REFERAT MALPRAKTEK - Kadek Yulianti 20710083
REFERAT MALPRAKTEK - Kadek Yulianti 20710083
REFERAT MALPRAKTEK - Kadek Yulianti 20710083
“MALPRAKTEK“
Disusun oleh :
Kadek yulianti
20710083
Dokter Pembimbing:
KEPANITERAAN KLINIK
2021
LEMBAR PENGESAHAN
NPM 20710083
Fakultas : Kedokteran
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis bisa
menyelesaikan penyusunan referat yang berjudul “malpraktek“. Penyusunan referat ini
diajukan untuk memenuhi tugas pada SMF Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
dalam menempuh Pendidikan Profesi Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya
Kusuma Surabaya juga dimaksudkan untuk menambah wawasan bagi penulis.
Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang
membantu terwujudnya laporan ini di antaranya:
1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
2. dr. H. Agus Moch. Algozi, Sp.F (K) DFM, S.H, selaku Kepala Bagian Ilmu Kedokteran
Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
3. dr. Meivy Isnoviana, S.H, M.H, selaku Dokter Pembimbing Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
4. dr. Bambang Rudi Utantio, Sp. JP, selaku Dokter Pembimbing Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
5. Kedua orang tua kami yang telah memberikan dukungan moril, materil maupun spiritual.
Dalam penulisan referat ini penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan dan jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan semoga referat
ini bisa bermanfaat untuk pembaca dan semua orang yang memanfaatkannya.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul....................................................................................................................1
Halaman Pengesahan..........................................................................................................2
Kata Pengantar...................................................................................................................3
Daftar Isi............................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan............................................................................................................26
Daftar Pustaka..................................................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan salah satu hal yang penting dalam hidup seseorang.
Ketika kesehatan seseorang terganggu, mereka akan berusaha bagaimana caranya
untuk menyehatkan tubuhnya kembali. Salah satu upaya mengembalikan
kesehatannya adalah datang pada sarana pelayanan kesehatan. Upaya mengembalikan
kesehatan tidak akan terwujud secara maksimal apabila tidak didukung dengan
pelayanan yang baik dari sarana pelayanan kesehatan tersebut. Seiring dengan
kemajuan teknologi dan kemudahan dalam mengakses informasi, masyarakat menjadi
semakin kritis. Masyarakat semakin peka dalam menyikapi persoalan, termasuk
memberikan penilaian terhadap pelayanan yang diberikan petugas kesehatan.Sorotan
masyarakat yang tajam atas jasa pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan mengenai
tuntutan hukum terhadap dokter semakin meningkat. Hal itu dapat terjadi akibat
kesadaran hukum pasien yang semakin meningkat selain itu kesadaran atau semakin
mengertinya pasien mengenai hak-haknya ketika dirawat oleh seorang dokter.
Interpretasi yang salah di masyarakat luas bahwa kegagalan dokter dalam mengobati
pasien dianggap sebuah tindakan malpraktek, padahal seorang dokter tidak bisa
disalahkan bila tindakan yang dilakukaan dirinya dalam upaya penyembuhan pasien
sudah sesuai dengan Standard Operational Procedure (SOP).
Menurut Valentinv. La Society de Bienfaisance Mutuelle de Los Angelos,
California, malpraktek adalah kelalaian dari seseorang dokter atau perawat untuk
mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan
merawat pasien, yang lazim digunakan terhadap pasien atau orang yang terluka
menurut ukuran dilingkungan yang sama, dari definisi tersebut malpraktek harus
dibuktikan bahwa apakah benar telah terjadi kelalaian
tenaga kesehatan dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
ukurannya adalah lazim dipergunakan diwilayah tersebut. Namun menurut World
Medical Association, tidak semua kegagalan medis adalah akibat malpraktik medis.
Su Peristiwa buruk yang tidak dapat diduga sebelumnya yang terjadi saat dilakukan
tindakan medis yang sesuai standar tetapi mengakibatkan cedera pada pasien tidak
termasuk dalam pengertian malpraktik atau kelalaian medik. Oleh karena itu
pengetahuan mengenai malpraktek penting untuk dipahami bagi tenaga kesehatan
dalam melaksanakan praktiknya, khususnya penyedia pelayanan kesehatan primer
seperti dokter umum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Malpraktek merupakan istilah yang sangat umum sifatnya dan tidak selalu
berkonotasi yuridis. Secara harfiah “mal” memiliki arti “salah”, “praktek” memiliki arti
“pelaksanaan” atau “tindakan” sehingga malpraktek berarti “pelaksanaan atau tindakan yang
salah dalam rangka pelaksanaan suatu profesi. Dari segi hukum, malpraktek dapat terjadi
karena suatu tindakan yang disengaja (intentional) seperti pada misconduct tertentu,
tindakan kelalaian (negligence) ataupun suatu kekurang mahiran/ketidak kompetenan yang
tidak beralasan. Professional misconduct yang merupakan kesengajan dalam bentuk
pelanggaran ketentuan etik, ketentuan disiplin profesi, jukum administratif serta hukum
pidana dan perdata, seperti melakukan kesengajaan yang merugikan pasien, fraud,
pelanggaran wajib simpan rahasia kedokteran, aborsi ilegal, euthanasia, penyerangan
seksual, misreprentasi, keterangan palsu, menggunakan iptekdok yang belum teruji,
berpraktik tanpa SIP, berpraktik di luar kompetensinya.1
a. Ethical malpractice
- Administrative malpractice
c. Criminal malpractice
Criminal malpractice terjadi ketika seorang dokter yang menangani sebuah kasus
telah melanggar undang-undang hukum pidana. Malpraktik dianggap sebagai tindakan
kriminal dan termasuk perbuatan yang dapat diancam hukuman. Hal ini dilakukan oleh
Pemerintah untuk melindungi masyarakat secara umum. Perbuatan ini termasuk
ketidakjujuran, kesalahan dalam rekam medis, penggunaan ilegal obat – obat narkotika,
pelanggaran dalam sumpah dokter, perawatan yang lalai, dan tindakan pelecehan seksual
pada pasien yang sakit secara mental maupun pasien yang dirawat di bangsal psikiatri atau
pasien yang tidak sadar karena efek obat anestesi. Peraturan hukum mengenai tindak
kriminal memang tidak memiliki batasan antara tenaga profesional dan anggota masyarakat
lain.
Jika perawatan dan tata laksana yang dilakukan dokter dianggap mengabaikan atau
tidak bertanggung jawab, tidak baik, tidak dapat dipercaya dan keadaan - keadaan yang
tidak menghargai nyawa dan keselamatan pasien maka hal itu pantas untuk menerima
hukuman. Dan jika kematian menjadi akibat dari tindak malpraktik yang dilakukan, dokter
tersebut dapat dikenakan tuduhan tindak kriminal pembunuhan. Tujuannya memiliki
maksud yang baik namun secara tidak langsung hal ini menjadi berlebihan. Seorang dokter
dilatih untuk membuat keputusan medis yang sesuai dan tidak boleh mengenyampingkan
pendidikan dan latihan yang telah dilaluinya serta tidak boleh membuat keputusan yang
tidak bertanggung jawab tanpa mempertimbangkan dampaknya. Ia juga tidak boleh
melakukan tindakan buruk atau ilegal yang tidak bertanggung jawab dan tidak boleh
mengabaikan tugas profesionalnya kepada pasien. Criminal malpractice sebenarnya tidak
banyak dijumpai. Misalnya melakukan pembedahan dengan niat membunuh pasiennya atau
adanya dokter yang sengaja melakukan pembedahan pada pasiennya tanpa indikasi medik,
(appendektomi, histerektomi dan sebagainya), yang sebenarnya tidak perlu dilakukan, jadi
sematamata untuk mengeruk keuntungan pribadi. Memang dalam masyarakat yang menjadi
materialistis, hedonistis dan konsumtif, dimana kalangan
dokter turut terimbas, malpraktek diatas dapat meluas. 1
The applicable standard of care and its violation (substandard conduct) (Penerapan
patokan pelayanan dan pelanggarannya, suatu pelayanan dibawah standar).
c. Unsur “Damage” (Kerugian / Kerusakan)
A causal connection between the violation of the standard care and the harm
complained of (hubungan kausal antarapelanggaran terhadap layanan standar dengan
kerugian yang diadukan).
- Semua tindakan sesuai indikasi medis pelayanan kesehatan, dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai kompetensi memiliki surat ijin tugas mengingat
informed consent dan rekam medik serta rahasia jabatan atau rahasia kesehatan dari
hasil pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan berdasarkan indikasi medis, standar
pelayanan, protap pelayanan dengan memperhatikan dan menjelaskan berbagai
resiko penyakit, keadaan pasien, dan tindakan kesehatan selanjutnya tenaga
kesehatan harus menerapkan etika umum dan
profesi dan bila tidak mungkin bisa ditangani yang bukan kompetensinya harus di
rujuk atau diserahkan kepada tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi.
- Bekerja sesuai standar profesi
Pada pasal 2 kodeki, disebutkan bahwa, “Seorang dokter harus senantiasa berupaya
melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi”. yang
dimaksud dengan ukuran tertinggi dalam melakukan profesi kedokteran adalah yang
sesuai dengan ilmu kedokteran mutakhir, sarana yang tersedia, kemampuan pasien,
etika umum, etika kedokteran, hukum dan agama. ilmu kedokteran yang
menyangkut segala pengetahuan dan keterampilan yang telah diajarkan dan dimiliki
harus dipelihara dan dipupuk, sesuai dengn fitrah dan kemampuan dokter tersebut.
Etika umum dan etika kedokteran harus diamalkan dalam melaksanakan profesi
secara tulus ikhlas, jujur dan rasa cinta terhadap sesama manusia, serta penampilan
tingkah laku, tutur kata dan berbagai sifat lain yang terpuji, seimbang dengan
martabat jabatan dokter.
- Standar sarana; meliputi segala sarana yang diperlukan untuk berhasilnya profesi
dokter dalam melayani penderita dan pada dasarnya dibagi 2 bagian, yakni :
a. Sarana Medis; meliputi sarana alat-alat medis dan obat-obatan.
b. Sarana Non Medis; meliputi tempat dan peralatan lainnya yang diperlukan oleh
seorang dokter dalam menjalankan profesinya.
- Standar perilaku; yang didasarkan pada sumpah dokter dan pedoman Kode Etik
Kedokteran Indonesia, meliputi perilaku dokter dalam hubungannya dengan penderita
dan hubungannya dengan dokter lainnya, yaitu :
a. Pasien harus diperlakukan secara manusiawi
Penyedia layanan kesehatan bertanggung jawab atas mutu pelayanan medik di rumah
sakit yang diberikan kepada pasien. Rekam Medis sangat penting dalam mengemban
mutu pelayanan medik yang diberikan oleh rumah sakit beserta staf mediknya. Rekam
Medis merupakan milik rumah sakit yang harus dipelihara karena bermanfaat bagi
pasien, dokter maupun bagi rumah sakit. Tanggung jawab utama akan kelengkapan
rekam medis terletak pada dokter yang merawat. Tahap memperdulikan ada tidaknya
bantuan yang diberikan kepadanya dalam melengkapi rekam medis oleh staf lain di
rumah sakit. Dokter mengemban tanggung jawab terakhir akan kelengkapan dan
kebenaran isi rekam medis.
- Apabila ragu-ragu konsultasikan dengan konsulen
c. Pasal 361 “Barangsiapa karena salahnya menyebabkan orang menjadi sakit atau
tidak dapat menjalankan jabatannya atau pekerjaanya sementara, dihukum
dengan selamalamanya sembilan bulan atau hukuman selama- lamanya enam
bulan atau hukumkan denda setinggi-tingginya Rp 4.500.000,00.
a. Pasal 75 ayat 1 “Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja melakukan
praktik kedokteran tanpa memiliki surat tanda registrasi sebagaimana dimaksud
dalam pasal 29 ayat 1 dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tahun atau
denda paling banyak Rp 100.000.000,00.
b. Pasal 76 Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja melakukan praktik
kedokteran tanpa meliki surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam pasal 36
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tahun atau denda paling banyak Rp
100.000.000,00
c. Pasal 79 Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 tahun atau denda paling
banyak Rp 50.000.000,- setiap dokter atau dokter gigi yang :
a. Beneficience
ADA
1. Utamakan alturisme (menolong tanpa
manusia
3. Memandang pasien/keluarga dan sesuatu
sayang
6. Menjamin kehidupan baik minimal
manusia
7. Pembatasan Goal-Based
8. Maksimalisasi pemuasan
kebahagiaan/preferensi pasien
darurat
11. Menghargai hak pasien secara
keseluruhan
kepantasan
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi
secara keseluruhan
14. Mengembangkan profesi secara terus-
menerus
15. Memberikan obat berkhasiat namun
murah
16. Menerapkan Golden Rule Principle
b. Non Malficience
ADA
1. Menolong pasien emergensi
euthanasia)
5. Tidak menghina/caci maki
karena kelalaian
11. Tidak memberikan semangat hidup
bidang kesehatan
c. Autonomy
ADA
1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri,
4. Menghargai privasi
outonomi pasien
10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien
dan membuat keputusan, termasuk,
termasuk keluarga pasien sendiri
d. Justice
KRITERIA ADA TIDAK
ADA
1. Memberlakukan segala sesuatu secara universal
telah ia lakukan
3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi
(affordability,equality,accessibility,availability,quality)
5. Menghargai hak hukum pasien
dirugikan)
kebutuhan pasien
11. Meminta partisipasi pasien seusai dengan
kemampuan
12. Kewajiban mendistribusi keuntungan dan kerugian
penyakit/ggn kesehatan
16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar
Malpraktek adalah praktek kedokteran yang salah atau tidak sesuai dengan standar
profesi atau standar prosedur operasional. Kelalaian dalam praktek medik jika memenuhi
beberapa unsur (1) duty atau kewajiban tenaga medis untuk melakukan sesuatu tindakan
atau untuk tidak melakukan suatu tindakan tertentu terhadap pasien tertentu pada situasi dan
kondisi yang sama, (2) dereliction of the duty atau penyimpangan kewajiban tersebut, (3)
damage atau kerugian yaitu segala sesuatu yang dirasakan oleh pasien sebagai kerugian
akibat dari pelayanan kesehatan/ kedokteran yang diberikan oleh pemberi layanan, (4) direct
causal relationship.
1. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta :Rineka Cipta.
6. Hartono HS dkk. 2008. Pemahaman Etik Medikolegal: Pedoman Bagi Profesi Dokter.
Semsarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.