Kelompok 10 - Kanker Serviks
Kelompok 10 - Kanker Serviks
Kelompok 10 - Kanker Serviks
Disusun Oleh:
1. Indah Ayu Pratiwi (11181020000009)
2. Puspa Rustiana Ningtias (11181020000053)
3. Achmad Majid Muslich (11181020000055)
4. Aji Wahyu Sejati (11181020000095)
5. Afifah Nurnishrina Azzahra (11181020000104)
Segala puji bagi Allah, Tuhan yang Maha Esa, yang telah memberikan
karunia-Nya sehingga kami dapat hidup hingga saat ini. Tak lupa kami panjatkan
salawat serta salam kepada Nabi besar kita, Muhammad SAW, yang telah
membawa kita dari zaman kebodohan hingga zaman yang penuh ilmu seperti
sekarang ini. Dengan banyaknya ilmu, kami dapat menyelesaikan tugas makalah
mengenai “INTERPRETASI DIAGNOSTIK KLINIK PENYAKIT KANKER”
untuk memenuhi tugas Pengganti Ujian Tengan Semester Genap.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan di dalam makalah ini
karena kami selaku manusia biasa yang tak luput dari kata sempurna. Semoga
dengan adanya pembelajaran ini, kami dapat memperbaiki setiap kesalahan yang
ada. Sekian dari kami, terima kasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penulisan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Pengetian Kanker dan Kanker Servik 3
2.2 Patofisiologi Kanker Servik 3
2.3 Etiologi Kanker Servik 4
2.4 Epidemiologi Kanker Servik 5
2.5 Manisfestasi Klinik Kanker Servik 6
2.6 Penatalaksanaan Pengobatan Kanker Servik 6
2.6.1 Diagnosa Kanker Servik 6
BAB III PEMBAHASAN 19
3.1 Hasil Lab 19
BAB IV PENUTUP 32
DAFTAR PUSTAKA 34
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
1. Untuk memenuhi nilai UTS pada mata kuliah Interpretasi Diagnostik
Klinik
2. Untuk mengetahui lebih dalam tentang penyakit kanker serviks
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
kimia, obat, dan virus (human papilloma virus). Karsinogen tersebut
menyebabkan kerusakan genetik yang ireversibel dan proses ini disebut
mutasi atau perubahan.
4
serviks berkaitan dengan human papiloma virus (HPV) (Rini, 2009). Menurut
kementerian kesehatan, virus HPV ini merupakan penyebab kanker serviks,
walaupun terdapat beberapa bukti bahwa ditemukan wanita yang lebih tua
terkena dengan kanker serviks dengan HPV negatif. HPV diketahui menjadi
faktor inisiator kanker serviks. Penyebab terjadi keganasan ialah onkoprotein
E6 dan E7 yang berasal dari HPV. Onkoprotein E6 mengikat p53 sehingga
TSG (Tumor Supressor Gene) p53 tidak berfungsi. Sedangkan Onkoprotein
E7 mengikat TSG Rb yang akan menyebabkan terlepasnya E2F yang menjadi
faktor transkripsi sehingga siklus sel berjalan tanpa kontrol ( (Rini, 2009).
5
2.5 Manifestasi Klinik Penyakit Kanker
Pada tahap permulaan kanker, sudah menimbulkan perdarahan melalui
vagina, misalnya:
1) Setelah melakukan koitus atau perdarahan menstruasi lebih banyak
atau timbul perdarahan menstruasi lebih sering.
2) Timbul perdarahan diantara siklus menstruasi
3) Apabila kanker sudah berada pada stadium lanjut bias terjadi
perdarahan spontan dan nyeri pada rongga panggul.
4) Keluhan dan gejala akibat bendungan kanker penderita mengalami
halangan air.
5) Sembab anggota tengah karena penekanan pembuluh darah balik.
6) Nyeri pada pinggang bagian bawah.
7) Keluar keputihan atau cairan encer dari kelamin wanita
8) Perdarahan sesudah menopause
6
vulva dan labia. Pengecekan bagian labia dilakukan untuk
pemeriksaan tahap selanjutnya.
Memasukkan speculum untuk membuka dinding vagina
Pengambilan jaringan, setelah speculum telah terpasang dengan
benar, langkah selanjutnya yang dilakukan petugas medis adalah
mengambil sampel jaringan. Dimulai dari mulut rahim bagian luar
(ektoserviks). Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan alat sejenis spatula khusus.
Lalu pengambilan sampel dilanjutkan ke bagian yang lebih dalam,
yaitu bagian saluran mulut rahim dan bagian dalam rahim. Untuk
proses ini, digunakan alat yang bernama Cytobrush, alat yang
berbentuk seperti sikat yang menyerupai sapu kecil.
7
Kelebihan : · Mudah dan murah · Hasil didapat dengan
segera · Sarana yang dibutuhkan sederhana · Dapat
dikombinasi dengan tatalaksana segera lainnya yang cukup
dengan pendekatan sekali kunjungan (single visit approach)
Kekurangan : · Spesifitas rendah, sehingga berisiko
overtreatment · Tidak ada dokumentasi hasil pemeriksaan ·
Tidak cocok untuk skrining pada perempuan pasca
menopause · Belum ada standarisasi · Seringkali perlu
training ulang untuk tenaga kesehatan
Status : · Belum cukup data dan penelitian yang
mendukung, terutama sehubungan dengan efeknya terhadap
penurunan angka kejadian dan kematian kanker leher
Rahim. Saat ini hanya direkomendasikan pada daerah
proyek
8
invasif dalam hal frekuensi jarak skrining dibandingkan
pemeriksaan sitologi tunggal. Mengacu pada bukti ilmiah tersebut,
terdapat peningkatan sensitivitas dengan metode kombinasi ini dan
interval skrining yang lebih lama dibandingkan pemeriksaan
sitologi tunggal Pemeriksaan HPV DNA adalah prosedur
pemeriksaan yang dilakukan pada wanita untuk mendeteksi infeksi
HPV (human papilloma virus) tipe risiko tinggi. Infeksi HPV tipe
risiko tinggi dapat memicu perubahan dalam sel serviks dan dapat
berubah menjadi kanker serviks atau jenis kanker lainnya, seperti
vagina dan anus.
Pemeriksaan HPV DNA dilakukan dengan memeriksa
materi genetik (DNA) HPV pada sel serviks. Prosedur pemeriksaan
ini hanya untuk mendeteksi tipe HPV yang berisiko tinggi dan
tidak digunakan untuk mendiagnosis gangguan kesehatan yang
disebabkan tipe HPV berisiko rendah.
Pemeriksaan HPV DNA memiliki tujuan yang sama dengan
prosedur pap smear, yaitu mendeteksi adanya kanker serviks secara
dini. Pemeriksaan HPV DNA dapat dilakukan bersama pap smear
sebagai pemeriksaan penyaring kanker serviks. Pemeriksaan HPV
DNA sebaiknya dilakukan secara rutin setiap 3-5 tahun sekali.
Pemeriksaan HPV DNA ini memiliki beberapa tujuan :
1) Mendeteksi kelainan sel serviks dan infeksi HPV pada wanita usia
30 tahun ke atas. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan bersamaan
dengan prosedur pap smear.
2) Mendeteksi lebih lanjut keberadaan HPV tipe berisiko tinggi pada
pasien dengan hasil pap smear yang menunjukkan sel serviks
abnormal. Jika pemeriksaan HPV menunjukkan adanya HPV tipe
berisiko tinggi, maka dokter mungkin akan menganjurkan
pemeriksaan lebih lanjut.
3) Membantu memeriksa sel-sel serviks abnormal setelah
pengobatan terhadap infeksi HPV berisiko tinggi.
Tata laksana HVA :
9
1. Pasien akan berbaring secara terlentang diatas meja pemeriksaan
dengan posisi lutut tertekuk serta tungkai terangkat dan disangga
dengan penyangga. Posisi ini memungkinkan dokter untuk
memeriksa vagina dan daerah genital pasien.
2. Secara perlahan dokter akan memasukkan alat yang disebut
spekulum kedalam vagina. Spekulum akan membuka dinding
vagina, sehingga memungkinkan dokter memeriksa bagian dalam
vagina dan leher rahim. Pasien akan merasakan sedikit tekanan di
daerah panggul ketika spekulum dimasukkan.
3. Dengan menggunakan peyeka kapas atau sikat lembut, dokter akan
mengambil sampel sel dari leher rahim dan sampel sel dari bagian
dalam saluran endoserviks (bagian pembukaan serviks).
4. Sampel tersebut akan ditempatkan didalam tabung, kemudian
dikirim ke laboratorium dan dianalisa, untuk melihat apakah sel
mengandung materi genetik dari tipe HPV yang dapat
menyebabkan kanker serviks
(1) Kalposkopi
Kolposkopi merupakan alat untuk memeriksa vagina dan serviks
dengan menggunakan mikroskop binokuler. Kata kalposkopi diambil
dari bahasa Yunani, yaitu kolpos yang berarti lipatan atau cekungan dan
skope yang berarti memeriksa. Kolposkop merupakan instrument
endoskopik yang digunakan untuk memeriksa epitel serviks dan vagina
secara in Vivo dengan menggunakan pencahayaan dan pembesaran
10
yang cukup. Objek pemeriksaan kolposkopi yang utama adalah serviks,
tetapi dapat diperluas sampai vulva dan vagina. Tujuan awal
pemeriksaan kolposkopi adalah mendeteksi secara dini kanker serviks,
karena perubahan permukaan epitel dan pola vaskularisasi serviks akan
lebih jelas terlihat pada pemeriksaan kolposkopi. Fungsi kolposkopi
tidak hanya untuk mendeteksi dini kanker serviks, tetapi berkembang
untuk mendeteksi lesi pra kanker dan beberapa lesi inflamasi akibat
infeksi menular seksual di traktus genitalis wanita bagian bawah.
11
pemeriksaan dilakukan. Perlu juga dijelaskan, bahwa apabila
ditemukannya adanya indikasi, beberapa tindakan yang menyertai
pemeriksaan kolposkopi seperti pengambilan sekret vagina, sekret
serviks, biopsi, kuret endoservik dan pengambilan foto dapat
dilakukan. Penderita kemudian diminta mendatangani surat
persetujuan tindakan medis.
12
kolumnar (SKK) yang terlihat seluruhnya oleh pemeriksaan
kolposkopi (Ekasari, Y 2015).
(3) Sistoskopi
13
yang tidak dapat terlihat saat pemindaian x-ray. Penggunaan uji ini
dapat membantu dokter untuk mengambil sampel jaringan atau sampel
urine yang diperlukan (Samiadi, L t.t).
(4) Rektoskopi
(5) USG
14
menggambarkan kondisi organ-organ dalam tubuh. USG dapat
digunakan untuk mendeteksi perubahan organ, jaringan dan pembuluh
darah, sekaligus untuk mendeteksi massa abnormal, seperti tumor.
osis. USG transvaginal dapat menjangkau rahim, indung telur, vagina,
dan sekitarnya.
15
Pemeriksaan BNO-IVP (Buick Nier Over Zick Intravena
Pyelografi) dilakukan secara radiologis terhadap tractus
urinarius dengan menggunakan kontras media positif yang
disuntikkan melalui intravena. Untuk pemeriksaan BNO-IVP
dengan computer radiografi jenis pesawat rotgen yang
digunakan adalah jenis pesawat general X-ray unit dengan
kapasitas relatif besar, sehingga bisa mendapatkan faktor
exposi yang tepat dan gambaran radiografi yang optimal.
(7) CT Scan
16
5) Pasien dibaringkan dengan memfokuskan pemeriksaan CT-
Scan pada bagian yang dituju.
6) Pemeriksaan CT-Scan ini biasanya membutuhkan waktu 15-
45 menit tergantung pada bagian tubuh yang sedang dipindai.
17
antara pencitraan fungsional dan anatomi (" pencitraan hibrid "). Baru-
baru ini scanner PET-MRI telah tersedia meskipun penggunaannya
masih terbatas dan umumnya hanya ditemukan di pusat-pusat
akademik yang lebih besar, sering kali dalam pengaturan penelitian.
C. Diagnosis Banding
Adenokarsinoma Endometrial
Polip Endoservikal
Chlamydia trachomatis atau Infeksi menular seksual lainnya
pada wanita dengan: Keluhan perdarahan vagina, duh vagina
serosanguinosa, nyeri pelvis Serviks yang meradang dan
rapuh (mudah berdarah, terutama setelah berhubungan
seksual)
18
BAB III
PEMBAHASAN
Hasil pemeriksaan
Salah satu penelitian yang dilakukan digunakan sampel dari 140 wanita
berusia antara 20-70 tahun yang mengikuti kegiatan pengabdian kepada
masyarakat. Peserta penelitian datang ke lokasi tanpa keluhan dan ingin
mengetahui status kesehatan organ kelamin mereka. Kriteria yang harus dipenuhi
adalah tidak sedang hamil, tidak sedang menstruasi, tidak melakukan hubungan
seksual 24 jam sebelum pengambilan pemeriksaan, dan bebas obat-obatan untuk
vagina selama 7 hari. Kemudian dilakukan pengambilan spesimen sitologi
serviks dan pemeriksaaan IVA. Spesimen sitologi serviks diperiksa dengan
metode Pap smear di Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran
Universitas. Data yang terkumpul dianalisis berdasarkan presentase kejadian dari
hasil pemeriksaan Pap smear dan IVA.
19
Hasil pemeriksaan Pap-smear pada penelitian ini diantaranya :
1. Mendapat gambaran
20
c) Infeksi jamur, tampak spora jamur berbentuk bulat, berukuran kecil
dikelilingi oleh hallo yang jernih pada pewarnaan Papaniculaou,
tampak hifa berbentuk seperti batang, warna abu-abu.
Keterangan :
b. Spesimen CIN I
21
Kriteria klasifikasi Pap-smear dibagi menjadi 5 kelas :
22
(2) Inspeksi visual asam asetat
IVA adalah deteksi dini kanker serviks alternatif selain pap smear untuk
memeriksa daerah yang tidak bisa dijangkau oleh pap smear. IVA dilakukan dg
cara mengolesi serviks dg asam asetat untuk melihat tanda2 lesi pra kanker
(tahapan sel2 berubah menjadi sel2 buruk yang berpotensi menjadi sel2 kanker).
Hasil IVA dapat dilihat langsung saat itu juga shg dpt diambil keputusan cepat
mengenai penatalksanan nya. IVA memiliki akurasi yang sangat tinggi (90%)
dalam mendeteksi lesi pra kanker. Skrining seharusnya dilakaukan pada setiap
wanita minimal 1x pada usia 35-40 th, dan tiap 5th pada usia 35-55 th. Ideal dan
optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 th pd wanita usia 25-60 th.
Di Indonesia, anjuran untuk melakukan IVA bila: hasil positif (+) adalah 1
th, dan bila hasil negatif(-) adalah 5 th. Kelebihan dari test yang menggunakan
asam asetat adalah test tersebut menggunakan teknik yang mudah, berbiaya
rendah dan tingkat sensitivitas tinggi.
23
Hasil Inspkesi VIA
24
2) Abnormal/positif. Hasil pemeriksaan HPV positif menunjukkan
bahwa pasien memiliki HPV tipe berisiko tinggi, yang berikatan
dengan kanker serviks. Hal ini bukan berarti bahwa pasien saat ini
sedang menderita kanker, namun hasil pemeriksaan dapat dijadikan
sebagai peringatan bahwa kanker serviks dapat muncul dikemudian
hari.
Ada beberapa tipe HPV yang sering dikaitkan dengan kanker serviks
antara lain : HPV 16, 18, ,31, 33, 35, 45, 52, dan 58.
(5) Kalposkopi
Pada pemeriksaan kolposkopi, pemeriksaan selayaknya dapat
membedakan temuan normal dan temuan abnormal yang didapatkan pada
pemeriksaan kolposkopi. Menurut Internasional Federation for Cervical
Pathology and Colposcopic Classification, temuan kolposkopik dapat
dibedakan menjadi :
1) Temuan kolposkopi normal. Untuk memahami temuan kolposkopi
yang normal, pengetahuan mengenai anatomi dan fisiologi serviks
penting untuk diketahui. Gambaran normal epitel skuamus
menunjukkan permukaan serviks dan vagina yang berwarna merah
muda dan halus. Epitel normal tidak berwarna putih pada pemeriksaan
asam asetat dan akan berwarna coklat setelah aplikasi Lugol kodim.
Dua gambaran pola pembuluh darah yang tampak pada epitel skuamus
asli adalah kapiler yang berbentuk retikuler/network-cappilaries atau
kapiler yang berbentuk jepit rambut/hair cappilaries.
2) Temuan kolposkopi abnormal. Temuan kolposkopi dikatakan
abnormal apabila epitel berwarna putih setelah aplikasi asam asetat,
adanya gambaran mozaic dan punctat, pada aplikasi iodin memberikan
hasil negatif, dan adanya gambaran pembuluh darah yang tidak teratur.
3) Gambaran kolposkopi mengarah ke kanker invasif. Tanda-tanda
kanker invasif pada pemeriksaan kolposkopi adalah permukaan tidak
teratur, terdapat ulserasi ataupun erosi, adanya perubahan
25
acetowhitening yang pekat, gambaran punctat dan mozaic yang luas
dan tidak teratur, pola pembuluh darah tidak teratur.
(7) Sistoskopi
Normal: uretra, kandung kemih, dan ureter terlihat normal. Tidak terdapat
polip atau jaringan abnormal lain, pembengkakan, pendarahan, penyempitan
atau masalah struktur lainnya (Samiadi, L t.t).
(8) Rektoskopi
26
Untuk hasil pemeriksaan kanker serviks melalui rektoskopi yang hanya
dapat dilakukan pada penderita kanker serviks dengan stadium IB2 atau lebih
belum dapat kami temukan.
(9) USG
(10) BNO-IVP
● CT-Scan Citra
27
● Stadium 1
● Stadium 2
28
Pada stadium 2, kanker telah tumbuh sampai ke leher rahim
dan rahim, tetapi belum mencapai dinding panggul atau bagian
bawah vagina. Gejala kanker mulai nampak, terutama pendarahan
ketika berhubungan seksual serta keluar keputihan yang tidak
biasa. Pada tahap ini, kanker belum menyebar ke kelenjar getah
bening atau tempat yang jauh. Ukuran kanker kurang dari 4 cm
yang dilakukan dengan radikal histerektomi atau dengan
melakukan radioterapi. Sedangkan untuk ukuran kanker yang
sudah melebihi 4 cm, dilakukan kemoterapi dan radioterapi yang
berbasis histerektomi, cisplatin atau juga yang berbasis cisplatin
dan histeroktomi. Dari beberapa kasus yang terjadi bahwa umur,
stadium, jenis histopatologi, serta kedalaman stroma yang diinvasi
sel kanker adalah faktor risiko yang berpengaruh terhadap
metastasis ke ovarium. Sehingga, pada penderita wanita berusia
muda yang menerima pengobatan histerektomi radikal masih bisa
untuk mempertahankan ovarium normal. Selain itu juga dengan
bedah kanker serviks akan meningkatkan kualitas hidup penderita
dan menyelamatkan mereka dari pemberian terapi pengganti
hormon.
● Stadium 3
29
Pada stadium 3, kanker telah menyebar ke bagian bawah
vagina atau dinding panggul, tetapi tidak ke kelenjar getah bening
di panggul. Tampak lesi inhomogen yang meliputi organ genitalia
interna terutama proyeksi serviks. Lesi tersebut tampak berbatasan
dengan dinding posterior bladder.
● Stadium 4
30
dengan mengangkat atau menghancurkan sel kanker. Hal ini umum
dilakukan apabila pengobatan yang bersifat paliatif untuk mengurangi
gejala.
(12) PET-Scan
31
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Salah satu penyebab utama kanker serviks adalah infeksi Human Papilloma
Virus (HPV). leher rahim memiliki jaringan yang mengandung sel-sel yang aktif
terus membelah, dengan karakteristik besar dan bentuk yang sama. pada kondisi
normal pembelahan terjadi teratur dan terjaga. Akan tetapi, jika terdapat
kejanggalan (abnormalitas) pembelahan dan pertumbuhan sel akan memicu
timbulnya sel kanker. Sel kanker tersebut akan melewati tiga langkah
perkembangan, yaitu insisi, promosi, dan progresi. Pada tahap permulaan kanker,
sudah menimbulkan perdarahan melalui vagina. Skrining rutin yang biasa
dilakukan berupa skrining sitologi serviks (pemeriksaan dengan metode pap-
smear) dan dengan metode IVA Inspeksi Visual dengan Asam Asetat. Metode pap
smear dilakukan dengan cara memeriksa data kelainan sitologi serviks yang
meliputi data normal smear, proses keradangan, low grade intraepithelial lesion
(LSIL), high grade intraepithelial lesion (HSIL), carcinoma insitu, dan carcinoma
invasive. Sedangkan metode IVA melihat keadaan mulut rahim dengan mata
telanjang kemudian lakukan pengolesan serviks dengan asam asetat 5%, tunggu
32
sekitar sepuluh detik. Amati perubahan yang terjadi dengan perubahan warna
menjadi putih pada serviks yang menandakan adanya lesi prakanker serviks.
4.2 SARAN
Karena penyakit kanker merupakan penyakit yang mematikan dan
membutuhkan biaya perawatan yang mahal, disarankan agar selalu menjaga
pola hidup terutama, dengan baik, menjaga pola makan dan lakukan
konsultasi dengan dokter jika mengalami gejala awal kanker yaitu
pendarahan. Jika kesulitan mendapatkan rumah sakit besar untuk berobat,
carilah klinik atau puskesmas dan tanyakan perihal skrining sitologi kanker
dengan metode IVA karena metode ini biasa digunakan di tempat layanan
kesehatan yang terpencil dan tidak memerlukan waktu yang lama untuk
menunggu hasil pemeriksaan.
33
DAFTAR PUSTAKA
Desby, Juanda dan Hadrians, Kesuma. 2015. Pemeriksaan Metode IVA (Inspeksi
Visual Asam Asetat) untuk Pencegahan Kanker Serviks. Diakses dari :
ejournal.unsri.ac.id : Diakses pada : 27 April 2020 [13.39]
34
Sakit Mawadah Mojokerto. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga :
Surabaya.
Rio, S (2017). Persepsi Tentang Kanker Serviks dan Upaya Prevensinya pada
Perempuan yang Memiliki Keluarga dengan Riwayat Kanker, Jurnal
Kesehatan Reproduksi, 4(3), 1559-160.
Suramana, Albert Imanuel Sue. 2018. Analisis Citra BNO IVP (Buickhnier
Overzicht Intra Venous Pyelography) dengan Computer Radiografi
di Rumah Sakit Umum H. Adam Malik Medan. Medan : Universitas
Sumatera Utara. Diakses melalui : http://repositori.usu.ac.id/
World Health Organization (WHO). 2013. Global Cancer Burden Rises TO 14.1
Million New Cases in 2012 : Marked increase in breasts cancers must
be addressed. Switzerland : WHO
35
Y,Mariliana. 2015. pemeriksaan visual berupa inspeksi visual dengan asam
asetat (IVA) serta inspeksivisual dengan lugol iodin (VILI). Diakses
dari : poltekkes mataram.ac.id . Diakses pada : 27 April 2020
[13.15]
36