LAPORAN Mamin
LAPORAN Mamin
LAPORAN Mamin
PENDAHULUAN
Salah satu sumber penularan penyakit dan penyebab terjadinya keracunan makanan
adalah makanan dan minuman yang tidak memenuhi syarat higiene. Keadaan higiene
makanan dan minuman antara lain dipengaruhi oleh higiene alat masak dan alat makan
yang dipergunakan dalam proses penyediaan makanan dan minuman. Alat masak dan alat
makan ini perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan mikrobiologi usap
alat makan meliputi pemeriksaan angka kuman. (Tiksundari 2013)
Sanitasi alat makan dimaksudkan untuk membunuh sel mikroba vegetatif yang
tertinggal pada permukaan alat. Agar proses sanitasi efisien maka permukaan yang akan
disanitasi sebaiknya dibersihkan dulu dengan sebaik-baiknya Pencucian dan tindakan
pembersihan pada peralatan makan sangat penting dalam rangkaian pengolahan makanan.
Menjaga kebersihan peralatan makan telah membantu mencegah terjadinya pencemaran
atau kontaminasi terhadap peralatan dilakukan dengan pembersihan peralatan yang
benar).
Kontaminasi makanan dapat terjadi setiap saat, salah satunya dari peralatan
makanan yang digunakan tidak memenuhi syarat kesehatan. Di Indonesia peraturan telah
dibuat dalam bentuk Permenkes RI No. 1096/Menkes/Per/VI/2011, bahwa untuk
persyaratan peralatan makanan tidak boleh bakteri lebih dari 0 koloni/cm2.Peranan
peralatan makanan dalam pedagang makanan merupakan bagian yang tak terpisahkan
1
dari prinsip-prinsip penyehatan makanan (Food hygiene). Setiap peralatan makan (piring,
gelas, sendok) harus selalu dijaga kebersihannya setiap saat digunakan. Alat makan
(piring, gelas, sendok) yang kelihatan bersih belum merupakan jaminan telah memenuhi
persyaratan kesehatan, karena didalam alat makan (piring, gelas, sendok) tersebut
tercemar bakteri E.coli yang menyebabkan alat makan (piring, gelas, sendok) tersebut
tidak memenuhi kesehatan. Untuk itu pencucian peralatan sangat penting diketahui secara
mendasar, dengan pencucian secara baik akan menghasilkan peralatan yang bersih dan
sehat pula. Dengan menjaga kebersihan peralatan makan (piring, gelas, sendok,dll.),
berarti telah membantu mencegah pencemaran atau kontaminasi makanan yang
dikonsumsi (Djajadinigrat, 1989 dalam Pohan, 2009).
Angka kuman dan adanya bakteri coli pada permukaan makan yang telah dicuci
dapat diketahui dengan melakukan uji dengan cara usap alat makan pada permukaan alat
makan. Uji kebersihan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kebersihan alat tersebut.
Sehingga melalui uji ini sanitasi alat tersebut alat dapat diketahui layak atau
tidaknya sebelum digunakan.
Organisasi pangan dan pertanian PBB pada tahun 1984 menerbitkan sebuah seri
pedoman pengawasan mutu makanan yang digunakan sebagai pedoman pemeriksaan
makananan. Pedoman tersebut memuat uraian tentang pengambilan sampel makanan dan
minuman yang bermamfaat sebagai bahan ajar.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui persiapan alat dan bahan dalam pengambilan sampel makanan
minuman.
2
2. Mengetahui persiapan alat dan bahan dalam pengambilan sampel usap alat
3. Mengetahui persiapan alat dan bahan dalam pengambilan sampel usap dubur
4. Mengetahui prosedur pengambilan sampel makanan minuman.
5. Mengetahui prosedur pengambilan sampel usap alat
6. Mengetahui prosedur pengambilan sampel usap dubur
BAB II
3
TINJAUAN PUSTAKA
Makanan adalah semua substansi yang diperlukan oleh tubuh, kecuali air dan obat –
obatan dan substansi – substansi yang diperlukan untuk pengobatan (Anwar dalam Pohan
2009: 18).
Makanan sehat merupakan makanan yang higienis dan bergizi mengandung zat
hidrat arang, protein, vitamin, dan mineral. Agar makanan sehat bagi konsumen
diperlukan persyaratan khusus antara lain cara pengolahan yang memenuhi syarat, cara
penyimpanan yang betul, dan pengangkutan yang sesuai dengan ketentuan. Makanan
sehat selain ditentukan oleh kondisi sanitasi juga di tentukan oleh macam makanan yang
mengandung karbohidrat, protein, lemak,vitamin dan mineral (Mukono, 2006 ). Agar
makanan sehat maka makanan tersebut harus bebas dari kontaminasi. Makanan yang
terkontaminasi akan menyebabkan penyakit yang dikenal dengan food borne desease.
Dalam Permenkes No. 1096 Tahun 2011 telah ditetapkan makanan yang
dikonsumsi harus higienis, sehat dan aman yaitu bebas dari cemaran fisik, kimia dan
bakteri.
Sanitasi makanan yang buruk dapat disebabkan 3 faktor yakni faktor fisik, faktor
kimia dan faktor mikrobiologi. Faktor fisik terkait dengan kondisi ruangan yang tidak
mendukung pengamanan makanan seperti sirkulasi udara yang kurang baik., temperatur
ruangan yang panas dan lembab, dan sebagainya. Untuk menghindari kerusakan makanan
yang disebabkan oleh faktor fisik, maka perlu di perhatikan susunan dan konstruksi dapur
serta tempat penyimpanan makanan (Mulia, 2005).
Sanitasi makanan yang buruk disebabkan oleh factor kimia karena adanya zat – zat
kimia yang digunakan untuk mempertahankan kesegaran bahan makanan, obat – obat
penyemprot hama, penggunaan wadah bekas obat – obat pertanian untuk kemasan
makanan dan lain – lain (Mulia, 2005).
Sanitasi makanan yang buruk disebabkan oleh faktor mikrobiologis karena adanya
kontaminasi oleh bakteri, virus, jamur dan parasit. Akibat buruknya sanitasi makanan
4
dapat timbul gangguan kesehatan pada orang yang mengkonsumsi makanan tersebut
(Mulia, 2005).
Menurut Permenkes No. 942 Higiene sanitasi adalah upaya untuk mengendalikan
faktor makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat
menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan.
Makanan sebagai penyebab penyakit bisa terjadi apabila dalam makanan tersebut
sudah mengandung bahan yang menjadi penyebab langsung suatu penyakit, misalnya
jamur beracun, ikan beracun dan adanya racun yang secara alamiah sudah mengandung
racun.
Makanan dapat sebagai pembawa penyakit apabila makanan tersebut tercemar oleh
bahan yang membahayakan kehidupan, misalnya mikroorganisme dan bahan kima
beracun. Semula makanan tidak berbahaya namun setelah terkontaminasi oleh
mikriorganisme atau bahan kimia beracun maka akhirnya makanan tersebut berbahaya
bagi kesehatan.
Makanan yang terkontaminasi dengan keadaan suhu dan waktu yang cukup serta
kondisi yang memungkinkan suburnya mikrooorganisme atau kuman penyakit, maka
makanan akan menjadi media yang menguntungkan bagi kuman untuk berkembang biak
dan apabila dikonsumsi akan berbahaya bagi kesehatan (Mukono, 2002).
5
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 304 Tahun 1989 Peralatan adalah segala
macam alat yang digunakan untuk mengolah dan menyajikan makanan. Perlindungan
terhadap peralatan makan dimulai dari keadaan bahan. Bahan yang baik adalah bila tidak
larut dalam makanan, mudah di cuci dan aman digunakan. Peralatan utuh, aman dan kuat,
peralatan yang sudah retak atau pecah selain dapat menimbulkan kecelakaan (melukai
tangan ) juga menjadi sumber pengumpulan kotoran karena tidak dapat tercuci dengan
sempurna (Depkes RI dalam Pohan, 2009 : 23).
Persyaratan peralatan makan menurut permenkes No. 304 tahun 1989 yaitu :
a. Peralatan yang kontak langsung dengan makanan tidak boleh mengeluarkan zat
beracun yang melebihi ambang batas sehinga membahayakan kesehatan antara lain:
1) Timah (Pb)
2) Arsenikum (As)
3) Tembaga (Cu)
4) Seng (Zn)
5) Cadmium (Cd)
6) Antimon (Sb)
b. Peralatan tidak rusak, gompel, retak dan tidak menimbulkan pencemaran terhadap
makanan
c. Permukaan yang kontak langsung dengan makanan harus tidak ada sudut mati, rata
halus dan mudah dibersihkan.
d. Peralatan harus dalam keadaan bersih sebelum digunakan.
e. Peralatan yang kontak langsung dengan makanan yang siap disajikan tidak boleh
mengandung angka kuman yang melebihi ambang batas, dan tidak boleh
mengandung E. coli per cm2 permukaan air.
f. Cara pencucian alat harus memenuhi ketentuan:
1) Pencucian peralatan harus menggunakan sabun/detergen air dingin, air panas,
sampai bersih.
2) Dibebashamakan sedikitnya dengan larutan kaporit 50 ppm atau iodophor 12,5
ppm air panas 80 °C selama 2 menit.
6
g. Pengeringan peralatan harus memenuhi ketentuan: Peralatan yang sudah didesinfeksi
harus ditiriskan pada rak-rak anti karat sampai kering sendiri dengan bantuan sinar
matahari atau sinar buatan/mesin dan tidak boleh dilap dengan kain.
h. Penyimpanan peralatan harus memenuhi ketentuan :
1) Semua peraalatan yang kontak dengan makanan harus disimpan dalam keadaan
kering dan bersih.
2) Cangkir, mangkok, gelas dan sejenisnya cara penyimpanannya harus dibalik.
3) Rak-rak penyimpanan peralatan dibuat anti karat, rata dan tidak aus/rusak.
4) Laci-laci penyimpanan peralatan peralatan terpelihara kebersihannya. Ruang
penyimpanan peralatan tidak lembab, terlindung dan sumber
pengotoran/kontaminasi dari binatang perusak (Depkes RI, 1989).
Menurut ketentuan direktur jendral PPM dan PLP, inspeksi atau uji sanitasi
alat maan perlu dilakukan pada tempat pengolahan makanan dan sampel
sebaiknya diambil dari lima jenis alat makan yang ada, yaitu :
1) Sendok
2) Gelas
3) Piring
4) Mangkuk
5) Dll
Dalam pelaksanaan uji alat makan hendaknya memperhatikan hal-hal berikut :
a. Untuk gelas uji usap dilakukan pada permukaan luar dan dalam bagian bibir yang
terkna atau biasanya bersinggungan langsungengan konsumen.
b. Pada permukaan atau cekungan pada sendok atau garpu
7
c. Untuk piring uji usap dialakukan pada tempat makan biasanya luas piring dibagi
empat bagian dan pengusapan dilakuka dengan mengusap dua juring yang saling
berhadapan.
d. Setiap alat makan yang diusap menggunakan satu swab jangan dicampur antara
yang lainnya.
8
BAB III
PEMBAHASAN
9
5 Gelas kimia Meletakkan larutan kimia
10
10 Termometer Mengukur suhu
11
16 Lampu Mensterilkan alat dengan
spiritus/ cara di flambir
Bunsen
12
4 Alkohol Sebagai bahan untuk
sterilisasi alat yang terbuat
dari plastik
B.pembuatan media
a) Hitung PCA yang akan ditimbang.
Volume yang akan dibuat
gram PCA= × gram PCA / L
1000
13
= 90 x 22,5 gram
1000
= 2,025 gram
C.Persiapan Sterilisasi
Alat yang akan disterilisasi:
1. Pipet ukur,
2. Tabung reaksi
3. Petridish
4. Lidi kapas
Catatan : alat yang akan disterilkan harus dibaluti/ditutup dengan kertas koran.
1. Beri label pada alat yang akan disterilisasi.
2. Cek dahulu air yang ada dalam autoclave, jika air kurang dari batas yang
ditentukan
3. tambah dan paskan sampai batas yang ditentukan
4. Hidupkan autoclave.
5. Masukkan peralatan yang akan disterilkan kedalam autoclave.
6. Tutup autoclave dengan rapat, agar tidak ada udara yang keluar.
7. Atur waktu minimal 15 menit pada suhu 121oC.
8. Jika alarm tanda selesai telah berbunyi, buka kran uap pelan-pelan. Dengan
tujuan untuk mengeluarkan uap panas.
9. Buka tutup autoclave dan keluarkan alat
10. Matikan autoclave.
14
D.Penanaman Sampel
1. Hidupkan lampu busen/ lampu spritus.
2. Siapkan alat yang sudah disterilkan, susun tabung reaksi pada raknya.
3. Letakkan petridish didepan rak tabung reaksi.
4. Ambil pipet ukur dan karet hisap (pegang pipet ukur pada bagian atas) dan
ambil tabung reaksi berlabel sampel (dengan tangan kiri) lalu buka tutup
kapasnya (dengan jari manis dan kelingking.
5. Ambil 1 mL larutan dalam tabung reaksi.
6. Flambir mulut tabung reaksi.
7. Buka petridish yang berlabel kontrol, buka sedikit tutupnya dan keluarkan
larutan dipipet ukur ke dalam petridish.
8. Buka lidi kapas dari balutan korannya kemudian ambil piring.
9. Bidangi piring dengan plastik bening, yang sebelumnya plastik tersebut telah
disterilkan dengan alcohol
10. Pegang lidi kapas dengan tangan kanan dan tabung reaksi dengan tanga kiri.
11. Masukkan lidi kapas ke dalam tabung reaksi dan peras ke dinding tabung
reaksi lalu flambir.
12. Lidi kapas diusap pada permukaan piring sebanyak 3x secara zig-zag
13. Ambil tabung reaksi yang berlabel sampel dan masukkan kapas kedalam
tabung reaksi lalu flambir. (lidi kapas telah dipatahkan terlebih dahulu)
14. Ambil lidi kapas ke-2, langsung usapkan pada permukaan piring sebanyak 3x.
15. Lalu ambil tabung reaksi yang berlabel sampel dan masukkan lidi kapas
dimana lidinya telah dipatahkan, kemudian flambir.
16. Lakukan penanaman dan pengenceran.
17. Ambil tabung reaksi sampel dan pipet ukur yang steril.
18. Buka tutup tabung reaksi dan keluarkan lidi kapas.
19. Ambil cairan yang ada dalam tabung reaksi sebanyak 2mL dengan pipet ukur.
20. 1mL masukkan kedalam petridish yang berlabel sampeldan tutup, dan 1mL
lagi masukkan kedalam tabung reaksi yang berlabel 10-1.
21. Homogenkan dengan cara sedot larutan dengan pipet ukur lalu lepaskan.
Lakukan sebanyak 3x.
15
22. Pada tabung reaksi yang sama, pipet 2mL lalu flambir dan tutup tabung reaksi.
23. 1mL masukkan kedalam petridish yang berlabel 10-1 dan 1mL lagi pada tabung
reaksi yang berlabel 10-2.
24. Lakukan perlakuan diatas pada petridish dan tabung reaksi selanjutnya (sampai
10-3)
25. Masukkan media agar kedalam petridish(dalam kondisi hangat). Cara
memasukkannya : buka petridish secukupnya dan tuang 15mL agar PCA
(15mL/ketebalan 3 mm = memenuhi permukaan petridish).
26. Flambir.
27. Homogenkan dengan cara diputar searah jarum jam,
28. Biarkan PCA beku.
29. Inkubasi di inkubator dengan suhu 35-37oC selama 1-2x24 jam (petridish
dalam keadaan terbalik di inkubator).
C. Persiapan Sterilisasi
Alat yang akan disterilisasi:
1. Pipet ukur
2. Tabung reaksi
3. Petridish
4. Pinset
5. Blender
17
Catatan : alat yang akan disterilkan harus dibaluti/ditutup dengan kertas koran.
D.Penanaman Sampel
1. Timbang sampel sebanyak 10 gram, sebelumnya wadah blender untuk
sampel telah disterilkan dengan alkohol.
2. Encerkan dengan larutan BPW(Buffered Pepton Wasser) 0,1%.
Sebanyak 90 ml
3. Isi tabung reaksi masing-masing 9 mL.
4. Label pada tabung reaksi diawali dengan 10-2 dan petridish diawali
dengan 10-1.
5. Blender sampel dengan blender steril hingga sampel halus.
6. Pipet 3 mL larutan, masukkan masing-masing 1 mL pada 2 petridish dan
1 mL lagi pada tabung reaksi berlabel 10-2.
7. Homogenkan dengan cara sedot larutan menggunakan pipet ukur lalu
lepaskan. Lakukan sebanyak 3x.
8. Pipet 3 mL lagi, masukkan masing-masing 1 mL pada 2 petridish dan 1
mL lagi pada tabung reaksi berlabel 10-3.
9. Terakhir masukkan PCA ke petridish.
10. Homogenkan dengan cara diputar searah jarum jam.Inkubasi dengan
inkubator selama 1-2x24 jam dengan suhu 35-37oC untuk makanan
18
padat dan 32oC untuk susu (petridish dalam keadaan terbalik didalam
inkubator).
3.2 Alat yang Digunakan Untuk Usap Alat dan Usap Dubur
19
5 Gunting Menggungting kapas
atau kertas label
20
1 Cairan Sebagai bahan yang akan
buffer direaksikan
dalam
botol
21
6) Kedua belah tanagannya memegang masing masing pinggulnya secara
tertelungkup
7) Pemeriksa berdiri disamping kiri penderita
8) Tangan kiri pemeriksa memegang dan melebarkan lubang dubur kearah
sampig kiri kanan dengan cara merenggangkan dengan jari tangan kiri
9) Masukkan lidi kapas dengan cara diputar searah jarum jam
10) Masukkan kapas sedalam lebih kurang 3 cm
11) Setelah selesai masukkan lidi kapas tadi kedalam botol media
12) Panaskan bibir botol dengan cara di flambir dengan lampu Bunsen dan
tutup segera botol tersebut
13) Beri label pada botol
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Siswa dapat mengetahui persiapan alat dan bahan dalam pengambilan sampel
makanan minuman seperti pada pengambilan sampel mamin alatnya seperti
Inkubator, autoclave, timbangan, sendok porselen/ spatula, gelas kimia, rak
tabung reaksi, batang pengaduk, gelas ukur, erlenmeyer, termometer ,batang
pengaduk, pipet ukur, karet hisap, lidi kapas, tabung reaksi/ testube dan petridish.
Serta bahannya yaitu buffer phospat, PCA, alkohol dan aquades.
2. Siswa dapat mengetahui persiapan alat dan bahan dalam pengambilan sampel
usap alat seperti Inkubator, autoclave, timbangan, sendok porselen/ spatula, gelas
kimia, rak tabung reaksi, batang pengaduk, gelas ukur, erlenmeyer, termometer
,batang pengaduk, pipet ukur, karet hisap, lidi kapas, tabung reaksi/ testube dan
petridish . serta bahannya yaitu buffer phospat, PCA, alkohol dan aquades.
3. Siswa dapat mengetahui persiapan alat dan bahan dalam pengambilan sampel
usap dubur seperti Kapas, lidi, sarung tangan, spidol, gunting, label ,lampu
buncen dan sabun desinfektan. Serta bahannya yaitu Cairan buffer
4. Siswa dapat mengetahui prosedur pengambilan sampel makanan minuman seperti
pembuatan media agar, proses sterilisasi, penanaman sampel dan perhitungan
hasil
5. Siswa dapat mengetahui prosedur pengambilan sampel usap alat dimulai dari
pembuatan media agar, proses sterilisasi, penanaman sampel dan perhitungan
hasil
6. Siswa dapat mengetahui prosedur pengambilan sampel usap dubur dimulai dari
proses sterilisasi dan pengambilan sampel dubur
23
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Makanan
24
https://www.scribd.com/doc/315020875/Pemeriksaan-Makanan-Minuman
http://www.academia.edu/11703194/Usap_Alat_Makan_Masak_dan_Rectal
swab
http://www.academia.edu/9512267/USAP_ALAT_DAN_USAP_DUBUR
https://www.scribd.com/doc/213252405/Makalah-Usap-Rectal
URL:http://arlindasugiarta.blogspot.co.id/2012/laporan-mikrobiologi-usap-
alat-mak.html
LAMPIRAN
25
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 2013 Tentang Pengawasan Pemasukan Bahan Obat, Bahan Obat Tradisional,
Bahan Suplemen Kesehatan, Dan Bahan Pangan Ke Dalam Wilayah Indonesia
26
bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan,
pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman.
8. Bahan Pangan adalah bahan dasar yang digunakan untuk memproduksi
makanan dan minuman tidak dalam kemasan eceran yang siap digunakan oleh
konsumen, termasuk bahan tambahan pangan, bahan penolong, dan bahan
lainnya.
1. Karakteristik pangan meliputi aktivitas air, nilai pH, kandungan zat gizi dan
keberadaan senyawa anti mikroba.
2. Kondisi lingkungan yang terdiri dari suhu, keberadaan oksigen dan kelembaban.
Angka kuman adalah perhitungan jumlah bakteri yang didasarkan pada asumsi bahwa
setiap sel bakteri hidup dalam suspensi akan tumbuh menjadi satu koloni setelah
diinkubasikan dalam media biakan dan lingkungan yang sesuai. Setelah masa inkubasi
jumlah koloni yang tumbuh dihitung dari hasil perhitungan tersebut merupakan perkiraan
atau dugaan dari jumlah dalam suspensi tersebut.Angka kuman alat makan ini digunakan
sebagai indikator kebersihan peralatan makanan minuman yang telah dicuci.
Menurut Petunjuk Pemeriksaan Mikrobiologi Usap Alat Makan dan Masak. Pusat
laboratorium Kesehatan Depkes RI : 1991 alat makan yang digunakan harus sesuai
27
dengan yang dipersyaratkan seperti bahan peralatan, keutuhan peralatan, fungsi dan letak
peralatan. Kandungan bakteri dalam alat makan harus sesuai dengan yang ditetapkan oleh
Depkes RI, yaitu peralatan makan yang kontak langsung dengan makanan yang siap
disajikan tidak boleh mengandung angka kuman yang melebihi 100/cm2 permukaan alat
dan tidak boleh mengandung E.coli/cm2 permukaan alat.Bila lebih dari angka kuman
yang ditentukan berarti tidak memenuhi syarat kesehatan.Untuk membuktikan apakah
lingkungan tempat penjualan makanan dan higiene perorangan dalam mengelola
kebersihan alat makan dalam kondisi yang baik maka perlu pemeriksaan angka kuman.
Pemeriksaan angka kuman alat makan dilakukan dengan usap alat makan dan
pemeriksaan angka kuman di laboratorium dengan metode PCA (Plate Count Agar).Bila
angka kuman yang terdapat pada alat makan lebih dari 100koloni/cm2 hal ini dapat
mengkontaminasi makanan yang disajikan kepada pengunjung.Sehingga makanan yang
terkontaminasi oleh mikrobia masuk ke dalam tubuh dan dapat menimbulkan penyakit.
28
1. Bahan dasar alat makan: Bahan dasar piring antara lain dari kaca, keramik,
plastik, perak dan lainnya. Bahan dasar sendok yang digunakan antara lain adalah
stainless stell, kuningan, plastik, kaca dan lain-lain. Tekstur masing-masing alat
makan ini berbeda sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroorganisme.
2. Kondisi awal piring: Kondisi awal piring adalah kondisi awal dimana piring
tersebut belum dibersihkan, sehingga masih ada kotoran yang menempel pada
peralatan makan tersebut. Kotoran yang dapat menempel pada peralatan tersebut
antra lain Karbohidrat (nasi, sayuran, kentang), Lemak /minyak (antara lain sisa-
sisa margarin dan mentega), Protein(sisa daging, ikan, telur), serta Mineral, susu,
dan endapan kerak.
3. Air pencuci. Penggunaan air pencuci untuk mencuci harus banyak, mengalir dan
selalu diganti setiap kali untuk mencegah sisa kotoran dari pi ring.
4. Bak pencuci. Bak pencuci berhubungan dengan kontaminasi silang antara
peralatan dan bak pencucian yang tidak bersih.
5. Tenaga pencuci. Tenaga pencuci berhubungan dengan kualitas pencucian bahan
makanan, peralatan makan dan peralatan masak yang d igu nakan.
6. Alat penggosok. Alat penggosok tergantung dari jenis alat penggosok yang
digunakan misalnya dari sabut atau zat pembuang bau seperti abu gosok, arang
atau jeruk nipis.
DOKUMENTASI
29