Axial Fan Erina
Axial Fan Erina
Axial Fan Erina
LEMBAR PENGESAHAN
(Percobaan Axial Fan)
Modul Praktikum ini telah diperiksa dan disetujui pada tanggal: Desember 2020.
93
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS
94
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Teori Dasar
I.1.1 Definisi Fluida
95
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS
96
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS
kecepatan aliran, riilnya yaitu mengubah luasan yang dilalui aliran fluida
tersebut (orifice).
Perubahan kecepatan setelah melalui orifice plate tersebut berkaitan
dengan perubahan tekanan (differential pressure). Perubahan tekanan ini
yang kemudian diukur (di tapping) dan kemudian diasosiakan dengan laju
aliran. Dalam kaitannya dengan orifice dan pengukuran aliran, umumnya
yang diukur adalah differential pressure.
97
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS
98
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS
Hal ini akan mengurangi jarak tempuh dari aliran tersebut mengalami
perbedaan tekanan melintang.
99
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS
c. Eccentric Orifice
100
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS
e. Segmental Orifice
Segmental orifice didesain untuk fluida dengan kandungan sedimen
yang tinggi. Profil dari lubang segmental orifice dapat dilihat pada
gambar di bawah.
101
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS
I.1.4 Impeller
Impeller adalah komponen yang berputar dari pompa sentrifugal yang
mentransfer energi dari motor yang menggerakkan pompa ke fluida yang
dipompa dengan mempercepat fluida keluar dari pusat rotasi. Kecepatan
yang dicapai oleh impeller berpindah ke tekanan ketika gerakan ke luar
dari cairan dibatasi oleh selubung pompa. Impeller biasanya berupa
silinder pendek dengan inlet terbuka untuk menerima fluida masuk, baling-
baling untuk mendorong fluida secara radial, dan lubang bor yang
bersandaran, terkunci, atau berulir untuk menerima poros penggerak.
Baling-baling yang terbuat dari bahan cor dalam banyak kasus dapat
disebut rotor. Lebih murah untuk melemparkan impeller radial tepat pada
dukungan yang dipasang, yang digerakkan oleh gearbox dari motor listrik,
mesin pembakaran atau dengan turbin uap. Rotor biasanya menamai
spindel dan impeller saat dipasang oleh baut.
102
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS
I.1.5 Propeller
Propeller atau baling-baling adalah jenis kipas yang mentransmisikan
daya dengan mengubah gerakan rotasi menjadi daya dorong. Perbedaan
tekanan dihasilkan antara permukaan depan dan belakang bilah berbentuk
airfoil, dan fluida (seperti udara atau air) dipercepat oleh perbedaan
tekanan. Dinamika baling-baling, seperti sayap pesawat terbang, dapat
dimodelkan dengan prinsip Bernoulli dan hukum ketiga Newton.
Kebanyakan baling-baling laut adalah baling-baling sekrup dengan bilah
heliks yang berputar di sekitar sumbu horizontal atau poros baling-baling.
103
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS
104
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS
105
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS
106
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS
107
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS
menghasilkan aliran udara dengan flow tinggi dan tekanan yang rendah. Di
dunia industri, fan digunakan antara lain pada proses pembakaran, sistem
HVAC, transport, pendingin, pengering udara, dan lain sebagainya.
Fan adalah alat untuk mengalirkan udara. Karena itu fan dikenal
dengan sebutan penukaran, penghembus atau pembuang udara. Alat ini
banyak dijumpai pada sistem ventilasi dan peralatan pendingin udara juga
pada instalasi yang mengalirkan udara panas dan gas buang. Selain itu,
masih banyak lagi penggunaan fan ini di Industri. Tinggi tekan yang
dihasilkan fan, pada umumnya, rendah dibandingkan jenis mesin-mesin
pengalir udara yang lain seperti blower dan kompresor.
Daya masukan yang digunakan diperoleh dari motor listrik. Efisiensi
fan adalah perbandingan antara daya aliran udara dibanding daya poros
untuk menggerakkan fan. Daya aliran udara yang dihasilkan tergantung
pada tekanan dan laju aliran udara. Pada pengujian dalam bangunan yang
besar, blower sering digunakan karena tekanan antarannya yang tinggi
yang diperlukan untuk mengatasi turun tekan dalam sistem ventilasi.
Sebagian besar blower berbentuk sentrifugal. Blower juga dapat digunakan
untuk memasok udara draft ke boiler dan tungku. Fan biasanya digunakan
untuk tekanan rendah.
Fan, blower dan kompresor dibedakan oleh metode yang digunakan
untuk menggerakan Society of Mechanical Engineers (udara, dan oleh
tekanan system operasinya. The American ASME) menggunakan rasio
spesifik, yaitu rasio tekanan pengeluaran terhadap tekanan hisap, untuk
mendefinisikan fan, blower, dan kompresor ( Tabel 1.1 )
Tabel 1.1 Perbedaan antara Fan, Blower dan Kompresor
Perbandingan Kenaikan
Peralatan
Spesifik Tekanan
Fan Sampai 1,11 1136
(mmWg)
Blower 1,11 sampai 1,20 1136 - 2066
Kompresor Lebih dari 1,20 -
108
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS
109
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS
110
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS
111
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS
1. Fan Propeller
112
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS
113
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS
114
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS
115
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS
116
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS
117
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS
118
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS
Ket :
1. Axial fan, untuk memompa fluida dengan sistem arah aliran fluidanya
sejajar dengan sumbu/poros impeller
2. Pemecah aliran, untuk mengubah aliran fluida dari turbulen menjadi
aliran laminar
3. Pengukur tekanan 1, untuk mengukur tekanan fluida setelah melewati
pemecah aliran
4. Pengukur tekanan 2, untuk mengukur tekanan fluida sebelum melewati
orifice plate
5. Orifice plate, untuk mengubah tekanan dan kecepatan fluida
6. Pengukur tekanan orifice, untuk mengukur tekanan fluida setelah
melewati orifice plate
7. Sensor plot, untuk membaca data tekanan sebelum diteruskan ke
interface
8. Interface, untuk membaca data dari alat percobaan
9. Penghubung/sensor antara unit dengan interface, untuk menghubungkan
alat percobaan dengan interface
10. Saklar power, untuk memutuskan atau menghubungkan arus listrik ke
interface
11. Keyboard, untuk menginputkan data berupa angka, huruf maupun simbol
12. CPU, untuk mengambil, menkode, dan mengeksekusi pada instruksi
yang diprogram
13. Monitor komputer, untuk menampilkan data
14. Mouse, untuk mengontrol pergerakan kursor di tampilan layar
119
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS
120
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS
1 𝑃1 − 𝑃2
𝑄 = 𝐶𝑑 × 𝐷2 × 2𝑔
4 𝛾
𝐷
1 − 𝐷1
2
Keterangan:
CD = 0,63
D1 = Diameter Orifice Plate = 40 mm = 0,004 m
D2 = Diameter Orifice Inner = 95 mm = 0,095 m
g = 9,8 m/s2 = 1,2701 m/h2
= Berat jenis udara = 12,671 N/m3
P1 – P2 = Differensial Pressure Sensor = (SPD-1)
121
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS
BAB II
PENGUJIAN
II.1 Hasil Pengamatan
a. Kecepatan Kipas 70%
Tabel 2.1 Data hasil percobaan dengan kecepatan kipas 70%
SPD-1
No. Pembukaan Adjustable Aperture
(m³/h)
1 100% 87
2 75% 48
3 50% 9
2 75% 58
3 50% 10
2 75% 69
3 50% 12
122
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS
II.2 Perhitungan
a. Kecepatan Kipas 70%
1. Untuk Bukaan katup 100%
1 87
= 0 63 0 095 2 1 2701 10
4
12 671
0 004
1−
0 095
3
1ℎ
= 2539 71151 ⁄ℎ
3600
3
= 0 70547
1 48
= 0 63 0 095 2 1 2701 10
4
12 671
0 004
1−
0 095
3
1ℎ
= 1886 45138 ⁄ℎ
3600
3
= 0 52401
1 9
= 0 63 0 095 2 1 2701 10
4
12 671
0 004
1−
0 095
3
1ℎ
= 816 81700 ⁄ℎ
3600
3
= 0 22689
123
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS
1 104
= 0 63 0 095 2 1 2701 10
4
12 671
0 004
1−
0 095
3
1ℎ
= 2776 64246 ⁄ℎ
3600
3
= 0 77129
3
1ℎ
= 2073 56399 ⁄ℎ
3600
3
= 0 57599
3
1ℎ
= 860 99870 ⁄ℎ
3600
3
= 0 23917
124
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS
3
1ℎ
= 3044 098782 ⁄ℎ
3600
3
= 0 84558
3
1ℎ
= 2261 66272 ⁄ℎ
3600
3
= 0 62824
3
1ℎ
= 943 17682 ⁄ℎ
3600
3
= 0 26199
125
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS
126
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS
BAB III
GRAFIK DAN PEMBAHASAN
III.1 Kecepatan Kipas 70%
SPD-1 VS Q
100
SPD-1 (m3/h)
80
60
40
20
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
Q (m3/h)
Gambar 3.1 Hubungan debit aliran (Q) terhadap nilai SPD-1 pada
kecepatan kipas 70%
Pada grafik Q (m3/h) vs SPD-1 dengan kecepatan kipas ialah 70% dapat
dilihat bahwa terjadi kenaikan yang signifikan dari setiap titik, yakni
dimulai dengan Q (m3/h) = 816.81700 untuk SPD-1 = 9,
Q (m3/h) = 1886.45138 untuk SPD-1 = 48, Q (m3/h) = 2539.71151 untuk
SPD-1 = 87 dengan mengikuti pembukaan pada adjustable aperture dimulai
dari 50%, 75%, dan 100%.
127
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS
SPD-1 VS Q
120
100
SPD-1 (m3/h)
80
60
40
20
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
Q (m3/h)
Gambar 3.2 Hubungan debit aliran (Q) terhadap nilai SPD-1 pada
kecepatan kipas 80%
Pada grafik Q (m3/h) vs SPD-1 dengan kecepatan kipas ialah 80% dapat
dilihat bahwa terjadi kenaikan yang signifikan dari setiap titik, yakni
dimulai dengan Q (m3/h) = 860.99870 untuk SPD-1 = 10,
Q (m3/h) = 2073.56399 untuk SPD-1 = 58, Q (m3/h) = 2776.64246 untuk
SPD-1 = 104 dengan mengikuti pembukaan pada adjustable aperture
dimulai dari 50%, 75%, dan 100%.
128
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS
SPD-1 VS Q
150
SPD-1 (m3/h)
100
50
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500
Q (m3/h)
Gambar 3.3 Hubungan debit aliran (Q) terhadap nilai SPD-1 pada
kecepatan kipas 90%
Pada grafik Q (m3/h) vs SPD-1 dengan kecepatan kipas ialah 90% dapat
dilihat bahwa terjadi kenaikan yang signifikan dari setiap titik, yakni
dimulai dengan Q (m3/h) = 943.17682 untuk SPD-1 = 12,
Q (m3/h) = 2261.66272 untuk SPD-1 = 69, Q (m3/h) = 3044.09782 untuk
SPD-1 = 125 dengan mengikuti pembukaan pada adjustable aperture
dimulai dari 50%, 75%, dan 100%.
129
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS
130
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS
131
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS
132
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
1. Nilai SPD berbanding lurus dengan besar bukaan katup (Adjustable
Aperture), artinya semakin besar bukaan katup, maka semakin besar
pula nilai SPD.
2. Nilai Q (debit) berbanding lurus dengan besar nilai SPD, semakin
besar nilai SPD maka debit aliran fluida juga akan semakin besar.
IV.2 Saran
IV.2.1 Laboratorium
Menjaga dan mempertahankan kebersihan lab
Menjaga dan merawat alat yang ada agar dapat digunakan beberapa
tahun kedepan
Memperhatikan protokol kesehatan
IV.2.2 Saran untuk Asisten
Tetap tegas terhadap praktikan
Pemaparan materi sudah baik, semoga dapat dipertahankan
Mempertahankan keramahan terhadap praktikan
133