Makalah Temulawak
Makalah Temulawak
Makalah Temulawak
ABSTRAK
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza ROXB.) adalah tanaman obat-obatan yang tergolong dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae). Tanaman ini berasal dari Indonesia, khususnya Pulau Jawa, kemudian menyebar ke beberapa tempat di kawasan wilayah biogeografi Malesia. Saat ini, sebagian besar budidaya temu lawak berada di Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina tanaman ini selain di Asia Tenggara dapat ditemui pula di China, Indochina, Barbados, India, Jepang, Korea, Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa. Nama daerah di Jawa yaitu temulawak, di Sunda disebut koneng gede, sedangkan di Madura disebut temu labak. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada dataran rendah sampai ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut dan berhabitat di hutan tropis. Rimpang temu lawak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang gembur Tanaman terna berbatang semu dengan tinggi hingga lebih dari 1m tetapi kurang dari 2m, merupakan metamorfosis dari daun tanaman. berwarna hijau atau coklat gelap. Akar rimpang terbentuk dengan sempurna dan bercabang gelap. Tiap batang mempunyai daun 2 9 helai dengan bentuk bundar memanjang sampai bangun lanset, warna daun hijau atau coklat keunguan terang sampai gelap, panjang daun 31 84cm dan lebar 10 18cm, panjang tangkai daun termasuk helaian 43 80cm, pada setiap helaian dihubungkan dengan pelepah dan tangkai daun agak panjang,. sedangkan bunganya berwarna kuning tua, berbentuk unik dan bergerombol yakni perbungaan lateral,. tangkai ramping dan sisik berbentuk garis, panjang kuat, berukuran besar, bercabang-cabang, dan berwarna cokelat kemerahan, kuning tua atau berwarna hijau
tangkai 9 23cm dan lebar 4 6cm, berdaun pelindung banyak yang panjangnya melebihi atau sebanding dengan mahkota bunga. Kelopak bunga berwarna putih berbulu, panjang 8-13mm, mahkota bunga berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan 4.5cm, helaian bunga berbentuk bundar memanjang berwarna putih dengan ujung yang berwarna merah dadu atau merah, panjang 1.25 2cm dan lebar 1cm, sedangkan daging rimpangnya berwarna jingga tua atau kecokelatan, beraroma tajam yang menyengat dan rasanya pahit.
Kata Kunci
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini tepat pada waktunya. Adapun maksud dari penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Morsistum STIKEs Bhakti Tunas Husada. Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penyusun sangat mengharapkan saran dan keritik yang sifatnya membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penyusun juga menyadari bahwa dalam menyusun laporan ini tidak terlepas dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan berupa moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Semoga amal kebaikan mereka mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis juga berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi yang berkepentingan pada umumnya.
DAFTAR ISI
ABSTRAK KATA PENGANTAR ............................................................... DAFTAR ISI ........................................................................... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ....................................................... B. Tujuan ................................................................... C. Manfaat ................................................................. BAB II PEMBAHASAN A. Deskripsi Tanaman ................................................ B. Sentra Penanaman ................................................. C. Aspek Budidaya ..................................................... D. Pertumbuhan ......................................................... E. Hama dan Penyakit ................................................ F. Kandungan dan Manfaat ........................................ G. Khasiat Temulawak ................................................ H. Kadungan Kimia .................................................... I. Efek Biologis ........................................................... J. Perkembangan Penelitian ....................................... BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................ B. Saran ..................................................................... DAFTAR PUSTAKA 32 33 3 4 4 6 7 8 9 22 22 30 1 2 2 i ii
ii
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu temulawak 2. Untuk mengetahui kandungan obat dalam temulawak 3. Untuk mengetahui kegunaan dan manfaat temulawak
C. Manfaat
Mengetahui fungsi temulawak yang dapat digunakan sebagai obat tradisional, dan temulwak juga dapat mengobati berbagai macam penyakit dan aman dikonsumsi (tidak ada efek sampingnya karna temulawak jenis obat tradisional)
Temulawak (curcuma xanthorrhiza) banyak ditemukan di hutan-hutan daerah tropis. Temulawak juga berkembang biak di tanah tegalan sekitar pemukiman, terutaama pada tanah gembur, sehingga buaah rimpangnya mudah berkembang menjadi besar. Temulawak termasuk jenis tumbuh-tumbuhan herba yang batang pohonnya berbentuk batang semu dan tingginya dapat mencapai 2 meter. Daunnya lebar dan pada setiap helaian dihubungkan dengan pelapah dan tangkai daun yang agak panjang. Temulawak mempunyai bunga yang berbentuk unik (bergerombol) dan berwarna kuning tua. Rimpang temulawak sejak lama dikenal sebagai bahan ramuan obat. Aroma dan warna khas dari rimpang temulawak adalah berbau tajam dan daging buahnya berwarna kekuning-
kuningan. Daerah tumbuhnya selain di dataran rendaah juga dapat tumbuh baik sampai pada ketinggian tanah 1500 meter di atas permukaan laut.
B. Sentra Penanaman
Tanaman ini ditanam secara konvensional dalam skala kecil tanpa memanfaatkan teknik budidaya yang standard, karena itu sulit menentukan dimana sentra penanaman temulawak di Indonesia. Hampir di setiap daerah pedesaan terutama di dataran sedang dan tinggi, dapat ditemukan temulawak terutama di lahan yang teduh.
C. Aspek Budidaya
Bibit diperoleh dari perbanyakan secara vegetatif yaitu anakan yang tumbuh dari rimpang tua yang berumur 9 bulan atau lebih, kemudian bibit tersebut ditunaskan terlebih dahulu
di tempat yang lembab dan gelap selama 2-3 minggu sebelum ditanam. Cara lain untuk mendapatkan bibit adalah dengan memotong rimpang tua yang baru dipanen dan sudah memiliki tunas (setiap potongan terdiri dari 2-3 mata tunas), kemudian dikeringkan dengan cara dijemur selama 4-6 hari. Temulawak sebaiknya ditanam pada awal musim hujan agar rimpang yang dihasilkan besar, sebaiknya tanaman juga diberi naungan. Lahan penanaman diolah dengan cangkul sedalam 25-30 sentimeter, kemudian dibuat bedengan berukuran 3-4 meter dengan panjang sesuai dengan ukuran lahan, untuk
mempermudah drainase agar rimpang tidak tergenang dan membusuk. Lubang tanam dibuat dengan ukuran 20
sentimeter x 20 sentimeter x 20 sentimeter dengan jarak tanam 100 sentimeter x 75 sentimeter, pada setiap lubang tanam dimasukkan 2-3 kilogram pupuk kandang. Penanaman bibit dapat pula dilakukan pada alur tanam/ rorak sepanjang bedengan, kemudian pupuk kandang ditaburkan di sepanjang alur tanam, kemudian masukkan rimpang bibit sedalam 7.5-10 sentimeter dengan mata tunas menghadap ke atas. Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan penyiangan gulma sebanyak 2-5 kali, tergantung dari pertumbuhan gulma, sedangkan pembumbunan tanah dilakukan bila terdapat
banyak rimpang yang tumbuh menyembul dari tanah. Waktu panen yang paling baik untuk temu lawak yaitu pada umur 1112 bulan karena hasilnya lebih banyak dan kualitas lebih baik daripada temu lawak yang dipanen pada umur 7-8 bulan. Pemanenan dilakukan dengan cara menggali atau membongkar tanah disekitar rimpang dengan menggunakan garpu atau cangkul.
D. Pertumbuhan
1. Iklim
a.
Secara alami temulawak tumbuh dengan baik di lahanlahan yang teduh dan terlindung dari teriknya sinar matahari. Di habitat alami rumpun tanaman ini tumbuh subur di bawah naungan pohon bambu atau jati. Namun demikian temulawak juga dapat dengan mudah ditemukan di tempat yang terik seperti tanah tegalan. Secara umum tanaman ini memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap berbagai cuaca di daerah beriklim tropis. Suhu udara yang baik untuk budidaya tanaman ini antara 19-30 oC Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan antara 1.000-4.000 mm/tahun.
b.
c.
2. Media tanam Perakaran temulawak dapat beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis tanah baik tanah berkapur, berpasir, agak berpasir maupun tanah-tanah berat yang berliat. Namun demikian untuk memproduksi rimpang yang optimal diperlukan tanah yang subur, gembur dan berdrainase baik. Dengan demikian pemupukan anorganik dan organik diperlukan untuk memberi unsur hara yang cukup dan menjaga struktur tanah agar tetap gembur. Tanah yang mengandung bahan organik diperlukan untuk menjaga agar tanah tidak mudah tergenang air. 3. Ketinggian Temulawak dapat tumbuh pada ketinggian tempat 51.000 m/dpl dengan ketinggian tempat optimum adalah 750 m/dpl. Kandungan pati tertinggi di dalam rimpang diperoleh pada tanaman yang ditanam pada ketinggian 240 m/dpl. Temulawak yang ditanam di dataran tinggi menghasilkan
rimpang yang hanya mengandung sedikit minyak atsiri. Tanaman ini lebih cocok dikembangkan di dataran sedang.
Ulat jengkal (Chrysodeixis chalcites Esp), Ulat tanah (Agrotis ypsilon Hufn) dan Lalat rimpang (Mimegrala coerulenfrons Macquart) Cara pengendaliannya dengan penyemprotan insektisida Kiltop 500 EC atau Dimilin 25 WP dengan konsentrasi 0.1-0.2 %.
2. Penyakit a. Jamur Fusarium disebabkan oleh fungus oxysporum Schlecht dan Phytium sp serta bakteri Pseudomonas sp yang Gejala berpotensi Fusarium untuk dapat menyerang perakaran busuk dan akar rimpang temulawak baik di kebun atau setelah panen. menyebabkan rimpang dengan gejala daum menguning, layu, pucuk mengering dan tanaman mati. Akar rimpang menjadi keriput dan berwarna kehitam-hitaman dan bagian tengahnya membusuk. Jamur Phytium menyebabkan daun menguning, pangkal batang dan rimpang busuk, berubah warna menjadi coklat dan akhirnya keseluruhan tanaman menjadi busuk. Cara pengendalian dengan melakukan pergiliran tanaman yaitu setelah panen tidak menanam tanaman yang berasal dari keluarga Zingiberaceae. Fungisida yang dapat dipakaikan adalah Dimazeb 80 WP atau Dithane M-45 80 WP dengan konsentrasi 0.1 - 0.2 %.
b. Penyakit layu disebabkan oleh Pseudomonas sp, gejala berupa kelayuan daun bagian bawah yang diawali menguningnya daun, pangkal batang basah dan rimpang yang dipotong mengeluarkan lendir seperti getah. Cara pengendaliannya dengan pergiliran tanaman dan penyemprotan Agrimycin 15/1.5 WP atau grept 20 WP dengan konsentrasi 0.1 -0.2%. 3. Gulma Gulma potensial pada pertanaman temu lawak adalah gulma kebun antara lain adalah rumput teki, alang-alang, ageratum, dan gulma berdaun lebar lainnya. 4. Pengendalian hama/penyakit secara organik Dalam pertanian organik yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya melainkan dengan bahanbahan yang ramah lingkungan biasanya dilakukan secara terpadu sejak awal pertanaman untuk menghindari serangan hama dan penyakit tersebut yang dikenal dengan PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yang komponennya adalah sbb:
Mengusahakan pertumbuhan tanaman yang sehat yaitu memilih bibit unggul yang sehat bebas dari hama dan penyakit serta tahan terhadap serangan hama dari sejak awal pertanaman
Memanfaatkan alami
semaksimal
mungkin
musuh-musuh
keracunan empedu). Temu lawak memiliki efek farmakologi yaitu, hepatoprotektor (mencegah penyakit hati), menurunkan kadar kolesterol, anti inflamasi (anti radang), laxative (pencahar), diuretik (peluruh kencing), dan menghilangkan nyeri sendi. Manfaat lainnya yaitu, meningkatkan nafsu makan, melancarkan ASI, dan membersihkan darah. Selain dimanfaatkan sebagai jamu dan obat, temu lawak juga untuk dimanfaatkan bayi dan sebagai sumber yang karbohidrat mengalami dengan mengambil patinya, kemudian diolah menjadi bubur makanan orang-orang gangguan pencernaan. Di sisi lain, temu lawak juga mengandung senyawa beracun yang dapat mengusir nyamuk, karena tumbuhan tersebut menghasilkan minyak atsiri yang mengandung linelool, geraniol yaitu golongan fenol yang mempunyai daya repellan nyamuk Aedes aegypti.
G. Khasiat Temulawak
Dengan adanya krisis moneter, masyarakat terdorong kembali menggunakan obat-obat tradisional yang boleh dikatakan bebas dari komponen impor. Salah satunya adalah rimpang temulawak yang telah dikenal oleh nenek moyang kita sejak jaman dahulu. Selama ini, telah banyak penelitianpenelitian maupun temulawak, yang dilakukan asing baik oleh belum ilmuwan adanya Indonesia khasiat sistem ilmuawan tetapi untuk membuktikan
karena
pendokumentasiaan yang terpadu, maka belum semua hasilhasil penelitian tersebut dapat diakses oleh masyarakat umum. Berikut ini kami sajikan rangkuman publikasi tentang khasiat temulawak dari tahun 1980-1997 yang bersumber dari karya ilmiah asing dan karya ilmiah Indonesia koleksi PDII-LIPI. Tentunya masih ada karya ilmiah Indonesia yang belum
tercakup dalam tulisan ini, termasuk penelitian skripsi dari perguruan tinggi yang memang tidak tersedia dalam koleksi PDII-LIPI. Namun demikian, kami berharap tinjauan literatur ini dapat membantu ilmuwan dalam mengikuti perkembangan Iptek mutakhir. Untuk mengetahui khasiat temulawak, telah dilakukan beberapa cara pengujian, baik secara in vitro, pengujian terhadap binatang dan uji klinis terhadap manusia. Dari hasilhasil penelitian yang telah dilakukan, yang paling banyak adalah uji terhadap binatang percobaan, sedangkan uji terhadap manusia masih tergolong jarang.
tanaman herbal tradisional Indonesia, menjadi ikon obat herbal di dunia. Khasiatnya yang beragam di bidang kesehatan pun sudah teruji untuk mematikan sel kanker, imunitas tubuh, obat demam, gangguan percernaan dan antiseptik. Dalam rangka mendukung temulawak menjadi ikon tanaman obat alami Indonesia, BPPT tengah melakukan kajian untuk membuktikan bahwa tanaman tersebut berasal dari alam Indonesia. Kepala Balai Pengkajian Bioteknologi BPPT Bambang Marwoto mengatakan kajian itu diperlukan untuk melindungi tanaman temulawak sebagai plasma nutfah asli Indonesia agar tidak dieksploitasi oleh negara lain. Banyak negara yang telah mengklaim temulawak adalah asli dari negara mereka. Namun semuanya belum terbukti secara ilmiah, katanya di sela acara
10
Peran BPPT dalam Upaya Pengembangan dan Peningkatan Daya Saing Industri Obat Herbal di Jakarta, Rabu (6/4). Dijelaskan, pada kajian fenotif dan genotatif Indonesia memiliki keragaman tanaman temulawak yang tinggi. Keragaman genetika temulawak ditunjukkan dari kandungan di dalam rimpangnya dan genetikanya dengan pendekatan teknik biologi molekuler DNA dan teknik PCR. Analisis sidik jari DNA juga dilakukan ketika tanaman sulit diidentifikasi secara konvensional sehingga nantinya dapat dipastikan temulawak menjadi tanaman unggulan lokal di Indonesia.
11
Diharapkan ada bantuan untuk mempermudah prosesnya, sehingga penelitian ini selesai di tahun 2012, ungkapnya. Senada dengan itu Direktur Pusat Teknologi Farmasi Medika BPPT Rifatul Widjhati juga memastikan bahwa 80 persen produksi jamu mengandung hati temulawak dari karena dan manfaatnya sebagai pelindung hepatitis
meningkatkan sistem imun. Untuk itu BPPT menyiapkan ekstrak standar, sehingga dapat diketahui komponen senyawa aktif. Dengan begitu industri jamu bisa mengetahui konsentrasi, higienitasnya dan keraguan pemakaian jamu sebagai obat hilang. Sekarang industri jamu banyak yang belum memakai ekstrak terstandar, paparnya. Di Indonesia tercatat lebih dari 1.200 industri jamu telah tumbuh, 200 di antaranya merupakan industri besar. Baru sebagian kecil industri jamu yang menghasilkan produk obat herbal terstandar dan fitofarmaka. Diharapkan deseminasi teknologi bisa membuka peluang alternatif ketersedian obat herbal dengan mutu dan keamanan yang mirip dengan obat konvensional. Apalagi produksi obat di dalam negeri hampir 95 persen mengimpor bahan baku. Sebagai negara tropis, Indonesia bahkan memiliki hampir 30.000 spesies tumbuhan tropis dan 7.000 spesies di antaranya berkhasiat obat. Untuk membuka peluang penggunaan obat herbal, lima rumah sakit di Indonesia yakni Rumah Sakit Kanker Dharmais, DR Sutomo, RSCM, RS Kandau Sulawesi dan RS Karyadi sudah menerapkan complemantary alternatif medicine. Sejumlah rumah sakit di Tiongkok tambah Rifatul juga menerapkan metode serupa yakni pemberian obat herbal dipadu pelayanan medis kepada pasien.
12
13
Nyoman
mengatakan,
membuktikan temulawak tidak memiliki efek samping seperti obat anti inflamasi kimiawi yang harganya jauh lebih mahal. Konsumsi temulawak secara rutin, juga dapat mengencerkan darah sehingga baik untuk mencegah stroke. Saya sendiri setiap pagi dan sore meminum jus temulawak yang dibuat sendiri. Hasilnya, kekebalan tubuh semakin meningkat, tuturnya. Dibikin jus Untuk penggunaan langsung, temulawak dapat diminum dengan cara direbus atau dibikin jus dengan ditambahkan madu, jeruk nipis atau asam. Dosis yang dianjurkan adalah 2 gram temulawak, meskipun penggunaan hingga 6 gram masih dapat ditolerir. Kampanye gerakan nasional minum temulawak dilakukan karena bahan alam ini telah lama digunakan sebagian besar masyarakat Indonesia untuk menjaga dan meningkatkan kesehatannya. Sebelumnya, kampanye serupa telah digelar di Yogyakarta. Apabila minum temulawak telah membudaya, maka penduduk akan lebih sehat sehingga produktivitasnya meningkat. Kesejahteraan petani temulawak juga akan lebih baik karena permintaan semakin banyak, kata Dr. Nyoman. Selain penelitian itu, dibandingkan manfaat tanaman temulawak obat lebih lainnya, banyak mengenai
dilakukan. Adanya bukti-bukti ilmiah tersebut diharapkan dapat meningkatkan akseptabilitas masyarakat terhadap obat tradisional ini. Badan POM menggolongkan manfaat temulawak ke dalam tujuh bagian, yaitu memperbaiki nafsu makan, 14
memperbaiki fungsi pencernaan, memelihara kesehatan fungsi hati, mengurangi nyeri sendi dan tulang, menurunkan lemak darah, antioksidan dan membantu memelihara kesehatan serta menghambat penggumpalan darah.
masyarakat awam maupun kalangan kedokteran, tetapi belum ada penelitian klinisnya.
15
Hasil uji klinis awal pada 44 anak di bangsal penyakit tropik dan infeksi Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum dr Soetomo, Surabaya, menunjukkan, ekstrak daun jambu biji dalam bentuk sirup mempercepat jumlah trombosit lebih dari 100.000/ul pada penderita DBD tingkat satu dan dua. Jika tanpa ekstrak daun jambu biji peningkatan trombosit butuh waktu 33,6 jam, pasien yang mengonsumsi ekstrak daun jambu biji hanya perlu waktu 13,6 jam. Adapun ekstrak temulawak, kata Suwijiyo Pramono dari Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, setelah melalui uji klinis terbukti berkhasiat sebagai peluruh cairan empedu sehingga dapat menurunkan kolesterol. Hasil uji klinis awal terhadap 80 penderita hiperkolesteremia yang tidak dapat dikendalikan dengan diet menunjukkan, sediaan kapsul ekstrak rimpang temulawak terpurifikasi dapat menurunkan kadar kolesterol darah sebesar 18,25 persen.
Temulawak Mampu Membunuh Bakteri Penyebab Penyakit Gigi dan Hambat Sel Kanker
Xanthorrhizol dalam temulawak mampu membasmi bakteri patogen penyebab karang gigi. Kami menemukan xanthorrizol yang diisolasi dari Curcuma xanthorrhiza memiliki aktivitas anti kariogenik dan anti inflammatory, kata Prof. Jae Kwan Hwang dari Departemen Bioteknologi Universitas Yonsei, Korea Selatan dalam acara Simposium Internasional Pertama Temulawak bertajuk Curcuma xanthorrhiza as an Essential Indonesian Herbal Medicine toward Healthy Life Selasa (27/5) yang digelar Pusat Studi Biofarmaka (PSB) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) IPB di IPB International Convention Center (IICC).
16
Kandungan xanthorrhizol dalam temulawak sebanyak 21 persen. Kelebihan senyawa xanthorrhizol antara lain tidak berwarna, tidak berbau, tidak volatil (menguap), tahan panas dan keasaman. Sayangnya senyawa ini rasanya sangat pahit. Prof. menunjukkan tertinggi Jae dalam Kwan melawan menjelaskan memiliki bakteri hasil aktivitas jenis penelitian antibakeri Xanthorrhizol
Streptococcus.
Khususnya Streptococcus mutans, penyebab karies gigi. Hanya dengan dua mikro gram per milliliter, Xanthorrhizol berhasil membasmi Streptococcus mutans dalam semenit. Xanthorrhizol juga membasmi Actinomyces viscosus dan Porphyromonas gingivalis penyebab penyakit periodontitis (gigi berdarah dan lepasnya gigi). Temulawak atau dalam Bahasa Inggris disebut java turmeric ini, secara tradisional digunakan untuk menyembuhkan penyakit perut, hati, konstipasi, pembuluh darah pecah, demam anak-anak, kulit kasar, disentri dan sebagainya. Dilaporkan curcuma xanthorrhizol juga memiliki kemampuan antitumor, anti kanker, anti diabetes, hipotriceriakademik, anti inflamantori, hepatoprotective, anti mikroba, dan anti lemak. Dengan produk teknologi modern, Korea Selatan dan telah memproduksi pasta gigi, minuman dan makanan fungsional, kosmetik, disinfektan, obat-obatan berbagai peralatan rumah tangga berbahan baku temulawak, jelas Prof. Jae Kwan. Di Korea Selatan temulawak dikenal dengan nama yellow curcuma. Tantangan berbahan dasar pengembangan temulawak di industri Indonesia obatan-obatan yang perlu
diperhatikan, kata Prof. Jae Kwan, antara lain: budidaya dan standar temulawak yang sesuai industri, teknologi ekstraksi dan penghilang flavour yang kuat, formulasi yang tepat, serta 17
keamanan dan uji klinis pada manusia. Prof. Jae Kwan menyarankan didirikannya Pusat Studi Temulawak Nasional. Prof. Ikuo Saiki dari Bagian Pharmacognosy Departemen Natural Medicine, Universitas Toyama Jepang menyampaikan kemampuan kunyit dalam menghambat dan membunuh sel kanker. Hepatocellular carcinoma (HCC), salah satu tumor paling terkenal di dunia, dan penyakit kanker ketiga yang menyebabkan kematian kaum pria di Jepang. Kami mendemonstrasikan secara oral pada mencit yang terkena HCC. Hasilnya temulawak berhasil mendorong proses penghambatan metastatis dan sel tumor, kata Prof. Ikuo Saiki. Sedangkan dengan metode in vitro, temulawak menyebabkan perubahan formasi stress fiber (urat stress) dalam sel kanker. Ini berarti temulawak mungkin telah menghambat satu atau beberapa protein penghambat. Protein (protein binding) tersebut dikenal dengan Rho family Glucose Tri Phosphate. Protein ini menutup aktivasi protein kinase C (PKC). Namun demikian, menurut Prof. Ikuo, perlu penelitian lebih lanjut untuk mengklarifikasi temuan ini. Sementara itu, Kepala Pusat Studi Biofarmaka LPPM IPB, Prof. Lathifah K. Darusman mengatakan simposium internasional pertama ini diikuti lebih dari 250 peserta dari berbagai negara, diantaranya; Cina, India, Singapura, Malaysia, Belanda, Korea, dan Jepang . Dalam simposium ini akan menampilkan sepuluh pembicara kunci dari berbagai negara tersebut. Selain itu menampilkan 28 presentasi penelitian dan 54 presentasi poster, ujar Prof. Latifah. Dalam Suhardiyanto menggunakan hewan dan sambutannnya, menjelaskan bahan mikroba alami sebagai Rektor dari IPB, Dr. Herry terbiasa nenek masyarakat Indonesia
pengetahuan dan
alternatif, termasuk sebagai food suplement. IPB yang memiliki core competences di bidang pertanian tropis juga turut berkontribusi dalam pengembangan teknologi dan penelitian biofarmaka di Indonesia. Salah satunya, menurut Rektor dengan mendirikan pusat studi IPB yang fokus pada dengan kebijakan pengembangan pemerintah biofarmaka. bekerjasama menetapkan
berkontribusi
dalam
nasional biofarmaka di Indonesia. Sebagai bentuk nyata peran IPB tersebut pada hari Kebangkitan Jamu Nasional yang jatuh pada tanggal 27 Mei ini, IPB menandatangani memorandum of understanding (MoU) dengan Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, dan University of Chinese Medicine dari Cina, kata Rektor. Kerjasama ini mencakup investigasi seleksi obat-obatan herbal yang digunakan di Indonesia dan Cina, training obatobatan herbal, dan pengembangan kurikulum pendidikan obatobatan herbal di Indonesia. Dalam rangka kerjasama ini, IPB diundang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di istana negara hari itu juga. Simposium kerjasama Koordinasi Pendidikan, dan Ekspo yang terselenggaran Pertanian, berkat dengan Ekonomi, Badan Departemen Departemen Pengawas Kesehatan, Kementrian Departemen Makanan
Obat-obatan
dan
(Badan POM), Kementrian Koordinasi Kesejahteraan, Asosiasi Obat-obatan Tradisional dan Herbal Indonesia, Universitas Yonsei Korea Selatan dan Universitas Pakuan ini berlangsung tiga hari.
19
3. Hepatitis
Rimpang temulawak segar sebesar 2 jari dikupas kulitnya lalu diparut. Tambahkan air panas sebanyak 1/2 cangkir dan 1 sendok madu. Aduk campuran tadi sampai merata lalu dibirakan mengendap. Minum beninggannya, ampasnya dibuang. Lakukan 2 kali sehari, sampai sembuh. Rebus 10g rimpang temulawak kering dan 30g akar alang-alang (Imperata cylindrica) dalam 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin, saring dan air saringannya diminum sekaligus. Lakukan 2 kali sehari
4. Wasir
Sediakan rimapang temulawak sebesar jari, kelembak (Rheum officinalle Baill.) sebesar 3/4 jari, 1 genggam pegagan (Centella asiatica L), 1 genggam daun saga (Abrus precatoris L) dan gula neau sebesar 3 jari. Cuci bahan-bahan tersebut, lalu potong-potong seperlunya. Selanjutnya, rebus bahan-bahan tersebut dalam 5 gelas air bersih sampai tersisa kira-kira separuhnya. Setelah dingin,
20
saring dan air saringannya diminum sehari 3 kali, masingmasing 1/3 bagian. Lakukan pengobatan ini setiap hari.
5. Jerawat
Cuci rimpang temulawak sebesar 1 jari, lalu potongpotong seperlunya. Selanjutnya rebus dalam 4 gelas minum air bersih sampai tersisa separuhnya. Setelah dingin, saring dan tambahkan madu kedalam air saringannya seperlunya, lalu diminum. Pengobatan dilakukan sehari 2 kali, setiap kali cukup 1 gelas.
6. Diare
Cuci rimpang temulawak sebesat 1/2 ibu jari, lalu panggang sampai hangus. Selanjutnya giling bahan tersebut sampai halus, lalu seduh dengan 1/2 cangkir air panas. Tambahkan 1 sendok makan madu sambil aduk sampai merata, lalu diminum. Lakukan 2 kali sehari sampai sembuh.
7. Sembelit
Sediakan rimpang temulawak dan buah asam (Tamarindus indicaL.) masak (masing-masing sebesar 1 jari), gula enau secukupnya. Selanjutnya potong tipis-tipis, lalu seduh dengan 1 cangkir air mendidih. Aduk sampai gulanya larut dan minum setelah dingin.
8. Nyeri haid
Sediakan 10 iris rimpang temulawak, asam kawak, sebesar telur burung puyuh dan gula enau sebesar 3 jari. Rebus bahan-bahan tersebut dalam 2 gelas air sampai tersisa haid. separuhnya. Setelah dingin, minum ramuan tersebut. Lakukan setiap hari selama 1 minggu sebelum
21
9. Demam
Rebus 1 jari rimpang temulawak yang telah diiris tipis-tipis dan 5 batang meniran dengan akarnya dalam 5 gelas air bersih sampai tersisa separuhnya. Setelah dingin, saring dan air saringannya dibagi untuk 3 kali minum, pagi, siang dan sore hari.
H. Kandungan Kimia
Daging buah (rimpang) temulawak mempunyai beberapa kandungan senyawa kimia antara lain berupa fellandrean dan turmerol atau yang sering disebut minyak menguap. Kemudian minyak atsiri, kamfer, glukosida, foluymetik karbinol. Dan kurkumin bermanfaat empedu). yang terdapat pada rimpang tumbuhan sebagai ini anti sebagai acnevulgaris, disamping
I. Efek Biologis
Dengan adanya krisis moneter, masyarakat terdorong kembali menggunakan obat-obat tradisional yang boleh dikatakan bebas dari komponen impor. Salah satunya adalah rimpang temulawak yang telah dikenal oleh nenek moyang kita sejak jaman dahulu. Selama ini, telah banyak penelitianpenelitian yang dilakukan baik oleh ilmuwan Indonesia 22
maupun
ilmuawan tetapi
asing
untuk
membuktikan adanya
khasiat sistem
temulawak,
karena
belum
pendokumentasiaan yang terpadu, maka belum semua hasilhasil penelitian tersebut dapat diakses oleh masyarakat umum. Berikut ini kami sajikan rangkuman publikasi tentang khasiat temulawak dari tahun 1980-1997 yang bersumber dari karya ilmiah asing dan karya ilmiah Indonesia koleksi PDII-LIPI. Tentunya masih ada karya ilmiah Indonesia yang belum tercakup dalam tulisan ini, termasuk penelitian skripsi dari perguruan tinggi yang memang tidak tersedia dalam koleksi PDII-LIPI. Namun demikian, kami berharap tinjauan literatur ini dapat membantu ilmuwan dalam mengikuti perkembangan Iptek mutakhir. Untuk mengetahui khasiat temulawak, telah dilakukan beberapa cara pengujian, baik secara in vitro, pengujian terhadap binatang dan uji klinis terhadap manusia. Dari hasilhasil penelitian yang telah dilakukan, yang paling banyak adalah uji terhadap binatang percobaan, sedangkan uji terhadap manusia masih tergolong jarang.
1.
Efek analgesik
Yamazaki (1987, 1988a) melaporkan bahwa ekstrak metanol temulawak yang diberikan secara oral pada tikus percobaan, dinyatakan dapat menekan rasa sakit yang diakibatkan oleh pemberian asam asetat. Selanjutnya, Yamazaki (1988b) dan Ozaki (1990) membuktikan bahwa germakron adalah zat aktif dalam temulawak yang berfungsi menekan rasa sakit tersebut.
2.
Efek anthelmintic
Pemberian infus temulawak, temu hitam dan kombinasi dari keduanya dalam urea molasses block dapat menurunkan jumlah telur per gram tinja pada
23
3.
Efek antibakteri/antijamur
Dilaporkan bahwa ekstrak eter temulawak secara in vitro dapat menghambat gypseum, pertumbuhan canis, jamur dan Microsporum atsiri Microsporum juga albicans,
Trichophytol violaceum (Oehadian dkk. 1985). Minyak Curcuma xanthorrhiza Candida menghambat sementara pertumbuhan jamur
kurkuminoid Curcuma xanthorrhiza mempunyai daya hambat yang lemah (Oei 1986a).
4.
Efek antidiabetik
Penelitian Yasni dkk. (1991) melaporkan bahwa temulawak dapat memperbaiki gejala diabetes pada tikus, seperti : growth retardation, hyperphagia, polydipsia, tingginya glukose dan trigliserida dalam serum, dan mengurangi terbentuknya linoleat dari arakhidonat dalam fosfolipid hati. Temulawak khusus-nya merubah jumlah dan komposisi fecal bile acids.
5.
Efek antihepatotoksik
Pemberian seduhan rimpang temulawak sebesar 400, 800 mg/kg selama 6 hari serta 200, 400 dan 800 mg/kg pada mencit selama 14 hari, mampu menurunkan aktivitas GPT-serum dosis hepatotoksik parasetamol maupun mempersempit luas daerah nekrosis parasetamol secara nyata. Daya antihepatotoksik tergantung pada besarnya dosis maupun jangka waktu pemberiannya (Donatus dan Suzana 1987).
6.
Efek antiinflamasi
Oei (1986b) melaporkan bahwa minyak atsiri dari Curcuma xanthorrhiza secara in vitro memiliki daya
24
antiinflamasi
yang
lemah.
Sementara
Ozaki
(1990)
melaporkan bahwa efek antiinflamasi tersebut disebabkan oleh adanya germakron. Selanjutnya, Claeson dkk. (1993) berhasil mengisolasi tiga jenis senyawa non fenolik diarylheptanoid dari ekstrak rimpang temulawak, yaitu : trans-trans-1,7-difenil-1,3,-heptadien-4-on (alnuston); trans1,7-difenil-1-hepten-5-ol, dan trans,trans-1,7-difenil1,3,-heptadien-5-ol. Ketiga senyawa tersebut dinyatakan mempunyai efek antiinflamasi yang nyata terhadap tikus percobaan.
7.
Efek antioksidan
Jitoe dkk. (1992) mengukur efek antioksidan dari sembilan jenis rimpang temu-temuan dengan metode Thiosianat dan metode Thiobarbituric Acid (TBA) dalam sistem air-alkohol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan ekstrak temulawak ternyata lebih besar dibandingkan yang dengan aktivitas tiga jenis dalam kurkuminoid diperkirakan terdapat
temulawak. Jadi, diduga ada zat lain selain ketiga kurkuminoid tersebut yang mempunyai efek antioksidan. Selanjutnya, Masuda dkk. (1992) berhasil mengisolasi analog kurkumin baru dari rimpang temulawak, yaitu: 1(4-hidroksi-3,5-dimetoksifenil)-7-(4 metoksifenil)-(1E. tersebut alkohol. ternyata menun-jukkan efek hidroksi-3Senyawa antioksidan 6E.)-1,6-heptadien-3,4-dion.
8.
Efek antitumor
Itokawa senyawa dkk.(1985) berhasil mengisolasi dari empat sesquiterpenoid bisabolan rimpang
25
atlanton
dan
xanthorrizol.
Sebagian
besar
dari
zat
tersebut merupakan senyawa antitumor melawan sarcoma 180 ascites pada tikus percobaan. Efektivitas antitumor dari senyawa tersebut adalah: (+++) untuk -kurkumen, (++) untuk ar-turmeron, dan (++) untuk xanthorrizol. Sementara itu, Yasni (1993b) melaporkan bahwa pemberian temulawak dapat mengaktifkan sel T dan sel B yang berfungsi sebagai media dalam sistem kekebalan pada tikus percobaan. Ahn dkk. (1995) melaporkan bahwa ar-turmeron yang S-180. terkandung Komponen dalam tersebut temulawak dapat mem perpanjang hidup tikus yang terinfeksi dengan sel kanker menunjukkan aktifitas sitotoksik yang sinergis dengan sesquifelandren yang diisolasi dari tanaman yang sama sebesar 10 kali lipat terhadap sel L1210. Disamping itu, kurkumin bersifat memperkuat siklofosfamida, vinkristin. obat-obat MeCCNU, sitotoksik aurapten, lainnya seperti dan adriamisin,
9.
26
disebabkan oleh metamfe-tamin (3 mg /kg i.p). Lebih lanjut dinyatakan secara bahwa oral pada pemberian tikus 750 mg/kg tidak germakron percobaan
serum, kolesterol hati, dan meningkatkan kolesterol HDL serum dan apolipoprotein A-1, pada tikus yang diberi diet bebas koles-terol. Adapun pada tikus dengan diet tinggi kolesterol, temulawak tidak menekan tingginya kolesterol serum walaupun menurunkan kolesterol hati. Dalam penelitian tersebut dilaporkan bahwa kurkuminoid yang berasal dari temulawak ternyata tidak mempunyai efek yang nyata terhadap lemak serum dan lemak hati, maka disimpulkan bahwa temulawak mengandung zat aktif selain kurkuminoid yang dapat merubah metabolisme lemak dan lipoprotein. Selanjutnya Yasni dkk. (1994) membuktikan bahwa -kurkumen adalah salah satu zat aktif yang mempunyai efek menurunkan trigliserida pada
27
tikus percobaan dengan cara menekan sintesis asam lemak. Sementara itu, Suksamrarn dkk. (1994) melaporkan bahwa dua senyawa fenolik diarilheptanoid yang diisolasi dari rimpang temulawak, yaitu : 5-hidroksi-7-(47-(3, 4secara tikus hidroksifenil)-1-fenil-(1E)-1-hepten dan
Uji coba kemanjuran temulawak dilakukan oleh Santosa dkk. (1995). terhadap 33 orang pasien penderita hepatitis khronis. Selama 12 minggu, setiap pasien menerima 3 kali sehari satu kapsul yang mengandung kurkumin dan minyak menguap. Hasil pemantauan menunjukkan bahwa data serologi (GOT, GPT, GGT, AP) dari 68-77% pasien menunjukkan tendensi penurunan ke nilai normal dan bilirubin serum total dari 48% pasien juga menurun. Keluhan nausea/vomitus yang diderita pasien dilaporkan menghilang. Gejala pada saluran pencernakan dirasakan hilang oleh 43% pasien sedangkan sisanya masih mera sakan gejala tersebut, termasuk 70% pasien yang merasakan kehilangan nafsu makannya.
28
furanodienon merupakan senyawa sesquiterpenoid yang paling aktif menunjukkan toksisitas melawan larva yang baru lahir, tetapi efek toksisitas tersebut tidak nyata jika diberikan bersama makanan. Selanjutnya dilaporkan bahwa ekstrak Curcuma xanthorrhiza mempunyai efek larvasida terhadap larva nyamuk Aedes aegypti instar III (Wibowo dkk. 1995). 14. Efek lain-lain Hasil wawancara dengan 100 orang responden wanita petani menunjukkan bahwa penggunaan temulawak dapat memperbaiki kerja sistem hormonal yang mengontrol metabolisme khususnya karbo hidrat dan asam susu, memperbaiki fisiologi organ tubuh, dan meningkatkan kesuburan (Soenaryo 1985). Komponen yang terkandung dalam temulawak dinyatakan mempunyai sifat koleretik (Oei 1986a; Siegers et al 1997). Temulawak dilaporkan mempunyai efek mengurangi pengeluaran tinja pada tikus percobaan (Wahyoedi 1980). Ekstrak temulawak tidak menunjukkan
29
efek
toksik.
Untuk
mematikan
Libistes
reticulatus
diperlukan ekstrak Curcuma xanthorrhiza dengan dosis besar (Rahayu dkk. 1992). Pemberian infus temulawak dinyatakan dapat meningkatkan kontraksi uterus tikus putih (Damayanti dkk. 1995), dapat meningkatkan tonus kontraksi otot polos trachea marmut (Damayanti dkk. 1996), dapat meningkatkan frekuensi kontraksi jantung kura-kura (Damayanti dkk. 1997), dan dapat meningkatkan absorbsi glukosa pada usus halus tikus (Halimah dkk. 1997).
J. Perkembangan Penelitian
Sebuah uji klinis yang tidak begitu besar telah dilakukan di Tanah Air untuk melihat manfaat kurkumin dalam memperbaiki fungsi hati. Studi ini melibatkan sekitar 38 pasien gangguan hati atau memiliki nilai SGPT dan SGOT di atas normal dari 5 area (Bogor, Bandung, Semarang, Solo, Surabaya, Palembang dan Jakarta). Pasien diberikan gabungan kurkumin 25 mg, essential phospholipid 100 mg, dan vitamin E 100 mg. Studi ini menggunakan metoda seeding trial atau tanpa pembanding. Pengamatan dilakukan oleh sekitar 20 peneliti dalam periode Juli-Desember 1998. Adapun parameter yang digunakan adalah nilai SGPT dan SGOT. SGPT merupakan enzim yang diproduksi oleh hepatocytes, jenis sel yang banyak terdapat di liver. Kadar SGPT dalam darah akan meningkat seiring dengan kerusakan pada sel hepatocytes yang bisa terjadi karena infeksi virus hepatitis, alkohol, obat-obat yang menginduksi terjadinya kerusakan hepatocytes, dan sebab lain seperti adanya shok atau keracunan obat.
30
Nilai SGPT yang dianggap normal adalah 0 35 unit per liter (u/l). Peningkatan nilai SGPT 50 kali dari normal menandakan rendahnya aliran darah pada hati, hepatitis, atau kerusakan sel hati yang disebabkan oleh obat/senyawa kimia seperti CCl4. Peningkatan nilai SGPT ringan sampai sedang dapat disebabkan oleh adanya hepatitis, sirosis, kanker pada hati dan alkohol. Terkadang pada sirosis hanya terjadi peningkatan nilai SGPT 2-4 kali dari nilai normal. Sementara SGOT banyak dijumpai pada organ jantung, hati, otot rangka, pankreas, paru-paru, sel darah merah dan sel otak. Saat sel organ tersebut mengalami kerusakan, maka SGOT akan dilepaskan dalam darah. Alhasil saat pengukuran akan terlihat korelasi besarnya atau tingkat keparahan sel yang terjadi. Nilai normal SGOT berkisar dari 3 - 45 unit per liter (u/l). Peningkatan nilai SGOT ini dapat disebabkan oleh adanya hepatitis C. Pada hepatitis akut, peningkatan bisa terjadi hingga 20 kali nilai normalnya. Hasil studi menunjukkan, berdasarkan perhitungan statistik, terjadi penurunan nilai SGOT dan SGPT yang signifikan. Setelah 14 hari terapi, penurunan nilai SGOT dari total pasien mencapai hingga 2,89 kali, sedangkan untuk SGPT mencapai 3,28 kali dibandingkan sebelum pengobatan. Hasil yang tidak berbeda jauh juga ditemukan pada individu yang menderita hepatitis dan non hepatitis. Pasien hepatitis mengalami penurunan SGOT sebanyak 3,48 kali dan SGPT sebanyak 3,82 kali, dibandingkan sebelum pengobatan. Sedang pada individu non hepatitis, terjadi penurunan SGOT sekitar 1,91 kali dan SGPT sebanyak 2,15 kali.
31
32
B. Saran
Disarankan pada seluruh pembaca makalah ini agar betul-betul memahami dan mengerti tentang temulawak.
33
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Temu_lawak http://etd.eprints.ums.ac.id/1537/1/K100040249.pdf http://abaherbal.com/?tag=khasiat-temulawak http://www.obatherbalalami.com/2010/08/khasiat- alamitemulawak-menumpas-segala.html http://hilmanmuchsin.blogspot.com/2009/09/temulawa dari-empiris-sampai-uji.html k-
http://resepherbal.e-salim.com/2009/01/khasiat-temulawak/