 08/PRT/M/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis Kementerian Pekerjaan
Umum
Pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 08/PRT/M/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis Kementerian Pekerjaan
Umum, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air mempunyai tugas diantaranya adalah
untuk menyelenggarakan fungsi:

a) perumusan kebijakan di bidang sumber daya air sesuai peraturan perundang-


undangan yang meliputi konservasi, pendayagunaan dan pengendalian daya
rusak pada sungai danau, waduk, bendungan, irigasi, air tanah, air baku, rawa,
tambak dan pantai.
b) pembinaan dan pengendalian pelaksanaan program dan kegiatan pada sungai
danau, waduk dan pantai
c) penyiapan kebijakan dan strategi operasional sarana dan prasarana sungai
danau, waduk dan pantai

H. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 06/PRT/M/2011 tentang Pedoman


Pengguna Sumber Daya Air
Sumber air permukaan adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang
terdapat pada ataupun di atas permukaan tanah. Penggunaan sumber daya air
adalah pemanfaatan sumber daya air dan prasarananya sebagai media dan/atau
materi. Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan,
memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air,
pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air.

Penggunaan sumber daya air dan prasarananya dilakukan berdasarkan prinsip:


a) penghematan penggunaan;
b) ketertiban dan keadilan;
c) ketepatan penggunaan;
d) keberlanjutan penggunaan; dan
e) penggunaan yang saling menunjang antara air permukaan dan air tanah dengan
memprioritaskan penggunaan air permukaan.

LAPORAN PENDAHULUAN III-10


STUDI PENATAAN KAWASAN WADUK BENDUNGAN SINDANG HEULA KAB. SERANG
Penggunaan sumber daya air dan prasarananya dapat berupa penggunaan untuk
pembangkit tenaga listrik, transportasi, olahraga, pariwisata, dan perikanan budi
daya pada sumber air.

Ketepatan dalam penggunaan sumber daya air dan prasarananya diwujudkan oleh:

a) pengelola sumber daya air dengan:


 pemberian rekomendasi teknis sesuai dengan zona pemanfaatan sumber daya
air yang ditetapkan; dan
 pengawasan pelaksanaan penggunaan sesuai dengan tata cara yang ditetapkan
oleh instansi terkait dengan penggunaan sumber daya air.
b) pengguna dengan:
 pemanfaatan sesuai dengan zona pemanfaatan sumber daya air yang
ditetapkan; dan
 penggunaan sesuai dengan tata cara yang ditetapkan oleh instansi terkait
dengan penggunaan sumber daya air.

Keberlanjutan fungsi sumber air diwujudkan oleh:

a) pengelola sumber daya air dengan mengamankan fungsi utama sumber air
melalui:
 pengelolaan sempadan atau sabuk hijau;
 pemeliharaan kapasitas pengaliran;
 pemeliharaan sarana dan prasarana; dan
 pencegahan pencemaran.
b) pengguna dengan memanfaatkan sumber air yang tidak menimbulkan kerusakan
pada sumber air.

Pengelolaan sempadan dimaksudkan untuk pengamanan fungsi pelepasan air tanah


pada mata air dilakukan dengan cara:

a) membebaskan tanah pada lokasi pemunculan mata air dan sempadannya untuk
menjadi aset daerah/hak milik negara;
b) memasang pagar pengaman yang kuat yang tidak mengganggu kelangsungan
fungsi mata air;
c) menelusuri dan melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala;

LAPORAN PENDAHULUAN III-11


STUDI PENATAAN KAWASAN WADUK BENDUNGAN SINDANG HEULA KAB. SERANG
d) melarang penggalian dan/atau pengeboran pada mata air;
e) mencegah pelanggaran daerah sempadan sumber air dengan melibatkan
masyarakat; dan
f) melaporkan pelanggaran pemanfaatan sempadan ke pemerintah daerah agar
ditindaklanjuti.

I. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat No. 27 Tahun 2015
dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.6 Tahun
2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor 27/PRT/M/2015 tentang Bendungan
Dalam penjabaran mengenai peraturan perundangan yang berhubungan dengan
bendungan diantaranya diambil dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan
Perumahan Rakyat tentang Bendungan yaitu Permen no.27 Tahun 2015. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada penjelasan dibawah ini:

Dalam ketentuan umum di sebutkan:

a) Bendungan adalah bangunan yang berupa urukan tanah, urukan batu, dan beton,
yang dibangun selain untuk menahan dan menampung air, dapat pula dibangun
untuk menahan dan menampung limbah tambang, atau menampung lumpur
sehingga terbentuk waduk.
b) Waduk adalah wadah buatan yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya
bendungan.
c) Bangunan pelengkap adalah bangunan berikut komponen dan fasilitasnya yang
secara fungsional menjadi satu kesatuan dengan bendungan.
d) Kegagalan bendungan adalah keruntuhan sebagian atau seluruh bendungan atau
bangunan pelengkapnya dan/atau kerusakan yang mengakibatkan tidak
berfungsinya bendungan.
e) Pengamanan bendungan adalah kegiatan yang secara sistematis dilakukan untuk
mencegah atau menghindari kemungkinan terjadinya kegagalan bendungan.

Ruang lingkup pengaturan pembangunan bendungan dan pengelolaan bendungan


beserta waduknya.

a) Pembangunan bendungan dan pengelolaan bendungan beserta waduknya


meliputi:

LAPORAN PENDAHULUAN III-12


STUDI PENATAAN KAWASAN WADUK BENDUNGAN SINDANG HEULA KAB. SERANG
 Bendungan dengan tinggi 15 (lima belas) meter atau lebih diukur dari dasar
fondasi terdalam;
 Bendungan dengan tinggi 10 (sepuluh) meter sampai dengan 15 (lima belas)
meter diukur dari dasar fondasi terdalam dengan ketentuan:
- panjang puncak bendungan paling sedikit 500 (lima ratus) meter;
- daya tampung waduk paling sedikit 500.000 (lima ratus ribu) meter kubik; atau
- debit banjir maksimal yang diperhitungkan paling sedikit 1.000 (seribu) meter
kubik per detik; atau
 bendungan yang mempunyai kesulitan khusus pada fondasi atau bendungan
yang didesain menggunakan teknologi baru dan/atau bendungan yang
mempunyai kelas bahaya tinggi.

b) Pembangunan Bendungan
Pembangunan bendungan dilakukan untuk pengelolaan sumber daya air.
Bendungan berfungsi untuk penyediaan air baku, penyediaan air irigasi,
pengendalian banjir, dan/atau pembangkit listrik tenaga air. Pembangunan
bendungan meliputi tahapan:

 Persiapan pembangunan;
 Perencanaan pembangunan;
 Pelaksanaan konstruksi;
 Pengisian awal waduk.

c) Izin Penggunaan Sumber Daya Air


Izin penggunaan sumber daya air diberikan oleh:

 Menteri untuk penggunaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi,
wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional;
 Gubernur untuk penggunaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas
kabupaten/kota; dan
 Bupati/walikota untuk penggunaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam
satu kabupaten/kota.

LAPORAN PENDAHULUAN III-13


STUDI PENATAAN KAWASAN WADUK BENDUNGAN SINDANG HEULA KAB. SERANG
Izin penggunaan sumber daya air diberikan berdasarkan permohonan dari
pembangun bendungan. Permohonan harus memenuhi persyaratan administratif
dan persyaratan teknis. Persyaratan administratif meliputi dokumen:

 Permohonan izin penggunaan sumber daya air;


 Identitas pembangun bendungan;
 Izin atau persyaratan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.6 Tahun 2020
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Nomor 27/PRT/M/2015 tentang Bendungan, berikut penjelasannya:

Adapun perubahan yang terjadi pada Permen PUPR No.27/PRT/M/2015 yang


tertuang dalam Permen PUPR No.6/2020 yaitu pada Pasal 105 mengenai hal
berikut:

a) Pengendalian pemanfaatan ruang pada waduk sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 101 ayat (3) huruf d meliputi daerah genangan waduk dan daerah
sempadan waduk.

b) Untuk pengendalian pemanfaatan ruang pada waduk sebagaimana dimaksud


pada ayat (1), Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai dengan
kewenangannya menetapkan:
 Pemanfaatan ruang pada waduk;
 Pengelolaan ruang pada waduk; dan
 Pemberdayaan masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang pada
waduk.

c) Pemanfaatan ruang pada daerah genangan waduk hanya dapat dilakukan untuk:
 Kegiatan pariwisata;
 Kegiatan olahraga;
 Budidaya perikanan; dan/atau
 Pembangkit listrik tenaga surya terapung.

d) Pemanfaatan ruang pada daerah sempadan waduk hanya dapat dilakukan untuk:

LAPORAN PENDAHULUAN III-14


STUDI PENATAAN KAWASAN WADUK BENDUNGAN SINDANG HEULA KAB. SERANG
 Kegiatan penelitian;
 Kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan; dan/atau
 Upaya mempertahankan fungsi daerah sempadan waduk.

e) Pemanfaatan ruang pada daerah genangan waduk sebagaimana dimaksud pada


ayat (3) dilakukan dengan memperhatikan:
 Keamanan bendungan;
 Fungsi waduk;
 Kondisi sosial, ekonomi, dan budaya setiap daerah; dan
 Daya rusak air.

f) Selain memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (5),


pemanfaatan ruang pada daerah genangan waduk untuk pembangkit listrik
tenaga surya terapung sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d harus
memperhatikan:
 Letak dan desain pembangkit listrik tenaga surya terapung harus mendukung
pengelolaan kualitas air;
 Luas permukaan daerah genangan waduk yang dapat dimanfaatkan untuk
pembangkit listrik tenaga surya terapung paling tinggi 5% (lima persen) dari luas
permukaan genangan waduk pada muka air normal; dan
 Tata letak pembangkit listrik tenaga surya terapung tidak mengganggu fungsi dari
bangunan pelimpah dan bangunan pengambilan (intake) serta memperhatikan
jalur pengukuran batimetri waduk.

g) Penggunaan ruang di daerah sempadan waduk dilakukan dengan


memperhatikan:
 Fungsi waduk agar tidak terganggu oleh aktivitas yang berkembang di
sekitarnya;
 Kondisi sosial, ekonomi, dan budaya setiap daerah; dan
 Daya rusak air waduk terhadap lingkungannya.

h) Pemanfaatan ruang pada daerah genangan waduk sebagaimana dimaksud pada


ayat (3) dan daerah sempadan waduk sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilakukan berdasarkan izin dari Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai

LAPORAN PENDAHULUAN III-15


STUDI PENATAAN KAWASAN WADUK BENDUNGAN SINDANG HEULA KAB. SERANG
dengan kewenangannya setelah mendapat rekomendasi dari unit pelaksana
teknis yang membidangi sumber daya air pada wilayah sungai yang
bersangkutan.

J. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat No. 28 Tahun 2015
Tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai dan Garis Sempadan Danau

Berdasarkan ketentuan umum dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:


a) Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan
pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan
dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan.
b) Danau adalah bagian dari sungai yang lebar dan kedalamannya secara alamiah
jauh melebihi ruas-ruas lain dari sungai yang bersangkutan.
c) Garis sempadan sungai adalah garis maya di kiri dan kanan palung sungai yang
ditetapkan sebagai batas perlindungan sungai.
d) Sempadan danau adalah luasan lahan yang mengelilingi dan berjarak tertentu
dari tepi badan danau yang berfungsi sebagai kawasan pelindung danau.
e) Daerah tangkapan air danau adalah luasan lahan yang mengelilingi danau dan
dibatasi oleh tepi sempadan danau sampai dengan punggung bukit pemisah
aliran air.

Penetapan garis sempadan sungai dan garis sempadan danau dimaksudkan


sebagai upaya agar kegiatan perlindungan, penggunaan, dan pengendalian atas
sumber daya yang ada pada sungai dan danau dapat dilaksanakan sesuai dengan
tujuannya.

Penetapan garis sempadan sungai dan garis sempadan danau bertujuan agar:
a) fungsi sungai dan danau tidak terganggu oleh aktifitas yang berkembang di
sekitarnya;
b) kegiatan pemanfaatan dan upaya peningkatan nilai manfaat sumber daya yang
ada di sungai dan danau dapat memberikan hasil secara optimal sekaligus
menjaga kelestarian fungsi sungai dan danau; dan
c) daya rusak air sungai dan danau terhadap lingkungannya dapat dibatasi.

LAPORAN PENDAHULUAN III-16


STUDI PENATAAN KAWASAN WADUK BENDUNGAN SINDANG HEULA KAB. SERANG
Garis sempadan danau ditentukan mengelilingi danau paling sedikit berjarak 50
(lima puluh) meter dari tepi muka air tertinggi yang pernah terjadi. Ketentuan
bangunan dalam sempadan danau, tidak berlaku bagi bangunan yang terdapat
dalam sempadan danau untuk fasilitas kepentingan tertentu yang meliputi:
a) prasarana sumber daya air;
b) jalanakses, jembatan, dan dermaga;
c) jalur pipa gas dan air minum;
d) rentangan kabel listrik dan telekomunikasi;
e) prasarana pariwisata, olahraga, dan keagamaan;
f) prasarana dan sarana sanitasi; dan bangunan ketenagalistrikan.

Sempadan danau hanya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan tertentu dan bangunan
tertentu. Kegiatan meliputi:

a) penelitian danpengembangan ilmu pengetahuan;


b) pariwisata;
c) olah raga; dan/atau
d) aktivitas budaya dan keagamaan.

Bangunan meliputi:
a) bangunan prasarana sumber daya air;
b) jalan akses, jembatan, dan dermaga;
c) jalur pipa gas dan air minum;
d) rentangan kabel listrik dan telekomunikasi;
e) prasarana pariwisata, olahraga, dan keagamaan;
f) prasarana dan sarana sanitasi;
g) dan bangunan ketenagalistrikan.

Selain pembatasan pemanfaatan sempadan danau pada sempadan danau dilarang


untuk:
a) mengubah letak tepi danau;
b) membuang limbah;
c) menggembala ternak;
d) mengubah aliran air masuk atau ke luar danau.

LAPORAN PENDAHULUAN III-17


STUDI PENATAAN KAWASAN WADUK BENDUNGAN SINDANG HEULA KAB. SERANG
K. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor :
37/PRT/M/2015 tentang Izin Penggunaan Air Dan Atau Sumber Air;
Dalam Peraturan Menteri ini, izin penggunaan sumber daya air diperuntukkan bagi:
a) air permukaan pada sungai, danau, rawa, dan sumber air permukaan lainnya;
dan
b) air laut yang berada di darat.

Izin penggunaan sumber daya air untuk air permukaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, dapat diberikan untuk jenis kegiatan:

a) pemenuhan air irigasi oleh petani atau kelompok petani untuk pertanian rakyat di
luar sistem irigasi yang sudah ada;
b) penyediaan air bersih atau air minum oleh instansi pemerintah, badan hukum,
badan sosial, atau perseorangan yang menggunakan sumber daya air;
c) penggunaan sumber daya air untuk pembangkit listrik;
d) pemanfaatan ruang sumber air untuk kegiatan konstruksi antara lain jembatan,
bendungan, bendung, tanggul, dermaga, jaringan atau rentangan pipa air minum,
jaringan kabel listrik, dan prasarana sumber daya air;
e) pemanfaatan bantaran dan/atau sempadan sungai untuk kegiatan konstruksi
antara lain jembatan, dermaga, jaringan atau rentangan pipa air minum, jaringan
kabel listrik, dan prasarana sumber daya air;
f) pemanfaatan sempadan danau dan badan danau untuk kegiatan konstruksi
antara lain dermaga, jaringan atau rentangan pipa air minum, jaringan kabel
listrik, dan prasarana sumber daya air;
g) penggunaan sumber daya air untuk kegiatan usaha perkebunan, kegiatan usaha
peternakan, dan budidaya perikanan;
h) wisata atau olahraga air;
i) pemanfaatan sumber daya air untuk kepentingan penelitian, pengembangan dan
pendidikan;
j) penggunaan sumber daya air untuk industri; atau
k) pemakaian air untuk eksplorasi dan eksploitasi komoditas tambang.

LAPORAN PENDAHULUAN III-18


STUDI PENATAAN KAWASAN WADUK BENDUNGAN SINDANG HEULA KAB. SERANG
L. Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang No. 1 Tahun 2018 Tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah
Tinjauan peraturan perundangan terkait mengenai kawasan bendungan ini masuk
dalam beberapa muatan dalam Permen ATR No.1/2018 mengenai RTRW ini,
diantaranya:

a) Sistem jaringan sumber daya air kabupaten, dapat meliputi: (1) sumber air, yang
dapat meliputi: (a) air permukaan pada sungai, mata air, danau, embung,
bendungan, dan sumber air lain yang terdapat pada permukaan tanah di wilayah
kabupaten.
b) Kawasan perlindungan setempat, yaitu kawasan sekitar danau atau bendungan.
c) Rencana struktur ruang wilayah provinsi terdiri atas sistem jaringan prasarana
yang salah satunya adalah sistem jaringan sumber daya air, meliputi:
 sistem jaringan sumber daya air lintas negara dan lintas provinsi yang berada di
wilayah provinsi,
 sistem jaringan sumber daya air lintas kabupaten/kota termasuk wilayah sungai
dan cekungan air tanah.
d) Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi salah satunya adalah perwujudan
sistem jaringan sumber daya air.

M. Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang No. 16 Tahun 2018 Tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang
Rencana pola ruang RDTR (Rencana Detail Tata Ruang) terdiri atas zona
perlindungan setempat yang meliputi:

a) zona sempadan pantai (SP);


b) zona sempadan sungai (SS);
c) zona sekitar danau atau waduk (DW) termasuk situ dan embung; dan/atau
d) zona sekitar mata air (MA).

Zona perlindungan setempat sekitar danau atau waduk yaitu peruntukan ruang yang
merupakan bagian dari kawasan lindung yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan, penggunaan, dan pengendalian atas sumber daya yang ada pada
danau atau waduk dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuannya. Luasan lahan yang

LAPORAN PENDAHULUAN III-19


STUDI PENATAAN KAWASAN WADUK BENDUNGAN SINDANG HEULA KAB. SERANG
mengelilingi dan berjarak 50 (lima puluh) meter dari tepi muka air tertinggi yang
pernah terjadi.

N. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.41/PRT/M/2007 tentang Kawasan


Budidaya;
Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.41 Tahun 2007 tentang Kawasan
Budidaya ini dimaksudkan untuk memberikan acuan bagi Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dalam penentuan kawasan budidaya pada Rencana Tata Ruang
Wilayah-nya. Serta memberikan pengaturan pedoman kriteria teknis kawasan
budidaya yang bertujuan untuk mewujudkan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota yang memenuhi kaidah teknis penataan ruang.

Berikut merupakan beberapa istilah dan definisi yang ada dalam Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No.41 Tahun 2017 tentang Kawasan Budidaya tersebut, yaitu:

a) Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang
dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.
b) Rencana Tata Ruang wWilayah (RTRW) adalah hasil perencanaan tata ruang
berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional yang telah ditetapkan.
c) Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya buatan.
d) Kawasan peruntukan hutan produksi adalah kawasan yang diperuntukan untuk
kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan.
e) Kawasan peruntukan pertanian adalah kawasan yang diperuntukan bagi kegiatan
pertanian yang meliputi kawasan pertanian lahan basah, kawasan pertanian
lahan kering, kawasan pertanian tanaman tahunan/perkebunan, perikanan,
peternakan.
f) Kawasan peruntukan permukiman adalah kawasan yang diperuntukan untuk
tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
bagi peri kehidupan dan penghidupan.
g) Kawasan peruntukan pariwisata adalah kawasan yang diperuntukan bagi
kegiatan pariwisata atau segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata
termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang
terkait di bidang tersebut.

LAPORAN PENDAHULUAN III-20


STUDI PENATAAN KAWASAN WADUK BENDUNGAN SINDANG HEULA KAB. SERANG
h) Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa adalah kawasan yang diperuntukan
untuk kegiatan perdagangan dan jasa, termasuk pergudangan, yang diharapkan
mampu mendatangkan keuntungan bagi pemiliknya dan memberikan nilai tambah
pada satu kawasan perkotaan.
i) Fasilitas fisik atau utilitas umum adalah sarana penunjang untuk pelayanan
lingkungan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan pembangun swasta pada
lingkungan permukiman meliputi penyediaan jaringan jalan, jaringan air bersih,
listrik, pembuangan sampah, telepon, saluran pembuangan air kotor dan
drainase, serta gas.
j) Fasilitas sosial adalah fasilitas yang dibutuhkan masyarakat dalam lingkungan
permukiman meliputi pendidikan, kesehatan, perbelanjaan dan niaga,
pemerintahan dan pelayanan umum, peribadatan, rekreasi dan kebudayaan,
olahraga dan lapangan terbuka, serta fasilitas penunjang kegiatan sosial lainnya
di kawasan perkotaan.
k) Sungai tipe C adalah sungai yang airnya dapat digunakan untuk perikanan dan
peternakan.
l) Sungai tipe D adalah sungai yang airnya dapat digunakan untuk keperluan
pertanian dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan industri pembangkit
listrik tenaga air.
m) Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang
dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan
daya tarik sasaran tertentu.

Setelah penjelasan mengenai definisi maka berikut akan dijelaskan mengenai


ketentuan umum yang berisi fungsi utama, kriteria umum, dan kaidah perencanaan
kawasan budi daya, berikut penjelasannya yang berhubungan dengan Kawasan
pemanfaatan ruang yang ada di sekitar bendungan yaitu:

a) Kawasan peruntukan hutan produksi


Karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan, meliputi:
 Parameter yang diperhatikan dan diperhitungkan dalam penetapan hutan
produksi adalah lereng (kemiringan) lapangan, jenis tanah, dan intensitas hujan;
 Untuk keperluan penilaian fisik wilayah, setiap parameter tersebut dibedakan
dalam 5 tingkatan (kelas) yang diuraikan dengan tingkat kepekaannya terhadap

LAPORAN PENDAHULUAN III-21


STUDI PENATAAN KAWASAN WADUK BENDUNGAN SINDANG HEULA KAB. SERANG
erosi. Makin tinggi nilai kelas parameter makin tinggi pula tingkat kepekaannya
terhadap erosi;
 Skoring fisik wilayah ditentukan oleh total nilai kelas ketiga parameter setelah
masing-masing nilai kelas parameter dikalikan dengan bobot 20 untuk parameter
lereng, bobot 15 untuk parameter jenis tanah, dan bobot 10 untuk parameter
intensitas hujan
 Luas kawasan hutan dalam setiap daerah aliran sungai (DAS) dan atau pulau
minimal 30% dari luas daratan. Berdasarkan pertimbangan tersebut setiap
provinsi dan kabupaten/kota yang luas kawasan hutannya kurang dari 30% perlu
menambah luas hutannya. Sedangkan bagi provinsi dan kabupaten/kota yang
luas kawasan hutannya lebih dari 30% tidak boleh secara bebas mengurangi
luas kawasan hutannya.

b) Kawasan peruntukan pertanian


 Pemanfaatan ruang di kawasan peruntukan pertanian harus diperuntukan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara sumber daya
tersebut sebagai cadangan pembangunan yang berkelanjutan dan tetap
memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian fungsi lingkungan hidup
 Penggunaan lahan untuk kegiatan pertanian tanaman harus memanfaatkan
potensi tanah yang sesuai untuk peningkatan kegiatan produksi dan wajib
memperhatikan aspek kelestarian fungsi lingkungan hidup dan mencegah
kerusakannya;
 Kawasan pertanian lahan kering mencakup:
- Kemiringan 0 - 6%: tindakan konservasi secara vegetatif ringan, tanpa
tindakan konservasi secara mekanik;
- Kemiringan 8 - 15%:

 Tindakan konservasi secara vegetatif ringan sampai berat yaitu pergiliran


tanaman, penanaman menurut kontur, pupuk hijau, pengembalian bahan
organik, tanaman penguat keras;

 Tindakan konservasi secara mekanik (ringan), teras gulud disertai


tanaman penguat keras;

LAPORAN PENDAHULUAN III-22


STUDI PENATAAN KAWASAN WADUK BENDUNGAN SINDANG HEULA KAB. SERANG
 Tindakan konservasi secara mekanik (berat), teras gulud dengan interval
tinggi 0,75 – 1,5 m dilengkapi tanaman penguat, dan saluran pembuang
air ditanami rumput.

- Kemiringan 15 - 40%:

 Tindakan konservasi secara vegetatif (berat), pergiliran tanaman,


penanaman menurut kontur, pemberian mulsa sisa tanaman, pupuk
kandang, pupuk hijau, sisipan tanaman tahunan atau batu penguat teras
dan rokrak;

 Tindakan konservasi secara mekanik (berat), teras bangku yang


dilengkapi tanaman atau batu penguat teras dan rokrak, saluran
pembuangan air ditanami rumput.

c) Kawasan peruntukan permukiman


 Topografi datar sampai bergelombang (kelerengan lahan 0 - 25%);
 Tersedia sumber air, baik air tanah maupun air yang diolah oleh penyelenggara
dengan jumlah yang cukup. Untuk air PDAM suplai air antara 60 liter/org/hari -
100 liter/org/hari;
 Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi); 4)
Drainase baik sampai sedang;
 Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/pantai/bendungan/danau/ mata
air/saluran pengairan/rel kereta api dan daerah aman penerbangan;
 Tidak berada pada kawasan lindung;
 Tidak terletak pada kawasan budi daya pertanian/penyangga;
 Menghindari sawah irigasi teknis.
d) Kawasan peruntukan pariwisata

Karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan:


 Memiliki struktur tanah yang stabil;
 Memiliki kemiringan tanah yang memungkinkan dibangun tanpa memberikan
dampak negatif terhadap kelestarian lingkungan;

LAPORAN PENDAHULUAN III-23


STUDI PENATAAN KAWASAN WADUK BENDUNGAN SINDANG HEULA KAB. SERANG
 Merupakan lahan yang tidak terlalu subur dan bukan lahan pertanian yang
produktif;
 Memiliki aksesibilitas yang tinggi;
 Tidak mengganggu kelancaran lalu lintas pada jalur jalan raya regional;
 Tersedia prasarana fisik yaitu listrik dan air bersih;
 Terdiri dari lingkungan/bangunan/gedung bersejarah dan cagar budaya;
 Memiliki nilai sejarah, ilmu pengetahuan dan budaya, serta keunikan tertentu;
 Dilengkapi fasilitas pengolah limbah (padat dan cair).
 Kriteria teknis
 Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Taman Wisata Alam untuk
kegiatan pariwisata alam dilaksanakan sesuai dengan asas konservasi sumber
daya alam hayati dan ekosistemnya;
 Pemanfaatan kawasan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata
Alam untuk sarana pariwisata alam diselenggarakan dengan persyaratan
sebagai berikut: Bentuk bangunan bergaya arsitektur setempat; Tidak mengubah
bentang alam yang ada; Tidak mengganggu pandangan visual.

O. Peraturan Daerah Provinsi Banten No. 5 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Provinsi Banten No.2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Banten Tahun 2010-2030
Rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya air diarahkan untuk
mendukung air baku dengan mengoptimalkan peruntukan sumber air permukaan
dan sumber air tanah.

Rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya air meliputi Rencana


pembangunan Bendungan Sindangheula di Kabupaten Serang dan Kota Serang.

P. Peraturan Daerah Kabupaten Serang No.10 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Serang Tahun 2011-2031
Kawasan Strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan
teknologi tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) huruf b berupa
Kawasan Strategis Provinsi.

Rencana pengembangan sistem jaringan sumberdaya air yang terdiri atas


Pengelolaan wilayah sungai meliputi pengelolaan dan pengembangan bendung dan

LAPORAN PENDAHULUAN III-24


STUDI PENATAAN KAWASAN WADUK BENDUNGAN SINDANG HEULA KAB. SERANG
bendungan yang salah satunya merupakan Bendungan Sindang Heula di
Kecamatan Pabuaran.

Peruntukan Kawasan Pada Kecamatan Pabuaran

a) Kawasan peruntukan perkebunan dengan luas kurang lebih 25.351 (dua puluh
lima ribu tiga ratus lima puluh satu) hektar yang salah satunya meliputi
kecamatan Pabuaran.
b) Kawasan peruntukan peternakan dengan luas kurang lebih 300 (tiga ratus) hektar
yang salah satunya meliputi Kecamatan Pabuaran.
c) Kawasan peruntukan perikanan budi daya air tawar meliputi seluruh wilayah
kabupaten dengan sentra budi daya salah satunya di Kec. Pabuaran.
d) Kawasan peruntukan pertambangan batuan, panas bumi, mineral logam,
e) Kawasan permukiman perdesaan, Kawasan permukiman perkotaan,

Pengembangan prasarana irigasi meliputi upaya pemeliharaan dan peningkatan


kapasitas jaringan irigasi yang terdiri atas pembangunan Bendungan Sindang Heula
di Kecamatan Pabuaran.

3.3 HASIL SURVEI PENDAHULUAN, PENGUMPULAN DATA, DAN STUDI


TERDAHULU

3.3.1 Hasil Survei Pendahuluan

Berdasarkan hasil survey pendahuluan telah dilakukan pengambilan foto udara


menggunakan drone pada area genangan waduk Sindang Heula, guna mengetahui
area genangan pada waduk. Selanjutnya dilakukan pengolahan untuk dijadikan peta
area genangan. Adapun peta genangan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.1
dibawah ini.

LAPORAN PENDAHULUAN III-25


STUDI PENATAAN KAWASAN WADUK BENDUNGAN SINDANG HEULA KAB. SERANG
Gambar 3.1 Peta Genangan Waduk Sindang Heula

Selain pengambilan foto udara, pada saat survey pendahuluan juga dilakukan orientasi
lapang lokasi waduk Sindang Heula. Adapun hasil orientasi lapang ditemukan
beberapa kondisi yang mendukung perlu adanya panataan terhadap kawasan waduk
Bendungan Sindang Heula. Dari hasil orientasi ditemukan tumbuhan eceng gondok
yang hampir menutupi area genangan waduk, terdapat tambang pasir dibagian hulu
dari waduk, dan penyalahgunaan fungsi pelimpah pada bendungan oleh masyarakat
sekitar. Berikut merupukan analisa awal dari hasil orientasi lapang yang dilakukan
terhadap kawasan waduk Sindang Heula.

Dengan adanya tumbuhan eceng gondok yang terdapat pada area gendangan waduk
dapat menimbulkan beberapa dampak negatif bagi lingkungan. Tumbuhan eceng
gondok memiliki tingkat pertumbuhan yang saying cepat, sehingga dapat menghalangi
sinar matahari yang masuk kedalam perairan yang menyebabkan menurunnya tingkat
kelarutan oksigen dalam air. Selain itu eceng gondok bisa merusak lingkungan di
sekitar perairan dan mempercepat pendangkalan air, serta eceng gondok juga dapat
merusak estetika perairan karena akar-akar yang rontok akan mengambang dan
membuat air terlihat sangat kotor dan terlihat sangat keruh. Berikut merupakan kondisi

LAPORAN PENDAHULUAN III-26


STUDI PENATAAN KAWASAN WADUK BENDUNGAN SINDANG HEULA KAB. SERANG
genangan waduk Bendungan Sindang Heula yang ditunjukan pada Gambar 3.2
dibawah ini.

Gambar 3.2 Kondisi Genangan Waduk Sindang Heula

Penambangan pasir diarea hulu waduk dapat menyebabkan sedimen waduk menjadi
tinggi sehingga proses pendangkalan waduk lebih cepat. Namun hal ini perlu dikaji
lebih lanjut dengan meperhatikan beberapa faktor seperti, kemiringan lereng, jenis
tanah, tingkat curah hujan diarea tambang, erodibilitas lahan, dan tutupan lahan. Untuk
menentukan berapa jumlah laju sedimen yang dapat masuk kedalam area genangan
waduk. Yang akhirnya memungkinkan berkurangnya usia guna pada waduk Sindang
Heula. Berikut merupan lokasi tambang pasir di area hulu waduk Sindang Heula yang
ditunjukan pada Gambar 3.3 dibawah ini.

LAPORAN PENDAHULUAN III-27


STUDI PENATAAN KAWASAN WADUK BENDUNGAN SINDANG HEULA KAB. SERANG
Genangan Waduk

Gambar 3.3 Lokasi Tambang Pasir pada Daerah Hulu Waduk Sindang Heula

Saluran pelimpah merupakan bagian dari infrastuktur waduk untuk membuang


kelebihan air pada tampungan waduk ketika terjadi banjir. Sehingga bagian ini
merupakan salah satu bagian yang harus dihindarkan dari aktifitas manusia terutama
pariwasata. Dikarenakan minimnya informasi masyrakat terkait dengan fungsi dari
bangunan ini, akhirnya dimanfaatkan masyarakat sebagai seluncuran. Hal ini
merupakan salah satu contoh pentingnya penataan kawasan waduk, sehingga hal
seperti ini tidak terulang. Berikut ini merupakan penyalahgunaan fungsi pelimpah pada
bendungan oleh masyarakat sekitar yang terjadi pada saat survey pendahuluan yang
disajikan dalam Gambar 3.4 dibawah ini.

LAPORAN PENDAHULUAN III-28


STUDI PENATAAN KAWASAN WADUK BENDUNGAN SINDANG HEULA KAB. SERANG
Gambar 3.4 Penyalahgunaan Fungsi Pelimpah Pada Bendungan Sindang Heula

3.3.2 Pengumpulan Data dan Studi Terdahulu

Dari hasil pengumpulan studi terdahulu dan data skunder hingga saat ini didapatkan
hasil sebagai berikut:

A. Pengumpulan Data
Adapun data berupa undang-undang, peraturan, dan studi terdahulu terkait
Bendungan Sindang Heula sebagai berikut

a) Undang-undang dan Peraturan Terkait


 Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang;
 Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber
Daya Air;
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 13/PRT/M/2006 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Balai Wilayah Sungai;
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 tentang Pedoman
Teknis Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya
dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 22 /PRT/M/2007 tentang
Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor:
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 tentang
Pedoman Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan;

LAPORAN PENDAHULUAN III-29


STUDI PENATAAN KAWASAN WADUK BENDUNGAN SINDANG HEULA KAB. SERANG
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 08/PRT/M/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis Kementerian Pekerjaan
Umum;
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 06/PRT/M/2011 tentang pedoman
Pengguna Sumber Daya Air;
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor:
27/PRT/M/2015 Tentang Bendungan;
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.6 Tahun 2020
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Nomor 27/PRT/M/2015 tentang Bendungan;
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor:
28/PRT/M/2015 tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai dan Garis
Sempadan Danau;
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor:
37/PRT/M/2015 tentang Izin Penggunaan Air Dan Atau Sumber Air;
 Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang No.1 Tahun 2018 tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah;
 Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang No. 16 Tahun 2018 Tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang;
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.41/PRT/M/2007 tentang Kawasan
Budidaya;
 Peraturan Daerah Provinsi Banten No. 5 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Provinsi Banten No.2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Banten Tahun 2010-2030;
 Peraturan Daerah Kabupaten Serang No.10 Tahun 2011 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Serang Tahun 2011-2031;

b) Studi Terdahulu
 Pekerjaan konsultansi supervisi pembangunan Bendungan Sindang Heula
 Studi potensi longsoran Bendungan Sindang Heula

LAPORAN PENDAHULUAN III-30


STUDI PENATAAN KAWASAN WADUK BENDUNGAN SINDANG HEULA KAB. SERANG
B. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Serang
Berdasarankan rencana tata ruang wilayah Pemerintah Kabupaten Serang dan Kota
Serang kawasan waduk Sindang Heula tergolong dalam kawasan, perkebunan,
pemukiman perkotan, pemukiman pedesan, pertanian lahan kering, pertanian lahan
basah, dan berikut merupakan gambar peta RTRW Kabupaten Serang ditunjukan
dalam Gambar 3.5, sedangkan peta RTRW Kota serang disajikan dalam Gambar
3.6.

Gambar 3.5 Peta RTRW Kabupaten Serang

LAPORAN PENDAHULUAN III-31


STUDI PENATAAN KAWASAN WADUK BENDUNGAN SINDANG HEULA KAB. SERANG
Gambar 3.6 Peta RTRW Kota Serang

C. Peta Pembebasan Lahan


Berikut merupakan peta pembebasan lahan dikawasan Bendungan Sindang Heula
yang ditunjukan dalam Gambar 4.7 berikut ini.

Gambar 3.7 Peta Pembebasan Lahan Bendungan Sindang Heula


Dari peta pembebasan lahan diatas selanjutnya dilakukan overlaying dengan peta
genangan dan peta sempadan, untuk mengetahui lahan yang belum dibebaskan.
Pada saat ini pembebasan area Bendungan Sindang Heulea telah mencapai 99%
dari target perencanaan dimana luasnya mencapai 151.6618 ha dari 790 bidang,
sedangakan target perencaan luasnya mencapai 154.6259 ha dari 798 bidang,
adapun secara detail tabel pembebasan lahan pada Bendungan Sindang Heula
terdapat pada Tabel 3.1 dibawah ini.

LAPORAN PENDAHULUAN III-32


STUDI PENATAAN KAWASAN WADUK BENDUNGAN SINDANG HEULA KAB. SERANG
Tabel 3.1 Pembebasan Lahan Pada Bendungan Sindang Heula

Perencanaan Bebas Belum


No Areal Hasil Ukur Pembayaran Konsinyasi Jumlah
Penlok
Ha Bidang Ha Bidang Ha Bidang Ha Bidang Ha Bidang
1 Desa Sindang Heula 39 38.5290 238 32.4283 196 5.6132 36 38.0415 232 0.4775 6
2 Desa Pancanagara 73 72.9085 391 67.4718 375 3.7066 15 71.1784 390 1.7301 1
3 Kelurahan Sayar 43 43.1984 169 37.5417 140 4.9002 28 42.4419 168 0.7565 1
Jumlah 155.6259 798 137.4418 711 14.2200 79 151.6618 790 2.9641 8
Persentase 100 90 9 99 1

LAPORAN PENDAHULUAN III-33


STUDI PENATAAN KAWASAN WADUK BENDUNGAN SINDANG HEULA KAB. SERANG
Contents
3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN KAWASAN WADUK.................................................1
3.1.1 Masalah Lingkungan........................................................................................................1
3.1.2 Sosial Budaya...................................................................................................................2
3.1.3 Ekonomi.............................................................................................................................3
3.1.4 Pengelolaan.......................................................................................................................3
3.1.5 Aspek Hukum....................................................................................................................4
3.2 TINJAUAN KEBIJAKAN DAN PERATURAN TERKAIT..................................................4
3.3 HASIL SURVEI PENDAHULUAN, PENGUMPULAN DATA, DAN STUDI
TERDAHULU..................................................................................................................................25
3.3.1 Hasil Survei Pendahuluan.............................................................................................25
3.3.2 Pengumpulan Data dan Studi Terdahulu....................................................................28

Gambar 3.1 Peta Genangan Waduk Sindang Heula.................................................................25


Gambar 3.2 Kondisi Genangan Waduk Sindang Heula...........................................................26
Gambar 3.3 Lokasi Tambang Pasir pada Daerah Hulu Waduk Sindang Heula.................27
Gambar 3.4 Penyalahgunaan Fungsi Pelimpah Pada Bendungan Sindang Heula..........28
Gambar 3.5 Peta RTRW Kabupaten Serang...............................................................................30
Gambar 3.6 Peta RTRW Kota Serang..........................................................................................30
Gambar 3.7 Peta Pembebasan Lahan Bendungan Sindang Heula......................................31
Y

Tabel 3.1 pembebasan lahan pada Bendungan Sindang Heula............................................32

LAPORAN PENDAHULUAN III-


STUDI PENATAAN KAWASAN WADUK BENDUNGAN SINDANG HEULA KAB. SERANG

Anda mungkin juga menyukai