Sejarah Kerajaan Demak

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SEJARAH KERAJAAN DEMAK

Disusun Oleh :
1. Lailatul Yuni'mah
2. Rivalina Dwi Jayanti
3. Asti Noviana
4. Ayuk Miftakhul Jannah
5. Dwik Safitri
6. Avit Nur Ajizah
7. Risky Aris Ariani.

Kelas : X Farmasi 2

SMK AL FALAH WINONG


TAHUN PELAJARAN 2019/2020
I. PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Demak adalah kesultanan atau kerajaan islam pertama di pulau jawa. Kerajaan
ini didirikan oleh Raden Patah (1478-1518) pada tahun 1478, Raden Patah adalah
bangsawan kerajaan Majapahit yang menjabat sebagai adipati kadipaten Bintara,
Demak. Pamor kesultanan ini didapatkan dari Walisanga, yang terdiri atas sembila
orang ulama besar, pendakwah islam paling awal di pulau jawa.
Hal itu didasarkan pada saat jatuhnya Majapahit yang diperintah oleh Prabu
Kertabumi. Para wali kemudian sepakat untuk menobatkan Raden Fatah menjadi
Sultan Demak Bintoro yang pertama.
Atas bantuan daerah-daerah lain yang sudah lebih dahulu menganut islam
seperti Jepara, Tuban dan Gresik, Raden patah sebagai adipati Islam di Demak
memutuskan ikatan dengan Majapahit saat itu, Majapahit memang tengah berada
dalam kondisi yang sangat lemah. Dengan proklamasi itu, Radeh Patah menyatakan
kemandirian Demak dan mengambil gelar Sultan Syah Alam Akbar.
Letak kerjaan Demak berada di tepi pantai utara Pulau Jawa. Kerajaan ini
sering dikunjungi pedagang-pedagang  Islam dan pedagang asing untuk membeli
beras, madu,lilin dan lain-lain. Sampai abad ke 15, Demak di bawah kekuasaan
Majapahit. Akan tetapi setelah Majapahit mundur, Demak berkembang pesat sebagai
tempat penyebaran agama Islam dan tempat perdagangan yang ramai. Sebagai
penguasa pertama adalah Raden Fatah. Selain menjadi penguasa (bupati), Raden
Fatah juga sebagai penyiar agama Islam. Raden Fatah memisahkan diri dari Majapahit
sekitar tahun 1500. Dengan bantuan para wali, Raden Fatah mendirikan kerajaan
Islam yang pertama di Pulau Jawa yaitu kerajaan Demak.
Kerajaan Demak menjalankan sistem pemerintahan teokrasi, yaitu
pemerintahan yang berdasarkan pada agama Islam. Kerajaan Demak memperluas
kekuasaannya dengan menaklukan kerajaan-kerajaan pesisir Pulau Jawa, seperti
Lasem, Tuban, Sedayu, Gresik, cirebon dan Banten.
Cepatnya kota demak berkembang menjadi pusat perniagaan dan lalu lintas
serta pusat kegiatan pengislaman tidak lepas dari andil masjid Agung Demak. Dari
sinilah para wali dan raja dari Kesultanan Demak mengadakan perluasan kekuasaan
yang dibarengi oleh kegiatan dakwah islam ke seluruh Jawa.
Masjid agung Demak sebagai lambang kekuasaan bercorak Islam adalah sisi tak
terpisahkan dari kesultanan Demak Bintara. Kegiatan walisanga yang berpusat di
Masjid itu. Di sanalah tempat kesembilan wali bertukar pikiran tentang soal-soal
keagamaan.

B.  Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka terdapat beberapa rumusan masalah diataranya
yaitu :
1.      Bagaiamana sejarah lahirnya kerjaan Demak?
2.      Dimana letak kerjaan Demak?
3.      Siapa saja yang pernah memimpin kerajaan Demak?
4.      Bagaimana terjadinya peradaban kerajaan Islam Demak pada abad XVI?

C.  Tujuan Penulisan


Dari rumusan masalah yang di timbulkan di atas, penulis menyimpulkan
tujuan penulisannya sebagai berikut?
1.      Untuk mengetahui bagaiamana sejarah lahirnya kerjaan Demak?
2.      Untuk mengetahui dimana letak kerjaan Demak?
3.      Untuk mengetahui siapa saja yang pernah memimpin kerajaan Demak?
4.      Untuk mengetahui bagaimana terjadinya peradaban kerajaan Islam Demak pada
abad XVI?

II. Sejarah Asal Mula Berdirinya Kerajaan Demak


Berbicara tentang sejarah berdirinya Kerajaan Demak tidak bisa dipisahkan dengan
para Walisongo, yaitu para mubaligh yang kala itu  memiliki misi untuk menyebarkan
ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam proses penyebaran dan perkembangan agama Islam di
tanah Jawa, para mubaligh tersebut telah membuat pusat kegiatan berada di Kota Demak.
Atas dukungan yang diberikan oleh Walisongo tersebut, terutama oleh perintah
Sunan ampel, maka Raden Fatah ditunjuk untuk mengajarkan agama Islam dan membuka
sebuah pesantren yang berada di glagah wangi. Tidak lama dari itu, tempat ini pun
banyak dikunjungi oleh masyarakat.
Tidak hanya untuk menimba ilmu agama dan ilmu pengetahuan lainnya, melainkan
untuk melakukan perdagangan. Lama kelamaan Glagah Wangi berubah menjadi pusat
ilmu pendidikan dan pusat perdagangan masyarakat. Dan menjadi pusat kerajaan Islam
pertama yang berdiri di tanah Jawa.
Kerajaan ini didirikan oleh Raden Fatah atas dukungan dan restu oleh Para
Walisongo. Diperkirakan kerajaan ini berdiri sekitar tahun 1478 M. Sebelum menjadi
Kerajaan Demak, awalnya kawasan ini merupakan daerah kekuasaan Kerajaan Majapahit
pada masa Brawijaya V. kala itu, Demak merupakan sebuah kadipaten yang lebih dikenal
dengan nama “Glagah Wangi” yang menjadi wilayah dari Kadipaten Jepara.
Pada kala itu, merupakan satu-satunya kadipaten yang memiliki adipati yang
beragama Islam. Namun setelah kerajaan Majapahit mengalami kemunduran, Demak
mulai memisahkan diri dari Ibu kota Bintoro. Yang kemudian oleh Raden Fatah Kerajaan
Demak didirikan atas restu dan dukungan para walisongo.
Tidak membutuhkan waktu yang lama Kerajaan Demak mampu menjadi pusat
perdagangan beserta pusat pendidikan. Banyak orang berdatangan untuk melakukan
perdagangan dan menuntut ilmu. Hal ini tidak terlepas dari lokasi Demak yang sangat
strategis. Yaitu diapit oleh pelabuhan kerajaan Mataram Kuno dan pelabuhan Jepara.
Karena lokasi inilah membuat Demak menjadi salah satu kerajaan yang cukup
berpengaruh di Nusantara.
Berdirinya Kerajaan Demak ditandai dengan adanya condro sengkolo “Sirno Ilang
Kertaning Bumi”. Sinangkelan Kerajaan Demak yaitu “Geni Mati Siniram Janmi” yang
memiliki arti tahun soko 1403 atau 1481 M. Menurut cerita Rakyat, pada saat berkunjung
ke Glagah Wangi orang pertama yang dijumpai oleh Raden Fatah adalah Nyai Lembah.
Nyai Lembah ini berasal dari Rawa pening.
Atas saran yang diberikan oleh Nyai Lembah ini, Raden Fatah bermukim di desa
Glagah wangi yang saat ini lebih dikenal dengan nama “Bintoro Demak”. Pada
perkembangannya, bintoro Demak inilah yang menjadi ibu kota Negara Kerajaan Demak.
Adapun asal usul Kota Demak ada beberapa pendapat yang menyatakan. Beberapa
pendapat tersebut antara lain adalah:
1. Menurut Prof. Purbotjaroko, Demak berasal dari kata Delemak. Yang artinya tanah
yang mengandung air ( rawa)
2. Menurut Prof. R.M. Sutjipto Wiryosuparto, Demak berasal dari bahasa kawi yang
artinya pegangan atau pemberian.
3. Menurut Sholichin salam dalam bukunya “sekitar walisongo “ menyatakan bahwa
prof. Dr.Hamka berpendapat , Kota Demak adalah berasal dari bahasa arab “ Dimak”
yg artinya air mata . menggambarkan kesulitan dalam menegakkan Agama Islam pada
waktu itu.

III. PEMBAHASAN
A.  Awal Kerajaan Demak
Kerajaan Islam yang pertama di Jawa adalah Demak, dan berdiri pada tahun 1478
M. Hal ini didasarkan atas jatuhnya kerajaan Majapahit yang diberi tanda Candra
Sengkala: Sirna hilang Kertaning Bumi, yang berarti tahun saka 1400 atau 1478 M.
Kerajaan Demak itu didirikan oleh Raden Fatah. Beliau selalu memajukan agama
islam di bantu oleh para wali dan saudagar Islam.
Raden Fatah nama kecilnya adalah Pangeran Jimbun. Menurut sejarah, dia adalah
putera raja Majapahit yang terakhir dari garwa Ampean, dan Raden Fatah dilahirkan di
Palembang. Karena Arya Damar sudah masuk Islam maka Raden Fatah dididik secara
Islam, sehingga jadi pemuda yang taat beragama Islam.
Setelah usia 20 tahun Raden Fatah dikirim ke Jawa untuk memperdalam ilmu
agama di bawa asuhan Raden Rahmat dan akhirnya kawin dengan cucu beliau. Dan
akhirnya Raden Fatah menetap di Demak (Bintoro).
Pada kira-kira tahun 1475 M, Raden Fatah mulai melaksanakan perintah gurunya
dengan jalan membuka madrasah atau pondok pesantren di daerah tersebut. Rupanya
tugas yang diberikan kepada Raden Fatah dijalankan dengan sebaik-baiknya. Lama
kelamaan Desa Glagahwangi ramai dikunjungi orang-orang. Tidak hanya menjadi pusat
ilmu pengetahuan dan  agama, tetapi kemudian menjadi pusat peradagangan bahkan
akhirnya menjadi pusat kerajaan Islam pertama di Jawa.
Desa Glagahwangi, dalam perkemabangannya kemudian karena ramainya
akhirnya menjadi ibukota negara dengan nama Bintoro Demak.

B.  Letak Kerajaan Demak


Secara geografis Kerajaan Demak terletak di daerah Jawa Tengah, tetapi pada
awal kemunculannya kerajaan Demak mendapat bantuan dari para Bupati daerah pesisir
Jawa Tengah dan Jawa Timur yang telah menganut agama Islam.
Pada sebelumnya, daerah Demak bernama Bintoro yang merupakan daerah vasal
atau bawahan Kerajaan Majapahit. Kekuasaan pemerintahannya diberikan kepada Raden
Fatah (dari kerajaan Majapahit) yang ibunya menganut agama Islam dan berasal dari
Jeumpa (Daerah Pasai).
Letak Demak sangat menguntungkan, baik untuk perdagangan maupun pertanian.
Pada zaman dahulu wilayah Demak terletak di tepi selat di antara Pegunungan Muria dan
Jawa. Sebelumnya selat itu rupanya agak lebar dan dapat dilayari dengan baik sehingga
kapal dagang dari Semarang dapat mengambil jalan pintas untuyk berlayar ke Rembang.
Tetapi sudah sejak abad XVII jalan pintas itu tidak dapat dilayari setiap saat.
Pada abad XVI agaknya Deamak telah menjadi gudang padi dari daerah pertanian
di tepian selat tersebut. Konon, kota Juwana merupakan pusat seperti itu bagi daerah
tersebut pada sekitar 1500. Tetapi pada sekitar 1513 Juwana dihancurkan dan
dikosongkan oleh Gusti Patih, panglima besar kerajaan Majapahit yang bukan Islam. Ini
kiranya merupakan peralawanan terakhir kerajaan yang sudah tua itu. Setelah jatuhnya
Juwana, Demak menjadi penguasa tunggal di sebelah selatan Pegunungan Muria.
Yang menjadi penghubung antara Demak dan Daerah pedalaman di Jawa Tengah
ialah Sungai Serang (dikenal juga dengan nama-nama lain), yang sekarang bermuara di
Laut Jawa antara Demak dan Jepara.
Hasil panen sawah di daerah Demak rupanya pada zaman dahulu pun sudah baik.
Kesempatan untuk menyelenggarakan pengaliran cukup. Lagi pula, persediaan padi untuk
kebutuhan sendiri dan untuk pergadangan masih dapat ditambah oleh para penguasa di
Demak tanpa banyak susah, apabila mereka menguasai jalan penghubung di pedalaman
Pegging dan Pajang.
C.  Kehidupan Politik, Ekonomi dan Sosial Budaya
1.      Kehidupan Politik
Ketika kerajaan Majapahit mulai mundur, banyak bupati yang ada di daerah
pantai utara Pulau Jawa melepaskan diri. Bupati-bupati itu membentuk suatu
persekutuan  di bawah pimpinan Demak. Setelah kerajaan Majapahit runtuh,
berdirilah kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam pertama dipulau Jawa. Raja-raja
yang pernah memerintah Kerajaan Demak adalah sebagai berikut :
-    Raden Fatah
Pada awal abad ke 14, Kaisar Yan Lu dari Dinasti Ming di China
mengirimkan seorang putri kepada raja Brawijaya V di Majapahit, sebagai tanda
persahabatan kedua negara. Putri yang cantik jelita dan pintar ini segera mendapat
tempat istimewa di hati raja. Raja brawijaya sangat tunduk kepada semua
kemauan sang putri jelita, hingga membawa banyak pertentangan dalam istana
majapahit. Pasalnya sang putri telah berakidah tauhid. Saat itu, Brawijaya sudah
memiliki permaisuri yang berasal dari Champa (sekarang bernama Kamboja),
masih kerabat Raja Champa.
Sang permaisuri memiliki ketidak cocokan dengan putri pemberian Kaisar
yan Lu. Akhirnya dengan berat hati raja menyingkirkan putri cantik ini dari istana.
Dalam keadaan mengandung, sang putri dihibahkan kepada adipati Pelembang,
Arya Damar. Nah di sanalah Raden Patah dilahirkan dari rahim sang putri cina.
Nama kecil raden patah adalah pangeran Jimbun. Pada masa mudanya
raden patah memperoleh pendidikan yang berlatar belakang kebangsawanan dan
politik. 20 tahun lamanya ia hidup di istana Adipati Palembang. Sesudah dewasa
ia kembali ke majapahit.
Raden Patah memiliki adik laki-laki seibu, tapi beda ayah. Saat memasuki
usia belasan tahun, raden patah bersama adiknya berlayar ke Jawa untuk belajar di
Ampel Denta. Mereka mendarat di pelabuhan Tuban pada tahun 1419 M.
Patah sempat tinggal beberapa lama di ampel Denta, bersama para saudagar
muslim ketika itu. Di sana pula ia mendapat dukungan dari utusan Kaisar Cina,
yaitu laksamana Cheng Ho yang juga dikenal sebagai Dampo Awang atau Sam
Poo Tai-jin, seorang panglima muslim.
Raden patah mendalami agama islam bersama pemuda-pemuda lainnya,
seperti raden Paku (Sunan Giri), Makhdum ibrahim (Sunan Bonang), dan Raden
Kosim (Sunan Drajat). Setelah dianggap lulus, raden patah dipercaya menjadi
ulama  dan membuat permukiman di Bintara. Ia diiringi oleh Sultan Palembang,
Arya Dilah 200 tentaranya. Raden patah memusatkan kegiatannya di Bintara,
karena daerah tersebut direncanakan oleh Walisanga sebagai pusat kerajaan Islam
di Jawa.
Menurut cerita rakyat Jawa Timur, Raden Fatah termasuk keturunan raja
terakhir dari kerajaan Majapahit, yaitu Raja Brawijaya V. Setelah dewasa, Raden
Fatah diangkat menjadi bupati di Bintaro (Demak) dengan Gelas Sultan Alam
Akbar al-Fatah.
Raden Fatah memerintah Demak dari tahun 1500-1518 M. Di bawah
pemerintahannya, kerajaan Demak berkembang dengan pesat, karena memiliki
daerah pertanian yang luas sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras.
Oleh karena itu, kerajaan Demak menjadi kerajaan agraris-maritim. Barang
dagangan yang diekspor kerajaan Demak antara lain beras, lilin dan madu.
Barang-barang itu diekspor ke Malaka, Maluku dan Samudera Pasai.
Pada masa pemerintahan Raden Fatah, wilayah kekuasaan kerajaan Demak
meliputi daerah Jepara,Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi dan beberapa daerah di
kalimantan. Disampin itu, kerajaan Demak juga memiliki pelabuhan –pelabuhan
penting seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Jaratan, dan Gresik yang berkemabng
menjadi pelabuhan transito (penghubung).
Kerajaan Demak berkembang sebagai pusat perdagangan dan pusat
penyebaran agama islam. Jasa para Wali dalam penyebaran agama islam sangatlah
besar, baik di pulau Jawa maupun di daerah-daerah di luar pulau Jawa, seperti di
daerah Maluku yang dilakukan oleh Sunan Giri, di daerah Kalimantan Timur yang
dilakukan oleh seorang penghulu dari Demak yang bernama Tunggang Parangan.
Pada masa pemerintahan Raden Fatah, dibangun masjid Demak yang proses
pembangunan masjid itu di bantu oleh para wali atau sunan.
Raden Fatah tampil sebagai raja pertama Kerajaan Demak. Ia  menaklukan
kerajaan Majapahit dan memindahkan seluruh benda upacara dan pusaka kerajaan
Majapahit ke Demak. Tujuannya, agara lambang kerajaan Majapahit tercermin
dalam kerajaan Demak.
Ketika kerajaan Malaka jatuh ketangan Portugis tahun 1511 M, hubungan
Demak dan Malaka terputus. Kerajaan Demak merasa dirugikan oleh Portugis
dalam aktivitas perdagangan. Oleh karena itu, tahun 1513 M Raden Fatah
memerintahkan Adipati Unu memimpin pasukan Demak untuk menyerang
Portugis di Malaka. Serangan itu belum berhasil, karena pasukan Portugis jauh
lebih kuat dan persenjataannya lengkap. Atas usahnya itu Adipati Unus mendapat
julukanPangeran Sabrang Lor.

-    Adipati Unus
Setelah Raden Fatah wafat, tahta kerajaan Demak dipegang oleh Adipati
Unus. Ia memerintah Demak dari tahun 1518-1521 M. Masa pemerintahan
Adipati Unus tidak begitu lama, karena ia meninggal dalam usia yang masih muda
dan tidak meninggalkan seorang putera mahkota. Walaupun usia pemerintahannya
tidak begitu  pasukan Demak menyerang Portugis di Malaka. Setelah Adipati
Unus meninggal, tahta kerajaan Demak dipegang oleh saudaranya yang bergelar
Sultan Trenggana.
Sejak tahun 1509 Adipati Unus anak dari Raden Patah, telah bersiap untuk
menyerang Malaka. Namun pada tahun 1511 telah didahului Portugis. Tapi adipati
unus tidak mengurungkan niatnya, pada tahun 1512 Demak mengirimkan armada
perangnya menuju Malaka. Namun setalah armada sampai dipantai Malaka,
armada pangeran sabrang lor dihujani meriam oleh pasukan portugis yang dibantu
oleh menantu sultan Mahmud, yaitu sultan Abdullah raja dari Kampar. Serangan
kedua dilakukan pada tahun 1521 oleh pangeran sabrang lor atau Adipati Unus.
Tetapi kembali gagal, padahal kapal telah direnofasi dan menyesuaikan medan.
Selain itu, dia berhasil mengadakan perluasan wilayah kerajaan. Dia
menghilangkan kerajaan Majapahit yang beragama Hindu, yang pada saat itu
sebagian wilayahnya menjalin kerja sama dengan orang-orang Portugis. Adipati
Unus (Patih Yunus) wafat pada tahun 938 H/1521 M.

-    Sultan Trenggana
Sulltan Trenggana memerintah Demak dari tahun 1521-1546 M. Dibawah
pemerintahannya, kerajaan Demak mencapai masa kejayaan. Sultan Trenggana
berusaha memperluas daerah kekuasaannya hingga ke daerah Jawa Barat. Pada
tahun 1522 M kerajaan Demak mengirim pasukannya ke Jawa Barat di bawah
pimpinan Fatahillah. Daerah-daerah yang berhasil di kuasainya antara lain Banten,
Sunda Kelapa, dan Cirebon. Penguasaan terhadap daerah ini bertujuan untuk
menggagalkan hubungan antara Portugis dan kerajaan Padjajaran. Armada
Portugis dapat dihancurkan oleh armada Demak pimpinan Fatahillah. Dengan
kemenangan itu, fathillah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta
(berarti kemenangan penuh). Peristiwa yang terjadi pada tanggal 22 juni 1527 M
itu kemudian di peringati sebagai hari jadi kota Jakarta.
Dalam usaha memperluas kekuasaannya ke Jawa Timur, Sultan Trenggana
memimpin sendiri pasukannya. Satu persatu daerah Jawa Timur berhasil di kuasai,
seperti Maduin, Gresik, Tuban dan Malang. Akan tetapi ketika menyerang
Pasuruan 953 H/1546 M Sultan Trenggana gugur. Usahanya untuk memasukan
kota pelabuhan yang kafir itu ke wilayahnya dengan kekerasan ternyata gagal.
Dengan demikian, maka Sultan Trenggana berkuasa selama 42 tahun.
Di masa jayanya, Sultan Trenggana berkunjung kepada Sunan Gunung
Jati. Dari Sunan gunung jati, Trenggana memperoleh gelar Sultan Ahmad Abdul
Arifin. Gelar Islam seperti itu sebelumnya telah diberikan kepada raden patah,
yaitu setelah ia berhasil mengalahkan Majapahit.

-    Sunan Prawata
Sunan Prawata adalah nama lahirnya  (Raden Mukmin) adalah raja
keempat Kesultanan Demak, yang memerintah tahun 1546-1549. Ia lebih
cenderung sebagai seorang ahli agama daripada ahli politik. Pada masa
kekuasaannya, daerah bawahan Demak seperti Banten, Cirebon, Surabaya, dan
Gresik, berkembang bebas tanpa mampu dihalanginya. Menurut Babad Tanah
Jawi, ia tewas dibunuh oleh orang suruhan bupati Jipang Arya Penangsang, yang
tak lain adalah sepupunya sendiri. Setelah kematiannya, Hadiwijaya
memindahkan pusat pemerintahan ke Pajang, dan Kesultanan Demak pun
berakhir.
Sepeninggal Sultan Trenggana yang memerintah Kesultanan Demak tahun
1521-1546, Raden Mukmin selaku putra tertua naik tahta.Ia berambisi untuk
melanjutkan usaha ayahnya menaklukkanPulau Jawa. Namun, keterampilan
berpolitiknya tidak begitu baik, dan ia lebih suka hidup sebagai ulama daripada
sebagai raja. Raden Mukmin memindahkan pusat pemerintahan dari kota Bintoro
menuju bukit Prawoto. Lokasinya saat ini kira-kira adalah desa Prawoto,
Kecamatan Sukolilo,Kabupaten Pati, Jawa Tengah.Oleh karena itu, Raden
Mukmin pun terkenal dengan sebutan Sunan Prawoto.
Pemerintahan Sunan Prawoto juga terdapat dalam catatan seorang Portugis
bernama Manuel Pinto. Pada tahun 1548, Manuel Pinto singgah ke Jawa sepulang
mengantar surat untuk uskup agung Pastor Vicente Viegas di Makassar. Ia sempat
bertemu Sunan Prawoto dan mendengar rencananya untuk mengislamkan seluruh
Jawa, serta ingin berkuasa seperti sultan Turki. Sunan Prawoto juga berniat
menutup jalur beras ke Malaka dan menaklukkan Makassar.Akan tetapi, rencana
itu berhasil dibatalkan oleh bujukan Manuel Pinto.
Cita-cita Sunan Prawoto pada kenyataannya tidak pernah terlaksana.Ia
lebih sibuk sebagai ahli agama dari pada mempertahankan kekuasaannya. Satu per
satu daerah bawahan, sepertiBanten, Cirebon, Surabaya, dan Gresik, berkembang
bebas; sedangkan Demak tidak mampu menghalanginya.

2.      Kehidupan Ekonomi
Letak Demak sangat strategis di jalur perdagangan nusantara memungkinkan
Demak berkembang sebagai kerajaan maritim.
Dalam kegiatan perdagangan, Demak berperan sebagai penghubung antara
daerah penghasil rempah di Indonesia bagian Timur dan penghasil rempah-
rempah Indonesia bagian barat. Dengan demikian perdagangan Demak semakin
berkembang. Dan hal ini juga didukung oleh penguasaan Demak terhadap pelabuhan-
pelabuhan di daerah pesisir pantai pulau Jawa.
Sebagai kerajaan Islam yang memiliki wilayah di pedalaman, maka Demak
juga memperhatikan masalah pertanian, sehingga beras merupakan salah satu hasil
pertanian yang menjadi komoditi dagang. Dengan demikian kegiatan perdagangannya
ditunjang oleh hasil pertanian, mengakibatkan Demak memperoleh keuntungan di
bidang ekonomi.

3.      Kehidupan Sosial Budaya


Kehidupan sosial dan budaya masyarakat Demak lebih berdasarkan pada
agama dan budaya Islam karena pada dasarnya Demak adalah pusat penyebaran Islam
di pulau Jawa.
Sebagai pusat penyebaran Islam Demak menjadi tempat berkumpulnya para wali
seperti Sunan Kalijaga, Sunan Muria, Sunan Kudus dan Sunan Bonar.
Para wali tersebut memiliki peranan yang penting pada masa perkembangan kerajaan
Demak bahkan para wali tersebut menjadi penasehat bagi raja Demak. Dengan
demikian terjalin hubungan yang erat antara raja/bangsawan – para wali/ulama
dengan rakyat. Hubungan yang erat tersebut, tercipta melalui pembinaan masyarakat
yang diselenggarakan di Masjid maupun Pondok Pesantren. Sehingga tercipta
kebersamaan atau Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan di antara orang-orang Islam).
Demikian pula dalam bidang budaya banyak hal yang menarik yang
merupakan peninggalan dari kerajaan Demak. Salah satunya adalah Masjid Demak, di
mana salah satu tiang utamanya terbuat dari pecahan-pecahan kayu yang disebut Soko
Tatal. Masjid Demak dibangun atas pimpinan Sunan Kalijaga. Di serambi depan
Masjid (pendopo) itulah Sunan Kalijaga menciptakan dasar-dasar perayaan Sekaten
(Maulud Nabi Muhammad saw) yang sampai sekarang masih berlangsung di
Yogyakarta dan Cirebon.

D.    Perang Saudara Di Demak


Perang saudara ini berawal dari meninggalnya anak sulung Raden Patah yaitu
Adipati Unus yang manjadi putra mahkota. Akhirnya terjadi perebutan kekuasaan antara
anak-anak dari Raden Patah. Persaingan ketat anatara Sultan Trenggana dan Pangeran
Seda Lepen (Kikin). Akhirnya kerajaan Demak mampu dipimpin oleh Trenggana dengan
menyuruh anaknya yaitu Prawoto untuk membunuh pangeran Seda Lepen. Dan akhirnya
sultan Trenggana manjadi sultan kedua di Demak. Pada masa kekuasaan Sultan
Trenggana (1521-1546), Demak mencapai puncak keemasan dengan luasnya daerah
kekuasaan dari Jawa Barat sampai Jawa timur. Hasil dari pemerintahannya adalah Demak
memiliki benteng bawahan di barat yaitu di Cirebon. Tapi kesultanan Cirebon akhirnya
tidak tunduk setelah Demak berubah menjadi kesultanan pajang.
Sultan Trenggana meninggalkan dua orang putra dan empat putri. Anak pertama
perempuan dan menikah dengan Pangeran Langgar, anak kedua laki-laki, yaitu sunan
prawoto, anak yang ketiga perempuan, menikah dengan pangeran kalinyamat, anak yang
keempat perempuan, menikah dengan pangeran dari Cirebon, anak yang kelima
perempuan, menikah dengan Jaka Tingkir, dan anak yang terakhir adalah Pangeran
Timur. Arya Penangsang Jipang telah dihasut oleh Sunan Kudus untuk membalas
kematian dari ayahnya, Raden Kikin atau Pangeran Sedo Lepen pada saat perebutan
kekuasaan. Dengan membunuh Sunan Prawoto, Arya Penangsang bisa menguasai Demak
dan bisa menjadi raja Demak yang berdaulat penuh. Pada tahun 1546 setelah wafatnya
Sultan Trenggana secara mendadak, anaknya yaitu Sunan Prawoto naik tahta dan menjadi
raja ke-3 diDemak. Mendengar hal tersebut Arya Penangsang langsung menggerakan
pasukannya untuk menyerang Demak. Pada masa itu posisi Demak sedang kosong
armada. Armadanya sedang dikirim ke Indonesia timur. Maka dengan mudahnya Arya
Penangsang membumi hanguskan Demak. Yang tersisa hanyalah masjid Demak dan
Klenteng. Dalam pertempuran ini tentara Demak terdesak dan mengungsi ke Semarang,
tetapi masih bisa dikejar. Sunan prawoto gugur dalam pertempuran ini. Dengan gugurnya
Sunan Prawoto, belum menyelesaikan masalah keluarga ini. Masih ada seseorang lagi
yang kelak akan membawa Demak pindah ke Pajang, Jaka Tingkir. Jaka Tingir adalah
anak dari Ki Ageng Pengging bupati di wilayah Majapahit di daerah Surakarta.
Dalam babad tanah jawi, Arya Penangsang berhasil membunuh Sunan Prawoto
dan Pangeran Kalinyamat, sehingga tersisa Jaka Tingkir. Dengan kematian kalinyamat,
maka janda dari pangeran kalinyamat membuat saembara. Siapa saja yang bisa
membunuh Arya Penangsang, maka dia akan mendapatkan aku dan harta bendaku.
Begitulah sekiranya tutur kata dari Nyi Ratu Kalinyamat. Mendengar hal tersebut Jaka
Tingkir menyanggupinya, karena beliau juga adik ipar dari Pangeran Kalinyamat dan
Sunan Prawoto. Jaka Tingkir dibantu oleh Ki Ageng Panjawi dan Ki Ageng Pamanahan.
Akhirnya Arya Panangsang dapat ditumbangkan dan sebagai hadiahnya Ki Ageng
Panjawi mendapatkan hadiah tanah pati, dan Ki Ageng Pamanahan mendapat tanah
mataram.

E.     Peradaban Kerajaan Islam Demak Pada Abad XVI


Kerajaan Islam Demak merupakan lanjutan kerajaan Majapahit. Sebelum raja
Demak merasa sebagai raja Islam merdeka dan memberontak pada kekafiran (Majapahit).
Tidak diragukan lagi bahwa sudah sejak abad XIV orang Islam tidak asing lagi di kota
kerajaan Majapahit dan di bandar bubat. Cerita-cerita jawa yang memberitakan adanya
“kunjungan menghadap raja” ke Keraton Majapahit sebagai kewajiban tiap tahun, juga
bagi para vasal yang beragama Islam, mengandung kebenaran juga. Dengan melakukan
“kunjungan menghadap raja” secara teratur itulah vasal menyatakan kesetiaannya
sekaligus dengan jalan demikian ia tetap menjalin hubungan dengan para pejabat keraton
Majapahit, terutama dengan patih. Waktu raja Demak menjadi raja Islam merdeka dan
menjadi sultan, tidak ada jalan lain baginya.
Bahwa banyak bagian dari peradaban lama, sebelum zaman Islam telah diambil
alih oleh Keraton-keraton Jawa Islam di Jawa Tengah, terbukti jelas sekali dari
kesusastraan Jawa pada zaman itu.
Bertambahnya bangunan militer di Demak dan Ibukota lainnya di Jawa pada abad
XVI, selain karena keperluan yang sangat mendesak, disebabkan juga oleh pengaruh
tradisi kepahlawanan Islam dan contoh ynag dilihat di kota-kota Islam di luar negeri.
Peranan penting masjid Demak sebagai pusat peribadatan kerajaan Islam pertama
di Jawa dan kedudukannya di hati orang beriman pada abad XVI dan sesudahnya.
Terdapatnya jemaah yang sangat berpengaruh dan dapat berhubungan dengan pusat Islam
Internasional di luar negeri.
Bagian-bagian penting peradaban jawa Islam yang sekarang, seperti wayang
orang, wayang topeng, gamelan, tembang macapat dan pembuatan keris, kelihatannya
sejak abad XVII oleh hikayat Jawa dipandang sebagai hasil penemuan para wali yang
hidup sezaman dengan kesultanan Demak.
Kesenian tersebut telah mendapat kedudukan penting dalam peradaban Jawa
sebelum Islam, kemungkinan berhubungan dengan ibadat. Pada waktu abad XV dan XVI
di kebanyakan daerah jawa tata cara kafir harus diganti dengan upacara keagamaan Islam,
seni seperti wayang dan gamelan itu telah kehilangan sifat sakralnya. Sifatnya lalu
menjadi “sekuler”.
Perekembangan sastra Jawa yang pada waktu itu dikatakan “modern” juga
mendapat pengaruh dari proses sekularisasi karya-karya sastra yang dahulu keramat dan
sejarah suci dari zaman kuno. Peradaban “pesisir” yang berpusat di bandar-bandar pantai
utara dan pantai timur Jawa, mungkin pada mulanya pada abad XV tidak semata-mata
bersifat Islam. Tetapi kejayaannya pada abad XVI dan XVII dengan jelas menunjukkan
hubungan dengan meluasnya agama Islam.

F.     Keruntuhan Kerajaan Demak


Setelah wafatnya Sultan Trenggana menimbulkan kekacauan politik yang hebat di
keraton Demak. Negeri-negeri bagian (kadipaten) berusaha melepaskan diri dan tidak
mengakui lagi kekuasaan Demak. Di Demak sendiri timbul pertentangan di antara para
waris yang saling berebut tahta. Orang yang seharusnya menggantikan kedudukan Sultan
Trengggono adalah pengeran Sekar Seda Ing Lepen. Namun, ia dibunuh oleh Sunan
Prawoto yang berharap dapat mewarisi tahta kerajaan. Adipati Jipang yang beranama
Arya Penangsang, anak laki-laki Pangeran Sekar Seda Ing Lepen, tidak tinggal diam
karena ia merasa lebih berhak mewarisi tahta Demak. Sunan Prawoto dengan beberapa
pendukungnya berhasil dibunuh dan Arya Penangsang berhasil naik tahta. Akan tetapi,
Arya Penangsang tidak berkuasa lama karena ia kemudian di kalahkan oleh Jaka Tingkir
yang di bantu oleh Kiyai Gede Pamanahan dan putranya Sutawijaya, serta KI Penjawi.
Jaka tingkir naik tahta dan penobatannya dilakukan oleh Sunan Giri. Setelah menjadi raja,
ia bergelar Sultan Handiwijaya serta memindahkan pusat pemerintahannya dari Demak ke
Pajang pada tahun 1568.
Sultan Handiwijaya sangat menghormati orang-orang yang telah berjasa.
Terutama kepada orang-orang yang dahulu membantu pertempuran melawan Arya
Penangsang. Kyai Ageng Pemanahan mendapatkan tanah Mataram dan Kyai Panjawi
diberi tanah di Pati. Keduanya diangkat menjadibupati di daerah-daerah tersebut.
Sutawijaya, putra Kyai Ageng Pemanahan diangkat menjadi putra angkat karena
jasanya dalam menaklukan Arya Penangsang. Ia pandai dalam bidang keprajuritan.
Setelah Kyai Ageng Pemanahan wafat pada tahun 1575, Sutawijaya diangkat menjadi
penggatinya.
Pada tahun 1582 Sultan Hadiwijaya wafat. Putranya yang bernama Pangeran
Benawa diangkat menjadi penggantinya. Timbul pemberontakan yang dilakukan oleh
Arya Panggiri, putra Sunan Prawoto, ia merasa mempunyai hak atasa tahta Pajang.
Pemberontakan itu dapat digagalkan oleh Pangeran Benawan dengan bantuan Sutawijaya.
Pengeran Benawan menyadari bahwa dirinya lemah, tidak mamapu
mengendalikan pemerintahan, apalagi menghadapi musuh-musuh dan bupati-bupati yang
ingin melepaskan diri dari kekuasaan Pajang kepada saudara angkatnya, Sutawijaya pada
tahun 1586. Pada waktu itu Sutawijaya telah menjabat bupati Mataram, sehingga pusat
kerajaan Pajang dipindahkan ke Mataram.

G.  Demak di Bawah Kekuasaan Raja-raja Mataram


Setelah sekitar 1588 Panembahan Senapati berkuasa di Jawa Tengah sebelah
selatan, raja-raja Pati, Demak, dan Grobongan dianggapnya sebagaisampun kareh (sudah
dikuasai). Sekitar 1589 mereka diperintah ikut dia bersama prajurit Mataram ke Jawa
Timur, manaklukan raja-raja Jawa Timur. Maksud raja Mataram ini gagal, tampaknya
terutama karena campur tangan Sunan Giri. Panembahan Senapati terpaksa kembali ke
Mataram dengan tangan hampa.
Mungkin sekali penguasa Demak, Pati dan Grobongan yang pada 1589 telah
bersikap sebagai taklukan yang patuh itu, sama dengan mereka yang telah mengakui
Sultan Pajang, yang sudah tua dan meninggal pada 1587, sebagai penguasa tertinggi. Jadi,
agaknya Pangeran Kediri di Demak, setelah mengalami penghinaan di Pajang
sebelumnya ternyata masih berhasil memerintah tanah asalnya beberapa waktu.
Pada 1595 orang Demak memihak raja-raja Jawa Timur, yang mulai melancarkan
serangan terhadap kerajaan Mataram yang belum sempat berkonsolidasi. Serangan
tersebut dapat dipatahkan, tetapi panglima perang Mataram, Senapati Kediri yang sudah
membelot ke Mataram gugur dalam pertempuran dekat Uter. Sehabis perang,
Panembahan mengangkat Ki Mas Sari sebagai adipati di Demak. Rupanya karena
pemimpin pemerintahan yang sebelumnya tidak memuaskan atau ternyata tidak dapat
dipercaya.
Tumenggung Endranata I di Demak ini pada tahun-tahun kemudian agaknya juga
tidak bebas dari pengaruh plitik pesisir yang berlawanan dengan kepantingan Mataram di
Pedalaman. Pada tahun 1627 ia terlibat dalam pertempuran antara penguasa di Pati,
Pragola II dan Sultan Agung. Ia di bunuh dengan keris sebagai pengkhianat atas perintah
Sultan Agung.
Sesudah dia masih ada lagi seorang tumenggung Endranata II yang menjadi bupati
di Demak. Tumenggung ini seorang pengikut setia Susuhunan Mangkurat II di Kartasura
yang memerintah Jawa Tengah pada perempat terakhir abad XVII. Pada tahun 1678
disebutkan adanya Tumenggung Suranata di Demak.
Sebagai pelabuhan laut agaknya kota Demak sudah tidak berarti pada akhir abad
XVI. Sebagai produsen beras dan hasil pertanian lain, daerah Demak masih lama
mempunyai kedudukan penting dalam ekonomi kerajaan raja-raja Mataram. Sampai abad
XIX di banyak daerah tanah Jawa rasa hormat pada  masjid Demak dan makam-makam
Kadilangu masih bertahan di antara kaum beriman, kota Demak dipandang sebagai tanah
suci. Hal itulah yang terutama menyebabkan nama Demak dalam sejarah Jawa tetap tidak
terlupakan di samping nama Majapahit.

IV. PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kerajaan ini hanya berumur pendek. Namun, para rajanya merupakan pahlawan-
pahlawan mujahid terbaik. Raja pertama mereka adalah Raden Fatah, yang berhasil
menjadikan negerinya sebagai sebuah negara independen pada masanya. Setelah itu
anaknya, Patih Yunus (Adipati Unus) berkuasa. Dia berhasil mengadakan perluasan
wilayah kerajaan. Dia menghilangkan kerajaan Majapahit yang beragama Hindhu, yang
pada saat itu sebagian wilayahnya menjalin kerja sama dengan orang-orang Portugis.
Setelah wafatnya Patih Yunus pada tahun 938 H/1531 M, memerintahlah raja
paling terkenal dari kerajaan ini yaitu Raden Trenggono (Sultan Trenggana). Dia adalah
seorang mujahid besar yang di antara hasil usahanya yang terkenal adalah masuknya
Islam ke daerah Jawa Barat. Dia wafat pada tahun 953 H/1546M.
Kebudayaan yang berkembang di kerajaan Demak bercorak Islam. Hal tersebut
tampak dari peninggalan-peninggalan sejarahnya berupa masjid, makam, batu nisan, kitab
suci Al-Quran, kaligrafi dan karya sastra. Sampai sekarang pun Demak di kenal sebagai
pusat pendidikan agama Islam.

B.     Saran
Keterbatasan informasi dan ketelitian penulis dalam menyusun makalah ini,
menjadi sebab adanya keurangan-kekurangan yang tidak dapat penulis hindari. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi penambahan wawasan bagi
penulis khususnya.

V. DAFTAR PUSTAKA

Adnan Sekecake, Peta dan  Kerajaan Demak, http://warungbaca9.blogspot.com, Senin  08


Februari 2016, Jam 20:00

Ahmad al-Usairy, 2003, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, Jakarta:
Akbar Media Eka Sarana

Habib Mustopo dkk, 2007,  Sejarah SMA Kelas XI, Jakarta : Yudhistira

H.J. De Graaf dan TH. Pigeaud, 2003, Kerajaan Islam Pertama di Jawa, Jakarta: PT. Pustaka
Utama Grafiti

Ignaz Kingkin Teja Angkasa dkk, 2007, Sejarah untuk SMA/SMA kelas XI IPS, Jakarta:
Grasindo

I Wayan Badrika, 2006, Sejarah untuk SMA kelas XI, Jakarta:Erlangga

Nana Supriatna, 2007, Sejarah untuk kelas XI SMA, Bandung : Grafindo Media Pratama

Ridwanaz, Sejarah Agama Islam Di Indonesia (Kerajaan Demak), http//ridwanaz.com,


Minggu 07 Februari 2016, jam 14:00

Syafi’i dan Sabil Huda, 1987, Sejarah dan Kebudayaan Islam untuk MTs kelas 3, Bandung:
CV. ARMICO

Anda mungkin juga menyukai