Asuhan Keperawatan Pre Operatif
Asuhan Keperawatan Pre Operatif
Asuhan Keperawatan Pre Operatif
ASUHAN KEPERAWATAN
PRE, INTRA DAN POST OPERASI
DISUSUN OLEH :
ANGGRIYANI LASENA
C01418013
1.1 Latar Belakang
Tindakan operasi atau pembedahan, baik elektif maupun kedaruratan adalah
peristiwa kompleks yang menegangkan. Kebanyakan prosedur bedah dilakukan di kamar
operasi rumah sakit, meskipun beberapa prosedur yang lebih sederhana tidak memerlukan
hospitalisasi dan dilakukan di klinik-klinik bedah dan unit bedah ambulatori. Individu
dengan masalah kesehatan yang memerlukan intervensi pembedahan mencakup pula
pemberian anastesi atau pembiusan yang meliputi anastesi lokal, regional atau
umum. Sejalan dengan perkembangan teknologi yang kian maju.
Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan
keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien.
Istilah perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman
pembedahan, yaitu? preoperative phase, intraoperative phase dan post operative phase.
Masing- masing fase di mulai pada waktu tertentu dan berakhir pada waktu tertentu pula
dengan urutan peristiwa yang membentuk pengalaman bedah dan masing-masing
mencakup rentang perilaku dan aktivitas keperawatan yang luas yan dilakukan oleh
perawat dengan menggunakan proses keperawatan dan standar praktik keperawatan.
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hapir
semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan
bagi pasien. Maka tak heran jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap
yang agak berlebihan dengan kecemasan yang mereka alami. Tingkat keberhasilan
pembedahan sangat tergantung pada setiap tahapan yang dialami dan saling
ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter anstesi dan
perawat) di samping peranan pasien yang kooperatif selama proses perioperatif.
Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit pasien, jenis
pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor tersebut faktor pasien
merupakan hal yang paling penting, karena bagi penyakit tersebut tidakan pembedahan
adalah hal yang baik/benar. Tetapi bagi pasien sendiri pembedahan mungkin merupakan
hal yang paling mengerikan yang pernah mereka alami. Mengingat hal terebut diatas,
maka sangatlah pentig untuk melibatkan pasien dalam setiap langkah – langkah
perioperatif. Tindakan perawatan perioperatif yang berkesinambungan dan tepat akan
sangat berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan dan kesembuhan pasien.
1.3 Tujuan
Mengetahui dan memahami konsep dasar operatif.
Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan preoperative.
BAB II
PEMBAHASAN
Persiapan administrasi
Keluarga pasien yang akan dilakukan prosedur operasi wajib bertanggung jawab membaca
dan mendatangani surat izin operasi.
1. Persiapan Administrasi
Surat ijin operasi
Surat rawat atau pengantar
Keuangan
Penjadwalan operasi dan kolaborasi dengan dokter
B. Diagnosa Keperawatan
Hal yang perlu diperhatikan dalam diagnosis keperawatan prabedah adalah :
1. Cemas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian.
2. Takut berhubungan dengan dampak dari tindakan pembedahan atau anestesi.
3. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan atau menurunnya
nutrisi.
4. Resiko terjadinya cedera berhubungan dengan defisit pengindraan.
C. Perencanaan Keperawatan
Tujuan :
1. Memperlihatkan tanda-tanda tidak ada kecemasan.
2. Memperhatikan tanda-tanda tidak ada ketakutan.
3. Resiko infeksi dan cedera tidak terjadi.
Rencana Tindakan :
1. Untuk mengatasi adanya rasa cemas dan takut, dapat dilakukan persiapan psikologis
pada pasien melalui pendidikan kesehatanm penjelasan tentang peristiwa yang mungkin
akan terjadi, dan seterusnya.
2. Untuk mengatasi masalah risiko infeksi atau cedera lainnya dapat dilakukan dengan
persiapan prabedah seperti diet, persiapan perut, kulit, persiapan bernafas dan latihan
batuk, persiapan latihan kaki, latihan mobilitas, dan latihan lain-lain.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah prabedah secara umum dapat dinilai dari adanya kemampuan
dalam memahami masalah atau kemungkinan yang terjadi pada intrah dan pasca bedah.
Tidak ada kecemasan, ketakutan, serta, tidak ditemukannya risiko komplikasi pada infeksi
atau cedera lainnya.
C
2.2. Perencanaan
1. menginterpretasi variable-variabel umum dan menggambungkan variable tersebut ke
dalam rencana asuhan
a. usia, kukuran, jenis kelamin, prosedur bedah, tipe anesthesia, yang direncanakan, ahli
bedh, ahli anesthesia, dan anggota tim.
b. ketersediaan peralatan spesifik yang di butuhkan untuk prosedur dan ahli bedah
c. kesiapan ruangan untuk pasien, kelengkaan pengaturan fisik, kelengkapan instrument,
peralatan jahit, dan pengadaan balutan.
2. mengidentifikasi aspek-aspek lingkungan ruang operasi yang dapat secara negative
mempengaruhi pasien
a. fisik
1. suhu dan kelebaban ruangan
2. bahaya peralatn fisik
3. kontaminan potensial (debu, darah dan tumpahan dilantai atau permukaan lain, rambut
tidak tertutup, kesalahan pemakaian baju operasi oleh personel, perhiasan yang dikenakan
personel, alas kaki yang kotor)
4. hilir mudik yang tidak perlu
b. psikososial
1. kebisingan
2. kurang mengenal sebagi individu
3. rasa diabaikan, tanpa pengatur diruang tunggu
4. percakapa yang tidak perlu
2.3. Intervensi
1. berikan asuhan keperawatan berdasarkan prioritas kebutuhan pasien
a. atur dan jaga peralatan suction berfungsi dengan baik
b. atur peralatan pemantauan invasive
c. bantu saan pemasangan jalur (arteri, CVP, IV)
d. lakukan tindakan kenyamanan fisik yang sesuai bagi pasien
e. posisikan pasien dengan tepat untuk prosedur anesthesia dan pembedahan, pertahankan
kelurusan tubuh sesuai fungsi
f. ikuti tahapan dalam prosedur bedah
1. lakukan scrub/pembersihan dan terampil
2. berespon terhadap kebutuhan pasien dengan mengantisisipasi peralatan dan bahan apa
yang dibutuhkan sebelum diminta. Ikuti prosedur yang telah ditrapkan, sebagai contoh:
a. perawatan daan pemakain darah dan komponen darah
b. perawatan dan penanganan specimen, jaringan dan kultur
c. persiapan kulit antiseptic
d. pemakaian gown operasi sendiri, membantu ahli bedah menggunakan gown
e. membukan dan menutup sarung tangan
f. menghitung kasa, instrument, jarum, khusu
g. teknik aseptic
h. penatalaksaan kateter urine
I. penatalaksanan drainage balutan
1. komunikasikan situasi yang merugikan pada ahli bedah, ahli anesthesia, atau perawat
yang bertanggung jawab, atau bertindak yang tepat untuk mengontrol atau menangani
suruasi
2. gunakan peralatan secara bijaksana untuk menghemat biaya
3. bantu ahli bedah dan ahli anesthesia untuk menerapkan rencana perawatan meraka
2. bertindak sebagai advikat pasien
a. memberikan privsi fisik
b. menjaga kerahasiaan
c. berikan keselamatan dan kenyamanan fisik
3. informasikan pasien mengenai pengalaman intraoperatif
a. jelaskan segala stimulasi sensorik yang akan dialami pasien
b. gunakan keterampilan komunikasi yang umum, mendasar untuk menurunkan ansietas
pasien sebagi contoh:
1. sentuhan
2. kontak mata
3. tenangkan pasien bahwa anda kan hadir diruang operasi
4. penanganan verbal yang realistic
4. koordinasikan aktivtas bagi personel lain yang terlibat dalam perawatan pasien
a. X-ray, laboratorium, unit perawatan intensif, unit keperawatan bedah
b. teknisi gips, petugas laboratorium, dll.
c. farnakolog
d. personel ruang operasi tambhan dan staf nonprofessional
5. operasionalkan dan atasi semua masalahperalatan yang umumnyadigunakan diruang
operasi dan tugaskan layanan khusus(termasuk autoklof)
6. Ikut sertan dalam konfrensi perawatan pasien
7. dokumentsikan selama observasi dan tindakan yang sesuai dalam format yang
dibutuhkan trmasuk catatan pasien
8. komunikasiakan baik verbal dan tertulis, dengan staf ruang pemulihan dan staf
keperawatan bedahrawat jalan yang terkait) mengenai kesehatan pasien saat pemindahan
dari tuang operasi
2.4. Evaluasi
1. mengevauasi kondisi pasien dengan cepat sebelum dikeluarkan dari ruang operasi,
sebagi contoh:
a. kondisi resoiratori : bernafas dengan mudah (mandiri atau di bantu)
b. kondisi kulit: warna baik, tidak ada abrasi, luka bakar atau memar
c. fungsi selang invasive IV, drain, kateter, NGT-tidak ada kekakuan atau obstuksi,
berfungsi secara normal
d. letak bantalan grounding, kondsi baik
e. balutan adekuat untuk drainage, terpasang dengan baik, tidak terlalu ketat, dst.
2. ikut serta dalam mengidentifikasi praktik perawatan pasien yang tidak aman dan
menanganinya dengan baik
3. ikut serta dalam mengevaluasi keamanan lingkungan, contoh: perlatan, kebersihan
4. melaporkan dan medokumentasikan segala perilaku dan masalh yang merugikan
5. menujukkan pemahaman tentang prinsip asepsis dan praktik keperwatanan teknis
6. menganali tanggung gugat legal dari keperawatan perioperatif
A. Data Subyektif
Pasien hendaknya ditanya mengenai gejala-gejala ketidaknyamanan
setelah ditempatkan
ditempat tidur dengan posisi tubuh yang menunjang. Pertanyaan-pertanyaan yang
langsung misalnya :”Bagaimana perasaan anda?”, dapat memperlihatkan data
mula dan nyeri tanpa memfokuskan pada daerah yang spesifik, dimana tidak ada
keluhan.
Penginderaan rasa nyeri sering kali meningkat pada waktu ini akibat
pemindahan dari brankard ke tempat tidur. Sangat penting untuk mengetahui
lokasi, bentuk serangan dan perubahan intensitas rasa nyeri, dan bukan
menyangka bahwa nyeri berasal dari torehan.
Mual jarang timbul setelah pasca anaesthesi baru. Sangat besar
kemungkinan terjadi mual bila perut mengalami manipulasi yang ekstensif pada
waktu prosedur bedah atau telah mendapat narkotika yang cukup banyak.
B. Data Objektif
1. Sistem Respiratori
2. Status sirkulatori
3. Tingkat Kesadaran
4. Balutan
5. Posisi tubuh
6. Status Urinari / eksresi.
C. Pengkajian Psikososial
Yang perlu diperhatikan : umur, prosedur pembedahan, efek samping dari
prosedur pembedahan dan pengobatan, body image dan pola/gaya hidup. Juga
tanda fisik yang menandakan kecemasan termasuk denyut nadi, tekanan darah,
dan kecepatan respirasi serta ekspresi wajah.
No. Dx
3. anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi.
1. pemberian
analgetik,
jika perlu
vi. Evaluasi
a. Mengevaluasi kondisi pasien dengan cepat
b. Ikut serta dalam mengidentifikasi praktek keperawatan pasien yang
tidak aman.
c. Ikut serta dalam mengevaluasi keamanan lingkungan.
d. Melaporkan dan mendokumentasikan.
DAFTAR PUSTAKA