Fisika Yola

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

GELOMBANG MEKANIK

Sebuah batu yang dijatuhkan pada permukaan air akan menyebabkan pola berbentuk
lingkaran, yaitu membentuk gelombang permukaan air. Jika diamati sepintas, tampak permukaan
air bergerak bersama gelombang. Akan tetapi, jika diamati dengan seksama permukaan air tidak
bergerak bersama gelombang. Sehelai daun yang terapung pada permukaan air yang membentuk
gelombang tidak mengalami pergeseran horizontal. Daun hanya bergerak vertikal, mengikuti
gerak gelombang.

Uraian di atas merupakan salah satu gejala gelombang yang sangat mudah diamati.
Gelombang laut, suara musik, transmisi radio dan televisi, dan gempa bumi merupakan beberapa
contoh fenomena gelombang. Gelombang dapat terjadi apabila suatu sistem diganggu dari posisi
setimbangnya dan gangguan itu dapat merambat dari satu tempat ke tempat lain. Gelombang
memegang peranan penting dalam berbagai bidang kehidupan.

Kita akan membicarakan gelombang mekanik, yaitu gelombang yang merambat pada
suatu bahan (material) yang dinamakan medium. Di samping gelombang mekanik, dikenal pula
gelombang elektromagnetik yaitu gelombang yang tidak memerlukan medium untuk merambat.
Contoh gelombang elektromagnetik adalah cahaya, gelombang radio, radiasi ultraungu dan
intramerah, sinar-x, dan sinar gamma.

A. Jenis-jenis Gelombang Mekanik

Gelombang mekanik adalah gangguan yang merambat melalui material atau zat yang
dinamakan medium. Ketika gelombang mekanik merambat pada medium, partikel-partikel
penyusun medium itu mengalami perpindahan (pergeseran) dan pergeseran ini bergantung pada
sifat gelombang yang melaluinya.

Gambar 1.1 menunjukkan tiga jenis gelombang mekanik. Pada Gambar 1.1(a)
mediumnya berupa dawai atau tali yang teregang. Jika ujung kiri dawai digoyang sedikit ke atas,

1
maka goyangan itu akan merambat sepanjang tali. Secara berurutan, bagian-bagian dawai
mengalami gerak yang sama seperti yang diberikan pada ujung dawai. Pada gelombang ini
pergeseran medium (tali) tegak lurus terhadap arah rambat gelombang. Gelombang yang terjadi
pada dawai dinamakan gelombang transversal.

Pada Gambar 1.1(b) mediumnya berupa zat cair atau gas dalam tabung yang memiliki
dinding tegar di ujung kanan dan sebuah piston yang dapat bergerak bebas di ujung kiri. Jika
piston itu digerakkan satu kali bolak-balik, maka fluktuasi pergeseran dan fluktuasi tekanan
berjalan sepanjang medium itu. Pada saat itu partikel-partikel medium bergerak bolak-balik
searah dengan perambatan gelombang. Gelombang yang terjadi dinamakan gelombang
longitudinal.

Pada Gambar 1.1(c) mediumnya berupa air dalam suatu saluran, misalnya parit atau
kanal. Jika papan rata di ujung kiri digerakkan satu kali bolak-balik, maka gelombang akan
merambat sepanjang saluran itu. Dalam kasus ini, pergeseran air memiliki dua komponen, yaitu
komponen longitudinal dan komponen transversal.

(a)

(b)

(c)

Gambar 1.1 Proses terjadinya gelombang transversal dan gelombang longitudinal. (a) Tangan
menggerakkan dawai ke atas, kemudian kembali, menghasilkan gelombang transversal. (b)
2
Piston menekan zat cair atau gas ke kanan, kemudian kembali, menghasilkan gelombang
longitudinal. (c) Papan mendorong air ke kanan, kemudian kembali, menghasilkan gelombang
transversal dan gelombang longitudinal.

Ketiga contoh gelombang yang telah diuraikan di atas memiliki tiga sifat yang sama.
Pertama, dalam setiap kasus gangguan itu merambat dengan laju tertentu. Laju ini dikenal
sebagai laju gelombang, dengan simbol v. Laju ini ditentukan oleh sifat-sifat mekanik medium.
Kedua, mediumnya sendiri tidak berjalan. Akan tetapi, partikel-partikel medium bergerak bolak-
balik di sekitar posisi kesetimbangannya. Ketiga, untuk membuat sistem bergerak, kita harus
memberikan energi dengan cara melakukan kerja mekanik pada sistem tersebut. Gerak
gelombang ini membawa energi dari satu tempat ke tempat lain.

B. Gelombang Periodik

Gelombang traansversal pada dawai yang diregangkan seperti ditunjukkan pada Gambar
1.1(a) merupakan salah satu contoh pulsa gelombang yang berjalan sepanjang dawai. Apabila
pada ujung bebas dawai digerakkan secara periodik ke atas dan ke bawah, setiap partikel pada
dawai juga akan mengalami gerakan periodik sehingga diperoleh gelombang periodik. Jika kita
menggerakkan dawai itu ke atas dan ke bawah dalam gerak harmonik sederhana dengan
amplitudo A, frekuensi f, frekuensi sudut   2f , dan periode T  1 / f  2 /  , maka
diperoleh gelombang periodik yang menyerupai fungsi sinus (sinusoidal). Oleh karena itu,
gelombang periodik juga dikenal dengan istilah gelombang sinusoidal.

Gambar 1.2 menunjukkan bentuk dari sebagian gelombang sinusoidal pada dawai di
1
ujung kiri pada setiap selang waktu 8 periode dari waktu total 1 periode. Bentuk gelombang itu
bergerak ke kanan, seperti yang ditunjukkan oleh anak panah yang menunjuk puncak gelombang
tertentu. Ketika gelombang itu bergerak, setiap titik pada dawai berosilasi ke atas dan ke bawah
di sekitar posisi setimbangnya.

3
Gambar 1.2 Gelombang transversal yang merambat pada dawai.

Untuk gelombang periodik seperti ditunjukkan pada Gambar 1.2, bentuk dawai
menunjukkan suatu pola berulang. Panjang gelombang, dengan simbol  , didefinisikan sebagai
jarak dari satu puncak ke puncak berikutnya atau dari satu lembah ke lembah berikutnya atau
dari sembarang titik ke titik yang bersangkutan pada pengulangan berikutnya. Pola gelombang
ini merambat dengan laju konstan v dan bergerak maju sejauh satu panjang gelombang dalam
selang waktu T. Jadi, v   /T . Dengan mengingat f  1 / T , maka

v  f . (1-1)

Untuk memahami gelombang longitudinal, kita dapat menggunakan slinki (Gambar 1.3).
Jika salah satu ujung slinki didorong sepanjang slinki, maka pulsa gelombang bergerak
sepanjang slinki. Jika ujung slinki digerakkan bolak-balik sejajar dengan sumbu slinki, gerakan

4
ini akan membentuk rapatan dan renggangan di sepanjang slinki. Untuk gelombang longitudinal,
panjang gelombang adalah jarak dari satu rapatan ke rapatan berikutnya atau jarak dari satu
renggangan ke renggangan berikutnya. Perlu diketahui, Persamaan (1-1) berlaku juga untuk
gelombang longitudinal.

arah simpangan

arah simpangan

Gambar 1.3 Slinki

Contoh Soal 1.1

Telinga manusia mampu menanggapi gelombang longitudinal pada jangkauan frekuensi sekitar
20 Hz – 20.000 Hz. Untuk gelombang bunyi di udara yang merambat dengan laju v  344 m/s,
hitunglah panjang gelombang yang bersesuaian dengan jangkauan frekuensi ini.

Penyelesaian

Laju gelombang bunyi di udara v  344 m/s. Dengan menggunakan Persamaan (1-1), untuk
frekuensi f1  20 Hz dan f 2  20.000 Hz, diperoleh

v 344 m/s
1    17,2 m,
f1 20 Hz

v 344 m/s
2    0,0172 m.
f 2 20.000 Hz

5
C. Deskripsi Matematis Gelombang

Banyak karakteristik gelombang periodik yang dapat dijelaskan dengan menggunakan


konsep laju gelombang, periode gelombang, dan panjang gelombang. Akan tetapi, seringkali kita
memerlukan deskripsi yang lebih rinci mengenai posisi dan gerak partikel yang bergetar. Untuk
maksud ini kita dapat menggunakan konsep fungsi gelombang, yaitu suatu fungsi yang
menjelaskan posisi partikel yang bergetar pada sembarang waktu.

Kita akan meninjau gelombang pada dawai yang diregangkan. Pada posisi setimbang,
dawai membentuk garis lurus. Kita menganggap bahwa garis lurus ini merupakan sumbu-x
dalam sistem koordinat kartesius. Getaran dawai membentuk gelombang transversal sehingga
selama geraknya seluruh partikel dengan posisi setimbang sepanjang sumbu-x digeser sejauh y
yang arahnya tegak lurus sumbu-x ini. Nilai y bergantung pada posisi partikel yang ditinjau dan
juga bergantung pada waktu. Secara matematis, y merupakan fungsi dari x dan t atau sering
ditulis y  y ( x, t ). Ungkapan y ( x, t ) disebut sebagai fungsi gelombang. Jika fungsi gelombang
diketahui, kita dapat menentukan pergeseran partikel yang bergetar (diukur dari posisi
setimbang) pada sembarang waktu.

Sekarang kita akan membicarakan bentuk fungsi gelombang untuk gelombang sinusoidal,
yaitu gelombang sinusoidal yang berjalan dari kiri ke kanan sepanjang dawai. Diandaikan
pergeseran partikel di ujung kiri dawai ( x  0 ) dinyatakan dengan persamaan

2
y (0, t )  A sin t  A sin 2ft  A sin t. (1-2)
T

Artinya, partikel itu bergerak harmonik sederhana dengan amplitudo A, frekuensi f, dan
frukuensi sudut   2ft. Pada t  0 partikel di x  0 memiliki pergeseran nol ( y  0 ) dan
partikel sedang bergerak ke arah sumbu-y positif. Gelombang ini merambat dari x  0 ke titik x
di sebelah kanan titik asal dalam waktu x / v, dengan v laju gelombang. Jadi, gerakan di titik x
x
pada waktu t sama seperti gerakan di titik x  0 pada waktu sebelumnya, yaitu t  . Dengan
v
6
demikian, kita dapat menghitung pergeseran di titik x pada waktu t hanya dengan mengganti t
x
pada Persamaan (1-2) dengan t  . Jadi,
v

 x  x
y ( x, t )  A sin   t    A sin 2f  t  . (1-3)
 v  v

Kita dapat menuliskan fungsi gelombang Persamaan (1-3) menjadi beberapa bentuk yang
berbeda. Dengan mengingat f  1 / T dan   v / f  vT , Persamaan (1-3) menjadi

 t x
y ( x, t )  A sin 2   . (1-4)
T  

Bilangan gelombang, dengan simbol k, didefinisikan sebagai

k  2 / . (1-5)

Dengan substitusi   2 / k dan f   / 2 ke Persamaan (1-1), diperoleh

  vk. (1-6)

Dengan demikian, Persamaan (1-4) menjadi

y( x, t )  Asin t  kx. (1-7)


7
Kita dapat memodifikasi Persamaan (1-3) sampai dengan Persamaan (1-7) untuk
menjelaskan gelombang yang merambat ke arah sumbu-x negatif. Dalam kasus ini, pergeseran di
x
titik x pada saat t adalah sama seperti gerak di titik x  0 pada waktu sesudahnya, yaitu t  .
v
 x
Dengan demikian, kita dapat mengganti t pada Persamaan (1-2) dengan  t  . Jadi, untuk
 v
gelombang yang merambat ke arah sumbu-x negatif berlaku

 x  t x
y ( x, t )  A sin 2f  t    A sin 2     A sin t  kx. (1-7)
 v T  

Secara umum, fungsi gelombang dapat dituliskan sebagai y( x, t )  Asin t  kx. Tanda
positif menunjukkan gelombang merambat ke arah sumbu-x negatif, sedangkan tanda negatif
menunjukkan gelombang merambat ke arah sumbu-x positif. Besaran t  kx dinamakan sudut
fase, dengan satuan derajat atau radian. Titik-titik yang pergeserannya maksimum, yaitu y  A,

terjadi ketika sin t  kx  1. Sudut fase pada saat pergeseran maksimum adalah  / 2, 5 / 2,
dan seterusnya. Titik-titik yang pergeserannya minimum, yaitu y  0, terjadi ketika sudut
fasenya adalah 0,  , 2 , dan seterusnya. Dua titik A dan B dikatakan memiliki fase sama
apabila kedua titik ini memiliki beda sudut fase sebesar 2 atau 2n , dengan n bilangan bulat.
Apabila dua titik memiliki fase yang sama, maka kedua titik tersebut bergerak dalam arah yang
sama.

Contoh Soal 1.2

Widya bermain dengan tali plastik yang biasa digunakan untuk menjemur pakaian. Ia
melepaskan salah satu ujung tali dan memegangnya sehingga tali membentuk garis lurus
8
mendatar. Selanjutnya, ia menggerakkannya ke atas dan ke bawah secara sinusoidal dengan
frekuensi 2 Hz dan amplitudo 0,5 m. Laju gelombang pada tali adalah v  12 m/s. Ketika t  0
ujung tali memiliki pergeseran nol dan bergerak ke arah sumbu-y positif. (a) Hitunglah
amplitudo, frekuensi sudut, periode, panjang gelombang, dan bilangan gelombang dari
gelombang yang terbentuk pada tali. (b) Tulislah fungsi gelombangnya. (c) Tulislah fungsi
gelombang dari sebuah titik yang terletak pada tali yang dipegang Widya. (d) Tulislah fungsi
gelombang dari sebuah titik yang berjarak 3 m dari ujung tali yang dipegang Widya.

Penyelesaian

(a) Amplitudo gelombang sama dengan amplitudo gerakan tali. Jadi, amplitudo A  0,5 m.

Frekuensi sudut   2f  (2 rad )( 2 Hz)  4 rad/s

1 1
Periode T    0,5 s.
f 2 Hz

v 12 m/s
Panjang gelombang dapat dihitung dengan Persamaan (1-1):     6 m.
f 2 Hz

Bilangan gelombang k dapat dihitung dengan Persamaan (1-5) atau Persamaan (1-6).
Diperoleh,

2 2 rad   4 rad 
k   rad/m atau k    rad/m.
 6m 3 v 12 m/s 3

(b) Diandaikan ujung tali yang dipegang Widya adalah x  0 dan gelombang merambat
sepanjang tali ke arah sumbu-x positif. Oleh karena itu, fungsi gelombangnya dapat
dinyatakan dengan Persamaan (1-4):

9
 t x  t x 
y ( x, t )  A sin 2     (0,5 m)sin(2  )  
T    0,5 s 6 m 
 (0,5 m)sin 4 rad/s t  ( / 3 rad/m) x

Hasil ini dapat juga diperoleh dengan menggunakan Persamaan (1-7), dengan

  4 rad/s dan k  rad/m.
3

(c) Fungsi gelombang dari sebuah titik yang terletak pada tali yang dipegang Widya, artinya x
= 0, dapat diperoleh dengan substitusi x = 0 ke dalam jawaban (b). Diperoleh,

y( x, t )  (0,5 m)sin 4 rad/s t  ( / 3 rad/m) (0)  (0,5 m)sin(4  rad/s)t.

(d) Fungsi gelombang dari sebuah titik yang berjarak 3 m dari ujung tali yang dipegang Widya
dapat diperoleh dengan substitusi x = 3 m ke dalam jawaban (b). Diperoleh,

y ( x, t )  (0,5 m)sin 4 rad/s t  ( / 3 rad/m) (3 m)


 (0,5 m)sin 4 rad/s t   rad .

Kecepatan dan Percepatan Partikel dalam Gelombang Sinusoidal

Kita dapat menentukan kecepatan transversal sembarang partikel yang bergerak dalam
gelombang transversal dengan menggunakan fungsi gelombang. Ada perbedaan antara cepat
rambat gelombang dan kecepatan transversal. Untuk membedakan keduanya, cepat rambat
gelombang diberi simbol v, sedangkan kecepatan transversal diberi simbol v y . Untuk

menentukan kecepatan transversal v y di titik tertentu, kita mendiferensialkan parsial fungsi

10
gelombang y ( x, t ) terhadap t. Jika fungsi gelombangnya berbentuk y( x, t )  A sin t  kx, maka
kecepatan transversal didefinisikan sebagai

y ( x, t )
v y ( x, t )   A cost  kx. (1-9)
t

Ungkapan y ( x, t ) / t disebut diferensial parsial y ( x, t ) terhadap t, yaitu diferensial y ( x, t )


terhadap t dengan mempertahankan x tetap. Persamaan (1-9) menunjukkan bahwa kecepatan
transversal berubah terhadap waktu. Kecepatan transversal mencapai maksimum ketika
cost  kx  1, sehingga v y , maks  A.

Percepatan partikel dalam gelombang sinusoidal merupakan diferensial parsial kedua dari
y ( x, t ) terhadap t. Jadi,

 2 y ( x, t )
a y ( x, t )    2 A sin t  kx   2 y ( x, t ). (1-10)
 t
2

Kita dapat juga menentukan diferensial parsial kedua y ( x, t ) terhadap x. Jika hal ini
dilakukan, diperoleh

 2 y( x, t )
 k 2 A sin t  kx  k 2 y( x, t ). (1-11)
 x
2

Ungkapan  2 y( x, t ) / x 2 menunjukkan kelengkungan dawai. Berdasarkan Persamaan (1-10) dan


Persamaan (1-11) serta mengingat   vk, diperoleh

11
 2 y( x, t ) / t 2   2 y ( x, t )  2
   v2 ,
 2 y( x, t ) / x 2  k 2 y( x, t ) k 2

atau

 2 y ( x, t ) 1  2 y ( x, t )
 2 . (1-12)
x 2 v t 2

Persamaan (1-12) disebut persamaan gelombang yang merupakan salah satu persamaan yang
sangat penting dalam fisika.

Gambar 1.4 menunjukkan arah kecepatan transversal v y dan percepatan transversal yang

diberikan oleh Persamaan (1-9) dan Persamaan (1-10) untuk beberapa titik pada dawai. Titik-
titik di mana dawai itu memiliki kelengkungan ke atas, maka percepatan di titik-titik itu berharga
positif. Sebaliknya, titik-titik di mana dawai itu memiliki kelengkungan ke bawah, maka
percepatan di titik-titik itu berharga negatif. Perlu ditegaskan lagi bahwa v y dan a y adalah

kecepatan dan percepatan transversal dari titik-titik pada dawai. Titik-titik bergerak sepanjang
arah sumbu-y, bukan sepanjang arah perambatan gelombang.

Gambar 1.4 Arah kecepatan transversal v y dan percepatan transversal a y pada beberapa titik
dalam dawai.

Contoh Soal 1.3

12
Fungsi gelombang transversal yang merambat sepanjang dawai diberikan oleh persamaan
y ( x, t )  3 sin  (t  4 x), dengan x dan y dalam cm dan t dalam sekon. (a) Tentukan panjang
gelombang dan periode gelombang transversal ini. (b) Tentukan kecepatan transversal dan
percepatan transversal pada saat t. (c) Hitunglah kecepatan transversal dan percepatan transversal
pada titik x  0,25 cm ketika t  0. (d) Hitunglah kecepatan transversal dan percepatan
transversal maksimumnya.

Penyelesaian

(a) Jika fungsi gelombang y ( x, t )  3 sin  (t  4 x) dibandingkan dengan Persamaan (1-7), yaitu

 2t 2 x 
y ( x, t )  A sin t  kx  A sin    , diperoleh
T  

2
 panjang gelombang: 4  ,   0,5 cm,

2
 periode: 1  , T  2 sekon.
T

y ( x, t )
(b) Kecepatan transversal: v y   3 cos  t  4 x .
t

 2 y ( x, t )
Percepatan transversal a y   3 2 sin  t  4 x .
t 2

(c) Kecepatan transversal dan percepatan transversal pada x  0,25 cm ketika t  0 dapat
dihitung dengan substitusi x  0,25 cm dan t = 0 ke dalam jawaban (b):

v y  3 cos(  )  3 cm/s, a y  3 2 sin(  )  0.

(d) Kecepatan transversal maksimum, v y , maks  3 cm/s.

Percepatan transversal maksimum, a y , maks  3 2 cm/s2.

13
Superposisi Gelombang

Sekarang kita akan membahas apa yang terjadi apabila dua atau lebih gelombang yang
sejenis merambat dalam medium yang sama, misalnya dua gelombang bunyi bersama-sama
merambat di udara. Untuk memudahkan pembahasan, kita akan meninjau dua pulsa gelombang
yang merambat pada tali. Gambar 2.1 menunjukkan dua pulsa gelombang pada tali yang
merambat dalam arah berlawanan. Ketika kedua pulsa itu berinteraksi, pergeseran tali sama
dengan jumlah aljabar dari pergeseran masing-masing pulsa. Setelah keduanya berinteraksi,
kedua pulsa meneruskan perambatannya tanpa mengalami perubahan bentuk.

Gambar 2.1 Dua pulsa gelombang merambat pada arah berlawanan sepanjang tali yang teregang.
Setelah berinteraksi, kedua pulsa meneruskan perambatannya tanpa mengalami perubahan
bentuk.

Jadi, jika ada dua gelombang atau lebih menjalar dalam medium yang sama, maka
pergeseran totalnya merupakan jumlah pergeseran dari masing-masing gelombang. Hal ini
dikenal sebagai prinsip superposisi. Secara matematis, jika y1 ( x, t ) dan y2 ( x, t ) berturut-turut
menunjukkan fungsi gelombang dari dua gelombang tali yang merambat dalam medium yang
sama, maka pergeseran tali ketika dua gelombang itu berinteraksi memenuhi persamaan

y( x, t )  y1 ( x, t )  y2 ( x, t ). (2-1)

Prinsip superposisi merupakan konsekuensi logis dari persamaan gelombang yang


bersifat linear untuk pergeseran transversal kecil. Dengan alasan ini pula prinsip superposisi juga
14
sering disebut sebagai prinsip superposisi linear. Untuk sistem fisika yang mediumnya tidak
memenuhi hukum Hooke, persamaan gelombangnya taklinear dan prinsip superposisi menjadi
tidak berlaku.

Prinsip superposisi memegang peranan penting pada semua jenis gelombang. Apabila
seorang teman berbicara dengan Anda yang sedang mendengarkan musik dari pengeras suara
stereo, Anda dapat membedakan antara bunyi pembicaraan dan suara musik. Hal ini terjadi
karena gelombang bunyi total yang sampai di telinga Anda merupakan jumlah aljabar dari
gelombang yang dihasilkan oleh suara teman Anda dan gelombang yang dihasilkan oleh
pengeras suara stereo. Jika dua gelombang bunyi tidak bergabung secara linear, suara yang Anda
dengar menjadi campur-aduk dan kacau-balau. Prinsip superposisi juga memungkinkan kita
dapat mendengarkan nada-nada yang dimainkan oleh setiap alat musik dalam pertunjukkan
konser musik, meskipun gelombang bunyi dari seluruh alat konser yang sampai ke telinga itu
sangat kompleks.

Gelombang Berdiri pada Dawai

Kita telah membicarakan refleksi (pemantulan) pulsa gelombang pada dawai bila pulsa
itu sampai di titik batas, baik ujung tetap maupun ujung bebas. Sekarang kita akan
membicarakan apa yang terjadi apabila gelombang sinusoidal direfleksikan oleh ujung tetap
dawai. Kita akan membahas persoalan ini dengan meninjau superposisi dari dua gelombang yang
merambat sepanjang dawai: satu gelombang mengatakan gelombang datang dan gelombang yang
lain menyatakan gelombang yang direfleksikan di ujung tetap.

Gambar 2.9 menunjukkan seutas dawai yang ujung kirinya diikatkan pada penopang
(ujung tetap). Ujung kanan dawai itu digerakkan naik-turun dengan gerak harmonik sederhana
sehingga menghasilkan gelombang berjalan ke kiri. Selanjutnya, gelombang yang direfleksikan
di ujung tetap itu merambat ke kanan. Apa yang terjadi apabila kedua gelombang itu bergabung?
Pola gelombang yang dihasilkan apabila kedua gelombang itu bergabung ternyata tidak lagi
seperti dua gelombang yang berjalan dengan arah berlawanan, tetapi dawai itu tampak seperti

15
terbagi-bagi menjadi beberapa segmen, seperti tampak pada foto yang ditunjukkan pada Gambar
2.9(a), 2.9(b), dan 2.9(c). Gambar 2.9(d) menunjukkan bentuk sesaat dawai pada Gambar 2.9(b).
Pada gelombang yang merambat sepanjang dawai, amplitudonya tetap dan pola gelombang
merambat dengan laju yang sama dengan laju gelombang. Untuk gelombang yang disajikan pada
Gambar 2.9, pola gelombang tetap dalam posisi yang sama sepanjang dawai dan amplitudonya
berubah-ubah. Ada titik-titik tertentu yang sama sekali tidak bergerak (amplitudo sama dengan
nol). Titik-titik ini dinamakan simpul dan ditandai dengan S, sedangkan di titik tengah di antara
dua titik simpul terdapat titik perut dan ditandai dengan P (Gambar 2.9(d)). Di titik perut
amplitudonya maksimum. Pada titik simpul terjadi interferensi destruktif, sedangkan pada titik
perut terjadi interferensi konstruktif. Jarak antara dua titik simpul yang berurutan sama dengan
jarak antara dua titik perut yang berurutan, yaitu 1
2  . Bentuk gelombang seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.9 tidak bergerak sepanjang dawai, sehingga gelombang ini disebut
gelombang berdiri (gelombang stasioner).

(a) (b) (c)

(d)

Gambar 2.9 (a)-(c) Gelombang-gelombang berdiri pada dawai yang diregangkan. Dari (a) ke (c)
frekuensi getaran di ujung kanan bertambah, sehingga panjang gelombang dari gelombang
berdiri itu berkurang. (d) Perbesaran gerak gelombang berdiri pada (b).

Kita dapat menurunkan fungsi gelombang berdiri dengan cara menjumlahkan fungsi
gelombang y1 ( x, t ) dan y2 ( x, t ) yang memiliki amplitudo, periode, dan panjang gelombang

yang sama yang merambat dalam arah berlawanan. Fungsi gelombang y1 ( x, t ) menyatakan

16
gelombang datang yang merambat ke kiri sepanjang sumbu-x positif dan ketika sampai di x  0
direfleksikan, sedangkan fungsi gelombang y2 ( x, t ) menyatakan gelombang yang direfleksikan
yang merambat ke kanan dari x  0. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, gelombang yang
direfleksikan pada ujung tetap akan terbalik. Dengan demikian,

y1 ( x, t )  Asin( t  kx) (gelombang merambat ke kiri),

y2 ( x, t )   A sin( t  kx) (gelombang merambat ke kanan).

Perhatikan bahwa perubahan tanda ini bersesuaian dengan perubahan fase sebesar 180 o atau 
rad. Pada x  0 gerakan gelombang yang merambat ke kiri adalah y1 (0, t )  A sin t dan gerak

gelombang yang merambat ke kanan adalah y2 (0, t )   A sin t  A sin( t   ). Fungsi


gelombang berdiri merupakan jumlah dari kedua fungsi gelombang di atas, yaitu:

y( x, t )  y1 ( x, t )  y2 ( x, t )  Asin( t  kx)  sin( t  kx).

Dengan menggunakan rumus trigonometri sin A  sin B  2 cos 12 ( A  B) sin 12 ( A  B), diperoleh

y( x, t )  y1 ( x, t )  y2 ( x, t )  (2 A sin kx) cos t. (2-6)

Persamaan (2-6) memiliki dua variabel bebas, yaitu x dan t. Ungkapan 2 Asin kx menunjukkan
bahwa pada setiap saat bentuk dawai itu merupakan fungsi sinus. Meskipun demikian, tidak
seperti gelombang berjalan pada dawai, bentuk gelombang berdiri tetap pada posisi yang sama
dan berosilasi turun-naik. Setiap titik pada dawai mengalami gerak harmonik sederhana, tetapi
semua titik di antara dua titik simpul yang berurutan berosilasi sefase.

17
Persamaan (2-6) dapat digunakan untuk menentukan posisi titik simpul, yaitu titik-titik
yang pergeserannya sama dengan nol. Hal ini terjadi ketika sin kx  0 atau kx  0,  , 2 , 3 , ....
Dengan mengingat k  2 /  , maka

2
x  0,  , 2 , 3 , ....

atau

 2 3
x  0, , , , .... (2-7)
2 2 2

(posisi titik-titik simpul gelombang berdiri, dengan ujung tetap di x  0)

Persamaan (2-6) dapat juga digunakan untuk menentukan posisi titik perut, yaitu titik-
titik yang memiliki amplitudo maksimum (baik positif maupun negatif). Letak titik perut
2
ditentukan oleh sin kx  sin x yang harus bernilai maksimum. Harga sinus sudut paling besar,

baik positif maupun negatif, berharga  1. Dengan demikian, letak titik perut dapat ditentukan
berdasarkan persyaratan

2
sin x  1

2  3 5
x , , , ....
 2 2 2

 3 5
x , , , .... (2-8)
4 4 4

(posisi titik-titik perut gelombang berdiri, dengan ujung tetap di x  0)

18
Contoh 2.3

Dua gelombang merambat berlawanan arah sepanjang dawai sehingga menghasilkan gelombang
berdiri. Gelombang-gelombang itu berturut-turut dinyatakan dengan persamaan
y1 ( x, t )  4 sin( 3x  2t ) cm dan y2 ( x, t )  4 sin( 3x  2t ) cm, dengan x dan y dalam cm dan t
dalam sekon. (a) Hitunglah pergeseran maksimum gerakan gelombang berdiri itu pada
x  2,3 cm. (b) Tentukan posisi perut dan simpul.

Penyelesaian

(a) Jika dua gelombang itu dijumlahkan, diperoleh gelombang berdiri yang fungsinya diberikan
oleh Persamaan (2-6), dengan A  4 cm, k  3 rad/s, dan   2 rad/s:

y ( x, t )  (2 A sin kx) cos t  (8 sin 3x) cos 2t cm.

Dengan demikian, pergeseran maksimum pada x  2,3 cm adalah

y maks  8 sin 3x x 2,3 cm  8 sin( 6,9 rad)  4,63 cm.

2 2 rad 2
(b) Dengan mengingat k  3 rad/s, diperoleh     cm. Untuk menentukan
k 3 rad/cm 3
posisi simpul digunakan Persamaan (2-7):

 2 3  2 3
x  0, , , , ....  0, cm, cm, cm, ...
2 2 2 3 3 3

19
Untuk menentukan posisi perut digunakan Persamaan (2-8):

 3 5  3 5
x  0, , , , ....  cm, cm, cm, ...
4 4 4 6 6 6

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Ruwanto. 2007. Asas-Asas Fisika 3A. Bogor: Yudhistira.

Giambattista, Alan, B. Richardson, B. McCarthy and Richardson, Robert C. 2004. College


Physics. New York: McGraw-Hill.

Giancoli, Douglas C. 1996. Physics (3rd Edition). New York: Prentice Hall, Inc.

Hirose, A. and Karl E. Longreen. 1985. Introduction to Wave Phenomena. New York: John
Wiley and Sons.

Serway, Raymond A. 2000. Physics for Scientists and Engineers with Modern Physics. Virginia:
Saunders College Publishing.

Young, H.D. and Freedman, Roger A. 2000. University Physics (Tenth Edition). New York:
Addison Wesley Longman, Inc.

20

Anda mungkin juga menyukai