Jurnal Kerajaan Demak

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

SEJARAH KERAJAAN ISLAM DI JAWA (DEMAK)

Muh.rafli rizkiawam arsyam1, Muthiur rahman2 Nur Fatimah 3 Riska 4 Jannatul adenni5
Universitas Islam Negeri Alauddin
Email: [email protected]

Abstrak

Kesultanan Demak berdiri pada akhir abad ke-15 dan merupakan kesultanan Islam pertama di
pulau Jawa, setelah kerajaan Kediri menyerang dan menghancurkan ibu kota kerajaan
majapahit di Trowulan oleh pada 1474. Kesultanan Demak ini dipimpin oleh putra dari
Brawijaya V dengan seorang putri dari Campa, yaitu Raden Fatah. Tulisan ini akan
membahas terbentuknya Kesultanan Demak sampai dengan keruntuhannya. Tujuan Zuliani
Putri, Hudaidah 186 Tamaddun: Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Islam, Volume (9), Issue (1),
July 2021 dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses terbentuknya Kesultanan
Demak sampai dengan proses keruntuhannya. Artikel ini menggunakan metode penelitian
kepustakaan. Penelitian kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
mereview buku, dokumen, catatan, dan berbagai laporan yang berkaitan dengan masalah
yang akan dipecahkan. Demak adalah kesultanan Islam pertama di pulau Jawa. Demak adalah
wilayah yang diberikan Brawijaya V kepada putranya Raden Fatah. Sejak Raden Fatah
menjadi penguasa, Demak juga memiliki pelabuhan besar, yang menjadi alat transportasi
nelayan dan perdagangan, hingga Kesultanan ini menjadi kesultanan Islam pertama di Jawa.
Kesultanan Demak didirikan oleh Raden Fatah tahun 1478.

Kata Kunci: Kesultanan Demak, Raden Fatah, Islam

Abstrack

The Sultanate of Demak was founded in the late 15th century and was the first Islamic
sultanate on the island of Java, after the Kediri kingdom attacked and destroyed the capital
of the Majapahit kingdom in Trowulan by 1474. The Sultanate of Demak was led by a son
from Brawijaya V with a daughter from Campa, namely Raden Fatah. This paper will
discuss the formation of the Demak Sultanate until its collapse. The purpose of this research
is to determine the process of the formation of the Sultanate of Demak until the process of its
collapse. This article uses the library research method. Library research is a data collection
technique by reviewing books, documents, notes, and various reports related to the problem
to be solved. Demak is the first Islamic sultanate on the island of Java. Demak is the area
given by Brawijaya V to his son Raden Fatah. Since Raden Fatah became the ruler, Demak
also had a large port, which became a means of transportation for fishermen and trade, until
this Sultanate became the first Islamic sultanate in Java. The Sultanate of Demak was
founded by Raden Fatah in 1478.

Keywords: Sultanate of Demak, Raden Fatah, Islam

A. Pendahuluan
Ketika dua pusat kekuasaan di Indonesia hampir runtuh , Islam menyebar ke seluruh
kepulauan . Dua pusat pemerintahan adalah Sriwijaya dan Majapahit . Sebelum runtuhnya
kerajaan maritim Sriwijaya , perekonomian mulai menurun dan ini berdampak sosial dan
politik . Seiring dengan kemunduran Kerajaan Sriwijaya , Islam pun masuk dan
mengislamkan daerah - daerah lain sehingga pada abad ke - 9 Islam berkembang pesat
dan berdirilah Kerajaan Samudra Pasai . Sekitar abad ke - 13 di SumateraKerajaan Perlak
didirikan . Masuknya Islam ke kepulauan tersebut secara bertahap mengubah budaya
Hindu - Budha yang pernah mendominasi kepulauan tersebut . Masuknya Islam ke
kepulauan tersebut turut menyebabkan kemunduran Kerajaan Majapahit . Runtuhnya
Kerajaan Majapahit diawali dengan kemerosotan politik akibat konflik dalam keluarga
kerajaan , yang akhirnya menimbulkan dampak ekonomi dan sosial yang signifikan .
Kekacauan kerajaan merupakan kesempatan bagi mereka yang ingin mendirikan kerajaan
Islam di(Fadhilah, 2020).Pada periode ini , Demak , salah satu daerah yang dikuasai
Majapahit , memutuskan untuk keluar dari kekuasaan Kerajaan Majapahit dan mendirikan
kerajaan baru . kesultanan Islam pertama di pulau Jawa , berdiri pada akhir abad ke - 15
setelah Kerajaan Kediri menyerang dan menghancurkan Trowulan , ibu kota kerajaan
Tahun 1474 Kesultanan ini diperintah oleh Raden Fatah , putraputri Campa . Kesultanan
ini berasal dari sebuah desa yang dalam sejarah masyarakat setempat bernama
Gelagawangi . Karena letaknya , konon tempat ini dihuni oleh umat Islam yang dipimpin
oleh Raden Rahmat atau Sunan Ampel yang dan . dipimpin oleh Raden Fatah.
B. Metode Penelitian

Artikel ini menggunakan metode penelitian kepustakaan.Penelitian kepustakaan


merupakan teknik pengumpulan statistics dengan cara mereview buku, dokumen, catatan, dan
berbagai laporan yang berkaitan dengan masalah yang akan dipecahkan. Adapun
langkahlangkah yang dilakukan adalah menyeleksi gagasan umum topik penelitian, mencari
informasi yang mendukung topik, mempertegas fokus penelitian, mencari dan menemukan
bahan bacaan yang diperlukan, mengklasifikasikan bahan bacaan, membaca dan membuat
catatan penelitian, membaca dan memperkaya bahan bacaan, kategorikan ulang bahan
bacaan, dan kemudian mulai menulis laporan.

Hasil Dan Pembahasan

1. Sejarah berdirinya Kerajaan Demak


Kerajaan Demak atau Kasultanan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa.
Kerajaan yang berdiri pada awal abad ke-16 ini didirikan oleh Raden Patah dan mencapai
masa kejayaan di bawah kepemimpinan Sultan Trenggono (1521-1546 M). Pada periode ini.
Demak menjadi kerajaan terkuat di Jawa dengan wilayah kekuasaan yang sangat luas.
Kerajaan Demak terletak di daerah Demak, Jawa Tengah. Demak sebelumnya adalah sebuah
daerah bernama Bintoro atau Gelagahwangi, yang merupakan daerah kadipaten di bawah
kekuasaan Kerajaan Majapahit. Suatu ketika, Raden Patah diperintahkan oleh gurunya, Sunan
Ampel dari Surabaya, untuk merantau ke barat dan bermukim di sebuah tempat yang
terlindung oleh tanaman gelagah wangi. Raden Patah adalah putra dari Raja Brawijaya dari
istrinya yang disebut Putri Cina. Dalam perantauannya itu, Raden Patah menemukan tempat
yang dimaksud Sunan Ampel kemudian menamainya sebagai Demak.

Kesultanan Demak didirikan oleh Raden Fatah, pada tahun 1478. Raden Fatah lahir di
Palembang pada tahun 1448 M, dengan nama panggilan Raden Hasan. Pada saat yang sama,
versi cina menunjukkan bahwa nama panggilan Raden Fatah adalah Jin-Bun (Jimbun) yang
berarti orang yang kuat. Ayahnya adalah seorang raja Kerajaan Majapahit bernama
Kertabumi Prabu Brawijaya V. Jika dirunut, Raden Fatah merupakan putra ke 13 dari 100
putra Raja Brawijaya V. Dan ibunya adalah putri Dwarawati dari Campa. Saudara laki-laki
seibu Raden Fatah bernama Raden Husein, yang kemudian dikenal sebagai Adipati Terung.
Hal ini dikarenakan ibunya kemudian menikah dengan ayah kandung Raden Husein, Ario
Damar. Raden Fatah belajar pada Sunan Ampel saat masih remaja. Sunan Ampel kemudian
memerintahkan Raden Fatah untuk berdakwah ke Gelagahwangi. (Farida, 2015).

Sebagai kesultanan Islam pertama di pulau Jawa, Kesultanan Demak memegang peranan
penting dalam proses islamisasi saat itu. Kesultanan Demak berkembang menjadi pusat
perdagangan dan pusat penyebaran Islam. Wilayah Demak meliputi beberapa wilayah di
Jepara, Tuban, Sedayu Palembang, Jambi dan Kalimantan. Selain itu Kesultanan Demak juga
memiliki pelabuhan-pelabuhan penting seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Jaratan dan Gresik
yang telah berkembang menjadi pelabuhan penghubung. Secara strategis daerah Demak
terletak di tepi sungai selat diantara pegunungan Muria dan Jawa. Tempat ini akhirnya
menjadi pusat perdagangan bagi para pedagang muslim. Banyak dari mereka melakukan
aktivitas perdagangan di selat ini dan saling berdagang. Selain menjual belikan daganganya
para pedagang muslim ini juga sedikit banyak melakukan penyebaran ajaran agama Islam
kepada masyarakat yang pada masa itu masyarakat juga sudah memeluk agama Islam.
Pedagang terus berdatangan ke Demak Bintoro, selain ramai berdagang, tempat ini juga
diuntungkan karena letaknya yang strategis dan dukungan teori pedagang yang baik, yang
menarik para pedagang untuk datang ke sana. (Arif Pianto, 2017).

Brawijaya V bangga mendengar laporan bahwa putranya Raden Fatah telah berhasil
mengembangkan daerah Demak, dengan semakin banyak pedagang yang mengunjungi
pelabuhan di daerah tersebut. Untuk mengapresiasi keberhasilannya, Brawijaya V berniat
mengangkat Raden Fatah sebagai Adipati Demak. Penunjukan tersebut terjadi pada tahun
1477 Masehi. Berkat dukungan masyarakat sekitar, para wali dan pedagang muslim,
Kadipaten Demak semakin maju. Wilayahnya meliputi Surabaya, Madura, Gresik, Tuban,
bahkan Kendal dan Cirebon di sebelah barat. Setelah pasukan Majapahit dapat dikalahkan
pada tahun 1481 M oleh pasukan Kadipaten Demak, para Walisongo menyarankan agar
Raden Fatah menyerahkan pemerintahan Kerajaan Majapahit, kepada Sunan Giri untuk
sementara waktu, sembari melihat perkembangan akibat dari jatuhnya pemerintahan Prabu
Girindrawardhana dan juga menunggu saat yang tepat untuk penobatan Raden Fattah menjadi
Sultan Kesultanan Demak. Sunan Ampel dan Sunan Bonang memberi Raden Fatah gelar
Sultan Fatah Syeh Alam Akbar Panembahan Jimbun Abdul Rahman Sayyidin Panatagama
Sirullah Khalifatullah Amiril Mukminin Hajjuddin Khamid Khan Abdul Suryo Alam di
Bintoro Demak (Subroto, 2016).

Letak Demak sebagai sebuah kerajaan sangat strategis terutama untuk kepentingan
perdagangan dalam skala nasional. Strategis karena menghubungkan jalur perdagangan
antara bagian Barat Indonesia dengan bagian Timur Indonesia. Setelah kehancuran
Majapahit, Demak berkembang menjadi sebuah kerajaan yang makmur di pulau Jawa, di
bawah pimpinan Raden Patah. Dilihat dari posisinya, Kesultanan Demak sangat strategis
karena terletak di utara Pulau Jawa atau dipesisir pantai Utara Pulau Jawa. Dalam jalur
perdagangan nusantara, Demak berperan sebagai penghubung antara daerah penghasil
rempah-rempah di bagian barat Indonesia dan daerah penghasil rempah-rempah di bagian
timur Indonesia. Pada zaman dulu Demak terletak di pinggir pantai Selat Muria yang
memisahkan Jawa dari pegunungan Muria. Sampai sekitar abad ke-17 selat cukup lebar dan
dalam serta dapat dilayari, sehingga kapalkapal para pedagang dari Semarang dapat
mengambil jalan pintas berlayar melalui Demak dan terus ke Rembang. Kemudian Demak
berkembang menjadi pelabuhan yang amat penting, karena pelayaran dunia yang melintang
di laut Nusantara dari Malaka ke Maluku dan sebaliknya mesti melalui dan transit di Bandar
Demak. Selain bergerak di bidang maritim, Demak juga bergerak di bidang pertanian. Demak
juga memperhatikan masalah pertanian, sehingga beras menjadi salah satu hasil pertanian dan
komoditas perdagangan utama Demak. Berkat lancarnya aliran sungai, pertanian di Demak
bisa sukses. Pada abad ke-16, Demak menjadi pusat penimbunan beras dari daerah di
sepanjang Selat Muria. Sehingga pada akhirnya Demak menjadi satu-satunya eksportir
produk beras di lautan Indonesia, dan ekspor lainnya adalah kain tenun Jawa. Kain tenun
Jawa sebanding dengan tekstil yang diimpor dari India atau Cina (Kinanthi Rejeki, 2019).

Penyerangan ke Malaka telah direncanakan sejak tahun 1509. Saat itu armada Demark
terkonsentrasi di Jepara, namun Portugis telah menyerang dan menduduki Malaka pada tahun
1511. Oleh karena itu, serangan Demak baru dilakukan pada tahun 1512, namun gagal.
Konfrontasi antara Demak dan Portugis tidak hanya bersifat religius, tetapi juga bermotif
ekonomi, karena dengan kedatangan Portugis di Malaka, hubungan antara Jawa dan Malaka
terputus, sehingga sisa produk produksi Jawa tidak dapat diekspor ke Malaka sebagai
Pelabuhan penghubung. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis menjadikan Palembang yang
merupakan bekas pelabuhan internasional dan bekas pusat Kerajaan Sriwijaya, tidak hanya
sangat penting bagi para pedagang muslim dari Malaka yang tidak mau mengalah pada
Portugis, tetapi juga bagi para pedagang Jawa dan Cina, banyak pedagang Malaka mengungsi
ke Sumatera Utara (Aceh), Palembang, dan tempat-tempat lain di mana banyak Muslim
sudah tinggal. Selain mengekspor beras, pedagang Jawa juga membawa rempah-rempah dari
daerah Maluku ke Palembang, sedangkan pedagang Cina juga pergi ke Palembang untuk
mencari rempahrempah yang sangat diminati di pasar dunia, kemungkinan besar
mendatangkan lada kualitas tinggi dari Lampung (Ngationo, 2018).

Pada tahun 1513, Portugis menguasai Malaka. Kehadiran Portugis mengancam


keselamatan Demak. Demak menyerang Portugis dengan kekuatannya sendiri. Penyerangan
tersebut dipimpin oleh Pati Unus atau Pangeran Sabrang Lor. Adipati Unus atau Pati Unus
mengerahkan armada yang dipusatkan di Jepara. Dalam penyerangan tersebut, Pati Unus
dibantu oleh Palembang. Namun, serangan ini tidak berhasil menyingkirkan Portugis yang
menguasai Malaka, dan kegagalan itu tidak menghentikan Demak. Beberapa waktu
kemudian, Raden Fatah kembali memerintahkan penyerangan terhadap Portugis di Malaka.
Serangan kedua dipimpin oleh Ratu Kalinyamat, cucu Raden Fatah. Bahkan percobaan kedua
tidak berhasil, karena Portugis semakin kuat. Serangan kedua adalah serangan terakhir Raden
Fatah terhadap Portugis di Malaka. Karena pada tahun 1518, Raden Fatah wafat. Selama
Raden Fatah menjabat sebagai Sultan Demak, ia memiliki tiga istri. Mereka adalah Putri
Sunan Ampel yang melahirkan Pangeran Sabrang Lor dan Raden Trengono, dan Putri dari
Randu Sanga yang melahirkan Raden Kanduruwun, serta putri Bupati Jipang yang
melahirkan Pangeran Sekar Seda Ing Lepen dan Ratu Mas Nyawa. Menurut kronik Cina,
Raden Fatah meninggal pada tahun 1518 pada usia 63 tahun. Setelah Raden fatah meninggal,
tahta kesultanan Demak diduduki oleh Pangeran Sebrang Lor. Pati Unus, sebagai Raja
Demak kedua, meninggal pada tahun 1521. Pati Unus ini tidak mempunyai keturunan, maka
adiknya yang bernama Sultan Trenggono menggantikannya sebagai sultan Demak (Ngationo,
2018).

Menurut Serat Kandha, raja ketiga Demak, Sultan Trenggono, adik Adipati Unus,
berkuasa dari tahun 1521 sampai 1546. Selama pemerintahannya, Sultan Trenggono
melancarkan serangkaian aksi militer untuk menguasai beberapa pelabuhan di bagian utara
Jawa dan hampir semua wilayah bekas kekuasaan Majapahit. Demak berusaha menaklukkan
daerah bekas kekuasaan Majapahit di pedalaman Jawa bagian timur. Pada tahun 1513, di
bawah kepemimpinan De Alvin, Portugis memimpin armada dengan empat kapal untuk
mencapai Sunda Kelapa. Mereka datang untuk mencari rempah-rempah karena mendengar
bahwa Sunda Kelapa adalah salah satu pelabuhan lada utama di nusantara. Menurut catatan
perjalanan Tome Pires, Sunda Kelapa adalah pelabuhan yang sibuk tetapi teratur pada saat
itu. Pada tanggal 21 Agustus 1522 ditandatangani perjanjian antara Portugis dan Kerajaan
Sunda Pajajaran, yang dicantumkan dalam Prasasti Batu Padrao. Perjanjian tersebut
menetapkan bahwa raja akan menggunakan tanah di muara sungai Ciliwung sebagai tempat
berlabuhnya kapal Portugis dan setuju untuk mendirikan pos perdagangan dan benteng di
Sunda Kelapa. Kesepakatan antara Kerajaan Pajajaran dan Portugis mendapat ketidakpuasan
dari penguasa Kesultanan Demak. Mereka percaya bahwa masuknya Portugis ke Jawa akan
menghancurkan perdagangan dan transportasi pulau tersebut. Karena itu, Perjanjian ini
mendorong Demak untuk memperluas kekuasaan dan menaklukan Kerajaan Pajajaran.
Demak pun membuat strategi untuk melumpuhkan kekuasaan Kerajaan Pajajaran, bukannya
langsung menyerang pusat kekuasaannya, Demak lebih dulu menguasai Banten. (Tundjung
and Hidayat, 2018).

Sultan Trenggono memberangkatkan Fatahillah dan banyak pasukan Kesultanan Demak


untuk menyerang dan menguasai Banten. Setelah berhasil menguasai kota pelabuhan Banten,
Demak kemudian menguasai Sunda Kelapa, yang merupakan kota pelabuhan utama yang
penting dan makmur milik Pajajaran. Setelah Demak berhasil menguasai Sunda Kelapa, pada
tahun 1527 Alfonso de Albuquerque di bawah pimpinan Francisco de Sa mengirimkan enam
kapal perang ke Sunda Kelapa. Armada tersebut diperkirakan membawa 600 tentara
bersenjata. Armada Portugis saat itu dikirim untuk mempersiapkan benteng di Sunda Kelapa,
namun telah dikuasai oleh Demak. Untuk mempertahankan Sunda Kelapa, Sultan Trenggono
mengirimkan 20 kapal perang dan 1.500 tentara ke Sunda Kelapa di tahun yang sama. Setelah
pertempuran sengit, pada tanggal 22 Juni 1527, armada pertempuran yang dipimpin oleh
Fatahillah berhasil menaklukkan tentara Portugis. Setelah kemenangan ini, Fatahillah
ditunjuk menjadi penguasa Sunda Kelapa. Setelah itu Fatahillah mengubah nama Sunda
Kelapa menjadi Jayakarta. Sejak saat itu, Demak menaklukan Wirasari pada 1528, Gegelang
atau Madiun pada 1529, Mendangkung pada 1530, Surabaya pada 1531, Pasuruan pada 1535,
Lamongan, Blitar, Wirasaba pada 1541 sampai 1542. Gunung Penanggungan merupakan
benteng para petinggi religius Hindu Jawa yang ditundukkan pada tahun 1543. Mamenan
atau Kediri pada 1549, serta Sengguru atau Malang pada 1545. Blambangan berhasil
ditaklukkan Demak pada 1546, sedangkan Panarukan gagal ditaklukkan, karena Sultan
Trenggono gugur dalam pertempuran.

Pada tahun 1546, Sultan Trenggono wafat. Hal ini menyebabkan kekosongan tahta
Kesultanan Demark. Sunan Giri dan sesepuh Kesultanan Demak sepakat mengangkat putra
sulung Sultan Trenggono, Sunan Prawoto sebagai sultan keempat Demak bergelar Sultan
Syah Alam Akbar Jiem-Boen-ningrat IV. Sunan Prawoto menderita penyakit mata yaitu
kebutaan. Kebutaan Sunan Prawoto dikaitkan dengan kutukan pamannya, yang dibunuh oleh
pangeran Sunan Prawoto yang memberontak saat itu. Penobatan Sunan Prawoto
mengecewakan Arya Penangsang. Arya Penangsang marah karena kematian ayahnya.
Akhirnya Arya Penangsang mengirimkan utusan untuk membunuh Sunan Prawoto dan
anggota keluarganya.

Awal konflik perebutan kekuasaan di Kesultanan demak adalah wafatnya Pati Unus pada
tahun 1521. Kekosongan kekuasaan Kesultanan Demak, menyebabkan keturunan keluarga
Kesultanan Demak memperebutkan kekuasaan tersebut. Peristiwa ini berujung pada perang
yang berlarut-larut, yang akhirnya berujung pada kehancuran kesultanan. Perebutan
kekuasaan terjadi antara Pangeran Sekar Seda Ing Lepen dan Pangeran Trenggono. Kedua
pangeran tersebut percaya bahwa mereka memiliki hak untuk menduduki tahta Kerajaan
Demark. Dari umurnya, Pangerang Secal Seda Ing LePen lebih tua, jadi dia merasa lebih
mumpuni dibandingkan Pangeran Trenggono untuk menjadi Sultan Demark. Namun,
Pangeran Sekar Seda Ing Lepen lahir dari putri Adipati Jipang selir Raden Fatah, sedangkan
Pangeran Trenggono lahir dari putri Sunan Ampel permaisuri Raden Fatah. Pangeran
Trenggono merasa lebih berhak menjadi Sultan Demak. Adat di Kerajaan Demak, pewaris
takhta sultan adalah putra permaisuri.
Pada tahun 1546, Adik Sunan Prawoto, Ratu Kalinyamat menemukan bukti bahwa Sunan
Kudus terlibat dalam pembunuhan saudara laki-lakinya, dan kemudian Ratu Kalinyamat
berinisiatif untuk datang ke Kudus untuk menuntut pertanggungjawaban atas perbuatannya.
Namun, Sunan Kudus menjawab bahwa Sunan Prawoto meninggal karena karmanya sendiri.
Setelah mendengar jawaban tersebut, Ratu Kalinyamat dan suaminya, Pangeran Hadiri
memutuskan untuk kembali ke Jepara. Ratu Kalinyamat dan rombongan suaminya, Pangeran
Hadiri telah meninggalkan Kudus, meskipun mereka lupa bahwa mereka baru saja memasuki
wilayah musuh. Pangeran Hadiri sama sekali tidak tahu, jika akan ada sekelompok orang
yang mengejar suruhan Arya Penangsang yang mengejar mereka. Hanya Ratu Kalinyamat
yang memiliki perasaan tidak enak terhadap suaminya. Pertempuran ini tak terhindarkan,
pada pertempuran ini Pangeran Hadiri wafat.

2. Kondisi Ekonomi Kerajaan Demak

Kehidupan ekonomi Kerajaan Demak berkembang ke arah perdagangan maritim dan


pertanian. Pada masa itu, Kerajaan Demak juga merupakan kerajaan yang cukup kuat di
Jawa. Dalam buku Sejarah 2 karya Sardiman, disebutkan bahwa Demak adalah Kerajaan
Islam pertama di Pulau Jawa yang didirikan pada akhir abad ke-15. Letaknya berada di
daerah pesisir utara Jawa Tengah. Lokasi ini sangat strategis karena berada di jalur
perdagangan Nusantara. Hal ini memungkinan Demak berkembang menjadi kerajaan
maritim. Ferry Syarifuddin dan Ali Sakti dalam bukunya yang berjudul Praktik Ekonomi dan
Keuangan Syariah oleh Kerajaan Islam di Indonesia menyebutkan bahwa wilayah Kerajaan
Demak menggerakkan roda perekonomiannya melalui berbagai aktivitas, seperti
kemaritiman, perdagangan, dan pertanian. Lebih lanjut, Abu Suchmadi dan Sungarso juga
menyebutkan dalam buku Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas XII bahwa
kehidupan perkonomian Kerajaan Demak menitikberatkan pada sektor perdagangan dan
pertanian.

3. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Demak


a) Perdagangan Maritim

Letak Kerajaan Demak sangat strategis, yaitu berada pada jalur lalu lintas pelayaran dan
perdagangan. Oleh karena itu, Kerajaan Demak berperan sebagai penghubung perdagangan
antara daerah penghasil rempah-rempah di wilayah Indonesia bagian timur, seperti Maluku,
dan daerah pemasarannya di Indonesia bagian barat atau di Selat Malaka.

b) Pertanian
Selain sebagai Kerajaan Maritim, Kerajaan Demak juga merupakan pusat berbagai hasil bumi
yang diangkut dari berbagai daerah pedalaman Jawa Tengah. Komoditas utamanya adalah
hasil pertanian, khususnya beras. Selain beras, ada juga madu, lilin, gula, kelapa, dan
palawija yang menjadi hasil utama Kerajaan Demak.

c) Pelabuhan di Pantai Utara Dikuasai

Di samping itu, setelah berhasil menaklukan berbagai kerajaan kecil di pedalaman dan
pesisir pantai utara Jawa, perdagangan Kerajaan Demak pun semakin Berkembang pesat.
Pelabuhan yang berada di pesisir pantai utara Jawa pun telah dikuasai dan diberikan aturan-
aturan yang berlaku di Demak. Dengan demikian, kehidupan ekonomi Kerajaan Demak pun
jauh lebih berkembang.

d) Saingan Kerajaan Sunda

Surya dalam buku Provinsi-provinsi di Indonesia mengemukakan bahwa pada abad ke-
16, Kerajaan Demak mulai tumbuh dan kemudian menjadi saingan ekonomi serta politik
Kerajaan Sunda. Hal tersebut dikarenakan pertumbuhan Kerajaan Demak yang semakin
berkembang, salah satunya ekonominya, sehingga membuat Kerajaan Sunda merasa
tersaingi. Kehidupan ekonomi Kerajaan Demak bisa dibilang berjalan baik. Kegiatan
perdagangan maritimnya ditunjang oleh hasil pertanian yang menyebabkan kerajaan ini
mendapatkan banyak keuntungan di bidang ekonomi.

4. Peradaban Kerajaan Demak

Raden Fatah sangat berperan penting dalam pengembangan Kerajaan Demak, yaitu
memperluas dan memperkuat kedudukan kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam. Setelah
Raden Fatah cukup dengan ilmu tentang agama Islam, Raden Fatah bersama saudara tirinya
berangkat ke Ampel Denta dengan tujuan minta izin Wali Songo untuk mengislamkan raja
Majapahit terakhir, yakni Brawijaya. Setelah wali yang tertua (Sunan Ampel) berunding
dengan para Wali Songo, diputuskan bahwa Majapahit jangan dulu diserang, sampai Sunan
Ampel meninggal dunia. Raden Fatah bersama istrinya, Nyai Ageng Malaka membuat
pemukiman muslim di Bintara dengan mendirikan pondok pesantren seperti yang telah
tersebut di atas tahun 1475 M sebagai basis kegiatan dakwahnya di Glagahwangi. Inilah cikal
bakal Kerajaan Demak. Pendirian pondok pesantren merupakan salah satu strategi dakwah
yang sangat efektif dan menjadi salah satu faktor keberhasilan para ulama dalam
membumikan ajaran Islam di Nusantara.
Seiring berjalannya waktu, pondok pesantren yang didirikan oleh Raden Fatah sangat
menarik pusat perhatian bagi masyarakat di berbagai daerah hingga pada saat itu mencapai
sekitar 2000an santri. Keberhasilan Raden Fatah mengembangkan Demak terdengar oleh
Raja kertabumi Brawijaya V. Raja Brawijaya V bangga mendengar laporan bahwa anaknya,
Raden Fatah telah berhasil mengembangkan daerah demak dengan bandar lautnya yang
semakin ramai dikunjungi para pedagang. Kadipaten Demak semakin lama semakin maju
berkat dukungan rakyat, para wali, serta para saudagar muslim di sekitarnya. Wilayah
kadipaten Demak saat itu meliputi: Surabaya, Madura, Gresik, Tuban, bahkan sampai barat
yaitu Kendal dan Cirebon.

Sejak berdirinya pemerintahan Kerajaan Islam Demak, para wali yang ikut memainkan
perananya di dalam politik Islamisasi Jawa, tidak hanya berekspansi di wilayah Pulau Jawa
saja, akan tetapi juga melakukan penaklukkan-penaklukkan terhadap daerah yang belum
Islam, salah satunya seperti Palembang. Usaha penaklukkan itu melebar hingga sampai ke
Samudera. Seperti yang telah diketahui dari pemaparan sebelumnya bahwa Sultan Fatah
sangat berperan penting dalam pengembangan Demak, dimana merupakan kerajaan Islam
pertama dan terbesar di pantai utara Jawa.

5. Kondisi Sosial Kerajaan Demak

sejahtera. Demak adalah salah satu kerajaan bercorak Islam yang berdiri di Demak, Jawa
Tengah. Berdirinya Kerajaan Demak ini dimulai sejak Kerajaan Majapahit mengalami
kemunduran. Sejarah berdirinya kerajaan Demak dibahas secara ringkas dalam buku berjudul
Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas XII yang disusun oleh H. Abu Achmadi,
Sungarso (2021: 38).

Disebutkan dalam buku tersebut bahwa setelah Kerajaan Majapahit mengalami


keruntuhan, banyak para adipati yang berada di pesisir pantai utara Pulau Jawa melepaskan
diri dari kekuasaan Majapahit dan membentuk persekutuan di bawah pimpinan Demak.
Dengan begitu, terbentuklah Kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa.
Pada saat itu, kehidupan sosial kerajaan Demak tidak memiliki perbedaan yang signifikan
dibandingkan dengan kehidupan sosial pada masa pemerintahan Kerajaan Majapahit. Namun,
pada masa kekuasaan Kerajaan Demak berbagai aspek kehidupan sosial telah diatur sesuai
dengan ajaran agama Islam. Meski mayoritas masyarakat sudah mulai menerapkan peraturan
Islam, masih terdapat beberapa masyarakat yang masih menjalankan tradisi lama. Kondisi
tersebut menciptakan kehidupan sosial masyarakat yang memadukan antara agama Islam dan
tradisi lama. Semasa berdirinya Kerajaan Demak, kondisi perekonomian masyarakat
terbilang cukup sejahtera. Pemaparan mengenai kondisi perekonomian Kerajaan Demak
dibahas dalam buku berjudul Dinamika Islam di Nusantara yang disusun oleh Ahmad Zuhdi,
Arki Auliahadi, Fauzi, Nurasiah (2022: 96).

Dikutip dari buku tersebut bahwa kondisi perekonomian Kerajaan Demak terbilang cukup
stabil berkat perdagangan maritim dan agraria. Kekuatan maritim Kerajaan Demak didukung
dengan upayanya merebut Malaka dari pihak Portugis. Untuk bidang perdagangan, Kerajaan
Demak memiliki hubungan baik dalam bidang perdagangan dengan berbagai pelabuhan di
Nusantara. Di bidang agraria, Kerajaan Demak memiliki daerah pertanian yang cukup luas
sehingga menghasilkan komoditas berkualitas yang dapat diekspor seperti beras, madu, dan
lilin. Pemaparan mengenai kehidupan sosial Kerajaan Demak dan kondisi perekonomiannya
dapat Anda jadikan sebagai pengetahuan tambahan yang bermanfaat bagi Anda, khususnya
dalam mengenal kerajaan yang berdiri di Indonesia.

C. Kesimpulan

Demak adalah kesultanan Islam pertama di pulau Jawa. Demak merupakan wilayah yang
dihadiahkan oleh Brawijaya V kepada anaknya yang bernama Raden Fatah. Sejak Raden
Fatah mengambil alih kekuasaan, Demak juga memiliki pelabuhan besar yang berfungsi
sebagai transportasi nelayan dan perdagangan, hingga Kesultanan menjadi Kerajaan Islam
pertama di Jawa. Raden Fatah meninggal pada tahun 1518 pada usia 63 tahun. Setelah Raden
fatah meninggal, tahta kesultanan Demak diduduki oleh Pangeran Sebrang Lor. Pati Unus,
sebagai Raja Demak kedua, meninggal pada tahun 1521. Pati Unus ini tidak mempunyai
keturunan, maka adiknya yang bernama Sultan Trenggono menggantikannya sebagai sultan
Demak. Pada tahun 1546, Sultan Trenggono wafat. Hal ini menyebabkan kekosongan tahta
Kesultanan Demark. Sunan Giri dan sesepuh Kesultanan Demak sepakat mengangkat putra
sulung Sultan Trenggono, Sunan Prawoto sebagai sultan keempat Demak bergelar Sultan
Syah Alam Akbar Jiem-Boen-ningrat IV.
Daftar Pustaka

Abdullah, Abdul Hadi WM Azyumardi Azra Jajat Burhanudin Muhamad Hisyam Setyadi
Sulaiman Taufik. 2015. Sejarah Kebudayaan Isalm Indonesia Jilid I.

Al-Azizi, A. S. (2017). Sejarah Terlengkap Peradaban Islam. Yogjakarta: Noktah

Anita, D. E. (2016). Walisongo: Mengislamkan Tanah Jawa (Suatu Kajian Pustaka).


Wahana Akademika: Jurnal Studi Islam dan Sosial, 1(2), 243- 266.

Anda mungkin juga menyukai