Buku Ajar Fisika Teknik Sipil Unud-Dikonversi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 46

1

BAB XIII
GEJALA GELOMBANG

13.1 Pendahuluan
Sebuah batu yang jatuh pada permukaan air yang tenang akan menyebabkan pola berbentuk
lingkaran, yang disebut gelombang permukaan air. Pola tersebut terus membesar dan akhirnya
hilang. Jika sehelai daun yang terapung di permukaan air tertumbuk oleh lingkaran
gelombang tersebut, daun ini akan bergerak keatas, kemudian kembali ke tempat semula.
Bagian permukaan air yang terkena pola gelombang bergerak karena mendapat energi, atau
juga momentum. Gelombang permukaan air ini menjalankan energi dan momentum dari
tempat batu jatuh ke seluruh bagian permukaan air. Gelombang tunggal seperti ini di sebut
gelombang denyut. Sebatang tongkat yang digerakkan keluar masuk air secara periodik
menyebabkan rangkaian pola lingkaran. Sehelai daun yang tertumbuk oleh rangkaian pola ini
akan bergerak naik-turun secara periodik pula. Gelombang yang menyebabkan medium
bergerak atau berubah secara periodik seperti ini disebut gelombang periodik. Penjalaran
energi dan momentum dengan gelombang tidak hanya terjadi di permukaan air. Apabila bola
bilyard yang berderet lurus saling bersinggungan salah satu bola paling ujung di tumbuk
dengan menyodok bola lain yang segaris, maka bola yang terletak di ujung lainnya terpental
keluar, sedang bola lainnya tetap diam. Energi dan momentum dari bola yang datang
dijalarkan melalui deretan bola tanpa menyebabkan bola bergerak, dan akhirnya disampaikan
kepada bola terakhir. Disini penjalaran energi dan momentum juga terjadi dengan gelombang.
Ciri khas penjalaran energi melalui gelombang adalah tidak ada perpindahan benda. Bila
suatu gelombang menjalar dari A ke B, maka dalam penjalaran energi tidak ada perpindahan
benda dari A ke B. Salah satu bentuk gelombang yang mudah dibayangkan adalah gelombang
mekanik. Gelombang ini menyebabkan terjadinya gerak pada medium tempat menjalarnya
gelombang. Contoh gelombang ini adalah gelombang bunyi, gelombang permukaan air, dan
gelombang pada tali. Gelombang mekanik berasal dari suatu sumber dan menjalar di dalam
suatu medium. Penjalaran energi di dalam medium terjadi karena satu bagian medium
mengganggu bagian medium di sekitarnya. Jadi penjalaran gelombang di dalam medium
terjadi karena ada interaksi di dalam medium.
13.2. Gelombang pada Tali

Ujung A diikatkan. Ujung B digoyangkan.


Puls akan bergerak (sesuai tanda panah).
Bentuk puls tidak berubah pada waktu
puls menjalar. Puls menempuh jarak yang
sama untuk selang waktu yang sama. Jadi
puls bergerak dengan kecepatan konstan,
T
yaitu v = 

Gelombang pada seutas tali yang elastis.

Gerak bagian tali jika ada gelombang puls


yang bergerak dari kanan ke kiri, setiap
bagian tali pada bagian kanan puls
bergerak ke bawah, dan pada bagian kiri
bergerak ke atas.
Gelombang seperti di atas yang
mediumnya (tali) bergerak tegak lurus
arah gelombang disebut gelombang
transversal. Jika suatu gelombang puls
lewat dimana bagian medium yang sedang
dilewati puls bergerak sebentar pada arah
sejajar pada arah jalar puls, gelombang itu
disebut gelombang longitudinal (misalnya
gelombang bunyi di udara).
13.3. Deskripsi Gelombang

13.3.1. Gelombang Puls


Kita gunakan suatu salib sumbu x-y. Sumbu x menyatakan absis suatu bagian dan ordinat y
menyatakan simpangan bagian tali (medium) karena dilewati gelombang.
y
v

Pada suatu waktu tertentu, misalnya pada


t=0
waktu t = 0, bentuk tali dapat dinyatakan
x
dalam persamaan :
y = f(x) (t = 0)
V.t
Beberapa saat kemudian puls telah maju
y y’ v sejauh vt tanpa berubah bentuk. Persamaan
tali pada saat t = t dinyatakan dengan x'
t=t
sama dengan persamaan tali pada saat t = 0
x dinyatakan dengan x, yaitu,
y = f(x') (t = t)
V.t X’

Dimana : x' = x – vt
Maka persamaan pada saat t = t ialah :

y = f(x – vt)

Persamaan ini melukiskan sebuah puls transversal yang bergerak maju ke kanan dengan
kecepatan v. Jika puls bergerak ke kiri maka y = f(x + vt).

13.3.2. Gelombang periodik


Suatu bentuk gelombang lain dari gelombang puls, dimana gelombang puls ini berupa suatu
gangguan tunggal, yang menjalar dalam suatu medium, adalah gelombang periodik.
Pada gelombang periodik, gangguan dalam
bentuk yang sama datang berulang-ulang
secara periodik. Selang waktu antara
menjalarnya gangguan tertentu dengan
gangguan berikutnya disebut waktu
perioda T.

Jarak antara dua puncak pada gelombang periodik disebut panjang gelombang (dinyatakan
dengan ). Pada gambar, titik P dan Q terpisah dengan jarak satu panjang gelombang. Titik P
dan Q bergerak bersama-sama. Dikatakan titik P dan Q mempunyai fasa yang sama. Dua titik
yang terpisah dengan jarak  akan bergerak berlawanan. Jika titik Q bergerak ke atas, titik R
2
bergerak ke bawah. Kedua titik ini dikatakan bergerak dengan fasa berlawanan.
Berdasarkan definisi panjang gelombang () dan waktu perioda (T), dapat kita simpulkan
bahwa dalam waktu T gelombang sudah menjalar sejauh satu panjang gelombang (). Jika
gelombang menjalar dengan kecepatan konstan v, didapat hubungan antara v, , dan T
sebagai berikut :
Jarak yang ditempuh 
v = Selang waktu yang diperlukan  T
Besaran T sering diganti dengan besaran yang disebut frekuensi (f) yaitu, banyaknya
1
gelombang yang melalui satu titik persatuan waktu, jadi f = .
T
Satuan f ialah seperdetik, atau sering disebut cycle per second (cps). Satu cps, sering disebut
satu Hertz (Hz).

13.3.3. Gelombang Selaras


Suatu bentuk khusus gelombang periodik adalah gelombang sinus.
Jika beban kita tarik dan kemudian
dilepaskan, beban akan bergerak naik turun
(bergetar) membuat gerak selaras
sederhana (gerak harmonik sederhana).
Simpangan beban maksimum disebut
amplitudo gerak selaras.

Setelah selang waktu tertentu pada tali


akan terjadi bentuk fungsi sinus yang
menjalar ke kanan dan berkecepatan v.
Jika sebuah gelombang bergerak ke arah x
positif, dengan kecepatan v dan bentuknya
dinyatakan oleh suatu fungsi f(x,t), fungsi
gelombang adalah y = f(x – vt).

Untuk gelombang sinus maka fungsi f(x,t) adalah fungsi sinus, sehingga gelombangnya
adalah :
y = A Sin k(x – vt)
dimana y menyatakan simpangan bagian tali pada absis x dan saat t dan v adalah kecepatan
jalar gelombang.
Besaran k adalah suatu konstanta agar argumen fungsi sin k(x – vt) merupakan besaran sudut
dengan satuan radial. Karena kita hanya dapat mengambil sinus dari suatu sudut. Jika tidak
dikalikan dengan k argumen fungsi sinus adalah (x – vt) yang mempunyai satuan panjang.

k(x – vt) disebut sudut fasa gelombang, dapat dituliskan sebagai :


 = k(x – vt) = kx – kvt
Puncak gelombang sinus terjadi pada harga sudut fase  = 90, sedangkan lembah terjadi
pada sudut fasa  = 270. Kecepatan jalar gelombang menyatakan kecepatan gerak bagian
bentuk gelombang. Jadi menyatakan kecepatan jalar sudut fasa tertentu (misalnya, untuk
puncak gelombang,  = 90) dalam medium. Akibatnya, kecepatan jalar v sering disebut
kecepatan fasa gelombang.
Dua titik terpisah dengan jarak satu panjang gelombang mempunyai fasa sama. Kedua titik ini
berbeda dalam sudut fasa sebesar  = 2 pada suatu saat yang sama.
2
Jadi,  = kx1 – kvt – kx2 + kvt = 2 atau k(x1 – x2) = k = 2, sehingga k = . Kvt adalah

suatu besaran sudut ; jadi kv merupakan kecepatan sudut, dinyatakan dengan ω, jadi ω = kv.
Satuan ω adalah radial perdetik. Karena dalam satu periode T, terjadi satu getaran, atau terjadi
sudut fasa sebesar 360 = 2 radial, maka :
sudut yang ditempuh 2rad
ω = waktu yang diperlukan  T det  2f radial
det ik
ik
Besaran ω disebut frekuensi sudut, dimana f adalah frekuensi getaran.
Besaran k = 2
, disebut bilangan gelombang dan menyatakan banyaknya gelombang

persatuan panjang, dengan satuan 1 atau cm-1. Untuk gelombang sinus dapat disimpulkan :
cm
1. Sumber gelombang adalah sesuatu yang bergetar atau bergerak selaras sederhana.
2. Bentuk gelombang adalah fungsi sinus, dengan fungsi gelombang y=
2
A Sin(kx – ωt + o) , dimana k = sebagai bilangan gelombang,  ialah panjang

gelombang.
ω = 2f adalah frekuensi sudut.
kx – ωt adalah sudut fasa gelombang dengan satuan radial.
o adalah konstanta fasa, yaitu sudut fasa gelombang pada x = 0 dan t = 0.
f adalah frekuensi gelombang, banyaknya puncak gelombang yang bergerak lewat suatu titik
per detik.

Contoh

Gelombang tali dengan persamaan y = 0,15 sin (1,2x – 12t + ) cm dimana x dalam meter, t
6
dalam detik
a. Hitunglah frekuensi gelombang, waktu periode, panjang gelombang, dan kecepatan jalar
gelombang.
b. Buatlah dua buah gambar gelombang dengan beda waktu satu dengan lainnya
adalah seperempat waktu periode.

Jawab
a. Frekuensi f,
o ω = 2f → f  12 1,91
=  
2 2 det det
o Waktu periode T,
1
T =  1 det = 0,523 det
f 1,91
o Panjang gelombang 
2 2
= 
= 5,23 m
k 1,2
o Kecepatan penjalaran v
 12
ω = kv → v  = 10 m/det
=
k 1,2

b. Disini akan digambarkan pada keadaan


t=0 →y = 0,15 sin (1,2x 
) dan
+ 6
1 0,523 
t= T →y = 0,15 sin (1,2x – 12. + )
4 4 6

= 0,15 sin (1,2x – 1,569 + )
6
= 0,15 sin (1,2x – 1 )
Bila dinyatakan dalam derajat 3

t=0→y = 0,15 sin (1,2x + 


6)
= 0,15 sin (1,2
. 360    360
x )
2 6 2
= 0,15 sin (68,789x + 30)
1 
t= T→ y = 0,15 sin (1,2x – 12t + )
4 6
= 0,15 sin (1,2 360 360 0,523  360
. x  12    )
2 2 6 2
4
= 0,15 sin (68,789x - 60)

y
t=0
t1T
4 A=0,15
0,075t x
o A=0,15

  
4 4 2
0,4361 0,8714 5,23m

13.4. Gelombang Pada Permukaan Air


Gelombang pada permukaan air merupakan suatu contoh gelombang dua dimensi,
karena medium gelombang ini, yaitu permukaan air mempunyai dimensi dua, yaitu
panjang dan lebar.
Hal ini berbeda dengan gelombang pada tali yang merupakan gelombang satu dimensi. Sebab
medium yang digunakan yaitu tali dapat dianggap mempunyai dimensi satu, yaitu panjang
saja. Jadi hanya ada satu dimensi arah pejalaran.
Gelombang periodik pada permukaan air dapat dibuat dengan cara berikut:
Bagaimana kita menyatakan sudut fasa pada gelombang dalam medium berdimensi dua ?
Untuk lebih mudah kita perhatikan suatu gelombang lurus sinus.

muka gelombang

k
x'
P
y' y
Q
r

x

Dalam medium berdimensi dua kecepatan gelombang  dinyatakan sebagai vektor v
dan bilangan gelombang k dinyatakan dengan vektor yang memenuhi hubungan ω
k
= k. v, dimana ω adalah frekuensi gelombang.
Sudut fasa gelombang di titik P sama dengan sudut fasa gelombang di titik Q, karena terletak
pada muka gelombang yang sama. Sudut fasa pada titik Q,
(Q) = kx' – ωt , sehingga
sudut fasa pada titik P,
(P) = kx' – ωt = kr cos Ө – ωt

Dimana Ө adalah sudut antara vektor r dan k.
 
Sudut fasa titik pada posisi r di dalam medan gelombang dengan vektor gelombang
k dan frekuensi ω adalah:
 
 ( r ,t) = k r – ωt
Selanjutnya suatu gelombang lurus dapat kita nyatakan dengan fungsi gelombang:
 
y = A cos ( kr – ωt)
Contoh :
Suatu
  gelombang sinus mempunyai fungsi gelombang y = 5 cos
( k r – ωt)cm, dengan bilangan gelombang k = 10  m -1 dan ω = 20 rad/det. Arah
penjalaran gelombang membentuk sudut 60 o terhadap sumbu x. Hitunglah besar
simpangan gelombang pada titik R(25,15) m, pada saat
t = 8 detik

Jawab :
 1
ky
k  10m

Ry
R(25,15)

60

kx Rx

Sudut fasa pada titik R(25,15) pada saat t = 8 detik adalah :


 
 = k r – ωt
= kx . Rx + ky .Ry – ωt
= 10 cos 60 . 25 + 10 sin 60 . 15 - 20 . 8
= 94,9 rad = 17802,7o

y = 5 cos 17802,7 o = -4,77 cm


BAB XIV
SIFAT UMUM GELOMBANG

14.1 Prinsip Superposisi


Dua buah atau lebih gelombang yang sejenis menjalar dalam medium yang
sama. Kita pandang dua gelombang puls pada tali.

Pada gambar dilukiskan sebuah puls


datang dari sebelah kiri, dan sebuah puls
lain datang dari sebelah kanan. Pada waktu
kedua puls bertemu bahwa simpangan total
setiap titik pada tali merupakan jumlah
simpangan yang disebabkan oleh kedua
puls tersebut.

Setelah kedua puls ini bertemu kedua-duanya meneruskan penjalaran tanpa ada
perubahan bentuk. Ini berarti gangguan total pada medium adalah jumlah gangguan oleh
masing-masing gelombang. Sifat ini dikenal sebagai prinsip superposisi.
Prinsip ini berlaku umum untuk semua macam gelombang, selama gangguan yang
disebabkan oleh gelombang tidak terlalu besar (melewati batas kekenyalan medium). Misal
tiga buah gelombang yang simpangan masing-masing gelombang dinyatakan oleh :
y1(x,t), y2(x,t), y2(x,t)
simpangan total pada tali :
yT(x,t) = y1(x,t) + y2(x,t) + y3(x,t)
Persamaan ini menunjukkan bahwa hubungan antara yt dengan y1(x,t), y2(x,t), y3(x,t)
merupakan hubungan linier. Dikatakan bahwa medium bersifat linier terhadap gangguan
y1(x,t), y2(x,t), y3(x,t), Ketiga gelombang ini dikatakan ber-superposisi, atau terjadi
interferensi antara gelombang ini. Bila reaksi medium terhadap gangguan tidak linier, maka
setelah gelombang bertemu dan berpisah lagi, masing-masing gelombang akan mengalami
perubahan bentuk. Dikatakan gelombang ini berinteraksi.

Gelombang Sinus
Dua gelombang sinus berinterferensi. Dua gelombang sinus dengan amplitudo dan
frekuensi yang sama, menjalar dengan arah dan kecepatan yang sama, tet api mempunyai fasa
yang berlainan. Fungsi gelombang ini :
y1 = A sin (kx – ωt + 01)
y2 = A sin (kx – ωt)
Persamaan y1 dapat ditulis :   
y1 = A sin k(x + 01 ) - t
 k 
Bila dilukiskan y1 dan y2 sebagai fungsi x pada suatu saat tertentu (t), maka puncak y1
akan berjarak 01
dari puncak y2. Hasil superposisi gelombang y1 dan y2 adalah :
k
y = y1 + y2 = A sin (kx – ωt + 01) + A sin (kx – ωt)
= A {sin (kx – ωt + 01) + sin (kx – ωt)}
y = A [2sin 1 (kx – ωt + 01 + kx – ωt) cos ½ { kx – ωt +
2
01 - kx + ωt }
= A {2sin 1 (2 kx – 2ωt + 01 ) cos 1 (01)}
2 2
y = 2 A cos 01 01
sin (kx – ωt + )]
2 2

Didapat :
01 01
y = 2 A cos sin (kx – ωt + )
2 2

Hasil superposisi gelombang y1 dan y2, merupakan suatu gelombang sinus dengan
amplitudo 2 A cos 01
. Jika beda sudut fasa y1 terhadap y2 yaitu 01 sangat kecil, maka
2
amplitudo resulntante akan mempunyai harga  2A karena cos 01
 cos 0 = 1. Jika beda
2
sudut fasa nol, maka y1 dan y2 mempunyai fasa yang sama dimana-mana. Puncak y1 dan
puncak y2 berada pada tempat yang sama dimana-mana. Dikatakan y1 dan y2 berinterferensi
konstruktif. Jika sudut fasa 01  180o maka amplitudo resultante sangat kecil.
Bila 01 = 180o amplitudo gelombang resultante sama dengan nol dimana-mana. Dikatakan y 1
dan y2 berinterferensi destruktif.
Contoh Soal:
Dua buah gelombang menjalar pada suatu medium. Persamaan gelombang tersebut:
y1 = 0,10 sin (0,20x – 10t +  ) m
3

y2 = 0,10 sin (0,20x – 10 + 


)m
6
Carilah persamaan superposisi kedua gelombang tersebut.

Jawab:
Persamaan superposisi kedua gelombang tersebut:
yr = y1 + y2
= 0,10 sin (0,20x – 10t +  ) + 0,10 sin (0,20x – 10 +  )
3 6

= 0,10 [sin (0,20x – 10t + 


) + sin (0,20x – 10 + 
)]
3 6
= 0,10 {2 sin 1 [(0,20x – 10t + 
) + (0,20x – 10 + 
)] cos 1 [(0,20x –
2 3 6 2
 
10t + ) - (0,20x – 10 t+ )]}
3 6

yr = 0,1932 sin(0,20x – 10 t + 
)m
4

Diagram Fasor
Persamaan superposisi dua atau tiga buah gelombang dengan frekuensi yang sama yang
menjalar dalam medium yang sama (dengan kecepatan yang sama) tetapi dengan amplitudo
yang berbeda, tidak dapat dicari dengan menggunakan persamaan
Sin A + sin B = 2 sin 1 (A + B) cos 1 (A – B),
2 2
karena faktor yang berlainan. Untuk mengatasi ini digunakan diagram fasor. Misalkan
gelombang-gelombang tersebut mempunyai fungsi gelombang
y1 (x,t) = A1 cos (kx – ωt + 01)
y2 (x,t) = A2 cos (kx – ωt + 02)
Superposisi kedua gelombang ini: yR
(x,t) = y1(x,t) + y2 (x,t)
= A1 cos (kx – ωt + 01) + A2 cos (kx – ωt + 02)
Tiap suku persamaan kita pandang sebagai suatu vektor.
Misal fungsi gelombang
y1 (x,t) = A1 cos1 = A1 cos (kx – ωt + 01)
Fungsi gelombang ini dipandang sebagai vektor

y 1 = A1 < 1 = kx – ωt + 01
Misal fungsi gelombang
y2(x,t) = A2 cos 2 = A2 cos (kx – ωt + 02),
Fungsi gelombang ini dipandang sebagai vektor

y 2 = A2 < 2 = (kx – ωt + 02)

Vektor y 1 = A1 < 1 adalah suatu vektor dengan panjang A1 dan membuat sudut 1 dengan
sumbu x. Jadi arah vektor ini dinyatakan oleh sudut fasa (1). Vektor semacam ini disebut
fasor.
Fungsi gelombang y1(x,t) adalah proyeksi fasor y1 pada sumbu –x, yaitu :
y1(x,t) = A1 cos 1

Vektor y 2 = A2 < 2 adalah suatu vektor dengan panjang A2 dan membuat sudut 2 dengan

sumbu x. Fungsi gelombang y2 (x,t) adalah proyeksi fasor y 2 pada sumbu –x, yaitu :
y2 (x,t) = A2 cos 2
Dengan menggunakan fasor, superposisi kedua gelombang adalah jumlah fasor.
  
y R= y 1 + y 2
= AR < R
Fungsi gelombang resultante adalah proyeksi fasor yR pada sumbu x, yaitu:
yR(x,t) = AR cos R
= AR cos (kx – ωt + 0R)

Untuk menghitung AR dan 0R digunakan fasor x = 0 dan t = 0, sehingga

AR2 = A 2 + A 2 + 2 A
1 2 1 A cos ( -)
2 02 01
tg 0R = A1 sin 01  A2 sin 02
A1 cos01  A2 cos02

Karena fungsi gelombang adalah proyeksi fasor pada sumbu–x, maka apabila fungsi
gelombang tidak dalam bentuk fungsi cosinus, kita harus nyatakan fungsi gelombang tersebut
dalam fungsi cosinus lebih dahulu, baru dituliskan fasornya.
Misal fungsi gelombang:
y1(x,t) = A sin(kx – ωt + 01)
y2(x,t) = A sin(kx – ωt)
Fungís gelombang dirubah menjadi

y1(x,t) = A cos (kx – ωt + 01 - )
2

y2(x,t) = A cos (kx – ωt - )
2

Contoh Soal
Dua buah gelombang bersuperposisi. Persamaan kedua gelombang tersebut adalah:
y1 = 0,10 sin (0,20x – 10t + 
)m
3
y2 = 0,10 sin (0,20x – 10 + 
)m
6
Carilah persamaan superposisinya dengan menggunakan diagram fasor!

Jawab:
Fungsi gelombang tersebut dalam bentuk cosinus:
y1 = 0,10 cos(0,20x – 10t +  -  ) m
3 2

= 0,10 cos(0,20x – 10t - 


)m
6
= 0,10 cos(0,20x – 10t – 30o) m
y2 = 0,10 cos(0,20x – 10 +  -  ) m
6 2

= 0,10 cos(0,20x – 10t - 


)m
3
= 0,10 cos(0,20x – 10t – 60o ) m
Persamaan superposisinya:
yR= AR cos (0,20x – 10t + 0R)
Dimana
AR2 = A 12 + A 22 + 2 A 1A 2cos ( 02 - 01)
= 0,102 + 0,102 + 2 x 0,10 x 0,10 cos (– 60o + 30o)
= 0,037
Ar = 0,1932
A1 sin 01  A2 sin 02
tg0R 
A1 cos01  A cos02
2

tg0R
0,10sin(30)  0,10sin (60)
 0,10cos(30)  0,10cos(60)
tg0R
0,10sin(30)  0,10sin (60)
 0,10cos(30)  0,10cos(60)
tg 0R = – 1

0R = – 45o = –
4
Jadi persamaan superposisi kedua gelombang tersebut:
yR = 0,1932 cos (0,20x – 10t –  ) cm
4
atau yR = 0,1932 sin (0,20x – 10t + 
) cm
4

14.2 Perlayangan Gelombang


Bila dua gelombang dengan frekuensi berbeda dijumlahkan, hasilnya adalah suatu gelombang
yang bentuknya berubah terus dengan waktu. Gelombang yang kita peroleh tidak lagi
berbentuk sinus.
Misal dua gelombang yaitu y1 dan y2 menjalar dalam satu medium dengan kecepatan yang
sama, dengan amplitudo yang sama pula.

Persamaan gelombang.
y1 = ym sin (k1 x - ω1t)
y2 = ym sin (k2 x - ω2 t)
Superposisi gelombang ini,
y = y 1 + y2
= ym sin (k1 x- ω1 t) + ym sin (k2 x - ω2 t)
 k1  k2 
y
 1  2    k1  k2   1  2  
2 ym cos 2 x   t sin 2 x   t
2 2
       
Hasil penjumlahan dua gelombang sinus tidak berbentuk fungsi sinus lagi.
Jika frekwensi y1 dan y2 hampir sama besarnya, maka dapat ditulis  1 =  +   ;  2 =  ; k1
= k + k; k2 = k, sehingga
1 2 2  
2  2 
k1  k2 2k  k
2  2 k
1 2     
2  2 2
k1  k2 k  k  k
2 
k  2
2
Persamaan superposisi gelombang dapat ditulis :
y
m
 k
x
    t
2 y cos t sin kx

2 2 
Hasil superposisi ini dapat dipandang sebagai suatu gelombang sinus, yaitu dengan frekuensi
sudut  dan bilangan gelombang k. Gelombang sinus ini disebut gelombang pembawa.
Amplitudo gelombang pembawa berubah dengan waktu dan tempat menurut hubungan
A (x,t) = 2 m  k  
x t ,
y cos 
 2 2 
yang berbentuk fungsi gelombang juga, dan disebut gelombang modulasi.
Bentuk gelombang superposisi ini :

Jika kita berada pada suatu tempat dan ada gelombang bunyi dengan bentuk fungsi demikian,
maka gelombang bunyi akan terdengar berubah-ubah kenyaringannya secara periodik. Prilaku
gelombang ini disebut perlayangan gelombang.

14.3. Pantulan dan Transmisi pada Tali


Dua macam tali dengan rapat masa yang berbeda disambung dan ditegangkan. Tali pertama
memilki rapat masa lebih kecil dari tali kedua. Pada salah satu tali dijalarkan sebuah
gelombang kearah sambungan. Bila puls menjalar dari tali pertama ke tali kedua maka pada
waktu puls sampai pada sambungan terjadi suatu puls menjalar terus pada tali kedua dan suatu
puls yang bentuknya terbalik menjalar pada tali pertama menjauhi sambungan. Gelombang
yang menjalar terus pada tali kedua disebut gelombang transmisi dan gelombang yang
kembali disebut gelombang pantul atau refleksi. Bila suatu puls datang pada tali yan berat
menuju tali yang ringan maka pada waktu puls sampai pada sambungan, akan terjadi
gelombang pantul dan gelombang transmisi, dimana gelombang pantul mempunyai fasa sama
dengan gelombang datang. (Catatan: + Gambar!)

14.3.1. Ujung Terikat


Suatu puls gelombang tali datang pada ujung tali yang terikat. Gelombang pantul mempunyai
simpangan yang berlawanan dengan simpangan gelombang datang atau dikatakan mempunyai
fasa yang berlawanan dengan fasa gelombang datang. Bagian tali yang terikat pada tembok
tidak mempunyai simpangan. Akibatnya jika suatu puls gelombang sampai pada ujung terikat
ini, tali akan melakukan reaksi, sehingga simpangan tali pada ujung terikat selalu nol. Bentuk
puls selama berada di daerah ujung terikat ini, dapat diperoleh dengan proses khayal sebagai
berikut :
Kita bayangkan tali tidak putus pada ikatan tetapi dihubungkan terus dengan tali khayal.
Pada tali khayal menjalar puls gelombang dengan bentuk sama tapi fasa berlawanan. Jarak
puls datang sampai ke tembok selalu sama dengan jarak puls khayal sampai ke tembok.
Pada saat puls datang sampai ke ujung terikat, puls khayal juga sampai pada tempat tersebut.
Simpangan tali merupakan hasil superposisi kedua puls ini.

Puls khayal ini diperoleh dengan refleksi cermin daripada puls datang terhadap titik ikat, dan
kemudian membuat agar fasanya berlawanan dengan puls datang.
Jika puls datang dengan fungsi gelombang
Y1 = f (x-vt),
maka puls pantul ujung terikat adalah :
Y2 = -f (-x-vt)
Perubahan x  - x adalah refleksi sepanjang sb-x terhadap titik x = 0, sedang f  -f adalah
agar gelombang mempunyai fasa yang berlawanan.
Misalkan bentuk gelombang datang pada tali
y1 = ym sin (kx - ωt),
maka puls pantul harus mempunyai bentuk
y2 = -ym sin (-kx - ωt) = ym sin (-kx - ωt + 180°).
Jadi untuk gelombang sinus, pembalikan fasa pada gelombang pantul dapat dinyatakan
sebagai “tambahan sudut fasa sebesar 180° pada fasa gelombang pantul. Hasil superposisi
gelombang datang dan pantul oleh ujung terikat :
y = y1 + y2 = ym {sin (kx - ωt) + sin (-kx - ωt + 180°)}
= ym {sin (kx - ωt) + sin (kx + ωt)}
= 2 ym cos ωt sin kx
Simpangan y merupakan hasil superposisi gelombang datang dan gelombang pantul.

Puncak gelombang tidak bergeser pada arah x. Jadi seluruh bagian tali bersama melakukan
gerak harmonik. Gelombang seperti ini disebut gelombang berdiri. Titik-titik dengan
simpangan paling besar disebut perut gelombang berdiri. Titik-titik lain yang simpangannya
selalu nol disebut simpul. Jadi hasil superposisi gelombang datang dan gelombang pantul

menghasilkan gelombang berdiri. Jadi jarak titik sampul dari ujung terikat adalah d = n .
.
2
Dimana n = bilangan bulat bulat,  adalah panjang gelombang.

14.3.2 Ujung Bebas


Pantulan oleh ujung bebas memberikan gelombang pantul tanpa ada pembalikan fasa. Untuk
gelombang sinus, jika gelombang datang dinyatakan oleh : y1 = ym sin (kx - ωt),
maka gelombang pantul oleh ujung bebas :
y2 = ym sin (-kx - ωt)
Hasil superposisi kedua gelombang ini:
y = y 1 + y2
= ym{sin(kx - ωt) - sin(kx + ωt)}
y = 2 ym sin ωt cos kx
Persamaan ini adalah persamaan suatu gelombang berdiri, yang pada ujung (x=0)
simpangannya terbesar.

14.4 Resonansi
Suatu kawat diberi beban, beban ini akan memberikan gaya tarik F pada kawat. Massa kawat
persatuan panjang ρ. Jika ujung lain digetarkan maka mula-mula pada kawat menjalar
gelombang dengan kecepatan v  F . Jika penggetar mempunyai frekwensi f, maka
frekwensi sudut gelombang  = 2  f, dan panjang gelombang  = v/f.
Gelombang yang pertama menjalar dari P ke Q. Ujung Q dapat dianggap sebagai ujung
terikat, sehingga gelombang sinus yang datang akan dipantul kembali ke ujung P. Pantulan ini
menyebabkan perubahan fasa 180°, dan pada tali akan terjadi suatu gelombang berdiri dengan
fungsi gelombang y = 2 ym cos  t sin kx,
dimana ym adalah amplitudo getaran sumber. Jika untuk suatu panjang kawat tertentu (L)
beban dinaikkan sedikit demi sedikit, sehingga F berubah sebanding dengan beban, maka
pada harga-harga F tertentu akan terjadi gelombang berdiri pada kawat. Amplitudo
gelombang berdiri ini jauh lebih besar daripada amplitudo getaran sumber, sehingga titik P
akan tampak sebagai titik simpul. Keadaan ini disebut keadaan resonansi.
Jadi pada keadaan resonansi fungsi gelombang berdiri adalah y = A cos  t sin
kx, dimana A adalah amplitudo dan jauh lebih besar dari amplitudo sumber.
Pada saat resonansi titik P tampak sebagai titik simpul, berarti untuk x = -L, y = 0
sehingga,
yx=-L = A cos ωt sin k (-L) = 0

Yang berarti bahwa

sin k L = 0  k L = n  , dimana k  2

2
  L   n = 1,2,3, dst.
n 2L
n
Ini berarti bahwa untuk frekwensi sumber tertentu, resonansi akan terjadi apabila harga beban
menimbulkan panjang gelombang (  ) tersebut diatas.
Persamaan diatas dapat diteruskan :

v
f  1F nF
  atau f 2L 

Ini berarti bahwa untuk harga T tertentu resonansi terjadi apabila harga frekwensi getaran
sumber diberikan oleh persamaan
nF
f 
2L 
Contoh :
Sepotong kawat salah satu ujungnya terikat, dan ujung lainnya digetarkan oleh sebuah sumber
penggetar. Panjang kawat L = 1,5 m, massa kawat ρ = 15 gram/m, gaya pada kawat F =
54 N. Berapakah frekwensi penggetar agar terjadi resonansi pada kawat.
Jawab :
Penggetar
kawat F = 54 N
ρ = 15 gram/m

Frekwensi untuk terjLad=i 1re,5somnansi:


nF
f 2L 

n54kg m / det2
 2 .1,5m0,015kg / m

n
 .60/ det
3
1 2
fn1  .60 / det  20 / det fn2  .60 / det  40 / det ;
;
3
3

fn3  3 .60 / det  60 / det ; dst.


3

14.5 Efek Doppler


Jika ada mobil bergerak mendekati kita sambil membunyikan klakson, maka nada bunyi
klakson tersebut meninggi. Dan ketika mobil melewati kita dan menjauhi, nada bunyi akan
terdengar merendah. Tinggi nada suatu bunyi, berhubungan dengan frekwensi gelombang
bunyi, yaitu berapa kali puncak gelombang bunyi masuk telinga kita dalam satu detik. Jadi
ada perubahan frekwensi gelombang jika sumber bunyi bergerak, yaitu bertambah besar jika
sumber mendekati kita, dan berkurang jika sumber bergerak menjauhi kita. Peristiwa ini
dikenal sebagai efek Doppler, yang pertama kali dipikirkan oleh seorang Austria bernama
Christian Johann Doppler (1803-1855).
Efek Doppler berdasarkan sifat umum gelombang, dan terjadi pada setiap gelombang apakah
untuk gelombang bunyi, gelombang elektromagnet, maupun gelombang pada permukaan air.

Efek Doppler pada permukaan air :


Efek Doppler karena Foto efek Doppler pada
sumber yang bergerak permukaan air

Jika kita getarkan suatu sumber titik pada permukaan air, maka suatu pola berupa lingkaran
konsentris akan tampak. Setiap lingkaran akan membesar, karena gelombangnya mengarah
keluar.
Jika sambil digetarkan sumber kita gerakkan kekanan, pola gelombang yang terjadi adalah
seperti pada Gambar xx.

S0 : Tempat sumber masuk ke air


pada saat t0
S1 : Tempat sumber pada saat
t=T
S2 : Tempat sumber pada saat
t = 2T, dan seterusnya
S : Posisi sumber saat pemotong
vs: Kecepatan sumber

Pola gelombang yang dihasilkan oleh suatu


sumber yang bergerak kekanan.

Sumber bergerak kekanan mendekati pengamat dengan kecepatan vs, pada saat t = 0 sumber
berada pada S0, satu periode kemudian berada pada posisi S1 dan seterusnya.
Jadi :
S0 S1 = vs T T = perioda gelombang
R0 – R1 = vT v = kecepatan jalar gelombang
Di sebelah kanan sumber, panjang gelombang adalah  ¹, lebih kecil daripada panjang
gelombang jika sumber tidak bergerak.
 ’ = R0 – R1 – S0 S1
= v T – vs T
= (v – vs) T
Frekuensi gelombang yang diamati di depan sumber ialah banyaknya panjang
gelombang yang sampai perdetik, sehingga :

f 1

v v
 ¹ (v  vs )T
f 1
 v 1
(v  vs) fs

f1 v
fs

v  vs
Dimana :
fs = frekuensi getar sumber

Jika pengamat bergerak kekiri dengan kecepatan vp, maka banyaknya gelombang yang sampai
pada pengamat perdetik menjadi :

v  vp
f 1  v  vs fs

Jika sekarang sumber bergerak kekanan menjauhi pengamat yang berada disebelah kiri, maka
panjang gelombang
11 adalah lebih besar dari pada panjang gelombang  jika sumber tidak
bergerak yaitu :
11  R  (R  S S )  (R  R )  S .S
o 1 o 1 o 1 o 1

Dimana :
So .S1  Vs .T
Ro  R1  V .T

11  N.T  Vs.T


(V  Vs).T
Jika pengamat tidak bergerak maka frekuensi gelombang yang diamati adalah

f 11  v v
 ).T
11 (v
vs

v
f 11  fs
v  vs
Jika pengamat bergerak kekiri menjauhi sumber dengan kecepatan Vp, maka frekuensi
gelombang yang diamati :
11 vp v  vp
f   fs
 ll
v  vs
Secara umum dapat dikatakan bahwa frekuensi gelombang yang diterima oleh pengamat fp
adalah

fp kecepa tan relatif gelombang terhadap pengamat


xf
=
kecepa tan gelombang terhadap sumber s

relatif

vgp
= vgsf s

Contoh Soal :
Sebuah gelombang bunyi bergerak kekanan dengan kecepatan vs =130 m/det, frekuensi getar
sumber fs = 500 Hz, dan kecepatan bunyi di udara vb = 340 m/det.
Sebuah dinding pemantul bergerak kekiri dengan kecepatan vp = 50m/det
a. Hitunglah panjang gelombang didepan sumber !
b. Hitunglah frekuensi dan panjang gelombang pantul ketika pemantul berada di
depan sumber !
c. Hitunglah frekuensi dan panjang gelombang pantul ketika pemantul berada di belakang
sumber !

Jawab :
a. Panjang gelombang didepan sumber :
Vb  Vs 340  130
  m  0.42 m
fs 500

b. Pemantul didepan sumber :


Vb  Vp
fp  fs  340  50 500Hz  928,6Hz
Vb Vs 340 130
1 340 m  0,366m

Vb   928,6
fp1
c. Pemantul dibelakang sumber
Vb  Vb
fp11  fs  340  50
500Hz  308,5Hz
Vb  Vs
340 130

11  Vb 340 m  1,10m


11  308,5
fp

2.6 Daya dan Intensitas pada Gerak Gelombang


Kita sudah mengetahui bahwa gelombang membawa energi dari suatu sumber ke tempat lain.
Pada gelombang tali misalnya, energi sumber dijalarkan ke bagian tali jauh dari sumber
sehingga akhirnya bagian tali tersebut bergerak karena mendapat energi. Jika kita mempunyai
suatu gelombang yang dinyatakan oleh y = A sin (kx – ωt), kita ingin menghitung berapa
energi yang dipindahkan oleh gelombang dalam satu detik atau dalam satuan waktu. Jadi kita
ingin menghitung daya yang dibawa oleh gelombang. Untuk mudahnya kita pandang bagian
tali, dan kita hitung daya yang diberikan pada bagian tali. Sebetulnya suatu bagian tali
bergerak karena bagian lain tali yang berada di dekatnya menariknya ke atas atau ke bawah
dengan gaya tali seperti yang ditunjukkan dalam Gambar XX.
GAMBAR

Komponen transversal gaya F menyebabkan bagian tali sebelah kanan bergerak kearah
transversal. Jadi energi diberikan kepada bagian kanan melalui kerja atau usaha yang
dilakukan terhadapnya. Bagian tali di x melakukan gerak transversal dengan kecepatan u =
dy/dt, maka usaha yang dilakukan terhadap bagian tali di sebalah kanan x per satuan waktu
atau daya yang diberikan pada bagian tali di sebelah kanan adalah P = Fy u.
BAB XV
INTERFERENSI

15.1 Interferensi Gelombang Air


Misalkan pada permukaan air ada dua sumber titik yang mengeluarkan gelombang lingkaran
periodik. Gelombang-belombang lingkaran yang berasal dari sumber pertama akan berpusat
sumber tersebut, demikian juga gelombang yang berasal dari sumber kedua akan berpusat
pada sumber kedua. Tempat-tempat tertentu pada permukaan air akan tenang, tidak terjadi
gerak gelombang. Sedang pada tempat lain terjadi penyaluran gelombang pada jalur-jalur
tertentu. Pola Gelombang ac macam ini disebut pola interfensi.
Pola interfensi terjadi karena pada medium gelombang berjalan prinsip interposisi. Misal dua
sumber titik yang mengeluarkan gelombang periodik terpisahkan dengan jarak d, dan masing-
masing mengeluarkan gelombang periodik dengan frekuensi yang sama dan pada saat yang
sama. Jadi masing-masing sumber menghasilkan puncak gelombang pada saat yang
bersamaan. Jarak antara puncak gelombang yang berasal dari kedua sumber ini sama pula
yaitu satu gerakan atau penyalaran gelombang dalam pola interferensi.
Kita perhatikan gerak dari puncak, lengkap dimana puncak masing-masing gelombang
bergerak menjauhi sumber, akibatnya puncak rangkap akan bergerak menurut anak panah.

Gambar Pergeseran Puncak Rangkap


Dalam selang waktu satu periode T, puncak gelombang dari masing-masing sumber bergerak

sejauh  , dan pada interferensi akan tampak seperti semula lagi. Semua puncak rangkap dan
lembah rangkap akan memanfaatkan gerak serupa setiap deretan merupakan jalur, jalur
gelombang yang bergerak.
Pada daerah antara jalur-jalur gelombang yang bergerak keluar puncak puncak gelombang
yang lain, jadi pada daerah ini pada setiap saat permukaan air tidak terganggu. Pada daerah
antara dua jalur gelombang puncak rangkap dan gelombang lembah, rangkap permukaan air
selalu dalam keadaan tenang. Tempat dimana kedua gelombang saling meniadakan tampak
sebagai garis-garis , garis ini disebut garis simpul.

15.2 Bentuk Garis Simpul


Bentuk garis simpul sedikit melengkup pada daerah dekat sumber, tetapi sedikit jauh dari
sumber garis simpul ini lurus. Jumlah garis simpul makin banyak bila makin pendek, untuk
dapat berbicara mengenai garis simpul ini kita bon nomor.

Gambar Garis simpul pertama untuk setiap titik P pada garis simpul ini, Beda jarak PS1 dan
PS2 adalah setengah panjang gelombang
Karena fase S1 dan S2 sama, maka pola interferensi adalah simetri, sehingga kita cukup
memberi nomor pada sebelah saja, misal yang sebelah kanan garis simpul pertama disebelah
kanan garis sumber tersebut garis simpul pertama, garis simpul sembarang kita sebut garis
simpul ke-n. Dengan menghubung jumlah puncak gelombang didapat, PS 1 = 3  dan PS2 =
2½ 
Jadi : PS1 – PS2 = ½ 
Jika kita ambil tidak lain pada garis simpul pertama ini, kita dapat juga beda panjang, jelas
sejalan ½  . Jadi dapat dikatakan bahwa garis simpul pertama adalah tempat sederhana titik

yang mempunyai beda panjang jalan
2
Garis yang kedua dinyalakan dengan cara yang sama. Beda panjang jalan untuk gelombang
pada garis sampel kedua.
3
PS1 – PS2 =
2
Jadi untuk garis simpul ke beda panjang jalan :
PS1 – PS2 = (n– ½) 
Dari persamaan ini dapat disimpulkan bahwa kita dapat menghubungkan titik – titik potong
dengan lingkaran – lingkaran jari – jari r + (n-½) 

15.3 Panjang Gelombang


Panjang gelombang dapat kita peroleh dengan menggunakan hubungan PS1 – PS2 = (n – ½) 
Jika kita ingin mengukur puncak gelombang, kita harus menghentikan gelombang, misalnya
dengan memotret. Cara lain untuk menghitung panjang gelombang adalah :

Titik P adalah suatu titik yang sangat jauh dibandingkan dengan jarak d
Dengan anggapan seperti yang digambarkan maka :
AS1
= sin 
d
AS1 = d sin 
Jika P terletak pada garis simpul ke-n  AS1 = PS1 – PS2
PS1 – PS2 = (n – ½) 

(n – ½)  = d sin  n atau sin  n= (n – ½)
d
Karena garis sin  n tegak lurus pada d, maka :
 n‟ =n
x
sin  n‟ = n
L
didapat :

(n‟ – ½) 
= sin  = sin  n‟
d
(n –
 xn
½) d = L
=

Contoh :
Diket :

x P(16,12)
Pada garis
simpul ke-3
L

S1(7,0)

O (0,0) S2 (7,0)

Berapa panjang gelombang tersebut ?

Jawab :  = L= = 20

=
=4,48 sat panjang
BAB XVI
POLARISASI

16.1 Polarisasi Gelombang


Pada gelombang tali gerak gagras tali diakibatkan oleh adanya gelombang yang menjalar pada
tali. Gerak bagian tali adalah dalam bidang tegak lurus terhadap arah jalar gelombang.
Gelombang semacam ini disebut gelombang transversal. Dalam bidang tegak lurus arah jalar
gelombang adalah bsanyak arah yang semuanya tegak lurus arah jalar gelombang. Gelombang
transversal tertentu mempunyai sifat bahwa gerak medium dalam bidang tegak lurus arah jalar
ada pada suatu garis lurus tertentu. Gelombang ini dikatakan terpolarisasi linear pada arah
garis tersebut (seperti gambar).
Gerak titik P pada tali hanya terbatas pada
garis AB dalam bidang tegak lurus arah
jalar gelombang. Gelombang dikatakan
mempunyai polarisasi linier dalam arah
garis AB.

Kita dapat membuat gelombang terpolarisasi linera pada tali dengan membuat agar sumber
selalu bergetar pada garis lurus. Jika pada gelombang tali arah getar sumber berubah secara
acak, maka simpangan tali dalam bidang tegak lurus tali tidaklah terbatas pada suatu garis
lurus saja, akan tetapi akan berubah arah secara acak pula. Gelombang seperti ini dikatakan
dalam keadaan tak terpolarisasi.
Gelombang tali tak terpolarisasi dapat dibuat terpolarisasi. Jika dalam membuat gelombang
pada tali, tangan tidak kita gerakkan pada suatu garis lurus melainkan membuat lingkaran,
maka suatu bagian tali dalam bidang tegak lurus arah jalar gelombang, akan bergerak dalam
suatu lingkaran. Gelombang yang terjadi dikatakan mempunyai polarisasi lingkaran.
Menyatakan bahwa simpangan medium untuk gelombang transversal tegak lurus arah jalar
gelombang saja tidak cukup, tetapi masih perlu menyatakan arah mana dalam bidang tegak
lurus arah jalar ini medium bergerak.
Suatu getaran (misalnya sumber) pada arah sebarang dapat kita pandang sebagai sumperposisi
dua getaran dengan frekwensi dan fasa yang sama pada dua arah yang saling tegak lurus.
= E1(t) + E2(t) dan E2(t)
adalah getaran berfasa sama dengan
getaran dan tegak lurus satu sama lain.
Akibatnya suatu getaran gelombang
terpolarisasi linier dalam arah sebarang
selalu dapat dinyatakan sebagai superposisi
gelombang terpolarisasi linier pada arah x
dan gelombang terpolarisasi linier pada
arah y dengan frekwensi dan fasa yang
sama.
16. 2 Cara Membuat Gelombang Terpolarisasi
Beberapa cara membuat gelombang terpolarisasi :
1. Polarisasi gelombang dengan mengatur gerak sumber gelombang transversal pada
tali agar terpolarisasi pada arah tertentu dapat kita buat dengan menggoyangkan tali
pada arah tersebut.
2. Polarisasi dengan penyerapan selektif
Misalkan kita mempunyai gelombang pada tali dengan polarisasi pada rah yang membuat
sudut 45oC dengan sumbu x, dibuat agar pada tali hanya ada polarisasi pada arah y saja
ialah dengan membuang polarisasi pada arah x, yaitu dengan mematikan gerak medium
pada arah x, dengan membuat agar tali membuang energi pada gerak dengan arah x,
misalnya dengan menggantungkan benda yang tercelup dalam larutan yang kental
(seperti santan)

Cara lain ialah dengan memasang suatu celah mendatar (seperti gambar)

85
BAB XVII
OPTIK GEOMETRIK DAN ALAT OPTIK

17.1 Cermin Parabolik


Cermin memantulkan cahaya
N

 

Sudut datang sama dengan sudut pantul


Cermin memantulkan cahaya

Pemusatan cahaya di titik F, yaitu titik fokus


Gambar pemusatan cahaya oleh cermin metabolik

17.2 Lensa
Lensa membiaskan cahaya

n n’

F
'

Gambar pemusatan cahaya oleh lensa Hukum Snellius


n sin  = n‟ sin ‟
Lensa tipis
Pemusatan cahaya oleh lensa tipis dan lensa simetris

17.3. Bayangan yang Terbentuk pada Lensa

Gambar pembentukan bayangan dengan menggunakan sinar utama


Hubungan letak objek, bayangan dan jarak fokus lensa
: 1 1 1
f  s  s'
 Pembiasan pada permukaan bola :

Hubungan letak objek, jari-jari, kelengkungan indeks bias lensa, indeks bias dimana lensa
berada dan letak bayangan.
 Konversi tanda pada pembiasan pada permukaan bola :
a. Arah dari mana sinar datang tersebut sebelah depan permukaan dan arah ke mana
sinar bias diteruskan tersebut sebelah belakang permukaan
b. Jarak benda s diberi tanda positif bila benda didepan permukaan
c. Jarak bayangan s‟ diberi tanda positif bila bayangan di belakang permukaan
d. Jari-jari permukaan R diberi tanda positif bila pusat lengkungan ada di belakang
permukaan

 Jarak fokus

Berdasarkan :

Dengan mengambi s = ~  letak bayangan s‟ = f, maka :

atau

17.4. Pembiasan oleh Permukaan Ganda

Objek di 0 adalah permukaan 1 timbul bayangan di P, kemudian bayangan P sebagai objek


untuk permukana ke z, dan menimbulkan bayangan di Q, bayangan di Q sebagai objek adalah
permukana 3 dan seterusnya.
17.5 Cermin Bola

 Konversi tanda untuk cermin:


a. Jarak benda s, jarak bayangan s‟ diberi tanda positif bila benda dan bayangan ada di
depan permukaan
b. Jari-jari R diberi tanda positif bila pusat lengkungan ada di depan permukaan
Dari hubungan :
1 1 1 1 1 2
   
s s' f
dan s s' R
R
Dapat disimpulkan bahwa jarak fokus cermin sferik (bola) adalah f =
2
 Memerlukan bayangan juga dapat dilakukan dengan sinar-sinar utama

Cermin cekung Cermin cembung

17.6 Mata

Agar dapat melihat suatu benda dengan jelas, suatu bayangan yang tegas harus dapat
terbentuk pada retina. Jika semua bagian mata terpasang kaku, maka hanya ada satu jarak
benda, untuk dapat terbentk suatu bayangan tegas pada retina, karena retina letaknya tetap,
sedangkan hubungan letak bayangan, benda dan jarak fokus :
1 1 1
f  s  s'
Dalam hal ini, f adalah jarak fokus lensa mata, s‟ adalah letak bayangan yang tidak lain adalah
jarak lensa mata sampai retina dan s adalah letak benda.
Akan tetapa mata normal, mata melihat dengan jelas setiap objek yang terletak di antara jarak
tak terhingga sampai kira-kira 25 cm di depan mata. Hal ini disebabkan oleh karena mata
dapat berakomodasi dimana jarak fokus mata berubah-ubah sehingga hubungan letak benda,
jarak fokus lensa mata dan letak bayangan s‟ yaitu jarak retina dan lensa mata.

Cacat Penglihatan
 Mata presbiopia dan hiperopia
Titik dekat mata ini lebih besar daripada titik dekat mata normal.
 Mata miopia
Titik jauh mata ini adalah pada jarak terhingga atau terbatas.

Kaca mata untuk mata cacat penglihatan


 Kata mata untuk presbiopia dan hoperopia
Agar dapat melihat objek dengan jarak baca yang normal kira-kira 25 cm, di depan mata
harus dipasang suatu lensa, denga jarak fokus sedemikian sehingga sebuah benda yang
terletak apda jarak 25 cm mempunyai bayangan maya pada titik dekat mata pada cacat
ini.
Contoh :
Titik dekat mata 100 cm, di depan mata. Berapa jarak fokus lensa yang harus dipakai agar
melihat pada jarak 25 cm ?
Jawab : jarak benda s = 25 cm
jarak bayangan s‟ = -100 cm
1 1 1
 
f s s'
1 1 1
f  25 100
f = 33 cm
 Kaca mata untuk mata miopia
Titik jauh mata miopia adalah pada jarak terhingga. Agar dapat melihat pada jarak tak
terhingga harus memakai kaca mata tertentu.

Contoh :
Titik jauh mata adalah 100 cm. Kacamata denga jarak fokus berapakah yang harus
dipakai, agar melihat benda pada jarak tak terhingga
Jawab : s=~
s‟ = -100 cm
1 1 1
f  s  s'
1 1 1
f  ~ 100
f = - 100 cm
 Daya Lensa
Untuk menyatakan sifat konvergen atau divergen suatu lensa, yaitu kebalikan dari f.
Daya lensa dengan fokus 100 cm = 1 m adalah :
1
Daya lensa = dioptri
1
Jika f = -20 cm = -0,2 m

Maka daya lensa = = -5 dioptri

17.7 Mikroskop
Jika ingin mendapat pembesaran yang lebih dari kaca pembesar harus dipergunakan
mikroskop.
Prinsip mikroskop
Lensa objektif Lensa okuler

Pembesaran :

M=
dimana :
x‟ = jarak titik fokus lensa objektif ke bayangan
f1 = jarak fokus ke lensa objektif
f2 = jarak fokus lensa okuler
DAFTAR PUSTAKA

Djonoputra, B. D. 1979. Sistem Satuan. Bandung : Penerbit ITB.

Sears F.W. 1980. Mekanika Panas dan Bunyi. Jakarta : Binacipta.

Sutrisno. 1997. Fisika Dasar , Mekanika. Bandung : Penerbit ITB.

Sutrisno. 1997. Thermodinamika. Bandung : Penerbit ITB.

Sutrisno. 1984. Fisika Dasar. Bandung : Penerbit ITB.


JADWAL KEGIATAN KULIAH DAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II KELAS
GENAP DAN GANJIL TA. 2014/2015

Tgl/Bln KEGIATAN KETERANGAN


16/2
18/2
23/2 Kuliah kelas ganjil dan
25/2 KULIAH
genap
2/3
4/3
PRAKTIKUM
- -
I II III IV V IV
9/3 1 2 3 4 5 6
11/3 7 8 9 10 11 12
18/3 2 3 4 5 6 7 Praktikum kelas ganjil;
23/3 8 9 10 11 12 1 Kuliah kelas genap
25/3 3 4 5 6 7 8
30/3 9 10 11 12 1 2
1/4 UJIAN TENGAH SEMESTER Kelas Genap & Ganjil
6/4 1 2 3 4 5 6
6/4 7 8 9 10 11 12
8/4 2 3 4 5 6 7 Praktikum kelas genap;
13/4 8 9 10 11 12 1 Kuliah kelas ganjil
15/4 3 4 5 6 7 8
20/4 9 10 11 12 1 2
22/4 4 5 6 7 8 9
27/4 10 11 12 1 2 3
29/4 5 6 7 8 9 10 Praktikum kelas ganjil;
4/5 11 12 1 2 3 4 Kuliah kelas genap
6/5 6 7 8 9 10 11
18/5 12 1 2 3 4 5
20/5 4 5 6 7 8 9
25/5 10 11 12 1 2 3
27/6 5 6 7 8 9 10
1/6 11 12 1 2 3 4 Praktikum kelas genap
3/6 6 7 8 9 10 11
X 12 1 2 3 4 5

Bukit Jimbaran, .....................................


Kepala Lab. Fisika Dasar

TTD
Ir. I Gusti Ketut Sudipta, MT.
JADWAL PRAKTIKUM FISIKA DASAR II SEMESTER GENAP TA. 2009/2010
JURUSAN TEKNIK SIPIL (PROGRAM EKSTENSI) FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
Tgl/Bln KEGIATAN KETERANGAN
16/2
18/2
23/2
25/2 KULIAH Kuliah kelas ganjil dan genap
2/3
4/3
PRAKTIKUM
- -
I II III IV V IV
9/3 1 2 3 4 5 6
11/3 7 8 9 10 11 12
18/3 2 3 4 5 6 7 Praktikum kelas ganjil;
23/3 8 9 10 11 12 1 Kuliah kelas genap
25/3 3 4 5 6 7 8
30/3 9 10 11 12 1 2
1/4 UJIAN TENGAH SEMESTER Kelas Genap & Ganjil
6/4
6/4
8/4 Praktikum kelas genap;
13/4 Kuliah kelas ganjil
15/4
20/4
22/4 4 5 6 7 8 9
27/4 10 11 12 1 2 3
29/4 5 6 7 8 9 10 Praktikum kelas ganjil;
4/5 11 12 1 2 3 4 Kuliah kelas genap
6/5 6 7 8 9 10 11
18/5 12 1 2 3 4 5
20/5
25/5
27/6
1/6 Praktikum kelas genap
3/6
X

Bukit Jimbaran, ................................


Kepala Lab. Fisika Dasar

TTD
Ir. I Gusti Ketut Sudipta, MT.
JADWAL PRAKTIKUM FISIKA DASAR II SEMESTER GENAP TA. 2009/2010
JURUSAN TEKNIK SIPIL (PROGRAM EKSTENSI) FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA

PRAKTIKUM
TANGGAL SESI WAKTU
I II III IV V IV
1 10.00-11.30 1 2 3 4 5 6
12-4-2010 2 11.40-13.10 2 3 4 5 6 7
3 13.20-14.50 7 8 9 10 11 12
1 10.00-11.30 8 9 10 11 12 1
19-4-2010 2 11.40-13.10 9 10 11 12 1 2
3 13.20-14.50 3 4 5 6 7 8
1 10.00-11.30 4 5 6 7 8 9
26-4-2010 2 11.40-13.10 5 6 7 8 9 10
3 13.20-14.50 10 11 12 1 2 3
1 10.00-11.30 11 12 1 2 3 4
3-5-2010 2 11.40-13.10 12 1 2 3 4 5
3 13.20-14.50 6 7 8 9 10 11

Keterangan:
I = Gerak Translasi
II = Koefisien gesekan
III = Momen inersia
IV = Pegas
V = Melde
VI = Tangki riak

Dosen : Ir. I Gusti Ketut Sudipta, MT.


Teknisi: 1. Wayan Suditayasa, ST.
2. Putu Wiryanta, ST.

Bukit Jimbaran, ..............................


Kepala Lab. Fisika Dasar

TTD
Ir. I Gusti Ketut Sudipta, MT.

Anda mungkin juga menyukai