Tugas 1 - Didik Junianto - Hubungan Industrial

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : DIDIK JUNIANTO

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 022358339

Kode/Nama Mata Kuliah : EKMA4367/Hubungan Industrial

Kode/Nama UPBJJ : 71/SURABAYA

Masa Ujian : 2020/21.2 (2021.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Lingkungan hubungan industrial secara umum merupakan hubungan antara pekerja dan
pengusaha dengan berbagai permasalahan diantaranya, ekonomi, sosial, politik dan
budaya diantara zona tersebut dapat dibedakan menjadi pemasaran tenaga kerja dan
pengolahan tenaga kerja. Jelaskan 3 (tiga) level kegiatan hubungan industrial yang anda
ketahui.

2. Menurut Herscovitch dan Meyer (2002).Kometmen secara umum sebagai kekuatan atau
cara pikir yang mengikat individu kedalam serangkaian kegiatan yang relevan dengan satu
atau beberapa target. Jelaskan apa yang anda ketahui dari 3 (tiga) bentuk komitmen
menurut Meyer dan Allen.

Meyer dan Allen, komitmen mempunyai tiga bentuk, yaitu komitmen afektif, komitmen
berkelanjutan atau abadi, dan komitmen normatif (Herscovitch & Meyer, 2002).

Komitmen afektif adalah ketertarikan emosi individu, memihak, dan terlibat dalam organisasi
secara khusus (Laschinger et al., 2001). Komitmen afektif juga merupakan perasaan suka atau tertarik
pada organisasi (Meyer et al., 1993). Karyawan dengan komitmen afektif yang kuat bekerja dalam
organisasi karena “mereka ingin”. Komitmen afektif dalam organisasi berhubungan positif dengan
kinerja tugas. Komitmen yang abadi menggambarkan kesadaran karyawan terhadap biaya yang
berhubungan dengan meninggalkan organisasi (Laschinger et al., 2001).

Individu dengan komitmen abadi yang tinggi yakin akan manfaat untuk menetap atau bertahan
dalam organisasi daripada menerima konsekuensi jika meninggalkan organisasi karena “mereka
membutuhkan”. Meskipun karyawan dengan komitmen abadi yang tinggi juga memungkinkan
meninggalkan organisasi, rendahnya perputaran terjadi atas biaya perjanjian karyawan, kepuasan kerja,
dan rasa percaya diri. Hackett et al. (1994) menyatakan bahwa komitmen afektif dalam organisasi
berhubungan secara positif dengan kinerja, namun hubungan antara komitmen abadi dalam organisasi
dengan kinerja tidak signifikan. Hal ini juga dinyatakan bahwa hubungan antara komitmen abadi dengan
kinerja tidak signifikan (Hackett et al., 1994).

Sementara itu, komitmen normatif menggambarkan perasaan kewajiban individu untuk tetap
berada dalam organisasi (Laschinger, 2001). Karyawan mempunyai komitmen normatif tinggi karena
mereka merasa bahwa mereka harus melakukan hal tersebut (Meyer et al., 1993). Pengalaman yang
positif akan memberikan kontribusi terhadap komitmen, khususnya komitmen afektif. Namun,
pengalaman yang sama tersebut akan berpengaruh negatif bila berhubungan dengan komitmen abadi.
Baik komitmen afektif maupun komitmen normatif berhubungan positif dengan kinerja maupun
perilaku kewargaan organisasional, sementara komitmen abadi tidak berhubungan atau berhubungan
negatif dengan kinerja dan perilku kewrgaan organisasional (Meyer et al., 1993).

3. a. Hak menjadi anggota serikat pekerja merupakan hak asasi karyawan yang telah dijamin
didalam pasal 28 UUD 1945 untuk mewujudkan hak tersebut, harus diberikan kepada
setiap karyawan kesempatan yang seluas-luasnya untuk mendirikan dan menjadi anggota
serikat pekerja. Jelaskan awal mulanya terbentuk serikat pekerja di Indonesia.
b. Jelaskan berbagai dasar hukum yang menjamin kebebasan berserikat di Indonesia.

A. Faktor yang mendorong pembentukan mereka adalah pertumbuhan pergerakan buruh di Belanda.
Sekitar tahun 1860-1870 di Nederland mengalami pertumbuhan pergerakan buruh dan sejak ada
pengaruh gerakan sosial demokrat yang mendorong berdirinya National Arbeids Secretariats (NAS)
sebagai induk organisasi.
Pada saat itu di Hindia Belanda menetapkan pasal 111 Regeling Reglement (RR) yang melarang
dilakukannya rapat dan pembentukan sebuah organisasi tanpa ijin khusus dari pemerintah kolonial.
Namun, pada tahun 1903 pemerintah kolonial menerapkan desentralisasi susunan pemerintah kolonial
dan menetapkan Bandung, Semarang, Surabaya, dan Batavia menjadi suatu gemente/ kota dan
pengeturannya dilaksanakan oleh gementeraad (dewan kota), yang kemudian menjadikan pasal 111 RR
tidak berlaku.
Pembentukan serikat-serikat oleh buruh impor, selain merupakan pengaruh dari perkembangan gerakan
buruh yang berlangsung di Eropa pula merupakan bagian dari kepentingan politik terbatas kehidupan
kota. Perkembangan selanjutnya dalam keanggotaannya serikat buruh ini tidak hanya merekrut anggota
impor saja, melainkan juga menerima kalangan bumiputera. Belanda membentuk serikat buruh di
negeri-negeri jajahan. Banyaknya buruh kulit putih di negeri jajahan ini juga bersangkutan dengan
semakin berkembangnya industri, terutama industri perkebunan, yang kemudian menuntut
dikembangkannya sarana transportasi yang menghubungkan lahan kebun, pabrik dan pasar-pasar,
didirikannya sekolah-sekolah untuk mencetak tenaga perkebunan yang handal dari kalangan pribumi,
maupun perluasan jajaran birokrasi yang diperlukan untuk mengatur perekonomian modern yang lebih
kompleks tersebut.
Berturut-turut lahirlah Nederlandsch-Indisch Onderwijzer Genootschap (1897), Statspoor Bond (serikat
kereta api negeri, 1905), Suikerbond (serikat buruh gula, 1906), Cultuurbond Vereeniging v. Asistenten
in Deli (serikat pengawas perkebunan Deli, 1907), Vereeniging von Spoor en Tramweg Personeel in Ned-
Indie (serikat buruh kereta api dan trem, 1908), dll.
Sekalipun pada awalnya serikat-serikat buruh ini dibangun oleh buruh-buruh kulit putih, namun
semangat internasionalis dari gerakan buruh, yang saat itu sedang kuat di Eropa, meluber juga ke Hindia
Belanda. Banyak serikat buruh yang tadinya eksklusif untuk kulit putih ini perlahan-lahan membuka
pintu untuk bergabungnya buruh-buruh pribumi. Selain itu, persinggungan antara buruh-buruh pribumi
dengan buruh-buruh kulit putih telah menularkan pula keinginan untuk membangun serikat buruh
sendiri di kalangan pribumi.
Program pendidikan merupakan salah satu program dalam politik balas jasa di awal tahun 1900
memberi nuansa baru dalam perkembangan intelektual bumiputera ditambah dengan pembentukan
serikat-serikat oleh buruh impor yang kemudian memicu serikat buruh dibangun oleh kaum pribumi.
Serikat buruh pribumi antara lain Perkumpulan Bumiputra Pabean (PBP) tahun 1911, persatuan Guru
Bantu (PGB) tahun 1912, perserikatan Guru Hindia-Belanda (PGHB) tahun 1912, Persatuan Pegawai
Pegadaian bumiputra (PPPB) tahun 1914, Perhimpunan Kaum Buruh dan Tani (PKBT) didirikan tahun
1917 di lingkungan industri gula.
Persatuan Kaum Buruh (PPKB) adalah gagasan dari Sosorokardono, ketua PPPB (Pegawai Pegadaian)
tahun 1919 yang dikemukakan dalam kongres SI ke IV, pada Oktober 1919 di Surabaya. Berdirilah PPKB
dengan Semaoen sebagai ketua dan soerjopranoto sebagai wakil ketua. Tujua dibentuknya PPKB adalah
bermaksud untuk mengajak da mengadakan persatuan antara kaum buruh sederajat sehingga
mendapat suatu kekuasaan yang akan dipergunakan untuk kesejahteraan kaum buruh.
Cara yang ditempuh PPKB antara lain melakukan sesuatu sehingga kekuasaan pemerintah diperintah
oleh rakyat sendiri, mengadakan perdagangan, mengeratkan kaum buruh senasib dan seperjuangan,
dan mendirikan koperasi. Pada bulan Juni 1920 diadakan suatu konferensi di Jogjakarta yang kemudian
menyebabkan terpecahnya PPKB dan terbentuknya gabungan baru bernama Revolutionaire Vakcentrale
yang diketuai oleh Semaoen. Pemogokan-pemogokan dengan mengandalkan organisasi mulai gencar
terjadi tahun 1920-an. Pemogokan-pemogokan yang semakin menjalar tersebut di respon Gubernur
dengan menerbitkan peraturan baru yang mendukung berupa tulisan / artikel yang dimuat dalam surat
kabar.
B. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (selanjutnya disingkat UK) juga menegaskan
hak pekerja untuk berserikat. Pasal 104 UK menegaskan, ”Setiap pekerja/buruh berhak membentuk dan menjadi
anggota serikat pekerja/serikat buruh”. Fungsi penting serikat pekerja diatur dalam Pasal 116 UK. Pasal 116 UK
menegaskan, ”Perjanjian kerja bersama dibuat oleh serikat pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat
pekerja/serikat buruh yang telah tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan
dengan pengusaha atau beberapa pengusaha”. Perjanjian kerja bersama penting karena di sinilah diharapkan
serikat pekerja mampu memperjuangkan kepentingan pekerja berkaitan dengan syarat-syarat kerja, misalnya
upah, upah lembur, waktu kerja, cuti, dan lain-lain. Pasal 119 ayat (1) sampai dengan ayat (3) dan Pasal 120 ayat
(1) sampai dengan ayat (3) UK mengatur lebih lanjut tentang serikat pekerja yang berhak mewakilin pekerja
dalam pembuatan perjanjian kerja bersama. Ilustrasi berikut ini akan menggambarkan substansi Pasal 119 dan
Pasal 120 UK. Jika di suatu perusahaan hanya ada satu serikat pekerja, maka serikat pekerja ini berhak mewakili
pekerja dalam pembuatan perjanjian kerja bersama apabila memiliki anggota lebih dari 50 % dari jumlah seluruh
pekerja. Ada kemungkinan di suatu perusahaan terdapat lebih dari satu serikat pekerja. Jika hal ini terjadi, maka
serikat pekerja yang berhak mewakili pekerja dalam pembuatan perjanjian kerja bersama adalah serikat pekerja
yang anggotanya lebih dari 50 % dari seluruh jumlah pekerja. Misalnya di perusahaan A ada 3 serikat pekerja,
yaitu serikat pekerja Z, serikat pekerja Y, dan serikat pekerja X. Serikat pekerja Z beranggota 60 % dari seluruh
pekerja. Serikat pekerja Y beranggota 20 %. Serika pekerja X beranggota 5 % dari seluruh pekerja. 25 pekerja tidak
menjadi anggota serikat pekerja. Berdasarkan Pasal 120 UK serikat pekerja Z berhak mewakili pekerja dalam
pembuatan perjanjian kerja bersama. Ketentuan dalam Pasal 120 UK inilah yang digugat di Mahkamah Konstitusi
oleh Ronald Ebenhard Patiasina, dan kawan-kawan. Dalilnya adalah bahwa Pasal 120 UK bertentangan dengan
UUD 1945. Nomor perkaranya adalah : 115/PUU-VII/2009. Salah satu amar Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor:
115/PUU-VII/2009 adalah, ”Menyatakan Pasal 120 ayat (1) dan ayat (2) Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang ketenagakerjaan 2016 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279) bertentangan dengan Undang-undang Dasar Negera Republik
Indonesia Tahun 1945”.

4. Presiden konfederasi serikat pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal, sedang memproses
penanda tanganan surat kuasa atas pembelaan terhadap permasalahan (PHK) yang
dilakukan oleh perusahaan gojek terhadap karyawannya, selain mengadakan gugatan KSPI
juga akan mengirimkan surat resmi kepengawas ketenagakerjaan berdasarkan keterangan
diatas, jelaskan;
a. Fungsi serikat pekerja.
b. Hak dan kewajiban Serikat pekerja, federasi, dan konfederasi serikat pekerja yang telah
mempunyai nomor bukti pencataatan.

a. Sesuai dengan pasal 102 UU Tenaga Kerja tahun 2003, dalam melaksanakan hubungan industrial,
pekerja dan serikat pekerja mempunyai fungsi menjalankan pekerjaan sesuai dengan kewajibannya,
menjaga ketertiban demi kelangsungan produksi, menyalurkan aspirasi secara demokratis,
mengembangkan keterampilan, dan keahliannya serta ikut memajukan perusahaan dan
memperjuangkan kesejahteraan anggota beserta keluarganya.
Sedangkan menurut UU No.21 tahun 2000 mengenai Serikat Buruh/Serikat Pekerja,
Fungsi serikat  mencakup pembuatan Perjanjian Kerja Bersama (PKB), penyelesaian perselisihan
industrial, mewakili pekerja di dewan atau lembaga yang terkait dengan urusan perburuhan, serta
membela hak dan kepentingan anggota serikat.

b. 1. membuat perjanjian kerja bersama dengan pengusaha; 2. mewakili buruh dalam menyelesaikan
perselisihan industrial; 3. mewakili buruh dalam lembaga-lembaga ketenagakerjaan; 4. membentuk lembaga atau
melakukan kegiatan yang berkaitan dengan usaha peningkatan kesejahteraan buruh; 5. melakukan kegiatan di
bidang ketenagakerjaan yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Penegasan tersebut
tercantum di dalam Pasal 25 ayat (1). Sebagaimana telah diuraikan di dalam sub bab 7 bahwa secara a contrario,
harus ditafsirkan bahwa serikat buruh, federasi atau konfederasi serikat buruh yang tidak mempunyai nomor
bukti pencatatan tidak berhak melakukan perbuatan hukum sebagaimana diatur di dalam pasal tersebut.

Anda mungkin juga menyukai