Bab Xiv Umkm
Bab Xiv Umkm
Bab Xiv Umkm
UMKM
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6
Kelas Manajemen : 2E
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2021/2022
ABSTRAK
Kata Kunci : Pengertian Koperasi, SHU, UMKM, Koperasi dan UMKM, Tujuan
UMKM, Manfaat UMKM dan Koperasi, Perekonomian Indonesia.
i
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Koperasi merupakan badan Usaha yang berperan dalam pertumbuhan
perekonomian yang ada di negara Indonesia, di dalam sebuah koperasi kegiatan
yang dilaksanakan adalah untuk menghimpun dana,memberikan pinjaman bagi
anggota dan juga calon anggota koperasi. Koperasi memiliki beberapa jenis yang
ada di Indonesia yaitu Koperasi Produsen, Koperasi Konsumen, Koperasi Simpan
Pinjam dan yang lainnya. Disini koperasi berperan dalam Membangun dan
mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan
sosialnya. Jadi disini dengan adanya sebuah koperasi para anggota koperasi dapat
mengembangkan potensi mereka masing-masing untuk dapat meningkatkan
kesejahteraan ekonomi. Dalam mengembangkan potensi anggota koperasi disini
sebuah Koperasi membantu UMKM dalam kemajuan usaha yang dilaksanakan.
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu unit usaha yang
memiliki peran penting dalam perkembangan dan pertumbuhan perekonomian
Indonesia. Dengan tumbuhnya usaha mikro kecil menengah (UMKM ) dapat
menjadikannya sebagai sumber pertumbuhan kesempatan kerja dan pendapatan.
Dengan banyak menyediakan lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja berarti UMKM
mempunyai peran strategis dalam upaya pemerintah dalam memerangi kemiskinan
dan pengangguran. UMKM yang berada di Indonesia mempunyai kontribusi dan
peran yang penting sebagai penopang perekonomian yang ada di Indonesia. Dan
juga selain hal itu UMKM juga sebagai Penggerak utama perekonomian di
Indonesia selama ini. Saat ini, UMKM telah berkontribusi besar pada pendapatan
daerah maupun pendapatan Negara Indonesia. dan UMKM merupakan suatu bentuk
usaha kecil masyarakat yang pendiriannya berdasarkan inisiatif seseorang para
Pelaku UMKM dengan berbagai macam dan jenis usaha yang berbeda-beda masing-
masing Individu. Jadi disini UMKM berperan dalam pertumbuhan perekonomian
yang ada di negara Indonesia dan menyediakan lapangan pekerjaan bagi para tenaga
kerja yang ada di Indonesia.
1
1.3 Tujuan
1. Dapat Mengetahui Definisi dan Kalisifikasi UMKM.
2. Dapat Mengetahui Batasan UMKM.
3. Dapat Mengetahui Karakteristik UMKM.
4. Dapat Mengetahui Peranan dan Manfaat UMKM bagi perekonomian.
5. Dapat Mengetahui Permasalahan terhadap UMKM.
6. Dapat Mengetahui Solusi Mengatasi Permasalahan UMKM.
1.4 Manfaat
a. Bagi Tim Penyusun
Disini Manfaat yang didapatkan bagi tim penyusun adalah dapat mengetahui
lebih jelas dan lebih luas lagi mengenai UMKM dan juga dapat mengetahui
tujuan dan bagaimana peranan serta Manfaat UMKM bagi perekonomian di
negara Indonesia.
b. Bagi Pembaca
Disini manfaat yang didapatkan bagi pembaca melalui paper ini adalah pembaca
dapat lebih mengenali bagaimana UMKM yang ada di Indonesia. Dan pembaca
juga dapat mengetahui manfaat UMKM bagi perekonomian Indonesia. Dan juga
Pembaca dapat mengetahui bagaimana permasalahan UMKM dan solusi dari
permasalahan UMKM yang ada di Indonesia.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
b. Klasifikasi UMKM
World Bank mengklasifikasikan UMKM menjadi tiga jenis dengan
menggunakan pendekatan berdasarkan jumlah karyawan, pendapatan dan aset
yang dimilikinya yaitu seperti di bawah ini:
a. Usaha Mikro :
Jumlah karyawan < 10 orang
Pendapatan setahun < $100 ribu
Kepemilikan aset < $100 ribu.
b. Usaha Kecil :
Jumlah karyawan < 30 orang
Pendapatan setahun < US $3 juta
Kepemilikan aset < US $3 juta
c. Usaha Menengah :
3
Jumlah karyawan maksimal 300 orang
Pendapatan setahun US$15 juta
Kepemilkan aset mencapai US $15 juta
Sedangkan di Indonesia ada beberapa pengklasifikasian UMKM dari
beberapa perspektif atau pendekatan yang dilakukan oleh lembaga atau instansi
bahkan undang-undang.
a) Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008
UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM memberikan pengertian dan
klasifikasi berdasarkan aset (tidak termasuk tanah dan bangun) dan omset
tiap skala usaha sebagai berikut:
a. Usaha kecil. Memiliki aset (kekayaan bersih) dari Rp 50 juta -
Rp500 juta. Omzet penjualan tahunan dapat mencapai dari Rp 300
juta – Rp 2,5 miliar.
b. Usaha mikro. Memiliki aset (kekayaan bersih) paling tinggi Rp 50
juta dan omset paling banyak Rp 300 juta.
c. Usaha Menengah. Kelompok usaha dengan aset (kekayaan bersih)
dari Rp 500 juta – Rp 10 miliar. Omzet penjualan dapat mencapai Rp
2,5 miliar – Rp 50 miliar.
b) Menurut Badan Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik (BPS) Mengklasifikasikan berdasarkan kuantitas
tenaga kerja yang digunakan pada setiap unit usaha yaitu:
a. Usaha Kecil: tenaga kerja 5-19 orang.
b. Usaha Menengah: tenaga kerja 20-99 orang.
c) Menurut Perspektif Perkembangan Usaha
Dalam perspektif perkembangan usaha, UMKM diklasifikasikan menjadi
empat, yaitu:
a. UMKM sektor informal. UMKM yang digunakan sebagai
kesempatan kerja untuk mencari nafkah. Seperti pedagang kaki lima
b. UMKM Mikro. UMKM dengan kemampuan sifat pengrajin namun
kurang memiliki jiwa kewirausahaan untuk mengembangkan
usahanya.
c. UMKM Kecil Dinamis. UMKM yang sudah mampu berwirausaha
dengan menjalin kerjasama (menerima pekerjaan sub kontrak) dan
ekspor.
d. Fast Moving Enterprise. UMKM yang sudah berwirausaha dengan
cakap dan telah siap bertransformasi menjadi usaha besar.
4
1. Usaha Mikro
Usaha mikro diartikan sebagai usaha ekonomi produktif yang dimiliki
perorangan maupun badan usaha sesuai dengan kriteria usaha mikro. Suatu
Usaha dapat dikatakan usaha mikro jika usha tersebut memiliki kekayaan aset
(Kekayaan bersih) paling tinggi Rp 50 juta dan omzet penjualan paling banyak
Rp 500 juta. Aset ini tidak termasuk tanah dan bangunan. Contoh UMKM mikro
adalah pedagang kecil di pasar, usaha pangkas rambut, pedangan asongan, dan
sebagainya.
2. Usaha Kecil
Usaha kecil merupakan suatu usaha ekonomi produktif yang independen atau
berdiri sendiri baik yang dimiliki perorangan atau kelompok dan bukan sebagai
badan usaha cabang dari perusahaan utama. Usaha yang masuk kriteria usaha
kecil adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih Rp 50.000.000,- dengan
maksimal yang dibutuhkannya mencapai Rp 500.000.000,-. Hasil penjualan
bisnis setiap tahunnya antara Rp 300.000.000,- sampai paling banyak Rp
2,5.000.000.000,-. Contoh UMKM kecil adalah usaha binatu, restoran kecil,
bengkel motor, katering, usaha fotocopy, dan sebagainya.
3. Usaha Menengah
Usaha menengah adalah usaha dalam ekonomi produktif dan bukan merupakan
cabang atau anak usaha dari perusahaan pusat serta menjadi bagian secara
langsung maupun tak langsung terhadap usaha kecil atau usaha besar dengan
total kekayan bersihnya sesuai yang sudah diatur dengan peraturan perundang-
undangan. Usaha menengah sering dikategorikan sebagai bisnis besar dengan
kriteria kekayaan bersih yang dimiliki pemilik usaha mencapai lebih dari
Rp500.000.000,- hingga Rp10.000.000.000,- dan tidak termasuk bangunan dan
tanah tempat usaha. Hasil penjualan tahunannya mencapai Rp2.500.000.000,
sampai Rp50.000.000.000,-. Contoh UMKM menengah adalah perusahaan
pembuat roti skala rumahan, restoran besar, hingga toko bangunan.
Suatu usaha dapat dikategorikan ke dalam Usaha Mikro apabila memiliki aset
maksimal Rp 50 juta dan omzet maksimal Rp 300 juta per tahun atau sekitar
Rp1.000.000 per hari (asumsi beroperasional aktif selama 300 hari/tahun); sementara
batas atas omzet untuk Usaha Kecil adalah sekitar Rp8,3 juta per hari; dan batas atas
omzet Usaha Menengah adalah sekitar Rp167 juta per hari.
5
Sumber daya manusia (SDM) di dalamnya belum punya jiwa wirausaha
yang mumpuni
Biasanya tingkat pendidikan SDM nya masih rendah
Biasanya pelaku UMKM belum memiliki akses perbankan, namun sebagian
telah memiliki akses ke lembaga keuangan non bank
Pada umumnya belum punya surat ijin usaha atau legalitas, termasuk
NPWP.
6
UKM, karena pada umumnya usaha kecil dan menengah merupakan usaha
perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup.
2. Sumber Daya Manusia yang terbatas. Keterbatasan SDM usaha kecil baik
dari segi pendidikan formal maupun pengetahuan dan keterampilannya
sangat berpengaruh pada manajemen pengelolaan usahanya, sehingga usaha
tersebut sulit untuk berkembang secara optimal.
3. Lemahnya Jaringan Usaha dan Kemampuan Penetrasi Usaha Kecil. Jaringan
usaha yang sangat terbatas dan kemampuan penetrasi rendah maka produk
yang dihasilkan jumlahnya sangat terbatas dan mempunyai kualitas yang
kurang kompetitif.
b. Faktor Eksternal:
1. Iklim usaha belum sepenuhnya kondusif dengan kebijaksanaan Pemerintah
untuk menumbuh kembangkan Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Terlihat
dari masih terjadinya persaingan yang kurang sehat antara pengusaha-
pengusaha kecil dan pengusaha besar.
2. Terbatasnya Sarana dan Prasarana Usaha. Kurangnya informasi yang
berhubungan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi
menyebabkan sarana dan prasarana yang mereka miliki juga tidak cepat
berkembang dan kurang mendukung kemajuan usaha.
3. Terbatasnya akses pasar. Akses pasar akan menyebabkan produk yang
dihasilkan tidak dapt dipasarkan Secara kompetitif baik dipasar nasinal
maupun iternasional.
4. Terbatasnya Akses Informasi. Minimnya informasi yang diketahui oleh
UMKM, sedikit banyak memberikan pengaruh terhadap kompetisi dari
produk ataupun jasa dari unit usaha UMKM dengan produk lain dalam hal
kualitas. Efek dari hal ini adalah tidak mampunya produk dan jasa sebagai
hasil dari UMKM untuk menembus pasar ekspor. Di sisi lain, terdapat pula
produk atau jasa yang berpotensial untuk bertarung di pasar internasional
karena tidak memiliki jalur ataupun akses terhadap pasar tersebut yang pada
akhirnya hanya beredar di pasar domestik.
7
peningkatan permodalannya, baik itu melalui sektor jasa finansial formal, sektor
jasa finansial informal, skema penjaminan, leasing dan dana modal ventura.
3. Perlindungan Usaha. Jenis-jenis usaha tertentu, terutama jenis usaha tradisional
yang merupakan usaha golongan ekonomi lemah, harus mendapatkan
perlindungan dari pemerintah, baik itu melalui undang-undang maupun
peraturan pemerintah yang bermuara kepada saling menguntungkan (win-win
solution).
4. Pengembangan Kemitraan. Perlu dikembangkan kemitraan yang saling
membantu antar UMKM, atau antara UMKM dengan pengusaha besar di dalam
negeri maupun di luar negeri, untuk memperluas pangsa pasar dan pengelolaan
bisnis yang lebih efisien.
5. Pelatihan. Pemerintah perlu meningkatkan pelatihan bagi UMKM baik dalam
aspek kewiraswastaan, manajemen, administrasi dan pengetahuan serta
keterampilannya dalam pengembangan usahanya. Selain itu, juga perlu diberi
kesempatan untuk menerapkan hasil pelatihan di lapangan untuk
mempraktekkan teori melalui pengembangan kemitraan rintisan.
6. Membentuk Lembaga Khusus. Perlu dibangun suatu lembaga yang berfungsi
untuk mencari solusi dalam rangka mengatasi permasalahan baik internal
maupun eksternal yang dihadapi oleh UMKM.
7. Mengembangkan Sarana dan Prasarana. Perlu adanya pengalokasian tempat
usaha bagi UMKM di tempat-tempat yang strategis sehingga dapat menambah
potensi berkembang bagi UMKM tersebut.
8
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
UMKM adalah salah satu usaha berskala kecil yang banyak digandrungi
masyarakat. Dalam perekonomian Indonesia UMKM merupakan kelompok usaha yang
paling banyak jumlahnya. Usaha mikro kecil dan menengah ini tergolong kepada sector
rill dalam perekonomian, dimana sector inilah yang memiliki daya tahan yang tinggi
terhadap krisis global. UMKM dapat membantu meningkatkan perekonomian rakyat
suatu Negara karena sector ini akan banyak menyarap tanaga kerja. Namun,
kenyataannya UMKM masih mengalami berbagai hambatan internal maupun eksternal
dalam bidang produksi, pengolahan, pemasaran, modal dan lain-lain. Sehingga dalam
hal ini diperlukan adanya strategi kebijakan dari pemerintah yang pada intinya memiliki
kewajiban untuk turut memecahkan tiga hal masalah klasik yang kerap kali menerpa
UMKM, yakni akses pasar, modal, dan teknologi.
3.2 Saran
Pihak Pemerintah seharus mampun menjalin kerjasama dengan pihak penyedia
jasa pinjaman modal sehingga para pelaku UMKM dapat dengan mudah mendapat
akses pinjaman modal. Sesekali pemerintah juga sebaiknya mengadakan kegiatan
sosialisasi atau pembinaan kepada para pelaku UMKM atau masyarakat agar lebih
memahami konsep dalam berbisnis dan berdagang. Selain itu, peningkatan sarana dan
prasarana juga penting untuk memudahkan para pelaku UMKM mendapatkan lebih
banyak informasi. Tidak hanya itu ada baiknya untuk meningkatkan sarana prasarana
dengan menyediakan tempat khusus untuk pelayanan masyarakat. Serta adanya sarana
pendukung lain agar masyarakat lebih merasa nyaman saat mereka mengurus perijinan
ataupun sekadar konsultasi
9
DAFTAR PUSTAKA
Haryanti, Dewi Meisari & Hidayah Isniati. Juli, 2018. Potret UMKM Indonesia: Si
Kecil yang Berperan Besar. (https://www.ukmindonesia.id/baca-artikel/62). 13.
22:04.
Admin. 5, April 2021. Tujuan UMKM: Jenis, Ciri, Kriteria, Karakteristik dan
Pengertian. (https://www.dosenpendidikan.co.id/tujuan-umkm/). 10. 13:05.
10