Bab 1 Pendahuluan
Bab 1 Pendahuluan
Bab 1 Pendahuluan
ANNISA LAWIRA
ANNISA LAWIRA
O 271 19 085
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Kelas : Akua 1
Kelompok : 2 (Dua)
Menyetujui,
Mengetahui,
Madinawati, S.Pi., M. Si
NIP. 19700203 199603 2 001
5
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukut penulis ucapkan kepada Tuhan YME, karena berkat Rahmat dan
ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah
1. Kedua orang tua yang selalu memberikan doa dan cinta kasihnya serta
dukungan selama ini dengan tulus serta harapan dan cita-citanya untukku.
Organisme Akuakultur.
Organisme Akuakultur.
teristimewa kelompok.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih sangat jauh dari kata sempurna.
Mohon maaf apabila didalam laporan ini masih banyak kekurangan atau kesalahan.
Penulis sangat mengharapkan saran serta masukkan yang bersifat konstruktif dari
Annisa Lawira
6
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL...................................................... i
HALAMAN JUDUL......................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................... iii
UCAPAN TERIMA KASIH............................................ iv
DAFTAR ISI...................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................. vi
DAFTAR GAMBAR......................................................... viii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang........................................................................ 1
1.2 Tujuan dan kegunaan.............................................................. 2
7
4.3 Kualitas Air...........................................................................
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan................................................................................ 28
5.2 Saran...................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
8
DAFTAR TABEL
Halaman
9
DAFTAR GAMBAR
Halaman
10
BAB 1 PENDAHULUAN
ketersediaan pangan rumah tangga, gizi, kesehatan, penyedia lapangan pekerjaan dan
Benih merupakan salah satu mata rantai dalam akuakultur dan kualitasnya sangat
menentukan keberhasilan usaha akuakultur. Benih yang unggul secara genetik dapat
dihasilkan melalui program seleksi dan sampai sekarang masih dominan digunakan
pada banyak spesies akuakultur. Heritabilitas yang tinggi untuk karakter penting
secara ekonomi, fekunditas yang tinggi, serta interval generasi yang relatif singkat
pada sebagian besar spesies ikan akan menghasilkan kemajuan genetik yang cepat
Ikan patin menjadi salah satu komoditas unggulan di bidang perikanan. Ikan air
tawar yang memiliki warna putih keabu-abuan ini, memiliki cita rasa yang khas dan
mengandung protein cukup tinggi. Protein daging ikan patin cukup tinggi yaitu
16,58%. Ikan patin dinilai lebih aman untuk kesehatan karena kadar kolesterolnya
rendah dibandingkan dengan daging ternak. Ikan patin tidak memiliki sisik dan
11
memiliki semacam duri yang tajam di bagian siripnya dan tergolong dalam kelompok
Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) merupakan salah satu spesies ikan
introduksi dan mulai berkembang di Indonesia pada tahun 1980. Ikan patin memiliki
memiliki banyak duri, dapat dipijahkan secara massal dan memiliki peluang
pengembangan skala industri karena ikan patin ini memiliki harga jual yang tinggi
dan rasa daging yang digemari oleh masyarakat (Susanto dan Amri, 2001 dalam
terus meningkat. Untuk mengatasi permintaan ikan patin ini salah satu caranya adalah
dengan cara mempercepat proses kematangan gonad dan reproduksi ikan patin
siam(Waspada, 2012).
Praktek ini dilakukan untuk mengetahui Teknik pemijahan ikan patin di Upr
Saluyu Potoya, Dolo Induk Kota Palu, Sulawesi Tengah, Kegunaan dari praktek ini
Agar Mahasiswa mengetahui bagaimana teknik pemijahan ikan patin yng dipelihara
dengan sistem semi intensif dan hasil praktek ini diharapkan dapat meningkatkan
12
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Ikan patin adalah salah satu ikan asli perairan Indonesia yang berhasil di
budidayakan. Jenis -jenis ikan patin di Indonesia sangat banyak antara lain,
pangasius sutchi dan Pangasius hypophtalmus yang sedang di kenal sebagai jambal
siam atau lele bangkok merupakan ikan introduksi dari Thailand. Ikan patin
mempunyai bentuk tubuh memanjang dan berwarna putih perak dengan punggung
bewarna kebiruan. Ikan patin tidak memiliki sisik, kepala ikan relatif kecil dengan
mulut terletak di ujung kepala agak ke bawah dan termasuk dalam ciri khas
catfish(Suhara, 2019).
Hypophthalmus
13
Gambar 2.1 Ikan Patin (Pangasius sp)
Ikan Patin memiliki warna tubuh putih keperak-perakan dan punggung kebiru-
biruan, bentuk tubuh memanjang, kepala relatif kecil , ujung kepala terdapat mulut
yang dilengkapi dua pasang sungut pendek (Djariah, 2001 dalam Suhara, 2019). Pada
sirip punggung memiliki sebuah jari-jari keras yang berubah menjadi patil yang
bergerigi dan besar di sebelah belakangnya. Sirip ekor membentuk cagak dan
bentuknya simetris. Ikan patin tidak mempunyai sisik, sirip dubur relatif panjang
yang terletak di atas lubang dubur terdiri dari 30-33 jari-jari lunak sedangkan sirip
perutnya memiliki enam jari-jari lunak. Sirip dada mempunyaii 12-13 jari-jari lunak
dan sebuah jari-jari keras yang berubah menjadi senjata yang dikenal dengan patil. Di
bagian permukaan punggung ikan patin terdapat sirip lemak yang berukuran kecil. Di
Indonesia, ada dua macam ikan patin yang dikenal yaitu patin lokal (Pangasius
pangasius) atau sering pula disebut jambal (Pangasius djambal) dan patin Bangkok
atau patin Siam (Pangasius hypophtalamus sinonim P. sutchi). Patin jambal memiliki
sungut rahang atas jauh lebih panjang dari setengah panjang kepala dan hidung
sedikit menonjol kemuka serta mata agak ke bawah (Susanto dan Amri, 2002).
14
2.1.2 Habitat dan penyebaran
Di alam penyebaran geografis ikan patin cukup luas, hampir di seluruh wilayah
Indonesia. Secara alami ikan ini banyak ditemukan di sungai-sungai besar dan berair
tenang di Sumatera, seperti Sungai Way Rarem, Musi, Batanghari dan Indragiri.
Sungai-sungai besar lainnya di Jawa, seperti Sungai Brantas dan Bengawan. Bahkan
keluarga dekat lele ini juga dijumpai di sungai-sungai besar di Kalimantan, seperti
Sungai Kayan, Berau, Mahakam, Barito, Kahayan dan Kapuas. Umumnya, ikan ini
yang dalam (Agribisnis dan Aquacultures, 2009 dalam Pramudya, 2014). Ikan patin
bersifat nocturnal atau melakukan aktivitas dimalam hari sebagaimana umumnya ikan
catfish lainnya. Patin suka bersembunyi di dalam liang-liang di tepi sungai habitat
hidupnya dan termasuk ikan dasar , hal ini bisa dilihat dari bentuk mulutnya yang
Ikan patin membutuhkan sumber energi yang berasal dari makanan untuk
2014). Di alam makanan utama ikan patin berupa udang renik (crustacea), insekta
dan moluska. Sementara makanan pelengkap ikan patin berupa rotifera, ikan kecil
dan daun-daunan yang ada di perairan(Susanto dan Amri, 2002 dalam Pramudya,
2014). Ikan patin juga sangat tanggap terhadap pakan buatan (Arifin, 1993 dalam
Pramudya, 2014).
15
2.1.4 Reproduksi ikan patin
induk ikan patin siam antara lain faktor internal dan faktor eksternal. Faktor lengkap
internal yang mempengaruhi pengelolaan yaitu jenis, lokal. hereditas ikan dan
Reproduksi pada ikan betina melibatkan dua proses utama, yaitu (1) perbesaran
ovari secara ber-tahap dengan pembentukan kuning telur melalui proses yang disebut
vitelogenesis; dan (2) maturasi, ovulasi, dan pemijahan. Kedua proses ini diatur oleh
(Sun dan Pankhurst, 2004 dalam tahapari, 2013). Reproduksi ikan berada di bawah
sinyal lingkungan, sistem hormon, serta organ reproduksi. Pada banyak kasus, sinyal
lingkungan untuk proses pematangan gonad serta ovulasi dan pemijahan tidak
diketahui. Hal ini terutama menjadi masalah bagi spesies yang tidak memijah secara
spontan di dalam wadah budi daya seperti halnya ikan patin siam. Upaya untuk
menciptakan kondisi lingkungan yang sesuai dengan kondisi di alam agar dapat
merangsang pemijahan walaupun dalam kondisi yang kurang tepat sering kali
Tahapari, 2013).
16
2.2 Pemijahan Buatan Menggunakan Hormon (HCG dan Ovaprim)
sehingga mengalami matang gonad dan dapat segera dipijahkan. Oleh karena itu
perlu alternatif untuk mengkombinasikan keduanya. Selain itu juga bertujuan untuk
meningkatkan kelangsungan hidup larva ikan (Donaldson and Hunter, 1983 dalam
2.3.1 Suhu
Suhu merupakan parameter yang harus diperhatikan pada proses budidaya ikan.
Secara umum laju pertumbuhan ikan akan meningkat jika sejalan dengan kenaikan
suhu pada batas tertentu. Jika kenaikan suhu melebihi batas akan menyebabkan
kehidupan ikan atau hewan akuatik lainnya. Walaupun ikan dapat menyesuaikan diri
dengan kenaikan suhu, akan tetapi kenaikan suhu melibihi batas toleransi ekstrim (35
°C) waktu yang lama maka akan menimbulkan stress atau kematian ikan Supratno
17
2.3.2 DO
kualitas air yang paling kritis dalam budidaya ikan, karena dapat mempengaruhi
kelangsungan hidup ikan yang dipelihara. Menurut Alabaster and Lloyd (1982) dalam
Hasim, dkk 2015 setiap jenis ikan memiliki sensitivitas yang berbeda terhadap
terlarut juga terjadi pada setiap tahapan siklus kehidupan ikan. Oksigen yang terlarut
di dalam perairan sangat dibutuhkan untuk proses respirasi, baik oleh tanaman air,
ikan, maupun organisme lain yang hidup di dalam air, (Supratno 2006 dalam Hasim,
dkk., 2015).
konsentrasi ion hidrogen pada perairan. Konsentrasi ion hidrogen tersebut dapat
Alexander, 2010). PH adalah cerminan dari derajat keasaman yang diukur dari jumlah
ion hydrogen menggunakan rumus umum PH = -Log (H+). Air murni terdiri dari ion
H+ dan OHdalam jumlah berimbang hingga PH air murni biasanya 7. Makin banyak
ion OHdalam cairan makin rendah ion H+ dan makin tinggi PH. Cairan demikian
tersebut cairan alkalis . sebaliknya makin banyak ion H+ makin rendah PH dan cairan
18
BAB 3 METODE PRAKTIKUM
pemijahan buatan pada hari Sabtu, Tanggal 17-19 April , 2021 di Unit pembenihan
No
Bahan Kegunaan
.
1 Ikan Patin Organisme
2 Larutan NaCl Untuk menjaga kesimbangan ion sel mikroba
3 Tanah liat Untuk mencuci terul
4 Ovaprim Merangsang dan memacu hormone pada ikan
5 HCG Berperan mamacu manturasi gonad dan ovulasi
6 Air Tumbuh dan berkembang biak
19
3.3 Prosedur Pemijahan
1. Melakukan seleksi induk yang telah dikarantina selama 2 hari Seleksi induk
dilakukan dengan cara mengamati ciri-ciri induk yang matang gonad pada induk
a. Umur 3 tahun
b. Berat 3-4 kg
a. umur 2 tahun
b. ukuran 1-2 kg
2. Penimbangan Induk
ovaprim yang akan disuntikkan pada induk ikan patin pada setiap penyuntikan.
20
3. Penyuntikan
IU per kg untuk betina saja. Penyuntikan dilakukan pada bagian punggung sirip atas,
dengan posisi 30-45°. Interval waktu penyuntikan pertama dan kedua sekitar 24 jam.
Penyuntikan kedua untuk induk betina dan jantan menggunakan hormon ovaprim
dengan dosis untuk induk betina 0,5 ml/kg induk dan induk jantan 0,3 ml/kg.
4. Stripping (Pengurutan)
betina apakah sudah ovulasi atau belum. Langkah pertama yang dilakukan adalah
mengurut bagian perut ke arah bawah dengan lembut dan apabila keluar telur, maka
langkah yang perlu dilakukan adalah mengambil wadah untuk menampung telur
tersebut. Setelah itu, telur yang didapatkan dicampur dengan sperma lalu diaduk
Tujuan pengenceran ini adalah untuk mempertahankan daya hidup sperma dalam
waktu yang relatif lama. Setelah telur dan sperma tercampur, langkah selanjutnya
adalah agar telur tidak lengket dan tidak menggumpal satu sama lain. Setelah itu,
dicuci kembali dan dilakukan hingga beberapa kali pembilasan menggunakan air,
sehingga telur bersih sempurna. Telur yang bersih tersebut, kemudian siap untuk
21
5. Pengamatan perkembangan telur dan pengamaatan larva
Melakukan pengamatan terhadap telur dalam masa inkubasi. Masa inkubasi telur
akan berlangsung selama 18 jam. Setelah itu telur menetas menjadi larva barulah
22
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
didapatkan hasil tahap pembelahan sel telur pada ikan patin dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
ketapang
Fase menjadi 1 sel
Pukul 08.30
Pukul 09.05
Pukul 09.55
23
Fase menjadi 8 sel
Pukul 10.55
Pukul 12.20
Pukul 14.50
Tahap morula terjadi pada pukul 18.05 Larva menetas pada pukul 12.30
stereo yang dilengkapi kamera digital. Pengamatan dilakukan secara terus menerus
sejak fertilisasi sampai terjadinya penetasan. Derajat tetas yang rendah bisa
diakibatkan oleh sifat telur ikan patin yang bersifat adhesive atau menempel sehingga
aliran oksigen pada telur yang saling menempel berkurang dan akan menyebabkan
24
tumbuhnya jamur pada telur-telur ikan patin tersebut. Tumbuhnya jamur pada telur
yang sudah terfertilisasi akan menyebabkan telur gagal menetas dan mengalami
kerusakan. Solusi yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah penggunaan
tanah liat. Tanah liat memiliki ukuran partikel-partikel yang sangat kecil dan tekstur
yang lembut sehingga dapat dengan baik menutup lendir pada telur. Telur-telur yang
telah dibilas dengan air tanah liat akan saling terpisah dan tidak lengket, Selain itu,
partikel pada tanah liat akan mengikis lapisan luar telur, sehingga dapat mempercepat
telur yang bersamaan. Hal tersebut bisa diupayakan dengan melakukan penyuntikan
4.2 Fekunditas
didapatkan hasil fekunditas pada ikan patin dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Berdasarkan data di atas, fekunditas total dari hasil pemijahan yaitu rata-rata
10.000 butil telur, dengan bobot telur yang di ke luarkan masing-masing indukan
adalah 15 gr. Singgah produktivitas telur ikan patin siam dapat mencapai 4.122.000
ikan patin siam betina menghasilkan fekunditas telur perkilogram yang lebih baik bila
25
dibandingkan dengan kontrol. Ikan patin siam toleran terhadap kualitas air yang
Mahdaliana, 2015).
didapatkan hasil kualitas air pada wadah pemeliharaan ikan patin dapat dilihat pada
Kualitas Air A3 A4
Oksigen 9,1 8
Suhu 32 31
Ph 6,6 7
Berdasarkan data di atas Telur akan menetas pada 18-24 jam setelah ovulasi pada
suhu 29-300 C, sedangkan pada suhu 26-280 C telur akan menetas setelah 28 jam. 10-
12 jam setelah menetas, larva mulai bergerak naik turun ( kordi, 2005 ). Penetasan
telur ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal (kualitas telur dan
hormon) dan faktor eksternal (suhu, alkalinitas, salinitas, amonia, pencahayaan dan
pH) (Tang dan Affandi, 2001). Terhambatnya sekresi dan kerja enzim korionase
oksigen terlarut, salinitas dan sebagainya yang tidak sesuai dengan kelenjar
endodermal embrio yang berperan dalam menyekresikan enzim tersebut (Kumar and
26
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
27
1. Penggunaan hormone ovaprin dan HCG terbukti mempercepat pemijahan dengan
2. Serta dalam penetasan sendiri factor yang berperan penting yaitu cahaya dimana
bila cahaya mengenai telur secara langsung akan menghambat penetasan jadi cahaya
dalam penetasan harus diatur sedemikian rupa agar data mempercepat pemijahan
3. Kualitas air nilai suhu berkisar antara 27-30°C sedangkan ph yang sesuai berkisar
antara 7.1-8.2 serta kadar DO yaitu 7,45-8,89 dan semua masih terbilang optimal bagi
penetasan telur.
5.2 Saran
dilakukan pada telur ikan patin serta pemijahan buatan ini dapat lebih baik lagi dalam
DAFTAR PUSTAKA
28
Fariedah, F, Ilen, I, Yuwanita, R, Qurrota, A, dan Tahapari, E. 2018. Penggunaan
Tanah Liat Untuk Keberhasilan Pemijahan Ikan Patin Siam
(Pangasianodon hypophthalmus). Jurnal Ilmiah Perikanan Dan
Kelautan.Volume 10 No 2
Suhara, A. 2019. Teknik Budidaya Pembesaran Dan Pemilihan Bibit Ikan Patin
(Studi Kasus Di Lahan Luas Desa Mekar Mulya, Kec. Teluk Jambe
Barat, Kab. Karawang). Jurnal Buana Pengabdian. Vol. 1 No. 2
LAMPIRAN
29
30