PKP

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA SISWA KELAS 1 MELALUI MEDIA KARTU KATA

BERGAMBAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SD AL KAROMAH SALAM TAHUN


PELAJARAN 2001/2021

OLEH

NAMA: SARASATI NUR MUQADISAH

NIM: 836926701

POKJAR SRUMBUNG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TERBUKA

UPJJ YOGYAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya atas penulis selama dalam
penyusunan karya ilmiah ini, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
orang-orang yang telah berperan sehingga dapat terselesaikannya tugas ini, antara lain :

1. Bapak Marten Boko, S.Pd selaku pengelola Pokjar Am Abi Oefeto yang telah meluangkan banyak
waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan pengarahan dalam penulisan karya ilmiah ini.

2. Segenap dosen dan staff pengajar di Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas
Terbuka.

3. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan moril maupun materil.

4. Pihak-pihak lain yang telah memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung dalam
pembuatan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan segala petunjuk, kritik, dan saran yang membangun dari pembaca agar dapat menunjang
pengembangan dan perbaikan penulisan selanjutnya.

Akhir kata penulis mohon maaf atas kekurangan dalam penulisan skripsi ini dan penulis dengan senang
hati menerima saran dan kritik yang membangun dari pembaca.

Semoga skripsi ini dapat berguna untuk menambah wawasan dan wacana bagi rekan-rekan mahasiswa.

Magelang , Juni 2021

Penulis

ABSTRAK

Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Melalui Permainan Kartu Bergambar (Flashcard) Pada
Siswa Kelas 1 SD AL KAROMAH

Penelitian ini bertujuan untuk (1) untuk mendeskripsikan bagaimana penggunaan Permainan kartu
bergambar (flashcard) pada siswa kelas 1 SD Al Karomah Jumoyo Kecamatan Salam Kabupaten
Magelang Tahun Ajaran 2020/2021 dan untuk meningkatkan kemampuan membaca Permulaan Bahasa
Indonesia siswa kelas I SD. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan dalam
2 siklus dengan 3 kali pertemuan tiap siklusnya dengan jumlah siswa sebanyak 10 siswa. Pada pra
tindakan persentase ketuntasan siswa baru mencapai 30 %, setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I
persentase ketuntasan siswa meningkat menjadi 60 %, pada siklus II meningkat menjadi 90% sehingga
peneliti tidak melanjutkan ke siklus III.

Kata Kunci: Permainan kartu bergambar, kemampuan membaca, Bahasa Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Lahirnya Undang-undang No. 20 Tahun 2004 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah membawa
dampak positif bagi pembelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini mencerminkan dengan diangkatkannya
membaca, menulis dan berhitung sebagai kemampuan dasar berbahasa yang secara dini dan
berkesinambungan menjadi perhatian dan kegiatan di sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah dari kelas
I.

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan
merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa
diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain,
mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa
tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam
dirinya.

Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar komunikasi. Dengan pendekatan komunikatif ini siswa
harus diberi kesempatan untuk melakukan komunikasi Baik secara lisan maupun tulisan. Supaya siswa
mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, maka siswa perlu
dilatih sebanyak-banyaknya atau diberi kesempatan seluas-luasnya untuk melakukan kegiatan
berkomunikasi. Dengan mempertimbangkan karakteristik anak yang lebih memperhatikan terhadap
sesuatu yang menarik perhatian mereka, membangkitkan minat dan motivasi belajar serta melatih
imajinasi anak, maka penerapan media gambar dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya untuk
meningkatkan kemampuan bercerita anak dapat dilakukan secara optimal.

Proses belajar tidak akan bisa dilepaskan dari kehidupan setiap manusia. Karena belajar adalah suatu
proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang Sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi
karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi
kapan saja dan dimana saja. salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya
perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada
tingkat pengetahuan,keterampilan, atau sikapnya.

Kegiatan yang menarik dan menyenangkan merupakan suatu bagian penting dalam mendorong
perkembangan bahasa, karena anak harus mampu mengungkapkan dan menggunakan kata-kata, untuk
mendorong anak agar mampu mengungkapkan diri dengan kata-kata, maka kegiatan yang akan
dilakukan adalah melalui permainan bahasa dalam bentuk permainan berbicara atau permainan
deskriptif. Permainan deskriptif adalah permainan yang menuntut anak–anak untuk menguraikan benda
dengan mendorong anak untuk mencari kata-kata dan membantu mereka berbicara serta berpikir
dengan lebih jelas, salah satu contohnya permainan pemberian gambar.

Salah satu fokus pembelajaran Bahasa di Sekolah Dasar yang memegang peranan penting ialah
pembelajaran membaca, tanpa memiliki kemampuan membaca yang memadai sejak dini, anak akan
mengalami kesulitan belajar dikemudian hari. Kemampuan membaca menjadi dasar utama tidak saja
pembelajaran bahasa sendiri, tetapi juga bagi pembelajaran mata pelajaran lain. Dengan membaca
siswa akan memperoleh pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan
daya nalar, sosial dan emosional.

Peranan guru kelas I memegang peranan penting dalam bidang pengajaran Bahasa Indonesia khususnya
membaca. Tanpa memiliki kemampuan membaca yang memadai sejak dini maka anak akan mengalami
kesulitan belajar di kemudian hari. Kemampuan membaca menjadi dasar yang utama tidak saja bagi
pengajaran Bahasa Indonesia sendiri, akan tetapi juga bagi pengajaran mata pelajaran lain.

Saat ini masih banyak guru yang belum melakukan fungsinya sebagai guru yang profesional. Masih
banyak yang melalaikan tugas sebagai guru. Guru hanya bertugas menyelesaikan target materi dalam
kurikulum setiap akhir semester atau setiap tahun. Namun, tidak memperhatikan masih terdapat
ketidakseimbangan antara target kurikulum dengan daya serap yang dicapai peserta didik. Guru kurang
mengenal siswa secara menyeluruh sehingga tidak bisa membedakan antara siswa yang lemah dengan
siswa yang pandai dalam menerima pelajaran. Pembagian tugas mengajar kelas harus betul-betul sesuai
kemampuan guru, khususnya guru kelas I harus guru yang bisa mengenal siswa secara keseluruhan.

Pembelajaran Bahasa Indonesia yang diterapkan di sekolah belum memanfaatkan media pembelajaran
sebagai penunjang kegiatan pembelajaran. Dengan demikian perlu pemanfaatan media pembelajaran
agar siswa mudah menangkap dan mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu media pembelajaran yang
dapat digunakan adalah media gambar. Media gambar ini menarik bagi siswa karena dari media
tersebut banyak tema yang dapat dipilih untuk dikembangkan dan semua siswa memperoleh
kesempatan yang sama selain itu mereka mendapatkan pengalaman yang berharga dan secara tidak
langsung dapat meningkatkan minat mereka terhadap pembelajaran membaca.

Penggunaan metode permainan akan lebih efektif apabila didukung dengan adanya media sebagai alat
bantu pembelajaran. Penggunaan alat bantu sebagai media pembelajaran diharapkan mampu
membantu proses belajar seperti yang dikemukanan oleh Hamalik (dalam Arsyad, 2006), bahwa
pemakaian media dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat,
membangkitkan motivasi, memberikan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh
psikologis siswa. Media dapat menarik minat belajar dan konsentrasi anak untuk memahami pelajaran.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan
judul : Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Melalui Media Permainan Kartu Bergambar pada
Siswa Kelas 1 SD Al Karomah.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Kemampuan siswa dalam membaca permulaan masih kurang.

2. Guru kurang memperhatikan media yang digunakan dalam pembelajaran.

3. Guru hanya mengejar target materi yang sesuai kurikulum tanpa memperhatikan daya serap
yang dicapai oleh siswa.

C. Pembatasan masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini difokuskan pada Peningkatan Kemampuan
Membaca Permulaan menggunakan Media Pembalajaran Kartu Bergambar Pada Siswa Kelas 1 SD Al
Karomah.

D. Rumusan Masalah

Dengan latar belakang masalah di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan

sebagai berikut: Apakah dengan menggunakan media pembelajaran kartu bergambar dapat
meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada siswa kelas 1 SD Al Karomah ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah: Untuk meningkatkan kemampuan membaca melalui penggunaan media
pembelajaran kartu bergambar pada siswa kelas 1 SD GMIT Taemaman

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat untuk :

1. Bagi siswa, Agar prestasi belajar siswa menjadi baik, sehingga kemampuan dalam pelajaran
Bahasa Indonesia meningkat.

2. Bagi guru

Sebagai bahan masukan bagi guru SD, bahwa dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan
kemampuan bercerita siswa sehingga tujuan pendidikan tercapai.
3. Bagi sekolah

Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam memfasilitasi penggunaan media di SD Al Karomah.

4. Bagi peneliti

Sebagai pedoman pada saat menjadi guru bahwa dengan menggunakan media gambar dapat menarik
minat anak untuk belajar dan meningkatkan kemampuan siswa pada pelajaran Bahasa Indonesia

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

Kajian pustaka ini merupakan upaya untuk menunjukkan bahwa penelitian ini bukan penelitian baru,
sudah banyak ditemukan penelitian semisal dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Kajian pustaka ini
digunakan sebagai bahan perbandingan atas karya ilmiah yang ada, baik mengenai kekurangan atau
kelebihan yang sudah ada sebelumnya. Selain itu, kajian pendahulu juga mempunyai andil besar dalam
rangka mendapatkan suatu informasi yang ada sebelumnya tentang teori yang berkaitan dengan judul
yang digunakan untuk memperoleh landasan teori ilmiah.

1. Pengertian Media Gambar

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara
harafiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim
ke penerima pesan. Di bawah ini beberapa pengertian media gambar, diantaranya :

• Menurut Hamalik (1994:95) mengemukakan bahwa media gambar adalah : Segala sesuatu yang
diwujudkan secara visual ke dalam bentuk-bentuk dimensi sebagai curahan ataupun pikiran yang
bermacam-macam seperti lukisan, potret, slide, film, opaque proyektor.

• Menurut Arief S. Sadiman (2006:29) media gambar adalah : Media yang paling umum dipakai,
yang merupakan bahasan umum yang dapat dimengerti dan dinikmati di mana saja.

• Menurut Soelarko (1980:3) media gambar adalah : merupakan penurunan dari benda-benda
dan pemandangan dalam hal bentuk, rupa serta ukurannya relatif terhadap lingkungan.

Berpijak dari beberapa pengertian di atas maka kami simpulkan bahwa media gambar adalah media
yang paling umum dipakai. Hal ini dikarenakan siswa lebih menyukai gambar, apalagi jika dibuat gambar
yang berwarna-warni dan disajikan sesuai dengan kondisi dan kemampuan anak didik. Tentu media
gambar tersebut akan menambah semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

2. Media Gambar

Media gambar adalah penyajian visual 2 dimensi yang dibuat berdasarkan unsur dan prinsip rancangan
gambar, yang berisi unsur kehidupan sehari-hari tentang manusia, benda-benda, binatang, peristiwa,
tempat dan lain sebagainya (Rachmat, 1994).

Gambar banyak digunakan guru sebagai media dalam proses belajar mengajar, sebab mudah diperoleh,
tidak mahal, dan efektif. Di dalam buku-buku, majalah, dan surat kabar, banyak gambar yang pada suatu
saat dapat digunakan dan dimanfaatkan sebagai media pembelajaran.

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dan dimanfaatkan sebagai media
pembelajaran.Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang diguinakan guru untuk menyampaikan
pesan pembelajaran yang dapat merangsang, menarik perhatian dan memudahkan anak didik sehingga
terjadi proses belajar yang menyenangkan. Dengan demikian di samping berfungsi sebagai sarana yang
digunakan untuk menyalurkan pesan, media pembelajaran juga berfungsi mempermudah anak didik
untuk belajar.

 Jenis-Jenis Media Gambar

Dalam buku media pengajaran, media gambar/visual dapat dibedakan menjadi beberapa macam,
diantaranya adalah :
• Gambar datar

Media gambar datar seperti foto, gambar ilustrasi, flash card (kartu bergambar), gambar pilihan dan
potongan gambar. Disamping mudah didapat dan murah harganya, media ini juga mudah dimengerti
dan dinikmati di mana-mana. Media ini dapat digunakan untuk memperkuat impresi, menambah fakta
baru dan memberi arti dari suatu abstraksi.

• Media proyeksi diam

Dalam media proyeksi diam, gambar yang mengandung pesan yang akan disampaikan ke penerima
harus diproyeksikan terlebih dahulu dengan proyektor agar dapat dilihat oleh penerima pesan. Ada
kelasnya media ini hanya visual sifatnya, tapi ada pula yang disertai rekaman audio. Media proyeksi
diam dapat digunakan guru-guru untuk mengajar berbagai mata pelajaran di semua tingkatan. Media ini
bertujuan memberi informasi faktual, memberi persepsi yang benar dan cepat terutama dalam
pengembangan keterampilan, merangsang apresiasi terhadap seni, gejala alam, orang dan sebagainya.

• Media Grafis

Grafis merupakan media yang paling mudah ditemui dan banyak digunakan sebagai halnya media lain,
media grafis berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Pesannya dinyatakan
dalam symbol kata-kata, gambar dan menggunakan ciri grafis yaitu garis Basuki Wibawa dan Farida
Mukti, 2001: 35-60

3. Hakikat Kemampuan Membaca

a. Pengertian Kemampuan

Kemampuan membaca merupakan hal yang sangat urgen dalam mempelajari segala ilmu pengetahuan
dan teknologi yang selalu berkembang.membaca merupakan kemampuan yang sangat kompleks.
Membaca tidak sekadar kegiatan memandangi lambang-lambang tertulis semata, bermacam-macam
kemampuan dikerahkan oleh seseorang pembaca agar ia mampu memahami materi yang dibacanya.
Pembaca berupaya agar lambang-lambang yang dilihatnya itu menjadi lambang-lambang yang
bermakna baginya.

Kemampuan (Chaplin,2000:1) dapat diartikan sebagai kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan;


tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan sesuatu perbuatan. Sedangkan menurut Sternberg (1994: 3)
kemampuan adalah suatu kekuatan untuk menunjukkan suatu tindakan khusus atau tugas khusus, baik
secara fisik maupun mental. Senada dengan pendapat Sternberg, Warren (1994: 1) mengemukakan
bahwa kemampuan adalah kekuatan siswa dalam menunjukkan tindakan responsif, termasuk gerakan-
gerakan terkoordinasi yang bersifat kompleks dan pemecahan problem mental.

Lain halnya dengan pendapat Gagne dan Briggs (1997: 57) kemampuan adalah hasil belajar yang
diperoleh siswa setelah mengikuti suatu proses belajar-mengajar. Selaras dengan itu, Eysenck, Arnold,
dan Meili (1995: 5) mengemukakan bahwa kemampuan adalah suatu pertimbangan konseptual.
Selanjutnya mereka mengatakan bahwa kemampuan berarti semua kondisi psikologi yang diperlukan
siswa untuk menunjukkan suatu aktivitas.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah suatu
kecakapan atau kesanggupan yang sangat diperlukan siswa untuk melakukan suatu tindakan atau
aktivitas.

b. Pengertian Membaca

Ada beberapa ahli memberikan definisi tentang membaca, baik membaca sebagai suatu aktivitas umum
bagi kebanyakan orang dan sebagai aspek yang digunakan dalam pembelajaran bahasa. Menurut
Heilman, dalam suwaryono Wiryodijoyo (1989: 1), Membaca ialah pengucapan kata-kata dan perolehan
arti dari barang cetakan. Kegiatan itu melibatkan analisis, dan pengorganisasian berbagai keterampilan
yang kompleks. Termasuk di dalamnya pelajaran, pemikiran, pertimbangan, perpaduan, pemecahan
masalah, yang berati menimbulkan kejelasan informasi bagi pembaca. Senada dengan pendapat Davis
(1995: xi-1) menyatakan: Reading is a complex which, since the turne of the century, has been
extensively studied across a wide range of different disciplines. Lebih jauh dikatakan: Reading is privet. It
is a mental, or cognitive, process whicen involves a reader in trying to follow and respond to a massage
from a writer who is distant in space and time.

Horby, (1995; 699) mengemukakan, Reading is a look and understand something written or printed.
Senada dengan pendapat Harris (1971: 13) bahwa, Reading is a meaningfull interpretation of printed or
written verbal symbols. Berdasarkan pendapat tersebut bahwa membaca adalah melihat dan
mengetahui sesuatu yang berupa tulisan atau cetakan. Membaca adalah suatu penafsiran yang
bermakna dari cetakan atau simbol verbal tulisan.

Lain halnya menurut Martinus Yamin (2006: 106) membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan
informasi yang disampaikan secara verbal dan merupakan hasil ramuan pendapat, gagasan, teori-teori,
hasil peneliti para ahli untuk diketahui dan menjadi pengetahuan siswa. Sementara Ngalim Purwanto
(1997: 27) menyebutkan bahwa membaca ialah menangkap pikiran dan perasaan orang lain dengan
tulisan (gambar dari bahasa yang dilisankan).

Membaca merupakan suatu proses sensoris, membaca dimulai dari melihat. Stimulus masuk lewat indra
penglihatan atau mata. Kelemahan penglihatan yang umum diderita anak adalah kekeliruan kesiapan
(refractive error), yang berarti tidak lain dari kondisi mata yang tidak terpusat. Kesiapan membaca
dimulai dengan mendengarkan. Persiapan auditoris anak dimulai dari rumah dalam bentuk pembinaan
kosakata, menyimak efektif dan keterampilan membedakan.

Membaca sebagai proses perkembangan, ini dapat dilihat bahwa kemajuan kemampuan membaca pada
umumnya bergerak teratur, anak yang tidak dapat membaca karena belum cukup matang , mereka akan
meminta kesabaran guru untuk menanti dia sampai pada tingkat kematangannya. Kesiapan anak didik
itu harus dikembangkan pada setiap taraf perkembangan kemampuannya. Oleh karena itu, guru harus
betul-betul menyiapkan kesiapan anak tersebut pada taraf sebelumnya. Ada dua hal yang harus
diperhatikan guru dalam proses perkembangan membaca anak. Yang pertama adalah guru harus selalu
sadar bahwa membaca merupakan sesuatu yang diajarkan dan bukan sesuatu yang terjadi secara
insidental, tidak ada seorang anak yang dapat membaca dengan jalan menonton orang lain membaca
dan yang kedua membaca bukanlah sesuatu subjek melainkan suatu proses.

4. Tujuan utama dalam membaca

Tujuan Utama membaca adalah mencari dan memperoleh informasi yang terkandung dalam suatu
bacaan. Makna yang terkandung dalam suatu bacaan erat sekali berhubungan dengan maksud dan
tujuan dalam membaca. Menurut Anderson (1972: 214) mengemukakan beberapa tujuan penting dalam
membaca :

1) Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts);

2) Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas);

3) Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for sequence or
organization);

4) Membaca untuk menyimpulkan (reading for inference);

5) Membaca untuk mengklasifikasikan (reading for classify);

6) Membaca menilai, membaca untuk evaluasi (reading for evaluate);

7) Membaca untuk membandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast).

Menurut Ngalim Purwanto (1997: 27) bahwa, tujuan membaca ialah menangkap bahasa yang tertulis
dengan tepat dan teratur. Menangkap bahasa yang tertulis yang dimaksudkan adalah memahami isi
bacaan yang merupakan buah pikiran penulisnya.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Menurut David Hopkins dalam (Kunandar, 2008: 44-45) mengungkapkan bahwa PTK adalah sebuah
bentuk kegiatan refleksi diri yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam suatu situasi
kependidikan untuk memperbaiki rasionalitas dan keadilan tentang: (a) Pratik kependidikan, (b)
pemahaman tentang praktik kependidikan, (c) Situasi tempat praktik dilaksanakan. Suharsimi Arikunto
(2006: 57) menyebutkan bahwa Penelitian tindakan kelas (Classroom Action Rresearch) yaitu penelitian
yang dilakukan oleh guru di dalam kelas bekerjasama dengan peneliti yang menekankan pada
penyempurnaan atau peningkatan proses pembelajaran.
Beberapa alasan penulis menggunakan PTK adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran menjadi
lebih baik. Adapun kelebihan PTK yang dikemukakan oleh Shumsky dalam (Kunandar, 2008: 69) yaitu: (1)
Kerjasama dalam PTK menimbulkan rasa saling memiliki, (2) Kerjasama dalam PTK mendorong
kreativitas dan pemikiran kritis dalam hal ini guru sekaligus sebagai peneliti, (3) Kerjasama dalam PTK
menghasilkan perubahan yang positif, (4) Kerjasama dalam PTK meningkatkan kesepakatan dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang berkolaborasi
dengan teman sejawat. Suharsimi Arikunto (2006 : 60 ) yang mneyebutkan tujuan utama penelitian
tindakan kelas ini adalah untuk memecahkan masalah yang nyata yang ada di kelas, yang tidak saja
bertujuan memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari jawaban mengapa hal itu dapat dipecahkan
melalui tindakan yang dilakukan. Penelitian ini dikembangkan secara bersama – sama oleh peneliti dan
kolaborator untuk menentukan kebijakan dan pembangunan. Variabel penelitian ini terdiri atas dua
variabel yaitu variabel bebas dan variable terikat. Variabel bebas dari penelitian ini adalah teknik media
kartu kata dan variabel terikat penelitian ini adalah membaca kata (kata). Penelitian tindakan kelas
merupakan proses kegiatan yang dilakukan di kelas. Pada siklus (satu) siklus, yang terdiri dari tahap
perencanaan, Pelaksanaan (action) dan refleksi atau perenungan. Berlanjut tidaknya ke siklus II
tergantung dari hasil refleksi siklus I.

Data dikumpulkan melalui observasi dan tes lisan. Adapun kriteria penilaiannya ada tiga tingkatan
sebagai berikut:

No Kategori Bobot

1 BS = bisa

Anak bisa membaca kata yang telah disediakan dengan benar dan jelas secara mandiri 2

2 Dengan Bantuan (BSB)

Anak bisa membaca kata yang telah disediakan dengan benar dan jelas secara mandiri bila diberikan
bantuan 1

3 Tidak bisa (TB)

Anak tidak bisa membaca kata yang telah disediakan dengan benar dan jelas secara mandiri 0

3.2 Subyek dan Lokasi Penelitian

Subjek pada penelitian ini 10 orang anak kelas I yang mengalami lambat belajar. Penelitian ini
dilaksanakan di Kelas I SD GMIT Taemaman Kecamatan Takari Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa
Tenggara Timur yang dilaksanakan pada Tahun Pelajaran 2013/2014.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Data dikumpulkan dalam penelitian ini, meliputi data primer dan data sekunder. Data primer ialah data-
data yang diperoleh langsung dari lapangan, seperti dari sumber informasi/sampel. Sedangkan data
sekunder ialah data-data penelitian yang dipeoleh dari bahan bacaan, seperti buku, surat kabar,
dokumen dan lain sebagainya. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara,
dokumentasi dan catatan lapangan.

1. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan
mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Syaodih, 2007; 220). Observasi
ini dilakukan sebelum tindakan dimulai dan pada saat pelaksanaan tindakan dan untuk mengetahui hasil
pencapaian dari eksperimen penggunaan metode bercerita dengan media flashcard terhadap
kemampuan membaca anak SD Kelas I.

2. Test

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini selain observasi adalah test. Test ini
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan membaca permulaan siswa. Test yang dimaksud
adalah test membaca permulaan.

3.4 Prosedur Peneltian

1. Identifikasi Masalahan

Berdasarkan hasil pengamatan di SD GMIT Taemaman – Kecamatan Takari, tingkat kemampuan


membaca anak masih kurang optimal, anak masih kurang tertarik dengan membaca. Salah satu
penyebabnya karena guru jarang menggunakan media yang bias merangsang kemampuan anak untuk
membaca, sehingga anak akan lebih antusias untuk belajar membaca.

2. Perencanaan Tindakan

a. Menetapkan Subjek yang akan digunakan sebagai kelas penelitian

b. Membuat RPP

c. Mempersiapkan media pembelajaran yaitu flashcard (gambar, tulisan) yang disesuaikan dengan
tema pembelajaran.

d. Melaksanakan simulasi cara penggunaan metode bercerita dengan media flashcard dalam
kegiatan pembelajaran.

3. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pembelajaran membaca dini dilaksanakan melalui prosedur sebagai berikut.
a. Pelaksanaan pembelajaran membaca dini dimulai dengan perencanaan.

b. Melaksanakan tindakan pembelajaran sesuai dengan indikator kemampuan bahasa yang


didukung dengan pemilihan metode bercerita dengan media flashcard yang sesuai dengan indikator.

c. Observasi terhadap penggunaan metode bercerita dengan media flashcard dalam meningkatkan
kemampuan membaca dini.

d. Refleksi terhadap tindakan yang sudah dilaksanakan berdasarkan temuan selama proses
pembelajaran (hasil refleksi ini dijadikan sebagai rujukan dalam perbaikan pelaksanaan tindakan
berikutnya.

e. Prosedur ini dilakukan secara berulang sampai memperoleh perubahan

f. kemampuan membaca dini sesuai dengan yang diharapkan.

4. Pengamatan (Observasi)

Pengamatan dapat dilaksanakan dengan pedoman pengamatan (format, daftar cek), catatan lapangan,
jurnal harian, observasi aktifitas di kelas, penggambaran interaksi dalam kelas, alat perekam elektronik
atau pemetaan kelas mills dalam (Kunandar, 2008; 143).

Pengamatan dilakukan selama proses penelitian tindakan dilaksanakan mulai dari siklus I dan siklus II.
Melalui pengamatan ini diharapkan dapat mengetahui kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaan
tindakan, sebagai modifikasi rancangan dapat dilakukan secepatnya. Dengan kata lain pengamatan
dilakukan untuk mengumpulkan bukti hasil tindakan agar dapat dievaluasi dan dijadikan landasan dalam
melakukan refleksi. Pengamatan dilakukan secara terus menerus mulai dari siklus I sampai siklus yang
diharapkan bisa tercapai. Pengamatan yang dilakukan dalam satu siklus memberikan pengaruh pada
penyusunan tindakan yang dilakukan pad siklus berikutnya.

5. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan mengkaji semua informasi yang diperoleh dari penelitian untuk
mengetahui hal-hal yang dirasakan sesudah berjalan baik dan bagian mana yang belum atau dikatakan
sebagai evakuasi diri. Kegiatan refleksi dilaksanakan secara kolaboratif antara peneliti dan guru untuk
mendiskusikan hasil dari kegiatan yang sudah dilakukan. Beberapa tindakan yang dilakukan pada saat
refleksi, yaitu:

a. Mengidentifikasi kembali aktivitas yang telah dilakukan selama proses pembelajaran


berlangsung pada setiap siklus.

b. Menganalisis pengolahan data hasil evaluasi dan merinci kembali tindakan pembelajaran yang
telah dilaksanakan.

c. Menetapkan tindakan selanjutnya berdasarkan hasil analisis kegiatan.


d. Jika pelaksanaan tindakan telah tercapai maka penelitian dianggap selesai, tetapi jika belum
tercapai kembali pada siklus rencana pembelajaran berikutnya.

3.5 . Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif dengan
model analisis interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1984) dalam (Kunandar, 2008:
101) yang mengemukakan bahwa analisis interaktif tersebut memiliki tiga komponen kegiatan yang
saling terkait satu sama lain. Tiga komponen itu antara lain: reduksi data, beberan (display) data dan
penarikan kesimpulan. Reduksi data merupakan proses menyeleksi, menentukan fokus,
menyederhanakan, meringkas, dan merubah bentuk data mentah yang ada dalam catatan laporan.
Dalam proses ini dilakukan penajaman, pemfokusan, penyelisihan data yang kurang bermakna dan
menatanya sedemikian rupa sehingga kesimpulan terakhir dapat di tarik dan diverifikasi. Kesimpulan
yang pertama dengan yang terakhir saling terkait dan kesimpulan pertama dianggap sebagai pijakan.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

a. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Tindakan Siklus I

Tindakan siklus I dilaksanakan selama 1 minggu mulai tanggal 3 Februari 2014 sampai 8 Februari 2014.
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang terdiri siklus-
siklus, tiap siklus terdiri dari 3 tahapan. Adapun tahapan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :

a. Perencanaan

Guru sebagai pengelola pembelajaran di kelas mempersiapkan program tahunan, program semester,
perencanaan pembelajaran dengan media gambar, lembar observasi, dan lembar tugas. Berdasarkan
hasil observasi terhadap proses pembelajaran dan prestasi belajar sebelum tindakan, dapat diperoleh
informasi data awal. Hasil pencatatan menunjukkan bahwa dari dari siswa kelas I sebanyak 10 siswa
terdapat 7 siswa atau 70 % yang masih belum mempu membaca permulaan dan mencapai KKM
( Kriteria Ketuntasan Minimal ). Setelah dilakukan pemeriksaan pada lembar pekerjaan siswa, ternyata
sebagian besar siswa masih belum dapat membedakan bentuk-bentuk huruf dan pemahaman siswa
banyak yang terbalik membedakan huruf satu dengan yang lainnya.

Berdasarkan pengamatan dan pencatatan terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar tersebut
diperoleh informasi sebagai data awal bahwa siswa kelas I SD GMIT Taemaman sebanyak 10 siswa yang
mana sebagian besar siswa belum dapat memahami/ menguasai bentuk-bentuk huruf, sehingga mereka
masih kesulitan membedakannya dan terbalik menggunakannya. Bertolak dari kenyataan ada
melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan media gambar untuk mengatasi
kesulitan belajar membaca permulaan siswa kelas I SD GMIT Taemaman.
Dengan berpedoman pada standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia, guru kelas melakukan
langkah-langkah pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan dengan menggunakan media gambar.
Berikut ini merupakan langkah-langkah yang dilakukan dalam proses persiapan pembelajaran, yaitu
sebagai berikut :

1. Memilih pokok bahasan atau indikator yang sesuai dengan membaca permulaan. Indikator yang
tepat untuk siklus I adalah siswa mampu mengucapkan huruf vokal dan konsonan.

2. Menyusun rencana pembelajaran berdasarkan indikator yang telah dibuat. Rencana


pembelajaran yang disusun oleh peneliti memuat 1 kali pertemuan, dalam waktu 2 jam pelajaran
dilaksanakan dalam 1 minggu.

3. Menyiapkan media gambar yang akan digunakan dalam pembelajaran. Pada siklus I guru
menggunakan media gambar yang di bawahnya ada nama dari gambar tersebut, namun hurufnya belum
lengkap ( masih ada yang kosong ). Untuk itu siswa diminta melengkapi huruf apa yang tepat untuk
mengisi bagian yang kosong tersebut. Pada siklus I ini, guru menggunakan gambar yang nama di
bawahnya terdapat huruf yang kosong baik di depan, tengah, maupun di belakang, dan siswa diminta
untuk melengkapinya.

b. Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahap ini guru menerapkan pembelajaran dengan menggunakan media gambar sesuai dengan
rencana pembelajaran yang telah disusun. Pembelajaran yang telah disusun pada siklus I dengan
menggunakan media gambar ini dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan. Pada pertemuan pada siklus I
materi bahasa Indonesia yang diajarkan tentang membaca permulaan dengan indikator mengucap huruf
vokal dan konsonan sampai mampu membaca suku kata. Kemudian diawali dengan berdoa bersama,
kemudian diajukan absensi siswa. Pada penelitian siklus I ini, guru memilih pokok bahasan tentang
rekreasi. Alasan memilih pokok bahasan rekreasi karena media gambar yang akan digunakan guru
sebagian besar adalah gambar binatang. Tujuannya agar siswa lebih tertarik dengan pelajaran dan aktif
dalam mengikuti proses pembelajaran. Setelah kegiatan berdoa bersama dan absensi siswa selesai,
kemudian guru mengawali pelajaran dengan appersepsi. Setelah appersepsi, guru mulai memasuki
materi dengan menggunakan media gambar. Media gambar yang digunakan pada siklus I ini adalah
gambar binatang yang dibawahnya terdapat nama dari binatang tersebut. Tulisan nama binatang
tersebut hurufnya tidak lengkap, jadi siswa diberi tugas untuk melengkapinya. Kegiatan itu dilaksanakan
secara berulang-ulang hingga indikatornya dapat tercapai, yaitu mampu mengucapkan huruf vokal dan
konsonan. Contoh dari kegiatan tersebut adalah: misalnya guru menunjukkan gambar burung, dan di
bawah gambar tersebut ada tulisan nama dari gambar tersebut. Tulisan tersebut adalah B….RUNG,
kemudian siswa diminta menyebut huruf apa yang tepat untuk melengkapi kata tersebut.

Secara rinci jalannya kegiatan pada siklus I ini adalah sebagai berikut: Sebagai kegiatan awal, guru
menunjukkan media yang berupa bentuk-bentuk huruf dari A sampai Z, kemudian siswa disuruh
mengucapkan semua susunan huruf tersebut, dan juga hurufnya ditunjuk secara diacak. Kegiatan ini
bertujuan supaya siswa ingat akan bentuk-bentuk huruf tersebut. Setelah kegiatan itu selesai, guru
menunjukkan media gambar contohnya sebagai
B R U N G

Huruf apa yang sesuai untuk mengisi kotak yang kosong ?

Kegiatan semacam ini diulang-ulang dengan gambar yang berbeda-beda sampai siswa mengetahui betul
tentang materi yang diajarkan ( mampu mengucapkan huruf vokal dan konsonan). Untuk mengetahui
keberhasilan materi, guru menunjuk salah satu siswa untuk menyebut nama dari gambar yang
ditunjukkan oleh guru, dan menyebutkan huruf apa yang tepat untuk mengisi bagian yang kosong dari
nama gambar tersebut, dan menulisnya di papan tulis.

c. Observasi

Selama pelaksanaan penelitian tindakan kelas, guru melakukan pencatatan dengan menggunakan daftar
observasi ( check list ). Mendiagnosis keaktifan siswa, nilai yang dicapai siswa, tingkat ketertarikan siswa
terhadap pelajaran, tingkat keantusiasan, keaktifan membaca permulaan, kemampuan membedakan
huruf, dan kemampuan membaca permulaan siswa. Pada pelaksanaan siklus I ini, hasil observasi peneliti
menunjukkan bahwa: keaktifan siswa sedang, nilai yang dicapai siswa sedang, tingkat ketertarikan siswa
terhadap pelajaran sedang, tingkat keantusiasan sedang, keaktifan membaca permulaan sedang,
kemampuan membedakan huruf rendah, dan kemampuan membaca permulaan siswa rendah.

d. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan, baru 4 siswa yang
sudah mulai menunjukkan adanya peningkatan. Para siswa tersebut sudah mulai mampu membedakan
bentuk huruf dan sedikit-sedikit mampu melengkapi kata yang hurufnya kurang lengkap.

Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung, siswa cukup aktif
memperhatikan apa yang disampaikan guru dan mampu menjawab pertanyaan yang diajukan guru.
Kemampuan siswa dalam membedakan bentuk huruf, pada siklus I sudah menunjukkan perubahan yang
belum berarti, karena nilai rata-rata kelas hanya mencapai 60, namun siswa yang memperoleh nilai
diatas KKM sebanyak 4 siswa atau 40 % dari 10 siswa kelas I. Dengan demikian nilai rata-rata kelas yang
mencapai 60 dan siswa yang memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 40% menunjukkan bahwa
pembelajaran yang menggunakan media gambar pada siklus I yang dilakukan belum berhasil, jadi perlu
dilakukan penelitian lagi pada siklus 2.

2. Tindakan Siklus 2

Siklus 2 dilaksanakan dalam waktu 1 minggu mulai 10 Februari 2014 sampai dengan 14 Februari 2014.
Adapun tahapannya kegiatan yang dilaksanakan meliputi :

a. Perencanaan Tindakan

Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada siklus I diketahui bahwa belum
menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar yang memuaskan. Karena dari tiga indikator yang
ditetapkan baru indikator nomor 1 dan 2 yang berhasil ( mampu mengucapkan huruf vokal dan
konsonan ). Sedangkan indikator nomor 3, belum menunjukkan peningkatan prestasi belajar yang
diinginkan. Oleh karena itu peneliti dengan arahan dari para rekan guru dan kepala sekolah serta
berbagai pertimbangan maka peneliti kembali mengulang pembelajaran materi bahasa Indonesia
(membaca permulaan) dengan indikator mampu membaca suku kata dan kata dengan lafal yang tepat.
Guru menunjukkan media gambar, setelah itu siswa menyebutkan hurufnya. Setelah siswa selesai
menyebutkan huruf-huruf tersebut, guru menyuruh siswa untuk membaca suku katanya.

B U

R U

N G

Bacalah suku katanya dengan tepat dan nyaring !

Langkah-langkah penyusunan rencana pembelajaran seperti siklus I. indikator yang tepat untuk siklus 2
adalah siswa mampu mengucapkan suku kata/kata dengan lafal yang tepat. Adapun indikator yang
dibuat sebagai dasar penyusunan rencana pembelajaran pada siklus 2 adalah sebagai berikut :

1. Memilih/menentukan kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator yang hendak dicapai.

2. Mempersiapkan alat-alat/media yang akan digunakan.

3. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran ( RPP ) berdasarkan kesepakatan yang telah


disepakati bersama.

Mengingat hasil analisis siklus I, sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan membaca suku kata/
kata dengan lafal yang tepat, maka rencana penelitian pada siklus 2 ini adalah peneliti menggunakan
media gambar dan kartu suku kata.

Langkah-langkah penyusunan rencana pembelajaran seperti siklus I. Indikator yang tepat untuk siklus 2
adalah siswa mampu mengucapkan suku kata/kata dengan lafal yang tepat. Adapun indikator yang
dibuat sebagai dasar penyusunan rencana pembelajaran pada siklus 2 adalah sebagai berikut :

1. Memilih/menentukan kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator yang hendak dicapai.

2. Mempersiapkan alat-alat/media yang akan digunakan.

3. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran ( RPP ) berdasarkan kesepakatan yang telah


disepakati bersama.
Mengingat hasil analisis siklus I, sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan membaca suku kata/
kata dengan lafal yang tepat, maka rencana penelitian pada siklus 2 ini adalah peneliti menggunakan
media gambar dan kartu suku kata.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pembelajaran bahasa Indonesia dengan penggunaan media gambar sesuai dengan rencana
pembelajaran 1 kali pertemuan. Guru mengawali pembelajaran dengan berdoa bersama, mengabsen
siswa, kemudian untuk memusatkan konsentrasi, siswa diajak tanya jawab tentang pelajaran yang lalu.
Pada penelitian siklus 2 ini, guru memilih pokok bahasan tentang rekreasi. Setelah kegiatan berdoa
bersama dan absensi siswa selesai, kemudian guru mengawali pelajaran dengan appersepsi.

Setelah appersepsi, guru mulai memasuki materi dengan menggunakan media gambar. Media gambar
yang digunakan pada siklus 2 ini adalah gambar binatang. Kemudian guru bertanya tentang nama dari
gambar hewan tersebut. Setelah itu siswa ditugaskan untuk mengucapkan kata tersebut dan juga
mengucapkan suku kata tersebut. Setelah kegiatan itu, secara bergiliran siswa disuruh menulis di papan
tulis tentang nama dari gambar binatang tersebut.

Selanjutnya siswa menyebutkan huruf apa saja yang terangkai menjadi kata/sebuah nama binatang
tersebut. Kegiatan itu dilaksanakan secara berulang-ulang hingga indikatornya dapat tercapai, yaitu
mampu mengucapkan suku kata/ kata dengan lafal yang tepat.

c. Observasi

Peneliti, kepala sekolah, dan rekan guru secara kolaboratif melaksanakan observasi terhadap
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media gambar. Observasi ini ditujukan pada kegiatan
siswa, yaitu mendiagnosis keaktifan siswa, nilai yang dicapai siswa, tingkat ketertarikan siswa terhadap
pelajaran, tingkat keantusiasan, keaktifan membaca permulaan, kemampuan membedakan huruf, dan
kemampuan membaca permulaan siswa. Keseluruhan data yang diperoleh dalam kegiatan ini termasuk
pencatatan hasil test akan digunakan sebagai bahan atau masukan untuk menganalisis perkembangan
prestasi belajar membaca permulaan siswa. Hasil observasi pada siklus 2 adalah sebagai berikut :
keaktifan siswa tinggi, nilai yang dicapai siswa sedang, tingkat ketertarikan siswa terhadap pelajaran
tinggi, tingkat keantusiasan tinggi, keaktifan membaca permulaan sedang, kemampuan membedakan
huruf tinggi, dan kemampuan membaca permulaan sedang.

d. Refleksi

Refleksi dilaksanakan oleh peneliti sebagai guru kelas I, hasil analisis data pada pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan media gambar pada siklus 2, secara umum telah menunjukkan
perubahan yang cukup tinggi. Guru dalam melaksanakan pembelajaran semakin mantap dan luwes
dengan memahami kekurangan-kekurangan kecil diantaranya kurang control waktu dan belum
memberikan tindak lanjut. Presentase hasil belajar dan partisipasi siswa dalam pembelajaran terlihat
meningkat drastis. Para siswa lebih banyak memperhatikan dan menjawab pertanyaan guru, lebih
bersemangat, dan kreatif. Kemampuan dalam mengeja huruf menjadi suatu kata lebih meningkat, yang
tentunya berpengaruh terhadap kemampuan dalam membaca permulaan. Dengan partisipasi siswa
dalam pembelajaran yang semakin meningkat, suasana kelas pun menjadi hidup dan lebih
menyenangkan. Dari analisis hasil test pada siklus 2 ini diketahui bahwa nilai rata-rata siswa adalah 67,5
dan siswa yang memperoleh nilai di bawah batas KKM sebanyak 1 siswa atau 10%.

Dari penelitian ini pembelajaran dikatakan berhasil apabila partisipasi siswa dalam pembelajaran
meningkat. Selain itu hasil yang dicapai siswa melalui test akhir pembelajaran mencapai nilai rata-rata
kelas 67 dan presentase siswa yang memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 90 %. Atas dasar ketentuan
tersebut dan melihat hasil yang diperoleh pada masing-masing siklus, maka pembelajaran membaca
permulaan yang menggunakan media gambar yang dilaksanakan pada siklus 2 sudah berhasil sehingga
tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikut.

Pembelajaran bahasa Indonesia dengan materi membaca permulaan sudah bisa dikatakan berhasil. Hal
tersebut terbukti nilai membaca permulaan siswa dari sebelum tindakan sampai pelaksanaan siklus 2
terus meningkat, dan nilai rata-rata kelas pun naik. Semula sebelum tindakan, nilai bahasa Indonesia
dengan materi membaca permulaan rata-rata kelasnya hanya 60.

Setelah diadakan tindakan , yaitu mengajar dengan menggunakan media gambar, pada siklus 1 nilai
rata-ratanya naik menjadi 60. Pada siklus 1 ini masih terdapat 6 siswa yang nilainya belum mencapai
KKM, maka peneliti melanjutkan penelitian siklus 2. Pada siklus 2 ini, nilai rata-rata kelas naik menjadi
67, 5. Maka, tidak dilanjutkan ke siklus 3 karena sudah mencapai 90 % siswa yang berhasil. Pada siklus 3
ini, presentase siswa yang sudah berhasil pembelajaran membaca permulaannya adalah sebanyak 92, 3
% dengan nilai rata-rata 78, 5 %.

Pada penelitian ini, masih terdapat 1 siswa yang nilainya belum mencapai KKM. Hal tersebut terjadi
karena faktor dari siswa itu sendiri. Siswa tersebut memiliki sifat yang pemalas, kurang motivasi dari
orang tua, di rumah tidak ada yang mau membimbing belajar, dan pada saat mengikuti pelajaran selalu
bermain sendiri. Setiap kali dinasehati guru, siswa tersebut diam, namun tidak menghiraukan. Siswa
tersebut tetap bermain tanpa merespon pelajaran, karena dengan alasan malas belajar.

Mengajar dengan menggunakan media gambar ini mampu menumbuhkan siswa lebih mudah mengingat
bentuk huruf, cara mengucapkan huruf, cara mengeja suku kata, dan cara membaca suatu kata,
sehingga siswa menjadi lebih termotivasi dan tertarik dalam pelajaran membaca permulaan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, penggunaan media gambar dalam pembelajaran dapat mengatasi
kesulitan belajar membaca permulaan pada siswa kelas I SD GMIT Taemaman dibandingkan dengan
pembelajaran yang sebelum menggunakan media gambar. Hal ini dapat diketahui dari rata-rata prestasi
belajar siswa yang relatif lebih tinggi bila proses pembelajarannya menggunakan media gambar
dibandingkan dengan nilai rata-rata siswa yang pembelajarannya sebelum menggunakan media gambar.
Nilai rata-rata siswa yang pembelajarannya menggunakan media gambar adalah 67, 5, sedangkan nilai
rata-rata siswa yang pembelajarannya sebelum menggunakan media gambar adalah 59. Dengan
demikian berdasarkan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan 2 siklus tersebut di atas, ternyata
hipotesis yang dirumuskan telah terbukti kebenarannya, artinya bahwa ternyata dengan menerapkan
pembelajaran dengan menggunakan media gambar dapat mengatasi kesulitan belajar membaca
permulaan siswa kelas I SD GMIT Taemaman kecamatan Takari kabupaten Kupang. Dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan media gambar dapat mengatasi kesulitan
belajar membaca permulaan pada siswa kelas I SD GMIT Taemaman.

B. Saran

Sesuai dengan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian di atas, maka dapat dapat disampaikan saran-
saran sebagai berikut :

1. Bagi sekolah

Oleh karena penggunaan media gambar dapat mengatasi kesuliltan belajar membaca permulaan siswa
kelas I SD, maka seharusnya sekolah sebagai penentu kebijakan untuk menganjurkan para guru kelas
rendah, khususnya guru kelas I menggunakan media gambar dalam proses pembelajaran membaca
permulaan. Hal ini dimaksudkan agar prestasi belajar membaca permulaan siswa dapat maksimal, serta
mengurangi jumlah siswa yangmengalami kesuliltan belajar membaca permulaan siswa.

2. Bagi guru

Mengingat bahwa kelas rendah khususnya kelas I SD merupakan dasar penentu keberhasilan
pembelajaran kelas-kelas di atasnya, maka proses pembelajaran harus matang dan lancar dalam
membaca, menulis, dan berhitung. Untuk itu guru SD khususnya guru kelas I hendaknya lebih kreatif
dalam memilih metode dan media dalam pembelajaran membaca permulaan. Salah satunya adalah
dalam penggunaan media gambar. Pada proses pembelajaran dengan menggunakan media gambar
memang agak menyita waktu, tenaga, maupun biaya. Namun bila dilaksanakan dengan baik, maka
proses pembelajaran membaca permulaan akan berhasil dan mampu mengurangi tingkat siswa yang
mengalami kesulitan belajar membaca permulaan.

3. Bagi siswa

Bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar membaca permulaan,hendaknya dalam belajarnya
menggunakan alat bantu yang konkret, contohnya seperti macam-macam gambar, kartu huruf, kartu
kata, dan kartu kalimat. Karena dengan alat bantu yang konkret, maka siswa akan lebih mudah dalam
belajar membaca permulan karena tertarik oleh gambar-gambar yang dipelajari.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman. 1999. Kesulitan Siswa Membaca Permulaan. Jakarta: Rineka Cipta.

Ahmad Djauzak. 1995. Metodik Khusus Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah

Dasar. Jakarta: Depdikbud.

Asep Herry Hernawan. 2008. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran.

Jakarta: Universitas Terbuka.

Depdiknas. 2000. Permainan Membaca dan Menulis di Taman Kanak-Kanak.

Jakarta: Depdiknas.

Djago Tarigan. 2006. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Di Kelas Rendah.

Jakarta: Universitas Terbuka.

Djamarah, Bahri Syaiful. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hasan Wallinomo. 1991. Pengajaran Membaca dan Menulis Kelas I, II di SD.

Jakarta: Dekdikbud.

http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=42296

http://stjenab.blogspot.com/2013/10/peningkatan-kemampuan-membaca-permulaan.html

http://ejournal.unp.ac.id/index.php/paud/article/viewFile/1705/1474

http://www.anneahira.com/kartu-huruf-bergambar.htm

http://retnonewsblog.blogspot.com/2012/03/upaya-meningkatkan-minat-baca-melalui.html

Anda mungkin juga menyukai