Kelompok 8 Tugas Kba
Kelompok 8 Tugas Kba
Kelompok 8 Tugas Kba
KOSMETIK WAJAH
Dosen Pengampuh
Oleh :
KELOMPOK 8
PENDAHULUAN
Kulit merupakan organ tubuh pada manusia yang sangat penting karena terletak
pada bagian luar tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsangan seperti sentuhan, rasa
sakit dan pengaruh lainnya dari luar (Nuraeni, 2016). Selain untuk melindungi tubuh,
kulit juga berfungsi sebagai tempat ekskresi. Kulit yang tidak terjaga kesehatannya dapat
menimbulkan berbagai penyakit kulit yang dapat mengganggu penampilan dan aktifitas.
Gatal-gatal merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat.
Penyakit kulit ini dapat berasal dari lingkungan seperti gigitan jenis serangga tertentu dan
aneka gangguan kulit, seperti dermatitis alergika, dermatitis topik, dermatitis kontak, dan
parasit. Mikroorganisme pada kulit yang dapat menyebabkan gatal-gatal antara lain ialah
dari genus Staphylococcus, Streptococcus, Propionibacteria, dan Corynebacteria.
Penyakit kulit sering dianggap tidak berbahaya dan tidak menyebabkan kematian.
Namun jika dibiarkan dapat menyebabkan penyakit tersebut semakin menyebar dan sulit
untuk diobati. Upaya mengurangi morbiditas penyakit kulit adalah dengan mencari
alternatif pengobatan lain, seperti obat herbal.
Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan obat-obatan herbal
adalah lengkuas merah (Alpinia purpurata K. Schum) (Kainsa dan Reena, 2012). Bagian
tanaman dari lengkuas merah (Alpinia purpurata K. Schum) yang sering digunakan
adalah rimpang. Rimpang lengkuas mengandung minyak atsiri yang terdiri dari
metilsinamat, sineol, kamfer, δpinen, galangin, dan eugenol. Rimpang lengkuas juga
mengandung kamfor, galangol, seskuiterpen dan kristal kuning. Selain itu, rimpang
lengkuas merah (Alpinia purpurata K. Schum) mengandung senyawa flavonoid,
kaempferol-3-rutinoside dan kaempferol-3- oliucronide (Victorio dkk., 2009). Hasil
penelitian Hezmela (2006), menyatakan bahwa ekstrak lengkuas merah dapat
menghambat pertumbuhan jamur penyebab penyakit kulit. ada beberapa bentuk sediaaan
ekstrak lengkuas merah yang dapat menghambat pertumbuhan dari 5 (lima) jenis jamur,
yaitu: Trichophyton rubrum, Trichophyton ajelloi, Trichophyton mentagrophyton,
Mycroporum gypseum, dan Pityrosporum ovale (Handajani & Tjahjadi, 2008). Salah
satu produk dari berbagai bentuk sediaan yang belum dikembangkan dari lengkuas
merah (Alpinia purpurata K.Schum) ialah bedak tabur.
Bedak tabur, walaupun kurang lama bertahan di kulit, cocok untuk kulit
berminyak jika dibandingkan dengan bedak padat (Retno dan Fatma, 2007). Serbuk tabur
(Pulvis adspersorius) adalah serbuk ringan, bebas dari butiran kasar untuk mempercantik
muka atau obat kulit yang biasanya untuk menyerap air dan keringat dimaksudkan untuk
obat luar. Umumnya dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk
memudahkan penggunaan pada kulit (Anief, 2005). Dalam penelitian ini bedak tabur
(loose powder) yang dihasilkan akan memiliki keunggulan tambahan yaitu mengobati
gatal-gatal pada kulit dengan penambahan ekstrak lengkuas merah (Alpinia purpurata
K.Schum). Sehubungan dengan adanya efek farmakologi dari rimpang lengkuas merah
(Alpinia purpurata K. Schum) yang mempunyai daya antijamur, antibakteri, dan dapat
digunakan untuk mengobati penyakit kulit, maka perlu dilakukan penelitian tentang
formulasi bedak tabur dari ekstrak etanol rimpang lengkuas merah (Alpinia purpurata K.
Schum). Harapan kedepan dapat diperoleh sediaan bedak tabur (loose powder) yang
berkhasiat sebagai obat gatal dari ekstrak lengkuas merah (Alpinia purpurata K.
TINJAUAN PUSTAKA
Kulit adalah pembatas antara manusia dan lingkungannya. Kulit mempunyai berat
rata-rata 4 kg dan meliputi area seluas 2m². Kulit berperan sebagai pembatas, melindungi
tubuh dari lingkungan luar dan mencegah hilangnya zat-zat tubuh yang penting, terutama
air (Weller, et al, 2015). Kulit memiliki 3 lapisan, yaitu:
a. Epidermis
Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh, yang paling tebal
berukuran 1 milimeter, misalnya pada telapak kaki dan telapak tangan, dan lapisan
yang tipis berukuran 0,1 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi, dan perut.
Sel-sel epidermis disebut keratinosit.
Stratum Korneum Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak
memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna, dan sangat
sedikit mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin, jenis
protein yang tidak larut dalam air, dan sangat resisten terhadap bahan-bahan
kimia. Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit untuk memproteksi tubuh dari
pengaruh luar. Secara alami, sel-sel yang sudah mati di permukaan kulit akan
melepaskan 6 diri untuk beregenerasi. Permukaan stratum korneum dilapisi oleh
suatu lapisan pelindung lembab tipis yang bersifat asam, disebut mantel asam
kulit (Eroschenko, 2012).
Stratum Lucidum Terletak tepat di bawah stratum korneum, merupakan lapisan
yang tipis, jernih, mengandung eleidin. Antara stratum lucidum dan stratum
granulosum terdapat lapisan keratin tipis yang disebut rein's barrier (Szakall)
yang tidak bisa ditembus (Eroschenko, 2012).
Stratum Granulosum Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal,
berbutir kasar, berinti mengkerut. Di dalam butir keratohyalin terdapat bahan
logam, khususnya tembaga yang menjadi katalisator proses pertandukan kulit
(Eroschenko, 2012).
Stratum Spinosum Memiliki sel yang berbentuk kubus dan seperti berduri.
Intinya besar dan oval. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas
serabut protein. Cairan limfe masih ditemukan mengitari sel-sel dalam lapisan
malphigi ini (Eroschenko, 2012).
Stratum Germinativum Adalah lapisan terbawah epidermis. Di dalam stratum
germinativum juga terdapat sel-sel melanosit, yaitu sel-sel yang tidak
mengalami keratinisasi dan fungsinya hanya membentuk pigmen melanin dan
memberikannya kepada sel-sel keratinosit melalui dendrit-dendritnya. Satu sel
melanosit melayani sekitar 36 sel keratinosit. Kesatuan ini diberi nama unit
melanin epidermal (Eroschenko, 2012).
b. Dermis
Terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan elastin yang berada di dalam substansi
dasar yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin mukopolisakarida. Serabut
kolagen dapat mencapai 72% dari keseluruhan berat kulit manusia bebas lemak. Di
dalam dermis terdapat adneksa-adneksa kulit seperti folikel rambut, papila rambut,
kelenjar keringat, saluran keringat, kelenjar sebasea, otot penegak rambut, ujung
pembuluh darah dan ujung saraf, juga sebagian serabut lemak yang terdapat pada
lapisan lemak bawah kulit (Eroschenko, 2012).
c. Hipodermis atau Subkutis
Hipodermis atau lapisan subkutis (tela subcutanea) tersusun atas jaringan ikat dan
jaringan adiposa yang membentuk fasia superficial yang tampak secara anatomis.
Hipodermis ini terdiri dari sel-sel lemak, ujung saraf tepi, pembuluh darah dan
pembuluh getah bening, kemudian dari beberapa kandungan yang terdapat pada
lapisan ini sehingga lapisan hipodermis ini memiliki fungsi sebagai penahan
terhadap benturan ke organ tubuh bagian dalam, memberi bentuk pada tubuh,
mempertahankan suhu tubuh dan sebagai tempat penyimpan cadangan makanan
(Eroschenko, 2012).
Adapun hal-hal yang menjadi syarat bedak, yaitu sebagai berikut (Surber, 2005).
1. Covering power
Covering power adalah kemampuan untuk menutupi cacat-cacat kecil
dan ketidaksempurnaan pada wajah. Kemampuan ini dapat dicapai dengan
menggunakan sejumlah bahan dasar seperti light kaolin, zinc oksida, dan
titanium dioksida. Titanium dioksida memiliki covering power 3-4x lebih baik
daripada zinc oksida, namun kemampuan adhesinya lebih rendah dan kurang
bercampur dengan baik dengan zat-zat lain. Sebuah formula biasanya hanya
mengandung paling banyak 25% zinc oksida atau 10-15% titanium dioksida.
2. Spreading
Spreading adalah kemampuan untuk menyebar dengan halus. Karena
aplikator berupa spons kecil biasanya dibutuhkan dalam penggunaan bedak
padat, maka bedak padat harus mampu menyebar dengan halus saat
digunakan. Zat yang berperan dalam hal ini adalah talc.30Talc merupakan
bahan dasar utama dalam bedak. Talc adalah magnesium silikat (3
MgO.4SiO2.H2O). Peran utamanya adalah membuat bedak menjadi mudah
menyebar saat digunakan, namun zat ini memiliki covering power yang lemah.
3. Adhesiveness
Adhesiveness adalah kemampuan untuk menempel di wajah dan tidak
hilang/luntur dalam beberapa waktu. Kemampuan ini dapat dicapai dengan
menggunakan beberapa asam stearat, contohnya zinc stearat dan magnesium
stearat.Karakteristik utama dari zinc stearat dan magnesium stearat adalah
kemampuan adhesinya dan sifatnya yang tahan air. Zinc stearat lebih banyak
digunakan. Pada jumlah yang sedang (4-15%), stearat sudah mampu
memberikan kampuan adhesi yang cukup.
4. Absorbency
Absorbency adalah kemampuan untuk menutupi kulit yang berminyak
dengan cara menyerap keringat dan sebum yang disekresikan oleh kelenjar
sebum. Banyak bahan dasar bedak padat yang memiliki kemampuan serap ini,
misalnya kaolin, pati, kalsium karbonat, dan magnesium karbonat. Kaolin,
atau clay China, adalah aluminium silikat terhidrasi. Tidak semua aluminium
silikat dapat disebut sebagai kaolin. Hanya ada tiga macam clay yang dapat
disebut sebagai kaolin, yaitu nacrite, dickite, dan kaolinite, yang ketiganya
memiliki formula yang sama (AlO2O3. 2SiO2.2H2O). Kalsium karbonat dan
magnesium karbonat juga memiliki daya absorbsi, namun daya absorbsi
magnesium karbonat 4x lebih baik dari kalsium karbonat. Pati, pada awalnya
merupakan bahan dasar utama dalam pembuatan bedak, namun sekarang
perannya telah digantikan oleh talc.
5. Binding ability
Binding ability adalah kemampuan untuk saling terikat. Binding ability
dibutuhkan dalam pembuatan bedak padat,sementara bedak tabur tidak
membutuhkan kemampuan ini. Oleh sebab itu, binding agent perlu
ditambahkan ke dalam bedak padat. Terdapat 5 jenis binding agent yang dapat
digunakan ,meliputi:
Dry binders : zinc stearat dan magnesium staearat.
Oil binders : minyak mineral, isopropil miristat, dan derivat lanolin
Water-soluble binders : tragacanth, karaya, arabic, PVP
(polyvinylpyrollidoe), metilselulosa, dan karboksimetilselulosa.
Water-repellent binders : Minyak mineral, lemak ester, dan derivat
lanolin.
Emulsion binders : triethanolamine stearate, gliseril monostearat, lilin,
lanolin, derivat lanolin, lemak ester, dan glikol.
6. Colors and Perfume
Penambahan pewarna diperlukan dalam pembuatan bedak padat.
Jumlah pewarna yang ditambahkan bergantung pada seberapa besar bahan
dasar yang digunakan dalam bedak, sementara kualitas pewarna yang
ditambahkan bergantung pada transparansi talc dan opasitas oksida yang
digunakan. Pewarna yang digunakan berupa pigmen anorganik maupun
organic lakes. Pigmen anorganik yang digunakan adalah besi oksida, baik
yang alami maupun sintesis. Sementara itu, organic lakes yang banyak
digunakan adalah barium lakes, aluminium lakes, calcium lakes, dan strontium
lakes.Penambahan parfum biasanya berkisar 0,2-1%.
Salah satu dari sekian banyak kosmetik yang sering digunakan oleh konsumen
khususnya wanita adalah bedak. Bedak adalah campuran tepung pati atau bisa juga talc
dengan parfum atau bahan pengharum, yang terkadang ditambah dengan bahan
pelembab, penahan sinar ultraviolet, dan antiseptik. Jenis kosmetik ini digunakan untuk
pemakaian luar pada kulit wajah dan tubuh. Pada umumnya bedak digunakan untuk
berbagai aplikasi, antara lain pada kulit wajah yang terlihat kusam sehingga terlihat lebih
berseri, untuk menyamarkan kulit wajah yang berjerawat dan berlubang, untuk menutupi
flek-flek hitam pada wajah, menghaluskan, meratakan, dan mengurangi penampakan
garis halus dan pori-pori wajah, dan meratakan warna kulit.
a. Loose Powder
Dikenal sebagai bedak tabur, dalam bentuk bedak yang halus. Biasanya bedak jenis
ini dipakai setelah memakai alas bedak. Keistimewaan dari bedak jenis ini adalah
mudah menyerap minyak yang timbul di wajah serta menutupi pori-pori wajah lebih
sempurna. Disamping keistimewaan tersebut, bedak jenis ini mempunyai kekurangan
yaitu mudah tumpah, kurang praktis, dan maksimal penggunaan dari bedak ini hanya
dua tahun saja, lebih daripada itu akan rusak.
b. Compact Powder
Bentuk dari bedak ini sangat padat. Sama dengan Loose powder, bedak ini juga
dipakai setelah memakai alas bedak. Keistimewaan dari bedak jenis ini adalah cepat
menyerap keringat dan sekaligus mengurangi minyak tersebut. Bentuknya juga
beragam, tidak mudah tumpah sehingga mudah untuk dibawa kemana-mana. Bedak
jenis ini juga mempunyai kekurangan yaitu bila dipoleh berulang-ulang akan
membuat wajah terlihat seperti memakai topeng karena bedak yang dipakai begitu
tebal. Oleh karena itu, dalam pemakaian atau pengolesan bedak jenis ini sebaiknya
tipis-tipis saja.
c. Shimmering Powder
Bentuk dari bedak jenis ini berupa bubuk, berwarna, dan mengandung glitter.
Biasanya digunakan sebagai sentuhan akhir selesai bermake-up. Bedak jenis ini
digunakan atau dipoles pada punggung, leher, dan lengan jika memakai pakaian
terbuka. Keistimewaan dari bedak ini adalah wajah darn tubuh tampak berkilau dan
bercahaya karena efek glitter. Tersedia dalam beraneka ragam warna dan dapat
dipakai pada acara-acara khusus seperti pesta, serta penggunaan bedak ini tidak lebih
dari 15 bulan.
d. Meteorite Powder
Bentuk dari bedak jenis ini bulat kecil-kecil dan berwarna-warni. Biasanya digunakan
sebagai sentuhan akhir selesai bermake-up. Dipakai dengan menggunakan kuas besar
(tidak memakai spons) dengan menyapukan ke seluruh wajah. Keistimewaan dari
bedak jenis ini adalah dapat membuat wajah lebih segar bercahaya. Sedangkan
kekurangannya adalah harga dari bedak jenis ini terlampau mahal karena belum
banyak produsen yang memproduksinya.
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Anak suku : Alpinioideae
Marga : Alpinia
Jenis : Alpinia purpurata K. Schum
Lengkuas atau laos adalah rempah-rempah populer dalam tradisi boga dan
pengobatan tradisional Indonesia maupun Asia Tenggara lainnya. Bagian yang
dimanfaatkan adalah rimpangnya yang beraroma khas. Masyarakat menggunakan
lengkuas sebagai pewangi dan penambah cita rasa masakan. Selain itu, rimpang
mudanya banyak dimanfaatkan sebagai sayuran dan lalapan. Secara tradisional dari
sejak zaman dahulu kala, parutan rimpang lengkuas sering digunakan sebagai obat
penyakit kulit terutama yang disebabkan oleh jamur, seperti panu, kurap, eksim,
jerawat, dan sebagainya (Djuanda dkk., 2010). Rimpang lengkuas mengandung
minyak atsiri 1% dengan kandungan metilsanamat, sineol, kamfer, δ-pinen, gaalangin,
eugenol, kamfor, gaalangol, sesuiterpen, kadinena, hidrates, heksahidrokadalene, dan
kristal kuning (Hariana, 2008).
Komposisi F1 F2 F3
Ekstrak Etanol Rimpang Lengkuas Merah 10 30 50
(Alpina purpurata K.Schum)
Mg stearate 3,0 3,0 3,0
Zing okside 3,0 3,0 3,0
Calcium carbonat 4,0 4,0 4,0
Metil paraben 0,3 0,3 0,3
Talk 100 100 100
Alat yang digunakan satu set alat maserasi, Rotary Evaporator (Eyela), Water
bath (Nuohai xmtd-204), Instrumen GC-MS (Trace gc Ultra) di BBLK, Oven (Model
DHG), kompor listrik (Inextron), neraca analitik (Fujitsu), desikator, toples kaca, corong,
pisau, gunting, gelas ukur (Pyrex), labu ukur (Pyrex), beaker glass (Pyrex), tabung reaksi
(Pyrex), erlenmeyer (Pyrex), cawan penguap, spatel, sudip, kertas saring, kertas
perkamen, kertas pH-Universal, pipet tetes, pipet volume, batang pengaduk, lumpang
dan alu, serbet kain, pot/wadah bedak, krus pijar, mikroskop, ayakan, aluminium foil,
karton hitam, kain planel, kaca objek, cover glass.
Pembahasan
3.1 Hasil
Bedak dibuat dalam tiga formulasi yaitu F1, F2, dan F3. Zat aktif yang digunakan
pada formulasi bedak tabur adalah ekstrak kering rimpang lengkuas merah, dan
dilakukan pemeriksaaan fitokimia, hasilnya positif mengandungflavonoid dan minyak
atsiri yang berkhasiat sebagai obat gatal. Pada formula 1 menggunakan ekstrak kering
rimpang lengkuas merah sebanyak 10 gram, pada formula 2 menggunakan ekstrak kering
rimpang lengkuas merah sebanyak 30 gram, dan pada formula 3 menggunakan ekstrak
kering rimpang lengkuas merah sebanyak 50 gram. Dalam formulasi bedak tabur, juga
digunakan bahan adhesif. Bahan adhesif ini sangat penting untuk menjamin bedak akan
dapat menempel dengan baik pada kulit. Bahan adhesif ini didapatkan dengan
menambahkan magnesium stearat sebanyak 3-10% (Rowe dkk., 2009). Untuk
mengurangi atau mencegah terjadinya kontaminasi mikroba, maka dalam suatu formulasi
sediaan kosmetik perlu ditambahkan bahan pengawet. Batasan bahan pengawet adalah ≤
3%. Bahan pengawet yang digunakan pada penelitian ini adalah metil paraben. Bahan
pengawet adalah bahan yang digunakan untuk mencegah kerusakan kosmetik yang
disebabkan oleh mikroorganisme. Mikroorganisme dapat mengkontaminasi kosmetik dan
menyebabkan timbulnya bau yang tidak sedap, perubahan warna dan gangguan
kesehatan pada konsumen (Tranggono dkk., 2007).
Uji Sifat Fisik Bedak Uji sifat fisik inicukup penting karena akan mempengaruhi
mutu dan penerimaan konsumen terhadap suatu sediaan. Sifat fisik bedak tabur meliputi
uji organoleptis, pH, daya lekat, derajat halus, dan uji hedonik.Uji Organoleptis Sediaan
Bedak Tabur. Uji organoleptis merupakan uji yang menggunakan indera manusia sebagai
instrumennya. Uji organoleptis sediaan bedak tabur yang dilakukan dengan mengamati
warna, bau, tekstur dan homogenitas (Soekarto, 1990). Dari hasil pembuatan sediaan
bedak formula I, II dan III diperoleh bedak berbau khas lengkuas, tekstur serbuk halus,
dan homogen. Warna sediaan bedak yang diperoleh pada formula I berwarna coklat
muda, formula II berwarna coklat, formula III berwarna coklat tajam.
Uji pH Sediaan Bedak Tabur Uji ini diperlukan untuk mengetahui apakah sediaan
bedak tabur sesuai dengan pH kulit manusia sehingga pemakaian sediaan tidak
mengiritasi kulit. Penentuan pH sediaan menggunakan kertas pH universal. Langkah
pertama diambil sedikit bedak tabur, diencerkan dengan aquadest, kemudian kertas pH
dimasukkan ke dalam sampel untuk mengukur pHnya. Hasil uji pH sediaan bedak tabur.
Hasil uji pH sediaan bedak tabur sesuai dengan pH fisiologis kulit yaitu 6. Semakin
alkalis atau semakin asam bahan yang mengenai kulit, semakin sulit kulit
untukdinetralkannya dan kulit akan jadi kering dan pecah-pecah, sensitif dan mudah
terinfeksi. Oleh karena itu pH kometika diusahakan sama atau sedekat mungkin dengan
pH fisiologis kulit yaitu antara 4,5- 6,5 ( Tranggono dkk., 2007).
Uji daya lekat Daya lekat merupakan gambaran penting dari komponen bedak
tabur yang menggambarkan kemampuan bedak tabur melekat pada kulit. Daya lekat
dapat ditimbulkan oleh magnesium stearate dengan penggunaan berkisar 3-10%. Daya
lekat yang baik pada bedak akan memberikan kemudahan dalam mengaplikasikan bedak
tabur dan bedak tidak akan cepat terhapus oleh karena faktor luar seperti gesekan
(Wilkinson and Moore, 1997). Pada uji daya lekat ini bedak ditaburkan di atas kulit
manusia, lalu bedak ditutup dengan object glass yang diberi beban 5 gram dan diukur
selama 3 menit. Object glass dan beban menggambarkan faktor luar yang memungkinkan
untuk dapat menyebabkan bedak tidak melekat pada kulit. Semakin besar bobot bedak
yang menempel pada object glass maka daya lekat bedak semakin buruk. Formula 1
memiliki bobot rata-rata bedak yang menempel pada Object glass yang lebih besar
dibandingkan formula 2 dan formula3. Formula 1 merupakan bedak tabur yang
mengandung 10 gram ekstrak kering rimpang lengkuas merah, dimana ekstrak kering
rimpang lengkuas merah ini memiliki ukuran partikel lebih besar dari talk dan bahan
tambahan lainnya. Ukuran partikel yang semakin besar akan membuat daya lekat bedak
semakin buruk. (Wilkinson and Moore, 1997). Formula replikasi 1 dan 2 berdistribusi
data daya lekat yang normal (p>0,050), pada formula replikasi 3 berdistribusi data daya
lekat yang tidak normal Untuk menilai perbedaan daya lekat antara ketiganya, digunakan
uji ANOVA untuk data yang terdistribusi normal dan uji kruskal wallis karena terdapat
distribusi yang tidak normal. Dari uji ANOVA didapat nilai signifikansi formula 1= 0,2
dan formula 2= 0,5 dan dari uji kruskal wallis didapat nilai p=1,50 sehinggah dapat
disimpulkan bahwa bedak tabur yang dibuat memiliki daya lekat yang tidak berbeda
signifikan dari ketiga formula. Daya lekat ditimbulkan oleh komponen dalam bedak,
yaitu magnesium stearate. Sifat greasy pada mg stearate inilah yang membuat
kemampuan daya lekat pada bedak tabur. Semakin banyak mg stearate yang
ditambahkan maka daya lekat semakin baik tetapi juga akan menurunkan daya absorbsi
sekresi keringat (Nelson dkk., 2009).
Derajat Halus Formula sediaan bedak tabur ekstrak kering rimpang lengkuas
merah dievaluasi dengan pengujian keseragaman derajat halus, dimana semua serbuk
sediaan dapat melewati ayakan 100 mesh. Hal ini dilakukan agar sediaan bedak tabur
bebas dari butiran kasar. Uji Hedonik Berdasarkan uji kesukaan yang dilakukan kepada
30 orang sukarelawan menggunakan angket dihasilkan bahwa F1 lebih disukai oleh
responden dilihat dari bentuk, aroma, daya sebar dan daya lekat. Berdasarkan grafik,
terlihat bahwa formula 1 lebih disukai oleh responden, dalam aroma, bentuk, daya sebar
dan daya lekat. Untuk warna yang disukai adalah formula 2 Uji Stabilitas Bedak Tabur
Selanjutnya ketiga formula bedak dilakukan uji stabilitas dengan melakukan
penyimpanan sediaan dalam tiga kondisi suhu. Uji stabilitas bedak tabur dilakukan
dengan metode freeze-thaw cycling diamati perubahan fisik yang terjadi (Djajadisastra,
2004). Dari tabel, terlihat bahwa stabilitas bedak tabur pada suhu kamar (25⁰C) memiliki
warna, bau, pH dan bentuk yang konsisten. Stabilitas bedak tabur pada suhu Lemari es
(4oC) memiliki warna, bau, dan bentuk yang konsisten dan terjadi peningkatan dari pH
sediaan. Stabilitasbedak tabur pada suhu Oven (40oC) memiliki warna, bau, dan bentuk
yang konsisten dan terjadi peningkatan dari pH sediaan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bedak tabur dari ekstrak lengkuas merah (Alpinia purpurata K. Schum) pada F1
memiliki sifat fisik berwarna coklat muda, formula 2 berwarna coklat dan formula 3,
berwarna coklat terang, aroma khas lengkuas, bentuk serbuk halus dan memiliki
homegenitas yang homogen, pH bedak tabur yaitu 6, bedak tabur lolos ayakan 100 mesh,
dan ujihedonik formula 1 lebih disukai dilihat dari warna, bentuk, daya lekat, daya sebar.
Dari hasil analisis uji Kruskal Wallis didapat nilai p=1,50 sehingga dapat disimpulkan
bahwa bedak tabur yang dibuat memiliki daya lekat yang tidak berbeda signifikan dari
ketiga formula.
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, Adhi., Mochtar Hamzah, Siti Aisah. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta :
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2010
Handajani, N.S., & Purwoko, Tjahjadi. 2008. Aktivitas Ekstrak Rimpang Lengkuas (Alpinia
galanga) terhadap Pertumbuhan Jamur Aspergillus spp. Penghasil Aflatoksin dan
Fusarium moniliforme. Biodiversitas. 9 (3): 161-164.
Hariana, H. Arief.. Tumbuhan obat dan Khasiatnya seri 2 cet.5. Jakarta : Penebar
Swadaya.2008
Marcdante, dkk., 2013. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial Edisi Keenam. Elsevier -
Local. Jakarta.
Mescher, A.L., 2013. Junqueira’s Basic Histology Text and Atlas 13th ed.. USA: Mc Graw-
Hill Education.
Midun. 2012. Uji Aktivitas ekstrak lengkuas Merah (Alpinia purpurata K.Schum) Dalam
Menghambat Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus Dan Bakteri Escherichia
coli Dengan Metode Disc Diffusion. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Mitsui T., 1997, New Cosmetic Science, Dalam Elsevier Science B.V., Amsterdam.
Moh. Anief. 2005. Manajemen Farmasi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Nuraeni, F. 2016. Aplikasi Pakar Untuk Diagnosa Penyakit Kulit Menggunakan Metode
Forward Chaining Di Al Arif Skin Care Kabupaten Ciamis. Teknik Informatika
STMIK. Tasikmalaya.
Rowe, R.C. et Al. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed, The
Pharmaceutical Press, London.
Surber C, Smith EW. 2005. The Mystical Effects of Dermatological Vehicles. Dermatology.
Tranggono RI dan Latifah F, 2007, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta; Hal. 11, 90-93, 167.
Victorio, C.P., Kuster, R.M. and Lage, C.L.S. 2009. Detection of flavonoids in Alpinia
purpurata (Vieil Schum. leaves using high performance liqu chromatography. Rev.
Bras. Pl. Med. Botuca (2):147-153.
Wilkinson, MA., Moore R.J, 1973, Harry’s Cosmeticology, 1st ed., George Godwin, London.