Karsinoma Sel Skuamosa Konjungtiva PDF
Karsinoma Sel Skuamosa Konjungtiva PDF
Karsinoma Sel Skuamosa Konjungtiva PDF
Disahkan Oleh
Ketua Sub Bagian Tumor
Tanggal :28 )w\i 2007
Karsinoma Sel Skuamosa Konjungtiva di Rwand4 Ugand4 dan Malawi yang berkaitan
dengan infeksi HIV. Sinar ultraviolet sebelumnya diduga merupakan faktor resiko utama
tumor ini. Faktor lain yang diduga juga berkaitan dengan penyakit ini adalah Human
(te)
papilomavinrs (fIPV;.
Karsinoma sel skuamosa konjungtiva lebih sering pada laki laki (75%) dibandingkan
wanita (25Vr7{sl dan cenderung mengenai umur yang lebih tu4 dekade ke lima dan enam,
(r4'24)
dapat juga terjadi pada usia muda dengan xeroderma pigmentosum
interpalpebral dekat nasal atau temporal limbus. Pertumbuhannya bisa lokal dan difus. Karena
munculannya bervari asi, seh in gga di agnosa bi sa terl ambat.
tumor dengan atau tanpa krioterapi, radioterapi, dan kemoterapi topical. Dengan eksisi
lengkap, biasanya prognosisnya baih dan angka rekurensinya kurang dari 10 o7o.(0't4'16)
Pada makalah ini akan dilaporkan sebuah kasus karsinoma sel skuamosa konjungtiva
yang dirawat di bagian mata RS.Dr.M.Djamil dan gambaran beberapa kasus yang sama yang
juga pernah ditangani di bagian mata.
Status oftalmologikus
Pemeriksaan lain :
Anjuran : Biopsi
Terapi : Cendomycetine salep mata
Follow up :
SGOT : l8 UiL
SGPT :20 Uil-
Hasil PA (BAJAH,I : hanya tampak eritrosit dan sebukan leukosit dan sel bulat
tampak massa isodens di daerah intra konal sampai retrobulber yang meluas ke otot rektus
meciial, lateral superior, dan N optikus. Bulbus okuli terdorong ke anterior. Massa tampak
menginfiltrasi margo inferior (dinding depan) sinus maksila kiri'
Sinus maksila masih bersih. Tak tampak pembesaran KGB
Kesan : massa intrakonal meluas ke retrobulber dan dinding anterior sinus maksila
sinistra. Suspek L imfoma.
23-0t-2006
Dilakukan Biopsi lnsisi di OK
28-01-2006
Dilakukan Biopsi ulang dan Bajah di OK
30-01-2006
kompleks yang
Hasit pA: Biopsi Konjungtiva menunjukkan jaringan dilapisi epitel skuamosa
hiperplastik tdr atas sel yang besar, bulat oval, inti vesikuler, nucleoli
prominenl
04-02-2006
Dilakukan operasi semi eksenterasi OS dan bola mata dan jaringan dikirim ke untuk
pemeriksaan PA
Terapi pasien post op : Ciprofloxacin2 x 500 mg
Nonflamin 3 xI
Asamlrlefenamat3Xl
Post operasi, keluhan tidak ada. Luka operasi tenang
l5-02-2006
Hasil PA : tampak epitel berlapis gepeng yang sebagian selnya mengalami displasia sedang,
dibawahnya tampak jar. lemak dan jar.ikat, kelompokan pigmen, kelompokan
sel
beberapa mitosis'
dengan inti pleomorfik, vesikuler, sitoplasma sedikit eosinofrlik dan
Konsul RadioteraPi
20-02-2006
Pasien mulai radioterapi' Pasien berobat jalan'
Laki laki 2t Massa pd konjungtiva OS, bemodul, Squamous Cell Carcinoma Eksisi luas.
uk 5x7 mm dari karunkula kearah Keratinisasi Menolak utk semi
kornea (lk 2 mm dari pinggir Eksenterasi.
kornea)
Laki laki 48 Konjungtiva OS hiperemis dan Invasive SCC dengan sbgn Eksenterasi,
kemosis hebat, tampak massa di sudah menjd anaplastik Diseksi KGB
bagian lateral. Radioterapi
Perempuan 60 Massa pada konjungtiva OD uk. Squamous Cell Carcinoma Semi Eksenterasi
4x3x0,5 cffi, menutupi slrh Well Differentiated
permukaan mata.
Perempuan 6l Hiperemis, Kemosis hebat pada Squamous Cell Carcinoma Semi Eksenterasi
(Kasus) konjungtiva inferior OS meluas ke Moderately Differentiated Radioterapi
fornik inferior
Karsinoma sel Skuamosa adalah 2 dari 100 pasien yang diperiksa. Diduga ini berkaitan
(3'le)
dengan infeksi virus HIV.
Individu yang tinggal dekat ekuator cendrung muncul pada usia yang lebih muda dari
pada yang tinggaljauh dari ekuator. Karsinoma sel skuamosa lebih dominan mengenai orang
(s'l o'l l' I s)
Kaukasian
Karsinoma sel skuamosa konjungtiva lebih sering pada laki laki (75%) dibandingkan
wanita (25%) dan cendrung mengenai urnur yang lebih tua yaitu dekade ke lima dan enam
(rata rata 60 tahun), dapat terjadi di usia lebih muda paCa pasien dengan xeroderma
pigmentosum dan daerah tropis. Pasien dengan AIDS mempunyai resiko l3x untuk
(5'7'r0'l I'15)
berkembangnya keganasan epitel ini.
Lesi neoplastik epitel konjung(iva meliputi displasia, neoplasma intraepite!, dan
karsinoma sel skuamosa.(2) Lesi ini dibedakan secara histopatologi berdasarkan invasi ke
membran basal epitel. Karsinoma sel skuamosa konjungtiva merupakan displasia progresif
yang menembus membran basal sampai ke substantia propria dan dapat menginvasi kornea
dan sclera.(s'26)
dapat
maturasi seluler. Akantosis, sel atypia, dan peningkatan rasio nukleus dan sitoplasma
diketahui. Karsinoma sel skuamosa terdiri dari sel sel dengan nucleus yang besar
dan
sitoplasma eosinofilik yang banyak, dan biasanya mengenai lapisan epitel bagian dalam.
sel
tumor dapat well diferentiated dan mudah dikenali sebagai squamous' atau moderately
differentiated atau poorly differentiated dan sulit dibedakan dengan dari keganasan lain
('12'26) (Gambar I &2, dikutip dari kepustakaanno22)
seperti carcinoma sebaseus.
(l 0,23)
Conjunglival sun exposrire terlihat dengan adanya solar elastosis di substantia propria.
pada
Tulvatana menemukan bahwa solar elastosis lebih sering ditemukan (53,3%o)
kasus neoplasma dan merupakan fa!<tor resiko untuk kasus neoplasma di konjungtiva.
(23)
bertambah ukurannya dengan cepat. Sering pula ditemui keluhan kemerahan atau iritasi.
Tumor ini sering terdapat di daerah interpalpebral dekat nasal atau temporal limbus, namun
bisajuga mengenai konjungtiva palpebra atau komea$'to'2022) Pertumbuhannya bisa berbentuk
nodular, gelatin, leukoplakia dengan pembuluh darah di sekitarnya(r'2'u) Tumor yang muncul
terlokalisir dapat menyerupai degenerasi konjungtiva dan diragukan dengan pterigium,
pingecula. Tipe difus juga bisa ditemukan dan klinis menyerupai konjungtivitis kronis.
Karena nrunculannya bervariasi, ia clapat merupakan suatu masquerade syndrome(t4'22'26)
(24)
Dalam analisa 60 kasus karsinoma sel skuamosa konjungtiva" Tunc mendapatkan
mata merah (68%) dan iritasi okuler (57%) sebagai gejala terbanyak. Mc Kelvie(tu' yung
meneliti 26 kasus lainnya, mendapatkan 77%o kasus dengan munculan suatu massa cian
ulkus Moren's dan setelah dilakukan tap COA baru diketahui karsinoma sel skuamos4
sedangkan pada dua kasus lainnya, didapatkan riwayat operasi pterigium sebelumnya.('a)
((:'S'I)
DIAGNOSA BAI\DIN5
- Keratotic plaque dapat menyerupai karsinoma sel skuamosa dengan leukoplakia.
- Tumor melarntik dapat mirip dengan papiloma dan karsinoma sel skuamosa pada
individu berkulit gelap.
- Hiperplasia epitheliomatous realaif bisa muncul seperti pertumbuhan yang cepaf
putih, massa hiperkeratotic dengan batas yang tidak tegas.
- Pingeucula dan Pterygium, cendrung berasal dari konjungtiva bulbi dekat dengan
limbus.
- Inverted folicularkerarosls, dimana terdapat prcliferasi epitel yang berinvaginasi
kejarirtgan ikat.
- Hereditary intraepitheliGl dyskeratosis, tirnbul dengan plak yang meninggi yang
multiple dekat dengan limbus pada kedua mata. Ini merupakan penyakit autosomal
dominan yang sering terjadi <ii Amerika Utara.
Limfoma fu;njungtiva, proliferasi limfoid konjungtiva yang tumbuh seperti
pink dan licin.
Kerotoac snthoma, jarang terdapat di konj ungtiva
TERAPI
Terapi Bedalt
Terapi pilihan dari karsinoma sel skuamous konjungtiva adalah eksisi luas. Dianjurkan
untuk batas eksisi 2-3 mm dari tumor yang terlihat. Frozen section dapat menilai batas lateral
eksisitapi tidak dapat membantu menentukan batas dalam.
Enukleasi diindikasikan jika terdapat perluasan ke intraokuler dan untuk kasus lanjut
(3'r0'r4)
dengan keterlibatan orbit4 eksenterasi adalah prosedur pilihan
Terapi Medis.
Terapi dengan anti metabolit 5FU (5 Fluorouracil), Mytomicin C (MMC) telah
digunakan sebagai terapi adjuvant dalarn manajemen keganasan konjungtiva" Obat ini
diindikasikan pada lesi lesi rekuren setelah eksisi primer, batas yang tidak bebas tumor pada
(s'10)
pemeriksaan histopatologi dan lesiyang difus dan 1*t
(r7)
Midena mendapatkan bahwa kemoterapi konjungtiva topical 5 FU l% tetes mata,
efektif sebagai terapi adjur'.ctif karsinoma sel skuamosa konjungtiva dan tidak didapatkan
(t:)
komplikasi yang serius. Kemp yang memberikan mitomicin C 0,04 Yo tetes mata sebelum
operasi dan pemberian MMC 0,4 mglml intra operasi, dalam manajemen keganasan
konjungtiva yang rekuren dan difus mendapatkan hasil yang memuaskan.
Penatalaksanaan Karsinoma Sel Skuamosa Konjungtiva menurut Kelompok Seminat
o Tanpa pembesaran KGB regional : Eksenterasi, dan bila operasi tidak bebas tumor
metastasejauh:
r Operasi bersama dengan bagian lain jika memungkinkan'
o Bila inoperabel, dapat dilakukan debulking tumor yang dilanjutkan dengan radioterapi
4. Bila didapatkan metastase jauh :
o Pemberian Sitostatika
o Radioterapi Loco regional
KOMPLIKASI
Komplikasi utama adalah rekurensi, yang umumnya tedadi dalam tahun pertama
setelah eksisi, tapi juga bisa terlambat sampai 5 tahun. Rekurensinya jarang terutama pada
eksisi yang komplit. Temuan histopatologi dan batas eksisi juga mempengaruhi angka
rekurensi. Tunc(24) mendapatkan angka rekurensi 4,5o/o dan 5,3%o masing masing untuk
neoplasma intraepitel dan karsinoma sel skuamosa konjungtiva. Dengan eksisi lengkap, angka
(ro).
rekurensi kurang dari l0%
Invasi intraokuler dilaporkan 2-8% kasus dan invasi orbita l2-l8o kasus(lo). Tunc,
mendapatkan angka lebih tinggi yaitu l3yo, invasi orbita llYo. Mc Kelvie, mendapatkan
kasus karsinoma sel skuamosa. Metastase ke kelenjar parotis, paru dan tulang juga pernah
(5)
dilaporkan
PROGNOSIS
Karsinoma sel skuamosa konjungtiva merupakan keganasan tipe low grade malignancy.
Prognosis umumnya baik, namun hal itu juga terganrung pada ukuran lesi, temuan
histopatologis, eksisi yang kompiit. Angka kematian yang dilaporkan bervariasi, Tunc yang
menganalisa 60 kasus karsinoma sel skuamosa konjungtiva mcndapatkan angka kematian 0olo,
(24)
beberapa melaporkan tinggi sampai 4-8%.
Telah dilaporkan sebuah kasus Karsinoma Sel Skuamosa Konjungtiva, yang diterapi
dengan tindakan semi eksenterasi dan dilanjutkan dengan radioterapi. Selain itu juga
dikemukakan 4 buah kasus Karsinoma Sel Skuamous Konjungtiva (KSSK) yang pernah
dirawat dan diobati di bagian mata RS M Djamil.
Dari 5 kasus KSSK, didapatkan bahwa 2 orang diantaranya adalah laki laki, dan 3
orang perempuan. Umur yang dikenai, 3 orang berumur diatas 50 tahun (dekade 6) dan
lainnya berumur 48 tahun (l orang) dan2l tahun (1 orang). Dari literatur didapatkan bahwa
KSSK cenderung berkembang pada laki laki (75%) dan wanita (25yo), sedangkan untuk umur
adalalr pada dekade ke 5 dan 6 (dengan rata rata 60 tahun). KSSK bisa berkembang pada usia
yang lebih muda" terutama pada pasien dengan xeroderma pigmentosum, HIViAIDS, dan
pada daerah tropis. G'ts2o\
Gejala klinis yang ditemukan pada pasien ini adalah massa pada konjungtiva tarsal
inferior OS yang disertai kemosis hebat pada konjungtiva bulbi dan fornik inferior OS, dan
pada kornea ditemukan keratopati dan neovaskuler. Pada 4 kasus lainnya ditemukan massa di
daerah nasal (2 orang), temporal (lorang), dan menutupi seluruh pennukaan mata (l orang).
Dari kepustakaan didapatkan bahwa gejala klinis KSSK bervariasi. Sebagian besar
mempunyai keluhan adanya pertumbuhan massa di mata sering pula disertai mata merah,
atau iritasi. Tunc, mendapatkan gejala terbanyak adalah mata merah (68%) dan iritasi okuler
(57%), sama dengan yang didapatkan Mauriello yaitu 57%o dengan tanda tanda peradangan
dan iritasi. Sedangkan munculan suatu massa didapatkan oleh Mc Kelvie (77Yo\, dan
Chekitaan (90W7{+t. Secara makroskopis, lesi digambarkan berbentuk gelatin (paling sering),
(3)
papiliform, leukoplakia Tipe difuse juga pernah digambarkan sehingga tampak seperti
konjungtivitis kronik. Gejala lain yang juga pemah dilaporkan pada KSSK yang luas awalnya
terlihat seperti Selulitis Orbita. Mahmood dkk, pemah melaporkan 3 kasus dengan
peradangan dan penipisan kornea atau sklera. tanpa adanya massa. Garcia dan Bulbulia
pernah mendapatkan kasus dengan massa pada konjungtiva bulbi inferior yang meluas ke
(3' rr'r5)
fornik, dan leukoplakia pada kornea.
Karena bervariasinya gejala klinis dari KSSK ini maka diagnosa sering terlambat.
Seperti pada kasus ini, pada awalnya pasien didiagnosa dengan suspek limfoma malignum,
berdasarkan gejala klinisny4 yaitu adanya protusio, terdapatnya massa, kemosis konjungtiva.
dan tidak nyeri. Pemeriksaan CT Scan pun mendukung diagnosa untuk Limfoma. Kemudian
dilakukan biopsi dan Bajah. Pada biopsi perlama hanya didapatkan radang kronik, sedangkan
Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Unand Padang
t2
pada biopsi dan bajah berikutnya, didapatkan hasil Karsinoma Sel Skuamosa. Dan untuk
terapi selanjutnya dilakukan semi eksenterasi. Mc Kelvie mendapatkan bahwa diagnosis
preoperatif klinis, dari keganasan ini hanya 35%o, yang lainnya melaporkan 30o/o dan 32yo.06)
Mahmood dkk menyatakan, KSSK bisa terlihat tanpa adanya massa dan dapat
masqurade dengan sclerokeratitis, skleromalaciao dan interstitial keratitis. Oleh karena itu
KSSK sebaiknya dipertimbangkan sebagai diagnosa diferensial dari penipisan sklera korne4
(r5)'
perforasi, dan inflamasi yang tidak diketahui penyebabny4 khususnya pada laki laki tua
Pada pasien ini Citemukan massa pada konjurrgtiva tarsal inferior, kemosis pada'
konjungtiva bulbi, dan pada kornea ditemukannya keratopati dan neovaskularisasi. Daerah
interpalpebra nasal atau temporal limbus adalah yang sering dikenai, meskipun konjungtiva
palpebra dan kornea juga bisa dikenai. Tunc dkk yang mengevaluasi gambaran klinik 60
orang kasus, mendapatkan 6 diantaranya mengenai konjungtiva palpebra, dan 2l orang
mengenai komea.
Pada pasien ini, karena lesi yang luas dan sudah menginvasi okuler dan orbita maka
untuk terapinya dilakukan eksenterasi. Dengan pertimbangan bahwa palpebranya masih baik,
maka dilakukan semi eksenterasi dengan tetap meninggalkan palpebranya. Terapi dilanjutkan
dengan radioterapi yang direncanakan sebanyak 25 kali. Pada 4 kasus lainnya" dilakukan
eksisi luas pada I kasus, karena lesi yang terbatas pada konjungtiva. I kasus lainnya
seharusnya dilakukan semi eksenterasi, namun karena pasien menolak dilakukan eksisi luas
saja. Pada dua kasus lainnya dilakukan semi eksenterasi karena lesi yang luas dan sudah
invasif.
Managernent dari KSSK menurut Serninat jika terdapat lesi yang luas dengan invasi
orbita adalah eksenterasi yang diikuti oleh radioterapi. Radioterapi dapat digunakan sebagai
terapi adjuvant pada lesi yang luas dengan batas yang tidak jelas dan sebagai terapi paliatif
pada kasus dimana pasien tidak dapat mentoleransi operasi ekstensif.(r0) Moeloek yang
mengevaluasi tindakan eksenterasi pada KSSK di RSCM, mendapatkan bahwa keberhasilan
eksenterasi dapat diperoleh jika lesi masih berada di konjungtiva bulbi (5-l0mrn) dan beium
berinvasi ke orbita. Dan jika lesi lebih luas (lebih l0
mm), maka harus dipikirkan terapi
(ll).
lanjutan selain eksenterasi, seperti radioterapi, radikal neck disection, dan sitostatika
Karsinoma Sel Skuamosa Konjungtiva merupakan suatu tumor ganas epitel pada
konjungtiva. Ia cendrung mengenai laki laki dan umur yang lebih tua (>60 tahun). Namun
dapat berkembang pada usia yang lebih muda terutama pada pasien dengan XP, HIV/AIDS ,
Etiologi pasti belum diketahui, namun diduga terdapat beberapa faktor resiko yang
mempengaruhinya. Gejala klinik dari keganasan ini bervariasi sehingga memerlukan
ketelitian dalam mendiagnosa. Invasi intraokuler dan orbita jarang, tapi dapat terjadi.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histopatologi.
Terapi utama adalah eksisi tumor atau eksenterasi yang dapat dilanjutkan dengan
radioterapi atau kemoterapi. Prognosis dari karsinoma sel skuamosa konjungtiva baik
terutama jika lesi dieksisi komplit.
l6