Resume Jurnal Uji Teratogenik Dan Karsinogenik
Resume Jurnal Uji Teratogenik Dan Karsinogenik
Resume Jurnal Uji Teratogenik Dan Karsinogenik
1) Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah campuran serbuk biji jinten hitam,
biji kelabet, dan ginseng dalam kapsul yang diproduksi oleh PT Alomampa Persada dan
diperoleh dari PT Ahad Net. Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah tikus
putih galur Wistar yang diperoleh dari Laboratorium Biomedik, Fakultas Farmasi, Universitas
Surabaya. Kriteria yang diperlukan adalah tikus putih galur Wistar umur 2 - 3 bulan, sehat,
berat badan lebih kurang 200 g
2) Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL). Percobaan
dibagi menjadi empat kelompok, yang terdiri dari satu kelompok kontrol dan tiga kelompok
perlakuan dengan peringkat dosis yang berbeda
c) Pemberian Dosis Sediaan Uji Sediaan uji dalam bentuk suspensi diberikan lewat jalur
oral dengan spuit injeksi dan jarum oral. Hewan uji terlebih dahulu ditimbang untuk
menentukan volume sediaan uji yang akan diberikan sesuai dengan peringkat dosisnya.
d) Pemeriksaan dan Pengamatan Masa pengamatan dimulai sejak diakhirinya masa
bunting hewan uji, yakni 12- 14 jam sebelum waktu kelahiran normal (hari ke-20)
melalui bedah caesar. Hewan uji ditimbang dan dianestesi dengan dietil eter, kemudian
induk dibedah sampai terlihat uterus yang berisi janin, uterus dan korpora lutea
dikeluarkan, kemudian uterus dipisahkan dari korpora lutea. Dinding uterus disayat
secara longitudinal untuk mengeluarkan janin
Hasil :
Biometrika Janin
Biometrika janin meliputi resorpsi awal dan akhir, jumlah total janin, janin hidup, janin mati, bobot janin,
bobot plasenta, dan panjang janin.
a. Resorpsi
Resorpsi awal ditentukan dengan menghitung antara jumlah korpora lutea dengan
jumlah janin. Resorpsi akhir menunjukkan tidak bisa berkembangnya janin pada tempat
implantasi menjadi janin yang normal. Resorpsi akhir merupakan selisih dari tempat implantasi
dengan jumlah janin. Untuk tikus, implantasi yang menunjukkan adanya karakteristik janin tetapi
mengalami autolisis digolongkan sebagai embrio yang mengalami resorpsi akhir.
Data histogram menunjukkan jumlah embrio yang mengalami resorpsi awal lebih
banyak daripada embrio yang mengalami resorpsi akhir. Hal ini menunjukkan bahwa lebih
banyak terjadi kematian embrio sebelum janin terimplantasi pada uterus.
Untuk hasil jumlah embrio teresorpsi, baik resorpsi awal maupun resorpsi akhir
menunjukkan adanya peningkatan apabila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Agen yang
bersifat teratogenik dapat menimbulkan kematian di dalam uterus yang diikuti dengan abortus
spontan bahkan terjadi resorpsi. Adanya resorpsi ini didukung oleh pernyataan Brown dan
Chevallier yang menyatakan bahwa kelabet dapat menginduksi terjadinya kontraksi uterus yang
menyebabkan janin mengalami resorpsi. Selain itu diduga kandungan saponin yang terdapat
dalam biji jinten hitam dan ginseng juga turut berperan. Saponin bersifat sebagai antiestrogen
atau dapat disintesis menjadi antiestrogen di dalam tubuh. Salah satu efek antiestrogen dapat
menyebabkan terjadinya atrofi endometrium, sehingga meskipun pada tikus terjadi fertilisasi,
proses implantasi akan terganggu.
Pemberian sediaan uji juga cenderung menyebabkan penurunan jumlah janin hidup dan
peningkatan jumlah kematian janin. Meskipun secara statistik peningkatan jumlah kematian
janin tersebut tidak bermakna, namun prosentase kematian janin pada dosis 5543,5 mg/kg BB
sebesar 11,1% merupakan angka yang cukup besar. Menurut Wilson bahwa dalam kisaran dosis
embriotoksik, peningkatan dosis yang diberikan akan menyebabkan peningkatan terjadinya
respon. Respon dapat berubah, mulai dari penghambatan pertumbuhan fetus menjadi
malformasi, dan akhirnya terjadi kematian di dalam uterus.
Kematian janin berdasarkan kelompok perlakuan didapat hasil bahwa jumlah janin mati
tidak berkaitan dengan perbedaan pada kelompok perlakuan (perbedaan dosis).
Gross Morfologi
Gross morfologi merupakan pengamatan adanya cacat bentuk luar tubuh janin, yaitu meliputi
kelengkapan tangan dan kaki, ekor, telinga, mata, bibir, celah langit, kongesti, dan kekerdilan yang
dilakukan secara makroskopis terhadap morfologi janin. Pengamatan terhadap morfologi janin
membuktikan bahwa campuran serbuk biji jinten hitam, kelabet, dan gingseng tidak bersifat teratogenik
karena tidak ditemukan adanya cacat (malformasi) pada seluruh janin.
Kesimpulan :
Campuran serbuk biji jinten hitam, kelabet, dan gingseng pada dosis 520 mg/kg BB, 1697.8
mg/kg BB, dan 5543,317 mg/kg BB tidak menimbulkan kelainan atau cacat bawaan pada janin tikus
dikarenakan secara statistic tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada tiap-tiap parameter, hanya
terjadi penurunan bobot janin namun tidak berkaitan dengan perbedaan dosis campuran serbuk
tersebut.