Auditing Proses Manajemen Persediaan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

AUDITING PROSES MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Audit Persediaan adalah merupakan bagian dari aset perusahaan yang pada
umumnya nilainya cukup material dan rawan oleh tindakan pencurian ataupun
penyalahgunaan. Oleh karena itu, biasanya akun persediaan menjadi salah satu
perhatian utama auditor dalam pemeriksaan atas laporan keuangan perusahaan.

Persediaan merupakan bagian yang sangat besar dari keseluruhan aktiva lancar
yang dimiliki perusahaan yang bisa mempengaruhi neraca atau laporanrugi laba baik
diperusahaan dagang maupun diperusahaan manufaktur. Perlu tekhnik pencataan dan
penilaian yang tepat untuk menjaga keberadaan asset ini sangat diperlukan suatu
pemeriksaan yang intensif untuk menjamin keberadaan persediaan secara fisik dan
pecatatan serta penilaiannya benar-benar-benar sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku yang diterapkan secara konsisten.

Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan berbagai pihak akan informasi
akuntansi mengenai persediaan dibutuhkan pengujian kesesuaian antara praktek
akuntansi persediaan barang dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Proses
pengujian tersebut dikenal dengan istilah Auditing yang dilakukan oleh akuntan
publik sebagai pihak yang indipenden dari penyelenggaraan kegiatan, pemilikan dan
hubungan baik lainnya dengan organisasi perusahaan yang dapat mempengaruhi
indipenden tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Setelah mengetahui latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang bisa
diambil sebagi berikut :
1. Bagaimana proses manajemen persediaan?
2. Bagaiman penentuan risikonya?
3. Apa aktivitas Pengendalian Kontrol dan Pengujian Pengendalian Transaksi
Persediaan?

1.3 Tujuan
Setelah mengetahui rumusan masalah, maka tujuan yang didapat untuk paper ini
sebagai berikut :
1. Untuk menjelaskan proses persediaan.
2. Untuk mengetahui penentuan risiko.
3. Untuk menjelaskan aktivitas pengendalian kontrol dan pengujian pengendalian
transaski persediaan.
BAB II

PEMBAHASAN

3.1 PROSES MANAJEMEN PERSEDIAAN

Proses manajemen persediaan adalah metode yang mengatur persediaan barang


yang dimiliki perusahaan atau organisasi. Hal yang berkaitan dengan proses
manajemen persediaan :

3.1.1. Jenis-Jenis Dokumen dan Catatan


 Jadwal produksi (Production Schedule)
 Laporan penerimaan (Receiving Report)
 Daftar Permintaan bahan baku (Materials Requisition)
 Arsip induk persediaan (Inventory Master File)
 Informasi data Produksi (Production Data Information)
 Laporan Akumulasi Biaya dan Varians (Cost Accumulation and
Variance Report)
 Laporan Status Persediaan (Inventory Status Report)
 Order Pengiriman (Shipping Order)

3.1.2. Fungsi-Fungsi Utama


 Manajemen persediaan
Diperusahaan manufaktur, departemen manajemen produksi akan
bertanggung jawab terhadap pengelolaan persediaan melalui
perencanaan dan penjadwalan aktivitas pabrikasi.
 Gudang bahan baku
Di perusahaan manufaktur fungsi ini bertanggung jawab atas
penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran bahan baku.
 Produksi
Fungsi pabrikasi bertanggung jawab untuk menghasilkan produk,.
 Gudang barang jadi
Fungsi ini bertanggung jawab terhadap penyimpanan dan pengendalian
atas barang jadi.
 Akuntansi biaya (cost accounting)
Fungsi ini bertanggung jawab untuk memastikan bahwa biaya telah
dibebankan secara tepat kepersediaan seiring dengan pemrosesan barang
melalui fungsi pabrikasi.
 Buku besar (general ledger)
Tujuan utama buku besar adalah untuk memastikan bahwa semua
persediaan dan biaya produksi diakumulasikan dengan benar,
diklasifikasikan dan dibuat ikhtisarnya didalam akun buku besar.
 Pemisahan tugas kunci
Pemisahan tugas adalah pengendalian yang sangat penting dalam proses
manajemen persediaan karena terdapat potensi adanya pencurian dan
kecurangan.

3.2 PENENTUAN RISIKO


3.2.1. Penentuan Risiko Bawaan
Auditor seharusnya mempertimbangkan faktor terkait industri,
karakteristik pengoperasian dan perikatan ketika menilai kemungkinan adanya
salah saji material.

3.2.2. Penentuan Risiko Pengendalian


langkah-langkah dalam menetapkan risiko pengendalian dalam proses
manajemen persediaan:
 Memahami dan Mendokumentasikan Pengendalian Internal
 Merencanakan dan Melaksanakan Pengujian Pengendalian
 Menetapkan dan Mendokumentasikan Risiko Pengendalian

3.3 AKTIVITAS PENGENDALIAN KONTROL DAN PENGUJIAN


PENGENDALIAN TRANSAKSI PERSEDIAAN
1. Keterjadian Transaksi Persediaan
Pengendalian utama untuk mencegah transaksi persediaan fiktif adalah
pemisahan tugas, dimana manajemen persediaan dan fungsi gudang
persediaan dipisahkan dari departemen yang bertanggung jawab atas
persediaan dan catatan akuntansi biaya. Perhatian utama auditor adalah
bahwa semua persediaan yang tercatat memang ada. Auditor seharusnya
juga memerhatikan bahwa persediaan mungkin dicuri. Review dan
obervasi merupakan pengujian pengendalian yang digunakan oleh auditor
untuk menguji aktivitas pengendalian.

2. Kelengkapan Transaksi Persediaan


Prosedur pengendalian untuk asersi kelengkapan terkait dengan
pencatatan persediaan yang telah diterima.

3. Otorisasi Transaksi Persediaan


Perhatian auditor terhadap otorisasi di sistem persediaan adalah pada
pembelian yang tidak terotorisasi atau aktivitas produksi yang dapat
mengarah pada kelebihan tingkat jenis tertentu barang jadi.

4. Akurasi Transaksi Persediaan


Akurasi adalah asersi penting karena transaksi persediaan yang tidak
dicatat dengan benar akan mengakibatkan salah saji yang memengaruhi
secara langsung jumlah yang dilaporkan pada laporan keuangan untuk
harga pokok penjualan dan persediaan. Pemrosesan transaksi pembelian
persediaan yang akurat mencakup penerapan harga yang benar terhadap
kualitas aktual barang yang diterima.

5. Klasifikasi Transaksi Persediaan


Pada perusahaan manufaktur, klien harus memiliki prosedur pengendalian
untuk memastikan bahwa persediaan telah diklasifikasikan dengan tepat
sebagai bahan baku, barang dalam proses, atau barang jadi. Hal ini
biasanya dapat dilakukan dengan menentukan departemen mana dalam
perusahaan manufaktur yang termasuk sebagai persediaan bahan baku,
barang dalam proses, dan barang jadi. Oleh karena itu, dengan mengetahui
departemen produksi mana yang memegang persediaan, klien dapat
mengklasifikasikan menurut jenisnya.

3.3.1. Menghubungkan Tingkat Risiko Pengendalian dan Dinilai Dengan


Prosedur Substantif

Asersi atas Kelompok Transaksi, Peristiwa, Saldo Akun, dan Pengungkapan untuk
Persediaan
Asersi atas Kelompok Transaksi atau Peristiwa:
 Keterjadian. Transaksi persediaan adalah sah.
 Kelengkapan. Seluruh transaksi persediaan dan peristiwa telah dicatat.
 Otorisasi. Semua transaksi persediaan dan peristiwa telah diotorisasi dengan layak.
 Akurasi. Transaksi persediaan telah dihitung dengan benar, dan persediaan akhir serta
pendapatan dan harga pokok penjualan terkait telah diakumulasikan dengan benar dari
jurnal dan buku besar.
 Pisah batas. Penerimaan persediaan dan pengiriman dicatat pada periode akuntansi
yang benar.
 Klasifikasi. Persediaan dicatat di akun yang tepat (misalnya: bahan baku, barang dalam
proses, atau barang jadi).

Asersi atas Saldo Akun pada Akhir Periode:


 Keberadaan. Persediaan yang dicatat di dalam buku dan catatan benar-benar ada.
 Hak dan kewajiban. Entitas memiliki hak hukum (yaitu, kepemilikan) atas persediaan
yang dicatat.
 Kelengkapan. Semua persediaan dicatat.
 Penilaian dan alokasi. Persediaan dicatat dengan tepat sesuai dengan GAAP
(misalnya, nilai yang lebih rendah dari nilai buku atau pasar).

Asersi atas Penyajian dan Pengungkapan:


 Keterjadian serta hak dan kewajiban. Semua peristiwa yang diungkapkan, transaksi,
dan hal lain yang terkait dengan persediaan telah terjadi dan berkaitan dengan entitas.
 Kelengkapan. Semua pengungkapan yang terkait dengan persediaan yang seharusnya
dimasukkan di laporan keungan telah dimasukkan.
 Klasifikasi dan kemampuan untuk dapat dipahami. Informasi keuangan yang
terkait dengan persediaan telah disajikan dan dijelaskan dengan tepat, dan
pengungkapan telah dinyatakan dengan jelas.
 Akurasi dan penilaian. Informasi keuangan dan lainnya terkait dengan persediaan
telah diungkapkan secara wajar dan pada jumlah yang tepat.
 Auditing Persediaan
Dua kategori prosedur substantif yang dibahas yaitu:
1) Prosedur analitis substantif

Prosedur Analitis Substantif untuk Persediaan dan Akun-akun yang Terkait


Prosedur Analitis Substantif Kemungkinan Salah Saji yang Terdeteksi
 Bandingkan bahan baku, barang jadi, Persediaan yang ussang, lama terjual, atau
dan total perputaran persediaan ke berlebihan.
tahun sebelumnya dan rata-rata
industri. Persediaan yang usang, lama terjual, atau
 Bandingkan lama persediaan terjual berlebihan.
dengan data tahun lalu dan rata-rata
industri. Persediaan tak tercatat atau fiktif.
 Bandingkan persentase laba kotor
menurut lini produk dengan tahun-
tahun sebelumnya dan data industri. Kurang atau lebih saji persediaan.
 Bandingkan biaya standar tahun
berjalan dan tahun-tahun sebelumnya
setelah mempertimbangkan kondisi- Mengurangkan atau memasukkan biaya
kondisi saat ini. overhead secara tidak tepat.
 Bandingkan biaya overhead pabrik
aktual dan biaya yang dianggarkan
atau biaya overhead pabrik standar.

 Pengamatan Persediaan Fisik


Pengamatan perhitungan fisik persediaan, auditor harus melakukan hal berikut:

 Pastikan bahwa tidak ada produksi yang dijadwalkan.

 Pastikan bahwa tidak ada perpindahan barang selama perhitungan persediaan.

 Pastikan bahwa tim penghitung dari pihak klien mengikuti instruksi


penghitungan persedian.

 Pastikan bahwa kartu persediaan telah diterbitkan secara berurut ke pegawai


departemen.

 Lakukan uji penghitungan dan catat suatu sampel penghitungan dalam kertas
kerja.

 Dapatkan informasi pengendalian kartu untuk menguji kompilasi persediaan


klien.

 Dapatkan informasi pisah batas, termasuk jumlah dokumen pengiriman dan


penerimaan terakhir yang diterbitkan pada tanggal penghitungan fisik
persediaan.
 Amati kondisi persediaan bagi barang-barang yang mungkin usang, lama tidak
terjual, atau berlebih.

 Tanyakan mengenai barang konsinyasi milik pihak lain atau dipegang dengan
dasar “tagih-dan-tahan”

2) Pengujian terinci atas kelompok transaksi, saldo akun, dan


pengungkapan
Komponen pengungkapan untuk persediaan dan akun terkait:
 Metode biaya (FIFO, LIFO, metode eceran)
 Komponen persediaan
 Kontrak pembelian jangka panjang
 Persediaan konsinyasi
 Pembelian dari pihak terkait
 Likuidasi LIFO
 Persediaan yang dijaminkan
 Pengungkapan atas kerugian tidak biasa dari penurunan nilai
persediaan atau kerugian atas komitmen pembelian jangka panjang
 Kewajiban garansi

 Evaluasi Temuan Audit – Persediaan


Ketika auditor telah menyelesaikan pengujian substantif yang direncanakan
atas akun persediaan, semua salah saji yang diidentifikasi harus dijumlahkan.
kemungkinan salah saji dibandingkan dengan salah saji yang dapat diterima
yang dialokasikan ke akun persediaan. Jika kemungkinan salah saji kurang dari
salah saji yang dapat diterima, auditor dapat menerima akun persediaan sebagai
disajikan secara wajar. Sebaliknya, jika kemungkinan salah saji melebihi salah
saji yang dapat diterima, auditor harus menyimpulkan bahwa akun persediaan
tidak disajikan dengan wajar
BAB IV

KESIMPULAN

Persediaan merupakan suatu bagian terbesar dari asset yang bisa mempengeruhi
neraca dan laporan rugi laba yang perlu di jaga keberadaannya baik dengan membuat sistem
penyimpanan yang baik maupun dengan sistem pencatatan dan penilaian sesuai dengan
prinsip-prinsip akuntansi Indonesia yang diterapkan secara konsisten.

Untuk itu perlukan suatu pemeriksaan yangrutin dengan prosedur yang sudah
ditetapkan.Adapun pemeriksaan atas persediaan yang dapat diterapkan yaitu pemeriksaan di
tengah-tengah tahun dan pemeriksaan akhir tahun, hal initujuaannya untuk menjamin sistem
pengendalian intern atas persediaan barangdterepkan sebagaimana seharusnya. Selain itu juga
perlu adanya pengamatanatas perhitungan barang yang dilakukan oleh pelanggan dengan
berbagai persiapan dan prosedur yang ada.

Anda mungkin juga menyukai