Abses Pelvic - 003 Dwi Putri

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

Nama : I Gusti Ayu Dwi Putri Hendrayani

NIM : P07124218003
Prodi : Sarjana Terapan/ Semester V
Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal

Penerapan Asuhan Kebidanan Pada Kasus Kegawatdaruratan Pada Masa Nifas


Abses Pelvis
A. Pengertian
Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit
tersebut dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba,
indung telur, miometrium (otot rahim), parametrium dan rongga panggul. Penyakit
radang panggul merupakan komplikasi umum dari Penyakit Menular Seksual (PMS).
Peradangan tuba falopii terutama terjadi pada wanita yang secara seksual aktif. Resiko
terutama ditemukan pada wanita yang memakai IUD. Bisasanya peradangan
menyerang kedua tuba. Infeksi bisa menyebar ke rongga perut dan menyebabkan
peritonitis. (Safrida, W. 2017).

Sumber : https://www.curhatbidan.com

PID (pelvic inflammatory disease) atau penyakit radang panggul adalah


infeksi dan radang pada saluran genitalia bagian atas (uterus, tuba falopii, ovarium,
dan struktur-struktur sekitar panggul). Infeksi dan inflamasi dapat menyebar ke
abdomen (peritonitis) termasuk struktur perihepatik (perihepatitis/Sindrom Fitz-
Hugh–Curtis). Perempuan yang memiliki risiko tinggi terkena PID adalah perempuan
muda usia reproduktif (khususnya di bawah 25 tahun) yang memiliki partner seksual
lebih dari satu, melakukan hubungan seksual yang tidak aman (tidak menggunakan
kontrasepsi), dan tinggal di area dengan prevalensi infeksi menular seksual (IMS)
yang tinggi.
PID biasanya diawali dengan infeksi di vagina dan serviks yang kemudian
naik ke saluran genitalia bagian atas. Chlamydia trachomatis dan Neisseria
gonorrhoeae adalah dua bakteri penyebab penyakit menular seksual yang paling
sering berkaitan dengan PID. Selain kedua bakteri tersebut, bakteri yang juga dapat
berperan pada patogenesis PID adalah flora vaginalis seperti Gardnerella vaginalis,
Haemophilus influenzae, dan bakteri anaerob. Namun, tidak hanya bakteri, beberapa
kasus PID juga berkaitan dengan infeksi virus yakni CMV dan HSV-2. Sebanyak 30-
40% kasus PID adalah kasus polimikrobial. Oleh karena itu, terapi dengan antibiotik
spektrum luas dibutuhkan untuk mengobati PID.
Diagnosis PID umumnya ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit dan
temuan klinis. Namun, tanda dan gejala klinis PID sebetulnya sangat beragam.
Beberapa pasien tidak atau sedikit sekali menunjukkan gejala sementara beberapa
pasien lainnya menunjukan gejala akut yang cukup serius. Keluhan tersering yang
biasanya dialami oleh pasien adalah nyeri perut bagian bawah dan keputihan yang
abnormal. PID dapat menyebabkan komplikasi jangka panjang seperti infertilitas,
kehamilan ektopik, dan nyeri pelvis kronik. (Khariani,Y. 2017)
B. Etiologi / Penyebab
Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian
bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh waktu dalam hitungan hari
atau minggu untuk seorang wanita menderita penyakit radang panggul. Bakteri
penyebab tersering adalah Neiserreia Gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis yang
menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan sehingga menyebabkan berbagai
bakteridari leher rahim maupun vagina menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri ini
adalah kuman penyebab PMS. Proses menstruasi dapat memudahkan terjadinya
infeksi karena hilangnya lapisan endometrium yang menyebabkan berkurangnya
pertahanan dari rahim, serta menyediakan medium yang baik untuk pertumbuhan
bakteri (darah menstruasi). Penyebab lainnya yang lebih jarang terjadi adalah :
a. Aktinomikosis (infeksi bakteri)
b. Skistosomiasis(infeksi parasit)
c. Tuberkulosis
d. Penyuntikan zat warna pada pemeriksaan rontgen khusus.
Faktor Resiko
Wanita yang aktif secara seksual di bawah usia 25 tahun berisiko tinggi untuk
mendapat penyakit radang panggul. Hal ini disebabkan wanita muda cenderung untuk
berganti-ganti pasangan seksual dan melakukan hubungan seksual tidak aman
dibandingkan wanita berumur. Faktor lainnya yang berkaitan dengan usia adalah
lendir servikal (leher rahim). Lendir servikal yang tebal dapat melindungi masuknya
bakteri melalui serviks (seperti gonorea), namun wanita muda dan remaja cenderung
memiliki lendir yang tipis sehingga tidak dapat memproteksi masuknya bakteri.
(Safrida, W. 2017).
Faktor resiko terjadinya PID:
a. Aktivitas seksual pada masa remaja
b. Berganti-ganti pasangan seksual
c. Pernah menderita PID
d. Pernah menderita penyakit menular seksual
e. Pemakaian alat kontrasepsi yang bukan penghalang.
C. Tanda dan Gejala
Gejala biasanya muncul segera setelah siklus menstruasi. Penderita merasakan nyeri
pada perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai oleh mual atau
muntah. Biasanya infeksi akan menyumbat tuba falopii. Tuba yang tersumbat bisa
membengkak dan terisi cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun,
perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan kemandulan. Infeksi bisa menyebar ke
struktur di sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan parut dan perlengketan
fibrosa yang abnormal diantara organ-organ perut serta menyebabkan nyeri menahun.
(Safrida, W. 2017).
Di dalam tuba, ovarium maupun panggul bisa terbentuk abses (penimbunan
nanah). Jika abses pecah dan nanah masuk ke rongga panggul, gejalanya segera
memburuk dan penderita bisa mengalami syok. Lebih jauh lagi bisa terjadi
penyebaran infeksi ke dalam darah sehingga terjadi sepsis.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada PID :
a. Keluar cairan dari vagina dengan warna, konsistensi dan bau yang abnormal
b. Demam
c. Perdarahan menstruasi yang tidak teratur atau spotting(bercak-bercak
kemerahan di celana dalam
d. Kram karena menstruasi
e. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual
f. Perdarahan setelah melakukan hubungan seksual
g. Nyeri punggung bagian bawah
h. Kelelahan
i. Nafsu makan berkurang
j. Sering berkemih
k. Nyeri ketika berkemih.
D. Diagnosa

Sumber : https://www.alomedika.com

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Dilakukan


pemeriksaan panggul dan perabaan perut. Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:
a. Pemeriksaan darah lengkap
b. Pemeriksan cairan dari serviks
c. Kuldosentesis
d. Laparoskopi
e. USG panggul.
E. Penatalaksanaan
1. Pengobatan Rawat Jalan
Pengobatan rawat jalan dilakukan kepada penderita radang panggul derajat 1.
Obat yang diberikan adalah :
a. Antibiotik : sesuai dengan buku pedoman penggunaan antibiotik.
1) Ampisilin 3,5 g/sekali p.o/ sehari selama 1 hari dan probenesid
1 g/ sekali p.o/ sehari selama 1 hari. Dilanjutkan Ampisilin 4 ×
500 mg/hari selama 7-10 hari, atau
2) Amoksilin 3 g p.o sekali/ hari selama 1 hari dan Probenesid 1 g
p.o sekali sehari selama 1 hari. Dilanjutkan amoxicilin 3 × 500
mg/hari p.o selama 7 hari, atau
3) Tiamfenikol 3,5 g/sekali sehari p.o selama 1 hari. Dilanjutkan 4
× 500 mg/hari p.o selama 7-10 hari, atau
4) Tetrasiklin 4 × 500 mg/hari p.o selama 7-10 hari, atau
5) Doksisiklin 2 × 10 mg/hari p.o selama 7-10 hari, atau
6) Eritrosmisin 4 × 500 mg/hari p.o selama 7-10 hari.
b. Analgesik dan antipiretik :
1) Parasetamol 3 × 500 mg/hari, atau
2) Metampiron 3 × 500 mg/hari.
2. Pengobatan Rawat Inap
Pengobatan rawat inap dilakukan kepada penderita radang paggul derajat II
dan III. Obat yang diberikan adalah :
a. Antibiotik : sesuai dengan buku pedoman penggunaan antibiotik.
1) Ampisilin 1 g im/iv 4 × sehari selama 5-7 hari dan Gentamisin
1,5 mg- 2,5 mg/kg BB im/iv, 2 × sehari selama 5-7 hari dan
Metronidazol 1 g rek.sup, 2 × sehari selama 5-7 hari, atau
2) Sefalosporin generasi III 1 gr/iv, 2-3 × sehari selama 5-7 hari
dan Metronidazol 1 g rek.sup 2 × sehari selama 5-7 hari.
b. Analgesik dan antipiretik. (Amanda, A. 2020).
3. Terapi
Tujuan utama terapi penyakit ini adalah mencegah kerusakan saluran tuba
yang dapat mengakibatkan infertilitas (tidak subur) dan kehamilan ektopik,
serta pencegahan dari infeksi kronik. Pengobatan dengan antibiotik, baik
disuntik maupun diminum, sesuai dengan bakteri penyebab adalah pilihan
utama. Kontrol setelah pengobatan sebanyak 2-3 kali diperlukan untuk melihat
hasil dan perkembangan dari pengobatan. Pasangan seksual juga harus diobati.
Wanita dengan penyakit radang panggul mungkin memiliki pasangan
yang menderita gonorea atau infeksi chlamydia yang dapat menyebabkan
penyakit ini. Seseorang dapat menderita penyakit menular seksual meskipun
tidak memiliki gejala. Untuk mengurangi risiko terkena penyakit radang
panggul kembali, maka pasangan seksual sebaiknya diperiksa dan diobati
apabila memiliki PMS. Meskipun segera dilakukan pengobatan anti mikroba
yang tepat untuk mengatasi metritis, kadang-kadang suatu flegmoon
parametrium akan mengalami supurasi sehingga terbentuk massa benjolan
pada ligamentum latum yang berfluktuasi dan bias menonjol diatas
ligamentum inguinale pouparti. Dalam keadaan ini, wanita tersebut mungkin
tidak menunjukkan gejala yang semakin memburuk tetapi panas tetap
memburuk tetapi panas tetap bertahan. Begitu terdapat rupture abses kedalam
kavum peritoni, peritonitis yang biasa membawa kematian dapat terjadi.
Kemungkinan lebih besar lagi, terjadi robekan kearah anterior
sehingga tidak terjangkau dengan tindakan drainase lewat jarum yang
diarahkanoleh komograi computer. Kadang-kadang robekan terjadi kearah
posterior lewat ruang retroperitonium kedalam septum rekto vaginalisn
dimana drainase operatif mudah digunakan.
Bila pelvic abses ada tanda cairan fluktuasi pada daerah cul-de-sac,
lakukan kolpotomi atau dengan laparotomi. Ibu posisi fowler. Berikan anti
biotika broad spektrum dalam dosis yang tinggi ampisilin 2g/IV kemudian 1g
setiap 6jam ditambah gentamisin 5g/kg berat badan IV dosis tunggal/hari dan
metronidazol 500mg/IV setiap 8jam. Lanjutkan antibiotika ini sampai ibu
tidak panas selama 24 jam.
Pada keadaan yang sangat jarang sellulitis parametrium yang terjadi
akan meluas dan menjadi abses pelvis. Bila ini terjadi, maka harus dilakukan
drainase puss yang terbentuk, baik ke anterior dengan melakukan pemasangan
jarum berukuran besar maupu keposterior dengan melakukan kolpotomi selain
itu, perlu juga diberikan antibiotika yang adekuat. (Rachmarahma. 2015).
Daftar Pustaka

Amanda, A. 2020. Kasus Abses Pelvis.


https://www.scribd.com/document/468284519/KASUS-ABSES-PELVIS Diakses
pada tanggal 29 Oktober 2020 ( 10 : 15).

Khariani, Y. 2017. Penyakit Radang Panggul (PID).


https://www.alomedika.com/penyakit/obstetrik-dan-ginekologi/penyakit-radang-
panggul Diakses pada tanggal 28 Oktober 2020 (11:34).

Rachmarahma. 2015. Abses Panggul, Payudara Dan Infeksi Robekan Jalan Lahir.
https://rachmarahma.wordpress.com/2015/09/26/abses-panggul-payudara-dan-infeksi-
robekan-jalan-lahir/ Diakses pada tanggal 29 Oktober 2020 ( 15:41).

Safrida,W. 2017. Abses Pelvic. https://www.scribd.com/document/347134992/Abses-Pelvic


Diakses pada tanggal 28 Oktober 2020 (16:45).

Anda mungkin juga menyukai