Proposal

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

I .

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Tanaman kangkung (Ipomoea reptans Poir ) merupakan jenis tanaman sayuran

yang sudah banyak dikenal berbagai kalangan dan salah satu sumber bahan makanan

yang bergizi tinggi dan tentunya harganya yang murah sehingga sangat terjangkau bagi

seluruh lapisan masyarakat.

Tanaman kangkung juga merupakan tanaman yang mudah ditanam karena

tanaman ini memiliki daya penyesuaian (Adaptasi) yang luas terhadap berbagai

lingkungan tumbuh, mudah dalam pemeliharaan, dan relatif murah dalam penyediaan

usaha taninya. Tanaman kangkung ini sendiri berasal dari daerah tropis, terutama

kawasan Asia dan Afrika, dan kini berkembang hingga ke Asia Tenggara termasuk

indonesia.

Menguak aspek sosial dan ekonomi, kangkung sangat baik dijadikan

pertimbangan usaha tani komoditas di kawasan Agribisnis. Apalagi kebutuhan sayuran

daun seperti kangkung ini terus meningkat dan juga merupakan mata dagangan

diberbagai pasar.

Dengan demikian, usaha budidaya kangkung memberikan prosfek yang cerah,

keuntungan yang besar, selain itu dengan adanya usaha ini sangat mendukung perluasan

kesempatan kerja dan wirausaha tani, pengembangan agribisnis dan penyedian pangan

bergizi bagi masyarakat.

Kangkung darat merupakan salah satu jenis tanaman sayur yang tergolong

dalam Famili Convolvulaceae dan banyak digemari oleh seluruh lapisan masyarakat

(Wijaya et al., 2014). Sayuran ini memiliki rasa yang renyah dan kaya akan sumber gizi yakni

protein, lemak, karbohidrat, P, Fe, vitamin A dan B yang penting bagi kesehatan tubuh

(Moerhasrianto, 2011). Kangkung merupakan salah satu jenis sayuran yang bernilai ekonomis

dan sangat popular termasuk di Indonesia karena banyak diperdagangkan dan sangat disukai

banyak kalangan masyarakat, selain harganya yang murah kangkung juga memiliki kandungan

1
gizi yang cukup tinggi bagi kesehatan. Pemilihan tanaman kangkung sebagai tanaman uji

dikarenakan tanaman yang berumur pendek sehingga tanaman ini memiliki respon yang cepat

terlihat jika diberi bahan yang bersifat merangsang pertumbuhan (Irawati dan Salamah, 2013).

Tanaman kangkung umumnya dapat tumbuh dan berkembang pada semua jenis

tanah, baik mempunyai tingkat kesuburan tinggi maupun rendah (lahan marjinal)

(Firmansyah et al., 2019). Faktor yang dibutuhkan dalam tanaman kangkung adalah

cahaya matahari, air, dan unsur hara yang tercukupi untuk melakukan fotosintesis agar

fotosintat yang dihasilkan sama dan memberikan pengaruh berat kering tanaman

(Febriyono et al., 2017). Di Indonesia dikenal dua tipe kangkung yaitu kangkung darat

dan kangkung air. Kangkung disebut juga Swamp cabbage, Water convolvulus, Water

spinach, berasal dari India yang kemudian menyebarke Malaysia, Burma, Indonesia,

China Selatan Australia dan bagian negara Afrika (Suroso dan Novi, 2013). Tanaman

kangkung darat termasuk tanaman sayuran yang berumur pendek. Manfaat daunnya

mempunyai peran penting terhadap sumber pangan di Indonesia. Kandungan gizi dalam

100 gram kangkung meliputi energy sebesar 29 kal; protein 3 gram; lemak 0,3 gram;

karbohidrat 5,4 gram; serat 1 gram; kalsium 73 mg; fosfor 50 mg; besi 2,5 mg; vitamin

A 6.300 IU; vitamin B1 0,07 mg; vitamin C 32 mg; Air 89,7 gram (Purwadi, 2017).

Kandungan unsur hara dalam pupuk kandang tidak terlalu tinggi, tetapi

jenis pupuk ini mempunyai lain yaitu dapat memperbaiki sifat – sifat fisik tanah seperti

permeabilitas tanah, porositas tanah, struktur tanah, daya menahan air dan kation –

kation tanah. Pupuk organik juga memiliki fungsi kimia yang penting seperti

penyediaan hara makro (nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan sulfur) dan

hara mikro seperti zink, tembaga, kobalt, barium, mangan, dan besi meskipun dalam

jumlah yang kecil, meningkat-kan kapasitas tukar kation tanah, dan memben-tuk

senyawa kompleks dengan ion logram yang meracuni tanaman seperti aluminium, besi,

dan mangan. Penambahan bahan organik ke dalam tanah lebih kuat pengaruhnya kearah

perbaikan sifat – sifat tanah, dan bukan khususnya untukmeningkatkan unsur hara di
2
dalam tanah. Contoh, Urea kadar N 46%, sedangkan bahan organik mempunyai kadar N

< 3% sangat jauh perbedaan kadar unsur N. Akan tetapi Urea hanya menyumbangkan 1

unsur hara yaitu N sedangkan bahan organik memberikan hampir semua unsur yang

dibutuhkan tanaman dalam perbandingan yang relatif setimbang, walaupun kadarnya

sangat kecil. Sehingga jangka panjang pengelolaan tanah atau kesinambungan usaha

tani, sangat baik apabila memperhatikan dan mempertahankan kadar bahan organik

tanah (Roidah, 2013). Dalam kandungan semua pupuk kandang, kandungan P selalu

terdapat dalam kotoran padat sedangkan sebagian besar kandungan K dan N terdapat

dalam kotoran cair (urine).Beberapa alasan dari penggunaan pupuk kandang yang

berasal dari kotoran sapi, kambing dan ayam sebagai pengganti pupuk kimia

dikarenakan bahannya mudah diperoleh, mempunyai kandungan unsur hara Nitrogen

yang tinggi, dan merupakan jenis pupuk panas yang artinya adalah pupuk yang

penguraiannya dilakukan oleh jasad renik tanah berjalan dengan cepat, sehingga unsur

hara yang terkandung di dalam pupuk kandang tersebut dapat dengan cepat

dimanfaatkan oleh tanaman dalam pertumbuhan dan perkembangannya.

Pemberian berbagai pupuk organik ini dilakukan untuk menjadi salah satu

solusi dan alternatif dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman kangkung. Hal ini

dikarenakan pemberian pupuk kandang yang diberikan secara teratur ke dalam tanah,

akan lebih banyak mengandung bahan organik dan mampu menahan banyak air

sehingga terbentuk air tanah yang bermanfaat untuk tanaman, karena akan memudahkan

akar-akar tanaman menyerap zat-zat makanan bagi pertumbuhan dan

perkembangannya (Sari, 2011). Selain itu juga dapat menghasilkan bahan pangan

yang cukup aman, bergizi, sehingga dapat meningkatkan kesehatan masyarakat

sekaligus daya saing produksi agibisnis (Roidah, 2013).

Kasgot merupakan salah satu potensi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat menjadi

pupuk organik. Kasgot adalah sisa hasil biokonversi yang dilakukan oleh larva lalat

Black soldier fly (BSF). Biokonversi adalah cara fermentasi sampah organik dengan
3
menggunakan bantuan organisme hidup. Larva lalat BSF ini dapat mengurai sampah-

sampah organik yang sering menjadi limbah sisa manusia seperti, nasi, sayur-sayuran,

buah, dan daging sehingga pemanfaatannya cukup bermanfaat untuk mengurangi

pencemaran lingkungan. Kasgot atau residu maggot ini dapat dimanfaatkan setelah 30-

40 hari menjadi media atau makanan bagi larva maggot. Budidaya maggot yang

dilakukan oleh masyarakat pasti akan menghasilkan kasgot yang cukup banyak sehingga

harus dapat dimanfaatkan dengan baik.

1.1.Tujuan ujuan penelitian ini adalah

1.1.1.Untuk mengetagui respon pertumbuhan dan produksi Kangkung Akibat pemberian

pupuk Campuran pupuk Kandang ayam dan kasgot.

1.1.2.Untuk mengetahui Dosis Campuran Pupuk Kandang dan kasgot yang tepat Terhadap

pertumbuhan dan produksi Kangkung.

1.2. Hipotesis

1.2.1. Ada respon pertumbuhan dan produksi Kangkung Akibat pemberian pupuk Campuran

pupuk Kandang ayam dan kasgot.

1.2.2.Ada respon pertumbuhan dan produksi Kangkung Akibat pemberian pupuk Campuran

pupuk Kandang ayam dan kasgot.

1.3. Manfaat Penelitian

1.3.1.Sebagai bahan dalam melaksanakan penelitian untuk memperoleh data dalam penyusunan

skripsi.

1.3.2.Sebagai bahan informasi terhadap petani yang membudidayakan tanaman sorgum.

4
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Botani Tanaman Kangkung Darat

Tanaman kangkung (Ipomoea) menurut tempat tumbuhnya dapat

dibedakan menjadi dua yaitu tanaman kangkung yang tumbuh di perairan

(Ipomoea aquatica Forsk.) dan tanaman kangkung yang tumbuh di daratan.

Kangkung darat (Ipomoea reptans, Poir). Pertumbuhan dan perkembangan

tanaman ini tidak banyak memerlukan air dan banyak tumbuh di lahan

kering atau tegalan (Daryatmo, 2000). Kangkung (Ipomoea reptans Poir.)

termasuk dalam suku Convolvulaceae (keluarga kangkung-kangkungan).

Kangkung merupakan tanaman asli dari India utara. Tanaman ini dapat

ditemukan di semua daerah dengan iklim tropis. Tanaman ini dapat ditanam

sepanjang tahun. Dari suku kangkung-kangkungan (Convolvulaceae) ini

masih terdapat beberapa jenis lainnya seperti kangkung hutan atau

kangkung pagar (I. fistulosa Mart.ex. Choisy), rincik bumi (I. quamoqlit)

dan yang tumbuhnya liar di hutan- hutan (I. triloba L.) (Rukmana, 2003).

Adapun Klassifikasi Tanaman kangkung adalah sebagai berikut :

Divisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Klassis : Dicotyledoneae

Familia : Convolvulaceae

Genus : Ipomoea

Species : Ipomoea reptans, Poir

Tanaman kangkung merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh

lebih dari satu tahun. Batang tanaman kangkung berbentuk bulat panjang,

5
berbuku-buku, banyak mengandung air (herbaceous), dan berlubang-lubang.

Batang tanaman kangkung dapat tumbuh tegak, merambat atau menjalar dengan

percabangan banyak. Tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di

ketiak daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan

baru. Bentuk daunnya pada umumnya seperti jantung-hati, daun runcing. Warna

daun bagian atas hijau tua dan permukaan daun bagian bawah hijau muda

(Rukmana, 2003).

Menurut Daryatmo (2000), tanaman kangkung mempunyai dua fase

pertumbuhan yaitu fase vegetatif dan fase reproduktif. Pada fase vegetatif ini

tanaman kangkung tumbuh aktif membentuk daun, cabang dan akar. Tanaman

ini dipanen pada fase vegetatif, karena yang dikonsumsi adalah daun dan batang

serta cabang yang masih muda. Sedangkan pada fase reproduktif, tanaman

kangkung aktif membentuk bunga, buah dan biji, terutama kangkung darat.

Tanaman kangkung dipanen pada fase reproduktif bila bijinya akan digunakan

untuk perbanyakan.

Bentuk bunga tanaman kangkung seperti terompet dan berwarna putih

atau merah lembayung. Buah kangkung berbentuk bulat telur yang di dalamnya

terdapat tiga butir biji. Bentuk biji kangkung bersegi-segi atau agak bulat dan

berwarna coklat atau kehitam-hitaman. Biji tanaman kangkung berkeping dua

dan pada kangkung darat biji kangkung berfungsi sebagai alat perbanyakan

tanaman secara generatif (Rukmana, 2003).

Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-

cabang akarnya menyebar ke semua arah, dapat menembus tanah sampai

kedalaman 60-100 cm dan melebar secara mendatar pada radius 100-150 cm

6
atau lebih, terutama pada jenis kangkung air (Rukmana, 2003).

2.2.Morfologi Tanaman

Tanaman kangkung darat mempunyai daun-daun yang panjang dengan

ujung yang runcing, berwarna hijau keputih-putihan, bunganya berwarna putih

bersih, dan buah muda berwarna hijau keputih-putihan yang akan berubah

menjadi coklat tua setelah dikeringkan. Tanaman kangkung darat termasuk

tanaman dikotil dan berakar tunggang. akarnya menyebar kesegala arah dan

dapat menembus tanah sampai kedalaman 50 cm lebih (Swastini 2015).

Rahmah (2015) menyatakan bahwa tanaman kangkung merupakan

tanaman yang tumbuh cepat yang memperlihatkan hasil dalam waktu 4 – 6

minggu sejak dari benih. Batang tanaman kangkung darat memiliki warna

batang yang putih kehijauan dengan ruas yang besar dan banyak mengandung air

(herbaceous).Batang tanaman kangkung tumbuh merambat atau menjalar dengan

percabangan yang banyak. Kangkung memiliki akar yang berserabut, warna akar

kangkung daratlebih terang dari pada kangkung air, serta memiliki akar yang

lebih kuat dan panjang dibandingkan kangkung air. Tangkai daun melekat pada

buku-buku batangdan di ketiak daun terdapat mata yang dapat tumbuh menjadi

percabangan baru. Bentuk daun umumnya seperti jantung hati, ujung daunnya

meruncing atau tumpul, permukaan daun sebelah atas berwarna hijau tua dan

permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda.

2.1.Syarat Tumbuh Tanaman Kangkung

Pertumbuhan merupakan salah satu hal yang sangat mendasar bagi

makhluk hidup. Pertumbuhan dapat dimaknai dengan penambahan jumlah

protoplasma sel, penambahan massa , dan volume (berat) yang tidak dapat

7
kembali ke bentuk semula (irreversible). Pertumbuhan akan mengakibatkan

perubahan pada struktur dan susunan kimia. Tumbuhan akan mengalami

pertumbuhan apabila ukurannya bertambah besar pada batang dan akar.

Pertumbuhan pada tanaman tingkat tinggi dapat diketahui dengan cara diukur

dengan parameter yakni; berat basah, berat kering, dan ukuran panjang suatu

tanaman.

Tanaman kangkung mempunyai daya adaptasi yang cukup luas terhadap

kondisi iklim yang terdapat di Indonesia, karena iklim di Indonesia tropis,

sehingga tanaman kangkung dapat dikembangkan di berbagai daerah atau

wilayah Indonesia.Tanaman kangkung dapat tumbuh di dataran rendah sampai

dengan ketinggian 2000 meter dpl. Suhu udara yang dikehendaki berkisar 28 oC

dengan jumlah curah hujan 500 – 5000 mm/tahun (Rukmana, 2003).

Tanaman kangkung dapat tumbuh baik pada semua jenis tanah dengan

kandungan bahan organik yang cukup banyak. Untuk tanaman kangkung darat

tidak menghendaki tanah yang menggenang (becek), karena pada tanah yang

becek akar dari tanaman kangkung kurang dapat berkembang, akibatnya

penyerapan unsur hara oleh tanaman terganggu (Nazaruddin, 2005).

2.1. Pemberian Pupuk Kandang

Pemberian puupuk organik berupa pupuk kandang dapat memberikan

pengaruh positive terhadap pertumbuhan kngkung darat. Pupuk kandang dapat

menambah ketersediaan bahan makanan berupa unsur hara bagi tanaman yang

dapat diserap dari dalam tubuh.

Pupuk kandang dianggap sebagai pupuk lengkap karena selain

menimbulkan tersedianya unsur hara bagi tanaman, juga mengembangkan

8
kehidupan jasad renik (mikroorganisme) di dalam tanah. Jasad renik sangat

penting bagi kesuburan tanah dan sisa-sisa tanaman yang dapat diubahnya

menjadi humus, senyawa-senyawa tertentu disintesisnya menjadi bahan- bahan

yang berguna bagi tanaman. Dengan pemberian pupuk kandang, maka tercipta

tanah yang baik dan memiliki unsur hara yang cukup sehingga dapat digunakan

sebagai lingkungan tumbuh bagi tanaman dan dapat meningkatkan pertumbuhan

serta produktivitas tanaman. Dalam hal ini adalah dapat meningkatkan

pertumbuhan tanaman kangkung darat yang merupakan tanaman yang memiliki

daya adaptasi yang tinggi dan tahan panas. Aktifitas mikroba tanah akan aktif

dengan penambahan kompos ini. Mikroba tanah membantu tanaman dalam

menyerap unsur hara dari tanah yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman

tersebut. Kompos dilihat dari berbagai aspek dan sangat memiliki banyak

manfaat diantaranya, dapat menghemat biaya, mengurangi limbah, menguangi

polusi udara, meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki karakter dan struktur

tanah, meningkatkan aktifitas mikroba tanah, meningkatkan kualitas panen,

menekan serangan penyakit atau serangan hama, dan lain sebagainya. (Anonim.

2009)

Pertumbuhan merupakan perubahan yang bersifat kuantitatif dan

ireversible, berlangsung pada masa pertumbuhan organisme tersebut. Sedangkan

proses perkembangan lebih dicirikan oleh adanya proses perubahan yang bersifat

kualitatif, oleh adanya proses diferensiasi dan spesialisasi. Pertumbuhan pada

tumbuhan dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari luar maupun faktor

dari dalam. Faktor yang dari luar itu berupa lingkungan, air, udara, suhu,

kelembaban, tanah, pH.. Faktor dari dalam yang mempengaruhi pertumbuhan

9
tanaman diantaranya ialah hormon, gen. Tanaman akan berhasil maksimal jika

faktor- faktor tersebut sangat optimal dan seimbang. Semua tanaman

membutuhkan unsur hara dan nutrisi lain yang terkadung pada pupuk.

Pertumbuhan pada tumbuhan berlangsung pada daerah jaringan muda

atau pada daerah tumbuh atau lebih sering dikenal dengan jaringan meristematis.

Pola tumbuh dari beberapa organ berbeda- beda, ada yang memilki pola

pertumbuhan terbatas atau sebaliknya ada juga yang tumbuh secara tidak

terbatas, selama tumbuhan itu masih hidup. Parameter pertumbuhan dapat

diukur dalam satuan jumlah, ukuran, volume, atau berat.

Perkecambahan dalam tanaman dibedakan menjadi epigeal dan hipogeal.

Epigeal itu perkecambahan yang dimana kotiledon terangkat ke atas permukaan

tanah, sedangkan hipogeal itu dimana kotiledon tetap berada dibawah tanah. Dan

pada kangkung termasuk kedalam perkecambahan hipogeal.

2.2.Kosgat

Kasgot adalah sisa dari proses dekomposisi larva lalat Black Soldier Fly

(BSF) atau sering disebut maggot. Lalat BSF saat ini sudah mulai banyak

dibudidayakan oleh masyarakat, hal ini karena pemanfaatanya sebagai pengurai

sampah organik. Larva lalat BSF memakan apa saja seperti sisa limbah yang

dikonsumsi oleh manusia sayuran, buah-buahan, daging dan sampah organik

lainya.Kasgot sudah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai pupuk

organik tetapi belum terurai dengan sempurna. Kasgot sebelum digunakan

sebagai pupuk harus dipisahkan terlebih dahulu dengan cara pengayakan.

2.2.1.Lalat Black Soldier Fly(BSF)

Klasifikasi lalat Black Soldier Fly (BSF)

10
Kingdom : Animalia Filum

: Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Dipreta Family

: Stratiomyidae

Genus : Hermetia

Spesies : Hermetia illucen28

2.2.2..Morfologi lalat Black Soldier Fly(BSF)

Black soldier fly (BSF) adalah salah satu insekta yang berasal dari aratan

Amerika dan kemudian menyebar ke wilayah tropis dan subtropis di bumi. Iklim

di Indonesia sangat ideal untuk perkembangan lalat BSF ini, hingga saat ini

banyak masyarakat yang membudidayakan.

Black soldier fly (BSF) berwarna hitam serta bagian segmen basal abdomenya

memiliki warna transparan, hingga hampir mirip dengan abdomen pada lebah.

Lalat ini memiliki panjang antara 15- 20 mm dan memiliki siklus hidup hanya 5-8

hari. Lalat BSF dewasa tidak memiliki mulut yang fungsional, karena saat dewasa

hanya beraktivitas untuk berkembang biak selama hidup.

Lalat BSF untuk memenuhi kebutuhan nutriennya sangat tergantung pada

kandungan lemak yang ada pada tubuhnya, yang didapatkan pada saat fase

pupa. Lalat BSF akan mati apabila kandungan lemak yang ada pada tubuhnya

telah habis, jadi semakin baik kualitas makanan yang diberikan pada larva lalat

BSF akan mempengaruhi waktu hidupnya.

2.2.3.Siklus hidup Black soldier fly (BSF)

11
Lalat BSF memiliki siklus hidup dari telur hingga menjadi lalatdewasa

membutuhkan waktu sekitar 45 hari, hal tersebut sangat dipengaruhi oleh

lingkungan dan juga makanan yang diberikan pada tahapan larva. Lalat BSF

betina akan meletakkan telurnya di tempat yang dekat dengan sumber makanan

seperti tempat kotoran ternak serta limbah organik lainya, apabila lalat pada

budidaya maka akan disediakan tempat untuk meletakan telur seperti kayu atau

kardus berongga.

12
III. METODE PENELITIAN

3.1.. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2020 sampai dengan Oktober

2020. Penelitian ini dilaksanakan di lahan praktikum Pakultas Pertanian

Universitas Simalungun dengan ketinggian tempat 400 mdpl.

3.2.. Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Benih kangkung ,

Pupuk Urea,TSP,KCl , Pupuk Kasgot , Pupuk Kandang ayam.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini : Cangkul, Meteran, Alat Tulis,

Tali Plastik, Timbangan, Handsprayer, parang, bambu dan alat lainnya yang

dibutuhkan.

3.3. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial,

dengan perlakuan sebagai berikut :

Campuran Pupuk Kandang dan Kasgor


K 0 : Tanpa Perlakuan
K1 : 2,5 ton Pupuk kandang ayam/Ha + kasgot 1 ton/Ha

K2 : 5 ton Pupuk kandang ayam/Ha + kasgot 1,5 ton/Ha

K3: 7,5 ton Pupuk kandang ayam/Ha + Kasgot 2 ton/Ha

K4:10 Ton Pupuk kandang ayam/Ha/Ha + kasgot 2,5 ton/Ha

Jumlah Ulangan: 3 Ulangan

Jumlah Plot: 20 Plot

Ukuran Plot: 100cm X 200 cm

Jarak Antar Plo: 30 cm

Jarak antar ulangan: 50 cm

13
Jarak Tanam: 10cm X 20 cm

Jumlah Tanaman Per Plot: 42 tanaman

Jumlah Total Tanaman : tanaman

Jumlah Sampel per plot : 4 tanaman

Jumlah Total Tanaman Sampel : tanaman

Dalam penelitian ini, model linear yang diperlukan untuk menarik kesimpulan

digunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial adalah

Yijk = μ + αi + βj + Σij

Keterangan :

Yi j k = Respon atau nilai Pengamtandari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

μ = nilai tengah umum

αi = pengaruh faktor campuran kasgot dan pada taraf ke i

βj = pengaruh blok ke-j

(αβ)ij = pengaruh galat percobaandari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j.

Σijk = pengaruh acak (galat percobaan) pada taraf ke i

3.4. Pelaksanaan Penelitian

3.4.1.Persiapan Tanah

Areal penanaman terlebih dahulu dibersihkan dari gulma dan sisa-sisa akar

tanaman, kemudian tanah digemburkan menggunakan cangkul lalu dihaluskan

dan membuat bedengan dengan ukuran 1000cm x 200cm.

3.4.2.Penanaman

Penanaman dilakukan dengan sistem tugal sedalam 2 cm menanam 2 biji per

lubang tanam. Jarak tanam yang digunakan 10 cm X 15 cm.

14
3.4.3. Penyiraman

Penyiraman dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Apabila

turun hujan penyiraman tidak dilakukan.

3.4.4.Penyiangan

Penyiangan dilakukan dengan mencabut tumbuhan pengganggu (gulma)

hingga perakarannya secara hati-hati, agar tidak mengganggu perakaran tanaman

utama. Keberadaan gulma akan menjadi pesaing bagi tanaman utama dalam

mendapatkan air dan unsur hara yang ada di dalam tanah atau bahkan menjadi

tempat hama atau penyakit. Penyiangan dilakukan 1 minggu setelah tanam.

Penyiangan berikutnya tergantung kondisi gulma di lapangan.

3.4.5.Pengendalian Penyakit

Penyakit yang biasa menyerang adalah karat putih , Aphids dan Trips.

Pengendaliannya adalah dengan kultur teknis.

3.4.6. Pemupukan

Pemupukan dilakukan setelah umur tanaman seminggu yaitu Urea75

kg/Ha, SP 36 100kg/Ha, Kcl 50 Kg/Ha. Campuran pupuk kandang dan

magot diberikan 2 minggu sebelum bertanam sesuai dosis perlakuan.

3.4.7.Pemanenan

Tanaman kangkung dapat dipanenpada umur 30-45 hari , tergantung dari

varietas yang ditanam.Pemanenan biasanya dilakukan dengan mencabut akarnya.

3.5. Parameter yang Diamati

3.5.1.Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai daun tertinggi.

Pengukuran dilakukan umur, 1 MST, 2 MST. Pengukuran menggunakan alat ukur

15
meteran dengan satuan cm.

3.5.2.Jumlah Daun

Jumlah daun dihitung pertanaman . Penghitungan dilakukan umur 1MST, 2

MST.

3.5.3..Bobot per Tanaman (g)

Ditimbang saat panen dengan cara mencabut tanaman , memberisihkan

akar dari tanah , lalu menimbang.

3.5.4. Bobot Tanaman per Plot (kg)

Bobot tanaman perplot ditimbang saat panen , dengan cara dicabut dan

dibersihkan akar dari tanah ,lalu ditimbang.

16
DAFTAR PUSTAKA

Amina, S., Yusran dan Irmasari. 2014. Pengaruh Dua Spesies Fungi
Mikoriza Arbuskular Terhadap Pertumbuhan Dan Ketahanan Semai
Kemiri (Aleurites moluccana Willd.) pada Cekaman Kekeringan.
Warta Rimba, 2(1), pp. 96–104.

Anastasia, I., Muniftul, I. dan Sri, Widodo, Agung, S. 2014. Pengaruh


Pemberian Kombinasi Pupuk Organik Padat dan Organik Cair
Terhadap Porositas Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Bayam
(Amarantus tricolor L.). Biologi, 3(2), pp. 1– 10.

Ardiansyah, Budiyanto, G. dan Mulyono. 2016. Aplikasi Limbah Cair


a Tempe Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Selada (Lactuca
Sativa). Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Dhani, H., Wardati dan Rosmimi. 2013. Pengaruh Pupuk Vermikompos


Pada Tanah Inceptisol Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Sawi
Hijau (Brassica juncea L). Skripsi. Universitas Riau.

Limbong, B., Putri, L. dan Kardhinata, E. 2014. Respon Pertumbuhan Dan


Produksi Sawi Hijau Terhadap Pemberian Pupuk Organik Kascing.
Jurnal Agoekoteknologi Universitas Sumatera Utara, 2(4), pp.
1485–1489. doi: 10.32734/jaet.v2i4.8448.

Moerhasrianto, P. 2011. Respon Pertumbuhan Tiga Macam Sayuran Pada


Berbagai Konsentrasi Nutrisi
Larutan Hidroponik. Skripsi
Universitas Jember, pp. N, A.

M., Djukri dan Igp, S. 2017. Pengaruh Lumut (Bryophyta) Sebagai


Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi
Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea L.). Jurnal Perodi Biologi,
6(2), pp. 44–56.

P, G. Y., Moch, R. dan Tatik, W. 2014. Pertumbuhan dan Produktivitas


Sawi Pak Choy (Brasica rapa L.) pada Umur Transplanting dan
Pemberian Mulsa Organik. Jurnal Produksi Tanaman, 2(1), pp. 41–
49.

17
BAGAN PENELITIAN

BLOK I BLOK II BLOK III

K0 K1 K3

K3 Ko K2

K1 K3 K1

K4 K2 K4

K2 K4 K0

18

Anda mungkin juga menyukai