Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kesempatan Kerja (KASUS PROVINSI BALI, 2001 - 2011)

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 9

PIRAMIDA Vol. VIII No.

2 : 76 - 84 ISSN : 1907-3275

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP KESEMPATAN KERJA


(KASUS PROVINSI BALI, 2001--2011)

Nyoman Dayuh Rimbawan


Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, Denpasar
Email: [email protected]

Abstract

Job opportunities are considered as one of important targets in each phase of development process. Job opportunities
are highly related to economic growth. The relation is expected to be positive, meaning that the higher the economic
growth the more job available. Therefore it is important to ensure the high rate of economic growth. However, economic
growth and job opportunities are not always in line, even though the economic growth is high job opportunities grow
slower. Consequently, many workforces stay unemployed and increase poverty level.
During 2001 – 2011 the economy of Bali grew 5.57 percent per year in average, but job opportunities only grew
3.36 percent. Job opportunity elasticity and ILOR are the methods that can be used to describe the effect of economic
growth on job opportunities creation. In the period of 2001 – 2011 the job opportunity elasticity of Bali was less than
one. This means that the capability of economic growth to create job opportunities is low. ILOR rate for the period
in average was less than 10.000 persons. Thus in Bali poor people are still found, about 2.3 percent per year; income
distribution is also imbalanced which is shown by the increasing Gini Ratios.
The low creations of job opportunities in Bali are due to: (1) Bali economic growth is mainly supported by
consumption expenditures; (2) distribution of the use of GDP is dominated by consumption expenditures (71 percent)
while investment reaches only 27 percent; and (3) in each year regional budget always earns a surplus (called SiLPA)
which reflects unproductive funds.

Keywords: economic growth, job opportunities, unemployment and poverty.

PENDAHULUAN dari seluruh barang/jasa akhir yang diproduksi oleh suatu


perekonomian selama satu periode biasanya setahun.
Tujuan pembangunan adalah meningkatkan Barang atau jasa akhir yang diproduksi memerlukan
kesejahteraan penduduk. Untuk mencapai tujuan ini berbagai faktor produksi. Disebut sebagai faktor produksi,
salah satunya harus tersedia kesempatan kerja bagi semua karena sifat kemutlakannya untuk menghasilkan barang/
penduduk (baca: angkatan kerja). Kesempatan kerja yang jasa. Faktor produksi seperti kelompok modal yang terdiri
tersedia harus berkualitas, artinya, mampu memberikan atas mesin, gedung, tanah, bahan baku, dan peralatan
pendapatan yang menjamin kehidupan para pekerja dan lain, secara mutlak membutuhkan tenaga kerja (Thee
anggota keluarganya secara layak. Tetapi, dalam realitanya Kian Wie, 1981). Pertumbuahn ekonomi berkaitan erat
kesempatan kerja yang tersedia terbatas sehingga dengan produksi, artinya, makin banyak barang/jasa yang
sejumlah angkatan kerja tidak memperoleh pekerjaan. diproduksi akan diikuti oleh pertumbuhan ekonomi yang
Angkatan kerja yang disebutkan terakhir ini disebut semakin tinggi. Di sisi lain, terdapat hubungan fungsional
sebagai pengangguran terbuka (open unemployment). antara jumlah barang/jasa yang diproduksi dengan tenaga
Keterbatasan dalam kesempatan kerja juga dapat kerja. Artiny, setiap perubahan dalam jumlah produksi
menimbulkan setengah pengangguran (under utilized), akan mengubah kuantitas tenaga kerja yang diperlukan.
yaitu pekerja yang bekerja kurang dari jam kerja normal Karena perubahan dalam jumlah produksi barang/jasa
(< 35 jam per minggu). Setengah pengangguran bukan mecerminkan pertumbuhan ekonomi, maka tenaga
semata-mata mengindikasikan terbatasnya lapangan kerja yang terserap dalam proses produksi barang/jasa
pekerjaan, tetapi sekaligus juga menunjukkan kelebihan berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi. Tetapi,
pekerja dan pendapatan yang relatif rendah. seringkali pertumbuhan ekonomi dan penyerapan
Pertumbuhan ekonomi biasanya dilihat dari nilai relatif pekerja dalam proses produksi tidak berjalan linier.
atau persentase, yaitu selisih nilai PDB/PDRB tahun Tidak jarang terjadi pertumbuhan ekonomi yang tinggi
tertentu (t) dikurangi nilai PDB/PDRB tahun sebelumnya diikuti oleh pertumbuhan kesempatan kerja yang rendah,
(t-1) dibagi dengan nilai PDB/PDRB tahun sebelumnya sehingga memunculkan pengangguran, kemiskinan, dan
(t-1) dikalikan 100 persen. PDB/PDRB merupakan nilai ketimpangan pendapatan diantara kelompok masyarakat.

76 PI R AMI DA Jurnal Kependudukan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia


Nyoman Dayuh Rimbawan

Semuanya ini akan bermuara pada kualitas Sumber Daya tahap akhir pembangunan, jumlah penduduk miskin
Manusia (SDM) yang rendah. berkurang. Tetapi, pertumbuhan ekonomi bukan satu-
Selama kurun waktu 2001--2011 ekonomi Bali satunya faktor yang berpengaruh terhadap kemiskinan.
tumbuh rata-rata 5,57 persen per tahun, sedangkan Faktor lain yang berpengaruh besar terhadap kemiskinan
kesempatan kerja hanya meningkat 3,36 persen. Oleh antara lain struktur pendidikan angkatan kerja, struktur
karena demikian, pembahasan mengenai seberapa besar ekonomi, dan faktor kultural. Pendidikan yang rendah dari
pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kesempatan sebagain besar angkatan kerja dapat mengurangi akses
kerja menjadi sangat penting. mereka terhadap berbagai peluang ekonomi. Demikian
juga jika struktur perekonomian masih berorientasi pada
KAJIAN PUSTAKA sektor primer dimana lapangan usaha pertaniannya sudah
padat, berpotensi memperbanyak penduduk miskin.
Sejak akhir dasawarsa 1960-an, banyak negara sedang Karena pada lapangan usaha pertanian sering berlaku
berkembang mulai menyadari bahwa pertumbuhan hukum pertambahan hasil yang semakin menurun, artinya
(growth) tidak identik dengan pembangunan penambahan faktor produksi tenaga kerja tidak mampu
(development). Pada awal-awal pembangunannya mereka meningkatkan produksi secara signifikan sehingga rata-
memang mampu mencapai pertumbuhan ekonomi yang rata produktivitas per pekerja menurun. Penurunan ini
relatif tinggi, tetapi di sisi lain masalah pengangguran, berimplikasi pada makin rendahnya pendapatan para
kemiskinan di perdesaan, distribusi pendapatan yang pekerja pada lapangan usaha pertanian dan akhirnya
timpang, dan ketidakseimbangan strutural tidak bermuara pada kemiskinan.
terpecahkan (Mudrajad Kuncoro: 2000). Esmara, 1986 Deskripsi di atas menunjukkan bahwa pertumbuhan
dalam Mudrajad Kuncoro, 2000 menyebutkan bahwa ekonomi berkaitan dengan kesempatan kerja,
pertumbuhan ekonomi merupakan syarat yang diperlukan pengangguran, dan kemiskinan. Todaro (1983) juga
(necessary) tetapi tidak mencukupi (insufficient). Semua mengemukakan hal senada dimana ada hubungan yang
hal di atas menjadi alasan kuat munculnya pandangan erat antara tingkat pengangguran (pengangguran terbuka
kedua mengenai pembangunan. Pandangan ini dikenal dan setengah pengangguran), luasnya kemiskinan dan
dengan istilah “pembangunan modern”. Dalam konsep penghasilan yang tidak merata. Todaro mengatakan salah
pemangunan modern, pembangunan dilihat sebagai satu mekanisme penting untuk mengurangi kemiskinan
upaya pembangunan yang tidak lagi menitikberatkan di negara sedang berkembang adalah memberikan upah/
pada pencapaian pertumbuhan PDB atau PDRB sebagai bayaran yang memadai, menyediakan kesempatan kerja
tujuan akhir, melainkan pengurangan (atau dalam bentuk produktif bagi masyarakat miskin. Oleh karena itu,
ekstrimnya penghapusan) tingkat kemiskinan yang terjadi, kesempatan kerja merupakan hal yang esensial dalam
mengurangi ketimpangan pendapatan, serta penyediaan setiap strategi pembangunan yang berfokus kepada
lapangan kerja yang mampu menyerap angkatan kerja pengentasan kemiskinan. Dengan kata lain, strategi
produktif. pembangunan harus berorientasi pro-job, pro-growth,
Selama dekade 1970-an dan 1980-an di banyak negara dan pro-poor.
yang sedang berkembang termasuk Indonesia, ditemukan
adanya korelasi yang negatif antara pertumbuhan ekonomi METODE KAJIAN
dengan kesenjangan pendapatan. Artinya, makin tinggi
pertumbuhan ekonomi diikuti oleh makin melebarnya Ruang lingkup studi mencakup wilayah Provinsi
kesenjangan pendapatan antara kelompok penduduk Bali dan sepenuhnya menggunakan data sekunder hasil
miskin dengan kelompok penduduk kaya. Hasil studi Sakernas (Survei Angkatan Kerja Nasional), berbagai
dari Ahuja, dkk. (1997) mengenai negara-negara di Asia publikasi lain yang diterbitkan baik oleh BPS (pusat dan
Tenggara, menemukan bahwa pada saat negara-negara daerah) dan lembaga pemerintah tingkat provinsi seperti
tersebut mengalami pertumbuhan ekonomi yang tinggi Bapeda. Data yang dikumpulkan mencakup kurun waktu
pada awal dekade 1990-an, distribusi pendapatannya 2001-2011, dan dianalisis dengan menggunakan konsep
semakin melebar (Tambunan, 2001). Tetapi, perlu dicatat ILOR (Incremental Labor Output Ratio) dan Elastisitas
bahwa ketimpangan dalam distribusi pendapatan bukan kesempatan kerja. ILOR dihitung dengan menggunakan
semata-mata karena pertumbuhan ekonomi yang tinggi. rumus: ILORi = tambahan tenaga kerja (orang)/ %
Banyak faktor lain yang ikut berpengaruh, seperti misalnya pertumbuhan PDRBi. Sedangkan, elastisitas kesempatan
tingkat pendidikan angkatan kerja, struktur ekspor, dan kerja menggunakan rumus: Ln Eit = Ln a + b Ln Yit,
terjadinya distorsi dalam perdagangan (Tambunan, 2001). dimana Eit adalah elastisitas kesempatan kerja pada sektor
Korelasi antara pertumbuhan dan kemiskinan tidak i tahun ke-t; Yit adalah nilai PDRB sektor i tahun ke-t.
berbeda dengan kasus pertumbuhan dan ketimpangan
pendapatan. Pada awal-awal proses pembangunan tingkat
kemiskinan cenderung meningkat, dan pada saat mendekati

Volume VIII No. 2 Desember 2012 77


Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kesempatan Kerja (Kasus Provinsi Bali, 2001--2011)

DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL menurun (Tabel 1). Hubungan yang berlawanan


antara pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja
Angkatan kerja adalah penduduk usia 15 tahun atau mengindikasikan sektor-sektor kegiatan ekonomi sudah
lebih yang terdiri atas penduduk yang bekerja, mempunyai kelebihan tenaga kerja dan atau banyak proses produksi
pekerjaan tetap tetapi sementara tidak bekerja, dan yang bersifat capital intensive.
tidak mempunyai pekerjaan sama sekali tetapi mencari Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan
pekerjaan secara aktif. Dalam Sensus Penduduk jumlah kesempatan kerja (employment) pada Tabel 1 dapat
angkatan kerja yang bekerja (umur ≥ 15 tahuh) sekaligus digambarkan dalam bentu grafik seperti pada Diagram
mencerminkan jumlah kesempatan kerja yang tercipta. 1. Dalam diagram ini tidak terlihat secara jelas pola
Pengangguran terbuka (open unemployment) hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan kesempatan
adalah angkatan kerja (umur ≥ 15 tahun) yang berstatus kerja. Pertumbuhan ekonomi trend-nya meningkat,
sedang mencari pekerjaan. tetapi pertumbuhan kesempatan kerja sangat fluktuatif
Setengah pengangguran (under utilized) adalah malahan tahun 2001 dan 2006 mengalami pertumbuhan
angkatan kerja (umur ≥ 15 tahun) yang bekerja di bawah yang negatif. Untuk memperoleh gambaran yang lebih
jam kerja normal (< 35 jam per minggu). jelas mengenai besarnya pengaruh pertumbuhan ekonomi
Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki terhadap kesempatan kerja digunakan konsep ILOR dan
rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah elastisitas kesempatan kerja.
Garis Kemiskinan (GK). GK terdiri atas dua komponen
yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Tabel 1 Perkembangan PDRB dan kesempatan kerja, Provinsi Bali, 2001-
-2011
Kemiskinan Non-Makanan (GKNM). GKM merupakan
PDRB (harga konstan 2000)1) Kesempatan kerja2)
nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang Tahun Pertumbuhan Pertumbuhan
disetarakan dengan 2100 kalori per kapita per hari. Milliar rupiah Orang
(%) (%)
Sedangkan GKNM adalah kebutuhan minimum untuk 2001 17 879 875,31 3,54 1 583 917 (-)7,53
2002 18 423 860,69 3,04 1 688 841 6,62
perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket 2003 19 080 895,84 3,57 1 748 932 3,56
komoditas kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 2004 19 963 243,81 4,62 1 835 165 4,93
51 jenis komoditas untuk daerah perkotaan dan 47 jenis 2005 21 072 444,79 5,56 1 895 741 3,30
2006 22 184 679,28 5,28 1 870 288 (-)1,34
komoditas untuk daerah perdesaan. 2007 23 497 047,07 5,92 1 982 134 5,98
Gini ratio adalah alat yang digunakan untuk mengukur 2008 24 900 571,98 5,97 2 029 730 2,40
2009 26 228 275,39 5,33 2 057 118 1,35
distribusi pendapatan antar kelompok masyarakat. Angka 2010 28 880 686,20 5,61 2 177 358 5,84
Gini Ratio bergerak mulai dari 0 s.d 1. Jika angka Gini 20113) 30 753 674,05 6,48 2 204 874 1,26
Rasio makin mendekati 1, menggambarkan distribusi Sumber: 1) Bali Dalam Angka 2002, 2006 dan 2011
2) Sakernas 2001 s/d 2011
pendapatan antar kelompok masyarakat kaya dan miskin 3) http://bali.bps.go.id
semakin timpang.
ILOR (Incremental labor output ratio) adalah
menunjukkan banyaknya kesempatan kerja baru yang
tercipta sebagai akibat naiknya pertumbuhan ekonomi
sebesar 1,00 persen.
Elastisitas kesempatan kerja adalah imbangan
antara persentase kenaikan kesempatan kerja dengan
meningkatnya pertumbuhan ekonomi sebesar 1,00 persen.
Pertumbuhan ekonomi diukur dengan
menggunakan rumus: (PDRBt – PDRBt-1)/PDRBt-1 x 100
persen, dimana PDRBt adalah nilai PDRB tahun ke-t;
PDRBt-1 adalah PDRB tahun ke t-1.
Sumber: Tabel 1

HASIL DAN PEMBAHASAN


ILOR dan elastisitas kesempatan kerja
Pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja ILOR adalah banyaknya kesempatan kerja yang tercipta
Selama kurun waktu 2001--2011 nilai PDRB Bali dan untuk setiap pertumbuhan ekonomi sebesar 1,00 persen (H.
kesempatan kerja yang tercipta semakin banyak. Tetapi jika F. Noor, 2007). Dengan menggunakan data petumbuhan
dilihat pertumbuhannya baik PDRB atau kesempatan kerja ekonomi dan kesempatan kerja periode 2000--2011,
sangat fluktuatif. Pertumbuhan PDRB bervariasi antara diperoleh angka ILOR untuk Bali seperti yang disajikan
3,04 – 6,48 persen dengan kecendrungan meningkat. pada Tabel 2. Dari tabel ini terlihat perkembangan angka
Tetapi pertumbuhan kesempatan kerja lebih bervariasi ILOR Bali selama periode 2001--2011 sangat fluktuatif
yaitu antara (-) 1,34 – 6,62 persen dengan kecendrungan dengan rata-rata 9.988 orang. Angka ini menunjukkan

78 PI R AMI DA Jurnal Kependudukan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia


Nyoman Dayuh Rimbawan

Tabel 3 Rata-rata elastisitas kesempatan kerja sepanjang periode 2001-


setiap ekonomi tumbuh 1,00 persen mampu menciptakan -2011 menurut lapangan usaha, Bali.
kesempatan kerja bagi 9.988 orang pekerja.
Koefisien elas-
No. Lapangan usaha tisitas kesempa-
Tabel 2 Perkembangan pertumbuhan ekonomi, tambahan kesempatan tan kerja
kerja dan ILOR, Bali, 2001--2011 1 Pertanian (dalam arti luas) 0,316
Pertumbuhan Tambahan ILOR 2 Pertambangan & Galian 0,126
Tahun ekonomi kesempatan kerja (orang) 3 Industri pengolahan 0,458
(%)1) (orang)2) 4 Listrik, gas & air 1,112
5 Bangunan 0,623
(1) (2) (3) (4) = (3):(2) 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 0,632
2001 3,54 (-) 129 037 (-) 36 451 7 Angkutan & Komunikasi 0,412
2002 3,04 104 924 34 514 8 Keuangan, Persewaan & Jasa perusahaan 1,761
2003 3,57 60 091 29 390 9 Jasa-jasa 1,007
2004 4,62 86 233 18 665 Keseluruhan 0,553
2005 5,56 60 576 10 895
2006 5,28 (-) 25 453 (-) 4 821 Sumber: Lampiran
2007 5,92 111 846 18 893
2008 5,97 47 596 7 972
2009 5,33 27 388 5 138 Jika dilihat menurut lapangan usaha, koefisien
2010 5,61 120 240 21 433 elastsitasnya sangat bervariasi. Hanya tiga dari sembilan
2011 6,48 27 516 4 246
usaha yang membentuk PDRB mempunyai kemampuan
Rata-rata - - 9 988
relatif besar dalam menciptakan kesempatan kerja karena
Sumber: 1) http://bali.bps.go.id koefisien elastisitasnya > 1. Tiga lapangan usaha tersebut
2)Sakernas 2001 s/d 2011 (data diolah).
adalah keuangan, listrik, dan jasa-jasa. Sebaliknya, enam
lapangan usaha yang lain karena koefisiennya < 1 , maka,
Apa makna angka ILOR ini dikaitkan dengan jumlah kemampuannya dalam menciptakan kesempatan kerja
pengangguran? Tahun 2011 misalnya di Bali tercatat relatif rendah. Lapangan usaha pertanian misalnya,
jumlah penduduk yang berstatus menganggur 52.384 koefisiennya 0,316, yang berarti kenaikan PDRB
orang. Saat yang sama ekonomi Bali tumbuh 6,48 persen. lapangan usaha pertanian sebesar 1,00 persen hanya
Ini berarti, untuk mengentaskan jumlah penganggur mampu meningkatkan kesempatan kerja 0,31 persen.
tersebut dengan rata-rata ILOR 9.988 orang, maka, Rendahnya koefisien elastisitas sebagian besar lapangan
tahun 2012 ekonomi Bali harus tumbuh 5,52 persen di usaha mengakibatkan pertumbuhan kesempatan kerja
atas pertumbuhan tahun 2011. Dengan kata lain, tahun relatif lambat. Akibatnya, sejumlah angkatan kerja tidak
2012 ekonomi Bali harus tumbuh minimal 12,00 persen memperoleh pekerjaan (pengangguran terbuka) dan
(6,48 % + 5,52%). Dapat dipastikan pertumbuhan ekonomi berstatus sebagai setengah pengangguran.
sebesar 12,00 persen mustahil dapat dicapai oleh Bali. Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4 dalam kurun
Metode kedua yang dapat digunakan mengukur besar- waktu 2001--2006 banyaknya pengangguran terbuka
nya pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kesempa- meningkat hampir tiga kali lipat, yaitu dari 46.000 orang
tan kerja dilihat dari koefisien elastisitas kesempatan kerja. menjadi lebih dari 120.000 orang. Kondisi ini tampaknya
Menurut A. Daryanto & Y. Hafizrianda (2010), salah satu berkaitan dengan terjadinya ledakan bom di kawasan
cara yang dianggap baik mengukur elastisitas rata-rata se- wisata Kuta pada tahun 2002 dan 2005. Ledakan bom
panjang waktu historis dapat menggunakan metode regresi ini mengakibatkan kunjungan wisatawan asing ke Bali
model double log (model log-log) dengan rumus: Ln Eit menurun drastis sehingga industri pariwisata melemah.
= Ln a + bLn Yit, dimana Eit adalah jumlah kesempatan Banyak hotel dan pendukung prasarana pariwisata
kerja pada sektor i tahun ke-t, dan Yit merupakan nilai melakukan pemutusan hubungan kerja atau mengurangi
PDRB sektor i pada tahun ke-t. Elastisitas kesempatan jam kerja karyawannya. Melemahnya industri pariwisata
kerja akan ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi dari berdampak negatif terhadap sektor-sektor ekonomi yang
PDRB, dalam kasus ini adalah nilai b. Berdasarkan rumus lain sehingga secara keseluruhan ekonomi Bali terpuruk.
di atas, dengan menggunakan Program SPSS diperoleh Akibatnya, pengangguran meningkat. Tetapi, setelah tahun
rata-rata elastisitas kesempatan kerja per lapangan usaha 2006 sejalan dengan pulihnya industri pariwisata ekonomi
sepanjang periode 2001--2011 seperti yang disajikan dalam Bali kembali bergerak kearah yang positif sehingga jumlah
Tabel 3. Pada Tabel 3, terlihat secara keseluruhan rata-rata pengangguran menurun dan tahun 2011 hanya tinggal
koefisien elastisitas kesempatan kerja di Bali sepanjang 52.384 orang. Tetapi, jumlah ini masih lebih banyak
periode 2001--2011 adalah < 1, tepatnya 0,553. Koefisi- dibandingkan dengan tahun 2001 yang hanya 46.000
en elastisitas < 1 menunjukkan pengaruh pertumbuhan orang.
ekonomi terhadap penciptaan kesempatan kerja relatif
rendah. Dalam kasus ini pertumbuhan ekonomi sebesar
1,00 persen hanya mampu menciptakan tambahan kesem-
patan kerja 0,55 persen.

Volume VIII No. 2 Desember 2012 79


Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kesempatan Kerja (Kasus Provinsi Bali, 2001--2011)

Tabel 4 Perkembangan pengangguran terbuka dan setengah pengang-


guran, Bali, 2001--2011 poor, tetapi pro-growth.
Tahun Pengangguran terbuka Setengah pengangguran Pemahaman tentang kemiskinan tidak hanya terbatas
Orang Persen1) Orang Persen2) pada berapa jumlah dan persentase penduduk miskin.
2001 46 000 2,82 618 925 39,05 Dimensi lain yang juga perlu diperhatikan adalah tingkat
2002 61 032 2,56 522 497 30,95
2003 69 975 2,80 521 609 29,83 kedalaman kemiskinan (P 1) dan tingkat keparahan
2004 89 640 4,66 619 480 33,76 kemiskinan (P2). Kebijakan penanggulangan kemiskinan
2005 106 430 5,32 540 808 28,53
2006 120 188 4,61 550 178 29,42 di samping harus diarahkan untuk mengurangi jumlahnya
2007 77 577 2,91 501 265 25,29 sekaligus juga mengurangi kedalaman dan keparahannya.
2008 69 548 2,58 664 325 32,73
2009 66 470 2,44 556 753 27,06 Periode 2007--2011 Indeks P1 dan P2 di Bali makin kecil
2010 68 791 2,37 525 500 24,13 (Tabel 6). Ini berarti, rata-rata pengeluaran penduduk
2011 52 384 2,32 540 633 24,52
Rata-rata 75 276 3,21 560 179 25,96 miskin semakin meningkat mendekati Garis Kemiskinan
Sumber: Sakernas 2001 s.d 2011 (GK) dan rata-rata perbedaan/ketimpangan pengeluaran
Catatan: 1)Persentase terhadap total angkatan kerja. di antara penduduk miskin semakin menyempit. Tetapi,
2)Persentase terhadap angkatan kerja yang bekerja.
jika dilihat menurut desa-kota baik indeks P1 atau P2,
angkanya berbeda. Kadang-kadang di kota lebih besar
Penduduk miskin dan Gini Rasio dibandingkan dengan di desa, atau sebaliknya. Tetapi,
Masalah lain yang dihadapi Bali di bidang ketenaga- tahun 2011, baik untuk P1 atau P2 angkanya lebih besar
kerjaan adalah banyaknya setengah pengangguran. Pada di perkotaan. Ini mengindikasikan pengeluran rata-rata
Tabel 4 terlihat rata-rata setiap tahun jumlahnya lebih penduduk miskin di perkotaan makin menjauhi GK
dari 560.000 orang atau sekitar 25,00 persen dari selu- dibandingkan dengan penduduk miskin di perdesaann.
ruh angkatan kerja yang bekerja. Setengah penangguran Demikian juga dari sisi pemerataan, pengeluaran di antara
bukan semata-mata menunjukkan jam kerja yang pendek, penduduk miskin diperkotaan lebih timpang dibandingkan
tetapi sekaligus juga mencerminkan perekonomian sudah dengan di perdesaan. Dengan kata lain, tahun 2011 kondisi
kelebihan pekerja dan pendapatan yang relatif rendah. penduduk miskin di perkotaan lebih jelek dibandingkan
Kondisi ini berpotensi memunculkan penduduk miskin dengan di perdesaan.
dan distribusi pendapatan yang kurang merata.
Tabel 6 Indeks Kedalaman (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Provinsi Bali Tahun 2007--2011
Tabel 5 Perkembangan jumlah penduduk miskin dan angka Gini Rasio, Indeks Kedalaman Kemiskinan(P1)Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Tahun
Bali, 2001--2011 Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa
Tahun Penduduk miskin Angka Gini Rasio 2007 0.98 0.87 0.94 0.27 0.18 0.23
Orang Persen 2008 0.74 0.98 0.84 0.15 0.22 0.18
2009 0.77 0.70 0.74 0.20 0.13 0.17
2001 248.400 7,87 0,2919
2002 221.800 6,89 0,2966 2010 0.52 0.96 0.71 0.09 0.22 0.14
2003 246.100 7,34 0,2607 2011 0.76 0.52 0.66 0.20 0.09 0.16
2004 231.900 6,85 0,2669 Sumber : Bali Dalam Angka 2012 (berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional -
2005 228.400 6,72 0,3284 Maret
2006 243.500 7,08 0,3046
2007 229.100 6,63 0,2788
2008 215.700 6,17 0,3104 Data pada Tabel 2 menunjukkan selama kurun
2009 181.700 5,13 0,2907 waktu 2001--2011, pertumbuhan ekonomi Bali mencapai
2010 174.900 4,88 0,3195 puncaknya pada tahun 2011, yaitu sebesar 6,48 persen.
20111) 183.100 4,59 0,3820
Padahal, tahun-tahun sebelumnya pertumbuhannya
Sumber: http://bali.bps.go.id
1)http://bali-bisnis.com/index.php/warga-bali-semakin-miskin/ dibawah 6,00 persen, yaitu bervariasi antara 3,04 – 5,92
persen. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi ini diikuti
Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5, selama periode oleh menurunnya angka pengangguran terbuka, tetapi di
2006--2010 jumlah penduduk miskin semakin menurun, sisi lain jumlah setengah mengangguran semakin banyak,
tetapi tahun 2011 jumlahnya meningkat secara absolut dari dan hal ini bermuara pada makin meningkatnya penduduk
174.900 menjadi 183.100, namun dari persentase turun miskin serta makin melebarnya jurang pendapatan antara
menjadi 4,59 persen dibandingkan tahun sebelumnya penduduk kaya dan miskin. Hal ini mengindikasikan
(4,88 persen). Secara keseluruhan selama kurun waktu pertumbuhan ekonomi yang kurang berkualitas.
2001--2011, jumlah penduduk miskin di Bali menunjukkan Pembangunan lebih berorientasi pada pertumbuhan atau
trend yang menurun. Tetapi, di sisi lain angka Gini Rasio pro-growth.
dalam kurun waktu yang sama cenderung meningkat.
Ini berarti, kendatipun jumlah penduduk miskin sudah Mengapa pertumbuhan ekonomi Bali rendah?
semakin berkurang, tetapi distribusi pendapatan antara Banyak faktor yang menyebabkan pertumbuhan
penduduk miskin dan kaya semakin melebar. Hal ini ekonomi Bali relatif rendah, antara lain karena hal-hal
menjadi indikasi bahwa proses pembangunan kurang pro- berikut. Pertama, dari aspek penggunaan Produk Domestik

80 PI R AMI DA Jurnal Kependudukan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia


Nyoman Dayuh Rimbawan

Regional Bruto (PDRB), dari tahun ke tahun didominasi ekonomi berkurang.


oleh pengeluaran konsumsi, bukan pengeluaran untuk Provinsi Bali akan sulit untuk mengentaskan
investasi. Tahun 2011 dari seluruh nilai PDRB, pengeluaran pengangguran (terbuka atau tersembunyi) karena di
untuk konsumsi (konsumsi rumah tangga, lembaga swasta samping pertumbuhan ekonominya relatif rendah (dibawah
nirlaba, dan pemerintah) hampir mencapai 71,00 persen. rata-rata nasional), pertumbuhan tersebut lebih banyak
Sebaliknya, proporsi pengeluaran untuk investasi (baca: merupakan kontribusi sektor non-tradable dibandingkan
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto) jauh lebih sektor tradable. Padahal, penyerapan pekerja oleh sektor
rendah, yaitu hanya 27,00 persen. Dampak pengeluaran tradable (pertanian, industri, dan pertambangan & galian)
konsumsi terhadap pertumbuhan ekonomi relatif lemah lebih besar dibandingkan sektor non-tradable (hotel,
dan bersifat jangka pendek, sedangkan pengeluaran perdagangan, restoran, keuangan, transportasi dll.). Tahun
investasi dapat menopang pertumbuhan ekonomi jangka 2011 misalnya, ekonomi Bali tumbuh 6,48 persen. Tetapi,
panjang dan mempunyai dampak pengganda (multiplier kontribusi dari sektor tradable terhadap pertumbuhan
effect) jauh lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran hanya 12,8 persen, selebihnya, (87,2 persen) merupakan
konsumsi. kontribusi dari sektor non-tradable.
Kedua, dari segi kebijakan anggaran. Dari aspek penge­
luaran, struktur APBD semua kabupaten/kota di Bali SIMPULAN DAN SARAN
termasuk Provinsi Bali sebagian besar untuk belanja tak
langsung, yang didominasi untuk belanja pegawai terma- Struktur APBD yang lebih banyak untuk belanja
suk uang representasi dan tunjangan pimpinan/anggota tak langsung dan distribusi penggunaan PDRB yang
DPRD serta kepala daerah/wakilnya. Sedangkan, untuk didominasi untuk konsumsi, serta pertumbuhan yang lebih
belanja langsung, yaitu belanja yang dianggarkan terkait banyak didorong oleh sektor non-tradable mengakibatkan
langsung dengan kegiatan program seperti belanja barang/ pertumbuhan ekonomi Bali relatif rendah, sehingga
jasa dan belanja modal, menempati proporsi besar kedua. kesempatan kerja yang tercipta juga rendah. Dalam
Proporsi besar ketiga untuk pembiayaan daerah dalam jangka panjang proporsi belanja investasi (belanja modal)
APBD 2010, total pengeluaran untuk belanja tak lang- harus diperbesar. Konsekwensinya, proporsi belanja
sung dari semua kabupaten/kota di Bali hampir mencapai pegawai harus dikurangi. Pengurangan belanja pegawai
71,00 persen. Sedangkan, untuk belanja langsung hanya dapat dilakukan dengan melakukan analisis mengenai
sekitar 27,00 persen dan sisanya (± 2,00 persen) untuk kebutuhan personil, baik di lihat dari aspek kuantitatif
pembiayaan daerah seperti pembentukan dana cadangan, ataupun kualitatif. Sekarang ini ada indikasi seluruh
penyertaan modal pemerintah daerah, pemberian pinja- kabupaten/kota di Bali, termasuk provinsi, disamping
man daerah, dan pembayaran pokok hutang. Perlu dicatat postur birokrasinya relatif gemuk, juga kurang match-
bahwa dari seluruh belanja langsung tersebut, paling bany- nya antara kualifikasi tenaga yang tersedia dengan yang
ak digunakan untuk belanja barang dan jasa (55,00 per- dibutuhkan. Pengurangan secara bertahap proporsi belanja
sen), sedangkan untuk belanja modal hanya sekitar 36,00 pegawai harus diikuti pengeluaran yang semakin besar
persen. Sisanya, (9,00 persen) untuk honorarium/uang untuk belanja langsung (baca: belanja modal). Dengan
lembur pegawai yang berkaitan dengan kegiatan program. demikian, diharapkan pertumbuhan ekonomi dapat dipacu
Struktur belanja modal seperti ini kurang mendukung per- lebih tinggi, sehingga dapat menciptakan kesempatan
tumbuhan ekonomi karena didominasi oleh belanja barang kerja yang lebih banyak sekaligus untuk mengurangi/
dan jasa, bukan untuk untuk belanja modal. mengentaskan kemiskinan.
Ketiga, penyusunan RAPBD yang kurang cermat. Hal
ini dapat dilihat dari pos pembiayaan daerah dimana DAFTAR PUSTAKA
salah satu komponennya berupa sisa lebih perhitungan
............, 2002. Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia, Agustus
anggaran tahun lalu (SiLPA) sebagai salah satu sumber 2001. Badan Pusat Statistik: Jakarta-Indonesia.
penerimaan daerah. Selain SiLPA yang termasuk dalam ............, 2003. Bali Dalam Angka 2002. Badan Pusat Statisitik
pembiayaan daerah adalah transfer dari dana cadangan, Provinsi Bali: Denpasar.
penerimaan pinjaman, dan obligasi. Tahun anggaran 2010 ............, 2003. Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia, Agustus
2002. Badan Pusat Statistik: Jakarta-Indonesia.
besarnya pembiayaan daerah untuk seluruh kabupaten/ ............, 2004. Keadaan Angkatan Kerja di Provinsi Bali, Agus-
kota se-Bali sekitar 11,00 persen (setara dengan Rp.748 tus 2003. Badan Pusat Statistik: Jakarta-Indonesia.
milliar) dari total penerimaan. Sebagian besar dari ............, 2005. Bali Dalam Angka 2004/2005. Denpasar: Badan
pembiayaan daerah tersebut berupa SiLPA. Besarnya Pusat Statistik Provinsi Bali.
............, 2005. Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia, Agustus
SiLPA mencerminkan banyaknya uang yang mengendap 2004. Badan Pusat Statistik: Jakarta-Indonesia.
dalam tahun anggaran sebelumnya, sehingga mengurangi ............, 2006. Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia, Agustus
kemampuan APBD menggerakkan aktivitas perekonomian 2005. Badan Pusat Statistik: Jakarta-Indonesia.
dalam tahun anggaran yang bersangkutan. Akibatnya, ............, 2007. Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia, Agustus
2006. Badan Pusat Statistik: Jakarta-Indonesia.
kemampuan APBD dalam mendorong pertumbuhan

Volume VIII No. 2 Desember 2012 81


Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kesempatan Kerja (Kasus Provinsi Bali, 2001--2011)

............, 2007. Bali Dalam Angka 2006. Badan Pusat Statisitik


Provinsi Bali: Denpasar.
Lampiran
............, 2008. Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia, Agustus
2007. Badan Pusat Statistik: Jakarta-Indonesia. Regression
............, 2009. Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia, Agustus
2008. Badan Pusat Statistik: Jakarta-Indonesia.
............, 2010. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Bali Variables Entered/Removedb
2005-2009. Denpasar: Variables Variables
............, 2010. Berita Resmi Statistik, No. 29/07/51/Th.IV,1 Juli Model Entered Removed Method
2010. Badan Pusat Statistik Provinsi Bali: Denpasar. 1 lnpertaa . Enter
............, 2010. Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia, Agustus a. All requested variables entered.
2009. Badan Pusat Statistik: Jakarta-Indonesia. b. Dependent Variable: lnpperta
............, 2011. Bali Dalam Angka 2011. Badan Pusat Statisitik
Provinsi Bali: Denpasar. Model Summary
............, 2011. Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia, Agustus Adjusted Std. Error of
2010. Badan Pusat Statistik: Jakarta-Indonesia. Model R R Square R Square the Estimate
............, 2012. Bali Dalam Angka 2012. Badan Pusat Statisitik 1 ,346a ,120 ,022 ,11653
Provinsi Bali: Denpasar. a. Predictors: (Constant), lnperta
............, 2012. Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia, Agustus
2011. Badan Pusat Statistik: Jakarta-Indonesia. ANOVAb

Arief Daryanto & Yundy Hafizrianda.2010. Model-Model Kuan- Model


Sum of
Squares df Mean Square F Sig.

titatif Untuk Perencanaan Pembangunan Ekonomi Da- 1 Regression


Residual
,017
,122
1
9
,017
,014
1,224 ,297a

erah: Konsep dan Aplikasi. Bogor: IPB Press. Total ,139 10

Bappeda Provinsi Bali & Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. a. Predictors: (Constant), lnperta
b. Dependent Variable: lnpperta
H. F. Noor. 2007. Ekonomi Manajerial . Jakarata: PT Radja
Grafindo Persada.
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

http://bali.bps.go.id Model
1 (Constant)
lnperta
B
8,509
,316
Std. Error
4,393
,286
Beta

,346
t
1,937
1,106
Sig.
,085
,297

http://bali-bisnis.com/index.php/warga-bali-semakin-miskin/ a. Dependent Variable: lnpperta

http://www.tempo.co.id/hg//2008/08/28/brk,20080828-
13269..... Regression
Mudrajad Kuncoro. 2000. Ekonomi Pembangunan, Teori, Ma-
salah dan Kebijakan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Thee Kian Wie. 1981. Pembangunan Ekonomi dan Pemerataan. Variables Entered/Removedb
Jakarata: LP3ES. Variables Variables
Todaro, M. P. 1983. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Model Entered Removed Method
buku 1 (terjemahan). Jakarta: Ghalia Indonesia. 1 lntambang a . Enter
Tulus T. H. Tambunan. 2001. Perekonomian Indonesia, Teori a. All requested variables entered.
dan Temuan Emperis. Jakarta : Ghalia Indonesia. b. Dependent Variable: lnptambang

Model Summary
Adjusted Std. Error of
Model R R Square R Square the Estimate
1 ,042a ,002 -,109 ,58748
a. Predictors: (Constant), lntambang

ANOVAb
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,005 1 ,005 ,016 ,903a
Residual 3,106 9 ,345
Total 3,112 10
a. Predictors: (Constant), lntambang
b. Dependent Variable: lnptambang

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 7,609 11,958 ,636 ,540
lntambang ,126 1,007 ,042 ,125 ,903
a. Dependent Variable: lnptambang

Regression

Variables Entered/Removedb
Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 lnindustri a . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: lnpindusri

82 PI R AMI DA Jurnal Kependudukan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia


Nyoman Dayuh Rimbawan

ANOVAb
Model Summary
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
Adjusted Std. Error of 1 Regression ,168 1 ,168 28,359 ,000a
Model R R Square R Square the Estimate Residual ,053 9 ,006
1 ,633a ,401 ,334 ,12031 Total ,221 10
a. Predictors: (Constant), lnPHR
a. Predictors: (Constant), lnindustri b. Dependent Variable: lnpphr

Coefficientsa
ANOVAb Unstandardized Standardized
Sum of Coefficients Coefficients
Model Squares df Mean Square F Sig. Model B Std. Error Beta t Sig.
1 Regression ,087 1 ,087 6,026 ,036a 1 (Constant) 3,076 1,871 1,644 ,135
Residual ,130 9 ,014
lnPHR ,632 ,119 ,871 5,325 ,000
Total ,217 10
a. Dependent Variable: lnpphr
a. Predictors: (Constant), lnindustri
b. Dependent Variable: lnpindusri

Coefficientsa Regression
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 5,784 2,727 2,121 ,063
Variables Entered/Removedb
lnindustri ,458 ,187 ,633 2,455 ,036
a. Dependent Variable: lnpindusri
Variables Variables
Model Entered Removed Method
Regression 1 lnangkuta . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: lnpangkuat
Variables Entered/Removedb
Variables Variables
Model Summary
Model Entered Removed Method
1 lnbangun a . Enter Adjusted Std. Error of
a. All requested variables entered. Model R R Square R Square the Estimate
b. Dependent Variable: lnpbangun 1 ,629a ,396 ,329 ,11183
a. Predictors: (Constant), lnangkut

Model Summary
ANOVAb

Adjusted Std. Error of Sum of


Model Squares df Mean Square F Sig.
Model R R Square R Square the Estimate 1 Regression ,074 1 ,074 5,903 ,038a
1 ,785a ,617 ,574 ,09577 Residual ,113 9 ,013
Total ,186 10
a. Predictors: (Constant), lnbangun a. Predictors: (Constant), lnangkut
b. Dependent Variable: lnpangkuat
ANOVAb
Sum of Coefficientsa
Model Squares df Mean Square F Sig.
Unstandardized Standardized
1 Regression ,133 1 ,133 14,486 ,004a
Coefficients Coefficients
Residual ,083 9 ,009
Total Model B Std. Error Beta t Sig.
,215 10
1 (Constant) 5,206 2,497 2,085 ,067
a. Predictors: (Constant), lnbangun
lnangkut ,412 ,170 ,629 2,430 ,038
b. Dependent Variable: lnpbangun
a. Dependent Variable: lnpangkuat

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Regression
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 3,276 2,241 1,462 ,178
lnbangun ,623 ,164 ,785 3,806 ,004
a. Dependent Variable: lnpbangun Variables Entered/Removedb
Variables Variables
Regression Model Entered Removed Method
1 lnuang a . Enter
a. All requested variables entered.
Variables Entered/Removedb b. Dependent Variable: lnpuang

Variables Variables
Model Entered Removed Method Model Summary
1 lnPHR a . Enter
Adjusted Std. Error of
a. All requested variables entered.
Model R R Square R Square the Estimate
b. Dependent Variable: lnpphr
1 ,785a ,617 ,574 ,25634
a. Predictors: (Constant), lnuang
Model Summary
ANOVAb
Adjusted Std. Error of
Sum of
Model R R Square R Square the Estimate Model Squares df Mean Square F Sig.
1 ,871a ,759 ,732 ,07686 1 Regression ,952 1 ,952 14,495 ,004a
Residual ,591 9 ,066
a. Predictors: (Constant), lnPHR Total 1,544 10
a. Predictors: (Constant), lnuang
b. Dependent Variable: lnpuang

Volume VIII No. 2 Desember 2012 83


Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kesempatan Kerja (Kasus Provinsi Bali, 2001--2011)

Coefficientsa
Regression
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -14,513 6,619 -2,193 ,056 Variables Entered/Removedb
lnuang 1,761 ,462 ,785 3,807 ,004
a. Dependent Variable: lnpuang Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 lnlistrik a . Enter
Regression a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: lnplistrik

Variables Entered/Removedb
Model Summary
Variables Variables Adjusted Std. Error of
Model Entered Removed Method Model R R Square R Square the Estimate
1 lnjasa a . Enter 1 ,461a ,213 ,125 ,47028
a. All requested variables entered. a. Predictors: (Constant), lnlistrik

b. Dependent Variable: lnpjasa


ANOVAb
Sum of
Model Summary Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,537 1 ,537 2,430 ,153a
Adjusted Std. Error of Residual 1,990 9 ,221
Total 2,528 10
Model R R Square R Square the Estimate a. Predictors: (Constant), lnlistrik
1 ,916a ,839 ,821 ,08589 b. Dependent Variable: lnplistrik

a. Predictors: (Constant), lnjasa


Coefficientsa

ANOVAb Unstandardized Standardized


Coefficients Coefficients
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 Regression ,347 1 ,347 46,984 ,000a 1 (Constant) -5,704 9,087 -,628 ,546
Residual ,066 9 ,007 lnlistrik 1,112 ,714 ,461 1,559 ,153
Total ,413 10 a. Dependent Variable: lnplistrik
a. Predictors: (Constant), lnjasa
b. Dependent Variable: lnpjasa

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -2,601 2,199 -1,183 ,267
lnjasa 1,007 ,147 ,916 6,855 ,000
a. Dependent Variable: lnpjasa

Regression

Variables Entered/Removedb
Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 lnPDRBa . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: lnptotal

Model Summary
Adjusted Std. Error of
Model R R Square R Square the Estimate
1 ,970a ,941 ,935 ,02663
a. Predictors: (Constant), lnPDRB

ANOVAb
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,102 1 ,102 143,818 ,000a
Residual ,006 9 ,001
Total ,108 10
a. Predictors: (Constant), lnPDRB
b. Dependent Variable: lnptotal

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 5,103 ,780 6,539 ,000
lnPDRB ,553 ,046 ,970 11,992 ,000
a. Dependent Variable: lnptotal

84 PI R AMI DA Jurnal Kependudukan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Anda mungkin juga menyukai