Proposal Arwan
Proposal Arwan
Proposal Arwan
NPM : 112001055
FAKULTAS TEKNIK
PASARWAJO
2021
BAB I
PENDAHULUAN
kantor, rumah sakit dan sebagainya. Beton sebagai bahan bangunan sudah lama
digunakan dan diterapkan secara luas oleh masyarakat sebab memiliki keunggulan-
keunggulan dibanding material struktur lainnya yakni memiliki kekuatan yang baik,
tahan api, tahan terhadap perubahan cuaca, serta relatif mudah dalam pengerjaan.
Namun beton memiliki salah satu kelemahan yaitu berat jenisnya cukup tinggi
sehingga beban mati pada suatu struktur menjadi besar. Oleh karena itu, inovasi
diantaranya bersifat ramah lingkungan dan memiliki berat jenis yang rendah (beton
ringan). Beton ringan pada umumnya memiliki berat jenis kurang dari 1900 kg/m3.
yang memiliki berat jenis rendah. Salah satu bahan alternatif yang dapat digunakan
adalah Styrofoam. Styrofoam merupakan salah satu bahan material yang memiliki
berat jenis yang rendah. Selain harganya yang relatif murah, styrofoam atau expanded
polystyrene yang terbuat dari polisterin atau yang lebih dikenal dengan gabus putih
kerap menjadi limbah industri maupun limbah rumah tangga yang menjadi masalah
lingkungan karena sifatnya yang tidak dapat membusuk dan susah terurai di alam.
Dengan digunakannya styrofoam pada campuran beton, maka secara total berat
beton akan lebih ringan serta nilai guna styrofoam akan bertambah, namun hal ini
dalam campuran beton. Adapun karakteristik yang dimaksud adalah perilaku mekanik
beton yang mencakup kuat tekan, kuat tarik belah, kuat lentur, serta modulus
(10%, 30%, 50%) terhadap kuat tekan, kuat tarik, kuat lentur, serta
2. Bagaimana perilaku mekanik (kuat tekan, kuat tarik, kuat lentur, dan
modulus elastisitas) dari beton normal dan beton dengan styrofoam.
bervariasi (10%, 30%, 50%) terhadap kuat tekan, kuat tarik, kuat lentur,
ringan styrofoam.
styrofoam.
Dalam penelitian yang dilakukan, ada beberapa lingkup masalah yang dibatasi
(DOE).
dan 50%.
4. Kuat tekan (f’c) beton normal dan beton styrofoam dengan spesimen
5. Kuat tarik belah (fct) beton normal dan beton styrofoam dengan spesimen
6. Kuat lentur (fr) beton normal dan beton styrofoam dengan spesimen
8. Jumlah sampel yang digunakan tiap kali pengujian sebanyak 3 buah dan
total sampel sebanyak 36 buah, hal ini telah memenuhi standar SNI
TINJAUAN PUSTAKA
Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah
atau agregat – agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang
terbuat dari semen dan air sehingga membentuk suatu massa mirip batuan. Beton
adalah material yang rumit. Beton dapat dibuat dengan mudah bahkan oleh mereka
yang tidak punya pengertian sama sekali tentang beton teknologi, tetapi pengertian
yang salah dari kesederhanaan ini sering menghasilkan persoalan dari produk,
antara lain reputasi jelek dari beton sebagai materi bangunan (Paul 2007:1).
Nilai kuat tekan beton relatif lebih tinggi dibandingkan kuat tariknya, dan
beton merupakan bahan bersifat getas. Nilai kuat tariknya hanya berkisar 9%-15%
dari kuat tariknya (Nawy 1998:41). Sehingga umumnya beton diperkuat dengan
penambahan tulangan baja dengan asumsi bahwa kedua material bekerjasama dalam
menahan gaya yang bekerja dimana tulangan baja menahan gaya tarik dan beton
campuran beton, cara-cara persiapan, perawatan dan keadaan pada saat dilakukan
percobaan. Setiap bahan campuran beton tersebut mempunyai variasi sifat yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor alami yang tidak dapat dihindarkan, namun
dengan mengetahui sifat-sifat bahan baku, maka dapat diketahui kebutuhan dari
masing-masing bahan baku dan beberapa kekuatan yang dicapainya. Sesuai dengan
tingkat mutu beton yang hendak dicapai, maka perbandingan campuran beton harus
ditentukan agar beton yang dihasilkan dapat memberikan hal-hal sebagai berikut :
mutu. Sifat mampu dikerjakan/workability dari beton sangat tergantung pada sifat
bahan, perbandingan campuran, dan cara pengadukan serta jumlah seluruh air bebas.
Dengan kata lain, sifat dapat/mudah dikerjakan suatu adukan beton dipengaruhi oleh
dilakukan.
Jadi sifat dapat dikerjakan pada beton ini merupakan ukuran dari tingkat
kemudahan adukan untuk diaduk, diangkut, dituang/dicetak, dan dari produk, antara
lain reputasi jelek dari beton sebagai materi bangunan (Paul 2007:1).
Nilai kuat tekan beton relatif lebih tinggi dibandingkan kuat tariknya, dan beton
merupakan bahan bersifat getas. Nilai kuat tariknya hanya berkisar 9%-15% dari kuat
tulangan baja dengan asumsi bahwa kedua material bekerjasama dalam menahan
gaya yang bekerja dimana tulangan baja menahan gaya tarik dan beton hanya
campuran beton, cara-cara persiapan, perawatan dan keadaan pada saat dilakukan
percobaan. Setiap bahan campuran beton tersebut mempunyai variasi sifat yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor alami yang tidak dapat dihindarkan, namun dengan
mengetahui sifat-sifat bahan baku, maka dapat diketahui kebutuhan dari masing-
masing bahan baku dan beberapa kekuatan yang dicapainya.Sesuai dengan tingkat
mutu beton yang hendak dicapai, maka perbandingan campuran beton harus
ditentukan agar beton yang dihasilkan dapat memberikan hal-hal sebagai berikut :
1. Kemudahan dalam pengerjaan (workability).
mutu. Sifat mampu dikerjakan/workability dari beton sangat tergantung pada sifat
bahan, perbandingan campuran, dan cara pengadukan serta jumlah seluruh air bebas.
Dengan kata lain, sifat dapat/mudah dikerjakan suatu adukan beton dipengaruhi oleh
d. Sifat saling lekat (ada hubungannya dengan kohesi), berarti bahan penyusunnya
dilakukan.
Jadi sifat dapat dikerjakan pada beton ini merupakan ukuran dari tingkat
beton
2. Ketahanan terhadap kondisi lingkungan khusus (tahan lama dan kedap air).
Sifat tahan lama pada beton, merupakan sifat dimana beton tahan terhadap
pengaruh luar selama dalam pemakaian. Sifat tahan lama pada beton dapat dibedakan
pengaruh yang berupa hujan dan pembekuan pada musim dingin, serta
pengembangan dan penyusutan yang diakibatkan oleh basah dan kering silih
berganti.
• Tahan terhadap pengaruh zat kimia; daya perusak kimiawi oleh bahan-bahan
seperti air laut; rawa-rawa dan air limbah, zat-zat kimia hasil industri dan air
limbahnya, buangan air kotor kota yang berisi kotoran manusia, gula dan
• Tahan terhadap erosi; beton dapat mengalami kikisan yang diakibatkan oleh
adanya orang yang berjalan kaki dan lalu lintas di atasnya, gerakan ombak laut,
diakibatkan oleh adanya gelembung udara yang terbentuk selama atau sesudah
mengandung air. Air ini menggunakan ruangan -ruangan, dan jika air menguap maka
akan meninggalkan rongga-rongga udara. Rongga udara ini merupakan peluang untuk
masuknya air dari luar ke dalam beton. Semakin banyak rongga ini, maka
kemungkinan masuknya air makin besar, dan kemungkinan terbentuknya pipa kapiler
makin besar. Sifat kedap air pada beton terutama didapat jika didalam beton itu tidak
terdapat pipa kapiler yang menerus, karena melalui pipa kapiler inilah air akan
menembus beton. Jika saluran-saluran kapiler tersebut tidak ditutup kembali, sifat
beton tersebut tidak kedap air. Rongga kapiler ini dapat menyempit jika hidrasi semen
sempurna, karena volume yang terjadi ± 2,1 kali sebesar volume semen kering
semula.
kepadatan. Beton dengan fas kecil sampai dengan jumlah air yang cukup untuk
hidrasi semen secara sempurna, dan dapat dipadatkan secara sempurna pula, akan
memiliki kekuatan yang optimal. Untuk mencapai kepadatan dan hidrasi sempurna
ini, ada beberapa hal yang mempengaruhi, antara lain sebagai berikut (Wuryati
Samekto 2001:42):
selalu cukup air supaya campuran beton tidak mengering sebelum proses
pengerasan selesai.
b. Karena pengerasan semen makan waktu, maka perlu waktu yang cukup.
Biasanya waktu 4 minggu yang dipakai sebagai pedoman umum bagi waktu
pengerasan semen/beton.
Beton normal merupakan bahan yang cukup berat, dengan berat sendiri
mencapai 2400 kg/m3. Untuk mengurangi beban mati pada suatu struktur beton maka
telah banyak dipakai jenis beton ringan. Menurut Standar Nasional Indonesia 03-
2847 tahun 2002, beton dapat digolongkan sebagai beton ringan jika beratnya kurang
dari 1900 kg/m3. Dalam membuat beton ringan tentunya dibutuhkan material yang
memiliki berat jenis yang ringan pula. Pada umumnya berat jenis yang lebih ringan
dapat dicapai jika berat beton diperkecil yang berpengaruh pada menurunnya
kekuatan beton tersebut. Pembuatan beton ringan pada prinsipnya adalah membuat
rongga di dalam beton. Semakin banyak rongga udara dalam beton semakin ringan
beton yang dihasilkan. Ada 3 macam cara membuat rongga udara dalam beton, yaitu
a. Yang paling sederhana yaitu dengan memberikan agregat ringan. Agregat itu bisa
berupa batu apung, batu alwa, atau abu terbang (fly ash) yang dijadikan batu.
Adapun spesifikasi agregat ringan yang digunakan dalam pembuatan beton dengan
pertimbangan utama adalah ringannya bobot dan tinggi kekuatan yang meliputi :
persyaratan komposisi kimia, dan sifat fisik agregat sesuai standar SNI 03-2461-
2002.
terbangnya dibersihkan).
c. Meniupkan atau mengisi udara di dalam beton. Cara ketiga ini terbagi lagi menjadi
secara mekanis dan secara kimiawi. Bahan campuran antara lain pasir kwarsa,
semen, kapur, sedikit gypsum, air, dan dicampur alumunium pasta sebagai bahan
kekuatan beton. Kekuatan beton berkurang 5.5% dari kuat tekan setiap pemasukan
udara 1% dari volume campuran. Beton dengan bahan pengisi udara mempunyai
kekuatan 10% lebih kecil daripada beton tanpa pemasukan udara pada kadar
semen dan workabilitas yang sama (Murdock & Book, 1999). Pada beton dengan
mengurangi kekuatan tekan beton sektar 5% tanpa perubahan air semen (Mehta,
1986). Pada penelitian ini material tambahan yang digunakan adalah styrofoam.
Styorofoam pada penelitian ini berfungsi sebagai pembentuk rongga pada beton
“Freezing and Thawing Test for Concrete, Method A” berdasarkan JIS A1148. Hal
Pengujian dilakukan dengan melakukan perendaman dalam air. Pada kasus ini,
beton dengan agregat ringan yang dibasahi terlebih dahulu, hingga memiliki
kandungan air sebesar 25-30%. Namun hasil pengujian ini tidak bisa menunjukkan
secara akurat tentang ketahanan beton ringan sebab dapat dipengaruhi oleh
beberapa kondisi diantaranya, durasi siklus “freezing and thawing” pada cuaca,
Pada umumnya, beton mengandung rongga udara sekitar 1% - 4%, pasta semen
(semen dan air) sekitar 25% - 40%, dan agregat (agregat halus dan agregat kasar)
sekitar 60% - 75% . Pencampuran bahan – bahan tersebut menghasilkan suatu adukan
yang mudah dicetak sesuai dengan bentuk yang diinginkan, karena adanya hidrasi
semen oleh air maka adukan tersebut akan mengeras dan mempunyai kekuatan untuk
memikul beban.
Penggunaan material lain yang memiliki berat jenis ringan dalam campuran
beton akan mengurangi berat beton secara keseluruhan. Adapun material penyusun
beton ringan yang digunakan pada penelitian ini yakni Semen PCC, agregat kasar dan
halus, air, serta styrofoam dengan perbandingan variasi yang berbeda-beda yakni
penggilingan bersama-sama terak semen portland dan gipsum dengan satu atau lebih
bahan anorganik. Bahan anorganik tersebut antara lain terak tanur tinggi (blast
furnace slag), pozolan, senyawa silikat, batu kapur, dengan kadar total bahan
anorganik 6-35% dari massa semen portland komposit. Semen portland komposit
dikategorikan sebagai semen ramah lingkungan dan digunakan untuk hampir semua
jenis konstruksi.
Keunggulan dari PCC (Portland Composite Cement) yaitu lebih mudah dikerja,
suhu beton lebih rendah sehingga tidak mudah retak, permukaan acian dan beton
lebih halus, lebih kedap air, mempunyai kekuatan yang lebih tinggi dibanding OPC
(Ordinary Portland Cement). Hasil pengujian kimia dan pengujian fisika dapat dilihat
2.3.2 Agregat
Mengingat bahwa agregat menempati 70-75% dari total volume beton maka
kualitas agregat sangat berpengaruh terhadap kualitas beton. Dengan agregat yang
baik, beton dapat dikerjakan (workable), kuat, tahan lama (durable), dan ekonomis.
Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat alam atau
agregat buatan (artificial aggregates). Secara umum, agregat dapat dibedakan
berdasarkan ukurannya, yaitu agregat kasar dan agregat halus. Agregat yang baik
2. Tidak mengandung lumpur lebih dari 5 % untuk agregat halus dan 1 % untuk
agregat kasar.
3. Tidak mengandung bahan-bahan organic dan zat-zat yang reaktif alkali, dan
a. Agregat halus
Dalam penelitian ini digunakan agregat halus yang berasal dari Sungai
Jeneberang, Sulawesi Selatan. Agregat halus dapat berupa pasir alam, pasir olahan
atau gabungan dari kedua pasir tersebut. Ukurannya bervariasi antara No. 4 dan No.
100 saringan standar Amerika. Agregat halus dapat digolongkan menjadi 3 jenis
1. Pasir Galian
Pasir galian dapat diperoleh langsung dari permukaan tanah atau dengan cara
menggali dari dalam tanah. Pada umumnya pasir jenis ini tajam, bersudut, berpori,
2. Pasir Sungai
Pasir sungai diperoleh langsung dari dasar sungai. Pasir sungai pada umumnya
berbutir halus dan berbentuk bulat, karena akibat proses gesekan yang terjadi
3. Pasir Laut
Pasir laut adalah pasir yang dipeoleh dari pantai. Bentuk butiran halus dan
bulat, karena proses gesekan. Pasir jenis ini banyak mengandung garam, oleh karena
itu kurang baik untuk bahan bangunan. Garam yang ada dalam pasir ini menyerap
kandungan air dalam udara, sehingga mengakibatkan pasir selalu agak basah, dan
yang baik harus bebas bahan organik, lempung, partikel yang lebih kecil dari saringan
No. 100 atau bahan-bahan lain yang dapat merusak campuran beton. (Edward G.
Nawy hal : 14 ) Agregat halus merupakan pasir alam sebagai hasil disintegrasi
‘alami’ batuan atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai
b. Agregat kasar
Dalam penelitian ini digunakan agregat kasar yang berasal dari Sungai
kasar diperoleh dari alam dan juga dari proses memecah batu alam. Agregat alami
beku, agregat sediment dan agregat metamorf, yang kemudian dibagi menjadi
batu menjadi berukuran butiran sesuai yang diinginkan dengan cara meledakan,
perusak lainnya. Agregat kasar mineral ini harus bersih dari bahan-bahan organik,
dan harus mempunyai ikatan yang baik dengan gel semen. (Nawy 1998 : 13).
2.3. Air
Air adalah bahan dasar pembuatan beton. Berfungsi untuk membuat semen
bereaksi dan sebagai bahan pelumas antara butir-butir agregat. Pada umumnya air
minum dapat dipakai untuk campuran beton. Air yang mengandung senyawa-
senyawa yang berbahaya, yang tercemar garam, minyak, gula atau bahan kimia
lainnya, bila dipakai untuk campuran beton akan sangat menurunkan kekuatannya
dan dapat juga mengubah sifat-sifat semen. Selain itu air yang demikian dapat
mengurangi afinitas antara agregat dengan pasta semen dan mungkin pula
2. Bentuk butir : bentuk bulat, maka kebutuhan air menurun (batu pecah perlu
banyak air).
3. Gradasi agregat : gradasi baik, maka kebutuhan air menurun untuk kelecakan
yang sama.
4. Kotoran dalam agregat : makin banyak silt, tanah liat dan lumpur, maka
Adapun air yang digunakan pada penelitian ini adalah air PDAM yang berada
2.4 Styrofoam
Styrofoam yang memiliki nama lain polystyrene, begitu banyak digunakan oleh
manusia dalam kehidupannya sehari hari. Begitu Styrofoam diciptakan pun langsung
pembungkus barang elektronik dan makanan karena sifatnya yang tidak mudah bocor,
gugus phenyl yang tersusun secara tidak teratur sepanjang garis karbon dari molekul.
Styrofoam ini memiliki berat jenis sampai 1050 kg/m3, kuat tarik sampai 40 MN/m2,
dan modulus lentur sampai 3 GN/m2, modulus geser sampai 0,99 GN/m2, angka
poison 0,33 (Dharmagiri, I.B, dkk, 2008). Dalam bentuk butiran (granular) expanded
polystyrene mempunyai berat satuan sangat kecil yaitu 13-22 kg/m3. Sehingga
mendapatkan berat jenis beton yang ringan. Penggunaan styrofoam dalam beton dapat
udara dalam beton berongga adalah styrofoam mempunyai kuat tarik. Kerapatan atau
berat jenis beton dengan campuran styrofoam dapat diatur dengan mengontrol jumlah
campuran beton bervariasi yaitu sebesar 10%, 30%, dan 50 % dari volume beton.
mengetahui perilaku mekanik beton (kuat tekan, kuat tarik belah, serta kuat lentur)
Pada penelitian ini tidak dilakukan treatment khusus pada styrofoam sesuai
penggunaan styrofoam dalam campuran beton. Styrofoam ini diperoleh dari pabrik
P.T Kemasan Cipta Nusantara Makassar yang merupakan salah satu produsen
deformasi, respon terhadap suhu, daya serap air, dan ketahanannya. Diantara sifat-
sifat beton yang paling mendapat perhatian adalah kekuatan beton, karena hal
yang mempengaruhi kekuatan beton dari material penyusunnya ditentukan oleh faktor
air semen, porositas dan faktor-faktor intrinsik lainnya seperti kekuatan agregat,
persatuan luas yang menyebabkan benda uji hancur oleh gaya tekan tertentu. Dapat
Dimana :
Kuat tekan menjadi parameter untuk menentukan mutu dan kualitas beton yang
Pembuatan beton akan berhasil jika dalam pencapaian kuat tekan beton telah sesuai
dengan yang telah direncanakan dalam mix design. Adapun hal-hal yang
rendah nilai fas maka semakin tinggi nilai kuat tekan beton. Tetapi pada
kenyataannya pada suatu nilai fas tertentu semakin rendah nilai fas maka kuat
tekan beton akan rendah. Hal ini terjadi karena jika fas rendah menyebabkan
adukan beton sulit dipadatkan. Dengan demikian ada suatu nilai optimal yang
2. Umur beton, kekuatan beton akan bertambah sesuai dengan umur beton tersebut.
perawatan. Semakin tinggi fas, maka semakin lambat kenaikan kekuatan betonnya,
dan semakin tinggi suhu perawatan maka semakin cepat kenaikan kekuatan
betonnya.
3. Jenis Semen, kualitas pada jenis-jenis semen memiliki laju kenaikan kekuatan
yang berbeda.
4. Efisiensi dari perawatan (curing), kehilangan kekuatan sampai 40% dapat terjadi
bila terjadi pengeringan terjadi sebelum waktunya. Perawatan adalah hal yang
sangat penting pada pekerjaan dilapangan dan pada pembuatan benda uji.
5. Sifat agregat, dalam hal ini kekerasan permukaan, gradasi, dan ukuran maksimum
METODOLOGI PENELITIAN
Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Gowa. Jenis penelitian ini adalah
1. Jenis benda uji terbagi menjadi 2 bentuk yaitu : -Silinder ukuran 10 x 20 cm2
untuk pengujian kuat tekan, modulus elastisitas, dan tarik belah. Balok ukuran
5. Air yang digunakan untuk campuran dan curing benda uji adalah air
5. Compressometer
6. Slump test
7. Timbangan
8. Bak Perendaman
9. Mistar
campuran dan curing benda uji adalah air PDAM Laboratorium Struktur dan Bahan
Alat Penelitian :
5. Compressometer
6. Slump test
7. Timbangan
8. Bak Perendaman
9. Mistar
bahan-bahan yang akan digunakan sesuai dengan komposisi hasil mix design.
2. Menyiapkan molen yang bagian dalamnya sudah dilembabkan. Kemudian
pertama-tama tuangkan agregat kasar, agregat halus, dan semen. Aduk hingga
3. Setelah ketiga bahan tersebut tercampur rata, masukkan air sedikit demi sedikit
(untuk beton normal), dan styrofoam (untuk beton styrofoam) secara bergantian
4. Setelah tercampur rata, dilakukan uji slump untuk mengukur tingkat workability
adukan.
Dituangkan ke dalam cetakan silinder dan balok, dan digetarkan agar campuran
Perawatan benda uji dilakukan dengan cara direndam dalam bak perendaman.
Benda uji diangkat dari bak 1 hari sebelum sampel di uji. Hal ini dimaksudkan agar
pada waktu di uji, sampel dalam keadaan tidak basah. Pengujian dilakukan pada saat
sampel berumur 7, 14, dan 28 hari. Hal ini berarti benda uji diangkat dari bak pada
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kuat tekan beton yang telah
silinder beton hancur dan dicatat besarnya beban maksimum P yang selanjutnya
Pengujian ini dilakukan dengan memberikan tegangan tarik pada beton secara
tidak langsung. Benda uji yang digunakan berupa silinder yang direbahkan dan
ditekan sehingga terjadi tegangan tarik pada beton. Langkah-langkah pengujian sam
seperti pengujian kuat tekan, hanya saja pada pengujian ini ditambahkan suatu
lempengan plat besi agar dapat membagi beban merata pada panjang silinder. Beban
(ft).
pada ½ bentang atau 1/3 bentang untuk mendapatkan lentur murni tanpa gaya geser.
Besarnya beban P yang dicatat pada pengujian ini adalah beban pada saat benda uji
perbandingan tegangan pada satu satuan regangan dengan benda uji silinder
berukuran diameter 10 x 20 cm2. Pengujian ini dilakukan pada benda uji yang sama
dengan pengujian kuat tekan beton umur 28 hari menggunakan alat Compressometer.