Kanker Usus Besar
Kanker Usus Besar
Kanker Usus Besar
Kanker usus besar atau kanker kolon adalah jenis kanker yang menyerang usus besar atau
bagian terakhir pada sistem pencernaan manusia. Meskipun penyakit ini bisa terjadi pada
segala usia, 90 persen penderitanya adalah orang-orang lansia di atas 60 tahun.
Sebagian besar kasus kanker usus besar diawali dengan pembentukan gumpalan-gumpalan
sel berukuran kecil yang disebut polip adenoma. Gumpalan ini kemudian menyebar secara
tidak terkendali seiring waktu.
Kanker usus besar bisa dikenali dengan gejala-gejalanya. Beberapa gejala yang dapat
dirasakan penderita kanker usus besar meliputi:.
Adanya darah pada kotoran (feses) atau bahkan pendarahan di anus.
Perut kembung.
Meningkatnya frekuensi buang air besar atau diare.
Konstipasi.
Nafsu makan menurun.
Tidak semua gejala tersebut akan dirasakan oleh penderita. Sebagian ada yang sering buang
air besar disertai darah pada kotorannya, sebagian lainnya tidak disertai darah. Namun
mereka sama-sama merasakan nyeri di bagian perut.
Segera temui dokter jika Anda merasakan gejala-gejala kanker usus besar, terutama jika
mengalami diare bergantian dengan konstipasi selama lebih dari tiga minggu. Harap waspada
juga jika usia Anda telah mencapai 50 tahun ke atas dan merasakan gejala-gejala tersebut.
Kanker terjadi ketika terjadi mutasi genetik, di mana sel-sel DNA di area tubuh tertentu
tumbuh secara tidak terkendali dan bersifat merusak. Pada penyakit kanker usus besar,
pertumbuhan abnormal sel tersebut bermula pada lapisan usus bagian dalam, kemudian
menjalar dan menghancurkan sel-sel lain di dekatnya, atau bahkan hingga ke beberapa area
tubuh lainnya.
Mutasi genetik pada kanker usus besar ini diduga bersifat keturunan. Artinya, seseorang yang
memiliki anggota keluarga dengan kanker usus besar akan lebih berisiko untuk menderita
penyakit ini. Terdapat dua jenis kanker usus besar yang bersifat keturunan, yakni:
Kekurangan serat.
Merokok.
Memiliki orang tua atau saudara kandung yang menderita kanker usus besar.
Selain sigmoidoskopi, ada beberapa macam pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk
mengetahui keberadaan kanker usus besar, terutama jika sigmoidoskopi saja dirasa dokter
belum cukup. Beberapa pemeriksaan tersebut adalah:
Kemoterapi
Kemoterapi merupakan cara untuk membunuh sel-sel kanker melalui pemberian sejumlah
obat-obatan. Obat-obatan ini dapat berbentuk tablet yang diminum, infus, atau kombinasi
keduanya. Beberapa contoh obat kanker usus besar adalah cetuximab dan bevacizumab.
Pada kasus kanker usus besar, kemoterapi biasanya dilakukan sebelum operasi dengan tujuan
untuk menyusutkan tumor, meredakan gejala yang dirasakan pasien, atau memperlambat
penyebaran kanker. Kemoterapi juga bisa diberikan pascaoperasi untuk mencegah kanker
muncul kembali.
Waktu pelaksanaan kemoterapi biasanya dibagi menjadi beberapa siklus, tergantung kepada
tingkat keparahan kanker. Kebanyakan pasien kanker usus besar biasanya menjalani sesi
infus kemoterapi selama beberapa jam atau hari dalam waktu dua hingga tiga minggu sekali.
Tiap siklus kemoterapi dipisahkan oleh jeda waktu istirahat selama beberapa minggu dengan
tujuan agar penderita dapat memulihkan diri dari efek kemoterapi. Beberapa efek samping
kemoterapi adalah:
Mual
Muntah
Lelah
Sariawan
Diare
Rambut rontok
Biasanya efek samping ini akan hilang setelah pengobatan kemoterapi berakhir.
Radioterapi
Tujuan radioterapi sama seperti kemoterapi, yaitu untuk membunuh sel-sel kanker. Namun
pada radioterapi, metode pengobatan dilakukan dengan menggunakan pancaran radiasi.
Sebelum operasi, radioterapi bisa dilakukan untuk memperkecil ukuran tumor atau
meringankan gejala apabila kanker telah menyebar ke bagian-bagian tubuh yang lain.
Sedangkan radioterapi yang dilakukan pascaoperasi bertujuan untuk mencegah kanker supaya
tidak kembali.
Diare
Lelah
Mual
Operasi
Jenis operasi penanganan kanker usus besar dilakukan tergantung dari tingkat keparahan
penyebaran kanker itu sendiri. Jika kanker yang terdiagnosis masih dalam tahap awal,
biasanya operasi bisa dilakukan lewat kolonoskopi untuk menghilangkan pertumbuhan
kanker. Jika tidak bisa melalui kolonoskopi, maka bisa diangkat melalui operasi ‘lubang
kunci’ atau laparoskopi.
Jenis prosedur kedua dinamakan operasi kolostomi. Ini dilakukan jika kanker telah menyebar
melalui dinding-dinding usus. Melalui kolostomi, bagian usus besar yang telah digerogoti
oleh kanker akan diangkat. Selain itu, kelenjar getah bening di sekitarnya juga akan di
angkat.
Jika kondisi kesehatan pasien sudah sangat buruk akibat penyebaran kanker yang sudah
parah, maka tujuan dilakukannya operasi hanyalah untuk meringankan gejala pasien. Dengan
dikombinasikan dengan kemoterapi atau radioterapi, langkah ini diharapkan dapat
meningkatkan peluang hidup pasien.
Pencegahan Kanker Usus Besar
Kita dapat mencegah kanker usus besar dengan cara menerapkan pola hidup sehat guna
memperkecil risiko terkena penyakit tersebut. Di antaranya adalah dengan:
Rutin berolahraga. Disarankan untuk rutin berolahraga selama dua setengah jam
dalam seminggu. Jenis-jenis olahraga yang bisa Anda lakukan misalnya adalah jalan cepat
atau bersepeda.
Mengonsumsi makanan sehat. Untuk menghindari risiko kanker usus besar,
konsumsilah makanan yang kaya akan serat, misalnya buah-buahan, kacang-kacangan, atau
sereal. Perbanyak mengonsumsi ikan dan kurangi konsumsi daging.
Menjaga berat badan.
Berhenti merokok.
Mengurangi atau menghindari minuman beralkohol. Secara umum, rekomendasi
yang disarankan adalah tidak lebih dari 2 unit alkohol per hari. Dua unit alkohol ini
sederhananya sama dengan kurang lebih 1.5 kaleng bir atau 1.5 gelas anggur (wine). Perlu
diingat bahwa masing-masing minuman keras memiliki kadar alkohol yang berbeda,
sehingga jumlahnya pun harus disesuaikan agar tidak melebihi batas maksimal per hari.
Selain dengan menjalani pola hidup sehat, kanker usus besar juga bisa dicegah atau dideteksi
sedini mungkin dengan melakukan skrining. Metode pemeriksaan ini sangat dianjurkan
terutama bagi mereka yang memiliki keluarga dengan riwayat kanker usus, serta bagi orang-
orang yang telah berusia 50 tahun.